Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

“PENCEGAHAN PENYAKIT MELALUI IBADAH DZIKIR”

Tugas ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
Al Islam Kemuhammadiyahan IV

Dosen Pengampu: Syamsul Anwar, M. Kep., Sp. Kom

Disusun oleh :
Kelompok 2

Amel Eka P. (2017720006) Hilda Vidya R (2017720196)


Arini Hikmah (2017720182) Puji Wulandari (2017720104)
Desty Citraresmi H. V (2017720127) Salma Utaminingtyas (2017720051)
Eka Putri S. (2017720 Yaya Apriyani (2017720174)
Erika Amellia (2017720024)

KELAS 4D
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT berkat rahmat dan hidayah-
Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “PENCEGAHAN
PENYAKIT MELALUI IBADAH DZIKIR”. Makalah ini disusun untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Al Islam Kemuhammadiyahan IV program
studi keperawatan Fakultas Ilmu keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta.
Makalah ini berisi tentang pengertian dzikir, dazar hukum perintah dzikir,
klasifikasi dzikir, hikmah atau manfaat dzikir, kandungan Al-Qur‟an dan Hadits
tentang dzikir sebagai ibadah pencegahan penyakit, dan pembahasan jurnal.
Tersusunnya makalah ini tentu tidak lepas dari berbagai pihak yang telah
memberikan bantuan secara materil dan moril, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada :
1. Syamsul Anwar, M. Kep., Sp. Kom selaku dosen pengampu mata kuliah Al
Islam Kemuhammadiyahan
2. Orang tua kami yang telah membantu baik moril maupun materil.
3. Rekan-rekan satu kelompok yang telah membantu dalam menyusun makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini jauh dari kata sempurna,
baik dari segi penyusunan, bahasan, ataupun penulisannya. Oleh karena itu, kami
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun, khususnya dari dosen
pengampu mata kuliah Al Islam Kemuhammadiyahan IV guna menjadi acuan dalam
bekal pengalaman bagi saya untuk lebih baik di masa yang akan datang.

Jakarta, 13 September 2019

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................... ii


DAFTAR ISI ................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan ................................................................................................. 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


PENCEGAHAN PENYAKIT MELALUI IBADAH DZIKIR
2.1 Pengertian Dzikir ............................................................................................... 3
2.2 Dasar Hukum Perintah Dzikir ............................................................................ 4
2.3 Klasifikasi Dzikir ................................................................................................ 7
2.4 Hikmah/Manfaat Dzikir ...................................................................................... 9
2.5 Kandungan Al-Qur‟an dan Hadits tentang dzikir sebagai ibadah pencegahan
penyakit ............................................................................................................. 12

BAB III PEMBAHASAN


3.1 Analisa Jurnal (The Effect Of Dzikir Concerning To Pain Level After
Surgical Operation Reduction Internal Fixation (Orif))...................................... 14

BAB V PENUTUP
4.1 Kesimpulan ....................................................................................................... 25
4.2 Saran ................................................................................................................. 25

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manusia merupakan makhluk dinamik yang dapat mengalami perubahan dari
segi fisiologis maupun psikologis. Al- Qur‟an menyebutkan bahwa manusia tidak
hanya terdiri dari aspek fisiologis (jasmaniah) dan aspek psikis (nafsiah) saja, tetapi
ada tiga aspek utama dalam diri manusia yaitu aspek jasmaniah yang merupakan
keseluruhan organ fisik-biologis, sistem belajar, dan sistem syaraf. Aspek nafsiah
adalah keseluruhan kualitas insaniah yang khas milik manusia, berupa pikiran,
perasaan, dan kemauan. Aspek ruhaniah adalah keseluruhan potensi luhur psikis
manusia yang memancar dari dua dimensi yaitu dimensi al-ruh dan dimensi al fitrah.
Aspek yang terakhir ini merupakan khas milik psikologi Islami (Baharuddin, 2004:
XIII).
Dimensi fisik dapat hidup dan merasa senang dengan makanan yang bersifat
material, maka rohani manusia akan dapat hidup dan merasa tenteram dengan
makanan yang bersifat spiritual. Iman dan keyakinan adalah makanan rohani manusia
(Murtadho, 2002: 151). Begitu banyak penyakit yang justru tidak disebabkan oleh
virus biologis namun disebabkan oleh adanya gangguan psikis, yang secara tidak
langsung dapat mempengaruhi kondisi fisik seseorang. Dewasa ini tenaga medis
semakin yakin bahwa penyakit dan proses kesembuhan penyakit, selain dari aspek
jasmaniahnya dapat diteliti pula dari segi kejiwaannya (Sujudi, 1995: 3). 2 Saat ini
pengobatan terhadap orang sakit (pasien) harus dilakukan secara holistik dengan
meliputi empat aspek pengobatan, yaitu Bio-PsikoSosial-Religius. Dalam aspek
religius dikembangkan metode psikoterapi religius, dengan tujuan menggali kekuatan
batin (mental jiwa) pasien dengan tidak bermaksud mengubah keimanannya untuk
membantu proses kesembuhan pasien. Dalam Islam dikenal pengobatan al- Thib al-
Rahmany atau psikoterapi Islam yang melakukan intervensi terhadap suasana
kebatinan pasien dengan menggunakan metode dan pendekatan: hikmah, dzikir, doa,
shalat, puasa, mandi taubat (hydro terapi) dan lain-lain (Arifin, 2009 : 59).
Rumah sakit menerapkan bimbingan rohani yang merupakan bagian dari
dakwah Islam. Dalam rangka melaksanakan dakwah yang optimal, maka perlu adanya
konsep dakwah yang jelas dalam memasuki kehidupan dengan tujuan akhir

