KANKER PAYUDARA
Oleh :
Kelompok N1
Pembimbing :
PIMPINAN SIDANG
i
KATA PENGANTAR
Penulis
i
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN....................................................................i
KATA PENGANTAR...............................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................1
1.2 Tujuan Penulisan...............................................................................2
1.3 Manfaat Penulisan.............................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...............................................................3
2.1. Anatomi............................................................................................. 3
2.2. Definisi.............................................................................................. 4
2.3. Epidemiologi..................................................................................... 5
2.4. Faktor Risiko..................................................................................... 6
2.5. Patogenesis........................................................................................ 7
2.6. Penegakan Diagnosis.........................................................................8
2.7. Tatalaksana...................................................................................... 13
2.8. Pencegahan...................................................................................... 16
2.9. Komplikasi......................................................................................17
2.10.Prognosis.......................................................................................19
BAB III STATUS PASIEN.....................................................................20
3.1. Identitas Pasien................................................................................20
3.2. Anamnesis....................................................................................... 20
3.3. Pemeriksaan Fisik...........................................................................21
3.4. Pemeriksaan Penunjang...................................................................24
3.5. Foto Klinis Pasien...........................................................................30
3.6. Diagnosis......................................................................................... 32
3.7. Diagnosis Banding..........................................................................32
3.8. Terapi.............................................................................................. 32
BAB IV KESIMPULAN.........................................................................33
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................34
i
BAB I
PENDAHULUAN
1
Kanker payudara merupakan penyakit yang menakutkan bagi wanita,
karena kanker payudara sering ditemukan pada stadium yang sudah lanjut
(Nurrohmah et al., 2022). Namun, dengan deteksi dini maka angka
kematian akibat kanker payudara telah menurun di sebagian besar negara
Barat dalam beberapa tahun terakhir (Cardoso et al., 2019). Melihat
tingginya angka kejadian kanker payudara dan kontribusinya sebagai
penyebab kematian terkait kanker, menjadikan alasan penulis untuk
memilih topik kanker payudara dalam penulisan artikel ini. Deteksi
dini penyakit kanker payudara dapat dilakukan dengan mengetahui
terkait faktor risiko dan diagnosis awal yang baik. Maka dari pada itu
pada artikel ini akan dibahas mengenai apa saja faktor risiko yang
berhubungan dengan kejadian kanker payudara, serta apa saja metode
pemeriksaan untuk menegakkan diagnosis kanker payudara.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. ANATOMI
3
dari nervus interkostalis 4, sedangkan areola dan mammae sisi lateral
dipersarafi oleh cabang kutaneus lateral dari nervus interkostalis lainnya.
Jaringan kelenjar payudara sendiri dipersarafi oleh saraf simpatis, sedangkan
kulit yang menutupi area payudara dipersarafi oleh cabang pleksus servikalis
dan nervus interkostalis (Sjamsuhidajat & Wim, 2017).
Sistem pembuluh getah bening payudara (mammae) dapat dibagi
menjadi sistem permukaan subkutan dan sistem dalam. Sistem dalam
(profundus) dimulai dengan pembuluh-pembuluh kapilernya pada ujung
terminal kelenjar dan memiliki arti penting untuk penyebaran dari metastasis
(Schunke et al., 2015):
a. Tingkat I: Kelompok aksila bawah (lateral musculus pectoralis minor)
- NII. axillares pectoralis
- NII. axillares subscapularis
- NII. axillares lateralis
- NII. paramammarii
b. Tingkat II: Kelompok aksila tengah (setinggi musculus pectoralis major)
- NII. axillares interpedorales
- NII. axillares centrales
c. Tingkat III: Kelompok atas, infraklavikula (medial musculus pectoralis
minor)
2.2. DEFINISI
4
produktif). Kanker bisa mulai tumbuh di dalam kelenjar susu, saluran
susu, jaringan lemak maupun jaringan ikat pada payudara. Kanker
payudara disebabkan oleh adanya kerusakan pada materi genetik sel yang
kemudian bersentuhan dengan bahan kimia yang mempercepat pembiakan
sel yang diperlukan untuk berkembang menjadi sel kanker yang lebih
ganas (Rozi Abdullah, 2012).
