Anda di halaman 1dari 54

KARYA ILMIAH AKHIR

LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TN.S


DENGAN DIAGNOSA MEDIS HEMOROID DI RUANG RUBBY BEDAH
DI RUMAH SAKIT UNIVERSITAS TANJUNGPURA

Dosen Pembimbing : Ns. RIDHA MARDIANI, M.Kep

Disusun Oleh:
ASSAMI (SRP21318004)

PROGRAM STUDI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN MUHAMMADIYAH
PONTIANAK
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wata’ala,


karena berkat rahmat-Nya kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul
“Laporan Kasus Asuhan Keperawatan pada Tn.S dengan Diagnosa
Hemoroid”. Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas Karya Ilmiah Akhir
(KIA).
Dalam pembuatan makalah ini kami mengucapkan terima kasih yang
sedalam-dalamnya kepada :
1. Ibu Ns. Ridha Mardiani, M.Kep. Selaku dosen pembimbing yang telah
mengarahkan untuk menyelesaikan penyusunan makalah ini.

Saya menyadari bahwa dalam penyusunan KIA ini jauh dari kata
sempurna, baik dari segi penyusunan, bahasan, ataupun penulisannya. Oleh
karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun,
guna menjadi acuan dalam bekal pengalaman bagi kami untuk lebih baik  di
masa yang akan datang.

Pontianak, 13 Juli 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................2
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................2
C. Tujuan...........................................................................................................2
2. TujuanKhusus...............................................................................................2
BAB II......................................................................................................................3
TINJAUAN TEORI.................................................................................................3
A. Definisi..........................................................................................................3
B. Etiologi..........................................................................................................4
C. Patofisiologi..................................................................................................5
D. Manifestasi Klinis.........................................................................................6
E. Komplikasi....................................................................................................7
F. Pemeriksaan Penunjang................................................................................7
G. Penatalaksanaan............................................................................................9
H. Asuhan keperawatan...................................................................................11
1. Pengkajian...............................................................................................11
2. Diagnosa Keperawatan............................................................................17
3. Perencanaan keperawatan........................................................................18
4. Implementasi...........................................................................................21
5. Evaluasi keperawatan..............................................................................22
BAB III..................................................................................................................24
LAPORAN KASUS...............................................................................................24
A. Pengkajian...................................................................................................24
B. Data Fokus..................................................................................................30
C. Analisa Data................................................................................................32
D. Diagnosa Keperawatan...............................................................................33
E. Rencana Keperawatan.................................................................................34
F. Impelentasi dan evaluasi keperawatan........................................................38
BAB IV..................................................................................................................43
PEMBAHASAN....................................................................................................43
A. Pengkajian...................................................................................................43
B. Diagnosa Keperawatan...............................................................................45
C. Intervensi Keperawatan...............................................................................50
D. Impelentasi Keperawatan............................................................................52
E. Evaluasi Keperawatan.................................................................................53
BAB V....................................................................................................................55
PENUTUP..............................................................................................................55
A. Kesimpulan.................................................................................................55
B. Saran............................................................................................................55
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................57
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Hemoroid atau yang sering dikenal dengan penyakit wasir atau

ambeien merupakan penyakit yang sangat umum terjadi dimasyarakat

dan sudah ada sejak jaman dahulu kejadian hemoroid cenderung

meningkat seiring bertambahnya usia seseorang dimana insidennya

lebih tinggi dari seseorang yang berusia 20-50 tahun. Pada usia diatas

50 tahun ditemukan 50% populasi mengalami hemoroid (Black dan

jane, 2014). Penatalaksanaan dari hemoroid salah satunya dengan

operasi jika pengobatan dan penanganan lain untuk hemoroid yang

telah dicoba dan tidak berhasil. Dengan dilakukannya operasi

hemoroidektomi yang bertujuan untuk pengangkatan hemoroid.

Terapi bedah ini juga dapat dilakukan pada penderita dengan

pendarahan berulang dan anemia yang tidak sembuh dengan cara terapi

lainnya yang lebih sedarhana. Prinsip yang harus diperhatikan pada

hemoroidektomi adalah eksisi hanya dilakukan pada jaringan yang

bernar-benar berlebih. Eksisi sehemat mungkin dilakukan pada

anoderm dan kulit yang normal dengan tidak mengganggu sfingter

anus. Perawatan luka operasi hemoroidektomi merupakan tindakan

untuk merawat luka dan melakukan pembalutan dengan tujuan

mencegah infeksi silang (masuk melalui luka) dan mempercepat

penyembuhan luka. Luka perlu ditutup dengan kasa steril, sehingga sisa

darah dapat diserap oleh kasa. Dengan menutup luka itu kita menceagh

terjadinya kontaminasi (masuknya kuman). Selain itu, perawatan


hemoroidektomi jug dapat dilakukan dengan cara keluhan dikurangi

rendam duduk dengan menggunakan larutan hangat untuk mengurangi

nyeri atau gesekan pada waktu berjalan dan sedasi. (brunner &

Suddarth, 2013)

Menurut data WHO (2015), angka kejadian hemoroid terjadi

diseluruh negara, dengan presentasi 54% mengalami gannguan dan

Angka kejadian hemoroid akan meningkat menjadi 350 juta jiwa pada

tahun 2030. Diindonesia berdasarkan data dari kementrian kesehatan

yang diperoleh dari rumah sakit 33 provinsi terdapat 335 rata-rata kasus

hemoroid. Baik hemoroid eksternal maupun internal (Kemenkes 2016).

Berdasarkan data dari The National Center of Health Statistics di

Amerika Serikat, pravelensi hemoroid sekitar 4,4% (Buntxen et al,

2013).

Hemoroid adalah pelebaran dn inflamasi pembuluh darah vena di

anus dari pleksus hemoroidalis. Hemoroid dibagi menjadi dua yaitu

hemoroid eksterna dan hemoroid interna. Hemoroid eksterna adalah

terjadinya varises pada pleksus hemoroidialis inferior dibawah linea

dentate dan tertutup oleh kulit. Hemoroid interna adalah pembengkakan

vena pada pleksus hemoroidialis superior, diatas line dentate dan

tertutup oleh mukosa. Terdapat empat derajat hemoroid interna, yaitu:

Derajat I, terjadi varises tetapi belum ada benjolan saat defekasi.dapat

diketahui dengan adanya pendarahan melalui signiodoskopi. Derajat II,

terdapat pendarahan dn prolaps jaringan diluar anus saat mengejan

selama defekasi tetapi dapat kembali secara spontan. Derajat III, sama

dengan derajat II, hanya saja prolaps tidak dapat kembali secara

spontan, harus didorong (manual). Derajat IV, prolaps tidak dapat


direduksi atau inkerserasi. Benjolan dapat terjepit di luar dapat

mengalami iritasi, inflamasi, oedem, ulserasi. (Sudarsono, 2015)

Tindakan hemoroidektomi adalah terapi bedah yang bertujuan

untuk menghilangkan pembuluh darah yang mengalami masalah.

Terapi bedah ini dipilih untuk penderita yang mengalami keluhan

menahun dan pada penderita hemoroid derajat III dan IV. Terapi bedah

juga dapat dilakukan pada penderita dengan perdarahan berulang dan

anemia yang tidak sembuh dengan cara terapi lainnya yang lebih

sedarhana. Penderita hemoroid derajat IV yang mengalami trombosis

dan kesakitan hebat dapat ditolong segera dengan hemoroidektomi.

Prinsip yang harus diperhatikan pada hemoroidektomi adalah eksisi

hanya dilakukan pada jaringan yang benar-benar kelebihan. Eksisi

sehemat mungkin dilakukan pada anoderm dan kulit yang normal

dengan tidak mengganggu sfingter anus ( Sjamsuhidajat, 2010)


2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang ada maka dapat
timbul pertanyaan:

Bagaimana pembahasan kasus dan asuhan keperawatan pada pasien dengan


Hemoroid?

