Anda di halaman 1dari 29

ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA KEBUTUHAN SPIRITUAL

Disusun dalam rangka memenuhi salah satu tugas mata kuliah Kepereawatan

Gerontik

Dosen pengampu : Rika Mayasari S.Kep,Ns. M.Kes

Disusun oleh:

Kelompok 2 /3B

1. Della Chorininda (17613041) 6. Nindi Naralika F.D (17613067)

2. Ida Triyani (17613047) 7. Laylatul Dewi A.K.K (17613068)

3. Muammar Rosyid (17613052) 8. Salma Ghina Tuadha (17613075)

4. Ririn Wijayanti (17613055) 9. Devita Putri H.N (17613082)

5. Camelia Marta R.G (17613060) 10. Umi Nurul B. (17613087)

PROGRAM STUDI D3-KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMADIYAH PONOROGO


KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha

Penyayang, kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah

melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat

menyelesaikan tugas pembuatan makalah ini dengan judul “ASUHAN

KEPERAWATAN LANSIA KEBUTUHAN SPIRITUAL”

Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah

Keperawatan Gerontik dalam makalah ini mengulas tentang Asuhan Keperawatan

Lansia Kebutuhan Spiritual. Dalam penulisan makalah ini kami menyampaikan

ucapan terimakasih yang tak terhingga kepada yang terhormat :

1. Bapak Dr. H. Sulton M,Si selaku rektor Unversitas Muhammadiyah

Ponorogo yang telah mendukug pembutan makalah ini.

2. Bapak Sulistyo Andarmoyo, S.Kep,Ns. M.Kep. Selaku dekan Fakultas Ilmu

Kesehatan Unversitas Muhammadiyah Ponorogo.

3. Ibu Rika Mayasari, S.Kep,Ns. M.Kes Selaku dosen pembimbing mata kuliah

Keperawatan Gerontik dan Kaprodi DIII Keperawatan.

4. Ibu Ririn Nasriati, M.Kep selaku dosen wali DIII Keperawatan 3B

5. Kedua Orang Tua kami yang senantiasa mendukung kami. Serta rekan-rekan

kelas D3 Keperawatan 3B yang telah membantu kegiatan tersebut.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dari penulisan makalah ini.

Oleh karena itu penulis mengharapkan banyak kritik maupun saran yang

membangun. Semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan

untuk siapapun yang membaca makalah ini dan mempelajarinya.

Ponorogo, 17 September 2019

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 1

C. Tujuan .......................................................................................................... 2

D. Manfaat......................................................................................................... 2

BAB 2 PEMBAHASAN ......................................................................................... 3

A. Konsep Kebutuhan Spiritual Pada Manusia ................................................. 3

1. Pengertian Spiritual .............................................................................. 3

2. Dimensi Spiritual Pada Lansia ............................................................. 6

3. Perkembangan Spiritual Pada Pasien Lansia ....................................... 7

4. Pengkajian kebutuhan dasar spiritual pada pasien lansia ..................... 7

5. Sikap Pasien lansia dalam menghadapi sakit dan kematian ................. 8

6. Konsep terkini dalam kesehatan spiritual............................................. 9

7. Hubungan antara spiritual – kesehatan dan sakit ............................... 10

8. Manifestasi perubahan fungsi spiritual .............................................. 13

9. Intervensi dalam kesehatan spiritual .................................................. 18

B. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Lansia Dengan Gangguan Spiritual .... 20

iii
1. Pengkajian ........................................................................................... 20

2. Diagnosa ............................................................................................. 20

3. Perencanaan ........................................................................................ 21

4. Pelaksanaan ......................................................................................... 23

5. Evaluasi ............................................................................................... 23

BAB 3 PENUTUP................................................................................................. 24

A. Kesimpulan ................................................................................................ 24

B. Saran ........................................................................................................... 24

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 25

iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Setiap orang dalam hidupnya pasti akan menghadapi yang namanya

masalah, sikap seseorang dalam menghadapi sangat ditentukan oleh

keyakinan mereka masing-masing. Keyakinan yang dimiliki setiap orang

selalu dikaitkan dengan kepercayaan atau agama. Spiritual, keyakinan dan

agama merupakan hal yang berbeda namun seringkali diartikan sama. Penting

sekali bagi seorang perawat memahami perbedaan antara Spiritual, keyakinan

dan agama guna menghindarkan salah pengertian yang akan mempengaruhi

pendekatan perawat dengan pasien.