1
memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat, bahkan membawa kepada suatu
perkembangan di mana individu cenderung menata kehidupan yang berlandaskan
nilai-nilai spiritual. Mereka menyadari bahwa suasana yang harmonis di atas landasan
nilai-nilai religi yang kuat pada dasarnya merupakan situasi yang kondusif bagi
terciptanya kehidupan, antara lain dengan cara pemberian bimbingan rohani kepada
pasien di rumah sakit dengan melalui nasihat-nasihat (Murtadho, 2004: 81). Dakwah
tidak hanya menyampaikan, tetapi dapat juga mencegah, menyembuhkan, sampai
memantau perkembangan kehidupan masyarakat yang selaras dengan amar ma‟ruf
nahi munkar (Murtadho, 2004: 83).
Adanya issue-issue mengenai penerapan religius dalam mencegah atau
mengobati penyakit, membuat kami tertarik membahas lebih sepesifik terkait dengan
“Pencegahan Penyakit Melalui Ibadah Dzikir”. Berharap makalah yang disusun dapat
memberikan informasi kepada pembaca khususnya perawat supaya dapat memberi
bantuan untuk mencegah dan menangani pasien dengan cara berdzikir.

1.2 Rumusan Masalah


a.) Bagaimana asumsi teoritis yang menjadi landasan pencegahan penyakit
melalui ibadah dzikir ?
b.) Apakah yang dibahas dalam jurnal yang berjudul (The Effect Of Dzikir
Concerning To Pain Level After Surgical Operation Reduction Internal
Fixation (Orif)) ?

1.3 Tujuan Penulisan


 Tujuan Umum
Diharapkan mahasiswa mampu memahami dan mengetahui tentang kesesuaian
teori dan jurnal yang berjudul (The Effect Of Dzikir Concerning To Pain
Level After Surgical Operation Reduction Internal Fixation (Orif)).

 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu untuk memahami tentang pengertian dzikir, dasar
hukum perintah dzikir, klasifikasi dzikir, hikmah/ manfaat dzikir.
2. Mahasiwa mampu memahami pembahasan dalam jurnal yang berjudul
The Effect Of Dzikir Concerning To Pain Level After Surgical Operation
Reduction Internal Fixation (Orif)

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian

Secara etimologi, perkataan zikir berakar pada kata artinya


mengingat, memperhatikan, mengenang, mengambil pelajaran, mengenal atau
mengerti dan ingatan. Di dalam Ensiklopedi Islam menjelaskan bahwa istilah
zikir memiliki multi-interpretasi, di antara pengertian-pengertian zikir adalah
menyebut, menuturkan, mengingat, menjaga, atau mengerti perbuatan baik.
Dalam kehidupan manusia unsur ingat ini sangat dominan adanya, karena
merupakan salah satu fungsi intelektual.
Menurut pengertian psikologi, zikir (ingatan) sebagai suatu ”daya jiwa kita
yang dapat menerima, menyimpan dan memproduksi kembali pengertian atau
tanggapan-tanggapan kita". Sedangkan zikir dalam arti menyebut nama Allah
yang diamalkan secara rutin, biasanya disebut wirid atau awrad. Dan amalan ini
termasuk ibadah murni (mahdhah), yaitu ibadah yang langsung berhubungan
dengan Allah SWT. Sebagai ibadah mahdhah, maka zikir jenis ini terikat dengan
norma-norma ibadah langsung kepada Allah, yaitu harus ma‟tsur (ada contoh atau
perintah dari Rasulullah SAW). Secara terminologi definisi zikir banyak sekali.
Ensiklopedi Nasional Indonesia menjelaskan zikir adalah ingat kepada
Allah dengan menghayati kehadiran-Nya, ke-Maha Sucian-Nya, ke-Maha ke-
Terpujian-Nya dan ke-Maha Besaran-Nya. Zikir merupakan sikap batin yang bisa
diungkapkan melalui ucapan tahlil (La Ilaha illa Allah, artinya tiada Tuhan selain
Allah), tasbih (Subhana Allah, artinya Maha Suci Allah), tahmid (Alhamdulillah,
artinya segala puji bagi Allah), dan takbir (Allahu Akbar, artinya Allah Maha
Besar).
Sedangkan menurut Aboe Bakar Atjeh, dalam bukunya Pengantar Ilmu
Tarekat Uraian tentang Mistik, zikir adalah ucapan yang dilakukan dengan lidah,
atau mengingat Allah dengan hati, dengan ucapan atau ingatan yang mensucikan
Allah dengan memuji dengan puji-pujian dan sanjungan-sanjungan dengan sifat
yang sempurna, sifat yang menunjukkan kebesaran dan kemurnian.