3. Tujuan

1. TujuanUmum
Tujuan umum makalah ini adalah memberikan gambaran pelaksanaan
asuhan keperawatan pada pasien Tn.S dengan Hemoroid.

2. TujuanKhusus
a. Mengidentifikasi definisi Hemoroid
b. Mengidentifikasi etiologi Hemoroid
c. Mengidentifikasi patofsiologi Hemoroid
d. Mengidentifikasi manifestasi klinis Hemoroid
e. Mengidentifikasi komplikasi Hemoroid
f. Mengidentifikasi pemeriksaan penunjang Hemoroid
g. Mengidentifikasi penatalaksanaan Hemoroid
h. Mengidentifikasi kasus dan asuhan keperawatan pada pasien dengan
Hemoroid
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Definisi
Hemoroid merupakan pelebaran dan inflamasi pembuluh darah vena didaerah
anus yang berasal dari flexus hemoroidalis. Hemoroid eksrerna adalah pelebaran
vena yang berada dibawah kulit( subkutan) dibawah atau luar lines dentate.
Hemoroid interna adalah pelebaran vena yang berada dibawah mukosa (submukosa)
diatas atau dibawah linea dentate (jitowiyono, Kristiyanasari, 2012). Hemoroid suatu
pelebaran dari vena-vena didalam pleksus hemoroidalis. Walaupun kondisi ini
merupakan suatu kondisi fisiologis (Muttaqin, 2011 Hal. 689).

2. Etiologi

Menurut ( Sudoyo, Aru, dkk 2011). Hemoroid timbul karena dilatasi,


pembengkakan atau inflamasi vena hemorrhoidalis yang disebabkan oleh faktor-
faktor resiko/pencetus, seperti :

1. Mengedan pada buang air besar (BAB) yang sulit


2. Pola buang air besar yang salah (lebih banyak menggunakan jamban duduk,
terlalu lama duduk di jamban sambil membaca, merokok)
3. Peningkatan tekanan intra abdomen karena tumor (tumor udud, tumor abdomen)
4. Kehamilan (disebabkan tekanan jenis pada abdomen dan perubahan hormonal)
5. Usia tua
6. Konstipasi kronik
7. Diare akut yang berlebihan dan diare kronik
8. Hubungan seks peranal
9. Kurang minum air dan kurang makan-makanan berserat (sayur dan buah)
10. Kurang olahraga/imobilisasi ( Nurarif. A.H. dan Kusuma.H.(2015)
Berdasarkan gambaran klinis hemoroid interna dibagi atas:

1. Derajat 1 : Pembesaran hemoroid yang tidak prolaps ke luar kanal

anus, hanya dapat dilihat dengan anorektoskop

2. Derajat 2 : Pembesaran hemoroid yang prolaps dan menghilang

atau masuk sendiri ke dalam anus secara spontan.

3. Derajat 3 : Pembesaran hemoroid yang prolapse dapat masuk lagi

ke dalam anus dengan bantuan dorongan jari

4. Derajat 4 : Prolaps hemoroid yang permanen. Rentan dan

cenderung untuk mengaladami thrombosis dan infark.

Secara anoskopi hemoroid dapat dibagi atas:


1. Hemoroid eksterna (diluar/dibawah linea dentate)

2. Hemoroid interna (didalam/diatas linea dentate)

3. Patofisiologi

Hemoroid dapat terjadi pada individu yang sehat. Hemoroid umumnya


menyebabkan gejala ketika mengalami pembesaran, peradangan atau prolapse
sebagaian besar penulis setuju bahwa diet rendah serat menyebabkan bentuk
fases mnjadi kecil, yang bias menyebabkan kondisi mengejan selama BAB
peningkatan tekanan ini menyebabkan pembengkakan dari hemoroid,
kemungkinan gangguan venous return. Hemoroid eksterna diklasifikasi sebagai
akut dan kronis. Bentuk akut berupa pembekakan bulat kebiruan pada pinggir
anus dan sebenarnya merupakan suatu hematoma. Trombosis akut biasa berkaitan
dengan peristiwa tertentu seperti tenaga fisik, berusaha dengan mengejan, diare
atau perubahan dalam diet. Kondisi hemoroid eksternal memberikan menifestasi
kurang higenis akibat kelembaban dan rangsangan akumulasi mukus. Keluarnya
mukus dan terdapat feses pada pakaian dalam merupakan ciri hemoroid yang
mengalami prolapse menetap (Brunner & Suddarth, 2013).
Menurut (Nugroho, 2011). Hemoroid dapat disebabkan oleh tekanan
abdominal yang mampu menekan vena hemoroidlis sehingga menyebabkan
dilatasi pada vena, dapat dibagi menjadi 2,yaitu Interna dan Eksterna. Yang
pertama interna (dilatasi sebelum spinter) yang ditandai dengan bila membesar
baru nyeri, bila vena pecah BAB berdarah sehingga dapat menyebabkan anemia.
Eksterna (dilatasi sesudah spinter) ditandai dengan nyeri dan bila vena pecah dan
BAB berdarah-trombosit-inflamasi. Hemoroid dapat terjadi pada individu yang
sehat. Hemoroid umumnya dapat menyebabkan gejala ketika mengalami
pembesaran, peradangan, atau prolapse. Diet rendah sehat menyebabkan bentuk
fases menjadi kecil yang bisa menyebabkan kondisi mengejan selama BAB,
peningkatan tekanan ini menyebabkan pembengkakan dari hemoroid (Muttaqin,
2011).
PATHWAY

Gambar 2.1 Pathways Hemoroid, sumber (muttaqin, 2011)

Obstipasi, sering mengejan, banyak duduk,

Tekanan intra abdomen

Hemoroid

Derajat III, IV Kronik

HEMOROIDEKTOMI

Eksisi plexus hemoroidalis

Port de Entry

Kurangnya informasi Diskotinuitas jaringan Takut BAB

Bakteri/kuman mudah masuk

Defisit pengetahuan tentang penyakit, pengobatan danPelepasan mediator kimia (bradikardin,


perawatannya Feseshistamine
mengerasskretasn

Resiko infeksi
Konstipasi

Merangsang ujung sarafnosiseptor


Gangguan
eliminasi BAB

Cortex cerebri (nyeri dipersepsikan)

Nyer
i
4. Manifestasi Klinis
Menurut (Jitowiyono & Kristiyanasari, 2012) Tanda dan Gejala pada hemoroid
yaitu:
1. Rasa gatal dan nyeri, bersifat nyei akut. Nyeri akut adalah nyeri yang terjadi
setelah cedera akut, penyakit, atau intervensi bedah dan memiliki proses yang
cepat dengan intensitas yang bervariasi (ringan sampai berat) dan yang
berlangsung sangat singkat (ndarmoyo, 2013)
2. Perdarahan berwarna merah terang pada saat BAB.
3. Pada hemoroid Eksternal, sering timbul nyeri hebat akibat inflamasi dan
edema yang disebabkan oleh thrombosit (Pembekuan darah dalam hemoroid)
sehingga dapat menimbulkan iskemia dan nekrosis pada area tersebut.

5. Komplikasi

Komplikasi hemoroid antara lain :


1. Luka dengan tanda rasa sakit yang hebat sehingga pasien takut mengejan dan

takut berak. Karena itu, tinja makin keras dan semakin memperberat luka di

anus.

2. Infeksi pada daerah luka sampai terjadi nanah dan fistula (saluran tak normal)

dari selaput lendir usus/anus.

3. Perdarahan akibat luka, bahkan sampai terjadi anemia.

4. Jepitan, benjolan keluar dari anus dan terjepit oleh otot lingkar dubur sehingga

tidak bisa masuk lagi. Sehingga, tonjolan menjadi merah, makin sakit, dan besar.

