Anda di halaman 1dari 41

MAKALAH

HEMOROIDEKTOMI
Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Keperawatan Perioperatif
Dosen pembimbing : Rudi Haryono, S. Kep., Ns., M.Kep

Disusun oleh:

1. Atik Sang Dhamayanti (2920183284)


2. Nurista Nor Anggraini (2920183309)
3. Yoan Tyas Pambudi (2920183323)

Kelas 3B

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NOTOKUSUMO
YOGYAKARTA
2020

i
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puja dan puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas
segala rahmat-Nya, sehingga kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul
“Makalah Hemoroidektomi” dan dengan harapan semoga makalah ini bisa
bermanfaat dan menjadikan referensi bagi kita sehingga lebih mengenal tentang
pengertian, penyebab dan patofisiologi terjadinya hemoroid serta mengetahui
asuhan keperawatannya. Makalah ini juga sebagai persyaratan untuk memenuhi
tugas pada mata kuliah klinik keperawatan medikal bedah.

Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi para mahasiswa, pelajar, umum
khususnya pada diri kami sendiri dan semua yang membaca makalah ini semoga
bisa di pergunakan dengan semestinya. Karena keterbatasan pengetahuan maupun
pengalaman kami, kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh
karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Yogyakarta, 08 September 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

JUDUL.........................................................................................................i
KATA PENGANTAR................................................................................ii
DAFTAR ISI...............................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................................1
B. Tujuan...............................................................................................2
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Definisi.............................................................................................3
B. Etiologi.............................................................................................3
C. Tanda Gejala.....................................................................................4
D. Klasifikasi.........................................................................................4
E. Patofisiologi......................................................................................6
F. Pathway.............................................................................................7
G. Pemeriksaan Penunjang....................................................................8
H. Penatalaksanaan ...............................................................................9
BAB III KASUS.........................................................................................15
BAB IV PEMBAHASAN KASUS
A. Pengkajian........................................................................................18
B. Pengelompokan Data
1. Pre Operasi............................................................................22
2. Post Operasi..........................................................................23
C. Analisa Data
1. Pre Operasi............................................................................23
2. Post Operasi...........................................................................24
D. Diagnosa............................................................................................25
E. Intervensi Keperawatan
1. Pre Operasi
a. Nyeri Akut.................................................................26
b. Ansietas.....................................................................28

iii
2. Post Operasi
a. Nyeri Akut................................................................30
b. Kerusakan Integritas Kulit........................................32
c. Resiko Infeksi...........................................................34
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan.......................................................................................36
B. Saran.................................................................................................36
DAFTAR PUSTAKA

iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut WHO, jumlah penderita hemoroid di dunia pada tahun
2008 mencapai lebih dari 230 juta jiwa dan diperkirakan akan meningkan
menjadi 350 juta jiwa pada tahun 2030. Di Indonesia penderita hemoroid
terus bertambah. Menurut Depkes RI tahun 2008, prevalendi hemoroid di
Indonesia adalah 5,7%, namun hanya 1,5% yang terdiagnosa. Data
(RISKESDAS, 2013) menyebutkan ada 12,5 juta jiwa penduduk Indonesia
yang mengalami hemoroid.
Dari hasil penelitian yang dilakukan secara deskripsi retrospektif,
pasien hemoroid di jawa tengah dari bulan Januari 2004 sampai dengan
November 2009 terdapat 1137 pasien. Jumlah pasien terbanyak pada tahun
2007 sebanyak 310 pasien dengan jumlah tindakan hemoroidektomi
sebanyak 250. Sedangkan jumlah jumlah pasien paling sedikit pada tahun
2005 sebanyak 91 orang. Berdasarkan penelitian hemoroid interna diterapi
sesuai dengan gradenya, tetapi hemoroid eksterna selalu dengan operasi
(Sjamsuhidajat, 2010).
Hemoroid adalah Suatu pelebaran dari vena-vena didalam pleksus
Hemoroidalis (Muttaqin, 2011). Secara kasar hemoroid biasanya dibagi
dalam 2 jenis, hemoroid interna dan hemoroid eksterna. Hemoroid interna
merupakan varises vena hemoroidalis superior dan media. Sedangkan
hemoroid eksterna merupakan varises vena hemoroidalis inferior. Sesuai
istilah yang digunakan, maka hemoroid interna timbul di sebelah luar otot
sfingter ani, dan hemoroid eksterna timbul di sebelah dalam sfingter.
Hemoroid timbul akibat kongesti vena yang disebabkan gangguan aliran
balik dari vena hemoroidalis. Kedua jenis hemoroid ini sangat sering
terjadi dan terdapat pada sekitar 35% penduduk baik pria maupun wanita
yang berusia lebih dari 25 tahun. Sebagian berada di bawah selaput bagian
paling rendah dari dubur / pelepasan. Hemoroid umum diderita oleh umur
50, sekitar separuh orang dewasa berhadapan dengan yang menimbulkan

1
rasa gatal, terbakar, pendarahan dan terasa menyakitkan. Dalam banyak
kesempatan kondisi boleh memerlukan hanya self-care perawatan sendiri
dan lifestyle gaya hidup (Sjamsuhidayat,2010).

Makalah ini kami susun agar perawat dan mahasiswa calon


perawat mampu melakukan asuhan keperawatan yang sesuai dengan
prosedur dan teori yang benar.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Penulis mampu menggambarkan asuhan keperawatan pada pasien
dengan pembedahan sistem pencernaan : Hemoroidektomi dengan
menggunakan pendekatan proses keperawatan.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui tentang definisi hemoroid
b. Untuk mengetahui tentang etiologi hemoroid
c. Untuk mengetahui tentang tanda gejala hemoroid
d. Untuk mengetahui tentang klasifikasi hemoroid
e. Untuk mengetahui tentang patofisiologi dan pathway hemoroid
f. Untuk mengetahui tentang pemeriksaan penunjang hemoroid
g. Untuk mengetahui tentang penatalaksanaan hemoroid
h. Untuk mengetahui tentang pengkajian fokus, diagnosa
keperawatan, dan intervensi keperawatan pada pasien hemoroid

2
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Definisi
Hemoroid adalah suatu pelebaran dari vena-vena di dalam pleksus
Hemoroidalis (Muttaqin, 2011). Hemoroid adalah pelebaran pembuluh
darah vena hemoroidalis dengan penonjolan membrane mukosa yang
melapisi daerah anus dan rectum (Taufan, 2011).

