DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 6
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Daniel tanaem
(151001007)
Nur aini
(151001033)
Nuratri Harmiani
(151001034)
Novaliano Rabbani S (151001031)
Puji Rahayu . N
(151001036)
Vina Ismawati
(151001044)
Puji syukur penyusun panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena berkat
kahadiratNyalah sehingga penyusun dapat menyelesaikan tugas makalah
mengenai Pengkajian Asuhan Keperawatan dengan baik dan tepat waktu.
Dalam pembuatan pengkajian ini tentunya tidak mungkin dapat
terselesaikan dengan sempurna tanpa bantuan berbagai pihak, oleh Karena itu
penyusun mengucapkan terimakasih.
Penyusun berharap kepada pembaca yang budiman untuk memberikan
kritikan dan saran demi kesempurnaan makalah ini. Akhirnya semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi penyusun maupun pihak lain yang membacanya.
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
ii
BAB I . Pendahuluan
1.1 Definisi
1.2 Etiologi
1.3 Gejala
1.4 Patofisiologi 3
1.5 Penatalaksanaan
14
2.6 Komplikasi
14
12
14
16
3.2 Perencanaan 19
3.3 Penatalaksanaan
3.4 Evaluasi
19
19
20
4.2 Riwayat
21
22
24
25
26
26
28
30
3
32
39
BAB V. Penutup
5.1 Kesimpulan 40
5.2 Saran 40
Daftar Pustaka
41
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Definisi
Limfoma adalah kanker yang berasal dari jaringan limfoid mencakup
system limfatik dan imunitas tubuh. Tumor ini bersifat heteroantigen ditandai
dengan kelainan umum, yaitu pembesaran kelenjar limfe diikuti spenomegali,
hepamotomogali dan kelainan sumsum tulang. Tumor ini dapat juga dijumpai
ekstra nodul, yaitu di luar system limfatik dan imunitas antara lain pada
traktus digestivus, paru, kulit dan organ lain.
Di Indonesia sendiri, LNH bersama dengan LH dan leukemia menduduki
urutan keenam tersering, sampai saat ini belum diketahui sepenuhnya
mengapa angka kejadian penyakit ini terus meningkat. Adanya huungan yang
erat antara penyakit AIDS dan penyakit ini memperkuat dugaan adanya
hubungan antara kejadian limfoma dengan kejadian infeksi sebelumnya.
Secara umum, limfoma diklasifikasikan menjadi dua, yaitu limfoma
Hodgkin dan limfoma non Hodgkin. Klasifikasi ini dibuat berdasarkan
perbedaan histopatologis dari kedua penyakit di atas, dimana pada limfoma
Hodgkin terdapat suatu gambaran yang khas yaitu adanya sel Read-Stenberg.
Sebagian besar limfoma ditemukan pada stadium lanjut yang merupakan
penyakit dalam terapi kuratif. Penemuan penyakit pada stadium awal masih
merupakan factor penting dalam terapi kuratif walaupun tersedia berbagai
jenis kemoterapi dan radioterapi. Akhir akhir ini angka harapan hidup 5
tahun meningkat dan bahkan sembuh berkat manajemen tumor yang tepat dan
tersedianya kemoterapi dan radioterapi.
1.2 Etiologi
Seperti halnya keganasan yang lain, penyebab penyakit Hodgkin. Ada
banyak faktor penyebab salah satu yang dicurigai adalah virus Epstein- Barr.
Biasanya di mulai pada satu kelenjar getah bening dan menyebar ke
sekitarnya per kontinuitatum atau melalui system saluran kelenjar getah
bening ke kelenjar- kelenjar sekitarnya. Meskipun jarang, sekali-sekali
menyerang juga organ organ ekstra nodal seperti lambung, testis dan
tiroid.
Pada beberapa penelitian, penderita dengan Monoklueus infeksiosa
yaitu suatu penyakit yang dapat disebabkan oleh EBF dilaporkan terjadi
1
regenarasi
menjadi ganas.
Beberapa kelainan kognital pada manusia digabungkan engan
meningkatnyab insiden limfoma maligna seperti : Ataxia- telangiectasia,
Wiskott-Aldrich Syndrome, Congenital sex- linked gamma globulineia
chediak hagashi
yang paling
sering dijumpai adalah ke hepar, pleura, paru- paru, dan sumsum tulang.
