Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

KEPERAWATAN JIWA DAN PSIKOSOSIAL

Disusun untuk memenuhi:

Tugas: Keperawatan Kesehatan Jiwa dan Psikososial

Dosen: Ns. Kurnia Laksana, S.Kep, M.Kep

Disusun oleh :

Sabila Putri Wijaya

NIM. 2114314201046

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAHARANI MALANG

KEPERAWATAN

2023
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas berkat dan limpahan rahmat-Nya sehingga dalam penyusunan
makalah ini dapat diselesaikan. Berkat Rahmat Tuhan Yang Maha Esa yang
disertai kesabaran, ketekunan, dan usaha serta bantuan dari berbagai pihak yang
tulus membantu sehingga makalah yang berjudul “Keperawatan Jiwa dan
Psikososial” dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Dengan adanya penulisan makalah ini semoga dapat membantu dalam
pembelajaran dan masalah-masalah dalam ruang lingkup ilmu keperawatan. Saya
menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna,
untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun
guna sempurnanya makalah ini.

Malang 15 Februari 2023

Sabila Putri Wijaya

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................i

DAFTAR ISI...........................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN.....................................................................1

1.1 LATAR BELAKANG.................................................................1


1.2 RUMUSAN MASALAH............................................................1
1.3 TUJUAN.....................................................................................2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA............................................................3

2.1 PENGERTIAN KEPERAWATAN JIWA DAN PSIKOSOSIAL


.....................................................................................................3
2.2 PENGERTIAN KESEHATAN JIWA........................................3

BAB 3 SEJARAH KEPERAWATAN JIWA........................................4

3.1 SEJARAH KEPERAWATAN JIWA DI DUNIA......................4


3.2 SEJARAH KEPERAWATAN JIWA DI INDONESIA.............5

BAB 4 TREN SERTA ISSUE KEPERAWATAN JIWA GLOBAL.....7

4.1 BUNUH DIRI..............................................................................7


4.2 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SESEORANG
BUNUH DIRI..............................................................................8

BAB 5 EFEK KONDISI KESEHATAN JIWA DAN PSIKOSOSIAL


TERHADAP PASIEN DAN KELUARGA................................10

BAB 6 PENUTUP...................................................................................11

6.1 KESIMPULAN...........................................................................11
6.2 SARAN........................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................12

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berupaya
meningkatkan dan mempertahankan perilaku pasien yang berperan pada
fungsi yang terintegrasi. System pasien atau klien dapat berupa individu,
keluarga, kelompok, organisasi, atau komunitas. American nurses
Association mendefinisikan keperawatan Kesehatan jiwa sebagai suatu
bidang spesialisasi bidang keperawatan yang menerapkan teori perilaku
manusia sebagai ilmunya dan penggunaan diri yang bermanfaat sebagai
kiatnya.
Untuk menangani Kesehatan jiwa tersebut diperlukan peran tenaga
Kesehatan khususnya perawat Kesehatan jiwa, dengan cara melibatkan
peran serta masyarakat untuk menangani masalh tersebut dengan
membentuk kader Kesehatan jiwa yang bertugas untuk mendata masalah
Kesehatan jiwa dimasyarakat mulai dari deteksi dini masyarakat yang
sehat jiwa, yang beresiko mengalami masalah gangguan jiwa, sampai yang
mengalami gangguan jiwa berat, sehingga seluruh masalah Kesehatan jiwa
dimasyarakat dapat diatasi.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Pengertian keperawatan jiwa dan psikososial
2. Pengertian kesehatan jiwa
3. Sejarah keperawatan jiwa di dunia
4. Sejarah keperawatan jiwa di Indonesia
5. Tren serta issue keperawatan jiwa global
6. Efek kondisi Kesehatan jiwa dan psikososial terhadap pasien dan
keluarga

1
1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui dan memahami pengertian keperawatan jiwa dan
psikososial
2. Untuk mengetahui apa itu kesehatan jiwa
3. Untuk mengetahui sejarah keperawatan jiwa di dunia
4. Untuk mengetahui keperawatan jiwa di dunia
5. Untuk mengetahui tren serta issue keperawatan jiwa global
6. Untuk mengetahui efek kondisi Kesehatan jiwa dan psikososial
terhadap pasien dan keluarga.

