Anda di halaman 1dari 17

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN DISSTRESS SPIRITUAL

Makalah ini disusun dalam rangka mata ajar Keperawatan Jiwa

Dosen Pengampu: Yeni Suryaningsih, S.Kep. Ners. M.Kep.

Disusun Oleh :
1. Niaelin : 1711011057
2. Mohammad Wahyu Akbar :1711011067
3. M.Rifki Hamdani : 1711011075
4. Naning Anggraini Putri :1711011087

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER
2019
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kepada Tuhan YME, atas segala anugerah yang selalu
dilimpahkan kepada umatnya baik lahir maupun batin, sehingga pada akhirnya
penulis dapat menyelesaikan tugas Keperawatan Jiwa I yang berjudul ” Asuhan
Keperawatan Pasien Dengan Disstress Spiritual” .
Makalah ini dibuat dengan bantuan dari berbagai pihak dan juga kerja sama
antar anggota kelompok untuk menyelesaikan hambatan selama mengerjakan
makalah ini. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada semua
belah pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada
makalah ini. Oleh karena itu, kami membuka saran dan kritik yang membangun
bagi para pembaca. Kritik konsuktrif dari para pembaca sangat kami harapkan
untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Jember, 02 April 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................. i
DAFTAR ISI........................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN...................................................................... 1
1.1 Latar Belakang............................................................................
1.2 Rumusan Maslah.........................................................................
1.3 Tujuan..........................................................................................
1.3.1 Tujuan Umum.....................................................................
1.3.2 Tujuan Khusus....................................................................
BAB II TINJAUAN TEORI.................................................................
2.1 Definisi Spiritual........................................................................
2.2 Perubahan Fungsi Spiritual........................................................
2.3 Distress Spiritual........................................................................
2.4 Batasan Karakteristik.................................................................
BAB III PENUTUP...............................................................................
3.1 Kesimpulan................................................................................
3.2 Saran...........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA............................................................................

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perawat sebagai tenaga kesehatan yang paling lama berada disamping
klien, tugas utamanya adalah mempelajari bentuk dan sebab tidak
terpenuhinya kebutuhan dasar manusia. Memberikan bantuan asuhan
keperawatan mulai dari tingkat sistem organ fungsional sampai molekuler,
untuk memenuhi kebutuhan dan kemandirian klien dalam merawat dirinya.
Idealnya, seluruh komponen kebutuhan dasar manusia menjadi fokus kajian
utama dalam menentukan ruang lingkup pekerjaan profesi. (Yusuf, 2015)
Hasil analisis situasi menunjukan, asuhan keperawatan untuk memenuhi
kebutuhan spiritual belum diberikan oleh perawat secara optimal. Hasil
survey Kementerian Kesehatan terhadap Rumah Sakit di Indonesia tahun
2014 (Puskom Depkes) diketahui sekitar 54 – 74 % perawat melaksanakan
instruksi medis, 26 % perawat melaksanakan pekerjaan administrasi rumah
sakit, 20 % melaksanakan praktik keperawatan yang belum dikelola dengan
baik, dan 68 % tugas keperawatan dasar yang seharusnya dikerjakan perawat
dilakukan oleh keluarga pasien. Keadaan ini memacu seluruh pilar kehidupan
profesi keperawatan untuk bahu-membahu, secara bersama membangun
kembali profesi keperawatan sesuai kaedah profesi. Berbagai pilar itu terdiri
dari institusi pendidikan, pelayanan, dan organisasi profesi. Institusi
pendidikan difokuskan pada penataan struktur kurikulum sesuai kompetensi
pada level program pendidikan dan penyelenggaraan proses pembelajaran
untuk menyiapkan lulusan yang handal. Intitusi pelayanan keperawatan
(rumah sakit atau puskesmas) difokuskan pada pengembangan sistem
penugasan keperawatan, fasilitasi jenjang karier keperawatan, dan menjadi
sarana proses sosialisasi profesi bagi para peserta didik melalui pembelajaran
klinik. (Yusuf, 2017)

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang, dan fokus masalah di atas, maka dapat
dirumuskan suatu masalah yakni “Bagaimana langkah perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan spiritual kepada pasien secara optimal?”.

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Menganalisis asuhan keperawatanan untuk pemenuhan kebutuhan
spiritual pasien.