2.3. EPIDEMIOLOGI
5
Pathological Based Registration di Indonesia, KPD menempati urutan
pertama dengan frekuensi relatif sebesar 18,6%. Diperkirakan angka kejadian
di Indonesia adalah 12/100.000 wanita. Penyakit ini juga dapat diderita
pada laki-laki dengan frekuensi sekitar 1%. Di Indonesia, lebih dari 80%
kasus ditemukan berada pada stadium yang lanjut, dimana upaya
pengobatan sulit dilakukan. Oleh karena itu perlu pemahaman tentang
upaya pencegahan, diagnosis dini, pengobatan kuratif maupun paliatif
serta upaya rehabilitasi yang baik, agar pelayanan pada penderita dapat
dilakukan secara optimal (Kemenkes, 2017).
6
tuberkulosis (TBC) atau keganasan lainnya.
2) Faktor risiko kanker yang dapat diubah, diantaranya yaitu:
a) Risiko kanker payudara lebih tinggi pada wanita yang belum pernah hamil
dan melahirkan setelah usia 30 tahun.
b) Wanita yang pengkonsumsi alkohol memiliki risiko lebih tinggi terkena
kanker payudara di tahun-tahun terakhirnya.
c) Wanita yang mengkonsumsi makanan tinggi lemak
d) Wanita gemuk atau obesitas (kelebihan berat badan)
e) Aktivitas Fisik/Olahraga, kegiatan ini telah dikaitkan dengan
pengurangan lemak tubuh dan penurunan kadar semua hormon yang
mempengaruhi kanker payudara dan dapat meningkatkan fungsi kekebalan
tubuh. Aktivitas fisik yang cukup akan mempengaruhi penurunan sirkulasi
hormon, mengurangi proses proliferasi dan mencegah timbulnya kanker
payudara. Dengan mengurangi risiko kanker payudara, aktivitas fisik telah
dikaitkan dengan peningkatan fungsi kekebalan tubuh, pengurangan lemak
tubuh, dan efek pada kadar hormon (Yulianti, Setyawan dan Sutiningsih,
2016)
2.5. PATOGENESIS
7
2. Pengaruh Hormon
Ketidakseimbangan hormon sangat berperan penting dalam progressivitas
kanker payudara. Beberapa faktor risiko seperti usia subur yang lama,
nuliparitas, dan usia lanjut saat memiliki anak pertama menunjukkan
peningkatan pajanan ke kadar estrogen yang tinggi saat siklus menstruasi.
Hormon estrogen memiliki peranan merangsang faktor pertumbuhan oleh sel
epitel payudara normal dan oleh sel kanker. Hipotesis saat ini diduga reseptor
estrogen dan progesteron yang secara normal terdapat di epitel payudara,
mungkin berinteraksi dengan promotor pertumbuhan, seperti transforming
growth factor α (berkaitan dengan faktor pertumbuhan epitel), platelet-
derived factor, dan faktor pertumbuhan fibroblas yang dikeluarkan oleh sel
kanker payudara, untuk menciptakan suatu mekanisme autokrin
perkembangan tumor (Nadeak, 2015).