Hemoroid sering terjadi pada orang dewasa usia 45-46 tahun.


Penyakit ini dibagi menjadi dua jenis, yang pertama adalah hemoroid
interna atau hemoroid yang berasal dari bagian atas sfingter anal serta
ditandai dengan perdarahan. Jenis hemoroid yang kedua adalah hemoroid
eksterna yaitu hemoroid yang cukup besar, sehingga varises muncul keluar
anus dan di sertai nyeri (Mardalena, 2018).

B. Etiologi
Menurut (Diyono dan Mulyanti 2016) penyebab hemoroid adalah :
a) Peningkatan tekanan intra-abdomen (kegemukan, kehamilan, dan
konstipasi)
b) Komplikasi dari penyakit lain cirrhosis hepatis
c) Terlalu banyak duduk
d) Tumor abdomen/pelvis
e) Mengejan saat BAB
f) Hipertensi portal

3
C. Tanda Gejala
Tanda dan gejala menurut Haryono (2012), pasien hemoroid dapat
mengeluh hal-hal seperti berikut :
a) Perdarahan
Keluhan yang sering dan timbul pertama kali yakni darah segar
menetes setelah buang air besar (BAB), biasanya tanpa disertai nyeri
dan gatal di anus. Pendarahan dapat juga timbul di luar wakyu BAB,
misalnya pada orang tua.
b) Benjolan
Benjolan terjadi pada anus yang dapat menciut/ tereduksi spontan atau
manual merupakan cirri khas/ karakteristik hemoroid.
c) Nyeri dan rasa tidak nyaman
Nyeri dirasakan bila timbul komplikasi thrombosis ( sumbatan
komponen darah di bawah anus), benjolan keluar anus, polip rectum,
skin tag.
d) Basah, gatal dan hygiene yang kurang di anus
Akibat pengeluaran cairan dari selaput lender anus disertai perdarahan
merupakan tanda hemoroid interna, yang sering mengotori pakaian
dalam bahkan dapat menyebabkan pembengkakan kulit.

D. Klasifikasi
Menurut (Mardalena, 2018) :
1. Hemoroid Internal
Hemoroid internal adalah pembengkakan yang terjadi dalam rektum.
Pembengkakan jenis ini tidak menimbulkan rasa sakit karena hanya
ada sedikit saraf di daerah rektum. Tanda yang dapat diketahui adalah
pendarahan saat buang air besar. Masalahnya jadi tidak sederhana lagi
apabila hemoroid internal ini membesar dan keluar ke bibir anus yang
menyebabkan rasa sakit. Hemoroid yang terlihat berwarna merah
muda ini dapat masuk sendiri setelah sembuh, tetapi bisa juga

4
didorong masuk. Hemoroid internal dibagi menjadi empat derajat yaitu
:
a. Derajat I
1) Terdapat perdarahan merah segar pada rektum pasca
defekasi
2) Tanpa disertai rasa nyeri
3) Tidak terdapat prolaps
4) Pada pemeriksaan anoskopi terlihat permulaan dari
benjolan hemoroid yang menonjol ke dalam lumen
b. Derajat II
1) Terdapat perdarahan/tanpa perdarahan sesudah defekasi
2) Terjadi prolaps hemoroid yang dapat masuk sendiri
(reposisi spontan)
c. Derajat III
1) Terdapat perdarahan/tanpa perdarahan sesudah defekasi
2) Tejadi prolaps hemoroid yang tidak dapat masuk sendiri
jadi harus didorong dengan jari (reposisi manual)
d. Derajat IV
1) Terdapat perdarahan sesudah defekasi
2) Terdapat prolaps hemoroid yang tidak dapat didorong
masuk (meskipun sudah direposisi akan keluar lagi)

2. Hemoroid Eksternal
Hemoroid eksternal diklasifikasikan sebagai akut dan
kronik. Bentuk akut berupa pembengkakan bulat kebiruan pada
pinggir anus, dan sebenarnya merupakan hematoma. Bentuk ini
sangat nyeri dan gatal karena ujung-ujung syaraf pada kulit
merupakan reseptor nyeri. (Mardalena, 2018)

5
E. Patofisiologi
Menurut Sylvia & Lorraine (2012) patofisiologi hemoroid adalah
akibat dari kongesti vena yang disebabkan oleh gangguan venous rektum
dan vena hemoroidalis. Hemoroid timbul karena dilatasi, pembengkakan
atau inflamasi vena hemoroidalis yang disebabkan oleh faktor-faktor
risiko/pencetus dan gangguan aliran balik dari vena hemoroidalis. Faktor
risiko hemoroid antara lain faktor mengedan pada buang air besar yang
sulit, pola buang air besar yang salah (lebih banyak memakai jamban
duduk, terlalu lama duduk di jamban sambil membaca, merokok),
peningkatan tekanan intra abdomen karena tumor (tumor usus, tumor
abdomen), kehamilan (disebabkan tekanan janin pada abdomen dan
perubahan hormonal), usia tua, konstipasi kronik, diare kronik atau diare
akut yang berlebihan, hubungan seks peranal, kurang minum air, kurang
makan makanan berserat (sayur dan buah), kurang olahraga/imobilisasi.
Telah diajukan beberapa faktor etiologi yaitu konstipasi, diare,
sering mengejan, kongesti pelvis pada kehamilan, pembesaran prostat,
fibroid uteri, dan tumor rectum. Penyakit hati kronis yang disertai
hipertensi portal sering mengakibatkan hemoroid, karena vena
hemoroidalis superior mengalirkan darah kedalam sistem portal. Selain itu
sistem portal tidak memiliki katup, sehingga mudah terjadi aliran balik.
Aliran balik vena dari kolon dan rektum superior adalah melalui
vena mesenterika superior, vena mesentrika inferior, dan vena
hemoroidalis superior (bagian dari sistem portal yang mengalirkan darah
ke hati). Vena hemoroidalis media dan inferior mengalirkan darah ke vena
iliaka sehingga merupakan bagian sirkulasi sistemik. Terdapat anastomosis
antara vena hemoroidalis superior, media, dan inferior, sehingga tekanan
portal yang meningkat dapat menyebabkan terjadinya aliran balik ke
dalam vena dan mengakibatkan hemoroid.

