Puji Syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang maha Esa, karena atas berkat
dan rahmatNya sehingga kelompok kami dapat menyelesaikan makalah ini
dengan tepat waktu. Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas yang
diberikan dalam mata kuliah “Psikologi & Budaya Keperawatan” oleh dosen
pengampu Ns. Drova Manorek S.Kep, M.Kes. Kami berharap dalam penulisan
makalah ini dapat membantu sebagian mahasiswa dan mahasiswi kesehatan
yang membaca boleh dengan mudah mendapat informasi tentang penyakit
gagal jantungKami berharap makalah ini sudah tersusun secara benar, tentu
kami juga menyadari bahwa masih ada kesalahan dalam penulisan maupun
penjelasan, maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran agar dapat
menyempurnakan makalah ini kedepannya.Tidak lupa juga kami mengucapkan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang sudah membantu kami dalam
proses pengerjaan makalah ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
2.6 Sumber dan Mekanisme Koping terkait Respon Konsep Diri ………………..
LAMPIRAN …………………………………………………………………………..
BAB I
PENDAHULUAN
Tujuan
BAB II
PEMBAHASAAN
1. Identitas Diri
a. Mengenal diri sebagai organisme yang utuh dan terpisah dari orang lain.
e. Menyadari hubungan masa lalu, masa sekarang dan masa akan dating.
3. Ideal diri
4. Peran Diri
Peran diri adalah serangkaian pola sikap, perilaku, nilai dan
tujuan yang diharapakan oleh masyarakat yang dikaitakan dengan
fungsi individu dalam kelompok social/ masyrakat. Setiap individu
akan berperan sesuai dengan fungsi dan posisi individu yang dapat
berubah sepanjang daur kehidupannya. Ada beberapa stressor yang
dapat mengganggu peran diri seperti konflik peran, peran yang tidak
jelas, peran yang tidak sesuai dan peran yang berlebihan.
5. Harga Diri
1. Syok Psikologis
Merupakan reaksi emosional terhadap dampak perubahan dan dapat
terjadi pada saat pertama tindakan. Syok psikologis digunakan sebagai
reaksi terhadap ansietas. Mekanisme koping yang digunakan seperti
mengingkari, menolak dan proyeksi untuk mempertahankan diri.
2. Menarik diri
Klien menjadi sadar akan kenyataan, ingin lari dari kenyataan, tetapi
karena tidak mungkin maka klien lari atau menghindar secara
emosional. Klien menjadi tergantung, pasif, tidak ada motivasi dan
keinginan untuk berperan dalam perawatannya.
3. Penerimaan atau pengakuan secara bertahap
Setelah klien sadar akan kenyataan, maka respon kehilangan atau
berduka muncul. Setelah fase ini klien mulai melakukan reintegrasi
dengan gambaran diri yang baru.
Respon konsep diri dipengaruhi oleh perubahan yang terjadi pada lima
komponen konsep diri diatas, respon dapat berfluktuasi mulai dari rentang
respon adaptif sampai maladaptif.
1. Aktualisasi diri
Aktualisasi diri adalah pernyataan diri tentang konsep diri yang positif
terhadap pencapaian kesuksesan yang nyata dan dapat diterima oleh
lingkungan.
4. Kerancuan identitas
5. Depersonalisasi
Konsep diri adalah landasan kepribadian yang berkaitan erat dengan ansietas
dan depresi, masalah dalam hubungan, bertindak dan perilaku merusak diri
sendiri. Individu yang memiliki kepribadian sehat akan mampu memahami diri
sendiri dan lingkungan secara akurat sehingga terciptanya rasa harmonis dan
kedamaian bathin. Adapun karakteristik kepribadian yang sehat itu adalah :
Menurut Stuart & Sundeen, (1998) ada sepuluh respon perilaku individu
yang berhubungan dengan harga diri rendah yaitu :
d. Manifestasi fisik
e. Menunda keputusan
g. Gangguan berhubungan
h. Merusak diri
j. Menolak tekanan
Stressor yang mempengaruhi harga diri rendah dan ideal diri adalah
penolakan dan kurang penghargaan dari orang tua dan orang yang berarti, pola
asuh yang tidak tepat, misalnya terlalu dilarang, dituntut, dituruti, persaingan
dengan saudara, kesalahan atau kegagalan yang berulang, cita – cita yang tidak
bisa dicapai, gagal bertanggung jawab terhadap diri sendiri (Stuart & Sundeen,
1998).
a. Sumber Koping
Sumber koping adalah hal– hal yang dapat membantu individu agar
dapat menghadapi stressor yang ada. Adapun sumber koping tersebut bisa
berasal dari asset ekonomi, keyakinan spiritual, sosisal support, dan keyakinan
yang positif (Stuart, 2016). Pada individu dengan gangguan konsep diri
(konsep diri negatif) dapat menggunakan berbagai mekanisme pertahan ego
untuk melindungi diri dari kekurangan yang dimiliki. Mekanisme pertahanan
ego adalah strategi psikologis yang dilakukan individu untuk melindungi
egonya, mekanisme ini muncul secara sadar ataupun tidak sadar ketika
individu berusaha untuk melindungi diri dari kecamasan yang dipicu oleh
adanya reaksi social yang tidak menyenangkan (Permatasari and Rosyidi,
2020).