3. Lingkungan
Pengaruh lingkungan terhadap insiden kanker payudara berbeda-beda
setiap kelmpok oleh karena secara genetis homogen dan perbedaan
geografi dalam prevalensi. Faktor lingkungan yang cukup berperan
penting adalah radiasi dan estrogen eksogen (Nadeak, 2015)
8
payudara lainnya, meliputi: riwayat genetik dan penyakit keluarga, riwayat
reproduksi dan ginekologi, serta gaya hidup pasien tersebut (Cardoso et
al., 2019; Javaeed, 2018; Puspitawati, 2018; De Jong, 2014)
Saat melakukan pemeriksaan fisik, perlu diingat bahwa payudara
merupakan organ yang sangat pribadi, sehingga disiapkan ruang periksa yang
menjaga privasi. Pada inspeksi, pasien dapat diminta untuk duduk tegak
dan berbaring. Kemudian, inspeksi dilakukan terhadap bentuk kedua
payudara, warna kulit, retraksi papila, adanya kulit berbintik seperti kulir
jeruk, ulkus atau luka, dan benjolan. Selanjutnya dilakukan palpasi daerah
payudara guna menentukan bentuk, ukuran, konsistensi, maupun
permukaan benjolan, serta menentukan apakah benjolan melekat ke kulit dan
atau dinding dada. Palpasi dengan pemijatan puting payudara perlu dilakukan
untuk menentukan keluar atau tidaknya cairan, dan cairan tersebut berupa
darah atau bukan. Palpasi juga dilakukan pada daerah axilla dan
supraclavicular untuk mengetahui apakah sudah terdapat penyebaran ke
kelenjar getah bening (Cardoso et al., 2019; Javaeed, 2018; Puspitawati,
2018; De Jong, 2014)
Demi mendukung pemeriksaan klinis dapat dilakukan pemeriksaan
penunjang berupa radiologi untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas
terkait kondisi payudara pasien. Selain itu pemeriksaan radiologi juga bisa
digunakan untuk kepentingan penentuan stadium. Adapun pemeriksaan
radiologi yang dianjurkan pada diagnosis kanker payudara yaitu: Mamografi,
Ultrasonografi (USG), CT Scnan, Bone Tumor, dan Magnetic Resonance
Imaging (MRI).
9
dan bisa menentukan lesi berupa lesi kistik atau lesi solid. Pemeriksaan
bersifat operator dependent yaitu memerlukan ahli radiologi berpengalaman
“man behind the gun” (Wang, 2017; De Jong, 2014).
1
Biopsi adalah goldstandar pemeriksaan kanker payudara untuk
memastikan adanya keganasan atau tidak. Pengambilan sampel pemeriksaan
biopsi dapat dilakukan melalui (fine-needle aspiration biopsy, core biopsy,
dan biopsi terbuka) (Bonacho, Rodrigues, & Liberal, 2019; Javaeed, 2018;
McDonald et al., 2016).
1
penentuan tingkat keganasan atau stadium kanker dengan mengamati 3
indikator TNM, yaitu T = tumor primer, N = nodule regional, M = metastasis
jauh (Puspitawati, 2018)
1
2.7. TATALAKSANA
A. Terapi Bedah
Pembedahan adalah tatalaksana pilihan untuk karsinoma bukal
stadium dini dan lanjut di Amerika Utara. Pasien dengan penyakit lanjut
harus di radiasi pasca operasi atau kemoradiasi. Pendekatan bedah
tergantung pada ukuran tumor. Lesi kecil biasanya dapat diobati melalui
eksisi transoral, sedangkan lesi lanjut biasanya membutuhkan eksisi
melalui flap pipi. Margin positif dikaitkan dengan peningkatan
kekambuhan dan penurunan tingkat kelangsungan hidup.
Penyebaran ke kelenjar limphatic (penyakit N+) membutuhkan
diseksi leher radikal, tergantung luasnya penyakit. Diaz et al menemukan
tingkat kekambuhan regional menurun dari 25% menjadi 10% pada
mereka yang menerima profilaksis leher. Mishra et al menemukan bahwa
tingkat kekambuhan pada mereka yang memiliki profilaksis tersebut
adalah 29%, dibandingkan 48% bagi mereka yang tidak.
