MAKALAH
oleh
Kelompok 2
MAKALAH
Disusun guna melengkapi tugas Mata Kuliah Keperawatan Bedah dengan Dosen
Pembimbing Ns. Jon Hafan Sutawardana, M.Kep., Sp.Kep.MB
oleh
Riris Nur Rizqiya 162310101054
Vania Putri Widiagma 162310101055
Berta Katrina Ramadhantya 162310101058
Nurul Amilia Oktivana 162310101063
Wildiah Nursyafiqoh Putri 162310101096
Kelompok : 2
Kelas/Angkatan : B-2016
Makalah ini dikerjakan dan disusun dengan pemikiran sendiri, bukan hasil
jiplakan atau reproduksi ulang makalah yang telah ada.
Ketua Kelompok
NIM 162310101058
Mengetahui
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, taufik,
serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah sesuai waktu
yang telah direncanakan. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan
kepada baginda Nabi Muhammad SAW.
Dalam penulisan laporan ini tentunya ada pihak yang telah memberikan
bantuan baik moral maupun material. Oleh karena itu penulis ingin
menyampaikan ucapan terimaksih kepada:
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, maka
penulis mengharapkan saran dan kritik yang konstruktif demi penyempurnaan
selanjutnya.
Semoga laporan ini bermanfaat bagi semua pihak, khususnya bagi penulis dan
pembacanya.
Penyusun
iv
DAFTAR ISI
v
BAB 1. LAPORAN PENDAHULUAN
1
4. T4 berarti tumor telah berkembang menjadi jaringan tubuh luar
laring. Ini mungkin telah menyebar ke tiroid, pipa udara
(trakea) atau pipa makanan (esofagus)
Gambar 1
1.1.2 Epidemiologi
Insiden tumor ganas laring di beberapa tempat di dunia ini berbeda-
beda. Di Amerika Serikat pada tahun 1973-1976 dilaporkan 8,5% kasus
karsinoma laring per 100.000 penduduk laki-laki dan 1,3% kasus
karsinoma laring per 100.000 penduduk perempuan. Pada akhir-akhir
ini tercatat insiden tumor ganas laring pada wanita meningkat. Ini
dihubungkan dengan meningkatnya jumlah wanita yang merokok.
Di RSUP H. Adam Malik Medan, Februari 1995- Juni 2003
dijumpai 97 kasus karsinoma laring dengan perbandingan laki-laki dan
perempuan 8:1. Usia penderita berkisar antara 30 sampai 79 tahun. Dari
Februari 1995- Februari 2000, 28 orang diantaranya telah dilakukan
operasi laringektomi total.
1.1.3 Etiologi
Penyebab pasti sampai saat ini belum diketahui. Dikatakan oleh
para ahli bahwa perokok dan peminum alkohol merupakan kelompok
orang-orang dengan resiko tinggi terhadap karsinoma laring. Merokok
merupakan faktor resiko utama pada karsinoma laring dimana pada
rokok terdapat 43 bahan karsinogen antara lain polisiklik hirokarbon,
nitrosamin, radioaktif polonium-210.
Alkohol (etanol) jika dikombinasikan dengan penggunaan rokok
maka akan berpotensi untuk memberikan efek karsinogenik yang akan
2
memudahkan penetrasi zak karsinogenik dalam jaringan tubuh. Etanol
juga mengganggu sintesis retinoid, derivat vitamin A yang mana zat ini
memberikan efek protektif dari perkembangan sel kanker.
Virus yang juga dikaitkan dengan kejadian karsinoma laring yaitu
HPV (Human Papilloma Virus) dan Eibstein Barr Virus. HPV
dikategorikan menjadi resiko tinggi (tipe 16,18), medium (tipe 31,33),
resiko rendah (tipe 6,11).
Faktor resiko lainnyaadalah paparan debu kayu, sinar radio aktif,
polusi udara, radiasi leher dan asbestosis.
1.1.4 Klasifikasi
Berdasarkan Union International Centre le Cancer (UICC) 1982,
klasifikasi dan stadium tumor ganas laring terbagi atas:
a. Supraglotis (30-35%)
b. Glotis (60-65%)
c. Subglotis (1%)
Yang termasuk supraglotis adalah: permukaan posterior epiglotis
yang terletak di sekitar os hioid, lipatan ariepiglotik, aritenoid, epiglotis
yang terletak dibawah os hioid, pita suara palsu, ventrikel.
Yang termasuk glottis adalah: pita suara asli, komisura anterior dan
komisura posterior. Yang termasuk subglotis adalah : dinding subglotis.
Klasifikasi dan stadium tumor berdasarkan UICC:
a. Tumor Primer (T)
Supraglotis
1. Tis : Karsinoma insitu
2. T0 : Tidak jelas adanya tumor primer l
3. T1 : Tumor terdapat pada satu sisi suara/pita suara
palsu (gerakan masih baik).
T1a :Tumor terbatas pada permukaan laring
epiglotis, plika ariepiglotika, ventrikel atau
pita suara palsu satu sisi.
T1b :Tumor telah mengenai epiglotis dan meluas
ke rongga ventrikel atau pita suara palsu
4. T2 : Tumor sudah menjalar ke 1 dan 2 sisi daaerah
supra glotis dan glotis masih bisa bergerak (tidak
terfiksir).
5. T3 : Tumor terbatas pada laring dan sudah terfiksir atau
meluas ke daerah krikoid bagian belakang, dinding
3
medial dari sinus piriformis, dan arah ke rongga pre
epiglotis.
6. T4 : Tumor sudah meluas ke luar laring, menginfiltrasi
orofaring jaringan lunak pada leher atau sudah
merusak tulang rawan tiroid.