Pasien yang sedang dirawat dirumah sakit membutuhkan asuhan

keperawatan yang holistik dimana perawat dituntut untuk mampu

memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif bukan hanya pada

masalah secara fisik namun juga spiritualnya. Untuk itulah materi spiritual

diberikan kepada calon perawat guna meningkatkan pemahaman dan

kemampuan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien

dengan kebutuhan spiritual.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Konsep Dasar Kebutuhan Spiritual?

2. Bagaimana Asuhan Keperawatan pada pasien Lansia dengan Kebutuhan

Spiritual?

1
C. Tujuan

1. Mengetahui Konsep Dasar Kebutuhan Spiritual.

2. Mengetahui bagaimana Asuhan Keperawatan pada pasien Lansia dengan

Kebutuhan Spiritual.

D. Manfaat Penulisan

Manfaat penulisan makalah ini diharapkan mahasiswa di jurusan

keperawatan mendapat informasi tentang konsep dasar kebutuhan spiritual

dan landasan asuhan keperawatan pada lansia dengan kebutuhan spiritual.

2
BAB 2
PEMBAHASAN

A. Konsep Kebutuhan Spiritual Pada Manusia

1. Pengertian Spiritual

Berasal dari bahasa latin spiritus, yang berarti bernafas atau angin.

Ini berarti segala sesuatu yang menjadi pusat semua aspek dari kehidupan

seseorang (Mc Ewan, 2005). Spiritual adalah keyakinan dalam

hubungannya dengan yang Maha Kuasa dan Maha Pencipta (Achir Yani,

2000).

Spiritual merupakan kompleks yang unik pada tiap individu dan

tergantung pada budaya, perkembangan, pengalaman hidup, kepercayaan

dan ide-ide tentang kehidupan seseorang (Mauk dan Schmidt, 2004 Potter

Perry, 2009)

Kebutuhan spiritual adalah kebutuhan untuk mempertahankan atau

mengembalikan keyakinan dan memenuhi kewajiban agama serta

kebutuhan untuk mendapatkan maaf atau pengampunan, mencintai,

menjauhi hubungan penuh rasa percaya pada Tuhan (Hamid, 2000).

kebutuhan spiritual adalah kebutuhan mencari arti dan tujuan hidup,

kebutuhan untuk mencintai dan dicintai, serta kebutuhan untuk

memberikan dan mendapatkan maaf (Kozier, 2004).

Menginfentarisasi 8 butir kebutuhan dasar spiritual manusia (Clinebell

dalam Hawari, 2002) yaitu:

3
1) kebutuhan akan kepercayaan dasar (besic trust) kebutuhan ini secara

terus menerus diulang guna membangkitkan kesadaran bahwa hidup

ini adalah ibadah

2) kebutuhan akan makna dan tujuan hidup, kebutuhan untuk

menemukan makna hidup dalam membangun hubungan yang selaras

dengan tuhannya (vertikal) dan sesama manusia (horizontal) serta

alam sekitarnya.

3) kebutuhan akan komitmen peribadatan dan hubungannya dengan

keseharian, pengalaman agama integratif antara ritual peribadatan

dengan pengalaman dalam sehari-hari

4) kebutuhan akan pengisisan keimanan dengan secara teratur

mengadakan hubungan dengan tuhan, tujuannya agar keimanan

seseorang tidak melemah

5) kebutuhan akan bebas dari rasa bersalah dan dosa. rasa bersalah dan

bersdosa ini merupakan beban mental kesehatan jiwa seseorang

6) kebutuhan akan penerimaan diri dan harga diri (self acceptance

danselft esteem) setiap orang ingin dihargai, diterima dan diakui oleh

lingkungannya

7) kebutuhan akan rasa aman terjamin dan keslamatan terhadap harapan

masa depan bagi orang beriman hidup ini ada 2 tahap yaitu jangka

pendek (hidup didunia) dan jangka panjang (hidup diakhirat)

8) kebutuhan akan dicapainya derajat dan martabat yang makin tinggi

sebagai pribadi yang utuh.

