Tugas ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
Al Islam Kemuhammadiyahan IV
Disusun oleh :
Kelompok 2
KELAS 4D
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT berkat rahmat dan hidayah-
Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “PENCEGAHAN
PENYAKIT MELALUI IBADAH DZIKIR”. Makalah ini disusun untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Al Islam Kemuhammadiyahan IV program
studi keperawatan Fakultas Ilmu keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta.
Makalah ini berisi tentang pengertian dzikir, dazar hukum perintah dzikir,
klasifikasi dzikir, hikmah atau manfaat dzikir, kandungan Al-Qur‟an dan Hadits
tentang dzikir sebagai ibadah pencegahan penyakit, dan pembahasan jurnal.
Tersusunnya makalah ini tentu tidak lepas dari berbagai pihak yang telah
memberikan bantuan secara materil dan moril, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada :
1. Syamsul Anwar, M. Kep., Sp. Kom selaku dosen pengampu mata kuliah Al
Islam Kemuhammadiyahan
2. Orang tua kami yang telah membantu baik moril maupun materil.
3. Rekan-rekan satu kelompok yang telah membantu dalam menyusun makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini jauh dari kata sempurna,
baik dari segi penyusunan, bahasan, ataupun penulisannya. Oleh karena itu, kami
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun, khususnya dari dosen
pengampu mata kuliah Al Islam Kemuhammadiyahan IV guna menjadi acuan dalam
bekal pengalaman bagi saya untuk lebih baik di masa yang akan datang.
ii
DAFTAR ISI
BAB V PENUTUP
4.1 Kesimpulan ....................................................................................................... 25
4.2 Saran ................................................................................................................. 25
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat, bahkan membawa kepada suatu
perkembangan di mana individu cenderung menata kehidupan yang berlandaskan
nilai-nilai spiritual. Mereka menyadari bahwa suasana yang harmonis di atas landasan
nilai-nilai religi yang kuat pada dasarnya merupakan situasi yang kondusif bagi
terciptanya kehidupan, antara lain dengan cara pemberian bimbingan rohani kepada
pasien di rumah sakit dengan melalui nasihat-nasihat (Murtadho, 2004: 81). Dakwah
tidak hanya menyampaikan, tetapi dapat juga mencegah, menyembuhkan, sampai
memantau perkembangan kehidupan masyarakat yang selaras dengan amar ma‟ruf
nahi munkar (Murtadho, 2004: 83).
Adanya issue-issue mengenai penerapan religius dalam mencegah atau
mengobati penyakit, membuat kami tertarik membahas lebih sepesifik terkait dengan
“Pencegahan Penyakit Melalui Ibadah Dzikir”. Berharap makalah yang disusun dapat
memberikan informasi kepada pembaca khususnya perawat supaya dapat memberi
bantuan untuk mencegah dan menangani pasien dengan cara berdzikir.
Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu untuk memahami tentang pengertian dzikir, dasar
hukum perintah dzikir, klasifikasi dzikir, hikmah/ manfaat dzikir.
2. Mahasiwa mampu memahami pembahasan dalam jurnal yang berjudul
The Effect Of Dzikir Concerning To Pain Level After Surgical Operation
Reduction Internal Fixation (Orif)
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
3
Arti dzikir menurut Al-Qur’an adalah suatu cara / media untuk
menyebut/mengingat nama Allah, jadi semua bentuk aktivitas yang tujuannya
mendekatkan diri kepada Allah dinamakan dzikir seperti shalat (QS. Thoha : 14),
tetapi lebih spesifik lagi dzikir dibatasi dengan kata mengingat Allah dengan lisan
dan hati. Dalil berdzikir (QS. Al Ahzab : 41). (QS. Al Baqarah : 152).
"Siapa yang ingin bersenang - senang ditaman syurga, perbanyaklah dzikir".
(HR.Thabrani).
