Anda di halaman 1dari 40

KEPERAWATAN MATERNITAS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN KANKER PAYUDARA

OLEH :

KELOMPOK VI

Novanila Etris (1711316036)


Sri Aria Indah Putri (1711316037)
Prima Wiasari (1711316038)
Nurfriatna Indah Utami (1711316039)
Anggi Suganda (1711316040)

DOSEN PEMBIMBING
Ns. Lili Fajria, S.Kep, M, Biomed

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena berkat
rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Asuhan
Keperawatan pada Klien dengan Kanker Payudara”.
Dalam penulisan makalah ini penulis banyak mendapat bantuan dan bimbingan
dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang terlibat sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Semoga
bimbingan, bantuan dan petunjuk yang telah diberikan mendapat balasan dari Allah
SWT. Amiin ya rabbal ‘alamin.
Penulis menyadari bahwa makalah ini tidak sempurna. Oleh karena itu, penulis
menerima kritik dan saran yang sifatnya membangun dan mengarahkan kepada
perbaikan. Akhir kata penulis mengharapkan semoga makalah ini bermanfaat bagi
pembaca serta dapat dijadikan sebagai sumbangan pikiran untuk perkembangan
pendidikan.

Padang, November 2018

Penulis

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .......................................................................................... i
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii
BAB I : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................................. 1
1.2 Tujuan .............................................................................................................. 2
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teoritis Penyakit Carsinoma Mammae............................................. 3
2.1.1 Anatomi dan Fisiologi Payudara ............................................................. 3
2.1.2 Defenisi Carsinoma Mammae ................................................................. 4
2.1.3 Etiologi .................................................................................................... 5
2.1.4 Manifestasi Klinis ................................................................................... 5
2.1.5 Stadium, Sistem TNM, dan Jalur Penyebaran ........................................ 9
2.1.6 Pemeriksaan Penunjang dan Diagnostik ................................................. 10
2.1.7 Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan .............................................. 11
2.1.8 Komplikasi .............................................................................................. 12
2.1.9 WOC (Terlampir)
2.2 Landasan Teoritis Asuhan Keperawatan Carsinoma Mammae
2.2.1 Pengkajian ............................................................................................... 13
2.2.2 Riwayat Kesehatan Sekarang .................................................................. 13
2.2.3 Riwayat Kesehatan Dahulu ..................................................................... 13
2.2.4 Riwayat Kesehatan Keluarga .................................................................. 13
2.2.5 Pemeriksaan Fisik ................................................................................... 13
2.2.6 Pengkajian 11 Pola Fungsional Gordon .................................................. 14
2.2.7 Perumusan Diagnosa NANDA, NOC dan NIC ...................................... 16
BAB III : KASUS
3.1 Pengkajian Data Klinis ..................................................................................... 21
3.2 Riwayat Kesehatan ........................................................................................... 21
3.3 Pemeriksaan Fisik ............................................................................................ 22
3.4 Pemeriksaan Penunjang ................................................................................... 24

3
3.5 Terapi Obat ....................................................................................................... 24
3.6 Pengkajian 11 Pola Fungsional Gordon ........................................................... 25
3.7 Perumusan Diagnosa NANDA, NOC dan NIC ............................................... 28
BAB IV : ANALISA DATA
4.1 Analisa Data ..................................................................................................... 32
BAB V : PENUTUP
5.1 Kesimpulan ...................................................................................................... 33
5.2 Saran ................................................................................................................. 33
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 34
LAMPIRAN

4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada hakekatnya keperawatan memandang manusia sebagai makhluk
yang unik secara biopsikososio spiritual dan kultural. Dan sebagai makhluk
biologis, manusia yang tersusun dari berbagai sistem dan fungsi organ telah
diciptakan begitu sempurna. Organ-organ yang ada dalam tubuh diharapkan
dapat berfungsi dengan baik. Organ tersebut akan mempengaruhi tubuh secara
keseluruhan, termasuk jika salah satu organ kurang atau tidak dapat berfungsi
seperti biasanya.
Dan sejalan dengan hal tersebut, pelayanan kesehatan dan keperawatan
di rumah sakit juga mengalami perkembangan akibat meningkatnya tuntutan
kebutuhan masyarakat akan pelayanan yang prima, apalagi dengan adanya
pergeseran-pergeseran nilai budaya yang menyebabkan perubahan pada pola
hidup yang berdampak terhadap munculnya berbagai jenis penyakit, termasuk
carcinoma mammae (kanker payudara).
Kanker payudara merupakan salah satu kanker berbahaya yang sudah
banyak menimbulkan korban. Di Indonesia kanker payudara menduduki
peringkat kedua setelah kanker leher rahim yang paling banyak menyerang
wanita Indonesia. Kanker payudara merupakan penyebab kematian nomor dua
untuk perempuan di Indonesia. Padahal,kanker payudara adalah salah satu
jenis kanker yang dapat dideteksi dini. Namun, tingkat kesadaran masyarakat
yang rendah menyebabkan tingginya tingkat stadium pasien kanker payudara
di Indonesia. Insiden kanker payudara pada dekade terakhir memperlihatkan
kecenderungan meningkat. Tingginya angka kejadian ini yang menuntut
tanggung jawab dan tanggung gugat perawat untuk memberikan asuhan
perawatan yang prima untuk mencegah terjadinya dampak yang lebih buruk
terhadap klien.

1
1.1 Tujuan
1.1.1 Mahasiswa mampu menjelaskan konsep umum dari kanker payudara
1.1.2 Mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan
kanker payudara
1.1.3 Mahasiswa mampu menganalisa kondisi yang terjadi pada pasien kanker
payudara dengan teori yang telah didapat.

2
BAB II
LANDASAN TEORITIS
2.1 Landasan Teoritis Penyakit Carcinoma Mammae
2.1.1 Anatomi dan Fisiologi Payudara
2.1.1.1 Anatomi Payudara

Payudara normal mengandung jaringan kelenjar, duktus, jaringan otot


penyokong lemak, pembuluh darah, saraf dan pembuluh limfe. Pada bagian
lateral ats kelenjr payudara, jaringan kelenjar ini keluar dari bulatannya kearah
aksila, disebut penonjolan Spence atau ekor payudara. Setiap payudara terdiri
atas 12-20 lobulus kelenjar yang masing-masing mempunyai saluran ke
papilla mammae, yang disebut duktus lactiferous. Diantara kelenjar susu dan
fasia pectoralis, juga diantara kulit dan kelenjar tersebut mungkin terdapat
jaringan lemak. Diantara lobules tersebut ada jaringan ikat yang disebut
ligamnetum cooper yang memberi rangka untuk payudara.
Perdarahan payudara terutama berasal dari cabang a. perforantes
anterior dan a. mammaria interna, a. torakalis lateralis yang bercabang dari
a. aksilaris, dan beberapa a. interkostalis.