Dan jika tidak cepat-cepat ditangani dapat busuk. (Dermawan, 2010)


6. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan colok dubur : Diperlukan untuk menyingkirkan kemungkinan

karsinoma rektum, pada hemoroid interna tidak dapat diraba sebab tekanan vena

didalamnya tidak cukup tinggi dan biasanya tidak nyeri

2. Anoskop: Diperlukan untuk melihat hemoroid interna yang tidak menonjol keluar

3. Proktokoresigmoidoskopi: Untuk memastikan bahwa keluhan bukan di sebabkan

oleh proses radang atau proses keganasan di tingkat yang lebih tinggi.

7. Penatalaksanaan

1.Penatalaksanaan Konservatif

1. Koreksi konstipasi jika ada, meningkatkan konsumsi serat, laksatif, dan menghindari

obat-obatan yang dapat menyebabkan kostipasi seperti kodein. (Daniel, W.J)

2. Perubahan gaya hidup lainya seperti meningkatkan konsumsi cairan, menghindari

konstipasi dan mengurangi mengejan saat buang air besar.

3. Kombinasi antara anestesi lokal, kortikosteroid, dan antiseptic dapat mengurangi

gejala gatal-gatal dan rasa tak nyaman pada hemoroid. Penggunaan steroid yang

berlama-lama harus dihindari untuk mengurangi efek samping. Selain itu suplemen

flavonoid dapat membantu mengurangi tonus vena, mengurangi hiperpermeabilitas

serta efek anti inflamasi meskipun belum diketahui bagaimana mekanismenya.

(Acheson,A.G)
2.Pembedahan

Apabila hemoroid internal derajat 1 yang tidak membaik dengan

penatalaksanaan konservatif maka dapat dilakukan tindakan pembedahan.

HIST(hemorrhoid institute of south texas) menetapkan indikasi tatalaksana

pembedahan hemoroid antara lain:

a. Hemoroid internal derajat II berulang.

b. Hemoroid derajat III dan IV dengan gejala.

c. Mukosa rectum menonjol keluar anus.

d. Hemoroid derajat I dan II dengan penyakit penyerta seperti fissure.

e. Kegagalan penatalaksanaan konservatif.

f. Permintaan pasien.
Penatalaksanaan luka post operasi hemoroidektomi merupakan tindakan untuk

merawat luka dan melakukan pembalutan dengan tujuan mencegah infeksi silang

(masuk melalui luka) dan mempercepat penyembuhan luka. Selain itu, perawatan

hemoroidektomi juga dapat dilakukan dengan cara keluhan dikurangi rendam duduk

menggunakan larutan hangat untuk mengurangi nyeri atau gesekan pada waktu berjalan

dan sedasi (Brunner & Suddarth, 2013).


8. Asuhan keperawatan

1. Pengkajian
Pengkajian fokus keperawatan yang perlu diperhatikan

pada penderita post operasi hemoroid menurut Price dan

Wilson (2012) meliputi : nama, jenis kelamin, umur,

pekerjaan, alamat, agama, status perkawinan, no. register,

tanggal MRS, diagnose keperawatan.

1. Umur

Pada penderita hemoroid sering dijumpai 35% penduduk

yang berusia sekitar 45-65 tahun.laki-laki maupun

perempuan bisa mengalami hemoroid.

2. Pekerjaan

Karena faktor pekerjaan seperti angkat berat, mengejan saat

defekasi, pola makan yang salah bisa mengakibatkan feses

menjadi keras dan terjadinya hemoroid.

3. Keluhan utama

Pada pasien post operasi hemoroid mengeluh nyeri pada

anus akibat sesudah operasi.

4. Riwayat penyakit dahulu

Riwayat penyakit diare kronik, konstipasi kronik,

pembesaran prostat dan sebelumnya pernah memiliki

riwayat penyakit hemoroid.

5. Riwayat penyakit keluarga


Apakah ada riwayat penyakit hemoroid dalam satu keluarga.

6. Riwayat psikososial

a. Pola persepsi dan konsep diri

Kaji tentang persepsi klien terhadap penyakit yang diderita.

Pasien merasa malu dengan keadaanya, ansietas, dan

rendah diri.

b. Pola istirahat dan tidur

Pada pasien post hemoroid biasanya mengalami gangguan

tidur karena nyeri pada anus sesudah operasi.

c. Pola aktivitas

Pada pasien post hemoroid mengalami keterbatasan

aktivitas karena nyeri pada anus akibat sesudah operasi.

7. Pemeriksaan fisik

a. Tingkat kesadaran : kesadaran pasien perlu di kaji dari

sadar-tidak sadar (composmenti-coma) untung mengetahui

berat ringannya prognosis penyakit pasien. Kesadaran :

composmentis tingkat GCS : E : 4, V : 5, M : 6.

b. Tanda-tanda vital

1. Tekanan darah : normalnya 120/80 mmHg.

2. Suhu : normalnya 36,5C – 37,2C.

3. Nadi : normalnya 60-100 x/menit.

4. Respirasi rate : normalnya 16-24x/menit.

c. Pemeriksaan kepala dan muka


1. Kepala

1. Rambut : termasuk kuantitas, penyebaran dan tekstur antara

: kasar dan halus.

2. Kulit kepala : termasuk benjolan, lesi.

3. Tulang tengkorak : termasuk ukuran dan kontur.

4. Muka/wajah : termasuk simetris dan ekspresi wajah.

d. Pemeriksaan telinga

1. Daun telinga dilakukan inspeksi : simetris kana kiri.

2. Lubang telinga : produksi serumen tidak sampai

mengganggu diameter lubang.

3. Gendang telinga : kalau tidak tertutup serumen berwarna

putih keabuan dan masih dapat bervariasi dengan baik

apabila tidak mengalami infeksi sekunder.

4. Pendengaran :pengkajian ketajaman terhadap bisikan atau

tes garputala dapat mengalami penurunan.

a. Pemeriksaan mata

Yang perlu di kaji yaitu lapang pandang dari masing-masing

mata (ketajaman menghilang).

Inspeksi :

1. Posisi dan kesejajaran mata : mungkin muncul

eksoftalmikus, strabismus.

2. Alis mata : dermatitis, seborea.


3. Sklera dan konjungtiva : seklera mungkin ikterik.

Konjungtiva anemis pada penderita yang sulit tidur karena

merasakan nyeri setelah operasi.

4. Pupil : miosis, midriasis atau anisokor

b. Pemeriksaan mulut

dan faring

Inspeksi :

1. Bibir : sianosis, pucat

2. Mukosa oral : mungkin kering, basah.

3. Gusi perlu diamati kalau ada gingivitis.

4. Lidah mungkin berwarna keputihan dan berbau akibat

penurunan oral hygiene.

5. Faring mungkin terlihan kemerahan akibar peradangan.

c. Pemeriksaan leher

Pada inspeksi jarang tampak distensi vena jugularis,

pembesaran kelenjar limfe leher dapat muncul apabila ada

infeksi sistemik.

d. Pemeriksaan thorak dan paru

1. Inspeksi frekuensi : irama, kedalaman dan upaya bernafas

antara lain : takipnea, hipernea, dan pernafasan chyne stoke

(pada kondis ketoasidosis).

2. Amati bentuk dada : normal atau barrel chest, funnel chest dan pigeon
chest.
3. Dengarkan pernafasan pasien
4. Stidor pada obstruksi jalan nafas.
5. Mengi (apabila penderita mempunyai riwayat asma atau

bronchitis kronik).

e. Pemeriksaan jantung

1. Inspeksi : pada inspeksi bagaimana kondisi dada, simetris

atau tidak, ictus cordis nampak atau tidak.