Dari pengertian di atas, masih banyak lagi pengertian zikir yang
dikemukakan oleh para ulama dan pakar. Namun, pengertian yang menjadi kajian
dalam tulisan ini adalah sebagaimana yang dijelaskan oleh hadis-hadis Nabi
tentang zikir yang mencakup doa, mengucapkan asma al-husna, membaca
Alquran, tasbih (menyucikan Allah), tahmid (memuji Allah), takbir
(mengagungkan Allah), tahlil (meng-Esakan Allah), istighfar (memohon
ampunan kepada Allah), hawqolah (mengakui kelemahan diri).
4
Al-Qur‟an dan Hadits sangat menganjurkan juga mengisyaratkan betapa mulia
ibadah dzikir. Allah SWT memerintah Kaum Muslimin untuk banyak berdzikir,
tanpa dibatasi jumlahnya.
5
(QS. Al-Baqarah: 200-202)
“Apabila kamu telah menyelesaikan ibadah hajimu, maka berzikirlah (dengan
menyebut) Allah, sebagaimana kamu menyebut-nyebut (membangga-
banggakan) nenek moyangmu, atau (bahkan) berzikirlah lebih banyak dari itu.
Maka di antara manusia ada orang yang berdoa: “Ya Tuhan kami, berilah
kami (kebaikan) di dunia”, dan tiadalah baginya bahagian (yang
menyenangkan) di akhirat. 201- Dan di antara mereka ada orang yang berdoa:
“Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan
peliharalah kami dari siksa neraka”.202- Mereka itulah orang-orang yang
mendapat bahagian dari apa yang mereka usahakan; dan Allah sangat cepat
perhitungan-Nya.”
Dzikir muthlak (bebas) boleh dilakukan dalam jumlah yang tidak terbatas.
Dan adanya pembagian kepada dzikir muthlak (bebas ) ini memberikan
peluang bagi Muslim untuk sering melakukan dzikrullah. Sebagaimana Allah
SWT memotivasi hal tersebut seraya mengisyaratkan bahwa sering berdzikir
adalah kebiasaan atau tradisi orang-orang yang “cerdas”. Allah SWT
berfirman: “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian
malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang yang berakal (cerdas). Yaitu
orang-orang yang berdzikir (mengingat) Allah dalam kondisi berdiri, duduk
dan berbaring. (Ali Imran: 190-191).
Dzikir dari sisi cara pelaksanaannya terbagi menjadi dua yaitu dengan
hati dan lisan. Masing-masing dari keduanya terbagi pada dua arti, yaitu zikir
dari arti ingat dari yang tadinya lupa dan zikir dalam arti kekal ingatannya
Zikir dengan lisan berarti menyebut nama Allah, berulang-ulang kali, sifat-
sifat-Nya berulang-ulang kali pula atau pujian-pujian kepada-Nya. Untuk
dapat kekal dan senantiasa melakukannya, hendaknya dibiasakan atau
dilaksanakan berkali-kali atau berulang-ulang kali.
7
Zikir kepada Allah dengan hati ialah menghadirkan kebesaran dan
keagungan Allah di dalam diri dan jiwanya sendiri sehingga mendarah daging.
Kerja sama antara lisan (lidah) dan qalb (hati) dalam hal zikir
sangatlah baik, sebab bila mana seseorang telah mengamalkan dan melakukan
dengan disiplin, dengan sendirinya akan meningkat menjadi zikir a‟dha‟a.
Artinya seluruh badannya akan terpelihara dari berbuat maksiat kepada Allah.
Bagi seseorang yang hatinya telah bening dan jernih akan dapat mengontrol
anggota badannya untuk tetap disiplin, ucapannya akan sesuai dengan
perbuatannya, lahiriahnya akan sesuai dengan batiniahnya.
Imam Nawawi berkata,"Zikir dilakukan dengan lisan dan hati secara
bersama-sama. Kalau hanya salah satu saja yang berzikir, maka zikir hati lebih
utama. Seseorang tidak boleh meninggalkan zikir lisan hanya karena takut
riya. Berzikirlah dengan keduanya dan niatkan hanya mencari rida Allah
semata. Suatu hari saya mengunjungi Al-Fadhil untuk menanyakan orang yang
meninggalkan amal perbuatan karena takut riya di hadapan manusia. Beliau
menjawab,'kalau seseorang menyempatkan diri memperhatikan tanggapan
orang lain padanya, berhati-hati atas persangkaan jelek mereka, maka pintu-
pintu kebaikan tidak terbuka lebar untuknya. Ia telah menghilangkan bagian
agama yang sangat vital. Ini bukan jalan yang ditempuh orang-orang bijak'."