Tujuan dari rekonstruksi adalah untuk mencegah terjadinya kontraktur
pada daerah bukal yang dapat mengganggu fungsi rongga mulut. Jenis
rekonstruksi tergantung pada ukuran cacat bedah dan jaringan yang perlu
diganti. Cacat jaringan mungkin melibatkan mukosa, kulit, tulang, atau
kombinasi dari semuanya. Pilihan rekonstruksi meliputi penutupan
primer; penyembuhan sekunder;cangkok kulit split-thickness; penutup
lokal; flap regional (misalnya, pektoralis mayor); atau transfer jaringan
bebas (misalnya, flap lengan bawah radial, flap paha anterolateral, flap
osteokutan fibula).
Margin yang memadai minimal 1 cm harus diperoleh di sekitar tumor.
Kedalaman reseksi bergantung pada kedalaman invasi tumor, yang
1
ditentukan melalui inspeksi dan palpasi yang konstan selama reseksi.
Orientasi spesimen ditandai, dan margin dikirim ke bagian beku untuk
mengkonfirmasi reseksi lengkap. Margin yang dalam juga harus dikirim
untuk bagian beku.
Cacat kecil dapat menutup secara primer atau dibiarkan sembuh sekunder.
Cangkok kulit split-thickness juga merupakan pilihan untuk rekonstruksi;
Namun, dengan cangkok yang besar, kontraksi yang dihasilkan dapat
mengganggu fungsi rongga mulut. Cangkok yang diperoleh dari bantalan
lemak bukal, dimana lemak bukal dikeluarkan untuk mengisi defek, juga
dapat menjadi cara yang efektif untuk merekonstruksi defek kecil hingga
sedang.
B. Terapi Radiasi
Sebuah studi oleh Giri et al menunjukkan bahwa pada pasien dengan
karsinoma bukal yang diobati dengan terapi radiasi sinar eksternal, tingkat
bebas penyakit dan kelangsungan hidup secara keseluruhan dari waktu ke
waktu lebih tinggi. Hasil penelitian juga menyarankan bahwa jika setelah 4 ½
minggu terapi radiasi, pasien tidak mengalami pengurangan ukuran tumor
yang signifikan, dia mungkin tidak akan mendapat manfaat dari kelanjutan
pengobatan, bahkan pada dosis yang lebih tinggi. Radiasi memiliki peran
terbatas sebagai terapi utama di Amerika Utara tetapi digunakan sebagai
terapi tambahan pada penyakit stadium lanjut. Untuk penyakit tahap awal,
kontrol lokal-regional dan tingkat kelangsungan hidup untuk terapi radiasi
primer sebanding dengan pembedahan. Pada kelompok pasien ini, radiasi
dapat ditawarkan sebagai pengobatan utama, terutama bagi mereka yang
merupakan kandidat bedah yang buruk. Komplikasi jangka panjang dan
jangka pendek yang terkait dengan terapi radiasi ke rongga mulut, selain
kursus pengobatan yang panjang, membuat modalitas ini kurang diminati,
terutama jika dibandingkan dengan pembedahan dengan tingkat
komplikasi yang rendah dan hasil pengobatan yang sangat baik.
1
getah bening dengan kanker metastatik, penyebaran ekstrakapsular
kelenjar getah bening, dan invasi perineural. Hasil penggunaan terapi radiasi
saja pada pasien dengan karsinoma bukal stadium lanjut sangat tidak baik.
Radioterapi biasanya diberikan pada 50-60 Gy dan dimulai kira-kira 4-6
minggu setelah operasi. Sebelum penyinaran pasien harus dikonsulkan ke
dokter gigi untuk menangani karies gigi dan meminimalkan risiko
osteoradionekrosis. Suplementasi fluoride dapat berguna dalam
pencegahan kerusakan gigi.
C. Kemoterapi
Peran kemoterapi dalam pengobatan karsinoma sel skuamosa kepala dan
leher stadium lanjut masih kontroversial dan sering direkomendasikan
untuk uji klinis. Kemoterapi yang diberikan bersamaan dengan terapi
radiasi untuk pengobatan karsinoma sel skuamosa kepala dan leher non-
operatif memiliki tingkat kelangsungan hidup bebas penyakit secara
keseluruhan lebih besar daripada terapi radiasi saja.