2. Palpasi : terdapat ictus cordis teraba di ICS 4-5.

3. Perkusi : perkusi jantung terhadap suara jantung pekak (padat).

4. Auskultasi : auskultasi bunyi jantung normal BJ 1 (dup), BJ

2 (lup) dan suara terdengar tunggal.

f. Pemeriksaan abdomen

1. Inspeksi : pada kulit apakah ada strie dan simetris adanya

pembesaran organ.

2. Auskultasi : auskultasi bising usus apakah terjadi

penurunan atau peningkatan motilitas.

3. Perkusi : perkusi abdomen terhadap proporsi dan pola

tymphani serta kepekaan.

4. Palpasi : palpasi untuk mengetahui adanya nyeri tekan atau

massa.

g. Pemeriksaan genetalia dan anus

1. Genetalia : pada inspeksi apakah ada timosis pada

preposium dan apakah ada kemerahan pada kulit skrotum.

2. Anus

a. Inspeksi : pada inspeksi terdapat luka post operasi, apakah


ada tanda infeksi, apakah adanya pus (nanah) atau tidak,

apakah masih terjadi pendarahan berlebih.

b. Palpasi : palpasi untuk mengetahui adanya nyeri tekan,

adanya pus (nanah) atau tidak.

h. Pemeriksaan ekstremitas

Inspeksi bentuk, adanya luka, edema baik ekstremitas atas

maupun bawah.

Pemeriksaan kekuatan otot (skala 1-5)

1. lumpuh.

2. adanya kotraksi otot.

3. melawan gravitasi dengan sokongan.

4. melawan gravitasi tetapi tidak ada tahanan.

5. melawan gravitasi dengan tahanan sedikit.

6. melawan gravitasi dengan kekuatan penuh.


2.Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai
respons klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang
dialaminya baik yang berlangsung actual maupun potensial.Diagnosis
keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi respons klien individu,
keluarga dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan
kesehatan(PPNI,2017).
Kemungkinan diagnosa yang muncul:
Post op:
a. Ansietas
b. Intoleransi Aktivitas
c. Resiko Infeksi
d. Nyeri Akut
9. Perencanaan keperawatan
Perencanaan keperawatan atau intervensi keperawatan adalah
perumusan tujuan, tindakan dan penilaian rangkaian asuhan keperawatanpada
pasien/klien berdasarkan analisa pengkajian agar masalah kesehatan dan
keperawatan pasien dapat diatasi(NurarifHuda, 2016).

NO Diagnosa Tujuandan kriteriahasil Intervensi

1. Ansietas Setelah dilakukan tindakan Observasi


keperawatan selama.... 1.Identifikasi saat
jam diharapkan pasien tingkat ansietas
dapat mengurangi berubah (mis, Kondisi,
kecemasan. Dengan Waktu, Stresor)
Kriteria hasil: 2.Identifikasi
1) Verbalisasi kemampuan mengambil
kebingungan keputusan
menurun 3.Monitor tand-tanda
2) Verbaisasi ansietas (Verbal dan
khawatir non Verbal)
akibat Terapeutik
kondisi yang 1.Ciptakan suasana
dialami terapeutik untuk
menurun menumbuhkan
kepercayaan

3) Gelisah menurun 2.Pahami siyuasi yang


4) Perilaku tegang membuat ansietas
menurun 3.Gunakan
5) Keluhan pusing pendekatan yang
menurun
tenang dan
6) Anoreksia menurun
menyakinkan
3.Motivasi
mengidentifikasi
situasi yang memicu
kecemasan
Edukasi
1.Anjurkan keluarga
untuk tetap bersama
pasien
2.Anjurkan
mengungkapkan
perasaan dan persepsi
3.Latih kegiatan
pengalihan untuk
mengurangi
ketegangan
Kolaborasi
1.Kolaborasi
pemberian obat
ansietas, jika perlu

2. Intolerasni aktivitas Setelah dilakukan Observasi


tindakankeperawatan 1.Identifikasi gngguan
selama…jam diharapkan fungsi tubuh yang
pasien dapat beraktivitas mengakibatkan
secara mandiri baik kelelahan
dengan atau bantuan alat 2. Monitor kelelahan
denganKriteriaHasil: fisik dan emosional
1) Menopang 3. Monitor pola dan
berat badan jam tidur
meningkat. Terapeutik
2) Berjalan dengan 1.Sediakan lingkungan
langkah yang efektif
yang nyaman dan rendah
meningkat
stimulus
3) Nyeri saat
2. Berikan aktivitas
berjalan
distraksi yang
menurun
4) Kaku pada persendian menenangkan
menurun Edukasi
5) Keengganan berjalan 1.Anjurkan tirah baring
menurun 2. Anjurkan melakukan
6) Perasaan khawatir saat aktivitas secara
berjalan menurun bertahap
Kolaborasi
1. Kolaborasi
dengan ahli gizi
tetntang cara
meningkatkan
asupan
makanan.
3. Resiko Infeksi Setelah dilakukan tindakan Observasi
keperawatan selama…jam 1.Monitor tanda dan
diharapkan pasien dapat gejala infeksi lokal
mengontrol infeksi dengan dan sistemik
kriteriahasil: Terapeutik
1). Kebersihan tangan 1.berikan perawatan
meningkat kulit pada area edema
2). Kebersihan badan 2. Cuci tangan
meningkat sebelum dan sesudah
3). Kemerahan menurun kontak dengan pasien
4). Nyeri menurun dan lingkungan pasien
5). Kultur area luka 3. Pertahankan teknik
membaik aseptik pada pasien
6). Kultur feses membaik berisiko infeksi tinggi
Edukasi
1.Jelaskan tanda dan
gejala infeksi
2. Ajaekan cara cuci
tangan dengan benar
3. Ajarkan cara
memeriksa kondisi
luka atau luka operasi
4.Anjurkan
meningkatkan asupan
nutrisi
5. Anjurkan
meningkatkan asupan
cairan
Kolaborasi
1.Kolaborasi
pemberian imunisasi,
jika perl
4.. Nyeri Aut Setelah dilakukan tindakan Observasi
keperawatan selama…jam 1.Identifikasi durasi,
diharapkan pasien dapat krakteristik, frekuensi,
mengontrol nyeri dengan kualitas, intensitas
kriteriahasil: nyeri.
1) Keluhan nyeri 2. Identifikasi skala
menurun nyeri
2) Meringis menurun 3. Identifikasi respon
3) Gelisah menurun nyeri non verbal
4) Kesulitan tidur 4. Identifikasi faktor
menurun
yang memperberat
5) Anoreksia menurun
6) Perineum merasa dan memperingan
tertekan menurun nyeri
7) Mual, muntah menurun 5. Monitor efek
8) Tekanan darah samping penggunaan
membaik analgetik
9) Nafsu makan membaik Terapeutik
10) Pola tidur membaik
1.berikan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
2. Kontrol
lingkungan yang
memperberat rasa
nyeri
3. Fasilitasi istirahat
dan tidur
Edukasi
1.Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
2. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
3. Anjurkan
menggunakan
analgetik secara
tepat
4. Anjurkan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
nyeri
Kolaborasi
1.Kolaborasi
pemberian analgetik,
jika perlu

10. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari maslah status
kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan yang baik yang
menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Potter & Perry, 2011).
Implementasi merupakan tahap keempat dari proses keperawatan dimana
rencana keperawatan dilaksanakan melaksanakan intervensi/aktivitasyang
telah ditentukan,pad atahap ini perawat sia puntuk melaksanakan
intervensi dan aktivitas yang telah dicatat dalam rencana perawatan
klien.Agar implementasi perencanaan dapat tepat waktu dan efektif
terhadap biaya, pertama-tama harus mengidentifikasiprioritas perawatan
klien, kemudian bila perawatan telah dilaksanakan,memantau dan
mencatat respons pasien terhadap setiap intervensi
danmengkomunikasikan informasi ini kepada penyedia perawatan
kesehatanlainnya. Kemudian, dengan menggunakan data, dapat
mengevaluasi danmerevisi rencana perawatan dalam tahap proses
keperawatan berikutnya(Wilkinson, 2012).