2
BAB 2

2.1 PENGERTIAN KEPERAWATAN JIWA DAN PSIKOSOSIAL


Keperawatan jiwa adalah suatu bidang spesialisai praktik keperawatan yang
menerapkan teori perilaku manusia sebagai ilmunya dan penggunaan diri
secara terapeutik sebagai kiatnya. Keperawatan jiwa adalah area khusus
dalam praktek keperawatan yang menggunakan ilmu tingkah laku manusia
sebagai dasar dan menggunakan diri sendiri secara terapeutik dalam
meningkatkan, mempertahankan, memulihkan Kesehatan mental masyarakat
dimana klien berada
. Sedangkan psikososial adalah istilah yang sering digunakan dalam
respon konteks kemanusiaan untuk menunjukkan “dekatnya hubungan antara
aspek psikologis dan sosial berkaitan erat dan meliputi berbagai pengalaman
manusia, ekologi sosial, budaya, dan nilai.

2.2 PENGERTIAN KESEHATAN JIWA


Kesehatan jiwa adalah kondisi dimana seseorang individu dapat
berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu dapat
menyadari kemampuannya sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja
secara produktif, dan mampu memberikan kontribusi untuk komunitasnya.
Kesehatan jiwa bukan hanya tidak ada gangguan jiwa, melainkan
mengandung berbagai karakteristik yang positif yang menggambarkan
keselarasan dan keseimbangan kejiwaan dan mencerminkan kedewasaan
kepribadiannya. Kesehatan jiwa adalah kondisi seseorang yang terus tumbuh
diri, serta terbebas dari stress yang serius.

3
BAB 3

SEJARAH KEPERAWATAN JIWA

3.1 SEJARAH KEPERAWATAN JIWA DI DUNIA


Awal perkembangan kepeawatan jiwa dimulai oleh seorang tokoh
yang bernama Linda Richards, seorang lulusan dari rumah sakit New England
bagi ibu dan anak di Boston pada tahun 1873. Linda mengembangkan asuhan
keperawatan di rumah sakit jiwa dan memberikan program pendidikan. Linda
berpendapat bahwa kesehatan mental harus mendapat perhatian yang sama
dengan kesehatan fisik. Selanjutnya Linda disebut sebagai perawat psikiatri
pertama di Amerika.
Rumah sakit pertama yang mempersiapkan perawat melakukan
asuhan keperawatan pada masalah kesehatan mental di buka pertama di
Rumah sakit McLean, daerah Waverly, Massachusetts. Pada tahun 1882.
Namun demikian focus pelayanan kesehatan yang diberikan masih berfokus
pada kebutuhan fisik pasien seperti medikasi, nutrisi, kebersihan dan aktivitas
bangsal.
Sampai akhir abad 19, tidak banyak perubahan yang terjadi pada
perkembangan keperawatan jiwa. Jumlah perawat yang mendalami
keperawatan jiwa sangat terbatas, pelatihan-pelatihan keperawatan jiwa
jarang dilaksanakan, dan hampir sebagian besar mereka lebih banyak
mengaplikasikan keperawatan medical surgical pada seting pelayanan
keperawatan jiwa.
Kontribusi utama dari Linda Richards pada dunia keperawatan jiwa
lebih menekankan pada keseimbangan kebutuhan mental dan fisik dari
pasien. Pada awal perkembanganya, pendidikan keperawatan dipisahkan
kedalam dua bagian yaitu rumah sakit umum dan rumah sakit jiwa.
Pada tahun 1913 Johns Hopkins menjadi sekolah perawat pertama
yang memasukkan aspek keperawatan jiwa dalam kurikulumnya. Selanjutnya
beberapa sekolah juga mengikuti sampai akhir tahun 1930an. Beberapa factor
penting yang dikembangkan pada keperawatan jiwa diantaranya adalah
munculnya berbagai terapi somatic termasuk terapi shock insulin (1935),
psychosurgery (1936), dan terapi elektrokonfulsi (1937). Seluruh teknik
4
terapi ini memerlukan ketrampilan perawat medical bedah. Meskipun hampir
seluruh terapi tersebut belum bisa membantu pasien untuk memahami
masalahnya, namun pasien bisa menerima psikoterapi yang diberikan. Terapi
somatic juga dilakukan untuk meningkatkan asuhan keperawatan pada pasien
terutama yang tidak memberikan respon. Berikut ini merupakan tahapan
perkembangan keperawatan jiwa di dunia.