4
Secara ringkas dpat dinyatakan bahwa seseorang terpenuhi kebutuhan

spiritualnya apabila mampu (Hamid, 2000)

1) merumuskan arti personal yang positif tentang tujuan keberadaannya

di dunia atau kehidupan

2) mengembangkan arti penderitaan dan meyani hukmah dari suatu

kejadian atau penderitaan

3) menjalin hubungan positif dan dinamis melalui keyakinan, rasa

percaya dan cinta

4) membina integritas personal dan merasa diri berharga

5) merasakan kehidupan yang terarah terlihat melalui harapan

6) mengembangkan hubungan antara manusia yang positif.

Karakteristik spiritual

1. Hubungan dengan diri sendiri Kekuatan dalam dan (self relience)

a. Pengetahuan diri (siapa dirinya dan apa yang dapat dilakukannya)

b. Sikap (percaya diri sendiri, percaya pada kehidupan/ masa depan,

ketenangan pikiran, harmoni/ keselarasan dengan diri sendiri)

2. Hubungan dengan alam dan Harmoni

a. Mengetahui tentang alam,iklim, margasatwa

b. Berkomunikasi dengan alam (berjalan kaki, bertanam),

mengabdikan dan melindungi alam.

3. Hubungan dengan orang lainHarmoni/ Suportif

a. Berbagi waktu, pengetahuan dan sumber secara timbal balik

b. Mengasuh anak, orang tua dan orang sakit

5
c. Meyakini kehidupan dan kematian (mengunjungi, melayat) tidak

harmonis

d. Konflik dengan orang lain

e. Resolusi yang menimbulkan ketidakharmonisan dan friksi

4. Hubungan dengan Ketuhanan agamis atau tidak agamis

a. Sembahyang/ berdoa/ meditasi

b. Perlengkapan keagamaan

c. Bersatu dengan alam

2. Dimensi Spiritual Pada Lansia

Dimensi spiritual adalah upaya untuk mempertahankan

keharmonisan atau keselarasan dengan dunia luar, berjuang untuk

menjawab atau mendapat kekuatan ketika sedang menghadapi stress

emosional, penyakit fisik atau kematian, kekuatan manusia. yang timbul

diluar (Kozier, 2004).

Spiritual sebagai suatu yang ,multidimensi, yaitu dimensi

eksistensial dan dimensi agama. Dimensi eksistensial berfokus pada tujuan

dan arti kehidupan, sedangkan dimensi agama berfungsi pada hubungan

seseorang dengan Tuhan Yang Maha Penguasa. Spiritualitas sebagai

konsep dua dimensi. Dimensi vertical adalah hubungan dengan Tuhan atau

Yang Maha Tinggi yang menuntun kehidupan seseorang sedangkan

dimensi horizontal adalah hubungan seseorang dengan diri semdiri ,

dengan orang lain dan dengan lingkungan. Terdapat hubungan yang terus

menerus antara dua dimensi tersebut.

6
3. Perkembangan Spiritual Pada Pasien Lansia

Kelompok usia pertengahan dan lansia memunyai lebih banyak

waktu untuk kegiatan agama dan berusaha untuk mengerti agama dan

berusaha untuk mengerti nilai – nilai agama yang diyakini oleh generasi

muda. Perasaan kehilangan karena pensiun dan tidak aktif serta

menghadapi kematian orang lain (saudara, sahabat) menimbulkan rasa

kesepian dan mawas diri. Perkembangan filosofis agama yang lebih

matang sring dapat membantu orang tua untuk mengadapi kenyataan,

berperan aktif dalam kehidupan dan merasa berharga serta lebih dapat

menerima kematian sebagai sesuatau yang tidak dapat ditolak atau

dihindarkan (Hamid, 2000). Mubarak et.al (2006), perkembngan spiritual

yang terjadi pada lansia antara lain :

a. Agama /kepercayaan semakin terintegerasi dalam kehidupan

b. Lanjut usia makin matur dalam kehidupan keagamaannya, hal ini

terlihat dalam berfikir dan bertindak dalam sehari – hari.

