Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PENDAHULUAN

LEUKEMIA DI RUANG 7B RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG

Tugas Ini Disusun Sebagai Salah Satu Bentuk Penugasan Dalam Praktik Klinik

Keperawatan III Di Ruang 7B RSUD Dr. Saiful Anwar Malang

Dosen Pembimbing : Yayuk Dwirahayu, S.Kep.,Ns.,M.Kes

Oleh :

Nunung Agestin

17613059

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONORGO

2020
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan pendahuluan oleh : Nunung Agestin

Judul : Laporan Pendahuluan Leukemia

Telah disetujui dan disahkan dalam rangka mengikuti Praktik Klinik Keperawatan

mahasiswa DIII Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah

Ponorogo pada tanggal 29 Juni 2020.

Pembimbing institusi

(Yayuk Dwirahayu, S.Kep.,Ns.,M.Kes)


LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi

Leukemia merupakan kanker pada jaringan pembuluh darah yang sering

ditemui pada anak-anak disebabkan karena penyakit ganas dari sumsum tulang

dan sistem limfatik (Wong et al, 2009 dalam Samsudin A, 2019).

Leukemia adalah penyakit keganasan sel darah yang berasal dari

sumsum tulang yang di tandai oleh proliferasi sel-sel yang abnormal dalam

darah tepi (Muthia dkk, 2012 dalam Samsudin A, 2019).

Leukimia adalah poliferasi sel leukosit yaang abnormal, ganas, sering

disertai bentuk leukosit yang lain dari pada normal, jumlahnya berlebihan dan

dapat menyebabkan anemia, trombositopenia dan diaakhiri dengan kematian

(Nurarif, Kusuma, 2015).

B. Etiologi

Etiologi leukemia belum dapat diketahui secara pasti, tetapi ada beberapa

faktor yang terbukti dapat menyebabkan leukemia, yaitu faktor genetik, sinar

radioaktif, dan virus (Handayani & Haribowo, 2008 dalam Putri AF, 2015).

1. Faktor genetik

Insiden leukemia akut pada anak dengan sindrom Down adalah 20 kali

lebih banyak daripada normal. Kelainan pada kromosom 21 dapat

menyebabkan leukemia akut. Insidensi leukemia akut juga meniingkat pada

penderita kelainan kongenital dengan aneuloidi, misalnya agranulositosis

congenital, sindrom Ellis van Greveld, penyakit seliak, sindrom Bloom,

anemia fanconi, sindrom klinifelter, dan sindrom trisomi D (Handayani &

Haribowo, 2008 dalam Putri AF, 2015).


2. Sinar radioaktif

Sinar radioaktif merupakan faktor eksternal yang paling jelas dapat

menyebabkan leukemia pada binatang maupun manusia. Angka kejadian

leukemia mieloblastik akut (AML) dan leukemia granulositik kronis

(LGK) jelas sekali meningkat sesudah sinar radioaktif akan menderita

leukemia pada 6% klien, dan baru terjadi setelah 5 tahun (Handayani &

Haribowo, 2008 dalam Putri AF, 2015).

3. Virus

Beberapa virus tertentu sudah dibuktikan menyebabkan leukemia

pada binatang. Sampai sekarang belum dapat dibuktikan bahwa

penyebab leukemia pada manusia adalah virus. Meskipun demikian, ada

beberapa hasil penelitian yang mendukung teori virus sebagai penyebab

leukemia, yaitu enzyme reverse trascriptase ditemukan dalam darah

manusia. Seperti diketahui enzim ini ditemukan di dalam virus

onkogenik seperti retrovirus tipe C, yaitu jenis virus RNA yang

menyebabkan leukemia pada binatang. Enzim tersebut menyebabkan

virus yang bersangkutan dapat membentuk bahan genetik yang kemudian

bergabung dengan genom yang terinfeksi (Handayani & Haribowo, 2008

dalam Putri AF, 2015).

C. Manifestasi klinis

Menurut Wong (2009) yang dikutip oleh Suriadi dan Yuliani (2010)

dalam Putri AF (2015), manifestasi klinis yang muncul pada anak dengan

leukemia meliputi :

1. Pucat
2. Letih

3. Deman

4. Ptekie

5. Nyeri pada tulang dan persendian

6. Nyeri abdomen

7. Hepatomegali

8. Splenomegali

9. Limfadenopati

10. Muntah, dan anoreksia

D. Klasifikasi

Secara sederhana leukimia dapat dikasifikasikan berdasarkan maturasi

sel dan tipe sel asal yaitu meliputi (Nurarif & Kusuma, 2015):

1. Leukimia akut

Leukimia akut adalah keganansan primer sumsum tulang yaang berakibat

terdesaknya komponen darah abnormal (blastosit) yaang disertai dengan

penyebaran ke organ-organ lain. Leukimia akut memiliki perjalanan klinis

yang cepat, tanpa pengobatan penderita akan meninggal rata-raataa dlm 4-6

bulan.