Jadi , dari beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli dapat
disimpulkan bahwa konsep diri adalah apa yang dirasakan dan dipikirkan oleh
seseorang mengenai dirinya sendiri.
Proses pembentukan konsep diri dimulai sejak anak masih kecil. Masa
kritis pembentukan konsep diri adalah saat anak masuk di sekolah dasar. Kita
dapat melihat konsep diri seseorang dari sikap mereka. konsep diri yang jelek
akan mengakibatkan rasa tidak percaya diri, tidak berani mencoba hal-hal baru,
tidak berani mencoba hal yang menantang, takut gagal, takut sukses, merasa diri
bodoh, rendah hati,merasa diri tidak berharga, merasa tidak layak untuk sukses,
pesimis dan banyak perilaku interior lainnya.
Sebaliknya, orang yang konsep dirinya baik akan selalu optimis, berani
mencoba hal-hal baru, berani sukses, berani gagal, percaya diri, antusias, merasa
diri berharga, berani menetapkan tujuan hidup, bersikap dan berfikir positif dan
dapat menjadi seorang pemimpin yang handal.
Menurut Calhoun dan Acocella (1995), ketika lahir manusia tidak memiliki
konsep diri, pengetahuan tentang diri sendiri, harapan terhadap diri sendiri, dan
penilaian pada diri sendiri.Artinya, individu tidak sadar dia adalah bagian yang
tidak terpisahkan dari lingkungan.
Sensasi yang dirasakan oleh anak pada waktu masih bayi tidak disadari
sebagai suatu yang dihasilkan dari interaksi antara dua factor yang masingmasing
berdiri sendiri, yaitu lingkungan dan dirinya sendiri. Namun, keadaan ini tidak
berlangsung lama, secara berlahan-lahan individu akan dapat membedakan antara
“aku” dan “bukan aku”. Pada saat itu, individu mulai menyadari apa yang
dilakukan seiring dengan menguatnya pancaindra. Individu dapat membedakan
dan belajar tentang dunia yang bukan aku.Berdasarkan hal ini individu
membangun konsep diri.
Willey mengatakan bahwa sumber pokok dari informasi untuk konsep diri
adalah interaksi dengan orang lain. Tokoh pertama yang mengatakan fakta ini
adalah C.H. Cooley yang memperkenalkan pengertian diri yang tampak
seperti cermin. Menurut Cooley kita menggunakan orang lain untuk
menunjukkan siapa diri kita. Kita membanyangkan bagaimana pandangan
mereka terhadap kita, penampilan, dan penilaian tersebut menjadi gambaran
diri kita.Gambaran diri kemudian berkembang dalam dua tahap. Pertama, kita
menginternalisasikan sikap orang lain terhadap diri kita. Kedua, kita
menginternalisasikan norma masyarakat. Dengan kata lain, konsep diri adalah
ciptaan social dan hasil belajar dari interaksi dengan orang lain.
Sedikit berbeda dengan C.H. Cooley, Hurlock (1979) membagi konsep diri
berdasarkan perkembangannya menjadi konsep diri primer primer dan konsep
diri sekunder. Konsep diri primer adalah konsep diri yang terbentuk
berdasarkan pengalaman anak di rumah, berhubungan dengan anggota
keluarga yang lain seperti orang tua dan saudara. Konsep diri sekunder adalah
konsep diri yang terbentuk oleh lingkungan luar rumah, seperti teman sebaya
atau teman bermain.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa konsep diri tidak berkembang
dengan sendirinya, tetapi berkembang dengan adanya interaksi dengan
individu yang lain khususnya dengan lingkungan social.