1.3.2 Tujuan Khusus


1. Mengetahui pengertian spiritualitas.
2. Mengetahui perubahan dari fungsi spiritualitas.
3. Mengetahui pengertian distress spiritual.
4. Memahami batasan-batasan karakteristik dari distress spiritual.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Spiritualitas
Spiritual adalah sesuatu yang berhungan dengan spirit, semangat untuk
mendapatkan keyakinan, harapan dan makna hidup. Spiritualitas merupakan
suatu kecenderungan untuk membuat makn hidup melalui hubungan
intrapersonal, interpersonal dan transpersonal dalam mengatasi berbagai
masalah kehidupan. Manusia adalah mahluk Tuhan yang paling sempurna.
Tidak hanya berdiri dari seonggok daging dan tulang, tetapi trdiridari
komponen menyeluruh biologis, psikilogis, sosial, spiritual dan kultural.
Tuntunan keadaan, perkembangan, persaingan dlam berbagai aspek
kehidupan dapat menyebabkan kekecewaan, keputusasaan, ketidak berdayaan
pada manusia baik yang sehat maupun sakit. (Yusuf, dkk, 2016)
Beberapa indikator terpenuhi kebutuhan spiritualnya seseorang adalah
apabila ia mampu:

1. Merumuskan arti personal yang positif tentang tujuan keberadaan


kehidupan di dunia.
2. Mengembangkan arti penderitaan dan meyakini hikmah dari sesuatu
kejadian atau penderitaan.
3. Menjalin hubungan positif dan dinamis melalui keyakinan, rasa percaya
dan cinta kasih yang tinggi.
4. Membina integritas personal dan merasa diri berharga.
5. Merasakan kehidupan yang terarah terlihat melalui harapan.
6. Mengembangkan hubungan antar manusia dengan positif.
Indikator terpenuhi kebutuhan spiritual yang lain adalah adanya rasa
keharmonisan, saling kedekatan antara diri sendiri, orang lain, alam dan
hungan dengan yang Maha Kuasa. Spiritual islam memberikan gambaran
terpenuhinya kebutuhan spiritual apabila seseorang mampu mengembangkan
rasa syukur, sabar dan ikhlas. Spiritualitas buakn agama, tetapi agama dapat
merupakan salah satu jalan untuk mencapai spiritualitas.
2.2 Perubahan Fungsi Spiritual
Berbagai perilaku dan ekspresi yang dimanifestasikan klien seharusnya
diwaspadai oleh perawat, karena mungkin saja klien sedang mengalami
masalah spiritual. Dapat dilihat kategorisasi eskpresi kebutuhan spiritual yang
adaptif dan maladaptif yang dapat membantu perawat dalam mengkaji
potensial distres spiritual yang dimanifestasikan oleh klien atau yang
mungkin juga dialami oleh keluarga klien.
1. Verbalisasi distres
Individu yang mengalami gangguan fungsi spiritual biasanya
memverbalisasikan distres yang dialaminya atau mengekspresikan
kebutuhan untuk mendapatkan bantuan. Misalnya, seorang istri
mengatakan, “Saya merasa bersalah karena saya seharusnya mengetahui
lebih awal bahwa suami saya mengalami serangan jantung.” Biasanya
klien meminta perawat untuk berdo’a bagi kesembuhannya atau memberi
tahu pemuka agama untuk mengunjunginya. Perawat juga perlu peka
terhadap keluhan klien tentang kematian atau merasa tidak berharga dan
kehilangan arti hidup. Kepekaan perawat sangat penting dalam menarik
kesimpulan dari verbalisasi klien tentang distres yang dialami klien.
2. Perubahan perilaku
Perubahan perilaku juga dapat merupakan manifestasi gangguan
fungsi spiritual. Klien yang merasa cemas dengan hasil pemeriksaan atau
menunjukkan kemarahan setelah mendengar hasil pemeriksaan mungkin
saja sedang menderita distres spiritual. Ada yang bereaksi dengan perilaku
mengintropeksi diri dan mencari alasan terjadinya suatu situasi dan
berupaya mencari fakta yang dapat menjelaskan situasi tersebut, tetapi ada
yang bereaksi secara emosional dan mencari informasi serta dukungan dari
keluarga atau teman.