Hal ini dengan sederhana disampaikan Syaikh Ibnu Athaillah ra.
Beliau berkata,"Janganlah engkau tinggalkan zikir semata-mata karena tidak
adanya kehadiran hatimu bersama Allah di dalamnya. Sebab kelalaian hatimu
(kepada Allah) tanpa adanya zikir adalah lebih berbahaya daripada kelalaian
hatimu di dalam zikir. Barangkali Allah akan mengangkatmu dari zikir yang
lalai menuju zikir dengan sadar, dari zikir yang sadar menuju zikir yang hadir,
dari zikir yang hadir kepada zikir dengan hilangnya selain zikir yang di-zikiri.
Dan yang demikian itu sekali-kali tidak sukar bagi Allah.”
8
Untuk mempermudah mengingat dzikir para ulama memberi sebutan
dzikir yang digunakan dalam keadaan tertentu:
Basmalah : diucapkan setiap memulai sesuatu
Hamdalah / Tahmid : diucapkan setiap meakhiri sesuatu
Istighfar : diucapakan ketika melihat / mendengar sesuatu yang tidak
diinginkan atau untuk memohon ampun
Hauqalah : diucapkan ketika melihat / mendengar sesuatu yang dibenci.
Al Masyiah : diucapakan apabila ingin mengerjakan sesuatu yang hebat atau
ajaib.
Tahlil / Syahadah : diucapkan ketika memasukkan orang non muslim kedalam
agama islam / bacaan wajib bagi orang muslim didalam shalat.
Tasbih : diucapkan ketika melihat atau mendengar kekuasaan Alloh.
10
yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila
dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan
hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakal.” (QS. Al-Anfal[8]: 2)
11
Semua hal di atas akan diberikan kepada orang-orang yang
selalu berdzikir kepada Allah, mengingat kebesaran, kemuliaan, dan
nikmat-Nya yang sangat besar. Dampak dari dzikir itu akan terlihat
pada sikap dan perilaku kesehariannya, baik dari wajah, lisan
maupun anggota tubuh lainnya. (Idah Mahmuda).
“Dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkanku.” [QS Asy Syu‟ara: 80].
Maka obat untuk penyakit yang satu ini hanya didapat di dalam Al Quran Al
Karim dan hadits-hadits yang sah dari Nabi SAW, Allah berfirman :
“Dan Kami turunkan dari Al Quran (sesuatu) yang menjadi penawar dan
rahmat bagi orang-orang beriman.” (QS Al Isra‟: 82)
12
dan juga firman-Nya,
“Dan jikalau Kami jadikan Al Quran itu suatu bacaan dalam bahasa selain
Arab, tentulah mereka mengatakan: "Mengapa tidak dijelaskan ayat-ayatnya?"
Apakah (patut Al Quran) dalam bahasa asing sedang (rasul adalah orang)
Arab? Katakanlah: "Al Quran itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-
orang mukmin. Dan orang-orang yang tidak beriman pada telinga mereka ada
sumbatan, sedang Al Quran itu suatu kegelapan bagi mereka. Mereka itu
adalah (seperti) yang dipanggil dari tempat yang jauh” [QS Fushshilat: 44].
13
BAB III
PEMBAHASAN
14
penelitian ini, pasien dewasa berusia 18 hingga 65 yang telah
menjalani operasi ORIF. Sampel menggunakan teknik
consecutive sampling untuk memenuhi ukuran sampel yang
ditentukan oleh 44 responden, mengelompokkan 22 kelompok
eksperimen dan 22 pada kelompok kontrol. Pengelompokan
dengan pengambilan sampel acak sederhana, yang
memberikan nomor seri kedatangan yang sesuai dan kemudian
mengacak angka, yang keluar dengan nomer ganjil keluar
menjadi subjek dari kelompok eksperimental dan yg keluar
dengan nomer genap keluar menjadi subjek dari kelompok
kontrol.
Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan
desain true-eksperimental dengan desain pretest post test
kelompok control acak (Riyanto, 2011). Peneliti
membandingkan tingkat nyeri sebelum dan sesudah perawatan
pada kelompok eksperimen diberi terapi standard dzikir
5. Metode
dengan tingkat nyeri pada kelompok control yang diberi
terapi standar. Penelitian ini dilakukan di RS Ortopedi Prof Dr
R Soeharso Surakarta, karena cukup banyak kasus operasi
ORIF. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei 2014.
15
mengurangi rasa sakit pasca operasi pada pasien dengan ORIF.
Teknik dzikir dilakukan dalam kelompok eksperimen
dengan durasi 15 menit, terdiri dari 4 menit pengaturan fokus
dan 11 menit untuk membaca dzikir dengan kata-kata
"Subhan Allah" 33 kali, "Alhamdulillah" 33 kali, "Allah akbar
33 kali, dan Allah akbar 33 kali, dan "Laillahailallah" 33 kali.
Instrumen penelitian ini menggunakan lembar
observasi dalam bentuk Numeric Rating Scale dibuat dan
disesuaikan dengan pelaksanaan penelitian yang telah terbukti
validitas dan reliabilitasnya (Potter, 2006). Analisis data
univariat dilakukan untuk memperoleh karakteristik distribusi
frekuensi responden. Analisis bivariat menggunakan uji
Mann-Whitney untuk menguji tingkat nyeri pretest dan post-
test antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Tes
Wilcoxon dilakukan untuk menentukan perbedaan tingkat
nyeri sebelum dan sesudah perawatan pada kelompok
eksperimen dan tingkat nyeri sebelum dan sesudah perawatan
pada kelompok kontrol.
16
pengetahuan pada pendidikan non-farmakologis yang lebih
luas terapi dalam pengobatan respon nyeri yang melibatkan
spiritualitas pasien. Untuk pengembangan penelitian
keperawatan diharapkan menjadi pengembangan lebih lanjut
penelitian tentang pengaruh ingatan pada pasien dengan ORIF
pasca bedah atau jenis operasi ortopedi lainnya dengan jumlah
responden yang lebih banyak, yaitu kriteria lebih spesifik
seperti pemilihan sampel pada satu jenis fraktur yang
homogen, dan waktu terapi dan frekuensiperawatan lebih lama
dan menggunakan metode penelitian desain yang lebih baik
dengan mengendalikan faktor yang memengaruhi rasa sakit
dan tingkat kerohanian.
17
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Manusia adalah makhluk dinamik yang dapat mengalami perubahan dari segi
fisiologis maupun psikologis, ketika manusia di uji dengan suatu penyakit yang
mengakibatkan perubahan pada fisik nya, disini lah keimanan manusia diukur, bagaimana
dia menghadapi penyakit itu dengan sabar atau bahkan bersuudzon kepada Allah. Yang
mana ketika suatu hamba diberikan penyakit, tu adalah bentuk kasih sayang Allah kepada
Hambanya agar dosanya berguguran. Ketika seseorang menghadapi suatu penyakit dia
akan merasa tertekan dan stress, kita sebagai umat islam hendaknya selalu mengingat
Allah dalam suatu kondisi apapun, pada jurnal ini dimana seseorang yang diberikan
nikmat sakit dilatih untuk berdzikir agar rasa sakit yang dirasakan dapat hilang dan lebih
rileks.
4.2 Saran
Diharapkan mahasiswa/i keperawatan, tenaga medis lainnya, atau bahkan
masyarakat dapat mengerti dan memahami tentang pencegahan penyakit dengan ibadah
dzikir sehingga dapat melakukan pecegahan dan penatalaksanaan pasien secara mandiri.
DAFTAR PUSTAKA
19