3. Pengaruh usia
Sementara itu, James F. Calhoun dan Joan Ross Acocella memberikan definisi
yang lebih plastis mengenai penyesuaian diri ini. Dikatakan, “Penyesuaian dapat
didefinisikan sebagai interaksi Anda yang kontinu dengan diri Anda sendiri, dengan
orang lain, dan dengan dunia Anda” (Calhoun dan Acocella, 1990:13). Menurut
pandangan mereka, ketiga faktor itu secara konstan mempengaruhi Anda.Diri Anda
sendiri – yaitu jumlah keseluruhan dari apa yang telah ada pada Anda: tubuh Anda,
perilaku Anda, dan pemikiran serta perasaan Andan- adalah sesuatu yang Anda
hadapi setiap detik Anda.Adapun orang lain, menurut Calhoun dan Acocella, jelas
bahwa mereka berpengaruh besar pada kita, sebagaimana kita juga berpengarh besar
terhadap mereka. Sama juga, dunia kita – penglihatan dan penciuman serta suara
yang mengelilingi kita saat kita menyelesaikan urusan kita – memengaruhi kita, dan
kita memengaruhi mereka.
Dari penjelasan para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa penyesuaian diri itu
intinya adalah “Kemampuan untuk membuat hubungan yang memuaskan antara
orang dan lingkungan”.Lingkungan di sini adalah semua pengaruh terhadap seorang
individu. Yang dapat mempengaruhi kegiatannya untuk mencapai ketenangan jiwa
dan raga dalam kehidupan. Lingkungan tersebut terdiri dari tiga aspek, yaitu :
1. Yang Adaptive.
2. Yang adjustive.
1. Rasionalisme (rasionalization)
2. Kompensasi (Compensation)
3. Negativisme (negativisme)
4. Kepasrahan (Resignation)
d) Menurut kamus Webster (1963) kata spirit berasal dari kata benda
bahasa latin "Spiritus” yang berarti nafas (breath) dan kata kerja
“Spirare” yang berarti bernafas. Melihat asal katanya, untuk hidup
adalah untuk bernafas, dan memiliki nafas artinya memiliki spirit.
Menjadi spiritual berarti mempunyai ikatan yang lebih kepada hal yang
bersifat kerohanian atau kejiwaan dibandingkan hal yang bersifat fisik
atau material. Spiritualitas merupakan kebangkitan atau pencerahan diri
dalam mencapai makna hidup dan tujuan hidup. Spiritual merupakan
bagian esensial dari keseluruhan kesehatan dan kesejahteraan
seseorang. (dalam Tamami, 2011:19).
Spirituality berasal dari bahasa latin “spiritus” yang berarti nafas atau
udara.spirit memberikan hidup,menjiwai seseorang. Spirit memberikan arti penting
ke hal apa saja yang sekiranya menjadi pusat dari seluruh aspek kehidupan
seseorang( Dombeck,1995).
Spiritual adalah konsep yang unik pada masing-masing individu (Farran et al,
1989). Masing-masing individu memiliki definisi yang berbeda mengenai spiritual,
hal ini dipengaruhi oleh budaya, perkembangan, pengalaman hidup dan ide-ide
mereka sendiri tentang hidup. Menurut Emblen, 1992 spiritual sangat sulit untuk
didefinisikan. Kata-kata yang digunakan untuk menjabarkan spiritual termasuk
makna, transenden, harapan, cinta, kualitas, hubungan dan eksistensi. Spiritual
menghubungkan antara intrapersonal (hubungan dengan diri sendiri), interpersonal
(hubungan antara diri sendiri dan orang lain), dan transpersonal (hubungan antara diri
sendiri dengan tuhan/kekuatan gaib)
Spiritual adalah suatu kepercayaan dalam hubungan antar manusia dengan
beberapa kekuatan diatasnya, kreatif, kemuliaan atau sumber energi serta spiritual
juga merupakan pencarian arti dalam kehidupan dan pengembangan dari nilai-nilai
dan sistem kepercayaan seseorang yang mana akan terjadi konflik bila
pemahamannya dibatasi. (Hanafi, djuariah. 2005)
Spiritual dimulai ketika anak-anak belajar tentang diri mereka dan hubungan
mereka dengan orang lain. Banyak orang dewasa mengalami pertumbuhan spiritual
ketika memasuki hubungan yang langgeng. Kemampuan untuk mengasihi orang lain
dan diri sendiri secara bermakna adalah bukti dari kesehatan spiritual.
Kesehatan jiwa ( spiritual ) menurut ilmu kedokteran saat ini adalah suatu
kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual dan emosional yan
optimal dari seseorang dan perkembangan itu berjalan selaras dengan orang lain
( suliswati,Hj.tji anita,2004).
2.21. Elemen-Elemen dalam Spiritual
1. Kebutuhan Spritual
4 hal yang mendasari kebutuhan spiritual adalah :
1. Pencarian arti
Spiritual saat ini dihubungkan dengan pencarian akan arti dan refleksi dari
bagian kepercayaan pada paham duniawi. Hal ini menimbulkan pertanyaan: haruskah
perawat yang tidak religius, atau yang tidak memiliki spiritual, menolong seseorang
yang membutuhkan spiritual (Walter, 1997). Pada dasarnya apakah mereka mampu?