Penyebaran yang ekstranodal yang jarang tetapi pernah dilaporkan adalah ke
kulit, kelenjar prostat, mammae, ginjal, kandung kencing, ovarium, testis,
medulla, spinalis serta traktus digestivus.
Ukurannya bervariasi, mungkin akan berikatan dengan jaringan ikat
tapi mudah digerakkan dibaah kulit. Pada jenis yang ganas (prognosis jelek)
dan pada penyakit yang sudah dalam stadium lanjut sering dijumpai gejala
sistemik (B) yaitu :
a. Panas badan yang tidak jelas sebabnya, kumat- kumatan dengan
suhu diatas 38 C
b. Penurunan berat badan lebih dari 10% dalam kurun waktu 6 bulan
c. Keringat malam dan gatal gatal
Gejala sistemik yang tidak spesifik lainnya termasuk asthenia,
anoreksia, kelenjar terasa nyeri bila penderita minum alkhol.
1.4 Patofisiologi
Proliferasi abmormal tumor dapat memberi kerusakan penekanan atau
penymbatan organ tubuh yang diserrang dengan gejala yang bervariasi luas.
Sering ada panas yang tak jelas sebabnya, penurunan berat badan.
Limfoma maligna ini berasal dari sel limfosit. Tumor ini biasanya
bermula dari nodus limfe, tetapi dapat melibatkan jaringan limfoid dalam
limpa, truktus gastrointestinal (misalnya dinding lembung) hati, atau
sumsum tulang. Sel limfoid dalam kelenjar limfe juga berasal dari sel sel
induk multipotensial di dalam susmsum tulang.
Sel induk multipotensial pada tahap awal bertransformasi menjadi sel
progenato limfosit yang kemudian berdiferensiasi melaui dua jalur, sebagian
mengalami pematangan dalam kelenjar thymus untuk menjadi limfosit T,
dan sebagian lagi menuju kelenjar limfe atau tetap berada dalam susmsum
tulang dan berdiferensiasi menjadi sel limfosit B, apabila ada rangsangan
oleh antigen yang sesuai maka limfosit T maupun B akan bertransformasi
menjadi bentuk aktif menjalankan fungsi respon imunita seluler, sedangkan
limfosit B aktif menjadi imunoblas yang membentuk immunoglobulin.
Perubahan limfosit normal menjadi sel limfoma merupakan akibat
terjadinya mutasi gen pada salah satu sel dari kelompok. Sel limfosit tua
3
digunakan
untuk
mengobati
limfoma
hodgkin
seperti
dari
menggunakan
limfoma
secara
langsung,
sedangkan
radioisotope
131
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Epidemiologi
Limfoma Maligna ditemukan diseluruh bagian dunia dan pada semua
suku bangsa dengan frekuensi yang berbeda- beda. Insiden LM diberbagai
Negara bervariasi antara 2-6 penderita pe 100.000 penduduk.
Kejadian LH dengan pola umur tertentu terbentuk dimodal yang
spesifik, dengan puncak pertama pada usia 15-35 tahun dan puncak kedua di
atas 50 tahun. Di Jepang puncak pertama tidak didapatkan, sedangkan di
Negara berkembang LH lebih sering terjadi pada anak dibawah 10 tahun.
Anak laki laki 8 sampai 10 kali lebih banyak dari pada anak perempuan.
LH juga lebih sering terdapat pada seseorang dengan sedikit saudara
disbanding mereka yang mempunyai saudaa
mempunyai
pola
epidemologi
yang
karakteristik
limfoma
burkitt
juga harus
ahli
didunia.
Klasifikasi
LH
sebenarnya
mengalami
campuran
berbagai
macam
sel
seperti
sel
mana
perkembangan
imunologi
masuk
ke
dalam
(a)
(b)
11
Gambar 1. Gambaran histopatologis (a) Limfoma Hodgkin dengan Sel Reed Sternberg
dan (b) Limfoma Non Hodgkin
karena
penggunaan
kemoterapi.