3
Persarafan kulit payudara diurus oleh cabang pleksus servikalis dan n.
interkostalis. Jaringan kelenjar payudara sendiri diurus saraf simpatik. Ada
beberapa saraf lagi yang perlu diingat sehubungan dengan penyulit paralisis
dan mati rasa pasca bedah, yakni n. intercostalis dan n. kutaneus brakius
medialis yang mengurus sensibilitas daerah aksila dan bagian medial lengan
atas.
Penyaliran limfe dari payudara kurang lebih 75% ke aksila, sebagian
lagi ke kelenjar parasternal, terutama dari bagian yang sentral dan medial dan
adapula penyaliran yang ke kelenjar interpectoralis. Pada aksila terdapat rata-
rata 50 buah kelenjar getah bening yang berada disepanjang arteri dan vena
brakialis.
Jalur limfe lainnya berasal dari daerah sentral dan medial yang selain
menuju ke kelenjar sepanjang pembuluh mammaria interna, juga menuju ke
aksila kontralateral, ke m. rectus abdominis lewat ligamentum falsiparum
hepatis ke hati, pleura dan payudara kontralateral.
2.1.1.2 Fisiologi Payudara
Payudara merupakan kelenjar tubuloalveolar yang bercabang-cabang,
terdiri atas 15-20 lobus yang dikelilingi oleh jaringan ikat dan lemak. Tiap
lobus mempunyai duktus ekskretorius masing-masing yang akan bermuara
pada puting susu, disebut duktus laktiferus, yang dilapisi epitel kuboid selapis
yang rendah, lalu ke duktus alveolaris yang dilapisi epitel kuboid berlapis,
kemudian bermuara ke duktus laktiferus yang berakhir pada putting susu.
Ada 3 hal fisiologik yang mempengaruhi payudara, yaitu :
a) Pertumbuhan dan involusi berhubungan dengan usia
b) Pertumbuhan berhubungan dengan siklus haid
c) Perubahan karena kehamilan dan laktasi.

2.1.2 Defenisi Carsinoma Mammae


Carcinoma adalah massa jaringan abnormal dengan pertumbuhan
berlebihan dan tidak ada koordinasi dengan sel normal (Wills, 1995).

4
Ca mammae adalah sel mammaeyang mengalami proliferasi dan
diferensiasi abnormal serta tumbuh secara otonom, menyebabkan infiltrasi ke
jaringan sekitar sambil merusak dan menyebar ke bagian tubuh lain.
Kanker payudara adalah sekelompok sel tidak normal pada payudara
yang terus tumbuh berupa ganda. Pada akhirnya sel-sel ini menjadi bentuk
benjolan di payudara. Jika benjolan kanker tidak terkontrol, sel-sel kanker
bias bermestastase pada bagian-bagian tubuh lain. Metastase bias terjadi pada
kelenjar getah bening ketiak ataupun diatas tulang belikat. Seain itu sel-sel
kanker bias bersarang di tulang, paru-paru, hati, kulit, dan bawah kulit. (Erik
T, 2005)
2.1.3 Etiologi
Sebagian besar kanker payudara terjadi tanpa penyebab yang jelas,
walaupun diketahui terdapat beberapa factor predisposisi, yaitu :
a. Paparan estrogen : terutama apabila tidak ditandingi oleh progesterone,
menjelaskan hubungan kanker payudara dengan menstruasi yang mulai
pada usia lebih muda, menopausue yang terlambat dan nuliparitas.
b. Riwayat keluarga dan pribadi : 10% dari kanker payudara ditentukan secara
genetis dalam kaitannya dengan gen BRCA-2, p53, dan A-T. adanya
riwayat kanker payudara, endometrium, atau kanker ovarium
mengindikasikan adanya peningkatan resiko yang ditentukan secara
genetik. Adanya riwayat penyakit payudara jinak dan radiasi dada juga
merupakan faktor risiko.
c. Konsumsi lemak tinggi dan status sosio ekonomi.
2.1.4 Manifestasi Klinis
1. Tanda Dini
a. Benjolan tunggal tanpa yang agak keras dengan batas kurang jelas
b. Benjolan biasanya terjadi pada mammae sebelah kiri bagian
kuadran lateral atas
c. Kelainan mammografi tanpa kelainan pada palpasi

5
2. Tanda Lama

a. Retraksi kulit / areola


b. Retraksi atau inverse putting
c. Pengecilan mammae (pengerutan)
d. Pembesaran mammae
e. Kemerahan
f. Edema
g. Fiksasi pada kulit atau dinding thorak
3. Tanda Aktif
a) Tukak
b) Kelenjar supraklavikula dapat diraba
c. Metastasi tulang, paru, hati, otak, pleura atau tempat lain
2.1.5 Stadium, TNM< dan Jalur Penyebaran
a) Stadium
Stadium penyakit kanker adalah suatu keadaan dari hasil
penilaian dokter saat mendiagnosis suatu penyakit kanker yang
diderita pasiennya, sudah sejauh manakah tingkat enyebaran kanker
tersebut baik ke organ atau jaringan sekitar maupun penyebaran ketempat
jauh. Stadium hanya dikenal pada tumor ganas atau kanker dan tidak ada
pada tumor jinak. Untuk menentukan suatu stadium, harus dilakukan
pemeriksaan klinis dan ditunjang dengan pemeriksaan penunjang
lainnya yaitu histopatologi atau PA, rontgen , USG, dan bila
memungkinkan dengan CT Scan, scintigrafi dll. Banyak sekali cara
untuk menentukan stadium, namun yang paling banyak dianut saat ini
adalah stadium kanker berdasarkan klasifikasi sistim TNM yang
direkomendasikan oleh UICC(International Union Against Cancer dari
WHO atau World Health Organization) / AJCC(American Joint
Committee On cancer yang disponsori oleh American Cancer Society
dan American College of Surgeons.

6
b) Klasifikasi Stadium TNM (PERABOI,2003)
T = ukuran primer tumor.
Ukuran T secara klinis, radiologis, dan mikroskopis adalah
sama. Nilai T dalam cm, nilai paling kecil dibulatkan ke
angka 0,1 cm.
Tx : Tumor primer tidak dapat dnilai.
To : Tidak terdapat tumor primer.
Tis : Karsinoma in situ.
Tis(DCIS): Ductal Carcinoma In Situ.
Tis(LCIS): Lobular Carcinoma In Situ.
Tis(Paget’s): Penyakit Paget pada putting tanpa adanya tumor.
Catatan : Penyakit Paget dengan adanya tumor dikelompokkan
sesuai dengan ukurantumornya.
T1 : Tumor dengan ukuran diameter terbesarnya 2cm atau
kurang.
T1mic : Adanya mikroinvasi ukuran 0,1 cm atau kurang.
T1a : Tumor dengan ukuran lebih dari 0,1 cm sampai 0,5 cm.
T1b : Tumor dengan ukuran lebih dari 0,5 cm sampai 1 cm.
T1c : Tumor dengan ukuran lebih dari 1 cm sampai 2 cm.
T2 : Tumor dengan ukuran diameter terbesarnya lebih dari 2 cm
sampai 5 cm.
T3 : Tumor dengan ukuran diameter terbesar lebih dari 5 cm.
T4 : Ukuran tumor berapapun dengan ekstensi langsung ke
dinding dada atau kulit.
T4a : Ekstensi ke dinding dada tidak termasuk otot pektoralis.
T4b : Edema (termasuk peau d’orange), ulserasi, nodul satelit pada
kulit yang terbatas pada 1 payudara.
T4c : Mencakup kedua hal di atas.
T4d : Metastasis karsinomatosa.
N = kelenjar getah bening regional.