Komponentahapimplementasi antaralain:
1. Tindakankeperawatanmandiri.
2. Tindakankeperawatanedukatif
3. Tindakankeperawatankolaboratif.
4. Dokumentasitindakankeperawatandanresponklienterhadap
asuhankeperawatan

11. Evaluasi keperawatan


Menurut setiadi (2012) dalam buku konsep dan penulisan asuhan
keperawatan tahapan penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang
sistematis dan terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah
ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan melibatkan
klien, keluarga dan tenaga keshatan lainnya.

a. Evaluasi formatif (proses)


Evaluasi formatif berfokus pada aktivitas proses keperawatandan
hasil tindakan keperawatan. Evaluasi formatif ini dilakukan segera
setelah perawat mengimplementasikan rencana keperawatan guna
menilai keefektifan tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan.
Perumusan evaluasi formatif ini meliputi 4 komponen yang dikenal
dengan istilah SOAP, yakni subjektif,objektif,analisis data dan
perencanaan.
1) S (subjektif):Data subjektif dari hasil keluhan klien,kecuali pada
klien yang afasia.
2) O (objektif) : Data objektif dari hasi observasi yang
dilakukanolehperawat.
3) A (analisis):Masalah dan diagnosis keperawatan klien yang
dianalisis atau dikaji dari data subjektif dan dataobjektif.
4) P(perencanaan):Perencanaan
kembalitentangpengembangantindakan keperawatan, baik yang
sekarang maupun yang akandatangdengan tujuan memperbaiki
keadaankesehatan klien.
b. Evaluasi sumatif (Hasil)
Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan setelah semua aktivitas
proses keperawatan selesai dilakukan. Evaluasi sumatif ini bertujuan
menilai dan memonitor kualitas asuhan keperawatan yang telah
diberikan.
BAB III

LAPORAN KASUS
A. Pengkajian
1. IdentitasKlien

Nama : Tn.S
Umur : 43 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Status : Kawin
Agama : Islam
Pekerjaan : PNS
Pendidikan : S1
Alamat : Perum permata hijau D31 Jl. Arteri Supadio
No.mr : 058482
RuangRawat : Ruang Bedah (Rubby)
Tgl.masuk : 01 November 2021
Tgl.pengkajian : 02 November 2021
PenanggungJawab
Nama : Ny.S
Umur : 40 Tahun
Hub.keluarga : Istri
Pekerjaan : IRT

2. Alasan Masuk
Keluarga Mengatakan Tn.S sejak 3 tahun yang lalu dari hemoroid
yang kecil sampai besar baru ada kemauan dioperasi sering bolak-balik
bekerja jadi kurang istirahat, gejala BAB berdarah disertai nyeri, pasien
mengatakan tidak ada cemas mau dioperasi karena berkeinginn cepat
sembuh.
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Pasien mengatakan nyeri luka operasi dianus
P: Nyeri saat bergerak
Q: Seperti ditusuk-tusuk
R: Tidak menyebar tetap didaerah post op dianus
S: Skala (8)
T: Menetap
Pasien terlhat meringis, pasien terlihat lemah
Ttv: TD: 120/70mmhg N: 66x/i, S: 36,2 RR: 20X/i
Kesadaran: Composmentis.
Pasien mengatakan tidak tahu cara perawatan luka post op dianus
Pasien terlihat lemah, psien terlihat cemas dan gelisah
Pasien mengatakan ada bekas luka post op dianus, pasien post op
hemoroid hari pertama tampak bedrest, hari kedua tampak meringis
nyeri post op.

b. Riwayat Kesehatan dulu


Pasien mengatakan belum pernah masuk rumah sakit sebelumnya,
sekarang baru pertama kali masuk rumah sakit untuk dioperasi
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Pasien mengatakan tidak ada penyakit keturunan didalam keluarganya,
pasien mengatakan ada riwayat penayakit asma pada adik
perempuannya.

Genogram:
4. Pemeriksaan Fisik
Kesadaran: Kompos Mentis

GCS : 13 (E 4 V 5M 6 )

BB/TB : 50 kg / 168 cm

Tanda-tanda vital

Suhu : 36,2°C

Nadi : 66 x/menit

Pernafasan : 20 x/menit

Tekanandarah : 120/70 mmHg

Spo2 : 98%

a. Kepala
kepala simetris, tidak ada benjolan , tidak ada luka, rambut

bersih tidak ada ketombe, warna rambut hitam dan ada uban.

2. Mata
Konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik, penglihatan masih
jelas, pupil isokor.

3. Telinga
Telinga kiri dan kanan simetris, bersih, tidak ada gangguan
pendengaran, tidak ada serumen.

4. Hidung
Simetris, tidak ada cuping hidung, bersih, tidak ada gangguan
penciuman.

5. Mulut dan gigi


Bibir tampak lembab, tidak ada nyeri telan, tidak menggunakan gigi
palsu
6. Leher
Tidak ada pembekakan kelenjar tiroid, tidak ada nyeri tekan, tidak ada
lesi, vena jugularis tidak distensi

7. Paru-paru
I : Pergerakan dinding dada kiri dan kanan sama,tidak ada lesi.

P : Tidak ada nyeri tekan pada dada klien,tidak ada penurunan


maupun peningkatan getaranantaraparu kanan dan kiri.
P : Terdengar sonor.

A : Suara nafas Vesikuler. Tidak ada nafas tambahan seperti ronki


atau wheezing.

8. Jantung
I : Dada simetris kiri dan kanan,tidak adapembengkakansekitar

dada.

P : Tidak ada nyeri tekan sekitardada.

P : tidak ada masalah


A : Suara jantung normal 1 lup,2dub
9. Abdomen
I : Perut pasien tampak datar dan simetris, warna kulit

sawo matang ,tidak ada pembengkakan dan lesi pada

perutklien.

P : Tidak ada nyeri tekan pada perut pasien.

P : tympani

A : Bising usus (+) 25 kali/menit.


10. Ekstremitas
Atas : Pada ekstremitas atas pasien tampak terpasang infus RL 20

tpm, tidak ada nyeri tekan, tidak ada fraktur, simetris kiri dan

kanan

Bawah : Simertis kiri kanan, tidak ada luka lecet dan nyeri tekan

pada ekstermitas bawah

Kekuatan otot:

- -
- -

11. Genetalia
Keadaan bersih, terpasang kateter, warna urine kuning, jumlah urine
dalam urine bag 100 cc saat pengkajian, dan pada anus terdapat luka
bekas post op saat pengkajian.

12. Integumen
Tidak ada lesi pada kulit klien,dan kulit klien berwarna sawo
matang,Turgor kulit baik, kulit tampak bersih.