6
F. Pathway
Menurut (Sylvia & Lorraine, 2012) :

7
G. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Sjamsuhidajat (2010), pemeriksaan penunjang pada penderita
hemoroid yaitu:
1. Colok dubur, apabila hemoroid mengalami prolaps, lapisan epitel
penutup bagian yang menonjol ke luar ini mengeluarkan mucusyang
dapat dilihat apabila penderita diminta mengedan. Pada pemerikasaan
colok dubur hemoroid intern tidak dapat drabasebab tekanan vena
tidak cukup tinggi, dan biasanya tidak nyeri. Colok dubur diperlukan
untuk menyingkirkan kemungkinan karsinoma rectum.
2. Anoskop, diperlukan untuk melihat hemoroid intern yang tidak
menonjol ke luar. Anoskop dimasukkan dan di putar untuk mengamati
keempat kuadran. Hemoroid intern terlihat sebagai struktur vaskular
yang menonjol ke dalam lumen. Apabila penderita diminta mengedan
sedikit, ukuran hemoroid akan membesar dan penonjolan atau prolaps
akan lebih nyata.
3. Proktosigmoidoskopi, perlu dikerjakan untuk memastikan bahwa
keluhan bukan disebabkan oleh proses radang atau proses keganasan
ditingkatkan yang lebih tinggi, karena hemoroid merupakan keadaan
fisiologik saja atau tanda yang menyertai. Feses harus diperiksa
terhadap adanya darah samar.

8
H.  Penatalaksanaan
Penatalaksanaan hemoroid terdiri dari penatalaksanaan medis dan
penatalaksanaan bedah :
Penalaksanaan hemoroid tergantung pada macam dan derajat hemoroidnya
( Mardalena, 2018 ) :
1. Hemoroid eksterna
Hemoroid eksterna yang mengalami trombosis tampak sebagai
benjolan yang menimbulkan rasa nyeri pada anal verge. Jika
pasien membaik dan hanya megeluh ringan, pemberian
analgesik, rendan duduk dan pelunak feses sudah cukup akan
tetapi jika pasien mengeluh nyeri parah, maka eksisi di bawah
anestesi lokal dianjurkan. Pengobbatan secara bedah
menawarkan penyembuhan yang cepat, efektif dan hanya
memerlukan beberapa menit.
2. Hemoroid internal
Hemoroid internal diterapi sesuai dengan derajatnya, akan
tetapi hemorid internal harus selalu mendapat tindakan
pembedahan. Indikasi konservatif untuk derajat 1-2 adalah <6
jam, dan belum terbentuk trombus. Indikasi operatif untuk
derajat 3-4 adlah perdarahan dan nyeri.
3. Hemoroid derajat I dan II
Kebanyakan pasien hemoroid derajat I dan II dapat ditolong
dengan tindkan lokal sederhana disertai nasehat tentang pola
makan. Makanan sebaiknya terdiri atas makanan berserat
tinggi, misalnya sayur- sayuran dan buah-buahan makanan
berserat tinggi ini membuat gumpalan isi usus menjadi besar
namun lunak, sehingga mempermudah defekasi dan
mengurangi keharusan mengejan secara berlebihan.
4. Hemoroid derajat III dan IV

9
Pengobatan dengan krioterapi pada derajat III dilakukan jika
diputuskan tidak perlu dilakukan hemoroidektomi. Pengobatan
dengan Cryosurgery ( bedah beku) dilakukan pada hemoroid
yang menonjol dibekukan dengan CO2 atau NO2 sehingga
mengalami nekrosis dan akhirnya fibrosis. Pengobaan ini
jarang dipakai secara luas karena mukosa yang dibekukan
(nekrosis) sukar ditentukan luasnya.
Cara lain adalah dengan hemoroidektomi. Pengobatan ini
dilakukan pada pasien yang mengalami hemoroid yang
menahun dan mengalami prolapsus besar ( derajat III dan IV).
Ada tiga prinsip dalam melakukan hemoroidektomi yaitu
pengankatan fleksus dan mukosa, pengangkatan pleksustanpa
mukosa dan pengangkatan mukosa tampa pleksus.

Penatalaksanaan Medis :
1. Farmakologis
a. Pemberian obat untuk melunakkan feces yang dapat
mengurangi sembelit dan kecenderungan mengejan
terlalu keras saat defekasi, dengan demikian risiko
terkena hemoroid berkurang.
b. Pemberian obat untuk mengurangu atau menghilangkan
rasa sakit, gatal dan kerusakan pada daerah anus. Obat
ini tersedia dalam dua bentuk, yaitu dalam bentuk
supositoria untuk hemoroid interbnal dan dalam bentuk
krim/ssalep untuk hemoroid eksternal.
c. Pemberian obat untuk menghentikan peradarahan. Obat
yang umum digunakan adalah campuran diosmin (90%)
dan hesperidin (10%).
2. Non Farmakologis
a. Perbaikan pola diet