3.2 SEJARAH KEPERAWATAN JIWA DI INDONESIA


Sejarah keperawatan jiwa di Indonesia dimulai pada tahun 1862.
Dimulai dengan penyelenggaraan sensus jiwa di wilayah jawa dan Madura.
Selain itu juga di rumah sakit Cina Jakarta dibuat ruang perawatan yang
berteralis dan bertujuan untuk mengintip. Pada saat itu pengetahuan dokter
tentang kesehatan jiwa masih sangat terbatas.
Selanjutnya pada tanggal 1 juli 1882 didirikan rumah sakit Jiwa di
Bogor dengan kapasitas 400 bed. Diikuti pada tahun 23Juni 1902 didirikan
rumah sakit jiwa lawang dengan kapasitas 500 bed. Pada tahun 1923
didirikan rumah sakit jiwa magelang dengan program kerja melalui pertanian.
Pada tahun 1942-1943 jumlah pasien meningkat dan menuurunpada tahun
1944 dan kemudian meningkat lagi. Sesudah tahun 1945 rumah sakit
dianggap kurang tepat digunakan sebagai tempat perawatan karena jumlah
tenaga kurang memadai.
Dengan alasan tersebut selanjutnya dikeluar prosedur perawatan yang harus
dengan:
 Surat perintah pengadilan
 Surat Pamong Praja
 Surat keterangan dokter dan keluarga.
Aturan ini selanjutnya tidak berlaku lagi setelah dikeluarkan UU keswa no 3
1966 yang menyatakan bahwa pasien bisa langsung datang ke rumah sakit.
Praktek keperawatan jiwa semakin lama semakin berkembang dengan
meningkatkan kualitas pelayanan. Di tatanan rumah sakit jiwa dikembangkan
model praktek keperawatan professional dan saat ini telah dikembangkan
hampir di seluruh rumah sakit jiwa di Indonesia. Di unit pelayanan umum
mulai dikembangkan model consultation liaison mental health nursing.
Sedangkan di komunitas dikembangkan model community mental health

5
program kerja melalui pertanian. Pada tahun 1942-1943 jumlah pasien
meningkat dan menuurunpada tahun 1944 dan kemudian meningkat lagi.
Sesudah tahun 1945 rumah sakit dianggap kurang tepat digunakan sebagai
tempat perawatan karena jumlah tenaga kurang memadai. Dengan alasan
tersebut selanjutnya dikeluar prosedur perawatan yang harus dengan :
 Surat perintah pengadilan
 .Surat Pamong Praja
 Surat keterangan dokter dan keluarga. Aturan ini selanjutnya tidak
berlaku lagi setelah dikeluarkan UU keswa no 3 1966 yang menyatakan
bahwa pasien bisa langsung datang ke rumah sakit.