7
Nx : Kgb regional tidak bisa dinilai (telah diangkat sebelumnya).
N0 : Tidak terdapat metastasis kgb.
N1 : Metastasis ke kgb aksila ipsilateral yang mobil.
N2 : Metastasis ke kgb aksila ipsilateral terfiksir,
berkonglomerasi, atau adanya pembesaran kgb ke
mamaria interna ipsilateral (klinis) tanpa adanya
metastasis ke kgb aksila.
N2a : Metastasis pada kgb aksila terfiksir atau
berkonglomerasi atau melekat ke struktur lain.
N2b : Metastasis hanya pada kgb mamaria interna ipsilateral
secara klinis dan tidak terdapat metastasis pada kgb aksila.
N3 : Metastasis pada kgb infraklavikular ipsilateral dengan
atau tanpa metastasis kgb aksila atau klinis terdapat
metastasis pada kgb aksila; atau metastasis pada kgb
supraklavikula ipsilateral dengan atau tanpa metastasis
pada kgb aksila/mamaria interna.
N3a : Metastasis ke kgb infraklavikular ipsilateral.
N3b : Metastasis ke kgb mamaria interna dan kgb aksila.
N3c : Metastasis ke kgb supraklavikula.
Catatan : Terdeteksi secara klinis; terdeteksi dengan pemeriksaan
fisik atau secara imaging (di luar limfoscintigrafi).
M = metastasis jauh.
Mx : Metastasis jauh belum dapat dinilai.
M0 : Tidak terdapat metastasis jauh.
M1 : Terdapat metastasis jauh.

c) Jalur Penyebaran
Invasi lokal
Kanker mammae sebagian besar timbul dari epitel duktus
kelenjar. Tumor pada mulanya menjalar dalam duktus, lalu

8
menginvasi dinding duktus dan ke sekitarnya, ke anterior mengenai
kulit, posterior ke otot pektoralis hingga ke dinding toraks.
Metastasis kelenjar limfe regional
Metastasis tersering karsinoma mammae adalah ke kelenjar
limfe aksilar. Data di China menunjukkan: mendekati 60% pasien
kanker mammae pada konsultasi awal menderita metastasis
kelenjar limfe aksilar. Semakin lanjut stadiumnya, diferensiasi sel
kanker makin buruk, angka metastasis makin tinggi. Kelenjar
limfe mammaria interna juga merupakan jalur metastasis yang
penting. Menurut observasi klinik patologik, bila tumor di sisi medial
dan kelenjar limfe aksilar positif, angka metastasis kelenjar limfe
mammaria interna adalah 50%; jika kelenjar limfe aksilar
negative, angka metastasis adalah 15%. Karena vasa limfatik dalam
kelenjar mammae saling beranastomosis, ada sebagian lesi
walaupun terletak di sisi lateral, juga mungkin bermetastasis ke
kelenjar limfe mammaria interna. Metastasis di kelenjar limfe
aksilar maupun kelenjar limfe mammaria interna dapat lebih lanjut
bermetastasis ke kelenjar limfe supraklavikular.
Metastasis hematogen
Sel kanker dapat melalui saluran limfatik akhirnya masuk ke
pembuluh darah, juga dapat langsung menginvasi masuk pembuluh
darah (melalui vena kava atau sistem vena interkostal-vertebral)
hingga timbul metastasis hematogen. Hasil autopsy menunjukkan
lokasi tersering metastasis adalah paru, tulang, hati, pleura, dan
adrenal.
2.1.6 Pemeriksaan Penunjang dan Diagnostik
1. Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)
Pemeriksaan ini harus dilakukan setiap bulan oleh semua wanita
berusia mulai dari 20 tahun. Pemeriksaan ini meliputi inspeksi dan
palpasi payudara pada posisi berdiri dan berbaring. Pemeriksaan yang

9
cermat akan memakan waktu 20 sampai 30 menit. Komponen
pemeriksaan ini meliputi inspeksi payudara didepan cermin, palpasi
seluruh area payudara menggunakan bantalan jari dengan tekanan
berbeda-beda, dalam pola yang spesifik dan gerakkan yang sesuai denga
pola tersebut.
2. Mammografi
Pemeriksaan yang dapat melihat struktur internal dari payudara,
hal ini mendeteksi secara dini tumor atau kanker pada wanita yang tidak
menunjukkan gejala.
3. Ultrasonografi
Biasanya digunakanuntuk membedakan tumor sulit dengan kista
4. CT-Scan
Dipergunakan untuk diagnosis metastasis carcinoma payudara
pada organ lain.
5. Sistologi Biopsi Aspirasi Jarum Halus
6. Pemeriksaan Hematologi
Dengan cara isolasi dan menentukan sel-sel tumor pada peredaran
darah dengan sedimental dan sentrifugis darah.
2.1.7 Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan
1. Pengobatan Lokal Ca Mammae
1) Bedah Kuratif
Bedah kuratif didasarkan pada stadium kilinis ca mammae,
karakteristik histologik tumor, pertimbangan lain seperti umur dan
status kesehatan. Pada kuratif terdiri dari bedah radikal (halsted),
bedah radikal yang diubah (patey), dan bedah konservatif meliputi
eksisi luas, diseksi aksila dan penyinaran
2) Bedah Paliatif

10
3) Radioterapi
Radioterapi pada kanker mammae basanya digunakan pada
terapi kuratif dengan mempertahankan mammae dan sebagai terapi
tambahan atau terapi paliatif.
2. Pengobatan Sistemik Ca Mammae
1) Kemoterapi
Kemoterapi merupakan terapi sistemik yang digunakan bila
ada penyebaran secara sistemik dan juga sebagai terapi ajuvan.
Kemoterapi diberikan pada klien yang ditemukan metastasis disebuah
atau beberapa kelenjar pada pemeriksaan histologi pasca bedah
mastektomi. Tujuananya adalah untuk menghancurkan mikrometastasi
didalam tubuh.
2) Terapi Hormonal
Biasanya diberikan sebelum kemoterapi, karena efek terapinya
lebih lama dan efek sampingnya kurang, tetapi tidak semua kanker
mammae peka terhadap terapi hormonal. Terapi estrogen bloker
diresepkan apabila pada tubuh tersebut reseptor estrogennya positif,
artinya pertumbuhan tumor distimulasi oleh estrogen. Contoh estrogen
adalah Tamoxifen (Nolvadex), Ralaxifene (Evista).
3) Imunoterapi
Trstuzumab (herceptin), terapi antibody monoklonal pertama
yang di rekomendasikan untuk karsinoma mammae. Beberapa tumor
menghasilkan protein HER-2 secara berlebihan. Trstuzumab
menghambat efek protein merangsang pertumbuhan sel kanker.
2.1.8 Komplikasi
1. Metastase ke jaringan sekitar melalui saluran limfe dan pembuluh darah
kapiler (penyebaran limfogen dan hematogen), penyebaran hematogen
dan limfogen dapat mengenai hati, paru, tulang, sumsum tulang, otak dan
saraf.

11
2. Gangguan neurovaskuler
3. Fibrosis payudara
2.1.9 WOC (Terlampir)

12
2.2 Landasan Teoritis Asuhan Keperawatan Carsinoma Mammae
2.2.1 Pengkajian
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Pekerjaan :
Alamat :
Suku/Bangsa :
Agama :
Tanggal Masuk :
No. Rekam Medis :
2.2.2 Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya klien masuk ke rumah sakit karena merasakan adanya
benjolan yang menekan payudara, adanya ulkus, kulit berwarna merah dan
mengeras, bengkak dan nyeri.
2.2.3 Riwayat Kesehatan Dahulu
Adanya riwayat ca mammae sebelumnya atau ada kelainan pada
mammae, kebiasaan makan tinggi lemak, pernah mengalami sakit pada bagian
dada sehingga pernah mendapatkan penyinaran pada bagian dada, ataupun
mengidap penyakit kanker lainnya, seperti kanker ovarium atau kanker
serviks.
2.2.4 Riwayat Kesehatan Keluarga
Adanya keluarga yang mengalami ca mammae berpengaruh pada
kemungkinan klien mengalami ca mammae atau pun keluarga klien pernah
mengidap penyakit kanker lainnya, seperti kanker ovarium atau kanker
serviks.
2.2.5 Pemeriksaan Fisik
1. Kepala : normal, kepala tegak lurus, tulang kepala umumnya bulat
dengan tonjolan frontal di bagian anterior dan oksipital
dibagian posterior.