2.3 Distress Spiritual


Stresor terdapat dalam berbagai macam bentuk, diantaranya berupa
stressor psikologis, fsik, biologis, kemis, dan semua kejadian dalam hidup
yang dialami oleh manusia. Setiap stresor yang diterima oleh individu akan
dipelajari dengan seksama untuk mendapatkan persepsi yang benar.
Pembentukan persepsi tersebut dipengaruhi oleh kognisi, budaya, dan kualitas
spiritual (agama) masing-masing individu. Selanjutnya persepsi yang telah
terbentuk akan digunakan untuk merespons stresor sehingga mencapai
keseimbangan baru (eustress) atau menyebabkan gangguan keseimbangan
(distress). (Yusuf, dkk, 2016)
Distress spiritual adalah gangguan dalam prinsip hidup yang meliputi
seluruh kehidupan seseorang yang di intergrasi secara biologis dan psikologis
( Varcolis, 2000). Faktor resiko terjadinya distress spiritual adalah perubahan
tempat tinggal, perubahan lingkungan, gangguan fisik dan mental.

2.4 Batasan Karakteristik


Pada umunya karakteristik klien yang berpotensi mengalami distres
spiritual adalah sebagai berikut.
1. Klien yang tampak kesepian dan sedikit pengunjung.
2. Klien yang mengekspresikan rasa takut dan cemas.
3. Klien yang mengekspresikan keraguan terhadap sistem
kepercayaan/agama
4. Klien yang mengekspresikan rasa takut terhadap kematian.
5. Klien yang akan dioperasi
6. Penyakit yang berhubungan dengan emosi atau implikasi sosial dan agama
7. Mengubah gaya hidup
8. Preokupasi tentang hubungan agama dan kesehatan
9. Tidak dapat dikunjungi oleh pemuka agama
10. Tidak mampu atas menolak melakukan ritual spiritual
11. Menyerbalisasikan bahwa penyakit yang dideritanya merupakan hukuman
dari tuhan.
12. Mengekspresikan kemarahannya terhadap tuhan.
13. Mempertanyakan rencana terapi karena bertentangan dengan keyakinan
agama.
14. Sedang menghadapi sakaratulmaut (dying).

BAB III
KASUS

3.1 Contoh Kasus


Tn. I, 40 tahun bercerai dirawat dengan infark miokardial (MCI) agama
islam. Tn. I sering tidak dapat tidur pada malam hari dan berkata kepada
perawat yang bertugas dinas malam “Apakah anda sering mempertanyakan
keberadaan Tuhan?” Memahami bahwa pertanyaan ini mempunyai banyak
arti bagi klien, perawat mengajukan pertanyaan spesifik untuk menetapkan
apakah klien mempunyai kebutuhan spiritual yang tidak terpenuhi.
Dua hari kemudian, klien tetap tidak dapat tidur dan terus membahas
tentang tuhan. Ketika harus masuk rumah sakit, Tn. I tidak lagi aktif dalam
kegiatan agama dan mengikuti pengajian rutin seperti biasa. Ia berkata:
“Ketika saya berpikir tentang kematian dan tidak tahu apa yang terjadi
setelah kematian ..., saya merasa sangat takut. Apakah orang lain juga
merasakan hal yang sama seperti saya?” Tn. I ingin menggali keyakinan
agamanya yang selama ini tidak terlalu dihayatinya dan berkata ingin
dikunjungi oleh pemuka agama islam.

3.2 Asuhan Keperawatan


3.2.1 Pengkajian
Pengkajian pasien ansietas dapat dilakukan melalui wawancara dan
observasi kepada pasien dan keluarga. Data yang dikaji diantara nya:
a. Data Subjektif
1) Identitas klien
a. Nama : Tn. I
b. Umur : 40 tahun
c. Agama : Islam
d. Status perkawinan : Bercerai
2) Tn. I tidak terlalu menghayati dan meyakini tentang agama.
3) Konsep tuhan dan agama didapatkan dari kegiatan pengajian.
4) Merasa cemas karena tidak bisa mengikuti pengajian rutin.
5) Meyakini agama yang dikemukakn oleh pemuka agama.
b. Data Objektif
1) Mengalami insomnia di malam hari.
2) Tidak mengikuti kegiatan keagamaan selama di rumah sakit.
3.2.2 Diagnosis
Diagnosis keperawatan: Distress Spiritual
Ansietas yang berhubungan dengan kepedulian tentang hubungan
dengan tuhan yang dimanifestasikan melalui pembicaraan klien.
Hasil yang diharapkan sebelum pulang ke rumah, klien akan:
1. Mengidentifikasikan keyakinan agamanya.
2. Menyatukan kehidupannya dengan keberadaan Tuhan.
3. Mengungkapkan bahwa keyakinan spiritual telah menjadi sumber
kekuatan dan kedamaian bukan sebagai sumber kecemasan.
4. Tidur lelap selama 6 jam tanpa gangguan.