Komplikasi
karena
14
BAB III
TEORI ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
A. Pengumpulan data
a. Identitas
Nama, umur, jenis kelamin, agama , suku dana kebangsaan,
pendidikan, pekerjaan, alamat, nomor regester, tanggal Masuk
Rumah Sakit , diagnosa medis
b. Keluhan Utama
Keluhan yang paling dirasakan adalah nyeri telan
c. Riwayat penyakit sekarang
Alasan MRS
Menjelaskan riwayat penyakit yang dialami adalah pasien
mengeluh nyeri telan dan sebelum MRS mengalami
kesulitan bernafas, penurunan berat badan, keringaty
15
bernafas,
dan
cemas
atas
penyakit
yang
dideritanya
d. Riwayat kesehatan Dahulu
Riwayat Hypertensi dan Diabetes mielitus perlu dikaji dan
riwayat pernah masuk RS dan penyakit yang pernah diderita oleh
pasien
e. Riwayat kesehatan keluarga
Terdapat riwayat pada keluarga dengan penyekit vaskuler :
HT, penyakit metabolik :DM atau penyakit lain yang pernah
diderita oleh keluarga pasien
f. ADL
Nutrisi : Perlu dikaji keadaan makan dan minum pasien
meliputi : porsi yang dihabiskan susunan menu, keluhan mual
dan muntah, sebelum atau pada waktu MRS, dan yang
terpenting adalah perubahan pola makan setelah sakit,
terutama menyangkut dengan keluhan utama pasien yaitu
kesulitan menelan
Istirahat tidur : dikaji kebiasaan tidur siang dan malam,
berapa jam sehari dan apakan ada kesulitan waktu tidur dan
bagaimana perunbahannya setelah sakit klien dengan LNH
Aktifitas : Aktifitas dirumah ataua dirumah sakit apakah ada
kesenjangan yang berarti misalnya pembatasan aktifitas, pada
klien ini biasanya terjadi perubahan aktifitas karena adanya
limfoma dan penuruna aktifitas sosial karena perubahan
konsep diri
Eliminasi : Mengkaji kebiasaan eliminasi alvi dan uri
meliputi jumlah, warna, apakah ada gangguan.
Personal Hygiene : mengkaji kebersihan
personal
Rambut
Mata telinga
Hidung mulut
Tenggorokan
Telinga
Leher sangat penting untuk dikaji secara mendetail karena
LNH berawal pada serangan di kelenjar lymfe di leher
mel;iputi diameter (besar), konsistensi dan adanya nyeri
thoraks
serta
therapy
B. Analisa Data
Data yang dikumpulkan dikelompokkan meliputi : data subyektif
dan data obyektif kemudian dari data yang teridentifikasi masalah dan
kemungkinan penyebab dapat ditentukan yang menjadi acuan untuk
menentukan diagnosa keperawatan.
C. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah tahap dari perumusan masalah yang
menentukan masalah prioritas dari klien yang dirawat yang sekaligus
menunjukkan tindakan prioritas sebagai perawat dalam mengahadapi
kasus
3.2 Perencanaan
Membuat rencana keperawatan dan menentukan pendekatan yang
dugunakan untuk memecahkan masalah klien. Ada 3 tahap dalam fase
perancanaan yaitu menetukan prioritas, menulis tujuan dan perencanan
tindakan keperawatan.
3.3 Pelaksanaan.
Pelaksanaan merupakan realisasi dari rencana keperawatan yang
merupakan bentuk riil yang dinamakan implementasi, dalam implementasi
ini haruslah dicatat semua tindakan keperawatan yang dilakukan terhadap
klien dan setiap melakukan tindakan harus didokumentasikan sebagai data
yang menentukan saat evaluasi.
3.4 Evaluasi
Evaluasi adalaha merupakan tahapa akhir dari pelaksaan proses
keperawatan dan asuhan keperawatan evaluasi ini dicatatat dalam kolom
evaluasi dengana membandingkan data aterakhir dengan dengan data awal
yang juga kita harus mencatat perkembangan pasien dalam kolom catatan
perkembangan.
18
BAB IV
STUDI KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA NY S DENGAN LYMFOMA HODGKIN
No Register Medik : 0165810
Ruang
: Kelas III
Tanggal MRS
Diagnosa Medis
4.1 Pengkajian
Biodata Pasien
Nama
: Ny S
Umur
: 65 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Suku / Bangsa
: Jawa / Indonesia
Status Perkawinan : Kawin
Pendidikan
: SD tamat
Alamat
: Ngrimbi , Bareng, Jombang
kiri pasien tidak mengatakan adanya nyeri, karena pada saat itu benjolan
19
yang ada di pipi berukuran seperti kelereng. Saat pasien terkena lymphoma
Hodgkin (LH) pasien merasakan adanya nyeri, panas pada daerah inguinal.