13
2. Rambut : biasanya tersebar merata, tidak terlalu kering, tidak terlalu
berminyak.
3. Mata : biasanya tidak ada gangguan bentuk dan fungsi mata. Mata
anemis, tidak ikterik, tidak ada nyeri tekan.
4. Telinga : normalnya bentuk dan posisi simetris. Tidak ada tanda-tanda
infeksi dan tidak ada gangguan fungsi pendengaran.
5. Hidung : bentuk dan fungsi normal, tidak ada infeksi dan nyeri tekan.
6. Mulut : mukosa bibir kering, tidak ada gangguan perasa.
7. Leher : biasanya terjadi pembesaran KGB.
8. Dada : adanya kelainan kulit berupa peau d’orange, dumpling,
ulserasi atau tanda-tanda radang.
9. Hepar : biasanya tidak ada pembesaran hepar.
10. Ekstremitas: biasanya tidak ada gangguan pada ektremitas.

2.2.6 Pengkajian 11 Pola Fungsional Gordon


1. Persepsi dan Manajemen
Biasanya klien tidak langsung memeriksakan benjolan yang terasa pada
payudaranya kerumah sakit karena menganggap itu hanya benjolan biasa.
2. Nutrisi – Metabolik
Kebiasaan diet buruk, biasanya klien akan mengalami anoreksia, muntah
dan terjadi penurunan berat badan, klien juga ada riwayat mengkonsumsi
makanan mengandung MSG.
3. Eliminasi
Biasanya terjadi perubahan pola eliminasi, klien akan mengalami melena,
nyeri saat defekasi, distensi abdomen dan konstipasi.
4. Aktivitas dan Latihan
Anoreksia dan muntah dapat membuat pola aktivitas dan lathan klien
terganggu karena terjadi kelemahan dan nyeri.

14
5. Kognitif dan Persepsi
Biasanya klien akan mengalami pusing pasca bedah sehingga
kemungkinan ada komplikasi pada kognitif, sensorik maupun motorik.
6. Istirahat dan Tidur
Biasanya klien mengalami gangguan pola tidur karena nyeri.
7. Persepsi dan Konsep Diri
Payudara merupakan alat vital bagi wanita. Kelainan atau kehilangan
akibat operasi akan membuat klien tidak percaya diri, malu, dan
kehilangan haknya sebagai wanita normal.
8. Peran dan Hubungan
Biasanya pada sebagian besar klien akan mengalami gangguan dalam
melakukan perannya dalam berinteraksi social.
9. Reproduksi dan Seksual
Biasanya aka nada gangguan seksualitas klien dan perubahan pada
tingkat kepuasan.
10. Koping dan Toleransi Stress
Biasanya klien akan mengalami stress yang berlebihan, denial dan
keputus asaan.
11. Nilai dan Keyakinan
Diperlukan pendekatan agama supaya klien menerima kondisinya dengan
lapang dada.

15
2.2.7 Perumusan Diagnosa NANDA, NOC, dan NIC
NANDA NOC NIC
Nyeri (kronik) b.d proses penyakit Kontrol nyeri Manajemen nyeri
(penekanan/kerusakan jaringan Definisi : Tindakan pribadi untuk Definisi :
syaraf, infiltrasi sistem suplay mengontrol nyeri. Penanggulangan nyeri atau penurunan
syaraf, obstruksi jalur syaraf, Indikator: nyeri sampai tingkat kenyamanan yang
inflamasi),  Mengenali faktor penyebab dapat diterima oleh pasien.
Defenisi : Pengalaman emosional  Mengenali onset (lamanya sakit) Aktivitas :
dan sensori yang tidak  Menggunakan metode - Lakukan pengkajian nyeri secara
menyenangkan yang muncul dari pencegahan komprehensif termasuk lokasi
kerusakan jaringan secara aktual  Menggunakan metode karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
dan potensial atau menunjukkan nonanalgetik untuk dan factor presipitasi
adanya kerusakan mengurangi nyeri - Observasi reaksi non verbal dari
 Menggunakan analgetik sesuai ketidaknyamanan
Batasan karakteristik : kebutuhan - Gunakan teknik komunikasi terapeutik
- Anorexia  Mencari bantuan tenaga kesehatan untuk mengetahui pengalaman nyeri
- Perubahan pola tidur pasien
 Melaporkan gejala pada tenaga
- Fatigue - Kaji budaya yang mempengaruhi
kesehatan
- Gangguan interaksi social respion nyeri
 Menggunakan sumber-sumber
- Ekspresi verbal tentang nyeri
yang tersedia
Pemberian Analgesic
 Mengenali gejala-gejala nyeri
Defenisi: menggunakan agen farmakologi
 Mencatat pengalaman nyeri untuk mengurangi nyeri
sebelumnya Aktifitas:
 Melaporkan nyeri sudah - Tentukan lokasi, karakteristik, mutu,
terkontrol dan intensitas nyeri sebelum mengobati
pasien
- Periksa order/pesanan medis untuk
obat, dosis, dan frekuensi yang

16
Tingkat nyeri ditentukan analgesic
Defenisi : Seberapa besar seseorang - Cek riwayat alergi obat
melaporan dan mendemontrasian nyeri - Tentukan analgesic yang cocok, rute
Indikator: pemberian dan dosis optimal.
 melaporkan adanya nyeri - Utamakan pemberian secara IV
 luas bagian tubuh yang dibanding IM sebagai lokasi
terpengaruh penyuntikan, jika mungkin
 frekuensi nyeri - Monitor TTV sebelum dan sesudah
 panjangnya episode nyeri pemberian obat narkotik dengan dosis
 pernyataan nyeri pertama atau jika ada catatan luar biasa.
 ekspresi nyeri pada wajah - Cek pemberian analgesic selama 24 jam
untuk mencegah terjadinya puncak
 posisi tubuh protektif
nyeri tanpa rasa sakit, terutama dengan
nyeri yang menjengkelkan
- Evaluasi efektivitas analgesic pada
interval tertentu, terutama setelah dosis
awal, pengamatan juga diakukan
melihat adanya tanda dan gejala buruk
atau tidak menguntungkan (
berhubungan dengan pernapasan,
depresi, mual muntah, mulut kering dan
konstipasi)
- Dokumentasikan respon pasien tentang
analgesic, catat efek yang merugikan
Resiko tinggi terhadap infeksi b.d Pengetahuan :Kontrol infeksi Pengontrolan infeksi
jaringan trauma, kulit rusak, Definisi : meminimalisir/ mengurangi Definisi: meminimalkan mendapatkan
prosedur invasif, lamanya perpindahan agen-agen penyebab infeksi dan transmisi agen infeksi.
penyembuhan luka pada pasien DM infeksi (bakteri, mikroba dan lain-lain)
Definisi : peningkatan resiko