3.2.3 Intervensi
Intervensi keperawatan Rasional

Bantu klien untuk: Pengalaman hidup mungkin


1. Mengidentifikasi keyakinan mengancam keyakinan agama
spiritual yang dimilikinya yang tidak dapat diatasi ketika
ketika masih kanak-kanak dan masih kanak-kanak.
akar dari keyakinan tersebut.
2. Mengevaluasi keyakinan
tersebut dalam bentuk
pengalaman hidupnya.
3. Menegaskan kembali,
modifikasi, atau tolak
keyakinan tersebut atau bina
keyakinan spiritual yang baru
(jika diperlukan).
Bantu klien mengkaji apakah Karena keyakinan spiritual dapat
keyakinan spiritual yang baru memberi pengaruh positif (life-
menambah semangat atau affirming) dan negatif (life-
mengingkari dan seberapa jauh denying), individu seharusnya
keyakinan tersebut memenuhi mempunyai kriteria yang
kebutuhan klien untuk digunakan ketika mengevaluasi
mendapatkan arti dan mencapai keyakinan mereka.
tujuan hidupnya, mencintai,
keterikatan, dan pengampunan. Klien mungkin merasakan
Rujuk klien kepada pemuka agama manfaat berbicara dengan pemuka
untuk mendapatkan bantuan agama.
sebagaimana diperlukan.

Jelaskan pada klien bahwa banyak Gambaran tentang tuhan yang


orang yang dalam kehidupan kokoh dan siap untuk menghukum
sehari-harinya lupa tentang Tuhan orang yang berdosa dapat
dan ada yang meyakini bahwa menimbulkan distres spiritual
Tuhan menggunakan penyakit pada klien.
stresor lain untuk mengingatkan
manusia agar kembali pada
keyakinan spiritualnya. Rasa bersalah sering kali
Rujuk klien kepada pemuka agama menghambat orang untuk
untuk membantu klien mengatasi mendapat maaf dan pengampunan
rasa bersalah (jika diekspresikan yang diinginkannya.
klien)

Komunikasikan kepada klien Banyak orang mempunyai


pentingnya bagi manusia untuk harapan yang tidak realistik.
menerima diri mereka sendiri
dengan semua kekuatan dan
kelemahan yang dimilikinya.

Anjurkan klien untuk Garis besar peran keyakinan


membandingkan peran keyakinan spiritual baik yang positif maupun
spiritual dalam kehidupan negatif akan sangat menentukan.
sebelumnya, selama, dan sesudah Ini dapat memotivasi klien untuk
dirawat di rumah sakit. terus mencari ketika ia mengkaji
pengalaman sekarang.

Perawat dinas malam pada awal Pengawasan perawat terhadap


jam dinasnya memeriksa klien klien pada jam tidur untuk
untuk memastikan bahwa klien memastikan faktor lain yang
merasa nyaman dan siap untuk mungkin menganggu tidur klien.
tidur.
Yakinkan klien untuk tidur. “Saya Saran yang menyakinkan
yakin, pada saat saya kembali lagi mempunyai efek terapeutik
kesini, anda sudah tertidur.” terhadap intervensi lain.
Jika masih ada gangguan tidur
cobalah untuk melakukan latihan Dengan menurunnya ansietas
relaksasi atau imajinasi terbimbing spiritual, kemampuan untuk tidur
(guided imagery). akan meningkat. Jika tetap
terganggu, perawat perlu
menggali dan melakukan
intervensi terhadap faktor lain.