a) Leukimia Limfostik Akut (LLA)

LLA merupakan jenis leukimia dengan karakteristik adanya

poliferasi dan akumulasi sel-sel patologisdari sitem limfopoetik yang

mengakibatkan organomegali (pembesaran organ dalam) dan

kegagalan organ. LLA sering ditemukan pada anak-anak sebanyak

82% dari pada umur dewasa hanya 18%. Insiden LLA akan mencapai
puncaknya paadaa umur 3-7 tahun. Tanpa pengobatan sebagian anak-

anak akan hidup 2-3 bulan setelah terdiagnosis terutama diakibatkan

oleh kegagalan dari sumsum tulang belakang.

b) Leukimia Mielositik Akut (LMA)

LMA merupakan leukimia yang mengenai sel sistem

hematopoetik yang akan berdiferensiasi ke semua sel mieloid. LMA

merupakan leukimia nonlimfotik yang paling sering terjadi. Lebih

sering ditemukan pada orang dewasa sebanyak 85% dan anak-anak

hanya 15%. Permulaannya mendaadaak dan progresif dalam masa 1

sampai 3 bulan dengan durasi gejala yang singkat. Jika tidak terobati,

LNLA fatal dalam waktu 3 sampai 6 bulan.

2. Leukimia kronis

Leukimia kronik merupakan suatu penyakit yaang ditandai dengan

poliferasi neoplastik dari salah satu sel yang berlangsung atau terjadi karena

keganasan hematologi.

a) Leukimia Limfostik Kronis (LLK)

LLK adalah suatu keganasan klonal limfosit B (jarang limfosit

T). Perjalanan penyakit ini biasanya perlahan, dengan akumulasi

yang progresif yang berjalan lambat dari limfosit kecil yang berumur

panjang. LLK lebih cenderung dikenal sebagai kelainan ringan yang

menyerang individu berusia 50 aampai 70 tahun dengan

perbandingan 2:1 untuk laki-laki. LLK jarang terjadi pada anak-anak

b) Leukimia Granulostik/Mielositik Kronik (LGK/LMK)


LGK/LMK merupakan gangguaan mielopoliferatif yang ditandai

dengan produksi berlebihan sel mieloid (seri granulosit) yang relatif

matang. LGK/LMK mencakup 20% leukimia dan paling sering

dijumpai pada orang dewasa usia pertengahan (40-50 tahun).

Abnormalitas genetik yang dinamakan kromosom philadelphia

ditemukan pada 90-95%penderita LGK/LMK. Sebagian besar

penderita LGK/LMK akan meninggal setelah memasuki fase akhir

yang disebut fase krisis blastik yaitu produksi berlebihan sel muda

leukosit, biasanya berupa mieoblas/promielosit, disertai produksi

neutrofil, trombosit dan sel darah merah yang amat kurang.

E. Patofisiologi

Mekanisme penyakit leukimia merupakan proliferasi tanpa batas sel

darah putih yang imatur dalam jaringan tubuh yang membentuk darah.

Walaupun bukan suatu “tumor”, sel–sel leukimia memperlihatkan sifat

neoplastik yang sama seperti sel-sel kanker yang solid. Oleh karena itu, keadaan

patologi dan manifestasi klinisnya disebabkan olen infiltrasi dan penggantian

setiap jaringan tubuh dengan sel – sel leukimia nonfungsional. Organ – organ

yang terdiri banyak pembuluh darah, seperti limpa dan hati, merupakan organ

yang terkena paling berat (Wong, 2009 dalam Oktafianto N, 2015).

Untuk memahami patofisiologi proses leukemia, sangat penting untuk

mengklarifikasi dua buah kesalahpahaman yang sering terjadi. Pertama,

meskipun leukemia merupakan produksi sel darah putih yang berlebihan, jumlah

leukosit dalam bentuk akut sering kali rendah (sehingga dinamakan leukemia).

Kedua, sel–sel imatur ini tidak dengan sengaja menyerang dan menghancurkan
sel darah normal atau jaringan vaskular. Penghancuran sel melalui infiltrasi dan

kompetisi yang terjadi kemudian pada unsur–unsur metabolik. Pada semua tipe

leukemia, sel–sel yang berproliferasi menekan produksi unsur-unsur darah yang

terbentuk dalam sumsum tulang melalui kompetisi dengan sel–sel normal dan

perampasan hak–haknya dalam mendapatkan unsur gizi yang esensial bagi

metabolisme (Wong, 2009 dalam Oktafianto N, 2015).