17
masuknya orgaanisme patogen. Indikator: Aktivitas :
Mendeskripsikan tanda-tanda dan gejala - Ciptakan lingkungan ( alat-alat,
 Mendeskripsikan tampilan prosedur- berbeden dan lainnya) yang nyaman
prosedur dan bersih terutama setelah digunakan
 Mendeskripsikan aktivitas-aktivitas oleh pasien
meningkatkan daya tahan terhadap - Gunakan alat-alat yang baru dan
infeksi berbeda setiap akan melakukan
 Mendeskripsikan cara pengobatan tindakan keperawatan ke pasien
untuk diagnosa - Tempatkan pasien yang harus diisolasi
 Mendeskripsikan tingkat yang sesuai dengan kondisi pasien
keberhasilan diagnose infeksi
Kontrol resiko Proteksi infeksi
Indikator: Definisi : menghindari dan mendeteksi
 Mengetahui resiko secara dini adanya resiko infeksi pada
 Memperhatikan factor resiko pasien.
lingkungan Aktivitas :
 Perhatikan factor resiko perilaku - Monitor tanda-tanda dan gejala sistemik
individu dan local dari infeksi.
- Monitor daerah yang mudah terinfeksi.
 Kembangkan strategi pengawasan
- Monitor jumlah granulosit, WBC, dan
factor resiko yang efektif
perbedaan nilai.
 Tentukan strategi kontrol resiko
- Ikuti kewaspadaan neutropenic.
yang dibutuhkan
- Batasi pengunjung.
 Menjalankan strategi
- Pertahankan teknik asepsis untuk pasien
 Mengikuti strategi yang dipilih yang berisiko.
 Mengubah gaya hidup untuk - Inspeksi kulit dan membran mukosa
mengurangi resiko yang memerah, panas, atau kering.
- Inspeksi kondisi dari luka operasi
- Tingkatkan intake nutrisi yang cukup.

18
- Anjurkan intake cairan.
- Anjurkan istirahat.
- Monitor perubahan tingkat energi /
malaise.
- Anjurkan peningkatan mobilitas dan
latihan.
- Beri agen imun.
- Instruksi pasien untuk mendapatkan
antibiotik sesuai resep.
Kurangnya pengetahuan tentang 1.Pengetahuan : Proses Penyakit 1. Pendidikan : Proses Penyakit
penyakit, prognosis dan pengobatan Defenisi : Pemahaman yang mendalam Defenisi : Membantu bantuan untuk
b.d kurangnya informasi, tentang proses penyakit spesifik memahami informasi yang berhubungan
misinterpretasi, keterbatasan Indicator : dengan proses penyakit yang spesifik
kognitif.  Familiarnya tentang nama penyakit Aktivitas :
Defenisi : Kehilangan atau  Deskripsi proses penyakit - Hargai tingkat pengetahuan pasien
defesiensi informasi  Deskripsi factor yang berhubungan tentang proses penyakit
kognitif b.d topic dengan penyakit - Jelaskan patofisiologi penyakit dan
spesifik  Deskripsi factor resiko bagaiman hubungan denagn anatomy
 Deskripsi effek dari penyakit dan fisiologi
Batasan Karakteristik :  Deskripsi tanda dan gejala - Deskripsikan tanda dan gejala penyakit
- Prilaku yang berlebihan - Deskripsikan proses penyakit
 Deskripsi komplikasi
- Petunjuk yang diikuti tidak - Identifikasi factor penyebab
 Deskripsi kewaspadaan untuk
akurat - Sediakan informasi sesuai dengan
mencegah komplikasi
- Pengungkapan masalah kondisi pasien
- Diskusikan perubahan gaya hidup yang
2.Pengetahuan: Perawatan Penyakit
dibutuhkan untuk mencegah komplikasi
Indikator:
lebih lanjut dan atau konyrol dari proses
 Diet
penyakit
 Proses penyakit - Diskusikan pilihan terapi/pengobatan
 Mengontrol infeksi

19
 Prosedur pengobatan - Deskripsikan komplikasi kronik yang
 Cara pengobatan mungkin terjadi

2. Pendidikan : Prosedur/ Pengobatan


Defenisi : mempersiapkan pemahaman dan
mental pasien untuk prosedur pengobatan
Aktifitas:
- Tentukan harapan-harapan pasien dari
pembedahan
- Perbaiki harapan yang tidak
terwujudkan dari pembedahan, dengan
tepat
- Sediakan waktu kepada pasien untuk
bertanya dan mendiskusikan masalah
- Ikutsertakan keluarga/orang penting
lainnya, dengan tepat
- Informasikan pada pasien bagaimana
mereka dapat membantu pada proses
penyembuhan.

20
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN CARSINOMA MAMMAE PADA NY. P
3.1 Pengkajian Data Klinis
Nama : Ny. P
No. MR : 00-82-11-00
Tanggal Masuk : September 2018
Ruang : IRNA Bedah Wanita RS M. Djamil Padang
Umur : 36 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Lubuk Buaya
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta (menjahit)
Status : Cerai
Diagnosa : Ca, Mamae duktal + susp mestatasis ke otak

3.2 Riwayat Kesehatan


3.2.1 Alasan Masuk Rumah Sakit
Pasien masuk RS karena mengalami penurunan kesadaran dan tekanan darah
klien tinggi yaitu 160/70 mmHg, dan klien juga mengalami kejang.
3.2.2 Keluhan Utama
Pasien masuk RS karena mengalami penurunan kesadaran sejak 3 hari yang lalu
sebelum masuk RS. Pasien sebelumnya (tanggal 25 Maret 2018 ) telah mengalami
operasi payudara dan sudah dibiopsi dengan hasil Ca. Mamae dengan susp. Metastasi ke
otak/ penyebaran sampai ke otak. Pada saat masuk RS (tanggal 04 September 2018 ),
klien mengalami hipertensi/ tekanan darah tinggi 160/70 mmHg. Pasien juga mengalami
kejang.
3.2.3 Riwayat Penyakit Sekarang
Ny. P mengalami penurunan kesadaran, yaitu pada saat masuk RS yaitu 04
September 2018 GCS klien 6 (E2M2V2), dan pada saat dilakukan pengkajian tanggal 26
September 2018 GCS klien 9 (E2M4V3). Pada tanggal 30 September 2018 GCS klien
12 dengan (E4M5V3). Penyebaran Ca. Mamae Ny. P T2N1M1 dan Ca. Mamae ini sudah

21
stadium IV. Payudara bagian kanan Ny. P telah dimastektomi pada operasi pertama
(tanggal 25 Maret 2018 ). Luka operasi Ny. P dibalut dengan perban, yaitu lukanya dari
pangkal aksila kanan sampai dengan iga ke-5. Luka Ny. P masih terlihat basah, namun
pushnya tinggal sedikit, pada saat dilakukan redreshing pendarahan kecil masih ada. Pada
tanggal 11, 12, 13 September 2018 pasien mengalami koma. Saat pasien masuk RS,
pasien masih mengalami kejang.
3.2.4 Riwayat Penyakit Dahulu
Klien sebelumnya pernah dirawat di RS dan payudara sebelah kanan telah
dimastektomi. Klien juga tidak memiliki riwayat kanker lainnya, namun keluarga
mengatakan waktu masih SMP klien hampr setiap hari makan mie pangsit.
3.2.5 Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga klien tidak ada yang mengalami Ca. Mamae sebelumnya ataupun jenis
Ca. Lainnya (ovarium, serviks dll).