4.2 Riwayat
a. Riwayat Penyakit Sekarang
Alasan Masuk Rumah sakit
Sejak kurang lebih 3 bulan yang lau sebelum masuk RS pertama
kali disadari ada benjolan kecil berukuran 3x3x2 cm, padat,
kenyal, putih abu abu dan berbatas. Kemudian pasien di rujuk
ke Rumah Sakit NU , Ceweng, Jombang untuk menjalankan
operasi pengambilan benjolan pada daerah pipi. Jarak antara
sekitar 7 bulan pertama terdapat lymphoma Hodgkin pada
daerah inguinal, makin lama benjolan semakin membesar, mula
mula benjolan tidak nyeri pada saat di tekan , tetapi sekitar 2
bulan pada benjolan luka timbul luka dan kemerahan dan bila
ditekan terasa nyeri. Setelah itu pasien di rujuk kembali ke
Rumah Sakit Dr. Moedjito untuk operasi pengangkatan benjolan
pada daerah inguinal.
Keluhan waktu didata
Pnyeri pada daerah selangkangan, nyeri tekan pada daerah
benjolan
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien mengatakan pernah sakit seperti ini sebelumnya, tapi
dengan lymphoma non Hodgkin di pipi sebelah kiri
Pasien mengatakan mempunyai riwayat penyakit darah tinggi
Pasien mengatakan tidak mempunyai penyakit kencing manis,
atau penyakit menular seperti biasanya.
Penyakit yang diderita biasanya hanya batuk, pilek dan dengan
berobat atau membeli obat kemudian sembuh
c. Riwayat Penyakit Keluarga
Dari pihak keluarga tidak ada yang menderita penyakit yang
sama dengan dirinya
Dari pihak keluarga tidak ada yang menderita tekanan darah
tinggi
Pasien mengatakan bahwa ada dari pihak keluarga yang
menderita penyakit kencing manis atau diabetes.
4.3 Pola Aktivitas sehari hari
20
AKTIFITAS
DI R U M A H
SEHAT
Pola Nutrisi
DI RUMAH
SAKIT
SAKIT
Saat di rumah
sakit , pasien
makan
menggunakan
alat bantu ,
karena pasien
dan
sama sekali
daging,
tidak bisa,
sawi,
begitu juga
kadang
kubis, bubur
dengan minum
kadang
Pola
teh.
Bab 1 2 kali/hari, Bab
Bab 2 hari
Eliminasi
di WC,
sekali di KM ,
kali,
Kemudian
setelah itu
pasien sudah
tidak bisa
berjalan lagi ke
kamar mandi ,
bahkan pasien
BAK dengan ;
menggunakan
pispot atau
bahkan sesekali
menggunakan
Pola
pampers
Tidur malam
21
Istirahat/tidur
8 jam
kurang lebih 8
9 jam antara
05.00 WIB
05.00 WIB
04.00 WIB
antara jam
13.00 WIB
sampai dengan
sampai dengan
tidur
tidur memakai
dan dengan
penerangan lampu
penerangan
lampu TL
(lampu yang
ada di Rumah
Sakit)
Pola Personal
Saat di rumah
Hygie
hanya di basuh
Ne
pasien hanya di
memakai handuk.
dan sabun
basuh dengan
menggunakan sapu
tangan
menggunakan
5. Pola Aktifitas
sehari
baju
panjang bila
dipotong
Pasien lebih
22
hanya beraktifitas di
banyak di
rumah dan
rumah seperti
atau kadang ke
WC dn jika
sebagainya.
tidak ada
kegiatan
untuk nonton TV
keluarga
yang
sehat
dan
mandiri
seperi
dahulu.