Tanda dan gejala leukemia yang paling sering ditemukan merupakan

akibat dari infiltrasi pada sumsum tulang. Tiga akibat yang utama adalah anemia

akibat penurunan jumlah sel darah merah, infeksi akibat neutropenia, dan

tendensi perdarahan akibat penurunan produksi trombosit. Invasi sel–sel

leukemia ke dalam sumsum tulang secara perlahan–lahan akan melemahkan

tulang dan cenderung mengakibatkan fraktur. Karena sel–sel leukemia

menginvasi periosteum, peningkatan tekanan menyebabkan rasa nyeri hebat.

Sel–sel leukemia dapat juga menginvasi testis, ginjal, prostat, ovarium, saluran

GI, dan paru–paru. Dengan semakin banyaknya pasien yang bertahan hidup

dalam jangka waktu lama, lokasi invasi leukemia, khususnya testis, menjadi

semakin penting secara klinis (Wong, 2009 dalam Oktafianto N, 2015).

F. Pemeriksaan penunjang

Menurut Nurarif & Kusuma (2015) pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada

penderita leukemia yaitu :

1. Darah tepi

Adanya pensitopenia, limfositosis yang kadang-kadangmenyebabkan

gambaaran darah tepi monoton terdapat sel blast, yang merupakan gejala

patogonomik untuk leukimia.


2. Sumsum tulang

Dari pemeriksaan sumsum tulang akan ditemukan gambran yang monoton

yaitu hanya terdiri dari sel limfopoetik patologis sedangkan sistem lain

terdesak (apabila sekunder)

3. Biopsi limfa : Pemeriksaan ini memperlihatkan proliferasi sel-sel yang

berasal dari jaringan limpa akan terdesak seperti limfosit normal, ranulosit,

pulp cell.

4. Kimia darah : Kolesterol mungkin merendah, asam urat dapat meningkat,

hipogamaglobulinemia.

5. Cairan cerebrospinal

Bila terjadi peninggian jumlah sel (sel patologis) dan protein, maka hal ini

menunjukkan suatu leukemia meningeal. Kelainan ini dapat terjadi setiap

saat

dari perjalanan penyakit baik pada keadaan remisi maupun pada keadaan

kambuh. Untuk mencegahnya dilakukan fungsi lumbal dan pemberian

metotreksat (MTX) intratekal secara rutin pada setiap penderita baru atau

pada mereka yang menunjukkan gejala tekanan intracranial yang meninggi

6. Sitogenik

Dari 70-90% dari kasus LMK menunjukkan kelainan kromosom, yaitu pada

kromosom 21 (kromosom Phiadelphia atau Phl) 50-70% dari penderita LLA

dan LMA mempunyai kelainan berupa :

a) Kelainan jumlah kromosom seperti diploid (2n), haploid (2n-a),

hiperploid (2n+a).
b) Kariotip yang pseudodiploid pada kasus dengan jumlah kromosom

yang diploid.

G. Penatalaksanaan

Menurut Nurarif & Kusuma (2015) penatalaksanaan pada pasien leukemia

yaitu :

1. Kemoterapi

a. Kemoterapi pada penderita LLA

Pengobatan umumnya terjadi secara bertahap, meskipun tidak semua

fase yang digunakan untuk semua orang.

b. Kemoterapi pada penderita LMA

1) Fase induksi

Fase ini adalah regimen kemoterapi yang intensif, bertujuan untuk

mengeradikasi sel-sel leukimia secara maksimal sehingga tercapai

remisi komplit.

2) Fase konsolidasi

Fase ini dilakukan sebagai tindak laanjut dari fase induksi.

Kemoterapi konsolidasi biasanya terdiri dari beberapa siklus

kemoterapi dan menggunakan obat dengan jenis daan dosis yang

sama atau lebih besar dari dosis yang digunakan pada fase induksi.

Dengan pengobatan modern, angka remisi 50-75%, tetapi angka


rata-rata hidup masih 2 tahun dan yang daapat hidup lebih daari 5

tahun hanya 10%.

c. Kemoterapi pada penderita LLK

Derajat penyakit LLK harus ditetapkan karena untuk menentukan strategi

terapi dan prognosis. Salah satu sistem penderajatan yang dipakai ialah

kalsifikassi Rai :

1) Stadium 0 : limfositosis darah tepi dan sumsum tulang

2) Stadium I : limfositosis dan limfadenopati

3) Stadium II : limfositosis dan splenomegali/hepatomegali

4) Stadium III : limfositosis dan anemia (Hb <11gr/dl)

5) Stadium IV : limfositosis dan trombositopenia <100.000/mm3

dengan atau tanpa gejala pembesaran hati, limfa, kelenjar.