Pada studi keperawatan dengan orang-orang yang memiliki fase terminal, ditemukan
bahwa perawat merasa tidak harus memiliki pengalaman dan keahlian untuk
memberikan dukungan secara spiritual.
Sebuah pembelajaran insiden kritis dari respon perawat terhadap kebutuhan
spiritual dari klien memberikan sebuah pengertian yang mendalam terhadap perawat
akan kebutuhan spiritual klien serta peran perawat sebagai pemberi layanan secara
spiritual. Kebutuhan akan harapan merupakan kepentingan utama terhadap seseorang
yang dihadapi oleh penyakit dan ancaman potensial terhadap gaya hidup dan
kehidupan.
2. Kesadaran Spritual
1. Kesadaran spiritual akan timbul saat seseorang dihadapkan pada
kebutuhan spiritual dan pencarian identitas, saat mempertahankan nilai-
nilai dan keyakinan atau kepercayaan.
2. Tiga tingkat kesadaran menurut Wilber:
a. Tingkat Existensial
c. Level of Mind
Depresi bukanlah sesuatu dari dunia materi, bukan, ini adalah sesuatu
dalam hidup kita yang merupakan bagian dari bentuk spiritual dan inilah
salah satu keresahan spiritual sehingga kalian tidak bisa melakukan
pengobatan dengan obat material! Tapi mereka psikiater juga tidak pernah
tahu tentang ini, dan mereka berkata: "pakailah obat ini! Bawa ini, untuk
membuat syarafmu tenang…" lakukanlah…
Antecedents. Dimensi budaya, tradisi agama dan spiritual, keragaman agama dan
etnis masyarakat kita, pengaruh konteks sejarah dan budaya atau dengan kata lain
adalah apakah kondisi sosial dan sejarah mempengaruhi munculnya spiritualitas
sebagai fenomena yang ada. Hal ini seperti budaya patriarki dalam memutuskan
sesuatu terutama dalam keputusan pengunaan medis, seperti penggunaan KB pada
Perempuan ataupun vaksianasi pada anak. Pengalaman spiritual sangat bervariasi
antara berbagai agama dan individu; bagaimanapun juga, meskipun praktik formal
dan informal mungkin mendahului spiritualitas, mungkin tindakan yang dilakukan
dalam kehidupanlah yang mendukung individu dalam menumbuhkan atribut
spiritualitas. Di antara tindakan ini, meditasi muncul menjadi elemen penting dari
praktik informal di antara berbagai budaya. Latihan yoga merupakan salah satu
elemen lain dari latihan spiritual di mana individu terlibat dengannya tubuh dan
nafas, hati dan jiwa, pikiran dan intelektualitas. Ini adalah bentuk komunikasi
dengan diri sendiri, dengan orang lain atau dengan makhluk yang lebih tinggi dan
dapat mencakup refleksi dan meditasi. Ini bisa dipraktekkan secara pribadi dan
atau di publik, individu, kolektif, atau kelompok dalam suatu komunitas (Murgia et
al., 2020)..
Consequences. Spiritualitas untuk keperawatan memiliki kaitan erat dengan
konsep perawatan holistik yang mempertimbangkan aspek individu dan kebutuhan
yang mereka hasilkan, termasuk yang sosial dan spiritual. Mengenali dan
menangani kebutuhan spiritual sangatlah penting, terutama dalam lingkungan
multikultural, karena penyembuhan dan perawatan ditujukan pada individu secara
keseluruhan untuk mendukung dan meningkatkan kesehatan tidak hanya pada
tingkat fisik dan mental tetapi juga pada tingkat spiritual dan kemasyarakatan.
Kesehatan dan kesejahteraan, konsep kesejahteraan meliputi fisik, emosional,
sosial, dimensi fungsional dan spiritual, menegaskan bahwa masingmasing elemen
ini saling berhubungan dan mempengaruhi lain-lain. Spiritualitas juga merupakan
bagian penting dari perawatan kesejahteraan orang sakit karena itu menyangkut
integritas atau keutuhan seseorang. Individu yang memiliki ekspresi spiritual yang
lebih baik dapat menemukan lebih banyak kepuasan dalam hidup daripada mereka
yang tidak, sebagai mereka mungkin memiliki perasaan sejahtera yang melampaui
keadaan fisik karena menjadi tua atau menderita dari penyakit terminal.