Glotis
Subglotis
4
4. N2 : Teraba kelenjar limfa tunggal, ipsilateral, ukuran
diameter 3-6 cm.
N2a : Satu kelenjar limfa ipsilateral, diameter lebih dari
3cm tapi tidak lebih dari 6cm
N2b : Multipel kelenjar limfa ipsilateral, diameter tidak
lebih dari 6cm
N2c : Metastasisbilateral atau kontralateral, diameter
tidak lebih dari 6cm
5. N3 : Metastasis kelenjar limfa lebih dari 6 cm
c. Metastasis Jauh (M)
1. Mx : Tidak terdapat/terdeteksi
2. M0 : Tidak ada metastasis jauh.
3. M1 : Terdapat metastasis jauh.
d. Stadium
STADIUM TUMOR KELENJAR METASTASIS
PRIMER LIMFA
Stadium 1 T1 N0 N0
Stadium 2 T2 N0 N0
Stasium 3 T3 N0 M0
T1/T2/T3 N1 M0
Stasium 4 T4 N0/N1 M0
T1/T2/T3/T4 N2/N3
T1/T2/T3/T4 N1/N2/N3 M1
1.1.5 Patofisiologi
Paparan karsinogenik berulang-ulang akan menyebabkan struktur
DNA selnormal akan terganggu sehingga terjadi diferensiasi dan
proliferasi abnormal. Adanya mutasi serta perubahan pada fungsi dan
karakteristik sel berakibat pada buruknya sistem perbaikan sel dan
terjadilah apoptosis serta kematian sel. Pro-onkogen akan terus
meningkat sementara tumor supressor gene menurun, keadaan ini
mengakibatkan proliferasi terus-menerus dari sel anaplastik yang akan
mengambil suply oksigen, darah dan nutrien dari sel normal sehingga
penderita akan mengalami penurunan berat badan. Selain itu akan
terjadi penurunan serta serta destruksi komponen darah, penurunan
5
trombosit menyebabkan gangguan perdarahan, penurunan jumlah
eritrosit menyebabkan anemia dan penurunan leukosit menyebabkan
gangguan status imunologi pasien. Proliferasi sel kanker yang terus
berlanjut hingga membentuk suatu masa mengakibatkan kompresi pada
pembuluh darah sekitar dan saraf sehingga terjadilah odinofagi, disfagi,
dan nyeri pada kartilago tiroid. Massa tersebut juga mengakibatkan
hambatan pada jalan nafas. Iritasi pada nervus laringeus menyebabkan
suara menjadi serak. Jika mutasi yang terjadi sangat progresif, kanker
dapat bermetastasis ke jaringan sekitar dan kelenjar getah bening.
1.1.6 Manifestasi Klinis
Gejala dan tanda yang sering dijumpai adalah:
1. Suara Serak
Gejala utama karsinoma laring. Merupakan gejala paling
dini tumor pita suara. Hal ini disebabkan karena ganguan fungsi
fonasi laring. Kualitas nada sangat dipengaruhi oleh besar kecilnya
celah glotik, besar pita suara, ketajaman tepi pita suara, kecepatan
getaran, dan ketegangan pita suara. Pada tumor ganas laring, pita
suara gagal berfungsi secara baik disebabkan ketidakteraturan pita
suara, oklusi atau penyempitan celah glotik, terserangnya otot-otot
vokalis, sendi dan ligamen krikoaritenoid, dan kadang-kadang
menyerang saraf. Serak menyebabkan kualitas suara menjadi kasar,
menganggu, sumbang, dan nadanya lebih rendah dari biasanya.
Kadang bisa afoni karena nyeri, sumbatan jalan nafas, atau
paralisis komplit.
Hubungan antara suara serak dengan tumor laring
tergantung dari letak tumornya. Apabila tumbuh di pita suara asli,
maka serak merupakan gejala dini dan menetap. Pada tumor
subglotik dan supraglotik, serak dapat merupakan gejala akhir atau
tidak muncul sama sekali.
2. Sesak Nafas dan Stridor
Terjadi karena adanya sumbatan jalan nafas oleh massa
tumor, penumpukan kotoran atau sekret, maupun fiksasi pita suara.
Adanya stridor dan dispnea adalah tanda prognosis kurang baik.
3. Rasa Nyeri di Tenggorok
Keluhan bervariasi dari rasa goresan sampai rasa nyeri yang
tajam.
4. Disfagia dan Odinofagia
Merupakan ciri khas tumor pangkal lidah, supraglotik,
hipofaring, hipofaring, dan sinus piriformis. Keluhan ini
6
merupakan keluhan yang paling sering pada tumor ganas
postkrikoid. Adanya odinofagi menandakan adanya tumor ganas
lanjut yang mengenai struktur ekstra laring.
5. Batuk dan Hemoptisis
Batuk jarang pada tumor ganas glotik, biasanya timbul
dengan tertekannya hipofaring disertai sekret yang mengalir ke
dalam laring. Sedangkan haemoptisis sering pada tumor ganas
glotik dan supraglotik.
6. Nyeri alih telinga ipsilateral, halitosis, penurunan berat badan serta
pembesaran kelenjar getah bening di pertimbangkan sebagai
perluasan tumor ke luar laring atau metastasis jauh.
7. Nyeri tekan daerah laring
Gejala lanjut yang disebabkan oleh komplikasi supurasi
tumor yang menyerang kartilago tiroid dan perikondrium
1.1.7 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang diperlukan selain pemeriksaan
laboratorium darah, juga pemeriksaan radiologik. Foto toraks
diperlukan untuk menilai keadaan paru, ada atau tidaknya proses
spesifik dan metastasis di paru. Foto jaringan lunak (soft tissue) leher
dari lateral kadang-kadang dapat menilai besarnya dan letak tumor, bila
tumornya cukup besar. Apabila memungkinkan, CT scan laring dapat
memperlihatkan keadaan tumor da laring lebih seksama, misalnya
penjalaran tumor pada tulang raawan tiroid dan daerah pre-epiglotis
serta metastase kelenjar getah bening leher.