3.3 Pemeriksaan Fisik


1. Keadaan Umum: Buruk
2. Kesadaran : Apatis
3. TTV : TD : 160/70 mmHg
1. N : 90x/i
2. P : 40x/i
3. T : 39.50C
4. GCS 12 (E4M5V3)
5. Ca. Mamae sudah stadium 4 dengan T2N1M1
4. Rambut : Normachepal, warna hitam, rambut lurus, distribusi tidak merata,
terutama pada bagian depan diakibatkan sering ditarik oleh pasien akibat
gelisah, kebersihan kurang.
5. Mata : bola mata berwarna hitam, mata merah diakibatkan klien sering menagis
tanpa sadar, Pupil ishokor, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik.
6. Hidung : Simetris kiri-kanan, tidak ada benjolan/polip. Pasien terpasang nasal
canul dengan O2 5L dan klien juga terpasang NGT (pada tanggal 29

22
September klien dipuasakn, karna perut klien kembung, kemudian
dikeluarkan cairan isi lambungnya yang berwarna hijau)
7. Telinga : Simetris Kiri dan kanan, serumen (+), kebersihan kurang, pendengaran
tidak terganggu, namun akibat penurunan kesadaran klien kurang
merespon.
8. Mulut : simetris kiri-kanan, mukosa bibir kering, caries(-), kebersihan kurang.
9. Leher : KGB tidak ada pembesaran
10. Pemeriksaan Thorax
Paru-paru
Inspeksi : Simetris kiri-kanan, retraksi dada cepat, pernapasan dibantu oleh nasal
canul
Palpasi : Fremitus kiri-kanan
Perkusi : Sonor
Auskultasi : tidak ada ronkhi, wheezing (-), pernapasan cuping hidung(-)
Jantung
Inspeksi : Iktus cordis terlihat
Palpasi : Iktus cordis teraba
Auskultasi : sonor
11. Pemeriksaan Mamae
Payudara bagian kanan telah di mastektomi, luka operasi dari ujung klavikula sampai
ke iga ke V. Lukanya basah dan masih ada perdarahan kecil. Sekitar luka klien
kebersihannya kurang terdapat bercak-bercak hitam.

12. Pemeriksaan Abdomen


a. Inspeksi : tidak membuncit, distensi(-), asites(-)
b. Palpasi : kembung(+), nyeri tekan(-)
c. Perkusi : Tympani
d. Auskultasi : BU normal
13. Ekstremitas
Klien mengalami penurunan kesadaran dengan GCS 12 pada pemeriksaan terkhir
dengan (E4M5V3).

23
3.4 Pemeriksaan Penunjang
No. Jenis Pemekriksaan Angka Normal Keterangan
1. Hemoglobin 11 g/dl 12-14 gr/dl Rendah
2. Leukosit 10.1 10^3/mm3 5.0-10.0 Tinggi
10^3/mm3
3. Trombosit 40.1 10^3/mm3
4. Cl darah 90 mmol/l 97-112 mmol/l Rendah
5. Kalium darah 3.0 mmol/l 3.5-5.1 mmol/l Rendah
6. Hematokrit 32 % 40-48 % Rendah
3.5 Terapi Obat
No. Nama Obat Banyak
1. Ranger Laktat (RL) 28 tetes/i
2. Cefriaxon 2 X 1 gr/hari
3. Ranitidin 2 X 1 amp/hari
4. PCT 3 X 1 / hari, jika diperlukan
5. Ibuprofen 3 x 500
6. Ketorolac 2 X 1 amp/hari
7. Luminal 1 X 1 amp, jika pasien mengalami kejang
8. Aminofusin 600 gr/dl

3.6 Pengkajian 11 Pola Fungsional Gordon


3.6.1 Pola Persepsi dan Manajemen Kesehatan
Klien sangat peduli terhadap kesehatannya.terlihat dari ketika klien mengetahui
ada benjolan kecil di payudaranya bagian kanan, klien langsung memberitahu kepada
ibunya (8 tahun yang lalu). Sang ibu menyarankan untuk memeriksakannya langsung ke
pihak kesehatan/RS, dan klien pun menyetujinya. Setelah diperiksakan ke RS, pihak RS
meminta agar benjolannya segera diangkat/dilakukan operasi, namun klien takut dan
menolak tindakan operasi tersebut. Selama 8 tahun klien berusaha keras untuk melakukan
pengobatan tradisional untuk menghilangkan benjolan tersebut tanpa dilakukan operasi,

24
klien juga mengatur pola makannya, segala pantangan dari penyakitnya di tinggalkan
oleh klien.
Pada saat dilakukan pengkajian (29 September – 1 Oktober 2018 ) klien dalam
keadaan penurunan kesadaran GCS 12 dengan E4M5V3. Klien sering mengalami kejang
dan ketika kejang ditangani dengan pemberian luminal.
3.6.2 Pola Nutrisi-Metabolik
Sebelum sakit, klien sangat teratur dalam pola makannya, Pada saat duduk di
bangku SMP sangat buruk, klien hampir tiap hari mengkonsumsi makanan yang
mengandung MSG yaitu berupa mie ayam. Setelah klien mengetahui penyakitnya, klien
juga tidak mengkonsumsi pantangan makanan dari penyakitnya. Setelah klien masuk RS
untuk pertama kalinya (14 Agustus 2018 ), klien mengkonsumsi bubur kacang padi dan
bubur promina, namun saat masuk RS untu ke dua kalinya (04 September 2018 ), klien
hanya mengkonsumsi MC berupa susu sebanyak 1800 cc (3x600 cc) melalui NGT. Klien
tidak suka diberi bubur lagi. BB klien sebelumnya 52 kg, 6 bulan terakhir BB klien turun
10 kg menjadi 42 kg dan TB 155 cm (BMI kategori underweight, 17,48).

3.6.3 Pola Eliminasi


Untuk BAB, klien mengalami mencret sejak 1 minggu yang lalu, indikasi dari
ketidak cocokan MC yang klien konsumsi. Konsistensi fesesnya cair, warna keruh dan
berbau. Untuk BAK klien, klien terpasang kateter.

3.6.4 Pola Aktivitas dan Latihan


Aktivitas dan latihan klien terganggu, klien bedrest. Segala aktivitas dan
kebutuhan klien dibantu oleh oranglain/keluarganya. Klien mengalami penurunan
kesadaran dengan GCS terakhir 12(E4M5V3). Pada saat masuk RS, klien mengalami
kejang, dan pada tanggal 1 Oktober kembali mengalami kejang lagi dengan TD 190/90
mmHg. Kekuatan tonus otot klien 3, pekerjaan klien sebelumnya adalah penjahit.