Kenyamanan sebagai kondisi akhir kesejahteraan dan hasil yang diakui dari
spiritualitas adalah ketenangan pikiran dan apa adanya terkait dengan konsep
harmoni. Konsekuensinya termasuk komunikasi, dialog terapeutik dan kepuasan
karena membantu orang lain juga membawa rasa harga diri, refleksi diri dan
pemenuhan pribadi, dan menumbuhkan rasa bersyukur yang akhirnya
meningkatkan nilai spritualits seseorang. Disisi lain, spiritualitas dapat secara
efektif mendorong koneksi atau memperbaiki disfungsional hubungan kerja, oleh
karena itu, di mana dalam lingkungan perawatan kesehatan, proses ke relasional
dan untuk terhubung, atribut kunci yang muncul adalah mendukung, mengenali
dan mendorong staf, dan membangun hubungan dan mendemonstrasikan kasih
sayang. Spiritualitas terkait dengan banyak konsep kesehatan dan kesejahteraan
seperti spiritualitas dan gender, dan spiritualitas dan penuaan serta kualitas hidup
dan etika, kesadaran akan sakral, dan kesadaran dan kesadaran diri. Dalam
kepedulian, kepercayaan diri menyiratkan kesadaran diri, tidak menghakimi dan
konsisten serta mampu mengidentifikasi kebutuhan pasien. Ini juga mencakup
keterampilan budaya dan agama keperawatan menuju peningkatan pluralitas
keragaman etnis, agama dan spiritual dan pemenuhan diri (Murgia et al., 2020).
Ketepatan waktu pengkajian merupakan suatu hal yang krusial untuk selauruh
aspek holistik pada pasien. Pengkajian aspek spiritualitas memerlukan hubungan
interpersonal yang baik anatra perawat dengan pasien maupun keluarga sebagai
support system. Adapun pengkajian yang perlu dilakukan meliputi:
3. Diagnosa Keperawatan.
4. Perencanaan.
5. Implementasi.
(2) pasien membaca artikel atau berita tentang spiritual, sesuai pilihan
pasien yang disediakan oleh tenaga perawat;
(6) Meyakinkan pasien bahwa perawat dan caregiver atau keluarga akan
dapat mendukung pasien ketika sedang menghadapi masalah terutama
masalah kesehatan; dan
6. Evaluasi
(3) menunjukkan afek positif, kecemasan berkurang atau dengan kata lain
tanda tanda objektif dan subjektif dalam keadaan yang baik.
Pengertian sex menurut definisi kerja WHO (2002) mengacu pada sifat-sifat
biologis dimana mendefinisikan manusia sebagai perempuan ataupun laki-laki,
sedangkan menurut Sumbulah, 2008 mendefinisakn sex sebagai pensifatan biologis
dan permanen yang melekat pada kelamin tertentu dalam bentuk laki laki dan
perempuan yang tidak dapat dipertukarkan. Maksud tidak dapat dipertukarkan yaitu
jika laki laki merubah atau bertukar seks dengan jenis kelamin perempuan, maka
tetap tidak bisa merubah tugas reproduksi sebagaimana perempuan, dikarenakan
perubahan itu tidak bisa merubah isi panggul laki laki dimana isi panggul wanita
ada Uterus (Rahim), ovarium dan Tuba Falopii yang merupakan penghasil ovum
(sel telur), begitu juga sebaliknya. Perempuan yang merubah atau bertukar seks
dengan jenis kelamin laki laki tidak akan bisa membuahi karena tidak memiliki isi
panggul laki laki sebagai organ reproduksi yaitu skrotum, epidedemis dan lainnya
yang berperan dalam menghasilkan spermatozoa (Sumbulah, 2008). Sedangkan
seksualitas menurut definisi kerja WHO (2002) adalah suatu aspek inti manusia
sepanjang hidupnya dan meliputi seks, identitas, peran gender, orientasi seksual,
erotisme, kenikmatan, kemesraan dan reproduksi (Demartoto, 2010).
Selain aspek fisik dan psikologis, juga terdapat aspek sosial kultural yang
juga berperan sangat mendasar dalam mempengaruhi persepsi akan seksualitas dan
bagaimana mengkontruksikan dan menafsirkan fantasi serta pandangan-pandangan
seksualnya (Hidayana dkk., 2004). Aspek sosial dan nilai-nilai budaya serta agama
yang ditanam sejak dini oleh lingkungan terdekat akan membawa dampak kuat
bagi perkembangan psikologi atau emosi dalam kontak seksualitas. Dampak postif
sosial kultural terhadap seksualitas dapat tercapainya keadaan emosi yang stabil,
sedangkan dampak negatif menjadikan individu tidak percaya diri, timbul perasaan
tidak puas, frustasi, stres, tidak bisa menghargai diri sendiri, kurang tenang dan
kurang bahagia (Widiyantoro & Sarwono, 2002).
d. Menegaskan maskulinitas atau feminitas Sepanjang hidup kita, terutama pada saat-
saat identitas gender terancam karena sebab lain (mis.; saat menghadapi perasaan
tidak diperlukan atau efek penuaan), kita mungkin menggunakan seksualitas untuk
tujuan ini.
e. Meningkatkan harga diri Merasa secara seksual bagi orang lain, atau berhasil
dalam upaya seksual, secara umum dapat meningkatkan harga diri.
j. Keuntungan materi Prostitusi adalah bentuk yang jelas dari aktivitas seksual untuk
memperoleh keuntungan dan hal ini sering merupakan akibat dari kemiskinan.