3
Arti dzikir menurut Al-Qur’an adalah suatu cara / media untuk
menyebut/mengingat nama Allah, jadi semua bentuk aktivitas yang tujuannya
mendekatkan diri kepada Allah dinamakan dzikir seperti shalat (QS. Thoha : 14),
tetapi lebih spesifik lagi dzikir dibatasi dengan kata mengingat Allah dengan lisan
dan hati. Dalil berdzikir (QS. Al Ahzab : 41). (QS. Al Baqarah : 152).
"Siapa yang ingin bersenang - senang ditaman syurga, perbanyaklah dzikir".
(HR.Thabrani).
Dari pengertian di atas, masih banyak lagi pengertian zikir yang
dikemukakan oleh para ulama dan pakar. Namun, pengertian yang menjadi kajian
dalam tulisan ini adalah sebagaimana yang dijelaskan oleh hadis-hadis Nabi
tentang zikir yang mencakup doa, mengucapkan asma al-husna, membaca
Alquran, tasbih (menyucikan Allah), tahmid (memuji Allah), takbir
(mengagungkan Allah), tahlil (meng-Esakan Allah), istighfar (memohon
ampunan kepada Allah), hawqolah (mengakui kelemahan diri).

2.2 Dasar Hukum Perintah Dzikir


Dzikir adalah perkara ibadah, maka dari itu dzikir harus mengikuti aturan
Islam. Ada dzikir – dzikir yang sifatnya mutlak, jadi boleh dibaca kapan saja,
dimana saja, dan dalam jumlah berapa saja karena memang tidak perlu dihitung.
Tetapi ada juga dzikir – dzikir yang terkait dengan tempat, misal bacaan – bacaan
dzikir ketika mengelilingi (thawaf) di Ka‟bah. Ada juga dzikir yang terkait dengan
waktu, misal bacaan dzikir turun hujan. Juga ada dzikir yang terkait dengan
bilangan, misal membaca tasbih, tahmid, dan takbir dengan jumlah tertentu (33
kali) setelah shalat wajib. Tentu tidak boleh ditambah – tambah kecuali ada dalil
yang menerangkannya.
Kalau seseorang membuat sendiri aturan – aturan dzikir yang tidak
diterangkan oleh Islam, maka berarti dia telah membuat jalan yang baru yang
tertolak. Karena sesungguhnya jalan – jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah
itu telah diterangkan oleh Rasulullah Shallallahu‟alaihi wa sallam. Patutkah kita
menempuh jalan baru selain jalan yang telah diterangkan oleh Rasul Allah
Shallallahu „alaihi wa sallam? Tentu tidak, karena Agama Islam ini telah
sempurna. Kita harus mencukupkan dengan jalan yang telah diterangkan oleh
Rasulullah Shallallahu‟alaihi wa sallam.

4
Al-Qur‟an dan Hadits sangat menganjurkan juga mengisyaratkan betapa mulia
ibadah dzikir. Allah SWT memerintah Kaum Muslimin untuk banyak berdzikir,
tanpa dibatasi jumlahnya.

 (QS. Al Ahzab : 41-42)


“Wahai orang-orang yang beriman ! Ingatlah kepada Allah, dengan mengingat
(nama-Nya) sebanyak-banyaknya.” (41) “Dan bertasbihlah kepada-Nya di
waktu pagi dan petang.” (42)

 (QS. Al-Baqarah : 152)


“Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu,
dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat) –Ku”

 (QS. Al Jumu‟ah: 10)


“Apabila telah ditunaikan sembahyang, maka bertebaranlah kamu di muka
bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya
kamu beruntung.”