Diagnosa pasti ditegakkan dengan pemeriksaan patologi-anatomik
dari bahan biopsi laring, dan biosi jarum-halus pada pembesaran
kelenjar limfa dileher. Dari hasil patologi anatomik yang terbanyak
adalah karsinoma sel skuamosa.
1.1.8 Penatalaksanaan Medis
Secara umum ada 3 jenis penanggulangan karsinoma laring yaitu
pembedahan, radiasi dan sitostatika, ataupun kombinasi, tergantung
pada stadium penyakit dan keadaan umum pasien.
a. Pembedahan
Tindakan operasi untuk keganasan laring terdiri dari:
1. Laringektomi
a) Laringektomi Parsial
7
Laringektomi parsial diindikasikan untuk karsinoma
laring stadium I yang tidak memungkinkan dilakukan
radiasi, dan tumor stadium II.
b) Laringektomi Total
Adalah tindakan pengangkatan seluruh struktur
laring mulai dari batas atas (epiglotis dan os hioid)
sampai batas bawah cincin trakea.
2. Diseksi Leher Radikal
Tidak dilakukan pada tumor glotis stadium dini (T1-
T2) karena kemungkinan metastase ke kelenjar limfe leher
sangat rendah. Sedangkan tumor supraglotis, subglotis dan
tumor glotis stadium lanjut sering kali mengadakan
metastase ke kelenjar limfe leher sehingga perlu dilakukan
tindakan diseksi leher. Pembedahan ini tidak disarankan
bila telah terdapat metastase jauh.
b. Radioterapi
Radioterapi digunakan untuk mengobati tumor glotis dan
supraglotis T1 dan T2 dengan hasil yang baik (angka kesembuhan
90%). Keuntungan dengan cairan ini adalah laring tidak cedera
sehingga suara masih dapat dipertahankan. Dosis yang dianjurkan
adalah 200 rad perhari sampai dosis total 6000-7000 rad.
c. Kemoterapi
Diberikan pada tumor stadium lanjut, sebagai terapi
adjuvant ataupun paliatif. Obat yang diberikan adalah cisplatinum
80-120 mg/m2 dan 5 FU 800-1000 mg/m2.
d. Rehabilitasi Suara
Laringektomi total yang dikerjakan untuk mengobati
karsinoma laring menyebabkan cacat pada penderita. Dengan
dilakukannya pengangkatan laring beserta pita-suara yang ada
dalamnya, maka penderita akan menjadi afonia dan bernafas
melalui stoma permanent di leher.
Untuk itu diperlukan rehabilitasi terhadap pasien, baik yang
bersifat umum, yakni agar pasien dapat memasyarakatkan dan
mandiri kembali, maupun rehabilitasi khusus yakni rehabilitasi
suara (voice rehabilitation), agar penderita dapat berbicara
(bersuara), sehingga berkomunikasi verbal. Rehabilitasi suara
dapat dilakukan dengan pertolongan alat bantu suara, yakni
semacam vibrator yang ditempelkan di daerah submandibula,
ataupun dengan suara yang dihasilkan dari esophagus (eso-
phageal speech) melalui proses belajar. Banyak faktor yang
mempengaruhi suksesnya proses rehabilitasi suara ini, tetapi
8
dapat disimpulkan menjadi 2 faktor utama, ialah faktor fisik dan
faktor psiko-sosial.
Suatu hal yang sangat mmebantu adalah pembentukan
wadah perkumpulan guna menghimpun pasien-pasien tuna-laring
guna menyokong aspek psikis dalam lingkup yang luas dari
pasien, baik sebelum maupun sesudah operasi.
9
1.1.9 Pathway
FAKTOR PREDISPOSISI
(ALKOHOL, ROKOK, RADIASI)
Ca. Laring
OBSTRUSI SUARA
LUMEN PARAU MENGIRITA
OESOPHAGUS NYERI SI SEL
DIPERSEPS LARING
IKAN
AFONIA
DISFAGIA
PROGRESIF INFEKSI
GANGGUAN
GANGGUAN RASA
KOMUNIKAS NYAMAN ;
INTAKE I VERBAL NYERI AKUMULA
BERKURANG SI SEKRET
BB TURUN BERSIHAN
JALAN
NAFAS
TIDAK
GANGGUAN EFEKTIF
PEMENUHAN NUTRISI
10
1.2 Asuhan Keperawatan
11
lalu tentang kesehatan atau penyakit yang pernah dialami atau
riwayat masuk rumah sakit atau riwayat kecelakaan.
4) Riwayat Kesehatan Keluarga
a) Adakah keluarga yang menderita penyakit ca laring.
b) Penyakit kronik yang lain seperti diabetes melitus, batu
ginjal, kardiovaskuler, dll.
5) Status sosial
Status sosial ekonomi atau mempengaruhi tingkat
pendidikan, sedangkan tingkat pendidikan akan mempengaruhi
tingkat pengetahuan klien dan hal ini akan berpengaruh pada
pola hidup dan kebiasaan sehari-hari yang akan mencerminkan
tingkat kesehatan klien.
6) Penampilan Umum
a) Tanda-tanda vital : pola pernafasan dan suhu tubuh.
b) Tingkat kesadaran : composmetis, somnolen, sofor, koma,
delirium
c) konsentrasi : mampu berkonsentrasi atau tidak.
d) kemampuan bicara : mampu bicara atau tidak.
e) gaya jalan : seimbang atau tidak
f) koordinasi anggota gerak : mampu menggerakan anggota
tubuh atau tidak.
c. Pola Fungsi Kesehatan.
1) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan adanya tanda dan
gejala yang menyebabkan klien mencari pertolongan kesehatan
seperti : nyeri pada tenggorokan, susah untuk menelan,
peningkatan suhu tubuh, kelemahan hebat, kehilangan perhatian
pada lingkungan.
2) Pola nutrisi dan metabolik.
Anoreksia, mual, muntah, BB menurun karena intake kurang,
nyeri untuk menelan, nafas berbau.membran mukosa kering.
3) Pola eliminasi
Warna urin kuning pekat, ureum meningkat.
12
4) Pola aktivitas dan latihan
Kelelahan (fatique), kelemahan.
5) Pola tidur dan istirahat
Gelisah, tidur sering terganggu karena nyeri pada tenggorokan.
6) Pola persepsi sensor dan kogniti.
Kurangnya pendengaran perhatian berkurang atau menyempit,
kemampuan berfikir abstrak menurun, kehilangan perhatian
untuk lingkungan, sakit kepala.
7) Pola persepsi diri dan konsep diri
Penurunan harga diri, perubahan konsep diri dan body image,
menurunnya harga diri, menurunnya tingkat kemandirian dan
perawatan diri.
8) Pola peran dan hubungan sesama
Tidak dapat menjalankan sekolah, penurunan kontak sosial dan
aktivitas.
9) Pola koping dan toleransi terhadap stress
Ketidak efektifan koping individu dan keluarga, mekanisme
pertahanan diri : denial proyeksi, rasionalisasi, displasmen
10) Pola nilai dan kepercayaan.
11) Kehilangan kepercayaan kepada pemberi pelayanan kesehatan.
d. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum ini dapat meliputi kesan keadaan sakit termasuk
ekspresi wajah posisi pasien, kesadaran (GCS/ Gaslow Come
Scale), yang dapat meliputi penilaian secara kualitas seperti
comosmetis, apatis, somnolen, sofor, koma, delirium, dan status
Gizinya.
2) Pemeriksaan tanda-tanda vital meliputi nadi, tekanan darah, pola
pernafasan dan suhu tubuh.
3) Pemeriksaan kulit, rambut dan kelenjar getah bening.
a) Kulit meliputi warna (meliputi pigmentasi, sianosis, ikterik,
pucat, eritema), turgor, kelembaban kulit dan atau ada
tidaknya edema.
13
b) Rambut meliputi dapat dinilai dari warna, kelebatan,
distribusi dan karakteristik.
c) Kelenjar getah bening meliputi dapat dinilai dari bentuknya
serta tanda-tanda radang yang dapat dinilai di daerah
servikal anterior, inguinal oksiptil, dan retroavrikuler.
4) Pemeriksaan Kepela Dan Leher
Laksanakan pemeriksaan kepala dan leher secara menyeluruh :
palpasi leher dan tiroid untuk merasakan adanya pembengkakan,
nodularitas, atau adenopati. Kaji adanya suara serak, luka pada
tenggorokan, dispnea, disfagia, atau nyeri dan rasa terbakar
ditenggorokan (Smeltzer, 2013).
5) Pemeriksaan dada meliputi organ paru dan jantung, secara
umum bentuk dada, keadaan paru yang meliputi simetris atau
tidaknya, pergerakan nafas, ada tidaknya femitus suara, krepitasi
serta dapat dilihat batas ada saat perkuasi didapatkan (bunyi
perkusinya bagaimana apakah hipersenosor atau timpani). Pada
pemeriksaan jantung dapat diperiksa tentang denyut apeks atau
dikenal dengan siklus kordis dan aktivitas artikel, getaran
bsising, bunyi jantung.
6) Pemeriksaan abdomen meliputi bentuk perut, dinding perut,
bising usus, adanya ketegangan dinding perut atau adanya nyeri
tekan serta dilakukan palpasi pada organ hati, limfa, ginjal,
kandung kemih, yang ditentukan ada tidaknya nyeri pada
pembesaran pada organ tersebut, kemudian pada daerah anus,
rectum, serta genitalia.
7) Pemeriksaan anggota gerak dan neurologi meliputi adanya
rentang gerak keseimbangan dan gaya berjalan, genggaman
tangan, otot kaki dan lainnya.
e. Prosedur Diagnostik
Pemeriksaan untuk melihat kedalam laring dapat dilakukan dengan
cara langsung maupun tak langsung dengan menggunakan
laringoskopi untuk menilai lokasi tumor penyebaran tumor yang
14
terlihat dan kemudian melakukan biopsy. Laringoskopi tidak
langsung dilakukan untuk mengevaluasi secara visual keluasan
tumor. Uji diagnostic, termasuk sinar X jaringan lunak, tomogram,
serogram, pemeriksaan kontras, dan pencitraan resonansi magnetic
(MRI) dilakukan sebagai bagian dari pemeriksaan diagnostic untuk
menentukan keluasan pertumbuhan tumor. Bagaimanapun,
pemeriksaan laringoskopi langsung dibawah anastesi umum, adalah
metode primer untuk mengevaluasi laring. Mobilitas pita suara
dikaji, jika gerakan normalnya terbatas maka pertumbuhan tumor
mungkin sudah mengenai otot, jaringan lain dan bahkan jalan nafas.
1.2.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respons
manusia terhadap gangguan kesehatan/proses kehidupan, atau
kerentanan respons dari seorang individu, keluarga, kelompok, atau
komunitas. Indikator diagnostik data yang digunakan untuk
mendiagnosis dan untuk membedakan satu diagnosis dari yang lain.