Perkembangan spiritual pada usia 70 tahun menurut Fowler :

universalizing, perkembangan yang dicapai pada tingkat ini adaah

berpikir dan bertindak dengan cara memberikan contoh cara

mencintai dan keadilan.

4. Pengkajian kebutuhan dasar spiritual pada pasien lansia

Dalam pengkajian terhadap lansia perawat harus bisa memberikan

ketenangan dan kepuasan batin dalam hubungannya dengan tuhan atau

agama yang dianutnya dalam keadaan sakit atau mendekati kematian.

7
Sehubungan dengan pendekatan spiritual bagi klien lanjut usia yang

menghadapi kematian, maut sering menggunggah rasa takut. Rasa ini

didasari oleh beberapa faktor seperti ketidak pastian akan pengalam

selanjutnya, ada rasa sakit dan kegelisahan kumpul lagi dengan keluarga

dan lingkungan sekitarnya. Dalam menghadapi kematian klien lansia akan

memberikan reaksi yang berbeda, tergantung dari kepribadian dan cara

menghadapi hidup ini. Kegelisahan tersebut diakibatkan oleh persoalan

keluarga perawat harus dapat meyakinkan lansia bahwa kalaupun keluarga

tadi ditinggalkan, masih ada orang lain yang mengurus mereka. Sedangkan

rasa bersalah selalu menghantui pikiran lansia.

Pendekatan perawat pada klien lanjut usia bukan hanya terhadap

fisik saja, melainkan perawat lebih dituntut menemukan pribadi klien

lanjut usia melalui agama mereka. Mengingatkan klien lansia apakah

sudah beribadah, bagaimana perasaan lansia setelah beribadah, melakukan

hal-hal yang berhubungan dengan beribadah lainnya (Berdo’a, pergi

ketempat ibadah, Bepuasa, pengajian, membaca Al-Qur’an dll).

5. Sikap Pasien lansia dalam menghadapi sakit dan kematian

a. Mempunyai lebih banyak waktu untuk kegiatan agama.

b. Berusaha untuk mengerti agama dan nilai-nilai agama yanag diyakini

oleh generasi muda.

c. Perasaan kehilangan karena pensiun dan tidak aktif serta menghadapi

kematian orang lain (Saudara, Sahabat) Menimbulkan rasa kesepian

dan mawas diri.

8
d. Perkembangan filosofis agama yang lebih matang dapat membantu

orang tua untuk menghadapi kenyataan, berperan aktif dalam

kehidupan dan merasa berharga serta lebih dapat diterima kematian

sebagai sesuatu yang tidak dapat ditolak atau dihindarkan.

6. Konsep terkini dalam kesehatan spiritual.

a. Spiritualitas

Konsep spiritual memiliki delapan batas tetapi saling tumpang

tindih: Energi, transendensi diri, keterhubungan, kepercayaan, realitas

eksistensial, keyakinan dan nilai, kekuatan batiniah, harmoni dan batin

nurani.

1) Spiritualitas memberikan individu energi yang dibutuhkan untuk

menemukan diri mereka, untuk beradaptasi dengan situasi yang

sulit dan untuk memelihara kesehatan.

2) Transedensi diri (self transedence) adalah kepercayaan yang

merupakan dorongan dari luar yang lebih besar dari individu.

3) Spiritualitas memberikan pengertian keterhubungan intrapersonal

(dengan diri sendiri), interpersonal (dengan orang lain) dan

transpersonal ( dengan yang tidak terlihat, Tuhan atau yang

tertinggi) (Miner –william, 2006 cit Potter & Perry, 2009)

4) Spiritual memberikan kepercayaan setelah berhubungan dengan

Tuhan. Kepercayaan selalu identik dengan agama sekalipun ada

kepercayaan tanpa agama.