Dalam beberapa penelitian, kemoradiasi pasca operasi menawarkan
kontrol lokal-regional yang lebih baik dibandingkan radiasi pasca operasi saja
untuk temuan histologis berisiko tinggi, termasuk invasi perineural,
margin bedah yang dekat atau positif, penyebaran kelenjar getah bening
ekstrakapsular, kelenjar getah bening multipel positif, dan tahap-T lanjut.
Kemoterapi juga dapat diindikasikan dalam pengaturan paliatif untuk
penyakit metastatik berulang.
D. Follow up
Tindak lanjut awal melibatkan manajemen luka pasca operasi. Tindak
lanjut kemudian dijadwalkan sebagai berikut: setiap 1-3 bulan untuk tahun
pertama, setiap 2-4 bulan untuk tahun kedua, setiap 3-6 bulan untuk tahun
ketiga, kemudian setiap tahun setelah tahun keempat.
Radiografi dada harus dilakukan setiap tahun, demikian pula tes fungsi
tiroid jika leher telah diradiasi. Pasien harus diinstruksikan untuk mencari
perawatan segera jika mereka mengalami nyeri atau khawatir akan
kambuh. Pasien juga harus didorong untuk berhenti merokok dan minum
alkohol.
1
Tindak lanjut gigi rutin diperlukan pada pasien dengan gigi yang
menerima radiasi sebagai bagian dari perawatan mereka
2.8. PENCEGAHAN
1
ini yang dapat dilakukan berupa kemoterapi, imunoterapi (Sun et al.,
2017) dan operasi meskipun tidak berdampak banyak terhadap ketahanan
hidup penderita.
2.9. KOMPLIKASI
1. Komplikasi Jantung
1
Tamoxifen berpotensi meningkatkan toksisitas warfarin yang sering
kali justru dibutuhkan oleh pasien kanker payudara yang memerlukan
terapi antikoagulan jangka panjang. Antidepresan golongan selective
serotonin reuptake inhibitor (SSRI) yang menghambat enzim CYP2D6
dapat memperlambat metabolisme tamoxifen dan menurunkan
aktivitas tamoxifen sehingga meningkatkan risiko rekurensi kanker.
2. Komplikasi Tulang
1
pembedahan terhadap kelenjar getah bening aksila, pembentukan seroma
pasca operasi, riwayat radiokemoterapi ajuvan, trauma pada dinding dada
pasca terapi, kegemukan, diabetes melitus, dan hipertensi.
2.10. PROGNOSIS
1
BAB III
STATUS PASIEN
Nama : Ny. R
RM 00896570
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 43 tahun
Pekerjaan : PNS
Status Pernikahan : Menikah
Alamat : Dusun Metro Jaya, Kec. Rantau, Kab.
Aceh Tamiang
Agama : Islam
Pendidikan : S2
3.2. ANAMNESIS
2
● Penurunan berat badan tidak dijumpai.
● Pasien pertama kali mengalami haid pada usia 12 tahun. Siklus haid
teratur. Pasien menikah pada usia 23 tahun. Sudah memiliki 3 orang anak
dengan anak pertama berusia 18 tahun. Pasien menyusui anak-anaknya
hingga rata-rata usia anak mencapai 2 tahun. Pasien memiliki riwayat
menggunakan KB spiral pada kelahiran anak pertama dan kedua. Saat
ini pasien sudah melakukan kontrasepsi mantap.
● Riwayat konsumsi alkohol tidak dijumpai. Riwayat merokok tidak
dijumpai. Riwayat terpapar radiasi tidak dijumpai. Riwayat sering makan
makanan berlemak dan makanan siap saji tidak dijumpai. Riwayat sering
mengonsumsi makanan dengan penyedap rasa tidak dijumpai. Riwayat
sering mengonsumsi makanan bakaran tidak dijumpai. Pasien mengaku
berolahraga sesekali dalam seminggu.