Indikator diagnostik meliputi batasan karakteristik yang meliputi tanda
dan gejala dan faktor risiko yang meliputi faktor yang berhubungan
dengan penyebab, keadaan, fakta, atau pengaruh yang memiliki
beberapa jenis hubungan dengan diagnosis keperawatan (Keliat dkk.,
2015) Diagnosa keperawatan menurut (Nanda, 2015) pada pasien ca
laring adalah :
a. Defisiensi pengetahuan mengenai prosedur bedah dan penanganan
pasca operasi
b. Ansietas dan depresi yang berhubungan dengan diagnosis kanker
dan pembedahan yang akan dilakukan
c. Ketidakefektifan kebversihan jalan napas yang berhubungan dengan
produksi mucus yang berlebihan, sekunder akibat perubahan jalan
napasa secara bedah
d. Hambatan komunikasi verbal yang berhubungan deficit anatomi,
sekunder akibat pengangkatan laring dan edema
15
e. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh, yang
berhubungan dengan ketidakmampuan menelan makanan, sekunder
akibat kesulitan menelan
f. Gangguan citra tubuh dan harga diri rendah, sekunder akibat
pembedahan leher mayor, perubahan penampilan, dan perubahan
struktur dan fungsi
g. Deficit perawatan diri yang berhubungan dengan nyeri, kelemahan,
dan keletihan; gangguan musculoskeletal yang berhubungan dengan
prosedur bedah dan rangkaian terapi pasca operasi
1.2.3 Intervensi Keperawatan
Perencanaan keperawatan adalah berbagai perawatan, berdasarkan
penilaian klinis dan pengetahuan, yang dilakuakn oleh seorang perawat
untuk meningkatkan hasil klien/pasien. Diagnosis keperawatan
digunakan untuk mengidentifikasi hasil yang diharapkan dari perawatan
dan merencanakan tindakan keperawatan yang spesifik secara
berurutan. Kriteria hasil kperawatan mengacu pada perilaku yang
terukur atau perilaku yang ditunjukkan oleh individu, keluarga,
kelompok, komunitas. (Keliat dkk., 2015).
N Hari/ Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional Nama
o Tanggal Keperawa kriteria dan
/Jam tan hasil Paraf
16
mengetahui mengenai
prosedur pembedah
yang akan an(tertulis
dilakukan dan
sehingga audiofisua
pasien l) untuk
merasa dibaca R
tenang. kembali Ns.
KH : dan 2. agar Rima
1. Pasien sebagai pasien
meresa penguatan menget
tenang ahui
saat akan 2. Jelaskan konsek
mendekat kepada uensi
i waktu pasien yang
operasi bahwa mungki
2. Pasien suara asli n
dapat akan didapat R
memberi hilang jika kan
Ns.
kan laringekto setelah
Rima
optimism mi operasi.
e yang komplet
kaut direncanak 3. Agar
an pasien
mersa
3. Tenangkan tenang
atau dan
yakinkan nyaman R
pasien selama
bahwa Ns.
rehabili
banyak hal Rima
tasi
yang dapat berlang
17
dilakukan sung.
selama
pelatihan 4. Agar
dalam tidak
program terjadi R
rehabilitasi kesalah
Ns.
4. Tinjau an
Rima
perlengkap dalam
an dan melaku
akan tindaka
menjadi n
bagian
dalam 5. Agar
asuhan pasien
pascaperas dapat
i batuk
5. Ajarkan dengan
batuk dan .
latihan
napas
dalam
biarkan
pasien
mendemon
strasikan
ulang
latihan
batuk dan
napas
dalam
18
2 Jumat/2 Menguran Setelah 1. Kaji 1. untuk R
3 Maret gi dilakukan persiapan mengur
Ns.
2018/ ansietas tindakan psikologi angi
Rima
09.00 dan keperawata pasien, rasa
WIB depresi n selama dan khawati
1x24 jam berikan r pasien
diharapkan kesempata dan
pasien dapat n kepada keluarg
merasa pasien dan a.
tenang dan keluarga
nyaman. untuk
KH : mengungk
1. Pasien apkan
dapat perasaan
mengide dan
R
ntifikasi, menyamp
mengun aikan Ns.
gkapkan pandanga Rima
dan n 2. agar
menunju 2. Atur pasien
kkan kunjungan termoti
teknik dari pasien vasi
untuk lain yang untuk
mengont pernah sembuh
rol menjalani dan
cemas. laringekto tidak
2. Vital mi merasa
sight pesimis
dalam dengan
batas penyaki
normal tnya. R
3. agar Ns.
19
3. Pelajari tindaka Rima
dari pasien n yang
aktivitas kita
apa yang lakukan
meningkat sesuai
kan rasa dengan
nyaman kemaua
dan bantu n pasien
pasien
dalam
melaksana
kan
aktivitas
tersebut
3 Jumat/2 Memperta Setelah 1. Posisikan 1. Agar R
3 Maret hankan dilakukan pasien pasien
Ns.
2018/ kepatenan tindakan dalam memili
Rima
09.00 jalan keperawata posisi ki
WIB napas n selama semi pernafa
1x24 jam fowler san
diharapkan atau posisi yang
pasien dapat fowler adekua
bernafas setelah t
R
dengan pulih dari
normal dan anastesia 2. agar Ns.
adekuat. 2. Pantau dapat Rima
KH : kegelisaha menget
1. n, ahui
frekuens pernapasan dan
i paksa, mence
pernapas kecemasan gah
an , dan masala
20
ditingkat peningkata h
kan ke n frekuensi kesehat
skala 5 nadi, yang an lain
2. Kemam dapat yang R
puan mengindik muncul Ns.
untuk asikan dari Rima
mengelu kemungkin pasien
arkan an masalah
secret pernapasan 3. agar
ditingkat atau dapat
3. Gunakan san
medikasi pasien
yang yang
menekan adekua
pernapasan t.
dengan
4. agar
hati-hati;
pasien
R
namun,
dapat Ns.