10
Pasien disarankan untuk memperbanyak konsumsi
makanan berserat tinggi sebanyak 30 gram/hari. Serat
selulosa yang tidakdapat diserap selama proses
pencernaan makanan dapat merangsang gerak usus agar
lebih lancar. Selain itu serat selulosa dapat menyimpan
air sehingga melunakkan feces. Pasien juga disarankan
mengurangi jenis makanan yang terlalu peda atau
terlaluasam serta menghindari makanan yang sulit
dicerna oleh usus. Pastikan pasien tidak mengkonsumsi
alkohol, kopi atau minuman bersoda, anjurkan minum
air puth 30-40cc/ kg BB/ Hari.
b. Perbaikan pola buang air besar
Bila mungkin pasien diminta mengganti kloset jongkok
menjadi kloset duduk. Ini karena berjongkok terlalu
lama dapat membuat otot panggul tertekan ke bawah
sehingga menyempit di pembuluh darah.
c. Perbaikan kebersihan anus
Pasien hemoroid dianjurkan untuk menjaga kebersihan
lokal daerah anus dengan ara merendam anus dalam air
selama 10-15 menit tiga kali sehari. selain itu sarankan
pasien untuk tidak terlalu banyak duduk atau tidur,
anjurkan agar lebih baik banyak berjalan.
3. Tindakan Minimal Invasit
Dilakukan juka pengobatan farmakologi dan non
farmakologi tidak berhasil, tindakan yang dapat dilakukan
diantaranya adalah :
a. Skleroskopi hemoroid, dilakukan dengan cara
menyuntikkan obat langsung kepada benjolan.
b. Ligasi pita karet, dilakukan dengan cara
mengikat hemoroid. Prolaps akan menjadi layu dan
putus tanpa rasa sakit.

11
c. Penyinaran sinar laser
d. Penyinaran sinar infrared
e.Elektrokoagulasi
f. Hemoroideolisis
4. Pembedahan
Terapi bedah dilakukan pada pasien
hemoroidektomi derajat III dan IV dengan penyulit prolaps,
trombosis, atau hemoroid yang besar degan perdarahan
berulang. Pilihan pembedahan adalah hemoroidektomi
secara terbuka, secara tetutup, atau secara submukosa. Bila
terjadi komplikasi perdarahan, dapat diberikan obbat
hemostatik seperti asam traneksamat yang terbukti secara
efektif menghentikan perdarahan danmencegah perdarahan
tulang.
5. Penatalaksanaan Tindakan Operatif
Menurut (Sjamsuhidajat, 2010).
a. Definisi
Suatu tindakan pembedahan dan cara pengangkatan
pleksus hemoroidalis dan mukosa atau tanpa mukosa
yang hanya dilakukan pada jaringan yang benar-benar
berlebih.
b. Ruang Lingkup
Buang air besar dengan perdarahan berupa darah segar
dan tidak bercampur dengan feses, prolaps hemoroid
disertai dengan anal discharge, pruritus ani dan
dermatitis disekitar anus (proktitis). Dalam kaitan
penegakan diagnosis dan pengobatan diperlukan
pemeriksaan anuskopi atau rektoskopi.
c. Indikasi Operasi
1) Penderita dengan keluhan menahun dan hemoroid
derajat III dan IV.

12
2) Perdarahan berulang dan anemia yang tidaksembuh
dengan terapi lain yang lebih sederhana.
3) Hemoroid derajat IV dengan thrombus dan nyeri
hebat.
d. Kontra Indikasi Operasi
1) Hemoroid derajat I dan II
2) Penyakit Chron’s
3) Karsinoma rectum yang inoperable
4) Wanita hamil
5) Hipertensi portal
e. Pemeriksaan Penunjang
1) Sigmoideskopi (proktosigmoideskopi)
2) Foto barium kolon
3) Kolonoskopi, bila terdapat indikasi
f. Persiapan Pra Operasi :
1) Anamnesis
2) Pemeriksaan fisik
3) Pemeriksan penunjang
4) Informed consent
g. Prinsip Operasi
Pada prinsipnya ada 2 penatalaksanaan hemoroid yaitu :
1) Operasi
Ada 2 prinsip dalam melakukan operasi hemoroid :
- Pengangkatan pleksus dan mukosa
- Pengangkatan pleksus tanpa mukosa
Teknik pengangkatan dapat dilakukan menurut 3
metode:
- Metode Langen-beck(eksisi atau jahitan primer
radier)

13
Dimana semua sayatan ditempat keluar varises
harus sejajar dengan sumbu memanjang dari
rectum
- Metode White head (eksis atau jahitan primer
longitudinal)
Sayatan dilakukan sirkuler, sedikit jauh dari
varises yang menonjol
- Metode Morgan-Milligan
Semua primary piles diangkat II
2) Non Operasi
Dilakukan pada hemoroid derajat I dan II
- Diet tinggi serat untukmelancarkan buang air besar
- Mempergunakan obat-obat flebodinamik dan
sklerotika
- Rubber band ligation yaitu mengikat hemoroid
dengan karet elastiskira-kira 1 minggu
h. Teknik Operasi (eksisi)
1) Posisi pasien littotomi atau knee-chest (menungging)
2) Anestesia dapat dilakukan dengan general, regional
atau lokal anestesia
3) Dilakukan praktoskopi untuk identofikasi hemoroid
4) Dibuat insisi triangular mulai dari kulit anal ke arah
prosimal hingga pedikel hemoroid
5) Jaringan hemoroid di eksisi dengan gunting atau
pisau, pedikel hemoroid diligasi dengan chromic
catgut 3-0
6) Defek kulit dan mukosa dapat dirawat secara terbuka
atau dijahit sebagian
7) Tindakan diulang pada bagian yang lain
8) Lubang anus dibiarkan terbuka atau ditampon dengan
spongostan

14
i. Perawatan Pasca-Bedah
1) Bila terjadi rasa nyeri yang hebat, bisa diberikan
analgetika yang berat seperti petidin
2) Obat pencahar ringan diberikan selama 2-3 hari
pertama pasca operasi, untuk melunakkan feses
3) Pengelolaan jalan nafas
4) Monitor sirkulasi
5) Monitoring cairan dan elektrolit
6) Monitoring suhu tubuh
7) Menilai dengan aldrete score
8) Pengelolaan keamanan kenyamanan pasien
9) Serah terima dengan petugas ruang operasi dan serah
terima dengan petugas ruang perawatan (bangsal)

15
BAB III
KASUS

Tn.A berusia 40 tahun, masuk RSUD Wates tanggal 1 September 2020.


