Disusun Oleh:
Kelas Keperawatan C
Semester 4
2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
kesehatan dan rahmat-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini
dengan sebaik-baiknya. Terimakasih penyusun ucapkan kepada Bapak Ns. Kurnia
Laksana. S. Kep., M. Kep., CH., CHt. Selaku dosen penanggung jawab mata kuliah
Keperawatan Kesehatan Jiwa dan Psikososial, yang telah mengajarkan ilmu serta
membimbing penyusun sehingga dapat menyelesaikan makalah ini.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
2.3 Efek Kondisi Kesehatan Jiwa dan Psikososial terhadap pasien dan
keluarga ................................................................................................ 13
BAB 3 PENUTUP..................................................................................................18
3
BAB 1
PENDAHULUAN
Jiwa adalah unsur manusia yang bersifat nonmateri, tetapi fungsi dan
manifestasinya sangat terkait pada materi. Jiwa yang sehat sulit didefinisikan
dengan tepat. Meskipun demikian, ada beberapa indikator untuk menilai
kesehatan jiwa. Karl Menninger mendefinisikan orang yang sehat jiwanya
adalah orang yang mempunyai kemampuan untuk menyesuaikan diri pada
lingkungan, serta berintegrasi dan berinteraksi dengan baik, tepat, dan bahagia.
4
bersalah. Keluarga turut mengalami masalah keuangan, gangguan dalam
melakukan akitivitas sosial, dan terjejas kesehatan fisikal. Oleh sebab itu
psikoedukasi bagi keluarga yang mempunyai anggota keluarga yang mengalami
sakit mental psikotik dipandang sangat penting untuk meningkatkan kualitas
hidup pasien dengan gangguan jiwa.
1.3 Tujuan
1. Menjelaskan Sejarah Keperawatan Jiwa dan Psikososial.
2. Menggambarkan Trend dan Issue Keperawatan Jiwa Global Terkini.
3. Menjelaskan Efek Kondisi Kesehatan Jiwa dan Psikososial Terhadap Pasien
dan Keluarga.
1.4 Manfaat
5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
7
dikembangkan model praktek keperawatan professional dan saat ini telah
dikembangkan hampir di seluruh rumah sakit jiwa di Indonesia.
8
lingkungan (environment manipulation) dan dukungan sosial (social
suport).
4. Eksistensial (ellis, rogers)
Menurut teori model eksistensial, gangguan perilaku atau gangguan
jiwa terjadi bila individual gagal menemukan jati diri dan tujuan
hidupnya. individu tidak memiliki kebanggaan akan dirinya. membenci
diri sendiri dan mengalami gangguan dalam body imagenya. prinsip
dalam proses terapinya adalah mengupayakan agar individu
berpengalaman dan bergaul dengan orang lain, memahami riwayat hidup
orang lain dianggap sukses, atau dianggap sebagai Panutan (experience
in relationship), memperluas kesadaran diri dengan cara intropeksi (self
assesment), bergaul dengan kelompok sosial dan kemanusiaan
(conducted in group), mendorong untuk menerima jati dirinya sendiri,
dan menerima kritik atau feedback tentang perilaku dari orang lain serta
dapat mengontrol perilakunya (encouraged to accept self and control
behavior).
5. Supportive Therapy (wermon, rockland)
Penyebab gangguan jiwa dalam konsep ini adalah faktor
biopsikososial dan respons maladaptif saat ini. aspek biologisnya
menjadi masalah seperti: sering sakit maag, migrain, atau batuk-batuk.
aspek psikologisnya mengalami banyak keluhan, seperti: mudah cemas,
kurang percaya diri, perasaan bersalah, ragu-ragu dan pemarah. aspek
sosialnya memiliki masalah seperti: susah bergaul, menarik diri, tidak
disukai, bermusuhan, tidak mampu medapatkan pekerjaan, dan
sebagainya. semua hal tersebut terakumulasi menjadi penyebab
gangguan jiwa.