intercostae
yang
berlebihan, pernafasan
dan
jari
kaki,
turgor
kulit
cukup,
skala
kekuatan
otot
3
Bawah Lengkap, jari tangan lengkap
Bersih tidak ada bekas luka, simetris, movement maksimal,
tidak ad luka, tidak ada nyeri, kekuatan otot baik Skala
kekuatan otot 2
2
f. Integument
Turgor cukup, warna kulit sawo matang, tidak ada
alergi
Tidak ada alergi atau iritasi kulit, tidak ada kelainan
postur tubuh, pergerakan maksimal
Terdapat bekas luka operasi pada pipi kiri
Kuku warna putih
4.8 Data Penunjang
a. Laboratorium tanggal 25-01-2016
Gula darah
Nama Pemeriksaan
Gula Darah Sewaktu
Hematologi
Detail Pemeriksaan
Gula Darah Sewaktu
Hasil
227
Normal
<140 mg/dl
Nama Pemeriksaan
Detail
Hasil
Normal
Darah Lengkap
Pemeriksaan
Hemoglobin
12,3
Leukosit
Trombosit
Hematokrit
2500
283.000
36,5
Eritrosit
Hitung Jenis
4.130.000
-/-/-/44/44/12
P : 11,4-15g/dl
L : 13,4-17,7
4700-10300/cmm
150.000-450.000/cmm
L : 40-48%
P : 37-43%
3,8-6,0 juta/cmm
1-3/0-1/3-5/50-65/2540/4-10
26
Waktu Pembekuan
MCV
MCH
MCHC
Waktu
88,6
29,7
33,6
10 menit 10
80-97 fl
27-31 pg
32-36 g %
5-11 menit
Waktu Pendarahan
Pembekuan (CT)
Waktu
detik
3 menit 0
1-5 menit
Pendarahan (BT)
detik
b. Laboratorium 26-02-2016
Hematologi
Nama Pemeriksaan
Detail
Hasil
Normal
Pemeriksaan
Hemoglobin
Darah Lengkap
8,8
Leukosit
Trombosit
Hematokrit
5200
259.000
29,0
Eritrosit
Hitung Jenis
259.000
-/-/-/59/22/19
P : 11,4-15g/dl
L : 13,4-17,7
4700-10300/cmm
150.000-450.000/cmm
L : 40-48%
P : 37-43%
3,8-6,0 juta/cmm
1-3/0-1/3-5/50-65/25-
MCV
MCH
MCHC
c. Laboratorium tanggal 01 03-2016
90,1
27,3
30,3
40/4-10
80-97 fl
27-31 pg
32.36 %
Gula darah
Nama Pemeriksaan
Detail Pemeriksaan
Hasil
Normal
Gula Darah Sewaktu Gula Darah Sewaktu
118
<140 mg/dl
d. Pemeriksaan Histopatologi 17-03-2015
Pemeriksaan ini dilakukan sebelum pasien terkena lymphoma
Hodgkin.
Ini termasuk pemeriksaan yang pertama.
Bahan : Biopsi tumor leher
Kesimpulan : operasi neoplasma connective tissue of face , suatu :
Malignant Round Cell Tumor, Suspect Non Hodgkins
Lymphoma Small Cell, Low Grade
4.9 Diagnosa Keperawatan
a. Pola nafas tidak efektif , resiko tinggi terhadap obstruksi trakeobronkial ;
pembesaran nodus mediastinal dan/atau edema jalan nafas (Hodgkin dan
non-Hodgkin); sindrom vena kava superior (non Hodgkin).
27
b.
c.
d.
e.
4.10
a.
Tindakan interverensi
INTERVENSI
Lakukan tindakan untuk mencegah a.
RASIONAL
Kewaspadaan meminimalkan
infeksi.
maupun eksogen.
b.
vital.
c.
c.
penyebab.
sesuai anjuran.
d. Pengertian klien dapat memperbaiki
d. Jelaskan alasan kewaspadaan dan
pantangan.
e.
resiko.
e.
f.
f.
kerentanan infeksi.
4.11
Implementasi
Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan dari perencanaan
keperawatan yang telah dibuat untuk mencapai hasil yang efektif. Dalam
pelaksanaan implementasi keperawatan, penguasaan keterampilan dan
pengetahuan harus dimiliki oleh setiap perawat sehingga pelayanan yang
diberikan baik mutunya. Dengan demikian tujuan dari rencana yang telah
ditentukan dapat tercapai (Wong. D.L.2004:hal.331).