Terapi untuk LLK jarang mencapai kesembuhan karena tujuan terapi

bersifat konvensional, terutama untuk mengendalikan gejala. Pengobatan

tidak diberikan kepada penderita tanpa gejala karena tidak

memperpanjang hidup. Pada stadium I atau II, pengamatan atau

kemoterapi adalah pengobatan biasa. Pada stadium III atau IV diberikan

kemoterapi intensif. Angka ketahanan hidup rata-rata adalah sekitar 6

tahun dan 25% pasien daapat hidup lebih dari 10 tahun. Pasien dengan

stadium 0 atau I dapat bertahan hidup rata-rata 10 tahun. Sedangkan pada

pasien dengan stadium III dan IV rata-rata bertahan hidup kurang dari 2

tahun.

d. Kemoterapi paada penderita LGK/LMK

1) Fase kronik
Busulfan dan hidroksiurea merupakan obat pilihan yang mampu

menahan pasien bebas dari gejala untuk jangka waktu yang lama.

Regimen dengan bermaca obat yang inteensif merupakan terapi

pilihan fase kronis LMK yang tidak diarahkan pada tindakan

transplantasi sumsum tulang.

2) Fase akselerasi

Fase ini sama dengan terapi leukimia akut, akan tetapi respons

sangat rendah.

2. Radioterapi

Radioterapi menggunakan sinar berenergi tinggi untuk membunuh sel-sel

leukimia.

3. Tranplantasi sumsum tulang

Tranplantasi sumsum tulang dilakukan untuk mengganti sumsum tulang

yaang rusak karena dosis tinggi kemoterapi atau terapi radiasi. Selain itu,

transplantasi sumsum tulang belakang berguna untuk mengganti sel-sel

darah yang rusak karena kanker.

4. Terapi suportif

Berfungsi untuk mengatasi akibat-akibat yang ditimbulkan penyakit

leukimia dan mengatasi efek samping obat. Misalnya transfusi darah utnuk

penderita leukimia dengan keluhan anemia, transfusi trombosit untuk

mengatasi perdarahan dan antibiotik untuk mengatasi infeksi.


H. Pathway
Faktor pencetus : Sel neoplasma
genetik, radiasi, berpoliferasi dengan
virus sumsum tulang

Infiltrasi sumsum tulang Penyebaran ekstramedular Sel onkogen

Pertumbuhan berlebih
Melalui sirkulasi darah Melalui sistem limfatik

Kebutuhan nutrisi
Pembesaran hati dan Nodus limfe meningkat
limfa

Limfadenopati Hipermetabolisme
Hepatosplenomegali

Hepatosplenomegali
Penekanan ruang Peningkatan tekanan
abdomen intra abdomen

Ketidakseimbangan
Sel normal digantikan nutrisi kurang dari
oleh sel kanker Nyeri akut
kebutuhan tubuh

Depresi produksi Suplai oksigen ke


sumsum tulang jaringan inadekuat

Peurunan eritrosit Anemia Resiko perdarahan

Kecenderungan
Penurunan trombosit Trombositopenia
perdarahan

Penurunan fungsi Daya tahan tubuh Ketidaakefektifan


Resiko infeksi
leukosit menurun perfusi jaringan perifer

Stimulasi saraf C
Infitrasi periosteal Kelemahan tulang
(nicoceptor)

Tulang lunak dan lemah Nyeri akut

Fraktur fisiologis

Hambatan mobilitas
fisik
Konsep Asuhan Keperawatan

A. Pengkajian

1. Identitas klien

Meliputi nama, inisial, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yang dipakai,

status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, golongan, no. register, tanggal MRS,

diagnosa medis.

2. Riwayat kesehatan

a. Keluhan utama

Anak yang menderita leukemia sering mengalami keluhan-keluhan yang

tidak

spesifik sehingga diduga anak hanya mengalami sakit yang sifatnya ringan,

sehingga tidak segera dibawa ke dokter. Data-data yang perlu di kaji adalah

data yang didapatkan pada anak berkaitan dengan kegagalan sumsum tulang

dan adanya infiltrasi ke organ lain. Biasanya anak terlihat pucat, anak

mengeluh nyeri pada tulang dan persendian, demam, penurunan nafsu

makan, dan nyeri perut.

b. Riwayat penyakit sekarang

Adanya perdarahan seperti ptekie, purpura, peistaksis. Nyeri sendi dan

tulang. Peningkatan suhu tubuh, sakit kepala, anoreksia, mual, muntah.

Mengeluh tidak enak pada perut dan BAB tidak teratur (Wong, D,L, 2008

dalam Oktafian N, 2015).

c. Riwayat penyakit dahulu

Kemungkinan klien pernah terpajan zat kimiawi atau mendapatkan

pengobatan seperti benzol, arsen preparat sulfat. Kemungkinan klien pernah


kontak atau terpajan radiasi dengan kadar ionisasi yang lebih besar.

Kemungkinan klien pernah menderita demam tinggi yang tidak pernah

diketahui penyebabnya (Wong, D,L, 2008 dalam Oktafian N, 2015).

d. Riwayat kesehatan keluarga

Penyakit leukimia tidak diwariskan, tapi sejumlah individu memiliki faktor

predisposisi, misalnya pada kembar satu telur (Wong, D,L, 2008 dalam

Oktafian N, 2015).