6. Medical (meyer, kraeplin)
Menurut konsep ini, gangguan jiwa cenderung muncul akibat
multifaktor yang kompleks, meliputi: aspek fisik, genetik, lingkungan,
dan faktor sosial sehingga fokus penatalaksanaannya harus lengkap
melalui pemeriksaan diagnostik, terapi soatik, farmakologi, dan tehnik
interpersonal. perawat berkolaborasi dengan tim medis dalam melakukan
prosedur diagnostik dan terapi jangka panjang.
9
2.2 Trend Dan Issue Keperawatan Jiwa Global Terkini
11
pelecehan sebaya, gangguan mental, stigma terhadap bantuan
psikologis, cyberbullying, hingga peran keluarga. Kompleksitas
penyebab inilah yang menjadikan upaya pencegahan bunuh diri remaja
menjadi sangat penting tapi juga menantang (Wibowo et al., 2021).
2. Bullying
Bullying atau perundungan di sekolah merupakan masalah serius
yang berdampak signifikan pada kesehatan mental dan kesejahteraan
korban. Peran serta masyarakat sangat penting untuk mencegah dan
menangani kasus ini, mulai dari sekolah yang harus menciptakan budaya
anti-bullying melalui pendidikan terkait, hingga orang tua yang
memberi dukungan moral kepada anak korban bullying (Downing et al.,
2023).
3. Peranan Masyarakat
Mengatasi tren bunuh diri di kalangan remaja memerlukan
pendekatan holistik dengan melibatkan seluruh elemen masyarakat.
Peranan masyarakat sangat penting mulai dari meningkatkan kesadaran
dan edukasi publik terkait kesehatan mental dan pencegahan bunuh diri,
memberikan dukungan emosional dan lingkungan yang kondusif bagi
remaja berisiko, hingga mendorong terciptanya kebijakan publik yang
efektif (Rohmah, 2020).
Masyarakat dapat membantu menghapus stigma dan membekali
keluarga korban agar lebih memahami, mengenali, serta merespons
tanda-tanda bunuh diri pada remaja. Pencegahan bullying melalui
advokasi dan kampanye anti-bullying juga mutlak diperlukan agar
remaja merasa didukung dan terbebas dari intimidasi atau pelecehan
yang berisiko memicu depresi hingga keinginan bunuh diri.
12
2.3 Efek Kondisi Kesehatan Jiwa dan Psikososial terhadap pasien dan
keluarga
A. Beban Caregiver
15
menyediakan pelayanan kesehatan mental kepada penderita penyakit
mental. Tidak hanya memfokuskan intervensi pada penderita tetapi juga
pada keluarga yang merawatnya.
E. Family Theraphy
16
environment sangat diperlukan bagi pasien psikotik untuk dapat merasa
sejahtera, berfungsi optimal dan menghindari kekambuhan maka penting
bagi keluarga untuk mengupayakan holding environment tersebut dengan
memecahkan/mengurangi konflik yang ada diantara mereka dan
mempererat relasi dalam keluarga. Terbentuknya psikopatologi dalam diri
seorang anggota keluarga dikarenakan pasien tersebut kurang mendapatkan
3C (centered relating, centered holding, contextual holding) dalam
keluarganya.
17
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
18
DAFTAR PUSTAKA
Arofiani, N., Niman, S. (2021). Resiko Perilaku Kekerasan: Studi Kasus. Jurnal
Sahabat Keperawatan. Vol. 3(2), 1-7.
Lilin, R., Indriono, H. (2021). Memahami Beban, Kondisi Psikososial dan Koping
Keluarga (Caregivers) Dalam Merawat Penderita Gangguan Jiwa
(Pendekatan Keluarga). Health Information: Jurnal Penelitian. Vol. 13
(02).
Karisma, N., Rofiah, A., dkk. (2023). Kesehatan Mental Remaja dan Tren Bunuh
Diri: Peran Masyarakat Mengatasi Kasus Bullying di Indonesia. Edu
Cendikia: Jurnal Ilmiah Kependidikan. Vol. 3(3), 560-567.
19