Pernikahan, sampai masa ini masih sering dilandasi oleh keinginan untuk
memperoleh satu bentuk perlindungan dan bukan semata mata ikatan emosional
komitmen untuk hidup Bersama.
1. Kegembiraan
2. Plateau
3. Orgasme
4. Resolusi
Keempat fase yang dialami oleh laki-laki dan perempuan, meskipun waktu
dan panjangdurasi dari masing-masing bervariasi antara kedua jenis kelamin.
Selain itu, intensitas darimasing-masing fase dapat bervariasi antara setiap orang,
dan antara laki-laki dan perempuan.
1. Fase kegembiraan adalah tahap pertama, yang dapat berlangsung dari
beberapa menitsampai beberapa jam. Beberapa karakteristik dari fase
kegembiraan meliputi:
a) Peningkatan ketegangan otot
3. Fase orgasme adalah puncak dari siklus respons seksual, dan merupakan
faseterpendek, hanya berlangsung beberapa detik.
Fase ini memiliki karakteristik seperti berikut:
4. Tahap terakhir, yang disebut fase resolusi, adalah ketika tubuh secara
perlahankembali ke tingkat fisiologis normal.
Disfungsi seksual yang paling umum pada pria adalah ejakulasi dini.
Masalahini terjadi ketika ada pemendekkan fase kegembiraan dan fase
plateau. Dalam rangkauntuk mencegah ejakulasi dini, seorang pria harus
belajar bagaimana memperlambatfase kegembiraan dan fase plateau, yang
dapat dicapai hanya dengan teknik yang benar dan latihan.
Pada wanita yang tidak mengalami muntah atau mual yang serius, maka
aktivitasseksual tidak akan terganggu. Bahkan cukup banyak dari mereka yang
justru meningkatkeinginan seksual serta frekuensi hubungan seksnya karena
merasa bahagia telah hamil.Suami-istri senang bersama-sama dan ingin
menikmatinya dalam kontak seksual yang sering.Pada 3 bulan kedua, sekitar 80
persen wanita akan meningkat dorongan seksnya. Selain itu,mual atau muntah
sudah hilang. Kesehatan umumnya akan meningkat. Perasaan senangkarena
hamil. Pada sebagian faktor lain ialah terjadinya pembesaran payudara yang
membuatdaya tariknya meningkat. Suami akan merasa lebih bergairah melihat
istrinya yang payudaranya bertambah besar serta bahagia karena istri telah hamil.
Kedua faktor itumembuat suami juga meningkat keinginan seksnya, sehingga
pada sebagian besar pasangankontak seksual akan jauh lebih sering pada periode
ini.
Pada 3 bulan ketiga, beban kehamilan itu sudah memberati si Ibu. Banyak
wanitayang jadi susah makan. Juga banyak keringat yang membuatnya tidak
bersih, sehingga dayatariknya pun menurun. Selain itu pada kehamilan yang
mulai tua, akan timbul peningkatancairan tubuh. Hampir semua badan letih atau
bengkak. Air ditahan dalam badan. Akibatnya,cairan vagina juga bertambah. Ada
terasa licin yang mengganggu sehingga kontak seksualmenjadi kurang
memuaskan.
Pada sebagian wanita hamil berat, maka kontak seksual dirasakan ancaman
terhadapkehamilan. Bila rahim dengan bayi telah mulai menurun kearah vagina,
maka penis suamidapat membentur daerah rahim. Stimulasi yang berat ke leher
rahim akan membuat seluruhrahim bergerak seolah-seolah mau melahirkan.
Bahkan ada yang bisa gugur. Timbul kontraksi rahim yang kuat. Kadang ada
darah, ancaman keguguran menjadi kekhawatiran.Karenanya sebagaian wanita
menolak melakukan hubungan seksual pada akhir-akhir kehamilan.
Sesudah 3 bulan pertama lewat, hubungan seks dapat dicoba kembali dengan
sangathati-hati sehingga penis diharapkan tidak membentur daerah rahim. Namun
bila terasa sakitatau keluar darah, maka sebaiknya senggama dihentikan.