5
 (QS. Al-Baqarah: 200-202)
“Apabila kamu telah menyelesaikan ibadah hajimu, maka berzikirlah (dengan
menyebut) Allah, sebagaimana kamu menyebut-nyebut (membangga-
banggakan) nenek moyangmu, atau (bahkan) berzikirlah lebih banyak dari itu.
Maka di antara manusia ada orang yang berdoa: “Ya Tuhan kami, berilah
kami (kebaikan) di dunia”, dan tiadalah baginya bahagian (yang
menyenangkan) di akhirat. 201- Dan di antara mereka ada orang yang berdoa:
“Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan
peliharalah kami dari siksa neraka”.202- Mereka itulah orang-orang yang
mendapat bahagian dari apa yang mereka usahakan; dan Allah sangat cepat
perhitungan-Nya.”

 (QS. Al A‟raaf : 205-206)


“Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan
rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan
janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai. 206- Sesungguhnya
malaikat-malaikat yang ada di sisi Tuhanmu tidaklah merasa enggan
menyembah Allah dan mereka mentasbihkan-Nya dan hanya kepada-Nya lah
mereka bersujud.”
6
 (QS. Ar Ra‟d : 28)
“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan
mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi
tenteram.”

2.3 Klasifikasi Dzikir


Dzikir dari sisi waktu pelaksanaannya terbagi menjadi dua yaitu
dzikir muqayyad (terikat/tertentu) dan dzikir muthlak (bebas).

 Dzikir muqayyad (terikat/tertentu) dilakukan dengan jumlah yang


ditentukan oleh nash hadits. Sebagaimana dzikir setelah shalat lima waktu
dengan membaca subhanallah, alhamdulillah, allahu akbar, masing-masing
tiga puluh tiga kali, dan ditutup dengan kalimat tahlil satu kali, maka
seluruhnya berjumlah seratus, dan disebutkan dalam riwayat lain dengan
jumlah yang berbeda.

 Dzikir muthlak (bebas) boleh dilakukan dalam jumlah yang tidak terbatas.
Dan adanya pembagian kepada dzikir muthlak (bebas ) ini memberikan
peluang bagi Muslim untuk sering melakukan dzikrullah. Sebagaimana Allah
SWT memotivasi hal tersebut seraya mengisyaratkan bahwa sering berdzikir
adalah kebiasaan atau tradisi orang-orang yang “cerdas”. Allah SWT
berfirman: “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian
malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang yang berakal (cerdas). Yaitu
orang-orang yang berdzikir (mengingat) Allah dalam kondisi berdiri, duduk
dan berbaring. (Ali Imran: 190-191).
Dzikir dari sisi cara pelaksanaannya terbagi menjadi dua yaitu dengan
hati dan lisan. Masing-masing dari keduanya terbagi pada dua arti, yaitu zikir
dari arti ingat dari yang tadinya lupa dan zikir dalam arti kekal ingatannya

 Zikir dengan lisan berarti menyebut nama Allah, berulang-ulang kali, sifat-
sifat-Nya berulang-ulang kali pula atau pujian-pujian kepada-Nya. Untuk
dapat kekal dan senantiasa melakukannya, hendaknya dibiasakan atau
dilaksanakan berkali-kali atau berulang-ulang kali.
7
 Zikir kepada Allah dengan hati ialah menghadirkan kebesaran dan
keagungan Allah di dalam diri dan jiwanya sendiri sehingga mendarah daging.

Kerja sama antara lisan (lidah) dan qalb (hati) dalam hal zikir
sangatlah baik, sebab bila mana seseorang telah mengamalkan dan melakukan
dengan disiplin, dengan sendirinya akan meningkat menjadi zikir a‟dha‟a.
Artinya seluruh badannya akan terpelihara dari berbuat maksiat kepada Allah.
Bagi seseorang yang hatinya telah bening dan jernih akan dapat mengontrol
anggota badannya untuk tetap disiplin, ucapannya akan sesuai dengan
perbuatannya, lahiriahnya akan sesuai dengan batiniahnya.
Imam Nawawi berkata,"Zikir dilakukan dengan lisan dan hati secara
bersama-sama. Kalau hanya salah satu saja yang berzikir, maka zikir hati lebih
utama. Seseorang tidak boleh meninggalkan zikir lisan hanya karena takut
riya. Berzikirlah dengan keduanya dan niatkan hanya mencari rida Allah
semata. Suatu hari saya mengunjungi Al-Fadhil untuk menanyakan orang yang
meninggalkan amal perbuatan karena takut riya di hadapan manusia. Beliau
menjawab,'kalau seseorang menyempatkan diri memperhatikan tanggapan
orang lain padanya, berhati-hati atas persangkaan jelek mereka, maka pintu-
pintu kebaikan tidak terbuka lebar untuknya. Ia telah menghilangkan bagian
agama yang sangat vital. Ini bukan jalan yang ditempuh orang-orang bijak'."
Hal ini dengan sederhana disampaikan Syaikh Ibnu Athaillah ra.
Beliau berkata,"Janganlah engkau tinggalkan zikir semata-mata karena tidak
adanya kehadiran hatimu bersama Allah di dalamnya. Sebab kelalaian hatimu
(kepada Allah) tanpa adanya zikir adalah lebih berbahaya daripada kelalaian
hatimu di dalam zikir. Barangkali Allah akan mengangkatmu dari zikir yang
lalai menuju zikir dengan sadar, dari zikir yang sadar menuju zikir yang hadir,
dari zikir yang hadir kepada zikir dengan hilangnya selain zikir yang di-zikiri.
Dan yang demikian itu sekali-kali tidak sukar bagi Allah.”