Tn.A beragama Islam, beralamat di Temon, Kulon Progo dengan pendidikan
terakhir pasien SMP. Pekerjaannya adalah petani. Tn.A di diagnosa medis
dengan Hemoroid. Identitas penanggung jawab Tn. A adalah Ny.C berusia 35
tahun hubungan dengan pasien adalah istri dan pekerjaannya swasta. Tn.A
mengatakan kurang lebih 5 bulan yang lalu terdapat benjolan pada anus
disertai nyeri namun benjolan belum sebesar saat ini dan masih hilang timbul.
Pasien mengatatakan sehari sebelum masuk rumah sakit, anusnya terasa panas
seperti terbakar serta sakit saat buang air besar yang disertai dengan darah serta
benjolan di anusnya semakin besar dan menonjol ke luar. Pasien belum pernah
periksa ke dokter untuk tindakan lebih lanjut. Keluhan utama yang dirasakan
pasien yaitu merasakan nyeri dengan skala 6 pada anusnya. Nyeri tersebut
seperti ditusuk-tusuk, dirasakan terus-menerus terutama saat bergerak sehingga
terasa tidak nyaman dan pasien tampak meringis kesakitan. Ttv pasien adalah
TD : 120/80, S : 37 C, N : 100x/menit, RR : 22x/menit. Setelah dilakukan
pemeriksaan di IGD bahwa pasien mengalami hemoroid derajat IV dan dokter
menganjurkan untuk dilakukan operasi besok pagi pada tanggal 2 September
2020. Pasien tampak cemas dan menanyakan operasi yang akan dilakukan hari
ini. Pasien mengatakan bahwa dirinya takut untuk menjalani operasi dan takut
merasakan sakitnya ketika menjalani operasi. Sebelumnya klien pernah
menderita hemoroid 1 tahun yang lalu tetapi tidak dilakukan tindakan operasi
sehingga kambuh lagi. Keluarga klien tidak ada yang menderita pe nyakit yang
sama, serta tidak mempunyai riwayat penyakit keturunan (seperti diabetes,
dipertensi, asma, dll).

16
Pasien mengatakan bahwa sakitnya membuatnya tidak dapat beraktivitas
secara normal, pasien dan keluarga mengatakan tidak pernah mendapatkan
penyuluhan kesehatan tentang penyakit ambien yang diderita oleh pasien.
Pasien kembali ke bangsal setelah selesai operasi hemoroidektomi, pasien
dalam keadaan sadar ada rasa sedikit tidak nyaman pada bagian luka operasi.
Sebelum dirawat di RS klien mengatakan sehari makan 3x porsi 1 piring,
ada sayur dan ada lauk. Minum 6-8 gelas air putih dan kadang-kadang teh.
Selama di RS pasien makan 3x sehari porsi setengah piring, ada sayur dan
lauk. Minum 2-3 gelas air putih dan infus RL 20/tpm. BAB 1x sehari, bau khas
feses, berwarna kuning kecoklatan bercampur darah dan konsistensi keras.
BAK 3-4x sehari berwarna kuning, bau khas urine. Sejak dirawat klien belum
pernah BAB. BAK 5-6x sehari, warna kuning berbau khas urine. Aktivitas
klien dibantu keluarga.
Bentuk kepala pasien simetris, tidak ada benjolan, penglihatan non
anemis, hidung simetris, hidung bersih tidak ada secret, tidak ada pembesaran
tiroid, tidak ada gangguan pendengaran, mulut bersih, mukosa lembab. Bentuk
dada simetris, tidak ada benjolan, lokasi jantung terdengar redup, tidak ada
suara tambahan pada jantung. Perkembangan dada kanan dan kiri sama, tidak
ada nyeri tekan, suara paru sonor. suara/bunyi nafas vesikuler, tidak ada
hambatan. Bentuk abdomen simetris, peristaltik usus 9x/menit, suara abdomen
tympani, tidak ada nyeri tekan. Kulit pasien tampak bersih, berwarna kuning
langsat, tidak ada lesi.

17
BAB IV

PEMBAHASAN KASUS

A. Pengkajian

1. Data demografi
a. Identitas diri klien
Nama : Tn.A
Umur : 40 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Kulon Progo
Suku bangsa : Jawa/Indonesia
Status pernikahan : Kawin
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Petani
Diagnosa medis : Hemoroid
Tanggal masuk RS : Selasa, 01 September 2020
Tanggal pengkajian : Selasa, 01 September 2020
b. Identitas penanggung jawab
Nama : Ny.C
Usia : 35 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Swasta
Hubungan dengan klien : Istri

18
2. Riwayat penyakit
a. Keluhan utama saat masuk RS
Klien mengatakan nyeri di anusnya
1) Riwayat penyakit sekarang
Pasien mengatakan dirinya merasakan nyeri dengan skala 6 pada
anusnya. Nyeri tersebut seperti ditusuk-tusuk, dirasakan terus-
menerus terutama saat bergerak sehingga terasa tidak nyaman dan
pasien tampak meringis kesakitan. Tanda-tanda pasien adalah TD :
120/80 mmHg, S : 37⁰C, N : 100x/menit, RR : 22x/menit. Setelah
dilakukan pemeriksaan di IGD bahwa pasien mengalami hemoroid
derajat IV dan dokter menganjurkan untuk dilakukan operasi besok
pagi pada tanggal 2 September 2020.
2) Riwayat penyakit dahulu
Klien mengatakan dahulu pernah menderita hemoroid 1 tahun yang
lalu tetapi tidak dilakukan tindakan operasi sehingga kambuh lagi.
3) Riwayat penyakit keluarga
Keluarga klien mengatakan tidak ada yang menderita penyakit
yang sama, serta tidak mempunyai riwayat penyakit keturunan
(seperti diabetes, dipertensi, asma, dll).
3. Pengkajian keperawatan
(Bandingkan kondisi saat klien sebelum masuk RS dan saat masuk RS)
a. Persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Pengetahuan tentang penyakit atau perawatan
Klien dan keluarga mengatakan belum paham tentang penyakit ambien.
b. Pola nutrisi/metabolik
Program diit RS :
1) Intake makanan
a) SMRS : 3x sehari, nasi, sayur, lauk, 1 piring
b) MRS : 3x sehari, nasi, sayur, lauk, ½ piring