Demikian juga pada akhir-akhir kehamilan. Benturan yang terlalu keras dari penis
terutama ke daerah rahim, akan membuatkontraksi rahim sangat kuat seperti akan
melahirkan. Ini membuat si Ibu ketakutan dankesakitan. Dalam keadaan demikian
hubungan seks harus dilakukan hati-hati dan jangansampai didorong kuat-kuat.
Dengan demikian penis tidak terlalu jauh masuk ke dalam namundiharapkan
keduanya masih bisa mencapai kepuasan.
Tetapi sering justru cara dan sifat suami yang sulit. Ada suami yang sudah
terbiasakuat-kuat dengan harapan istri akan lebih puas padahal justru bahaya jadi
mengancam. Kemungkinan juga karena keduanya sudah terangsang tinggi, maka
secara otomatisdan tanpa sadar mendorong sekuat-kuatnya. Akibatnya timbul
benturan penis dengan leher rahim. Inipun akan mengancam keguguran.
Orang tua harus menjawab jujur ketika anaknya bertanya soal seks.
Jawaban-jawaban yangdiberikan hendaknya mudah dimengerti dan sesuai
dengan usia si anak. Karena itulah, orangtua dituntut membekali dirinya
dengan pengetahuan-pengetahuan tentang seks. Terlebih lagi, perubahan fisik
dan emosi anak akan terjadi pada usia 13 ± 15 tahun pada pria dan 12 ±
14tahun pada wanita. Saat itulah yang dinamakan masa pubertas yaitu masa
peralihan dari masaanakanak menjadi remaja. Pada saat itu pula, mereka
mulai tertarik kepada lawan jenisnya.
2. Kelelahan
Rasa lelah adalah momok yang paling menghantui pasangan pada jaman
ini dalammelakukan hubungan seks. Apalagi dengan meningkatnya tuntutan
hidup, sang wanita harusikut bekerja di luar rumah demi mencukupi
kebutuhan seharihari. Pada waktu suami istri pulang dari kerja, mereka akan
merasa lelah. Dan pasangan yang sedang lelah jarangmerasakan bahwa
hubungan seks menarik minat. Akhirnya mereka memilih untuk
tidur.Kelelahan bisa menyebabkan bertambahnya usaha yang diperlukan
untuk memuaskankebutuhan lawan jenis dan merupakan beban yang
membuat kesal yang akhirnya bisamemadamkan gairah seks.
3. Konflik
Sebagian pasangan memainkan pola konflik merusak yang berwujud
sebagai perangterbuka atau tidak mau berbicara sama sekali satu sama lain.
Konflik menjadi kendalahubungan emosional mereka. Bahkan ini bisa
menggeser proses foreplay. Pasangan dapatmempertajam perselisihan mereka
dengan menghindari seks atau mengeluarkan ungkapan negatif atau
membandingkan dengan orang lain, yang sangat melukai perasaan
pasangannya.Kemarahan dan kecemasan yang tidak terpecahkan bisa
menyebabkan sejumlah masalahseksual antara lain masalah ereksi, hilang
gairah atau sengaja menahan diri untuk tidak bercinta. Perbedaan antara satu
orang dan lainnya biasanya tidak baik dan tidak juga buruk.Jadi haruslah
dipandang hanya sebagai perbedaan. Kemarahan, ketegangan atau
perasaankesal akan selalu menghambat gairah seks.
4. Kebosanan
Seperti halnya menggosok gigi atau menyetel alarm jam, seks bisa
dianggap seperti “kerja malam”. Hubungan seks yang rutin sebelum tidur
sering menjadi berlebihan sampai kesuatu titik yang membosankan. Yang
mendasari rasa bosan itu adalah kemarahan yangdisadari atau tidak disadari
karena harapan anda tidak terpenuhi. Masalah ini diderita olehkebanyakan
pasangan yang sudah hidup bersama bertahun-tahun. Sebagian pasangan
yangsudah hidup bersama untuk jangka waktu yang lama merasa kehilangan
getaran kenikmatanyang datang ketika melakukan hubungan seks dengan
pasangan yang baru. Orang demikianmelihat rayuan penguat ego,
dibandingkan bila bersenggama dengan mitra baru.
2.32. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Seksualitas
3. Biseksual adalah individu yang bisa tertarik dengan jenis kelamin sama
ataupun berbeda dalam waktu bersamaan.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) online identitas adalah ciri
ciri atau keadaan khusus seseorang atau jati diri seseorang. Sedangkan identitas
gender adalah kesadaran seseorang mengenai gendernya. Gender menurut
Meissner, 2005 dalam Nurohim, 2018 adalah pengalaman internal diri mengenai
gender dan menjadi bagian dari identitas diri seseorang. Identitas gender terbagi
kedalam dua bagian, yaitu identitas gender inti dan identitas peran gender. Identitas
gender inti adalah perasaan mejadi laki-laki atau perempuan yang terbentuk sejak
usia dini (2 tahun) berdasarkan kepada aspek biologis (laki laki dan perempuan).