penngguna
mandir Rima
an obat
i dan
analgesik
21
yang tidak
adekuat bergant
penting, ung
karena pada
nyeri pasca perawa
operasi t. R
dapat Ns.
menyebab 5. Agar
Rima
kan kebersi
pernapasan han
dangkal pasien
tidak dan
efektif. menghi
4. Dorong ndari
pasien dari
untuk iritasi.
berpindah
6. agar
posisi,
tidak
batuk, dan
terjadi
bernapas
infeksi
dalam;
kepada
lakukan
pasien.
pengasapa
n jika
perlu;
anjurkan
ambulasi
dini
5. Rawat
selang
laringekto
22
mi dengan
cara yang
sama
seperti
merawat
selang
trakeostom
i;
humidifika
si
(kelembab
an) dan
pengisapan
penting
jika tidak
ada kanula
bagian
dalam
6. Jaga agar
stoma
tetap
bersih
dengan
membersih
kan setiap
hari sesuai
program,
dan lap
lubang
dengan
bersih
sesuai
23
kebutuhan
setelah
batuk
4 Jumat/2 Meningka Setelah 1. Bekerja 1. agar R
3 Maret tkan dilakukan bersama terjaga
Ns.
2018/ metode tindakan pasien, hubung
Rima
09.00 komunika keperawata terapis an
WIB si n selama bicara, terapeut
alternatif 1x24 jam dan ik
diharapkan keluarga antara
pasien dapat untuk pasien
mempunyai mendukun dan
rasa saling g petugas
percaya. pengguna kesehat
KH : an metode an
R
1. mengenal komunika
i pesan sdi Ns.
2. Agar
yang alternatif; Rima
pasien
diterima metode ini
dapat
ditingkat harus
dengan
kan ke digunakaa
mundah
skala 5 n dengan
meman
2. interpreta konsisten
ggil
si akurat setelah
prawat
terhadap operasi
yang
pesan 2. Berikan
bertuga
yang bel panggil
diterima atau bel
s jika R
membut
ditingkat tangan Ns.
uhkan
kan ke kepada Rima
pertolo
skala 5 pasien;
ngan
magicslate
24
dapat 3. Agar
digunaan aktivita
untuk s pasien
komunikas tidak
i tergang
3. Gunakan gu R
lengan Ns.
yang tidak 4. agar Rima
digunakan pasien
untuk dapat
menulis member
untuk itahu
infuse IV perawat
4. Jika pasien dengan
tidak dapat jelas R
menulis, apa
Ns.
papan yang
Rima
berisi frase pasien
kata inginka
bergambar n,
atau sinyal rasakan,
tangan dan
dapat keluhan
digunakan. nya
walaup
5. Berikan un
waktu pasien
yang tidak
cukup dapat
pada menulis
pasien .
untuk 5. agar
25
menyampa pasie
ikan merasa
kebutuhan dihargai
nya dan
dihorm
ati.
5 Jumat/2 Meningka Setelah 1. Pertahanka 1. agar R
3 Maret tkan dilakukan n pasien pasien
Ns.
2018/ nutrisi tindakan tetap puasa siap
Rima
09.00 dan keperawata selama untuk
WIB hidrasi n selama beberapa melaksa
yang 1x24 jam hari, dan nakan
adekuat diharapkan berikan operasi,
pasien dapat sumber namun
Terpenuhi nutrisi tetap
nutrisinya. alteernatif mendap
KH : sesuai atkan
1. asupan program: nutrisi
gizi cairan IV, yang
ditingkat makanan adekuat
R
kan ke enternal, .
skala 5 dan nutrisi 2. agar Ns.
2. asupan parenteral; pasien Rima
cairan jelaskan mudah
ditingkat rencana untuk
kan ke nutrisi makan
skala 5 kepada dan
3. energy pasien dan agar
ditingkat keluarga pasien
kan ke 2. Mulai mendap
skala 5 membrika atkan
R
n makanan nutrisi Ns.
26
peroral yang Rima
dengan seimba
cairan ng.
kental
untulk
3. agar
memudahk
pasien
an
tetap
menelan;
mejaga
intruksikan
pasien
kebersi R
han diri
untuk Ns.
;
menghinda Rima
Khusus
ri makanan
nya
manis,
kebersi
yang akan
han
meningkat
mulut.
kan salvias
dan
menekan
nafsu
4. agar
makan; R
pasien
perkenalka
segara Ns.
n makanan
medapa Rima
padat
tkan
sesuai
pertolo
yang
ngan
ditoleransi
Dari
3. Intruksika
tenaga
n pasien
medis
untuk
berkumur-
kumur
27
dengan air 5. untuk
hangat memant
atau au
pencuci perkem
mulut bangan
(mouth kesehat
wash) dan an dan
sikat gigi nutrisi
dengan pasien.
sering
4. Pantau
pasien
untuk
melihat
adanya
kesulitan
menelan
(terutama
saat
makan);
laporkan
kejadian
ini kepada
dokter
5. Pantau
berat
badan dan
data
laboratoriu
m
28
6 Jumat/2 Meningka Setelah 1. Dorong 1. agar R
3 Maret tkan dilakukan pasien paien
Ns.