5. Data Biologis
Data biologis Tn.S adalah sebagai berikut:
AKTIVITAS SEHAT SAKIT
Makanan dan Minuman
MAKANAN
-menu Nasi+ikan nila bubur
-porsi 3x1 sehari 3x1
-makanan kesukaan Bakso Bakso
-pantangan -
MINUMAN
-Jumlah 8 gelas/hari 2-4 gelas/hari
-Minuman Kesukaan Teh manis Air putih
-Pantangan Tidak ada Tidak ada

Elaminasi
BAB
-Frekuensi 2x sehari 2x sehari kuning
-Warna Kuning khas encer
-Bau Khas
Anus: prolap recti, terdapat luka Padat
bekas post op
-
Konsistensi
BAK 4x sehari Terpasang kateter
-Frekuensi Kuning Kuning pekat
-Warna Khas Khas
-Bau (Output±250cc)

Istirahat dan Tidur


-Waktu tidur Malam hari Siang dan malam hari
-Lama tidur ± 8jam ± 6jam
-Kesulitan tidur Tidakada Tidak ada

Personal Hygiene
-Mandi 2x sehari 1x sehari(di lap).
-Cuci rambut 2x sehari 1x2 hari
-Gosok gigi 2xsehari -
-Potong kuku 1x seminggu 1x seminggu

-ganti pakaian 2x sehari 1x sehari

2. Riwayat Alergi
1. Makanan : Klien tidak ada riwayat alergi terhadap makanan
2. Obat-obatan : Klien tidak ada riwayat alergi terhadap obat-
obatan
3. Lain-lainnya : klien tidak ada riwayat alergi terhadap lain-lainnya

3. Data Psikologis
Keluarga berharap pasien cepat sembuh dan kembali ke rumah agar bisa
berkumpul dengan keluarga.

4. Data sosial ekonomi


Pada saat sehat pasien selalu mengikuti kegiatan social serta keagamaan
yang ada di lingkungannya

5. Data penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan Hasil Ket Hasil


WBC 8.35 Normal
RBC 4.55 Normal
HGB 14.2 Normal
PLT 195 Normal
Glucosa darah 125 Normal
Ureum 26.1 Normal
Creatinin 1.00 Normal

b. Data Pengobatan
No Obat di RS
1. Ceftrixone 2x1gr
2. Tramadol 3x100mg
3 Paracetamol 4x500mg
4. Kalnex 3x500mg
5. Pantoprazol 1x40mg
F. Data Fokus

1. Data Subjektif
a. Pasien mengatakan nyeri luka post op di anus
P: Nyeri saat bergerak
Q: Seperti ditusuk-tusuk
R: Tidak menyebar tetap didaerah post op dianus
S: Skala (8)
T: Menetap

b. Pasien mengatakan tidak tahu cara perawatan luka post op dianus

c. Pasein mengatakan ada bekas post op dianus

2. Data Objektif
a. Pasien tampak meringis

b. Pasien tampak lemah

c. Pasien tampak gelisah

d. Pasien hari pertama post op hemoroid tampak bedrest.

e. Pasien hari kedua tampak meringis nyeri post op

f. GCS: 15 compos mentis (E4, M5,V6)

g. Saat pengkajian TTVklien:

-TD : 120/70 mmHg

-Suhu : 36,2˚C

-Nadi : 80 kali/menit

-Pernafasan : 20 kali/menit.
7. Analisa Data
No Data Etiologi Masalah

1 Data Subjektif : Kerusakan Nyeri Akut


 Pasien mengatakan nyeri luka post op integritas
dianus. jaringan
P: Nyeri saat bergerak
Q/: Seperti ditusuk-tusuk
R: Tidak menyebar tetap didaerah post
op dianus
S: Skala (8)
T: Menetap

Data Objektif :
 Pasien tampak meringis
 Pasien tampak lemah
 Kes: Composmentis
 TTV: TD: 120/70 mmHg
N: 66x/menit
S: 36,2 C
RR: 20x/menit
Terapi: Tramadol 3x100mg
Paracetamol 3x500mg

2 Data Subjektif : Kurang Defisit


 Pasien mengatakan tidak tahu cara terpapar pengetahuan
perawatan luka post op dianus informasi

Data Objektif
 Pasien tampak lemah
 Pasien tampak gelisah
 Kes: Composmentis

3 Data Subjektif : Luka pasca Resiko


 Pasien mengatakan ada luka bekas post op operasi infeksi
dianus

Data Objektif :
 Pasien hari pertama post op hemoroid
tampak bedrest
 Pasien hari kedua tampak meringis
nyeri post op
 TTV klien:
TD : 125/83mmHg
Suhu :36,0˚C
Nadi : 75kali/menit
Pernafasan : 20 kali/menit.
GCS : 15 kompos mentis(E4,M5,V6).
Terapi: Ceftriaxone 2x1gr
Kalnex 3x500mg
Pantoprazole 1x40mg

8. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri Akut b/d kerusakan integritas jaringan, respon pembedahan
2. Defisit pengetahuan b/d kurang terpapar informasi
3. Risiko Infeksi b/d adanya luka pasca operasi
9. Rencana Keperawatan
No Diagnosa Tujuan Tindakan Keperawatan
keperawatan
1 Nyeri Akut b/d Setelah Dukungan mobilisasi
Kerusakan dilakukan O:
integritas tindakan - Identifikasi lokasi, karateristik, durasi, frekuensi,kualitas, integritas
jaringan, respon keperawatan nyeri.
pembedahan selama 3x24 - Identifikasi skala nyeri
jam diharapkan - Identifikasi respon nyeri non verbal
Nyeri - Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
berkurang - Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
(skala 3) - Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
dengan kriteria - Monitor efek samping penggunaan analgesic
hasil: T:
-Keluhan - Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
nyeri menurun - Fasilitasi istirahat dan tidur
-Meringis E:
menurun. - Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Anjurkan menggunakan analgesic secara tepat
- Anjurkan rendam air hangat
K:
- Kolaborasi pemberian analgesic, jika perlu
2 Defisit Setelah O:
pengetahuan b/d dilakukan - Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
kurang terpapar tindakan T:
informasi keperawatan - Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
selama 3x24 - Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
jam diharapkan - berikan kesempatan untuk bertanya
tingkat E:
oengetahuan - Jelaskan penanganan masalah
pasien - Jelaskan faktor resiko yang dapat mempengaruhi kesehatan
meningkat - Ajarkan program kesehatan dalam kehidupan sehari-hari
dengan kriteria
hasil hasil:
-Perilaku sesuai
anjuran
meningkat
-Perilaku sesuai
dengan
pengetahuan
meningkat
-Persepsi yang
keliru terhadap
masalah
menurun.
3 Risiko infeksi b/d Setelah O:
adanya luka pasca dilakukan - Monitor tanda dan gejala infeksi iskemik dan lokal
operasi tindakan - Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien
keperawatan
selama 3x24 E:
jam diharapkan -Jelaskan tanda dan gejala infeksi
tingkat infeksi -Ajarkan mencuci tangan dengan benar
menurun -Ajarkan memeriksa kondisi luka atau luka operasi
dengan kriteria
hasil hasil: K:
-Kebersihan -Kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu.
tangan menigkat
-Tidak demam
- Nyeri
menurun
10. Impelentasi dan evaluasi keperawatan
NO Diagnosa Hari Implementasi Evaluasi Paraf
Keperawatan /tanggal
1 Nyeri Akut b/d Selasa, 02 O: S : Pasien mengatakan nyeri
kerusakan integritas november - Mengidentifikasi lokasi, post op sedikit berkurang skala
jaringan, respon 2021 karateristik, durasi, frekuensi, nyeri 3
pembedahan kualitas, intensitas nyeri
- Mengidentifikasi skala nyeri O : k/u baik, Pasien tampak
T: rileks
- Memberikan teknik non TTV: TD: 122/80 mmHg
farmakologis untuk mengurangi N: 80x/menit
rasa nyeri S: 36,3 C
- Memfasilitasi istirahat dan RR: 22x/menit
tidur Terapi:
-Paracetamol 3x500mg
E:
- Menjelaskan penyebab, periode dan A: Masalah teratasi sebagian
pemicu nyeri
- Menjelaskan strategi meredakan P: Intervensi dilanjutkan
nyeri
- Menganjurkan menggunakan
analgesic secara tepat
- Menganjurkan rendam air hangat
2 Defisit pengetahuan Rabu, 03 O: S: Pasien mengatakan sudah
b/d kurang terpapar november - Mengidentifikasi kesiapan dan mengerti tentang cara
informasi 2021 kemampuan menerima informasi perawatan luka post op dianus
T:
- Menyediakan materi dan media
pendidikan kesehatan O: k/u baik , Pasien terihat
- Menjadwalkan pendidikan senang dan antusias
kesehatan sesuai kesepakatan mendengarkan penjelasan
- Memberikan kesempatan bertanya tentang cara perawatan luka
E: post op
- Menjelaskan penanganan Pasien terlihat rileks
masalah Kes: Composmentis
- Menjelaskan faktor
resiko yang dapat
mempengaruhi kesehatan A: masalah teratasi
- Mengajarkan program kesehatan
dalam kehidupan sehari-hari