19
2) Intake minuman/cairan
a) SMRS : 6-8 gelas air putih, kadang-kadang teh
b) MRS : 2-3 gelas air putih, infus RL 20/tpm
c. Pola eliminasi
1) Buang air besar
a) SMRS : 1x sehari, berbau khas feses, berwarna kuning
kecoklatan bercampur darah, keras
b) MRS : Belum pernah
2) Buang air kecil
a) SMRS : 3-4x sehari, berwarna kuning, berbau khas urin
b) MRS : 5-6x sehari, berwarna kuning, berbau khas urin

d. Pola aktivitas dan latihan

Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4


Makan/minum √
Mandi √
Toileting √
Berpakaian √
Mobilitas ditempat tidur √
Berpindah √
Ambulasi/ROM √

Keterangan:
0 = mandiri, 1 = alat bantu, 2 = dibantu orang lain, 3 = dibantu orang
lain dan alat, 4 = tergantung total.

4. Pemeriksaan fisik
TD : 120/80, S : 37 C, N : 100x/menit, RR : 22x/menit

20
a. Kepala:
Bentuk kepala simetris, tidak ada benjolan, penglihatan non
anemis, hidung simetris, hidung bersih tidak ada secret, tidak ada
pembesaran tiroid, tidak ada gangguan pendengaran, mulut bersih,
mukosa lembab.
b. Jantung
I : Bentuk dada simetris
P : Tidak ada benjolan
P : lokasi jantung terdengar redup
A : Tidak ada suara tambahan pada jantung
c. Thorak/dada/paru
I : Bentuk dada simetris, perkembangan dada kanan dan kiri
Sama
P : Tidak ada nyeri tekan
P : Suara paru sonor
A : Suara/bunyi nafas vesikuler, tidak ada hambatan
d. Abdomen
I : Bentuk abdomen simetris
P : Peristaltik usus 9x/menit
P : Suara abdomen tympani
A : Tidak ada nyeri tekan
e. Perkemihan
-
f. Inguinal
Klien tidak mengeluhkan bagian genital, klien mengatakan nyeri di
anus karena terdapat benjolan.
Ekstermitas (termasuk keadaan kulit, kekuatan)
Kulit tampak bersih, berwarna kuning langsat, tidak ada lesi

Ki Ka

21
4 5
5 5

Keterangan:
Ektermitas atas kanan 5
Ekstermitas atas kiri terpasang infus RL 20/tpm kekuatan otot 4 dari 5
(cukup kuat tetapi tidak menggunakan kekuatan penuh dan dapat menahan
tahanan)
Ekstermitas bawah kanan 5
Ekstermitas bawah kiri 5 (baik, dapat menahan tekanan)
5. Hasil pemeriksaan laboratorium
-
6. Terapi saat ini
-

B. Pengelompokan Data
1. Pre Operasi
Data subyektif Data obyektif
-Pasien mengatakan nyeri di anusnya. -Pasien tampak meringis kesakitan
P : ambien -Pasien tampak cemas
Q : seperti ditusuk-tusuk -TTV : TD: 120/80, N : 100 x/menit, S :
R : di anus 37 C, RR : 22x/menit
S : skala 6
T :nyeri hilang timbul dan dirasakan
saat bergerak

-Pasien mengatakan bahwa dirinya takut


untuk menjalani operasi dan takut
merasakan sakitnya ketika menjalani
operasi.

22
2. Post Operasi
Data Subjektif Data Objektif
-Klien mengatakan nyeri pada area luka -Klien tampak menyerinangi menahan
yang telah dioperasi sakit pada bekas operasi. Klien
P : Hemoroidektomi mengatakan sedikit nyeri pada bekas
Q : Seperti disayat sayat operasi
R : Anus
S : Skala 6 -Klien terdapat luka insisi bedah.
T : terus menerus -Luka klien Nampak kemerahan

-Klien mengatakan gatal pada area luka


operasi

C. Analisa Data
1. Pre Operasi
DATA ETIOLOGI PROBLEM
DS : Agen Cedera Biologi Nyeri Akut
Pasien mengatakan nyeri di
anusnya.
P : ambien

23
Q : seperti ditusuk-
tusuk
R : di anus
S : skala 6
T : nyeri hilang timbul
dan dirasakan saat
bergerak
DO :
Pasien tampak meringis
kesakitan
N= 102 x/menit

DS :
Pasien mengatakan bahwa Rencana Pembedahan Ansietas
dirinya takut untuk
menjalani operasi dan takut
merasakan sakitnya ketika
menjalani operasi.
DO :
Pasien tampak cemas
N: 102 x/menit

2. Post Operasi
DATA ETIOLOGI PROBLEM
DS : Agen injuri fisik Nyeri akut
klien mengatakan nyeri
pada bekas operasi
DO :

24
klien tampak menyeringai
menahan sakit pada bekas
operasi

DS : Pertahanan primer tidak Kerusakan integritas


Klien mengatakan gatal adekuat kulit
pada area operasi
DO :
Luka klien mampak
kemerahan

DS : - Prosedur invasif Resiko infeksi


DO :
Terdapat luka pembedahan
di area anus

D. Diagnosa Keperawatan
1. Pre Operasi
a) Nyeri Akut berhubungan dengan agen cedera biologis
b) Ansietas berhubungan dengan rencana prosedur pembedahan

2. Post Operasi
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik
b. Kerusakan integritas jaringan kulit berhubungan dengan pertahanan
primer tidak adekuat
c. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif

25
E. Intervensi Keperawatan
1. Pre Operasi

NO DIAGNOSA PERENCANAAN

TUJUAN INTERVENSI RASIONAL

1. Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri (1400) a. Mengetahui lokasi, karakteristik,
dengan agen cedera keperawatan selama 1x24 jam a. Kaji nyeri secara konprehensif yang durasi, frekuensi, kualitas,
biologis nyeri pasien berkurang dengan meliputi lokasi, karakteristik, durasi, intenstas dan faktor pencegus
Ds: kriteria hasil : frekuensi, kualitas, intensitas dan nyeri berguna untuk menentukan
Pasien mengatakan Tingkat Nyeri (2102) faktor pencetus nyeri intervensi selanjutnya
nyeri di anusnya. 1. Pasien mampu menngenali
P : ambien nyeri (skala, intensitas, b. Nyeri dapat mengakibatkan
Q : seperti ditusuk- frekuensi dan tanda nyeri) b. Monitor tanda-tanda vital peningkatan nadi dan tekanan
tusuk 2. Pasien mampu mengontrol darah
R : di anus nyeri (mampu menggunakan
S : skala 6 teknik non farmakologi untuk c. Relaksasi nafas dalam membantu
T : nyeri hilang mengurangi nyeri) c. Ajarkan teknik nonfarmakologi(napas dalam merilekskan otot-otot yang
timbul dan dirasakan 3. Nyeri pasien dalam rentang dalam berguna untuk penurunan rasa

26
saat bergerak 2-4 nyeri
Do:
Pasien tampak meringis d. Lingkungan yang nyaman
kesakitan d. Kontrol lingkungan yang dapat membantu pasien merasa rileks
N= 102 x/menit mempengaruhi nyeri
e. Analgesik membantu dalam
e. Kolaborasi pemberian analgetik penurunan reseptor nyeri

NO DIAGNOSA PERENCANAAN

TUJUAN INTERVENSI RASIONAL

2. Ansietas b.d Rencanan Setelah dilakukan tindakan Pengajaran : Perioperatif (5610) a. Memberikan rasa percaya pasien

27
Pembedahan keperawatan selama 1x24 jam terhadap perawat
a. Gunakan pendekatan yang
pasien tidak cemas dengan
menenangkan
kriteria hasil : b. Menurunkan cemas dan takut
Tingkat Kecemasan (1211)
b. Jelaskan semua prosedur dan apa terhadap proses operasi
1. Klien mampu
yamg dirasakan selama prosedur
mengidentifikasi dan c. Meyakinkan pasien bahwa
mengungkapkan rasa cemas
c. Dorong keluarga untuk peran dalam keluarga tidak
2. Mengidentifikasi
menganggap pasien seperti biasanya berubah
mengungkapkan rasa cemas
3. Vital sign dalam batas
d. Memberikan kondisi yang
d. Temani pasien untuk memberikan
normal
nyaman baik secara fisik maupun
keamanan dan mengurangi takut
4. Postur tubuh, ekspresi wajah,
psikologis
dan bahasa tubuh
e. Dengarkan dengan penuh perhatian
e. Memberikan kesempatan pada
pasien dalam mengungkapkan
f. Identifikasi tingkat kecemasan
rasa kecemasan yang dialami
guna menentukan intervensi
g. Instruksikan pasien menggunakan
selanjutnya
tekik-teknik relaksasi

28
f. Mengetahui tingkat intervensi
yang terjadi pada pasien guna
membantu pemberian intervensi
selanjutnya

g. Teknik relaksasi membantu otot


menjadi rileksi

2. Post Operasi

29
NO DIAGNOSA PERENCANAAN

TUJUAN INTERVENSI RASIONAL

3. Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri (1400) a. Membantu menentukan pilihan
dengan agen injuri fisik keperawatan selama 3x24 jam a. Kaji tingkat nyeri, durasi, lokasi intervensi dan memberikan dasar
ditandai dengan diharapkan nyeri akan berkurang dan intensitas untuk perbandingan dan evaluasi
Ds : klien mangatakan dengan kriteria : terhadap terapi
sedikit nyeri pada bekas Tingkat Nyeri (2102)
operasi 1. Klien tampak tenang
b. Observasi ketidaknyamanan b. Perilaku non verbal menunjukkan
Do : klien tampak 2. Klien mengatakan nyeri
nonverbal ketidaknyamanan klien terhadap
menyiangi menahan berkurang.
nyeri
sakit
c. Komunikasi terapeutik dapat
c. Gunakan strategi komunikasi
menenangkan klien
terapeutik

d. Memfokuskan perhatian klien


d. Gunakan teknik distraksi
untuk membantu menurunkan
tegangan otot
e. Ciptakan suasana lingkungan yang e. Lingkungan tenang dapat
tenang mnegurangi factor-faktor stress

30
selama nyeri
f. Kolaborasi dengan dokter f. Terapi analgetik dapat
pemberian analgetik mengurangi rasa nyeri yang
dirasakan klien.

NO DIAGNOSA PERENCANAAN

TUJUAN INTERVENSI RASIONAL

31
4. Kerusakan integritas Setelah dilakukan tindakan Perawatan Luka (3660) 5. Memonitor karakteristik luka,
kulit berhubungan keperawatan selama 3x24 jam 1. Monitor karakteristik luka, termasuk termasuk drainase, warna,
dengan pertahanan diharapkankerusakan integritas drainase, warna, ukuran, dan bau. ukuran, dan bau mencegah
primer tidak adekuat kulit menurun dengan kriteria 2. Lakukan perawatan luka setiap adanya decubitus atau luka
ditandai dengan : hasil : waktu yang telah ditentukan yang semakin parah.
DS : Penyembuhan luka : (1103) 3. Ganti balutan dengan teknik steril 6. Melakukan perawatan luka
Klien mengatakan gatal 1. Integritas kulit yang baik sesuai dengan jumlah eksudat dan untuk mengetahui kondisi
pada area operasi dapat dipertahankan (sensasi, drainase luka agar tetap bersih.
DO : elastistas, temperatur, 4. Anjurkan pasien dan anggota 7. Mengganti balutan dengan
Luka klien mampak hidrasi, dan pigmentasi) keluarga untuk mengeenal tanda dan Teknik steril mencegah
kemerahan 2. Tidak ada luka atau lesi pada gejala infeksi adanya infeksi pada luka.
kult. 8. Menganjurkan pasien dan
3. Perfusi jaringan kulit baik. anggota keluarga untuk
4. Menunjukan pemahaman mengeenal tanda dan gejala
dalam proses perbaikan kulit infeksi untuk mencegah
dan mencegah terjadinya resiko infeksi sejak dini
cedera berulang. sehingga tidak membuat luka
5. Mampu melindungi kulit dan semakin sulit disembuhkan.
mepertahankan kelembaban

32
kulit dan perawatan alami.