Rencana Tindakan/Implementasi
Perencanaan tindakan
Diagnosa
Intervensi
keperawatan
hasil
Pola nafas tidak Mempertahankan
efektif ,
tinggi
resiko pola
obstruksi
dispnea,
trakeobronkial ; atau
pembesaran
Rasional
lain tinggi
distres pernapasan
atau
nodus
digantung
mediastinal
FOWLER/ FOWLER
dan/atau edema
jalan nafas
bantu
Beri
SEMI
posisi
ubah
- Meningkatkan
secara periodic
sekresi
- Memenuhi
Lakukan
pemberian O2
Kebutuhan O2
- Membantu
Anjurkan/bantu
diafragmatik
beberapa kontrol
abdomen
diindikasikan
membantu
menurunkan ansietas
Awasi/evaluasi
- Proliferasi SDP
warna kulit,
perhatikan
terjadinya
(khususnya pada
oksigen darah
daun menimbulkan
hipoksemia
telinga dan bibir)
dasar
kulit,
Identifikasi/doron
- Membantu
periode istirahat
dispnea dan
menyimpan energi
berat sebelum dan setelah
untuk generasi
badan atau berat makan, gunakan
Nutrisi kurang
seluler dan fungsi
badan atau berat mandi dengan kursi,
dari kebutuhan
pernapasan
badan stabil dengan duduk sebelum
tubuh
nilai lab normal, perawatan
berhubungan
- Tingkatkan tirah
menunjukkan
- Memburuknya
dengan
baring
dan
berikan
perilaku perubahan
keterlibatan
kegagalan untuk
perawatan
sesuai
pola hidup untuk
pernapsan/hipoksia
mencerna atau
meningkatkan dan/ indikasi selama
dapat
ketidakmampua
eksaserbasi
atau
mengindikasikan
n
mencerna
akut/panjang.
mempertahankan
penghentian aktivitas
makanan/
berat badan yang
untuk mencegah
absorpsi nutrient
- Dorong ekspresi
sesuai
pengaruh pernapasan
yang diperlukan
perasaan. Terima
lebih serius
untuk
kenyataan situasi dan
pembentukan
pernapasan normal
- Ansietas
SDM normal
peningkatan
30
Berikan
meningkatkan
lingkungan tenang
kebutuhan oksigen
dan hipoksemia
Timbang
berat mempotensialkan
distres
pernapasan/gejala
Berikan
makan
Melaporkan
nyeri
jantung yang
sedikit
dan
frekuensi
hilang/
terkontrol;
meningkatkan
sering
dan/
atau
menunjukkan
ansietas
di
antara
perilaku penanganan makan
Nyeri
(akut)
nyeri; tampak rileks waktu malam
- Meningkatkan
berhubungan
dan mampu tidur/
relaksasi
dengan
- Observasi
dan
istirahat dengan tepat
penyimpanan energi
pembesaran
catat kejadian mual/
dan menurunkan
nodus limfe
muntah, flatus, dan
kebutuhan O2
gejala
lain
yang
berhubungan
- Mengawasi
penurunan berat
sebelum
sesudah
gunakan
dan
halus untuk
kelemahan dan
penyikatan yang
meningkatkan
lembut. Berikan
pemasukan juga
Selidiki
anemia (hipoksia)
31
derajat dan
pada organ
10)
perhatikan
petunjuk menurunkan
meminimalkan
kemungkinan
Mengidentifikasi
tindakan untuk
PK Sepsis
mencegah /
menurunkan PK
Sepsis
penyakit
diperlukan bila
jaringan rapuh/ luka/
Berikan
lingkungan tenang
- Membantu
dan kurangi
mengkaji kebutuhan
rangsangan penuh
untuk intervensi;
stress
dapat mengindikasi
terjadinya
Tempatkan
posisi
nyaman
pada
komplikasi
dan
sokong sendi
- Dapat membantu
ekstremitas
dengan mengevaluasi
bantal/ bantalan
pernyataan verbal
dan keefektifan
-
intervensi
Berikan
dukungan psikologis
kemampuan koping
- Meningkatkan
Kaji ulang/
tingkatan
kenyamanan
pasien meningkatkan
sendiri, posisi,
kemampuan koping
- Memperbaiki
sirkulasi jarinagn
Evaluasi dan
dukung mekanisme
- Meminimalkan
koping pasien
kebutuhan atau
-
Dorong
meningkatkan efek
- Penanganan
relaksasi/ nafas
sukses terhadap
dalam, bimbingan
nyeri memerlukan
imajinasi, visualisasi
keterlibatan pasien.