Sejarah pendidikan keperawatan jiwa dimulai pada tahun 1992, dibentuk D


III Keperawatan dengan muatan lokal keperawatan jiwa di Malang dan tahun
1994/1995 di Bogor. Pada tahun 1985 didirikan S1 Keperawatan di
Universitas Indonesia. Pada tahun 2005 dibuka program Magister dan
Spesialis Keperawatan Jiwa di Universitas Indonesia dan telah meluluskan
spesialis keperawatan jiwa. Pada tahun 2007 dibuka program doktor
keperawatan di Universitas Indonesia.

6
BAB 4

TREN SERTA ISSUE KEPERAWATAN JIWA

4.1 BUNUH DIRI


Bunuh diri merupakam masalah psikologis dunia yang sangat
mengancam. Dari 100.000 penduduk Jepang, 25 orang di antaranya
meninggal akibat bunuh diri, sedangkan untuk negara Austria, Denmark, dan
Inggris, rata-rata 23 orang. Urutan pertama diduduki Jerman dengan angka 37
orang per 100.000 penduduk. Di Amerika tiap 24 menit seorang meninggal
akibat bunuh diri dan setiap tahunnya 30.000 orang meninggal akibat bunuh
diri. Jumlah jumlah usaha bunuh diri yang sebenarnya 10 kali lebih besar dari
angka tersebut, tetapi cepat tertolong. Kini yang mengkhawatirkan trend
bunuh diri mulai tampak meningkat terjadi pada anak-anak dan remaja.
Pada tahun-tahun terakhir angka bunuh diri di Amerika yang berusia
12-20 tahun mengalami peningkatan. Di Amerika 12.000 anak-anak dan
remaja tiap tahun dirawat di RS akibat upaya bunuh diri. Metode bunuh diri
yang paling disukai adalah mengguanakan pistol, urutan selanjutnya
menggantung diri dan minum racun. Kini di negara yang selalu menggembar-
gemborkan perdamaian dan demokrasi itu, dalam setiap 90 menit seorang
anak meninggal akibat bunuh diri. Bunuh diri tampak telah menjadi bagian
tingkah laku manusia sejak zaman prasejarah. Di negeri Paman Sam itu,
tindakan bunuh diri setiap tahun mencapai angka 25 orang dan merupakan
penyebab kematian urutan kesebelas, konon negara di Eropa Timur dan Eropa
Utara menempati ranking tertinggi, sedang terendah di Maditernia dan
Amerika Latin.
Di negara tergolong maju seperti A, bunuh diri ditemukan di berbagai
kalangan sosial ekonomi, namun paling dominan di kalangan atas. Uniknya,
pria melakukan bunuh diri secara efektif, artinya tidak mengharapkan hidup
lagi, sedangkan pada wanita kesempatan hidup masih terbuka karena selalu
memilih cara untuk memberi peluang menyelamatkan dirinya sendiri atau
diselamatkan orang lain. Seiring dengan itu, keberhasilan pria bunuh diri tiga
kali lebih banyak ketimbang wanita.

7
Di benua Asia, Jepang, dan Korea termasuk negara yang sering
diberitakan media bahwa warganya melakukan bunuh diri di Jepang, harakiri
(menikam atau merobek perut sendiri, sering dilakukan bawahan untuk
melindungi nama baik atasannya. Sebagai contoh sekertaris pribadi mantan
Perdana Menteri Takeshita melakukan bunuh diri ketika skandal suap
perusahaan Recruits Cosmos terbongkar pada tahun 1984 atau yang paling
terkenal kasus bunuh dirinya sopir pribadi mantan Perdana Menteri Tanaka
ketika skandal suap lochkeed terbongkar, sang sopir menusuk perutnya demi
menjaga kehormatan pimpinannya.