8
Untuk mempermudah mengingat dzikir para ulama memberi sebutan
dzikir yang digunakan dalam keadaan tertentu:
 Basmalah : diucapkan setiap memulai sesuatu
 Hamdalah / Tahmid : diucapkan setiap meakhiri sesuatu
 Istighfar : diucapakan ketika melihat / mendengar sesuatu yang tidak
diinginkan atau untuk memohon ampun
 Hauqalah : diucapkan ketika melihat / mendengar sesuatu yang dibenci.
 Al Masyiah : diucapakan apabila ingin mengerjakan sesuatu yang hebat atau
ajaib.
 Tahlil / Syahadah : diucapkan ketika memasukkan orang non muslim kedalam
agama islam / bacaan wajib bagi orang muslim didalam shalat.
 Tasbih : diucapkan ketika melihat atau mendengar kekuasaan Alloh.

2.4 Hikmah/ Manfaat Dzikir


M. Iqbal Irham, M.A dalam buku Meraih kebahagiaan menurut Al-
Qur‟an, menghimpun sejumlah manfaat lain dari kegiatan berdzikir, antara
lain:
a.) Dijadikan sebagi pemimpin (khalifah), dengan dibekali kekuatan
secara jasmani dan ruhani serta memperoleh kemenangan dari
Allah. Al-Quran mengatakan, “Apakah kamu (tidak percaya) dan
heran bahwa datang kepadamu peringatan dari tuhanmu yang dibawa
oleh seorang laki-laki di antaramu untuk memberi peringatan
kepadamu? Ingatlah di waktu Allah menjadikan kamu sebagai khalifah
(yang berkuasa) sesudah lenyapnya kaum Nuh, dan Tuhan telah
melebihkan kekuatan tubuh dan perawakanmu (daripada kaum Nuh
itu). Maka ingatlah nikmat Allah supaya kamu mendapat
keberuntungan.” (QS.Al-A’raf[7]:69).
Mereka yang beriman dan yakin kepada Allah serta banyak
melakukan dzikir, akan mampu meneguhkan hati dan menguatkan
tekad ketika menghadapi masalah serta berhadapan dengan
musuh. Tidak ada ketakutan, kecemasan, kekhawatiran, kesedihan,
dan kegentaran di hati mereka karena dzikir telah memenuhi hati dan
jiwa. Keteguhan hati dan kekuatan tekad bersamaan dengan
pertolongan (ma‟unah) dari Allah ini, pada akhirnya akan
9
mengantarkan mereka memperoleh kemenangan. Dikatakan, “Hai
orang-orang yang beriman, apabila kamu memerangi pasukan (musuh)
maka berteguh hatilah kamu dan sebutlah (nama) Allah sebanyak-
banyaknya agar kamu beruntung.” (QS.Al-Anfal[8]:45)

b.) Dibukakan baginya kesadaran insaniyah (emosional positif) dan


kesadaran ilahiyyah (kesadaran ruhani/spiritual) sehingga dapat
melihat kesalahan-kesalahan masa lalu yang telah diperbuat selama ini.
Kesadaran terhadap kelemahan, kekurangan, dan bahkan kesalahan
yang diperoleh dengan berdzikir, akan mengantarkan seseorang untuk
terus berjuang dalam upaya memperbaiki diri pada masa-masa
selanjutnya. Disebutkan dalam Al-Quran, “Sesungguhnya orang-orang
yang bertakwa, bila mereka ditimpa waswas dari setan, mereka ingat
kepada Allah maka ketika itu juga mereka melihat kesalahan-
kesalahannya.” (QS.Al-A’raf[7]:201)

c.) Akan memperoleh ketenangan dan ketenteraman baik fisik


maupun mental. Allah berfirman, “Allah telah menurunkan perkataan
yang paling baik (yaitu) Al-Qur‟an yang serupa (mutu ayatnya) lagi
berulang-ulang. Gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut
kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka
diwaktu mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan kitab itu Dia
menunjuki siapa yang dikehendakni-Nya. Dan siapa yang disesatkan
oleh Allah, niscaya taka da baginya seorang pemimpin pun.”
(QS.Az-Zumar[39]:23).

d.) Memiliki hati yang lembut karena ingat selalu kepada-Nya.