● Riwayat penyakit terdahulu : Riwayat hipertensi tidak dijumpai. Riwayat
DM tidak dijumpai.
● Riwayat penyakit keganasan pada keluarga tidak dijumpai
● Riwayat alergi tidak dijumoai
● Riwayat penggunaan obat-obatan herbal tidak dijumpai
● Riwayat kemoterapi dijumpai sebanyak 6 siklus (Februari-Juni)
3.3. PEMERIKSAAN FISIK
STATUS PRESENS
Kesadaran : Compos Mentis
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Frekuensi Nadi : 88 x/menit
Frekuensi Nafas : 20x/menit
Suhu : 36.6 °C
SpO2 : 99% RA
Karnofsky Score : 90
VAS :0
BB : 60 kg
TB : 155 cm
2
STATUS GENERALISATA
Kepala : Normosefali
Wajah : Tidak ditemukan deformitas
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil bulat isokor,
diameter 3 mm / 3 mm, refleks cahaya langsung (+/+), reflex cahaya
tidak langsung (+/+).
Telinga : Bentuk normal, tidak ada luka, perdarahan, ataupun cairan
Hidung : Septum nasi tidak deviasi, tidak ada perdarahan aktif, sekret tidak
ada
Mulut : Bibir kering tidak di jumpai, ulkus (-), gigi-geligi baik, mukosa
lembab, mulut sianosis (-).
Leher : Trakea medial, pembesaran KGB (-), nyeri leher (-), TVJ
+2 cmH2O
Thoraks : Spider nevi (-), vena kolateral (-), tato (-), luka borok (-), scar
(-), venektasi(-). Payudara kanan: massa (-), payudara kiri : massa (+).
PARU
Inspeksi : Gerakan dinding dada simetris, ketinggalan bernapas dada (-),
penggunaan otot bantu napas (-)
Palpasi : Stem fremitus kiri = kanan
Perkusi : Sonor pada kedua lapangan paru
Auskultasi : Suara napas : vesikuler pada kedua lapangan paru
Suara tambahan : mengi dan ronki tidak dijumpai
ABDOMEN
• Inspeksi : Simetris, distensi (-)
• Auskultasi : Peristaltik (+), kesan normal
• Palpasi : Soepel (+), nyeri tekan (-)
• Perkusi : Timpani
2
•
Ekstremitas Superior :
Akral hangat, edema (-), CRT <2 detik, tremor (-), sianosis (-)
Ekstremitas Inferior :
Akral hangat, edema (-), CRT <2 detik, tremor (-), sianosis (-)
STATUS LOKALISATA
PAYUDARA KIRI
Inspeksi
• Dijumpai massa pada payudara kiri
• Gambaran Peau de’Orange tidak dijumpai
• Tidak dijumpai perubahan warna,maupun skin dimpling
• Retraksi nipple tidak dijumpai
• Nipple discharge tidak dijumpai
• Ulkus tidak dijumpai
• Sikatriks tidak dijumpai
• Benjolan dan tanda radang di aksila tidak dijumpai
• Benjolan di infraklavikula atau supra-klavikula tidak dijumpai
Palpasi
• Massa Payudara Kiri
• Lokasi : Berjumlah 1 yang berlokasi di superior lateral
• Konsistensi : Padat
• Permukaan : Tidak rata, Ulkus (-)
• Mobilitas : Imobile
• Batas : Tidak tegas
• Nyeri Tekan : (-)
• Ukuran : 4,2 x2,8 cm
• KGB : tidak dijumpai
2
PAYUDARA KANAN
Inspeksi
• Tidak dijumpai massa
• Gambaran Peau de’Orange tidak dijumpai
• Tidak dijumpai perubahan warna,maupun skin dimpling
• Retraksi nipple tidak dijumpai
• Nipple discharge tidak dijumpai
• Ulkus tidak dijumpai
• Sikatriks tidak dijumpai
• Benjolan dan tanda radang di aksila tidak dijumpai
• Benjolan di infraklavikula atau supra klavikula tidak dijumpai
Palpasi
Massa tidak dijumpai
a) Pemeriksaan Laboratorium
2
Jenis Pemeriksaan Satuan Hasil Rujukan
2