4.2 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SESEORANG BUNUH


DIRI
Pada dasarnya ada beragam faktor yang bisa memicu seseorang untuk
bunuh diri. Seperti masalah ekonomi, konflik dengan keluarga, ditolak dalam
pergaulan, masalah. percintaan, pernah mengalami pelecehan seksual,
menjadi korban perundungan (bullying), hingga motif terorisme. Namun di
luar hal tersebut, hasrat untuk bunuh diri juga kerap kali dihubungkan dengan
kondisi kesehatan mental. Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut:
1. Gangguan Bipolar
Orang dengan gangguan bipolar ini memiliki risiko 20 kali lebih tinggi
untuk melakukan percobaan bunuh diri ketimbang orang normal. Mereka
sering mengalami perubahan wood yang sangat drastis. Diperkirakan,
satu dari tiga orang dengan gangguan bipolar akan mencoba bunuh diri
setidaknya satu kali selama hidupnya. Penderita gangguanbipolar yang
juga memiliki masalah kecemasan memiliki risiko mencoba bunuh diri
yang lebih tinggi.
2. Anoreksia Nervosa
Ini merupakan perilaku menjauhi makanan sebisa mungkin dan selalu
berbohong bahwa mereka tidak lapar atau sudah makan. Penderita
gangguan makan ini selalu merasa dirinya gemuk, sehingga membuat
mereka terus-menerus menurun-kan berat badan. Diperkirakan satu dari
lima pengidap Anoreksia Nrvosa akan melakukan percobaan bunuh diri
setidaknya sekali selama hidupnya.
3. Skizofrenia

8
Skizofrenia adalah gangguan mental serius yang terjadi dalam jangka
panjang. Gangguan ini menyebabkan penderitanya mengalami halusinasi,
delusi atau waham, kekacauan berpikir, dan perubahan perilaku di mana
penderitanya kesulitan membedakan kenyataan dengan pikirannya
sendiri. Diper- kirakan satu dari 20 orang dengan gangguan Skizofrenia
ini akan mencoba untuk bunuh diri.
4. Anxiety Disorder
Anxiety disorder adalah gangguan perasaan cemas yang dialami dalam
waktu lama dan memburuk dari waktu ke waktu. Beberapa orang kerap
mengkaitkan Anxiety Disorder ini dengan depresi, namun ternyata kedua
hal ini sangat jauh berbeda. Pada seseorang yang mengidap depresi, ia
akan me- rasakan keputusasaan dan kemarahan. Sedangkan pada mereka
yang mengidap anxiety disorder, mereka akan merasa takut, panik, dan
cemas pada situasi yang kebanyakan orang mampu untuk
menghadapinya dengan baik. Salah satu contohnya adalah PTSD (Post-
Traumatic Stress Disorder) yang biasa kita temukan pada mereka yang
pernah mengalami kejadian traumatis atau berada di situasi berbahaya
yang mengancam nyawa. Seperti tinggal di daerah konflik atau perang,
korban bencana alam, atau korban kekerasan.
5. Pernah Menjadi Korban Perundungan (Bullying)
Banyak orang yang tidak tahu jika korban bullying memiliki
kecenderungan untuk bunuh diri. Beberapa di antaranya bahkan
melakukan percobaan bunuh diri sampai berkali-kali.
6. Perceraian Orang Tua (Broken Home)
Seseorang yang tumbuh dalam keluarga bercerai, lebih menunjukkan
masalah penyesuaian dibandingkan dengan mereka yang berada dalam
keluarga utuh.
7. Kesepian
Variabel kesepian tampaknya jarang menjadi fokus utama penelitian
tentang bunuh diri. Kesepian muncul karena adanya kesenjangan antara
apa yang diinginkan dan yang diperoleh dari suatu hubungan tertentu,
misalnya kualitas hubungan dengan teman, keluarga ataupun tetangga.
8. Kesibukan Orang Tua
Memiliki orang tua yang super sibuk tidak selamanya menyenangkan,
karena seringkali kesibukan itu justru membuat mereka jauh dari rumah
9
dan sendiri. Tak jarang anak- anak mereka menghabiskan lebih banyak
waktu bersama babysitter atau dengan kakek-neneknya. Hal ini tentu saja
dapat menimbulkan perasaan diabaikan akibat kurangnya kasih sayang
yang diterima.
BAB 5
EFEK KONDISI KESEHATAN JIWA DAN PSIKOSOSIAL TERHADAP
PASIEN DAN KELUARGA