Sensitivitas dan kelembutan ini terlihat sebab mereka mudah
mengangis karena haru, baik karena mendengarkan taushiyah yang
menyentuh, lantunan ayat suci Al-Qur‟an ataupun melihat berbagai
kesedihan dan penderitaan orang lain. Di samping itu, dzikir akan
mengantarkan seseorang kepada keyakinan dan keimanan yang lebih
kokoh dan meningkat ketika diperdengarkan ayat-ayat-Nya. Allah
berfirman, “Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka

10
yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila
dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan
hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakal.” (QS. Al-Anfal[8]: 2)

e.) Akan mendapatkan pertolongan (ma’unah) dan perlindungan


Allah dari kejahatan orang-orang yang ingin mengganggunya.
Allah berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, ingatlah kamu akan
nikmat Allah (yang diberikan-Nya) kepadamu, di waktu suatu kaum
bermaksud hendak menggerakkan tangannya kepadamu (untuk berbuat
jahat) maka Allah menahan tangan mereka dari kamu. Dan
bertakwalah kepada Allah, dan hanya kepada Allah sajalah orang-
orang mukmin itu harus bertawakal.” (QS. Al-Maidah [5]: 11)

f.) Akan membawa seseorang pada ampunan (maghfirah) dan


ganjaran yang besar dari Allah. Allah berfirman, “Sesungguhnya
laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang
mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-
laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar,
laki-laki dan perempuan yang khusyuk, laki-laki dan perempuan yang
bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan
perempuan yang kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak
mengingat Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan
pahala yang besar.” (QS. Al-Ahzab [33]: 35).

g.) Penjagaan, perlindungan, dan pemeliharaan dari Allah sehingga


hati seorang pedzikir tidak dilalaikan dalam aktivitas duniawi yang
temporer seperti usaha dan perniagaan. Mereka tetap melaksanakan
berbagai aktivitas ibadah dalam bentuk kewajiban, seperti shalat dan
puasa. Di samping itu, hatinya merasa takut akan hari pembalasan. Al-
Quran mengatakan, “(Mereka adalah) laki-laki (kelompok) yang tidak
dilalaikan oleh perniagaan dan jual beli, (dan senantiasa tetap dalam)
mengingat Allah, mendirikan sholat serta membayar zakat. Mereka
takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi
goncang.” (QS. An-Nur [24]: 37).

11
Semua hal di atas akan diberikan kepada orang-orang yang
selalu berdzikir kepada Allah, mengingat kebesaran, kemuliaan, dan
nikmat-Nya yang sangat besar. Dampak dari dzikir itu akan terlihat
pada sikap dan perilaku kesehariannya, baik dari wajah, lisan
maupun anggota tubuh lainnya. (Idah Mahmuda).

2.5 Kandungan Al-Qur’an dan Hadits tentang dzikir sebagai ibadah


pencegahan penyakit

Disebutkan dalam hadits shahih riwayat Imam Bukhari, bahwa


Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam bersabda:
“Tidaklah Allah menurunkan penyakit kecuali Dia juga menurunkan
penawarnya.” (HR Bukhari).

Allah berfirman menceritakan kekasih-Nya,

“Dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkanku.” [QS Asy Syu‟ara: 80].

Maka obat untuk penyakit yang satu ini hanya didapat di dalam Al Quran Al
Karim dan hadits-hadits yang sah dari Nabi SAW, Allah berfirman :

“Dan Kami turunkan dari Al Quran (sesuatu) yang menjadi penawar dan
rahmat bagi orang-orang beriman.” (QS Al Isra‟: 82)

12
dan juga firman-Nya,

“Dan jikalau Kami jadikan Al Quran itu suatu bacaan dalam bahasa selain
Arab, tentulah mereka mengatakan: "Mengapa tidak dijelaskan ayat-ayatnya?"
Apakah (patut Al Quran) dalam bahasa asing sedang (rasul adalah orang)
Arab? Katakanlah: "Al Quran itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-
orang mukmin. Dan orang-orang yang tidak beriman pada telinga mereka ada
sumbatan, sedang Al Quran itu suatu kegelapan bagi mereka. Mereka itu
adalah (seperti) yang dipanggil dari tempat yang jauh” [QS Fushshilat: 44].

Maka obat dan dokter hanyalah cara kesembuhan, sedangkan


kesembuhan hanya datang dari Allah. Karena Dia sendiri menyatakan demikian,
“Dialah yang menciptakan segala sesuatu.” Jadi, semujarab apapun obat dan
sesepesialis dokter itu, namun jika Allah tidak menghendaki kesembuhan,
kesembuhan itu juga tidak akan didapat. Bahkan jika meyakini bahwa
kesembuhan itu datang dari selain-Nya, berarti ia telah rela keluar dari agama dan
neraka sebagai tempat tinggalnya kelak jika tidak juga bertaubat. Sehingga
sebagai seorang muslim ketika memiliki pernyakit atau musibah apapun maka
cara efektifnya dengan mengingat Allah.