3. Pola kehidupan sehari-hari

a) Nutrisi

Penurunan nafsu makan, mual, muntah, perubahan rasa kecap, penurunan

berat badan, disfagia, pharingitis, distensi abdomen, penurunan bising usus,

spenomegali, hepatomegali, ikterus, stomatitis, hipertropi gusi (Wong, D,L,

2008 dalam Oktafian N, 2015).

b) Eliminasi BAK/BAB

Diare, nyeri tekan peranal, feses hitam. Darah pada urine, penurunan

haluaran urin (Wong, D,L, 2008 dalam Oktafian N, 2015).

c) Aktivitas/tidur

Keletihan, malaise, kelemahan,kelelahan otot. Tidur anak mungkin

terganggu jika mengalami nyeri pada tulang atau sendi.

d) Personal hyigiene

Klien tidak bisa memenuhi kebutuhan personal hygiene secara mandiri

sehingga membutuhkan bantuan orang lain.


4. Pemeriksaan fisik

a. Keadaan umum

Keadaan umum lemah, anak mengalami penurunan lesadaran, letargi, tanda-

tanda vital anak mengalami perubahan misalnya suhu akan meningkat

karena adanya demam, dan RR mningkat karena anak mengalami sesak

napas.

b. Kepala dan wajah

Inspeksi : kepala umumnya tidak ditemukan masalah, kaji kesimetrisan

wajah, wajah pucat, alis mata simetris,

Palpasi : kaji adanya ada tidaknya nyeri tekan dan benjolan abnormal

c. Telinga

Inspeksi : periksa kesimetrisan telinga, kebersihan telinga, bentuk telinga

dan kelainan bentuk telinga, ada tidaknya lesi

Palpasi : periksa ada benjolan abnormal dan nyeri tekan

d. Mata

Inspeksi : Biasanya konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik, pupil

isokor, kelopak mata tidak odem, kaji kesimetrisan mata

Palpasi : periksa ada benjolan abnormal dan nyeri tekan

e. Mulut dan faring

Infeksi : kaji warna bibir, kesimetrisan mulut, bibir kering/lembab, kaji

adanya kelainan bibir sumbing, kaji ada tidaknya pembesaran

tonsil, gigi kotor, mukosa bibir kering

Palpasi : kaji ada/tidaknya benjolan abnormal, dan nyeri tekan


f. Leher

Inspeksi : kaji adanya trauma leher dan lesi, biasanya terdapat pembesaran

kelenjar limfe, ada/tidaknya pembesaran vena jugularis.

Palpasi : kaji adanya pembesaran kelenjar tiroid, benjolan abnormal dan

nyeri tekan

g. Payudara dan ketiak

Inspeksi : kesimetrisan payudara dan ketiak, kebersihan payudara dan

ketiak, ada/tidaknya lesi

Palpasi : kaji adanya benjolan abnormal, dan adanya nyeri tekan

h. Thoraks

1) Paru

Inspeksi : kaji kesimterisan pergerakan dada saat bernapas,

kebersihan dada dan ada/tidaknya lesi, adakah perubahan

pola nafas

Palpasi : vocal fremitus kanan kiri sama/tidak, ada/tidaknya nyeri

tekan

Perkusi : perkusi ketidakabnormalan suara paru

Auskultasi : biasanya ada suara napas tambahan ronchi

2) Jantung

Inspeksi : kaji warna kulit dada, nampak/tidaknya ictus cordis,

apakah terdapat kardiomegali

Palpasi : raba letak ICS


Perkusi : perkusi ketidaakabnormalan jantung

Auskultasi : biasanya ada suara napas tambahan murmur

i. Abdomen

Inspeksi : kaji bentuk abdomen, adanya pembengkakan, kaji adanya asites

dan adanya lesi

Auskultasi : berapa kali bising usus berbunyi

Palpasi :biasanya ada nyeri tekan pada abdomen, dan kaji ada/tidaknya

benjolan abnormal

Perkusi : kaji ada tidaknya kembung/hipertimpani

j. Integumen

Inspeksi : kulit tampak pucat, inspeksi keberishan kulit, terdapat ptekie

Palpasi : palpasi turgor kulit, CRT, akral hangat

k. Ektremitas

Inspeksi : kaji adanya luka, ada/tidaknya oedem dan fraktur, adakah

kelainan bentuk pada ekstremitas, kesimetrisan ekstremitas,

kebersihan ektremitas

Palpasi : palpasi adanya nyeri tekan dan benjolan abnormal pada

ekstremitas, akral hangat

l. Genetalia dan anus

Inspeksi : Terpasang kateter atau tidak, penyebaran rambut pubis,

kebersihan, ada lesi atau tidak

Palpasi : ada tidaknya benjolan yang abnormal, ada nyeri tekan atau tidak

pada area genetalia


m. Neurologis

Penurunan kondisi atau kesadaran, perubahan dalam perasaan, kacau, dis

orientasi/ kurang konsentrasi, pusing,kebas, paratesia, otot otot mudah

terangsang, kejang.