2018/ konsep tindakan untuk dapat
Rima
09.00 diri keperawata mengekspr mengek
WIB n selama eiskan spresika
1x24 jam perasaan n
diharapkan mengenai perasaa
pasien dapat perubahan n
memiliki sejak ia mengen
rasa percaya menjalani ai efek
diri. operasi setelah
KH : 2. Rujuk dilakuk
1. menyesu pasien ke an
aikan kelompok operasa
R
terhadap pendukung i
perubaha , seperti Ns.
n IAL Rima
2. agar
tampilan (Internatio
pasien
fisik nal
dapat
2. pasien Associatio
berinter
dapat n of
aksi
menggun Laryngect
dengan
akan omees),
lingkun
strategi WebWispe
gan
untuk r, dan I
sosial
meingkat Can Hope
kan 3. Gunakan
R
penampil pendekata Ns.
an n positif; Rima
3. pasien tingkatkan
dapat partisipasi
3. agar
menyesu pasien
29
aikan diri dalam pasien
terhadap aktivitas merasa
perubaha perawatan dihargai
n tubuh diri dengan saat
akibat segera perawat
pembeda an
han
30
dapat keluarga melaku
membersi bahwa kan
hkan strategi kesalah
mulut, dapat an saat
gusi dan dikuasai melaku
lidah. 3. Berikan kan
informasi tindaka
spesifik n
mengenai kepera
trakeostom watan
i dan dengan
perawatan mandiri
stoma,
perawatan
luka, dan
hygiene
oral
31
BAB 2. ASUHAN KEPERAWATAN
2.1 Kasus
Seorang pasien laki – laki, Tn. DH, umur 49 datang ke IGD RS Nusa
Bangsa tanggal 23-03-2018 dengan keluhan utama kesulitan menelan. Saat
dilakukan pemeriksaan, tampak terdapat benjolan di belakang lehernya. Pasien
mengatakan benjolan tersebut nyeri bila ditekan. Pasien mengatakan lehernya
terasa panas seperti terbakar ketika minum – minuman yang hangat. Riwayat
suara serak sejak 2 tahun yang lalu, sesak nafas sejak 5 bulan yang lalu. Tn.
DH juga mengalami masalah bau mulut, tapi dianggapnya sebagai hal biasa.
Pasien mengalami penurunan BB dari 60 kg menjadi 50 kg, hal ini terjadi
akibat pasien menjadi kurang nafsu makan semenjak kesulitan makan. Saat
ditanya pekerjaannya, pasien mengatakan bekerja di pertambangan asbes.
Riwayat merokok 2 bungkus dalam 1 hari.
32
terjadi akibat pasien menjadi kurang nafsu makan semenjak kesulitan
makan.
4. Riwayat Kesehatan Dahulu : Suara serak sejak 2 tahun yang lalu
dan sesak nafas sejak 5 bulan yang lalu
5. Riwayat Penyakit Keluarga :
Ibu pasien meninggal karena Ca Mamae
6. Genogram
Keterangan :
: laki-laki
: perempuan
: tinggal satu rumah
: meninggal
: klien
33
(1,75)2 : 16,32
Interpretasi :
Obesitas II: > 30
Obesitas I : 25 – 29,9
Overweight : 23 – 24,9
Normal : 18,5 – 22,9
Underweight : < 18,5
Interpretasi :
indeks massa tubuh klien dalam kategori underweight
- Biomedical sign :
Konjungtiva anemis
- Clinical Sign :
BB menurun, kurang nafsu makan, lemas, bau mulut, terdapat
tonjolan dibelakang leher, kesulitan menelan, sesak nafas, kesulitan
tidur
- Diet Pattern (intake makanan dan cairan):
Intake makanan tidak adekuat
3. Pola aktivitas dan latihan
Klien dalam melakukan ADL perlu dibantu.
Aktivitas harian (Activity Daily Living)
Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4
Makan / minum √
Toileting √
Berpakaian √
Mobilitas di tempat tidur √
Berpindah √
Ambulasi / ROM √
Ket: 0: tergantung total, 1: dibantu petugas dan alat, 2: dibantu
petugas, 3: dibantu alat, 4: mandiri
Status Oksigenasi :
Klien bernapas spontan, tidak tampak menggunakan otot-otot bantu
pernapasan, respiratory rate 28 x/ menit.
34
Fungsi kardiovaskuler :
Tekanan darah saat pengkajian tanggal 22 Maret 2018 = 120/80
mmHg, Nadi 90 x/menit.
Terapi oksigen :
Klien tidak mendapatkan terapi oksigen.
4. Pola tidur dan istirahat
Kesulitan tidur karena sesak nafas
5. Pola kognitif dan konseptual
Fungsi Kognitif dan Memori :
Klien mampu berhitung dan mengingat apa yang telah disampaikan
oleh perawat saat dilakukan pengkajian.
6. Pola persepsi diri
Gambaran diri :
Identitas diri :
Klien tidak memiliki gangguan identitas diri, klien masih memiliki
orientasi yang baik terhadap dirinya sendiri
Harga diri :
Klien mengatakan tidak merasa minder walaupun sakit, klien dan
keluarga percaya bahwa akan segera diberikan kesembuhan.
Ideal diri :
Ideal diri klien tidak terganggu dan memiliki keyakinan untuk sehat
kembali
Peran diri :
Tidak dapat makan dengan normal, karena susah menelan
7. Pola seksualitas dan reproduksi
Tidak ada masalah dengan alat reproduksi dan tidak ada
penyimpangan seksual
8. Pola peran dan hubungan
Pasien kesulitan dalam berkomunikasi akibat suaranya yang serak,
terutama saat banyak bicara
9. Pola manajemen koping-stress
35
Pasien menganggap suara seraknya adalah hal yang biasa dan saat sulit
menelan pasien tidak nafsu makan.
10. Sistem nilai dan keyakinan
Pasien yakin dengan berdoa dan beribadah Tuhan akan
menyembuhkan penyakitnya.
IV. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum: Compos mentis
Tanda-tanda vital
TD: 130/80 mmHG N: 90x/mnt
RR: 28 x/mnt T: 370C
Interpretasi: Hasil pengukuran menunjukkan menunjukkan kenaikan
tekanan darah.