Kreatinin mg/dL 0,86 0,45-0,75
b) Pemeriksaan Pencitraan
Mammography (28/06/2023)
Hasil:
Kedua mammae konfigurasinya simetris dengan komponen fatty dan
glandular
Tampak lesi spiculated di latero superior mamma kiri dengan penebalan
kutis mamma kiri
Tidak tampak lesi pada mamma kanan
Tidak tampak kelompok mikrokalsifikasi yang mencurigakan
Tidak tampak retraksi papila mammae maupun pembesaran kelenjar lymphe
pada kedua axilla
Kesan : Lesi mammae kiri (BIRADS 5)
2
Foto Toraks (28/06/2023)
Hasil:
Jantung dalam batas normal
Sinus dan diafragma kanan/kiri biasa
Lapangan paru-paru bersih
Kesan : Tidak tampak kelainan radiologis pada jantung dan paru-paru
2
USG Upper Abdomen (30/06/2023)
Hasil:
Liver ukurannya normal, permukaan rata, echogenitas dan atenuasi
parenchyme meningkat, tampak lesi anechoic di lobus kanan (segment 6),
ukuran +/- 1,6x1,2 cm. Sistem vascular dan billiar baik. Gallbladder ukuran
normalm dinding rata dan tidak tampak lesi di dalamnya. Pankreas dan
spleen tampak normal. Kedua ginjal ukurannya normal, tidak tampak echo
stone maupun pelebaran pelvicalycesnya.
Kesan : Fatty liver + cyst di lobus kanan liver
2
Histopatologi (10/02/2023)
Hasil:
Sepotong jaringan dari payudara kiri +/- 3x2 cm, konsistensi kenyal, padat,
berwarna coklat keabuan. Pada pemotongan tampak massa padat putih
berbatas tidak tegas
Sediaan jaringan dari payudara kiri tampak sarang-sarang tumor dengan
gambaran pulau-pulau padat, dengan bentuk dan ukuran bervariasi. Tampak
sebagian massa tumor menginvasi ke stroma dan sampai ke lapisan jaringan
lemak, tumor tersusun oleh sel-sel dengan bentuk bulat oval dengan inti
atipik, sitoplasma eosinofilik, kromatin kasar, anak inti menonjol. Mitosis
relatif dijumpai. Limfovaskular invasion tidak dijumpai pada sediaan ini,
stroma terdiri dari jaringan fibrous dengan sebukan ringan sel sel radang
limfosit, tampak juga adanya sedikit area nekrosis dan perdarahan
interstitial, pembuluh darah tampak dilatasi dan kongesti
Kesimpulan : Invasive Breast Carcinoma No Special Type, WHO
Grade II of the left breast
Imunohistokimia (14/07/2023)
Hasil:
2
ER : Positive, moderate to strong intensity in 80-90% of tumor
cells PR : Positive, moderate to strong intensity in 80-90% of
tumor cells
HER2 : Circumferential membrane staining that is complete, intense, and in
more than 10% of tumor cells, categorized as 3+ score
Ki67 : Expressed, moderate to strong intensitu in 70-80% of tumor
cells (highly proliferaive)
3
3
3.6. DIAGNOSIS
Left Breast Carcinoma T3N0M0 + Post NAC 6 siklus with partial response
1. Fibroadeoma
2. Tumor Phyloides
3.8. TERAPI
Rencana :
Rujuk ke spesialis bedah onkologi untuk tatalaksana lebih lanjut (Tindakan
Breast Conservating Theraphy)
3
BAB IV
KESIMPULAN
30
3
DAFTAR PUSTAKA
3
Javaeed, A. (2018). Breast cancer screening and diagnosis : a glance back
and a look forward. International Journal of Community Medicine
and Public Health, 5(11), 4997–5002. https://doi.org/10.18203/2394-
6040.ijcmph20184605
Kementrian Kesehatan RI, 2015. Situasi penyakit kanker.