13
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Analisa Jurnal

The Effect Of Dzikir Concerning To Pain Level After Surgical


1. Judul Jurnal
Operation Reduction Internal Fixation (Orif)
Wiwik Misnawati (Students of the Department of Nursing,
Faculty of Medicine, Diponegoro University) dan Chandra
2. Penulis Bagus Ropyanto (Lecture of the Department of Medical
Surgery Nursing, Faculty of Medicine, Diponegoro
University)
Nyeri pasca bedah ORIF akut dan berada pada tingkat yang
parah. Nyeri diklasifikasikan menjadi beberapa jenis, nyeri
somatic pada (nyeri somatik dalam) dengan karakterisitik yang
melibatkan kerusakan jaringan somatik pada sistem tubuh
mulai dari integument, jaringan otot vascular , dan tulang di
dalam (Smeltzer SC,2002).
Manajemen nyeri menggunakan dua cara: teknik
farmakologi dan teknik non-farmakologi. Efek samping
farmakologi terapi analgesik akan merugikan pasien dalam hal
ekonomi dan menambah keluhan dalam waktu pemulihan.
Teknik farmakologi lebih efektif dalam mengobati nyeri,
disertai dengan menejemen teknik non-
3. Latar Belakang
farmakologi(Smeltzer,2002).
Dzikir memilik manfaat psikologi yang memberikan
perasaan nyaman dan manfaat spiritual memberikan perasaan
yang berfokus kepada Tuhan (Purwanto&Zulaekha, 2007).
Manajemen nyeri menggunakan dzikir adalah teknik
nyeri manajemen melibatkan aspek spiritual. Pemenuhan
spiritual dibutuhkan dapat membantu mencapai kesembuhan
dan agama sebagai sumber support untuk seseorang yang
mempunyai pengalaman lemah atau nyeri untuk
membangkitkan semangat kesehatan dan memelihara
kesehatan untuk sejahtera (Potter,2003).

Populasi adalah semua pasien yang menjalani operasi


4. Sasaran
di RS Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta. Dalam

14
penelitian ini, pasien dewasa berusia 18 hingga 65 yang telah
menjalani operasi ORIF. Sampel menggunakan teknik
consecutive sampling untuk memenuhi ukuran sampel yang
ditentukan oleh 44 responden, mengelompokkan 22 kelompok
eksperimen dan 22 pada kelompok kontrol. Pengelompokan
dengan pengambilan sampel acak sederhana, yang
memberikan nomor seri kedatangan yang sesuai dan kemudian
mengacak angka, yang keluar dengan nomer ganjil keluar
menjadi subjek dari kelompok eksperimental dan yg keluar
dengan nomer genap keluar menjadi subjek dari kelompok
kontrol.
Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan
desain true-eksperimental dengan desain pretest post test
kelompok control acak (Riyanto, 2011). Peneliti
membandingkan tingkat nyeri sebelum dan sesudah perawatan
pada kelompok eksperimen diberi terapi standard dzikir
5. Metode
dengan tingkat nyeri pada kelompok control yang diberi
terapi standar. Penelitian ini dilakukan di RS Ortopedi Prof Dr
R Soeharso Surakarta, karena cukup banyak kasus operasi
ORIF. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei 2014.

Tingkat rasa sakit sebelum pemberian dzikir pada


kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dengan tingkat
nyeri rata-rata 5,18 dan 4,82. Tingkat rasa sakit setelah
diberikan dzikir pada kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol memperoleh nilai rata-rata 4,05 dan 4,77 tingkat nyeri.
Ada perbedaan dalam tingkat nyeri pasca bedah Open
6. Hasil Reduction Internal Fixation (ORIF) sebelumnya dan setelah
diberi dzikir di RS Ortopedi Prof Dr R Soeharso Surakarta
dengan p = 0,000. Penurunan tingkat rasa sakit pada kelompok
eksperimen lebih besar dari penurunan nyeri pada kelompok
kontrol. Untuk layanan keperawatan, dzikir diharapkan dapat
dipertimbangkan pertimbangan untuk bagian dari pelayanan di
lingkungan menjadi satu intervensi keperawatan dalam

15
mengurangi rasa sakit pasca operasi pada pasien dengan ORIF.
Teknik dzikir dilakukan dalam kelompok eksperimen
dengan durasi 15 menit, terdiri dari 4 menit pengaturan fokus
dan 11 menit untuk membaca dzikir dengan kata-kata
"Subhan Allah" 33 kali, "Alhamdulillah" 33 kali, "Allah akbar
33 kali, dan Allah akbar 33 kali, dan "Laillahailallah" 33 kali.
Instrumen penelitian ini menggunakan lembar
observasi dalam bentuk Numeric Rating Scale dibuat dan
disesuaikan dengan pelaksanaan penelitian yang telah terbukti
validitas dan reliabilitasnya (Potter, 2006). Analisis data
univariat dilakukan untuk memperoleh karakteristik distribusi
frekuensi responden. Analisis bivariat menggunakan uji
Mann-Whitney untuk menguji tingkat nyeri pretest dan post-
test antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Tes
Wilcoxon dilakukan untuk menentukan perbedaan tingkat
nyeri sebelum dan sesudah perawatan pada kelompok
eksperimen dan tingkat nyeri sebelum dan sesudah perawatan
pada kelompok kontrol.