5) Spritualitas melibatkan realitas eksistensi (arti dan tujuan hidup).

9
6) Keyakinan dan nilai menjadi dasar spiritualitas. Nilai membantu

individu menentukan apa yang penting bagi mereka dan membantu

individu menghargai keindahan dan harga pemikiran, obysk dsn

prilaku.(Holins, 2005; vilagomenza, 2005

7) Spiritual memberikan individu kemampuan untuk menemukan

pengertian kekuatan batiniah yang dinamis dan kreatif yang

dibutuhkan saat membuat keputusan sulit (Braks-wallance dan

Park, 2004).

8) Spiritual memberikan kedamaian dalam menghadapi penyakit

terminal maupun menjelang ajal (Potter & Perry, 2009).

b. Ada individu yang tidak mempercayai adanya Tuhan (atheis) atau

percaya bahwa tidak ada kenyataan akhir yang diketahui (Agnostik). Ini

bukan berati bahwa spiritual bukan merupakan konsep penting bagi

atheis dan agnostik, Atheis mencari arti kehidupan melalui pekerjaan

mereka dan hubungan mereka dengan orang lain.agnostik menemukan

arti hidup dalam pekerjaan mereka karena mereka percaya bahwa tidak

adanya akhir bagi jalan hidup mereka.

7. Hubungan antara spiritual – kesehatan dan sakit

a. Keyakinan spiritual sangat penting bagi perawat karena dapat

mempengaruhi tingkat kesehatan dan prilaku klien. Beberapa

pengaruh yang perlu dipahami:

10
1) Menuntun kebiasaan sehari-hari

2) Praktik tertentu pada umumnya yang berhubungan dengan pelayanan

kesehatan mungkin mempunyai makna keagamaan bagi klien,

sebagai contoh: ada agama yang menetapkan diet makanan yang

boleh dan tidak boleh dimakan.

3) Sumber dukungan

4) Pada saat stress, individu akan mencari dukungan dari

keyakinanagamanya. sumber kekuatan sangat diperlukan untuk

dapat menerimakeadaan sakitnya khususnya jika penyakit tersebut

membutuhkan waktupenyembuhan yang lama.

5) Sumber konflik

6) Pada suatu situasi bisa terjasi konflik antara keyakinan agama

dengan praktik kesehatan. Misalnya: ada yang menganggap

penyakitnya adalah cobaan dari Tuhan

b. Kepercayaan agama tentang kesehatan

Agama/ Kepercayaan Respon Penerapan pada

Budaya terhadap terhadap kesehatan dan

pelayanan penyakit perawatan

kesehatan

Hindu Menerima ilmu Dosa masa lalu Waktu untuk doa,

medis terkini menyebabkan jimat, ritual, simbol

penyakit

Shikhism Menerima ilmu Wanita Waktu untuk doa,

medis terkini diperiksa jimat, ritual, simbol

11
wanita

Melepaskan

pakaian dalam

merupakan

tekanan

Buddha Menerima ilmu Menolak

medis terkini pengobatan

pada hari suci

Roh non

manusia yang

menyerang

manusia

menyebabkan

penyakit

Islam Harus dapat Menggunakan Kesehatan dan

mempraktikkan 5 kepercayaan spiritual saling

hukum islam penyembuhan berhubungan

Terkadang Tidak Tidak

memiliki melakukan mempertimbangkan

pandangan eutanasia transplantasi organ

kesehatan yang

salah

Yahudi Mempercayai Eutanasiaa Percaya penting

12
kesucian hidup dilarang hidup sehat

Ibadah hari

sabath, menolak

pengobatan hari

sabath

Kristiani Menerima ilmu Menggunakan Mendukung donor

medis terkini doa, kuas organ

penyembuhan

8. Manifestasi perubahan fungsi spiritual

a. Verbalisasi disstress

Individu yang mengalami gangguan fungsi spiritual, biasanya akan

meverbalisasikan yang dialaminya untuk mendalatkan bantuan.

b. Perubahan perilaku

Perubahan perilaku juga dapat merupakan manifestasi gangguan

fungsi spiritual. Klien yang merasa cemas dengan hasil pemeriksaan

atau menunjukkan kemarahan setelah mendengar hasil pemeriksaan

mungkin saja sedang menderita distress spiritual. Untuk jelasnya

berikut terdapat tabel ekspresi kebutuhan spiritual.