Sedangkan identitas peran gender adalah perasaan individu akan gendernya baik
maskulin maupun feminine yang dipengaruhi oleh faktor sosiologis, biologis dan
psikologis (Nurohim, 2018).
Contoh variasi identitas dan peran gender yang dimiliki di Indonesia berada
pada suku bugis dimana ada lima identitas gender yang dimiliki yaitu Makkunrai,
Orowane, Calabai, Calalai dan Bissu, adapun peran gender dari Makkunrai adalah
perempuan murni (tulen), orowane adalah laki laki murni (tulen), calabai adalah
laki laki yang memiliki sifat dan prilaku ke wanitaan (feminine), calalai adalah
perempuan yang memiliki prilaku dan sifat kelaki lakian (maskulin) dan bissu
adalah gabungan antara laki laki dan perempuan. Pemilihan identitas dan peran ini
ditentukan oleh diri sendiri berdasarkan pengalaman pada hidup yang dialaminya
(Nurohim, 2018).
Adanya variasi identitas dan peran yang ada di suku bugis didalam
masyarakat umum merupakan satu hal yang tidak wajar, karena persepsi di
masyarakat pada umumnya hanya ada dua ekspresi gender yaitu maskulin dan
feminine. Ideology gender yang ada dimasyarakat telah dibangun sehingga persepsi
social secara umum ini membuat pelabelan gender hanya ada laki-laki dan
perempuan, dimana seorang laki laki memiliki kekuatan pada fisiknya, rasional
perkasa dan jantan. Sedangkan perempuan dikenal keibuan, emosional, cantik dan
lemah lembut (Fakih, 2013 dalam (Nurohim, 2018).
Masalah keperawatan yang bisa diangkat dari identiasa, role dan ekspresi gender
adalah
Kesimpulan
Psikososial adalah suatu kondisi yang terjadi pada individu yang mencakup
aspek psikis dan sosial atau sebaliknya. Istilah psikososial sendiri menyinggung relasi
sosial yang mencakup faktor-faktor psikologis. Psikososial meliputi, konsep diri,
kesehatan spiritual, konsep seksualitas. Konsep diri diartikan sebagai pandangan dan
perasaan seseorang tentang dirinya. Konsep diri bukan hanya sekedar gambaran
deskriptif, tetapi juga penilaian seseorang tentang dirinya. Jadi konsep diri meliputi
apa yang seseorang pikirkan dan apa yang seseorang rasakan tentang dirinya.
Kesehatan spiritual adalah kondisi yang dalam pandangan sufistik disebut sebagai
terbebasnya jiwa dari berbagai penyakit. Kondisi spiritual yang sehat terlihat dari
hadirnya ikhlas. Konsep seksualitas merupakan komponen identitas personal individu
yang tidak terpisahkan dan berkembang dan semakin matang sepanjang kehidupan
individu. Seksualitas ialah interaksi faktor-faktor biologis, psikologi personal, dan
lingkungan.
Konsep diri adalah cara individu memandang dirinya secara utuh, baik fisikal,
emosional, intelektual, sosial dan spiritual (Beck, Willian dan Rawlin, 1986). Konsep
diri adalah semua perasaan, kepercayaan, dan nilai yang diketahui individu tentang
dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain. Konsep
diri berkembang secara bertahap saat bayi melalui mengenal dan membedakan
dirinya dengan orang lain.
Spiritual merupakan kompleks yang unik pada tiap individu dan tergantung
pada budaya, perkembangan, pengalaman hidup, kepercayaan dan ideide tentang
kehidupan seseorang (Potter & Perry, 1999). Keterkaitan Spiritual, Kesehatan dan
Sakit sangat berkaitan erat, Keyakinan spiritual sangat penting karena dapat
mempengaruhi tingkat kesehatan dan perilaku selfcare klien.
Saran
1. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan institusi dapat memberikan tambahan literatur tentang
konsep psikologis, meliputi konsep diri, kesehatan spiritual, konsep
seksualitas. Sehingga dapat dijadikan referensi bagi mahasiswa dan update
ilmu pengetahuan.
2. Bagi Tenaga Kesehatan
Penatalaksanaan yang asuhan keperawatan yang efektif dan efisien
pada pasien dengan menekankan konsep psikososial.
3. Bagi Mahasiswa
Diharapkan mahasiswa mampu mengetahui konsep psikologis,
meliputi konsep diri, kesehatan spiritual, konsep seksualitas sehingga dapat
menerapkannya pada praktik klinik keperawatan di kemudian hari.