Keluarga mempunyai peranan tersendiri yang berdampak pada


Kesehatan jiwa pasien. Peran keluarga sangat penting dalam menciptakan
pola pengasuhan yang mendukung pertumbuhan dan pengembangan jiwa
yang sehat, melindungi, memberikan rasa aman, memberikan rasa nyaman,
dan menjalin komunikasi yang interaktif. Peran keluarga yang tidak optimal
cenderung menimbulkan permasalahan dan gangguan Kesehatan jiwa.
Banyak faktor atau peran keluarga yang belum berjalan dengan baik sehingga
menjadi masalah utama dalam pembentukan Kesehatan mental. Sebagai
keluarga yang dimana didalamnya terdapat orang tua yang memiliki tugas
dan peran penting karena orang tua merupakan guru pertama dan utama
dalam mendidik.

10
BAB 6
PENUTUP

6.1 KESIMPULAN
Keperawatan jiwa adalah suatu bidang spesialisai praktik
keperawatan yang menerapkan teori perilaku manusia sebagai ilmunya dan
penggunaan diri secara terapeutik sebagai kiatnya . Sedangkan psikososial
adalah istilah yang sering digunakan dalam respon konteks kemanusiaan
untuk menunjukkan “dekatnya hubungan antara aspek psikologis dan
sosial berkaitan erat dan meliputi berbagai pengalaman manusia, ekologi
sosial, budaya, dan nilai. Awal perkembangan keperawatan jiwa di dunia
dimulai oleh seorang tokoh yang bernama Linda Richards, seorang lulusan
dari rumah sakit New England di Boston pada tahun 1873. Sejarah
keperawatan jiwa di Indonesia dimulai pada tahun 1862. Dimulai dengan
penyelenggaraan sensus jiwa di wilayah jawa dan Madura. Tren serta issue
keperawatan jiwa yang paling sering terjadi yaitu bunuh diri. Dalam
memelihara kesehatan jiwa keluarga mempunyai peranan penting dalam
menciptakan pola pengasuhan yang mendukung pertumbuhan dan
pengembangan jiwa yang sehat.

6.2 SARAN
Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan
makalah ini akan tetapi masih banyak kekurangan yang perlu penulis
perbaiki. Hal ini dikarenakan masih minimnya pengetahuan yang penulis
miliki. Oleh karena itu, penulis perlu bimbingan dari dosen pembimbing
maupun pembaca untuk kesempurnaan dari makalah ini, kami berharap
semoga penyusunan makalah ini dapat memberikan ilmu dan pengetahuan
dalam bidang pendidikan dan praktik keperawatan, Dan juga dengan
makalah ini dapat menjadi acuan untuk tindakan proses keperawatan jiwa

11
DAFTAR PUSTAKA

Dr. Mudakir, M.Kep (2022). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa,.


UMSurabaya Publishing.

Marty Mawarpury, Herdiyan Maulana, Maya Khairani, at all (2022). Buku Seri
Kesehatan Mental Indonesia : Kesehatan Mental di Indonesia saat
Pandemi. Syiah Kuala University Press.

Dyah Widodo, at all (2022). Keperawatan Jiwa. Yayasan kita menulis.

Agust A. Laya, SKM.,M.Kes, Ns. Rizkan Halalan Djafar, S,Kep.,M.Kep (2022).


TREND DAN ISSUE KEPERAWATAN V0L:3 KEPERAWATAN MEDIKAL
BEDAH, MATERNITAS, JIWA, KOMUNITAS, GAWAT DARYRAT,
GERONTIK &ANAK. Penerbit Lakeisha.

Titi Keke, at all (2021). Nubar-Seluk-Beluk Bunuh Diri (Sulawesi#12). Rumah


Media Grup

12

Anda mungkin juga menyukai