33
NO DIAGNOSA PERENCANAAN

TUJUAN INTERVENSI RASIONAL

5. Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan Kontrol infeksi (6540) 1. Mengetahui ada tidaknya indikasi
berhubungan dengan keerawatan selama 45 menit 1. Monitor tanda dan gejala infeksi tanda gejala infeksi akibat
prosedur invasif infeksi dapat dikontrol dengan sistemik dan lokal prosedur pembedahan.
ditandai dengan : kriteria :
Ds : - Keparahan Infeksi: 0703 2. Gunakan sabun antimikroba untuk 2. Cuci tangan dengan sabun
Do : terdapat luka insisi cuci tangan setiap kali memberikan antimikroba membunuh kuman
bedah diarea anus 1. Pasien bebas dari tanda dan tindakan pada klien dan bakteri sehingga mencegah
gejala risiko infeksi.
2. Menunjukkan kemampuan 3. Berikan perawatan steril pada kulit
untuk mencegah timbulnya serta luka setiap ganti perban pada 3. Menjaga area sekitar luka tetap
infeksi. area epidema bersih, lembab dan pengeringan
luka maksimal
3. Menunjukkan perilaku hidup 4. Intruksikan pada keluarga,
sehat pengunjung untuk mencuci tangan 4. Mencegah adanya infeksi
saat berkunjung dan setelah lanjutan pada klien karena

34
4. Luka bekas post operasi berkunjung meninggalkan pasien pengunjung juga berisiko
bersih membawa kuman dan bakteri.
5. Kolaborasi pemberian antibiotik.
5. Antibiotik dapat mencegah
perkembangan mikroorganisme
patogen dan dapat mencegah
risiko infeksi

35
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hemoroid adalah pelebaran pembuluh darah vena hemoroidalis dengan
penonjolan membrane mukosa yang melapisi daerah anus dan rectum. Hemoroid
dapat disebabkan oleh banyak hal seperti, konstipasi menahun, diare kronik,
pembesaran prostat fibroid uteri, kurang makan- makanan berserat, pekerjaan
seperti mengangkat beban yang terlalu berat, peradangan pada usus, kehamilan,
obesitas, dan hipertensi. Hemoroid memiliki tanda dan gejala seperti darah yang
menetes setelah buang air besar, terdapat benjolan pada anus, nyeri, anus terasa
gatal karena adanya cairan dari selaput lender anus disertai perdarahan, yang
mengAkibatkan mengotori pakaian dalam bahkan sampai menyebabkan
pembengkakan pada kulit.

Hemoroid dapat dibagi menjadi hemoroid derajat 1-4. Dalam kasus


hemoroid derajat 4, perlu segera dilakukan tindakan bedah segera. Tindakan
bedah yang dilakukan pada kasus hemoroid derajat 4 adalah tindakan bedah
hemoroidektomi. Hemoroidektomi adalah suatu tindakan pembedahan dan cara
pengangkatan pleksus hemoroidalis dan mukosa atau tanpa mukosa yang hanya
dilakukan pada jaringan yang benar-benar berlebih.

B. Saran
Sebaiknya untuk mencegah terjadinya hemoroid atau ambeien salah
satunya adalah dengan cara menjalani pola hidup yang sehat dan selalu menjaga
kesehatan. Terkadang banyak pasien yang sudah mengalami beberapa tanda
gejalanya namun mereka malu untuk mengungkapkannya sehingga jika tidak
segera ditangani akan menyebabkan pembuluh darah semakin melebar.
Diharapkan tenaga kesehatan juga selalu menjalankan tindakan dengan
professional dan mengedukasi secara menyeluruh tentang hemoroid terlebih
sebelum dan sesudah dilakukan hemoroidektomi.

36
DAFTAR PUSTAKA
Bulechek, Gloria, dkk. 2016. NIC. Singapura : Elsevier.

Haryono R. 2012. Keperawatan Medikal Bedah Sistem Pencernaan.


Yogyakarta : Goysen Publising.

Herdman, T. Heather. 2018. NANDA I Diagnosis Keperawatan Definisi dan

Klasifikasi. Jakarta : EGC

Mardalena, I. 2018. Asuhan Keperawatan Pada Paisen Dengan


Gangguan Sistem Pencernaan. Yogyakarta: Pustaka Baru Press

Moorhead, Sue, dkk. 2016. NOC. Singapura : Elsevier

Muttaqin, A. &. S. K., 2011. Gangguan Gastrointestinal : Aplikasi Asuhan.


Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Salemba Medika.

Riezky, Dwi, dkk. 2013. Hubungan Tingkat Pengetahuan Perawat dengan


Tindakan Keperawatan pada Pasien Operasi dengan General
Aenesthesia. Jurnal Pustaka Kesehatan. No.1(vol.1). 54-61.

RISKESDAS, 2013. Jakarta: Balitbang Kemenkes RI

Sjamsuhidajat, 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah. II ed. Jakarta: EGC

Sylvia, P. & Lorraine, W., 2012. Patofisiologi: Konsep Klinis. Proses-Proses


Penyakit. Jakarta: EGC

Taufan, N., 2011. Buku Ajar Ilmu Bedah Pada Pasien Hemoroid. Jakarta:
Salemba Medika.

37

Anda mungkin juga menyukai