B. Diagnosa keperawatan

1. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d penurunan supai darah ke perifer

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d perubahan

poliferative gastrointestinal dan efek toksik obat kemoterapi

3. Resiko perdarahan b.d penurunan jumlah trombosit

4. Nyeri akut b.d infiltrasi leukosit jaringan sistemik

5. Resiko infeksi b.d menurunnya sistem kekebalan tubuh

6. Hambatan mobilitas fissik b.d kontraktur, kerusakan integritas struktur tulang,

penurunan kekuatan otot (depersi sumsum tulang)

C. Intervensi keperawatan

1. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d penurunan supai darah ke perifer

Definisi : penurunan sirkulasi darah ke perifer yang dapt mengganggu

kesehatan

Batasan karakteristik :

1) Perubahan karakteristik warna kulit

2) Tidak ada nadi

3) Warna kulit pucat saat elevasi

4) Nyeri ektremitas
5) Peruabahan fungsi motorik

6) Edema

7) Penurunan nadi

Faktor yang berhubungan :

a) Kurang pengetahuan tentang faktor pemberat (misalnya, merokok, gaya

hidup monoton, trauma, obesitas, asupan garam, imobilitas)

b) Kurang pengetahuan (diabetes, hiperlipidemia)

c) DM

d) Hipertensi

e) Gaya hidup monoton

f) Merokok

NOC

 Circulation status

 Tissue perfusion : cerebral

Kriteria hasil

1) Tidak ada peningkatan TIK

2) Menunjukkan orientasi, konestrasi dan perhatian

3) Tingkat kesadaran membaik, tidak ada geraka-gerakan involunter

NIC

Peripheral Sensation Management

a) Monitor adanya daerah tertentu yang hanya peka terhaadap

panas/dingin/tumpul/tajam/tumpul

b) Pantau frekuensi dan irama jantung

c) Monitor adanya parestese


d) Monitor kemampuan BAB

e) Monitor adaanya tromboplebitis

f) Instruksikan keluarga untuk mengobservasi kulit jika adaa lesi atau

laserasi

g) Perhatikan kualitas/kekuatan dari denyut perifer

h) Berikan suplay O2 tambahan

i) Kolaborasi pemberian analgesik

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d perubahan

poliferative gastrointestinal dan efek toksik obat kemoterapi

Definisi : Intake nutrisi tidak cukup untuk keperluan metabolisme tubuh.

Batasan karakteristik :

a) Berat badan 20 % atau lebih di bawah ideal

b) Dilaporkan adanya intake makanan yang kurang dari RDA

(Recomended Daily Allowance)

c) Membran mukosa dan konjungtiva pucat

d) Kelemahan otot yang digunakan untuk menelan/mengunyah

e) Luka, inflamasi pada rongga mulut

f) Mudah merasa kenyang, sesaat setelah mengunyah makanan

g) Dilaporkan adanya perubahan sensasi rasa

h) Perasaan ketidakmampuan untuk mengunyah makanan

i) Miskonsepsi

j) Kehilangan BB dengan makanan cukup

k) Keengganan untuk makan

l) Kram pada abdomen


m) Tonus otot jelek

n) Nyeri abdominal dengan atau tanpa patologi

o) Kurang berminat terhadap makanan

p) Pembuluh darah kapiler mulai rapuh

Faktor-faktor yang berhubungan :

 Ketidakmampuan pemasukan atau mencerna makanan atau

mengabsorpsi zat-zat gizi berhubungan dengan faktor biologis,

psikologis atau ekonomi

NOC :

 Nutritional Status : food and Fluid Intake

Kriteria Hasil :

a) Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan

b) Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan

c) Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi

d) Tidak ada tanda tanda malnutrisi

e) Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti

NIC :

Nutrition Management

1) Kaji adanya alergi makanan

2) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi

yang dibutuhkan pasien.

3) Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe


4) Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C

5) Berikan substansi gula

6) Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah

konstipasi

7) Berikan makanan yang terpilih ( sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi)

8) Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian.

9) Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori

Nutrition Monitoring

1) BB pasien dalam batas normal

2) Monitor adanya penurunan berat badan

3) Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa dilakukan

4) Monitor interaksi anak atau orangtua selama makan

5) Monitor lingkungan selama makan

6) Jadwalkan pengobatan  dan tindakan tidak selama jam makan

7) Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi

8) Monitor turgor kulit

9) Monitor kekeringan, rambut kusam, dan mudah patah

10) Monitor mual dan muntah

11) Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan kadar Ht

12) Monitor makanan kesukaan

13) Monitor pertumbuhan dan perkembangan

14) Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan konjungtiva

15) Monitor kalori dan intake nuntrisi

16) Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila lidah dan cavitas oral.
17) Catat jika lidah berwarna magenta, scarlet

3. Resiko perdarahan b.d penurunan jumlah trombosit

Definsi : beresiko mengalami penurunann volume darah yang dapat

mengganggu kesehatan

Faktor resiko :

a) Aneurisma

b) Sirkumsisi

c) Defisiensi pengetahuan

d) Koagulopati intravaskular diseminata

e) Gangguan gastrointestinal (misalnya penyakit ulkus lambung, polip,

varises)

f) Gangguan fungsi hati (misalnya sirosis hepatis)

g) Koagulopati inheren (misalnya trombositopenia)

h) Komplikasi pascapartum (misaalnya atoni uteri, retensi plasenta)

i) Komplikasi terkait dengan kehamilan

j) Trauma

k) Efek samping terkait terapi (misalnya pembedahan, pemberian obaat,

pemberiaan produk darah defisiensi trrombosit, kemoterapi)

NOC

 Blood lose severity

 Blood koagulation

Kriteria hasil :

a) Tidak ada hematuria dan hematemesis


b) Kehilangan darah yang terlihat

c) Tekanan darah dalam batas normal sistole dan diastole

d) tidak ada disstensi abdominal

e) hemoglobin dan hematokrit dalam baatas normal

f) plasma, PT, PTT, dalam batas normal

NIC

Bleeding precautions

1) Monitor tanda-tanda perdarahan

2) Catat nilai Hb, dan Ht sebelum dan ssesudah terjadinya perdarahan

3) Monitor TTV ortostatik

4) Pertahankan bed rest selama perdarahan aktif

5) Lindungi pasien dari trauma yang dapat mengakibatkan perdarahan

6) Hindaari pemberian aspirin dan antiokoagulan

7) Anjurkaan pasien untuk meningkatkan intake makanan yang

mengandung vitamin K

Bleeding reduction

1) Identifikasi penyebab perdarahan

2) Monitor tekanan darah dan parameter hemodinamik (CVP, pulmonary

capillary / artery wedge pressure)

3) Monitor status cairan yang meliputi intake dan output

4) Pertahankan patensi IV line

4. Nyeri akut b.d infiltrasi leukosit jaringan sistemik

Definisi : Pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan yang

muncul akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan
dalam hal kerusakan sedemikian rupa (International Association for the study

of Pain); awitan yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat

dengan akhir yang dapat diantisipasi atau diprediksi dan berlangsung < 6 bulan.

Batasan karakteristik :

 Perubahan selera makan

 Perubahan tekanan darah

 Perubahan frekuensi jantung

 Perubahan frekuensi pernafasan

 Laporan isyarat

 Diaphoresis

 Perilaku distraksi (mis. Berjalan mondar-mandir mencari orang lain dan

atau aktivitas lain, aktivitas yang berulang)

 Mengekspresikan perilaku (mis. Gelisah, merengek, menangis)

 Masker wajah (mis. Mata kurang bercahaya, tampak kacau, gerakan mata

berpencar atau tetap pada satu focus meringis)

 Sikap melindungi nyeri

 Focus menyempit (mis. gangguan persepsi nyeri, hambatan proses

berfikir, penurunan interaksi dengan orang dan lingkungan)

 Perubahan posisi untuk menghindari nyeri

 Melaporkan nyeri secara verbal

 Gangguan tidur

Faktor yang berhubungan :

Agen cedera (misalnya biologis, zat kimia, fisik, psikologis)

NOC
 Pain level

 Pain control

 Comfort level

Kriteria hasil :

 Mampu mengontrol nyeri

 Melaporkan bahwa skala nyeri berkurang

 Mampu mengenali nyeri

 Mengatakan nyaman setelah nyeri berkurang

NIC

Pain management (managemen nyeri)

1) Observasi ttv

R/ peningkatan nyeri mengakibatkan TTV meningkat

2) Kaji tingkat nyeri secara komprehensif

R/ untuk membedakan penyebab nyeri untuk menentukan intevensi yang

tepat

3) Kontrol lingkungan yang mempengaruhi nyeri

R/ memberikan lingkungan yang nyaman dapat meningkatkan istirhata

klien

4) Ajarkan teknik distraksi relaksasi nafas dalam

R/ untuk mengalihkan dan mengurangi rasa nyeri

5) Tingkatkan istirahat

R/ mengalihkaan rasa nyeri

6) Kolaborasi dalam pemberian analgesic

R/ mengurangi nyeri
5. Resiko infeksi b.d menurunnya sistem kekebalan tubuh

Definisi : mengalami peningkatan resiko terserang organisme patogenik

Faktor resiko :