3.6.5 Pola Istirahat dan Tidur


Sebelum masuk RS, pola istirahat/tidur klien berkisar 7 jam dan nyenyak. Namun
beberapa hari terakhir setelah masuk RS, klien mengalami gangguan pada pola tidurnya.
25
Tidur klien hanya 10 menit kemudian bangun lagi(tidak nyenyak). Pada tanggal 30
September malam, klien tidak tidur atau susah tidur, namun TTV nya normal. Klien
tampak gelisah sebelum penurunan kesadaran yang dialaminya setelah itu klien
mengalami kejang.
3.6.6 Pola Konsep diri dan Persepsi
Klien belum bisa menerima penyakit yang diterimanya, apalgi setelah dilakukan
matestomi pada payudara bagian kanan klien. Keluarga Klien mengatakan klien sering
menangis jika mengingat penyakit yang dialaminya(saat klien masih sadar). Keluarga
klien dari kelurga yang tidak mampu, klien menggunakan jamkesmas.
3.6.7 Pola Persuasif dan sensori
Indera pendengaran klien tidak mengalami gangguan. Namun klien tidak
merespon apa yang diberitahu atau dibicarakan orang lain kepadanya. Terkadang klien
merespon namun dengan jawaban yang ngelantur/tidak sesuai dengan apa yang
ditanyakan. Penglihatan klien kosong, namun klien membuka mata dengan spontan.
Untuk indera peraba/kulit, respon klien pada saat dilakukan tindakan/dedreshing adalah
menangis.
3.6.8 Pola Peran dan Hubungan
Klien adalah seorang ibu dengan 1 orang anak (LK) yang berumur 5 tahun. Klien
telah bercerai dengan suaminya saat anak klien berusia 1 bulan. Sebelum klien masuk RS
klien bekerja sebagai penjahit, hubungan dengan keluarganya baik, begitu juga dengan
lingkungan rumahnya, terlihat dari tetangga yang menjenguk pasien.
3.6.9 Pola Seksual dan Reproduksi
Pola seksual klien terganggu. Klien dalam penurunan kesadaran dan klien dalam
keadaan bedrest. Klien seorang janda dengan suaminya. Klien terpasang kateter, klien
manarche pada umur 12 tahun.
3.6.10 Pola Koping dan Toleransi Stress
Klien belum bisa menerima keadaannya, ketika dilakukan matestokmi (tanggal 25
maret 2018 ), klien hanya menangis melihat kondisinya. Namun dukungan dari keluarga
kepada klien sangat baik. Keluarga mendukung semua tindakan untuk kesembuhan klien.

26
3.6.11 Pola Nilai dan Keyakinan

Klien seorang muslimah, sebelum sakit klien sangat rajin beribadah, mulai dari
yang wajib hingga yang sunnah (shalat dhuha dan tahajjud). Namun ketika sakit/setelah
dirawat di RS, klien mengalami gangguan dalam menjalani ibadahnya. Klien mengalami
penurunan kesadaran dengan GCS 12 (E4M5V3).

3.7 Perumusan Diagnosa NANDA, NOC, dan NIC


No. NANDA NOC NIC
1. Gangguan ketidak Status Neurologis Manajemen Asam-basa
efektifan perfusi - Fungsi neurologis - Jaga kepatenan akses IV
jaringan serebral b.d kontrol pusat - Jaga kepatenan jalan
penurunan motorik (N) nafas
kesadaran - Fungsi neurologis - Pantau kehilangan asam
DS: sensori otak/fungsi (muntah, diare, diuresis
- Keluarga klien motorik(N) melalui ngt)
mengatakan - Tekanan intrakranial - Posisikan untuk
klien gelisah (N) memfasilitasi ventilasi
- Kelurga klien - Komunikasi baik yang adekuat seperti
mengatakan - Ukuran pupil (N) membuka jalan nafas dan
klien mengalami - Pola pergerakan menaikkan kepla tempat
kejang mata tidur
- Keluarga klien - Pola nafas - Pantau pola nafas
mengatakan - TTV dalam keadaan - Sediakan terapi oksigen
klien demam normal - Pantau status neurologis
- Keluarga klien - Aktivitas kejang Manajemen cairan dan
mengatakan tidak ada elektrolit
pandangan klien - Beri terapi NGT untuk
kosong menmggantikan input
DO: - Promosikan intake oral
- Klien tampak - Pasang infuse IV
gelisah - Monitor hasil lab yang
- Klien mengalami relevan dengan retensi

27
kejang cairan
- Ca. Mame klien - Monitor tanda dan gejala
sudah stadium retensi cairan
IV dengan - Monitor TTV
metastasi ke otak - Beri cairan
(T2N1M1) Terapi Oksigen
- Klien mengalami - Menyediakan peralatan
penurunan pemberian O2 sistem
kesadaran kekebalan
- GCS klien 12 - Memberikan O2
dengan tambahan sesuai
(E4M5V3) petunjuk dokter
- TD : 160/70 - Mengontrol aliran O2
mmHg - Memeriksa alat
- N : 90x/menit pernapasan O2
- P : 40x/menit

2. Kerusakan integritas Integritas Jaringan:kulit Perawatan Luka


kulit b.d dan membran mukosa - Bersihkan balurtan yang
pengangkatan bedah - Suhu jaringan melekat dan debris
jaringan - Sensasi - Cukur rambut sekitar area
DS : - Elastisitas yang rusak
- Keluarga klien - Warna - Berikan perawatan pada
mengatakan luka - Tekstur tempat IV
klien besar - Ketebalan - Berikan perawatan ulkus
- Keluarga klien - Jaringan yang tak pada kulit
mengatakan luka Perawatan kulit: perawatan
klien demam - Pertumbuhan topical
- Keluarga klien rambut di kulit - Inspeksi kondisi daerah
mengatakan - Kelengkapan kulit insisi bedah, jika
klien tidak Penyembuhan luka diperlukan
bergerak/tidak primer - Pantau area kulit yang
beraktifitas - Pengeringan kemerahan/rusak
DO : purulensi - Pantau kulit dari adanya
- Klien bedrest - Pengurangan infeksi, khususnya di
- Payudara drainase dari luka daerah yang ada oedem
sebelah kanan - Pengurangan area - Pantau warna kulit dan
klien sudah di yang kemerahan suhu
mastektomi - Bau luka(-) Perawatan daerah Insisisi
- Terdapat luka Penyembuhan luka - Inspeksi daerah insisi,
basah dari ujung sekunder adanya kemerahan dan
klavikula sampai - Granulasi bengkak
iga ke V - Pengeringan - Monitor proses
- Terdapat pus purulensi penyembuhan pada daerah
pada luka dan - Pengurangan insisi

28
berbau drainase - Monitor insisi untuk tanda
- Luka sebelah - Nekrosis dan gejala infeksi
kanan pada - Penyembuhan luka - Ganti balutan dengan
bekas operasi teratur
dengan diameter - Seka dari daerah bersih
11 cm kearah daerah kurang
bersih
- Gunakan balutan yang
tepat untuk menjaga
daerah insisi
3. Ketidakseimbangan Status Nutrisi: Monitoring Nutrisi
Nutrisi kurang dari - Asupan zat gizi - Timbang BB klien
kebutuhan b.d - Asupan makanan - Monitor kehilangan dan
penurunan BB dan cairan pertumbuhan BB
DS : - Energi - Monitor respon emosi
- Keluarga klien - Indeks massa tubuh klien terhadap situasi dan
mengatakan - Berat badan tempat makan
klien hanya Pengontrolan Berat - Monitor interaksi orangtua
mengkonsumsi badan dan anak saat makan
makanan cair - Mengontrol berat - Monitor turgor kulit
berupa susu 3x1 badan - Monitor adanya mual dan
hari - Mempertahankan muntah
- Keluarga klien intake kalori optimal Terapi Nutrisi
mengatakan harian - Mengontrol penyerapan
berat badan - Menyeimbangkan makanan/cairan dan
klien menurun latihan dengan menghitung intake kalori
- Keluarga klien intake kalori optimal harian, jika diperlukan
mengatakan harian - Memantau ketepatan
klien mengalami - Menyeimbangkan urutan makanan untuk
demam latihan dengan memenuhi kebutuhan
DO : intake kalori nutrisi harian
- Klien diet - Menggunakan - Menentukan makanan
makanan cair suplemen nutrisi, pilihan dengan
3x1 hari jika diperlukan mempertimbangkan
- Intake 1800 cc - Memelihara budaya dan agama
- Output 400cc/15 penyerapan - Menentukan kebutuhan
menit makanan makanan saluran NGT
- BB turun 10 kg - Mempertahankan - Anjurkan intake makanan
dari 52 kg keseimbangan yang tinggi kalsium, jika
menjadi 42 kg cairan diperlukan
- Klien - Mengenal tanda- - Anjurkan intake makanan
mengalami tanda dan sympton dan cairan yang tinggi
demam dengan ketidakseimbangan kalium, jika diperlukan
0
T: 39,5 C elektrolit - Mengatur pemasukan
- Turgor kulit makanan, jika diperlukan
jelek - Mengajarkan dan