Jakarta(Indonesia): Kementrian Kesehatan RI.
Kementrian Kesehatan RI, 2016. Bulan Peduli Kanker Payudara.
Jakarta(Indonesia): Kementrian Kesehatan RI.
Kementrian Kesehatan RI, 2015. Stop Kanker. Jakarta(Indonesia):
Kementrian Kesehatan.
Limbong, R. J., Masrochah, S., Sulaksono, N., Haji, E., Kepulauan, D.,
& Semarang, P. K. (2017). PROCEDURE OF MULTI SLICE
COMPUTED OMOGRAPHY ( MSCT ) THORAX
EXAMINATION USING POSITIVE CONTRAST MEDIA, 1–9
McDonald, E. S., Clark, A. S., Tchou, J., Zhang, P., & Freedman, G.
M. (2016). Clinical Diagnosis and Management of Breast Cancer
Elizabeth. JNM, 57(2), 9S–16S.
https://doi.org/10.2967/jnumed.115.1578 34
Momenimovahed, Z., & Salehiniya, H. (2019). Epidemiological
characteristics of and risk factors for breast cancer in the world.
Dovepress, 11, 151–164.
Morris KT. Usefulness of the Triple Test Score for Palpable Breast
Masses. Arch Surg [Internet]. 2001;136(9):1008. Available from:
http://archsurg.jamanetwork.com/article.aspx?doi=10.1001/archsur
g.136.9.1008
Nadeak, N. M., 2015. PREVALENSI KANKER PAYUDARA
DENGAN METASTASIS DI HATI DI RSUP H. ADAM MALIK
MEDAN TAHUN 2014. Medan: Universitas Sumatra Utara
NICE. Advanced breast cancer: diagnosis and treatment. National
Institute for Health and Clinical Excellence Guideline 2009
[Internet]. Vol. 21, Clinical oncology (Royal College of Radiologists
3
(Great Britain)). 2009. 365-367 p. Available from:
http://www.nice.org.uk/nicemedia/live/11778/43414/43414.pdf
Nurrohmah, A., Aprianti, A., & Hartutik, S. (2022). Risk Factors of
Breast Cancer. GASTER JOURNAL OF HEALTH SCIENCE,
20(1), 1–10
Schunke, Michael, et.al. 2015. Atlas Anatomi Manusia Anatomi
Umum dan Sistem Gerak. Jakarta : EGC.
Sjamsuhidajat R, De Jong W, Editors. Buku Ajar Ilmu Bedah
Sjamsuhidajat-De Jong. Sistem Organ dan Tindak Bedahnya (1). 4th
ed. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2017.
Sun YS, Zhao Z, Yang ZN, Xu F, Lu HJ, Zhu ZY, Shi W, Jiang J, Yao
PP, Zhu HP. Risk Factors and Preventions of Breast Cancer. Int J
Biol Sci. 2017 Nov 1;13(11):1387-1397. doi: 10.7150/ijbs.21635.
PMID: 29209143; PMCID: PMC5715522.
Susmini, & Supriayadi. (2020). HUBUNGAN TINGKAT
PENGETAHUAN DENGAN KEMAMPUAN PEMERIKSAAN
DADA SENDIRI ( SADARI ) PADA WANITA USIA SUBUR
DI
DESA SUKODADI. Jurnal Kesehatan Mesencephalon, 6(2), 101–
106
Wang, L. (2017). Early Diagnosis of Breast Cancer. Sensors,
17(1572), 1–20. https://doi.org/10.3390/s17071572
Yulianti, I., Setyawan, H., & Sutiningsih, D. (2016). Faktor-faktor Risiko
Kanker Payudara. Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-Journal) Volume
4 Nomor 4 , 401-409