Tabel Ekspresi Kebutuhan Spiritual Adaptif Dan Malladaptif

Kebutuhan Tanda pola atau prilaku Tanda pola atau prilaku

adaptif maladaptive

Rasa percaya Rasa percaya terhadap diri Merasa tidak nyaman

13
sendiri dan kesabaran dengan kesadaran diri

Menerima bahwa yang Mudah tertipu

lain akan mampu Ketidakmampuan untuk

memenuhi kebutuhan terbuka dengan orang lain

Rasa percaya terhadap Merasa bahwa hanya

kehidupan walaupun orang tertentu dan tempat

terasa berat tertentu yang aman

Keterbukaan terhadap Mengharapkan orang

Tuhan tidak berbuat baik dan

tidak tergantung

Ingin kebutuhan dipenuhi

segera tidak dapat

menunggu

Tidak terbuka kepada

Tuhan

Takut terhadap maksud

Tuhan

Kemampuan Menerima diri sendiri dan Merasa penyakit sebagai

memberi orang lain dapat berbuat suatu hukuman

maaf salah Merasa Tuhan sebagai

Tidak mendakwa atau penghukum

berprasangka buruk Merasa maaf hanya

Memandang penyakit diberikan berdasar

sebagai sesuatu yang prilaku

14
nyata Tidak menerima diri

Memaafkan diri sendiri sendiri

Memaafkah orang lain Menyalahkan diri sendari

Menerima pengampunan atau orang lain.

Tuhan.

Pandangan yang realistik

terhadap masa lalu

Tabel Ekspresi Kebutuhan Spiritual Adaptif Dan Malladaptif

Kebutuhan Tanda pola atau prilaku Tanda pola atau prilaku

adaptif maladaptive

Mencintai dan Mengekspresikan Takut akan tergantung

ketertarikan perasaan dicintai oleh dengan orang lain

orang lain atau Tuhan Menolak bekerja sama

Mampu menerima dengan tenaga kesehatan

bantuan Cemas berpisah dengan

Menerima diri sendiri keluarga

Mencari kebaikan dari Menolak diri sendiri serta

orang lain angkuh dan

mementingkan diri

sendiri

Tidak mampu untuk

mempercayai diri sendiri

dicintai oleh Tuhan, tidak

15
punya hubungan rasa

cinta dengan Tuhan

Merasa tergantung dan

hubungan bersifat magik

dengan Tuhan. Merasa

jauh dengan Tuhan.