1) Pertahanan tubuh primer yang tidak cukup untuk menghindari

pemajanan patogen

2) Ketidakadekuatan pertahanan sekunder

3) Pemajanan terhadap patogen lingkungan meningkat

4) Prosedur invasif

NOC

 Immune status

 Knowledge : infection control

 Risk control

Kriteria hasil :

1) Klien terbebas dari tanda dan gejala infeksi

2) Jumlah leukosit dalam batas normal

3) Menunjukkan perilaku sehat

NIC :

Infection control

a) Observasi ttv

b) Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik lokal

c) Monitor hitung granulosit, WBC

d) Ajarkan keluarga tanda dan gejala infeksi

e) Ajarkan cara menghindari infeksi

f) Dorong masukan nutrisi yang cukup


g) Dorong istirahat

h) Inspeksi kulit dan membran mukosa erhadap kemerahan, panas,

drainase

i) Batasi pengunjung bila perlu

j) Gunakan baju, sarung tangan sebagai laat pelindung

k) Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan keperawatan

l) Kolaborasi dalam pemerian antibiotik

6. Hambatan mobilitas fissik b.d kontraktur, kerusakan integritas struktur tulang,

penurunan kekuatan otot (depersi sumsum tulang)

Definisi : keterbatasan pada pergerakan fisik tubuh/lebih ektremitas secara

mandiri dan terarah

Batasan karakteristik :

a) Penurunan waktu reakasi

b) Kesulitan membolak-balikan posisi

c) Melakuakan aktivitas lain sebagai pengganti pergerakan (misalnya

peningkatan perhatian terhadap aktivitas orang lain, perilaku

mengendalikan, berfokus pada kondisi sebelum sakit atau ketunadayaan

aktivitas

d) Perubahan cara berjalan

e) Gerakan bergetar

f) Keterbatasan kemampuan melakukan keterampilan motorik halus

g) Keterbatasan kemampuan melakukan keterampilan motorik kasar

h) Keterbatasan rentang pergerakan sendi

Factor yang berhubungan :


1) Intoleransi aktivitas

2) Perubahan metabolisme selular

3) Ansietas

4) Gangguan kognitif

5) Kontraktur

6) Fisik tidak bugar

7) Penurunan ketahanan tubuh

8) Penurunan kendali otot

9) Penurunan massa otot

10) Malnutrisi

11) Gangguan muskuloskeletal

12) Gangguan neuromuskular, nyeri

13) Penurunan kekuatan otot

14) KeaKetidaknyamanan

15) Disuse, kaku sendi

16) Kerusakan integritas struktur tulang

17) Gangguan sensori perseptual

NOC

 Joint movement : active

 Mobility level

 Self care : ADLs

 Transfer performance

Kriteria hasil :

1. Klien meningkat dalam aktivitas fisik


2. Mengerti tujuan dari peningkatan mobilitas

3. Memverbalisasikan perasaan dalam meningkatkan kekuatan dan

kemampuan berpindah

4. Memperagakan kemampuan alat

5. Bantu untuk mobilisasi (walker)

NIC

Exercise therapy : ambulation

1. Monitor vital sign

Rasional : Mencegah terjadinya penurunan kondisi atau cedera pada

pasien saat dilakukan tindakan.

2. Ubah posisi setiap 2 jam sekali

Rasional : untuk menurunkan terjadinya iskemia jaringan dan resiko

terjadinya trauma

3. Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi

Rasional : mengidentifikasi kemampuan klien dalam melakukan

mobilisasi

4. Lakukan latihan rentang gerak aktif dan pasif pada semua ektremitas

Rasional : meminimalkan atrofi otot, peningkatan sirkulassi, membantu

mencegah kontraktur

5. Konsultasi dengan terpai fisik

Rasional : memberikan intervensi yang tepat kondisi pasien


DAFTAR PUSTAKA

Nurarif, Amin H & Kusuma, Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan


Berdasarkan diagnosa Medis Dan NANDA NIC-NOC Jilid 2.
Yogyakarta : Mediaction Publishing
Oktafiaonto, N. 2015. Asuhan Keperawatan Pada An. J Dengan Acut
Limphosityc Leukemia (ALL) Di RSUP Dr. Soeradji Tirtonergoro
Klaten. Diakses di http://repository.stikesmukla.ac.id
Putri, Amanda F. 2015. Dukungan Orang Tua Yang Memiliki Anak
Dengan Leukemia Usia 6-12 Tahun Di Rsu Kabupaten
Tangerang. Diakses di
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/handle/123456789/33023
Samsudin, Ani. 2015 Karya Tulis Ilmiah Asuhan Keperawatan Anak
Dengan Leukemia Limfositik Akut Di Ruang Melati RSUD Abdul
Wahab Sjahranie Samarinda. Diakses di
http://repository.poltekes-kaltim.ac.id/360/1/untittled.pdf

Anda mungkin juga menyukai