Tingkat rasa sakit sebelum pemberian dzikir pada


kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dengan tingkat
nyeri rata-rata 5,18 dan 4,82. Tingkat rasa sakit setelah
diberikan dzikir pada kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol memperoleh nilai rata-rata 4,05 dan 4,77 tingkat nyeri.
Ada perbedaan dalam tingkat nyeri pasca bedah Open
Reduction Internal Fixation (ORIF) sebelumnya dan setelah
7. Kesimpulan diberi dzikir di RS Ortopedi Prof Dr R Soeharso Surakarta
dengan p = 0,000. Penurunan tingkat rasa sakit pada kelompok
eksperimen lebih besar dari penurunan nyeri pada kelompok
kontrol. Untuk layanan keperawatan, dzikir diharapkan dapat
dipertimbangkan pertimbangan untuk bagian dari pelayanan di
lingkungan menjadi satu intervensi keperawatan dalam
mengurangi rasa sakit pasca operasi pada pasien dengan ORIF.
Untuk pendidikan diharapkan menambah wawasan dan

16
pengetahuan pada pendidikan non-farmakologis yang lebih
luas terapi dalam pengobatan respon nyeri yang melibatkan
spiritualitas pasien. Untuk pengembangan penelitian
keperawatan diharapkan menjadi pengembangan lebih lanjut
penelitian tentang pengaruh ingatan pada pasien dengan ORIF
pasca bedah atau jenis operasi ortopedi lainnya dengan jumlah
responden yang lebih banyak, yaitu kriteria lebih spesifik
seperti pemilihan sampel pada satu jenis fraktur yang
homogen, dan waktu terapi dan frekuensiperawatan lebih lama
dan menggunakan metode penelitian desain yang lebih baik
dengan mengendalikan faktor yang memengaruhi rasa sakit
dan tingkat kerohanian.

17
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Manusia adalah makhluk dinamik yang dapat mengalami perubahan dari segi
fisiologis maupun psikologis, ketika manusia di uji dengan suatu penyakit yang
mengakibatkan perubahan pada fisik nya, disini lah keimanan manusia diukur, bagaimana
dia menghadapi penyakit itu dengan sabar atau bahkan bersuudzon kepada Allah. Yang
mana ketika suatu hamba diberikan penyakit, tu adalah bentuk kasih sayang Allah kepada
Hambanya agar dosanya berguguran. Ketika seseorang menghadapi suatu penyakit dia
akan merasa tertekan dan stress, kita sebagai umat islam hendaknya selalu mengingat
Allah dalam suatu kondisi apapun, pada jurnal ini dimana seseorang yang diberikan
nikmat sakit dilatih untuk berdzikir agar rasa sakit yang dirasakan dapat hilang dan lebih
rileks.

4.2 Saran
Diharapkan mahasiswa/i keperawatan, tenaga medis lainnya, atau bahkan
masyarakat dapat mengerti dan memahami tentang pencegahan penyakit dengan ibadah
dzikir sehingga dapat melakukan pecegahan dan penatalaksanaan pasien secara mandiri.
DAFTAR PUSTAKA

Al – Qur‟an Nul Karim


Misnawati, Wiwik dan Chandra Bagus Ropyanto. 2015. The Effect Of Dzikir Concerning
To Pain Level After Surgical Operation Reduction Internal Fixation (Orif).
Semarang: Faculty of Medicine, Diponegoro University
Al-Firfaus, I. 2011. Rahasia Kekuatan Doa & dzikir bagi Kesehatan. Jogjakarta:
Laksana
Muhammad bin Ibrahim bin Abdullah At-Tuwaijiri. 2009. Ensiklopedi Islam Al-Kamil.
Jakarta: Darus Sunnah
Bayumi, S.M. 2005. Hidup Sehat dengan Dzikir & Doa. Jakarta: Pusaka Al-
Kautsar
https://islamweb.net/ar/ diakses pada hari Kamis, 13 September 2019
http://ikadi.or.id/article/meresapi-makna-dzikir-hakekat-dan-manfaatnya diakses pada hari
Kamis, 12 September 2019

19

Anda mungkin juga menyukai