1. Kepala
Inspeksi : kepala simetris, rambut tersebar merata berwarna hitam,
distribusi normal, tidak mudah rontok,
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak teraba benjolan abnormal pada
kepala
2. Mata
Inspeksi : tidak terdapat kantung mata, tidak ada edema palpebra,
icterus (+), anemis (+), pupil isokor, posisi mata simetris, kondisi
bersih, bulu mata rata dan hitam.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak teraba benjolan abnormal pada
kedua mata.
3. Telinga
Inspeksi : telinga simetris, lubang telinga bersih tidak ada serumen,
tidak ada kelainan bentuk,
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak teraba benjolan abnormal,
tidak teraba benjolan abnormal pada kedua telinga
4. Hidung
Inspeksi : hidung simetris, hidung terlihat bersih, tidak ada
pernafasan cuping hidung
5. Mulut
36
Inspeksi : mukusa bibir lembab, lidah klien bersih, mulut dan gigi
bersih, bau mulut
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
6. Leher
Ispeksi : Ada pembesaran tyroid, warna kulit leher sama seperti
sekitarnya, tampak pembengkakan kelenjar limfe,
Palpasi : Teraba adanya pembesaran tyroid, ada nyeri tekan
7. Dada
Paru-paru:
Inspeksi : Bentuk dada simetris, tidak terdapat otot bantu pernapasan
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, vocal fremitus simetris, pergerakan
dan getaran simetris kiri dan kanan
Perpuksi : Paru kanan dan kiri pekak pada ICS 4
Auskultasi: Vesikuler +/+, ronchi (-), wheezing (-)
Jantung :
Inspeksi : Dada simetris, tidak tampak jejas, ictus cordis tidak
nampak
Palpasi : Tidak teraba benjolan atau massa, tidak ada nyeri tekan,
ictus cordis teraba di ICS 5.
Perkusi : Pekak, batas kiri jantung pada ICS 4,5, dan 8
Auskultasi: Suara jantung S1 S2 tunggal, gallop (-), murmur (-)
8. Abdomen
Inspeksi : perut terlihat cembung, asites, tidak ada lesi
Auskultasi: peristaktik usus 15 x/menit
Palpasi : ada nyeri tekan, perut teraba keras seperti papan
Perkusi : shifting dullnes (+)
V. Terapi
a. Terapi pembedahan
b. Terapi radiasi
c. Kemoterapi
d. Terapi wicara
VI. Pemeriksaan Penunjang
37
a. Hasil laringoskopi optic
1. Tampak massa memenuhi supraglotik. Massa merah dan
berbenjol-benjol
2. Pita suara tidak dapat dinilai
3. Epiglottis edema & hiperemis
- Pasien
39
mengatakan
sulit
menelan
- Pasien
mengatakan
tidak nafsu
makan
43
an perawata
n dengan
3. Menin melibatk 4. Untuk
gkatka an klien mengetahui R
n dan keadaan
asupan umum klien Ns.
orang-
gizi Rima
orang
terdekat
nya
dengan
tepat
3. Monitor
intake/as
upan dan
asupan
cairan
secara
tepat
4. Monitor
tanda-
tanda
vital
NO Hari/ Nama
. Tang Jam Tindakan Hasil Respon dan
Dx gal Paraf
2. Memonitor 2. - TD:110/70mmHg R
10.20 TTV -RR: 20x/menit
WIB -Suhu: 36,5oC Ns.
-Nadi: 96x/menit Rima
3. Memotivasi
44
pasien untuk 3. Pasien tidak
bernafas pelan, gelisah dan
dalam, berputar, Nampak lebih
10.35 dan batuk tenang sehingga
WIB tidak ada indikasi
masalah R
4. Memonitor pernapasan
status pernfasan 4. Nafas pasien Ns.
berangsur Rima
membaik
5. Melakukan
penyedotan
melalui 5. Pasien nampak
11.35
WIB
endotrakea atau lebih tenang dan R
nasotrakea nyaman dalam
bernafas Ns.
Rima
12.15
WIB
R
Ns.
Rima
4. Melakukan
15.45 tindakan- R
WIB tindakan untuk
menurunkan Ns.
efek samping
Rima
analgesik
(misalnya, 5. Pasien merasa
konstipasi dan nyaman dengan
iritasi lambung. apa yang dilakukan
dan tiddak terjadi
5. Mengkolaborasi efek samping
dengan pasien,
orang terdekat R
dan tim
kesehatan Ns.
lainnya untuk Rima
memilih dan
mengimplement
asikan tindakan
penurunan nyeri
non farmakologi
sesuai
kebutuhan.
2 Jumat 16.00 1. Menentukan 1. Klien sudah dapat R
/23 WIB status gizi klien memenuhi kebutuhan
maret dan kemampuan gizinya Ns.
2018 klien untuk Rima
memenuhi
kebutuhan gizi.
46
dengan tepat R
16.40 3. Memonitor 3. Intake cairan klien
Ns.
WIB intake/asupan dan dapat terpenuhi
Rima
asupan cairan
secara tepat
10.45Evaluasi Keperawatan
Hari/ Nama
N No. Dx
Tangga Evaluasi Somatif (SOAP) Dan
o Kep
l/Jam Paraf
00032-
Ketida
kefekti
fan
Pola
Napas
47
2 Sabtu/ Domai S: klien mengatakan lebih nyaman dan R
24 n 12: rasa nyeri berkurang
maret Kenya Ns.
2018/1 O: wajah klien tampak tidak meringis
manan Rima
9.30 kesakitan dan TTV pasien:
WIB Kelas
- TD: 110/70mmHg
1.
-RR: 20x/menit
Kenya
-Suhu: 36,5oC
manan
-Nadi: 96x/menit
Fisik
A: sebagian outcome tercapai
48
DAFTAR PUSTAKA
49