3.2.4 Implementasi
Pada tahap implementasi perawat menerapkan rencana intervensi dengan
melakukan prinsip-prinsip kegiatan asuhan keperawatan sebagai berikut;
1. Periksa keyakinan spiritual pribadiperawat.
2. Fokuskan perhatian pada persepsi klien terhadap kebutuhan spiritualnya.
3. Jangan mengansumsi klien tidak mempunyai kebutuhan spiritual.
4. Mengetahui pesan non-verbal tentang kebutuhan spiritual pasien.
5. Berespons secarasingkat,spesifik, dan faktual.
6. Mendengarkan secara aktif dan menunjukkan empati yang berarti
menghayati masalah klien.
7. Menerapkan teknik komunikasi terapeutik dengan teknik mendukung,
menerima bertanya, memberi informasi, refleksi, serta menggali perasaan
dan kekuatan yang dimiliki klien.
8. Meningkatkan kesadaran dengan kepekaan pada ucapan atau pesan verbal
klien.
9. Bersikap empati yang berarti memahami dan mengalami perasaan klien.
10. Memahami masalah klien tanpa menghukum walaupun tidak bererti
menyetujui klien.
11. Menentukan arti dari situasi klien, bagaimana klien berespons terhadap
penyakit?
12. Membatu memfasilitasi agar dapat memenuhi kewajiban agama.
13. Memberi tahu pelayanan spiritual yang tersedia dirumah sakit.

3.2.5 Evaluasi
a. Sebagian tujuan tercapai, klien menyatakan bahwa ia mempunyai konsep
yang jelas tentang Tuhan dan tidak lagi merasa takut akan ditolak oleh
Tuhan karena telah mengabaikan Tuhan untuk waktu yang cukup lama,
tetapi juga merasa bahwa masih banyak lagi yang harus dipelajarinya.
b. Sekarang saya merasa sangat tenang. “pemuka agama sangat membantu
saya, andai saja saya sudah berbicara dengan beberapa waktu yang lalu,
saya tidak perlu merasa bersalah dengan penceraian saya. Saya tadinya
mengira Tuhan tidak akan pernah mengampuni saya.
c. Tujuan tercapai. “baik sekali mampu merasakan perasaan tentram/damai
tentang apapun yang akan terjadi kelak.” Saya merasa cemas pulang
kerumah menyadari banyak sekali yang ingin saya lakukan dengan
bantuan tuhan sepulang saya dari rumah sakit.
d. Tujuan tercapai. Klien semalam tidur dari tengah malam hingga pukul 6.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Spiritualitas dan religiusitas merupakan bagian integral dari diri individu
yang menjadi ciri kemanusiaan dan menjadi indikator kualitas kesehatan
mental individu. Manusia adalah mahluk Tuhan yang paling sempurna. Tidak
hanya berdiri dari seonggok daging dan tulang, tetapi trdiridari komponen
menyeluruh biologis, psikilogis, sosial, spiritual dan kultural. Indikator
terpenuhi kebutuhan spiritual yang lain adalah adanya rasa keharmonisan,
saling kedekatan antara diri sendiri, orang lain, alam dan hungan dengan yang
Maha Kuasa. Spiritual islam memberikan gambaran terpenuhinya kebutuhan
spiritual apabila seseorang mampu mengembangkan rasa syukur, sabar dan
ikhlas. Spiritualitas buakn agama, tetapi agama dapat merupakan salah satu
jalan untuk mencapai spiritualitas.
Stresor terdapat dalam berbagai macam bentuk, diantaranya berupa
stressor psikologis, fsik, biologis, kemis, dan semua kejadian dalam hidup
yang dialami oleh manusia. Setiap stresor yang diterima oleh individu akan
dipelajari dengan seksama untuk mendapatkan persepsi yang benar.
Pembentukan persepsi tersebut dipengaruhi oleh kognisi, budaya, dan kualitas
spiritual (agama) masing-masing individu

5.2 Saran
Dengan adanya makalah ini penulis dan pembaca bisa melakukan tindakan
keperawatan kepada keluarga pasien dengan distress spiritual dan
mengevaluasi kemampuan pasien dan keluarga dalam merawat pasien dengan
distress spiritual.

DAFTAR PUSTAKA

Hamid, Achir Yani S., (2009). Bunga Rampai Asuhan Keperawatan Kesehatan
Jiwa. Jakarta: EGC.

Nasir, Abdul., dan Muhith, Abdul. (2011). Dasar-dasar Keperawatan Jiwa.


Jakarta: Salemba Medika.

Nurhalimah. (2016). Keperawatan Jiwa. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik


Indonesia.
Yusuf, A. dkk,. (2015). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.

Yusuf, A. (2016). Kebutuhan Spiritual; Konsep dan Aplikasi dalam Asuhan


Keperawatan. Jakarta: Mitra Wacana Media.

Anda mungkin juga menyukai