29
- Mukosa bibir merencanakan makan, jika
kering diperlukan
- Klien tampak Manajamen Nutrisi
lemah - Mengontrol penyerapan
- Klien makanan/cairan dan
mengalami diare menghitung inatake kalori
dengan harian, jika diperlukan
konsistensi cair, - Memantau ketepatan
berwarna keruh urutan makanan untuk
dan berbau memenuhi kebutuhan
nutrisi klien harian
- Menentukan kebutuhan
saluran NGT
Manajemen Cairan
- Timbang BB
- Hitung haluan
- Pertahankan intake yang
adekuat
- Pasang kateter urin
- Monitor TTV
- Anjurkan klien untuk
intake oral
- Distribusikan cairan >24
jam

30
BAB IV
ANALISA DATA
4.1 Analisa Data
Ny. P (36 tahun) dirawat di ruang Bedah Wanita RSUP Dr. M. Djamil Padang
dengan diagnosa Kanker Payudara pada bagian kanan. Klien sudah dilakukan mastektomi
pada tanggal (25 Maret 2018 ). Dari hasil pengkajian didapatkan etiologi pada klien
adalah faktor makanan, sewaktu SMP klien hamper tiap hari makan mie pangsit.
Ny. P mengalami ca mammae stadium IV dengan penyebaran T2N1M1. Ukuran
diameter terbesar tumor sudah mencapai 5 cm dan sudah bermetastasis ke otak.
Komplikasi tumor yang sudah bermetastasis ke otak membuat klien mengalami
penurunan kesadaran dan sering kejang. Awal masuk RS (4 September 2018 ) GCS klien
6 dengan E2V2M2 dan pada tanggal 30 September nilai GCS klien 12 dengan E4V3M5.
Dari segi psikologis klien mengalami gangguan kepercayaan diri dan terlihat
depresi dengan keadaan yang dialaminya, klien sering menangis sehingga matanya
tampak merah. Klien mendapat dukunga penuh dari keluarga dan tetangganya.

31
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kanker payudara (Ca Mammae) adalah suatu penyakit neoplasma yang ganas
yang berasal dari parenchyma. Penyebab spesifik kanker payudara masih belum
diketahui, tetapi terdapat banyak factor yang diperkirakan mempunyai pengaruh terhadap
terjadinya kanker payudara seperti faktor reproduksi, penggunaan hormon estrogen,
obesitas, radiasi, kebiasaan makan berlemak dan riwayat keluarga. Tanda dan gejalanya
berupa benjolan pada payudara, erosi atau eksema puting susu, perdarahan pada puting
susu, dan terasa sakit atau nyeri pada area mamae.
Pada kasus Ny. P sudah terjadi metastasis ke otak yang mengakibatkan klien
sering mengalami kejang dan penurunan kesadaran. Ada tiga diagnosa utama yang
diangkatkan sesuai dengan tingkat prioritas. Pertama, gangguan ketidakefektifan perfusi
jaringan serebral b.d penurunan kesadaran; kedua, kerusakkan integritas kulit b.d
pengangkatan bedah jaringan; dan ketiga, ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh b.d penurunan BB.

5.2 Saran
5.2.1 Bagi seorang perawat perlu memperhatikan kondisi klien secara komprehensif, tidak
hanya fisik tetapi semua aspek manusia sebagai satu kesatuan yang utuh yang meliputi
biopsikososialkultural.
5.2.2 Bagi mahasiswa keperawatan ydiharapkan dapat makin memperbanyak pengetahuan dari
berbagai referensi tentang asuhan keperawatan aada pasien dengan penyakit Carsinoma
Mamae.
5.2.3 Bagi dunia keperawatan diharapkan berperan serta dalam peningkatan kualitas perawat
dengan cara menyediakan akses yang mudah bagi perawat untuk memperoleh ilmu
pengetahuan yang sesuai dengan perkembangan untuk mengatasi masalah Pada pasien
dengan penyakit Edema Paru.

32
DAFTAR PUSTAKA

Baradero, M. Dkk. (2008). Seri Asuhan Keperawatan pada Klien Kanker. Jakarta: EGC.
Bulechek, GM., Butcher, HK., & Dochterman, JM. (2008). Nursing Intervention Classification
(NIC). 5th, ed. St Louis. Mosby Elsevier.
Daniele Gale. (1999). Rencana asuhan keperawatan onkologi (Onkologi Nursing Care Plans).
Jakarta: EGC.
Davey, Patrick. (2006). Kanker Payudara. Dalam: Davey, Patrick, ed. At a Glance. Medicine.
Jakarta : Penerbit Erlangga.
ICN (2005). International Classification for Nursing Practice. Geneva.
Moorhead, S., Johnson, M., & Maas, M. (2008). Iowa Outcomes Project. Nursing Outcomes
Classification (NOC).3rd. St Louis. Mosby.
NANDA (2009) Nursing diagnoses: Definitions and Classification 2009-2011. Philadelphia
Smeltzer. (2002). Buku Ajar Keperawatan medikal-bedah Brunner & suddarth. Edisi *. Volume
1. Jakarta: EGC.
WHO (World Health Organization), 2004. Breast Cancer : Prevention and Control. Available
from : http://www.who.int/cancer/detection/breastcancer/en/index1.html (03 Septeber
2018 Pukul 23.09 wib)
Wilkinson. J.M (2007). Nursing Process and Critical Thinking. 4th ed. New Jersey. Pearson
Education

33
PATHWAY

Karsinogen: K.kimiawi Lingkungan


(nitrosamine,dll), virus
Genetik kanker (mammary tumor, virus), ↓

Paparan karsinogen

tempat lain

Penyebaran

Pertumbuhan lokal

Kanker payudara

Sel, jaringan Perdarahan Metastase jauh

↓ ↓ huan
Paru Kulit Kel.limfa

normal volume ↓ ↓ ↓
cairan

↓ perfusi
↓ kulit jaringan
payudara Syok

nyeri Pembedahan

Terputusnya Adanya luka Pengangkatan Kurang


jaringan terbuka organ pengetahuan

↓ ↓ ↓ ↓

nyeri Risiko infeksi Gangguan cemas


citra tubuh

34
Mastectomy

Pembiusan Pembedahan

General anestesi
Kurang
payudara
tentang
Kurang Motilitas Penekanan
usus ↓ pada sistem efek Perdarahan Pengeluaran
Gangguan
tentang termoregulas mediator nyeri
citra
prosedur dan
Nafas Mual Defisi
Cemas Nyeri
tidak dan Terpapar t
lingkungan volum
Cemas
ruang OK dan e
Terpasan RR yang Risiko infeksi
g ETT

Refleks produksi hipotermi


batuk ↓ secret ↑

Bersihan jalan
nafas tidak efektif

21
21

Anda mungkin juga menyukai