P: intervensi di hentikan
3 Risiko Infeksi b/d Kamis, 04 O: S: klien mengatakan ada bekas
adanya luka pasca november - Memonitor tanda dan gejala infeksi post op dianus
operasi 2021 iskemik dan lokal.
- Mencuci tangan sebelum dan
sesudah kontak dengan pasien O: k/u baik, pasien tampak
E: rileks
- Menjelaskan tanda dan gejala Pasien tampak sudah bisa cuci
infeksi tangan dengan benar
- Mengajarkan mencuci tangan Pasien sudah bisa memeriksa
dengan benar kondisi luka post op sendiri
- Mengajarkan memeriksa kondisi Terapi: Ceftriaxone 1x1gr
luka atau luka operasi Kes: Composmentis
Ttv :TD120/80 mmHg
Nadi: 76x/menit
Spo2: 97 %
RR 20x/mnt
Suhu 36.3 C

A: masalah teratasi

P: intervensi dihentikan
BAB IV

PEMBAHASAN

Selama Penulis melakukan asuhan keperawatan pada klien Tn.S Dengan Hemoroid
Diruangan Rawat Rubby Di RS UNTAN pada tanggal 02-11-2021. Beberapa hal yang
perlu dibahas dan diperhatikan dalam penerapan kasus keperawatan tersebut, penulis telah
berusaha mencoba menerapkan dan mengaplikasikan proses Asuhan Keperawatan pada
klien dengan Hemoroid sesuai dengan teori-teori yang ada. Untuk melihat lebih jelas
asuhan keperawatan yang diberikan dan sejauh mana keberhasilan yang dicapai akan
diuraikan sesuai dengan prosedur keperawatan dimulai dari pengkajian, diagnosa,
intervensi, implementasi, dan evaluasi.

A. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan upaya
untuk pengumpulan data secara lengkap dan sistematis mulai dari pengumpulan data,
identitas dan evaluasi status kesehatan klien (Tartowo, 2013). Dalam melakukan
pengkajian pada Tn.S data didapatkan dari pasien, beserta keluarga dan catatan
medis serta tenaga kesehatan lainnya.

2. Diagnosa Keperawatan
Pada tinjauan teoritis ditemukan 4 diagnosis keperawatan, 3 diagnosis keperawatan
post op. Diagnosis keperawatan yang muncul menurut (standar diagnosa keperawatan
indonesia) yaitu:

Tinjauan Teoritis:

1. Ansietas
2. Intoleransi Aktivitas
3. Resiko Infeksi
4. Nyeri Akut
Post Op:

1. Nyeri Akut b/d kerusakan integritas jaringan, respon pembedahan


2. Defisit pengetahuan b/d kurang terpapar informasi
3. Risiko Infeksi b/d adanya luka pasca operasi

1. Nyeri Akut
Faktor pendukung diagnosis yang pertama yaitu saat melakukan pengkajian
pada tanggal 02 November 2021 pasien mengatakan nyeri pada anus setelah
operasi, pasien mengatakan nyeri yang dirasakan dianus terasa ditusuk-tusuk,
pasien mengatakan skala nyeri yang dirasakan pada anus sampai 8, pasien
mengatakan nyeri anus dirasakan saat bergerak, pasien tampak meringis,
pasien tampak lemah, skala nyeri 8

2. Defisit pengetahuan
Faktor pendukung diagnosis yang kedua yaitu pasien mengatakan tidak tahu
cara perawatan luka post op dianus, pasien tampak lemah, pasien tampak
gelisah.

3. Resiko infeksi
Faktor pendukung diagnosis yang ketiga yaitu pasien mengatakan ada bekas
post op dianus, pasien hari pertama post op hemoroid tampak bedrest, hari
kedua pasien tampak meringis nyeri post op

Dari penjabaran diatas penulis dapat membahas antara lain: pada diagnosis teoritis
terdapat 4 diagnosis post op yaitu: Ansietas, intoleransi aktivitas, Resiko infeksi,
Nyeri Akut dan 3 diagnosis post op saat pengkajian yaitu: Nyeri Akut, Defisit
Pengetahuan, Resiko Infeksi.

Maka dari diagnosis teoritis dan diagnosis kasus yang didapatkan penulis
menetapkan tidak ada kesamaan dalam diagnosis teoritis post op dan diagnosis
kasus post op, sedangkan 2 diagnosis teoritis post op tidak ditemukan dikarenakan
pada saat melakukan pengkajian tidak ada ditemukan data pendukung seperti:
keluhan, tanda dan gejala terkait dengan diagnosis tersebut.
3. Intervensi Keperawatan

1. Post Op
a. Untuk diagnosis pertama

Nyeri akut berhubungan dengan pasca kerusakan integritas jaringan, respon


pembedahan, rencana tindakan yang dilakukan kepada pasien yaitu
identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri,
identifikasi skala nyeri, identifikasi respon nyeri non verbal, kontrol
lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis.suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan), fasilitasi istrirahat dan tidur, jelaskan penyebab, periode dan
pemicu, nyeri, jelaskan strategi meredakan nyeri, ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri.
b. Diagnosis kedua
Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi, rencana
tindakan yang dilakukan kepada pasien yaitu, identifikasi kesiapan dan
kemampuan menerima informasi, sediakan materi dan media pendidikan,
jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan, berikan kesempatan
untuk bertanya, jelaskan penanganan masalah, jelaskan faktor resiko yang
dapat mempengaruhi kesehatan, ajarkan program kesehatan dalam kehidupan
sehari-hari.
c. Diagnosis ketiga
Resiko infeksi berhubungan dengan adanya luka pasca operasi, rencana
tindakan yang akan dilakukan kepada pasien yaitu: monitor tanda dan gejala
infeksi iskemik dan lokal, cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan
pasien, jelaskan tanda dan gejala infeksi, ajarkan mencuci tangan dengan
benar, ajarkan memeriksa kondisi luka atau luka operasi.
4. Impelentasi Keperawatan

Pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun


pada tahap perencanaan (intervensi). Proses pelaksanaan implementasi harus
berpusat pada kebutuhan pasien, faktor-fakor lain yang mempengaruhi
kebutuhan keperawatan, strategi implementasi keperawatan dan kegiatan
komunikasi.

Setelah rencana tindakan ditetapkan, maka dilanjutkan dengan melakukan


rencana tersebut dalam bentuk nyata, sebelum diterapkan kepada pasien
terlebih dahulu melakukan pendekatan kepada pasien dan keluarga pasien agar
tindakan yang akan diberikan dapat disetujui pasien dan keluarga pasien,
sehingga seluruh rencana tindakan asuhan keperawatan sesuai dengan masalah
yang dihadapi pasien.

a. Post Op
1. Untuk diagnosis pertama

Nyeri akut berhubungan dengan pasca kerusakan integritas jaringan,


respon pembedahan, rencana tindakan yang dilakukan kepada pasien
yaitu mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas nyeri, mengidentifikasi skala nyeri,
mengidentifikasi respon nyeri non verbal, mengkontrol lingkungan
yang memperberat rasa nyeri (mis.suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan), memfasilitasi istrirahat dan tidur, menjelaskan penyebab,
periode dan pemicu, nyeri, menjelaskan strategi meredakan nyeri,
mengajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri.
2. Diagnosis kedua
Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi,
rencana tindakan yang dilakukan kepada pasien yaitu,
mengidentifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi,
menyediakan materi dan media pendidikan, menjadwalkan
pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan, memberikan kesempatan
untuk bertanya, menjelaskan penanganan masalah, menjelaskan
faktor resiko yang dapat mempengaruhi kesehatan, mengajarkan
program kesehatan dalam kehidupan sehari-hari.
3. Diagnosis ketiga
Resiko infeksi berhubungan dengan adanya luka pasca operasi,
rencana tindakan yang akan dilakukan kepada pasien yaitu:
memonitor tanda dan gejala infeksi iskemik dan lokal, mencuci
tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien, menjelaskan
tanda dan gejala infeksi, mengajarkan mencuci tangan dengan benar,
mengajarkan memeriksa kondisi luka atau luka operasi.