sentuh terapeutik
Penggunaan teknik
efektif, memberikan
penguatan positif
Gunakan
steril
pada
pergantian
/penghisapan/
untuk intervensi
berikan lokasi
yang biasa
perawatan.
digunakan setelah
pulang
Berikan obat
antibiotik
- Penggunaan
persepsi sendiri/
33
Lakukan
perilaku untuk
pemeriksaan kultur
menghilangkan nyeri
jaringan
dapat membantu
pasien mengatasinya
Lakukan terapi
lebih efektif
Cairan
- Memudahkan
-
Bantu/
tambahan dan
meningkatkan
Tempatkan
pada
kemampuan koping
ruangan khusus.
Batasi penggunjung
sesuai indikasi,
hindarkan
- Mencegah
menggunakan
masuknya bakteri,
tanaman
mengurangi resiko
hidup/bungga
infeksi nasokomial.
potong.Batasi
buah
- Dapat diberikan
secara profilaktik
Awasi suhu.
atau mengobati
- Mengetahui ada
kemotrapi. Observasi
tidaknya sel-sel
deman sehubungan
limfoma
dengan takikardia,
- Memenuhi asupan
Awasi
- Membantu
34
pemeriksaan
manajemen nyeri
- Melindungi dari
Eritrosit mengalami
sumber
penurunan.
pootensial pathogen/
infeksi: catatan:
Berikan
neutropenia, dan
kemoterapi
pengunjung
menempatkan pasien
pada resiko besar
untuk infeksi
- Hipertermia lanjut
terjadi pada beberapa
tipe infeksi, demam
(tak berhubungan
dengan obat atau
produk darah) terjadi
pada kebanyakan
pasien leukemia
- Penurunan jumlah
SDP normal / matur
diakibatkan oleh
proses penyakit atau
kemoterapi,
melibatkan respon
imun dan
peningkatan resiko
35
infeksi.
- Mencegah
kontaminasi silang /
menurunkan resiko
infeksi.
4.12
Evaluasi
Evaluasi adalah suatu penilaian terhadap keberhasilan rencana
sesuai
tingkat
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas tim penulis menarik kesimpulan bahwa
Lymfoma Maligna (kelenjar getah bening) merupakan bentuk keganasan
36
dari system limfatik yaitu sel sel limforetikuler seperti sel B , sel T.
Berdasarkan klasifikasi histologinya lymphoma dibedakan menjadi dua
jenis, yaitu lymphoma Hodgkin (LH) dan lymphoma non Hodgkin (LNH).
Ada 3 (empat) kemungkinan penyebab dari lymphoma yaitu :
a. Pelepasan / aktifasi masa laten dari virus
b. Atropi jaringan limfe diikuti kompensasi dan hiperplasi
tymosit, postulasi ini lebih spesifik pada transformasi saat
poliferasi
c. Kerusakan pada sumsum tulang dan timus dengan akibat
melemahnya regenarasi dari timus dan menyebabkan timus
menjadi ganas.
Penatalaksanaan limfoma maligna dapat dilakukan dengan berbagai cara
salah satunya kemoterapi.
5.2 Saran
Melalui kesimpulan diatas, adapun saran yang diajukan oleh tim penulis
adalah, mahasiswa dapat mengintrepestasikan dengan hak dalam melakukan
tindakan keperawatan dalam praktik khusunya pada pasien yang
mengalamami penyakit Limfoma Maligna.
DAFTAR PUSTAKA
1. Waspadji, Sarwono dan Soeparman. 1990. Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II.
Jakarta : Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
2. Boediwarsono dan Soebandri. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Surabaya :
Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga dan Rumah Sakit Pendidikan
Dr. Soetomo Surabaya
3. Abror, Imam. 2010. Stuktur Anantomi dan Fisiologi Sistem Limfatik dan
Cairan Limfe.https://imamabror.wordpress.com/2010/03/24/strukturanatomi-dan-fisiologi-sistem-lifatik-dan-cairan-limfe/. [25 Maret 2016]
37
38