Keyakinan Ketergantungan dengan Mengekspresikan

anugerah Tuhan perasaan ambivalens

Termotifasi untuk terhadap Tuhan

tumbuh Tidak percaya terhadap

Mengekspresikan kekuasaan Tuhan

kepuasan dengan Takut kematian

menjelaskan kehidupan Merasa terisolasi dari

setelah kematian kepercayaan masyarakat

Mengekspresikan sekitar

kebutuhan untuk Merasa pahit, frustasi dan

memasuki kehidupan dan marah terhadap Tuhan

ataui memahami Nilai, keyakinan dan

kehidupan manusia tujuan hidup yang tidak

dengan wawasanyang jelas

lebih luas Konflik nilai

Mengekspresikan Tidak mempunyai

kebutuhan ritual komitmenm

Mengekspresikan

16
kehidupan untuk merasa

berbagi keyakinan

Tabel Ekspresi Kebutuhan Spiritual Adaptif Dan Malladaptif

Kebutuhan Tanda pola atau Tanda pola atau

prilaku adaptif prilaku maladaptive

Kreatifitas dan Meminta informasi Mengekspresikan

harapan tentang kondisi perasaan takut

Membicarakan kehilangan kendali

kondisinya secara diri

realistik Mengekspresikan

Menggunakan waktu kebosanan diri

selama dirawat inap Tidak mempunyai visi

secara konstruktif alternatif yang

Mencari cara untuk memungkinkan

mengekspresikan diri Takut terhadap terapi

Mencari kenyamanan Putus asa

batin daripada fisik Tidak dapat menolong

Mengekspresikan ayau menerima diri

harapan tentang masa sendiri

depan Tidak dapat

Terbuka terhadap menikmati apapun

kemungkinan Telah menunda

mendapatkan pengambilan

17
kedamaian keputusan.

Arti dan tujuan Mengekspresikan Mengekspresikan

kepuasan hidup tidak ada alasan

Menjalani kehidupan bertahan hidup

sesuai dengan sistem Tidak dapat menerima

nilai arti penderitaan yang

Menggunakan dialami

penderitaan sebagai Mempertanyakan arti

cara memahami diri kehidupan

Mengekspresikan arti Mempertanyakan

kehidupan/ kematian tujuan penyakit

Mengekspresikan Tidak dapat

komitmen dan merumuskan tujuan

orientasi hidup dan tidak mencapai

Jelas tentang apa tujuan

yang penting Telah menunda

pegambilan keputusan

yang penting.

9. Intervensi dalam kesehatan spiritual

Tehnik dalam kesehatan spiritual adalah dengan tehnik meditasi

Tehnik Meditasi:

18
Tujuan: klien dapat mengungkapkan perasaan relaksasi dan trandensi diri

setelah meditasi

Strategi pengajaran:

a. Berikan informasi singkat mengenai pengajaran / cara meditasi

b. Bantu klien mengidentifikasi ruangan dalam rumah yang tenang dan

mempunyai gangguan minimal

c. Jelaskan bahwa musik yang tenang dan bunyi yang mendesing dapat

mengganggu meditasi

d. Ajarkan langkah-langkah meditasi, duduk dalam posisi yang nyaman

dengan punggung lurus; bernafas perlahan; dan fokus pada suara, doa

atau gambar

e. Anjurkan pasien untuk melakukan meditasi selama 10-20 menit dua

kali sehari

f. Jawab pertanyaan klien dan perkuat informasi selama diperlukan

Evaluasi:

Ijinkan klien menggambarkan perasaan setelah melakukan meditasi.

19
B. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Lansia Dengan Kebutuhan Spiritual

1. Pengkajian

Pengkajian dilakukan untuk mendapatkan data subyektif dan obyektif

Spiritual sangat bersifat subyektif, ini berarti spiritual berbeda untuk

individu yang berbeda pula (Mcsherry dan ross, 2002)

Pada dasarnya informasi awal yang perlu digali adalah:

a. Alifiasi nilai

1) Partisipasi klien dalam kegiatan agama apakah dilakukan secara

aktif atau tidak

2) Jenis partisipasi dalam kegiatan agama

b. Keyakinan agama dan spiritual

1) Praktik kesehatan : diet, mencari dan menerima ritual atau

upacara agama

2) Strategi koping

Nilai agama atau spiritual, mempengaruhi:

a. Tujuan dan arti hidup

b. Tujuan dan arti kematian

c. Kesehatan dan arti pemeliharaan

d. Hubungan dengan Tuhan, diri sendiri dan orang lain

2. Diagnosa

a. Distress spiritual

b. Koping inefektif

c. Ansietas

20
d. Disfungsi seksual

e. Harga diri rendah

f. Keputusasaan

3. Perencanaan

a. Distress spiritual b.d anxietas

Definisi : gangguan pada prinsip hidup yang meliputi semua aspek

dari seseorang yang menggabungkan aspek psikososial dan biologis

NOC :

1) Menunjukkan harapan

2) Menunjukkan akan kesejahteraan spiritual:

 Berarti dalam hidup

 Pandangan tentang spiritual

 Ketentraman, kasih sayang dan ampunan

 Berdoa atau beribadah

 Berinteraksi dengan pembimbing ibadah

 Keterkaitan denganorang lain, untuk berbagi pikiran,

perasaan dan kenyataan

3) Klien tenang

NIC :

 Kaji adanya indikasi ketaatan dalam beragama

 Tentukan konsep ketuhanan klien

 Kaji sumber-sumber harapan dan kekuatan pasien

21
 Dengarkan pandangan pasien tentang hubungan spiritual dan

kesehatan

 Berikan prifasi dan waktu bagi pasien untuk mengamati praktik

keagamaan

 Kolaborasi dengan pastoral

b. Koping inefektif b.d krisis situasi

Definisi : ketidakmampuan membuat penilaian yang tepat terhadat

stressor, pilihan respon untuk bertindak secara tidak adekuat dan atau

ketidakmampuan menggunakan sumber yang tersedia

NOC:

 Koping efektif

 Kemampuan untuk memilih antara 2 alternatif

 Pengendalian impuls : kemampuan mengendalikan diri dari

prilaku kompulsif

 Pemrosesan informasi : kemampuan untuk mendapatkan dan

menggunakan informasi

NIC :

 Identifikasi pandangan klien terhadap kondisi dan

kesesuaiannya

 Bantu klien mengidentifikasi kekuatan personal

 Peningkatan koping:

 nilai kesesuaian pasien terhadap perubahan gambaran diri

 nilai dampak situasi kehidupan terhadap peran

 evaluasi kemampuan pasien dalam membuat keputusan

22
 Anjurkan klien menggunakan tehnik relakssi

 Berikan pelatihan ketrampilan sosial yang sesuai

 Libatkan sumber – sumber yang ada untuk mendukung

pemberian pelayanan kesehatan

4. Pelaksanaan

Dilaksanakan sesuai dengan NIC yang telah ditentukan

5. Evaluasi

Evaluasi dengan melihat NOC yang telah ditentukan , secaara umum

tujuan tercapai apabila klien ( Achir Yani, 1999)

a. Mampu beristirahat dengan tenang

b. Menyatakan penerimaan keputusan moral

c. Mengekspresikan rasa damai

d. Menunjukkan hubungan yang hangat dan terbuka

e. Menunjukkan sikap efektif tanpa rasa marah, rasa berslah dan

ansietas

f. Menunjukkan prilaku lebih positif

g. Mengekspresikan arti positif terhadap situasi dan keberadaannya

23
BAB 3
PENUTUP
A. Kesimpulan

Spiritual adalah keyakinan dalam hubungannya dengan yang Maha

Kuasa dan Maha Pencipta. Dimensi spiritual adalah upaya untuk

mempertahankan keharmonisan atau keselarasan dengan dunia luar, berjuang

untuk menajawab atau mendapat kekuatan ketika sedang menghadapi stress

emosianal, penyakit fisik atau kematian, kekuatan manusia. yang timbul

diluar. Konsep spiritual memiliki delapan batas tetapi saling tumpang tindih:

Energi, transendensi diri, keterhubungan, kepercayaan, realitas eksistensial,

keyakinan dan nilai, kekuatan batiniah, harmoni dan batin nurani.

B. Saran

Dalam penulisan makalah ini penulis memohon maaf jika terdapat

kekurangan pada penulisan makalah dan sangat mengharapkan kritik dan

saran dari para pembaca. Semoga bermanfaat serta kita sebagai mahasiswa

keperawatan dapat mengetahui konsep dasar kebutuhan spiritual dan asuhan

keperawatan pada lansia dengan kebutuhan spiritual.

24
DAFTAR PUSTAKA

Intansari Nurjanah, 2010. Intan’s Screening Diagnoses Assesment (ISDA).

Mocomedia: Yogyakarta

Taylor, Lilis, Lemone, Lyn, 2011. Fundamental of Nursing The art and Sience of

Nursing Care. Lippincott

25

Anda mungkin juga menyukai