Dalam melakukan rencana tindakan, penulis tidak menemukan

kesulitan yang berarti, hal ini disebabkan karena :

a. Adanya faktor perencanaan yang baik dan keaktifan keluarga dalam

perawatan sehingga memudahkan untuk melakukan asuhan pada

tindakan keperawatan.

b. Pendekatan yang dilakukan dengan baik sehingga keluarga merasa

percaya dan memudahkan dalam pemberian serta pelaksanaan

tindakan keperawatan.

c. Adanya kerja sama yang baik antara penulis dengan petugas ruangan

sehingga penulis mendapatkan bantuan dalam melakukan tindakan

asuhan keperawatan.
5. Evaluasi Keperawatan

Dari 4 diagnosis teoritis post op keperawatan dan 3 diagnosis keperawatan

post op penulis tegakkan sesuai dengan apa yang penulis temukan dalam

melakukan studi kasus dan melakukan asuhan keperawatan kurang lebih sudah

mencapai perkembangan yang lebih baik dan optimal, maka dari itu dalam

melakukan asuhan keperawatan untuk mencapai hasil yang maksimal

memerlukan adanya kerja sama antara penulis dengan pasien, perawat, dokter,

dan tim kesehatan lainnya.

Penulis mengevaluasi melihat catatan perkembangan pasien selama 3 hari

berturut-turut dari tanggal 02 sampai dengan tanggal 04 November 2021

a. Post Op

1. Nyeri Akut berhubungan dengan kerusakan integritas jaringan,

respon pembedahan sudah teratasi sebagian pasien tampak rileks

pasien tampak tenang, kesadaran composmentis.

2. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar

informasi sudah teratasi pasien tampak rileks, keadaaan umum

baik, pasien terlihat senang dan antusias mendengarkan

penjelasan tentang cara perawatan luka post op.

3. Resiko Infeksi berhubungan dengan adanya luka pasca operasi

sudah teratasi, keadaan umum baik, pasien tampak rileks dan

tenang, pasien tampak sudah bisa cuci tangan dengan benar,

pasien sudah bisa memeriksa kondisi luka post op sendiri


BAB V

PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil pelaksanaan Asuhan Keperawatan Pada Tn.S Dengan Hemoroid Di
Ruang Rawat Inap Ruang Rubby bedah Di RS UNTAN pada tanggal 02 November
2021 dapat disimpulkan sebagai berikut :

Hemoroid atau yang sering dikenal dengan penyakit wasir atau ambeien
merupakan penyakit yang sangat umum terjadi dimasyarakat dan sudah ada sejak
jaman dahulu kejadian hemoroid cenderung meningkat seiring bertambahnya usia
seseorang dimana insidennya lebih tinggi dari seseorang yang berusia 20-50 tahun.
Pada usia diatas 50 tahun ditemukan 50% populasi mengalami hemoroid (Black dan
jane, 2014).

2. Saran

1 .Bagi Mahasiswa
Diharapkan bagi mahasiswa agar dapat mencari informasi dan memperluas
wawasan mengenai Hemoroid karena dengan adanya pengetahuan dan wawasan
yang luas mahasiswa akan mampu mengembangkan diri dalam masyarakat dan
memberikan pendidikan kesehatan bagi masyarakat mengenai Hemoroid dan
fakor –faktor pencetusnya serta bagaimana pencegahan untuk kasus tersebut.

2. Bagi Rumah Sakit


Untuk mencegah meningkatnya Hemoroid sebaiknya pasien di beri
informasi yang memadai mengenai Hemoroid itu sendiri dan aspek-aspeknya.
Dengan di perolehnya informasi yang cukup maka pencegahan pun dapat
dilakukan dengan segera. Adapun untuk pasien yang telah mengalami atau
menderita Hemoroid , maka harus segera di lakukan perawatan yang intensif.

3. Bagi Keluarga
Keluarga diharapkan mampu mengenali tanda dan gejala penyakit
Hemoroid, sehingga komplikasi dari penyakit tersebut dapat segera di atasi, dan
bagi masyarakat diharapkan mampu mengendalikan pola hidup yang tidak baik
sehingga bisa terhindar dari penyakit Hemoroid. Diharapkan juga bagi keluarga
bersikap lebih terbuka dalam memberikan informasi yang akan sangat berguna
untuk melakukan rencana tindakan yang tepat nantinya.
DAFTAR PUSTAKA

Berman, A., Synder, S. & Fradsen, G.. (2016). Kozier & Erb’s Fundamentals of

Nursing (10th ed.). USA: Pearson Education.

Boyd, M. A. (2011). Psychiatric Nursing : Contemporary Practice (5th ed.)

Philadelphia: Lippincot Williams & Wilkins.

Burns, S. M. (2014). AACN Essentials of Critical Care Nursing (3th ed). New

York: McGraw-Hill Education

Derr, P., McEvoy, M., & Tardiff, J. (2014). Emergency & Critical Care (8th ed.).

USA: Jones & Barlett Learning.

Donadini, M.P ., Ageno, W. & Douketis, J.D (2012). Management of bleeding in

patients receiving conventional or new anticoagulants: A practical and

case-based approach. Drugs, 72(15), 1965-1975.

Dougherty, L. & Lister, S. (2015). Manual of Clinical Nursing Procedures (9th

ed.). UK: The Royal Marsden NHS Foundation Trust.

Hockenberry, Marilyn J, Wilson, David. (2014). Wong’s Nursing Care of Infants

and Children. Elsevier Health Sciences.

Hurwitz, A., Massone, R. & Lopez, B.L. (2014). Acquired Bleeding Disoders.

Emergency Medicine Clinics of North America, 32(3), 691-713.

Keough, M. E., & Schmidt, N. B. (2012). Refinement of a brief anxiety sensitivity

reduction intervention. Journal of Consulting and Clinical Psychology,

80(5), 766-772. Doi:http://dx.doi.org/10.1037/a0027961.


Lewis, S. L., Dirksen, S. R., Heitkemper, M. M., Bucher, L. & Harding,

M. M. (2014). Medical-surgical nursing: Assessment and

management of clinical problems (9th ed.). St. Loius, Missouri:

Mosby Elsevier.

Makmun, et al (2009). Konsensus Penatalaksanaan Diare Akut pada

Dewasa di Indonesia. Jakarta: Perkumpulan Gastroenterologi

Indonesia.

Nurarif.A.H. dan Kusuma.H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan

Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta:

MediAction.

Perry, A. G. & Potter, P. A. (2014). Nursing Skills & Procedures (8th ed.).

St Louis: Mosby Elsevier

Song, Y., & Lindquist, R. (2015) Effects of mindfulness-based stress

reduction on depression, anxiety, stress and mindfulness in

Korean nursing students. Nurse Education Today, 35(1), 86.

Townsend, M. (2014). Psychiatric Nursing : Assesment, Cares Plans, and

Medications. (9th ed.). Philadelphia: F. A. Davis Company.

Wilkinson, J. M., Treas, L. , Barnett, K. & Smith, M. H. (2016).

Fundamentals of Nursing (3th ed.). Philadelphia: F.A Davis

Company.

Anda mungkin juga menyukai