Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

KEPERAWATAN JIWA
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA

OLEH :
KELOMPOK 1
1. REZALDY
2. ZULFIKAR
3. ALPINI
4. TEGUH FIRMANSYAH
5. NURIKA FEBRIANTI
6. FIRMAN
7. ZAKINA AWALIA
8. SUNARDI
9. THOHIRAH
10. ASRIANI SARI

(2109089)
(2110053)
(2110109)
(2110110)
(2110111)
(2110112)
(2110113)
(2110114)
(2110115)
(2110117)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


GEMA INSAN AKADEMIK
MAKASSAR
TA. 2012 2013
KATA PENGANTAR

Segala Puja dan Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
Rahmat dan Hidayahnya kepada penyusun makalah ini sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini dengan tepat waktu.
Kami menyusun makalah ini dengan maksud agar pembaca dapat memahami dan
mengerti serta menambah wawasan mengenai konsep dasar dari Keperawatan Jiwa, serta untuk
memenuhi tugas kami sebagai mahasiswa/I untuk menyelesaikan tugas kelompok dengan
menyusun makalah ini.
Kami selaku penyusun makalah ini mengucapkan maaf sebesar besarnya jika dalam
penyusunan makalah ini jauh dari kesempurnaan yang diharapkan baik bagi para pembaca
maupun para pengajar.
Terima kasih

Makassar, 03 Oktober 2012


Hormat Kami

( Penyusun )

DAFTAR ISI
Hal
Halaman Judul........................................................................................................................ i
KATA PENGANTAR.............................................................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................ iii
BAB I

PENDAHULUAN................................................................................................. 1

a. Latar Belakang.............................................................................................................. 1
b. Rumusan Masalah......................................................................................................... 2
BAB II

ISI........................................................................................................................... 3

a. Sejarah Perkembangan Keperawatan Jiwa di Dunia.................................................... 3


b. Sejarah Perkembangan Keperawatan Jiwa di Indonesia............................................... 6
BAB III

PENUTUP.............................................................................................................. 9

a. Kesimpulan .................................................................................................................. 9
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................. 11

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Kecepatan informasi dan mobilitas manusia di era modernisasi saat ini begitu tinggi
sehingga terjadi hubungan social dan budaya. Hubungan social antar manusia dirasakan
menurun akhir akhir ini, bahkan kadang- kadang hanya sebatas imitasi saja. Padahal bangsa
Indonesia yang mempunyai / menjunjung tinggi adat ketimuran sangat memperhatikan
hubungan social ini. Dengan demikian kita patut waspada dari kehilangan identitas diri
tersebut. Perubahan yang terjadi tadi dapat membuat rasa bingung karena muncul rasa tidak
pasti antara moral, norma,nilai nilai dan etika bahkan juga hokum. Menurut Dadang
Hawari ( 1996 ) hal hal tersebut dapat menyebabkan perubahan psikososial, antara lain :
pola hidup social religious menjadi materialistis dan sekuler. Nilai agama dan tradisional
diera modern menjadi serba boleh dan seterusnya.
Perubahan perubahan yang dirasakan dapat mempengaruhi tidak hanya fisik tapi
juga mental, seperti yang menjadi standar WHO ( 1984 ) yang dikatakan sehat tidak hanya
fisik tetapi juga mental,social dan spiritual. Standar sehat yang disampaikan oleh WHO
tersebut dapat menjadi peluang besar bagi perawat untuk berbuat banyak, karena perawat
mempunyai kesempatan kontak dengan klien selama 24 jam sehari. Olehnya itu dalam
tulisan ini kami bermaksud mebahas tentang dimensi spiritual, dimensi spiritual dalam
kesehatan, konsep dalam memberikan asuhan keperawatan spiritual dan proses keperawatan
dalam dimensi spiritual.
Menurut American Nurses Associations (ANA), Keperawatan jiwa adalah area khusus
dalam praktek keperawatan yang menggunakan ilmu tingkah laku manusia sebagai dasar dan
menggunakan diri sendiri secara teraupetik dalam meningkatkan, mempertahankan,
memulihkan kesehatan mental klien dan kesehatan mental masyarakat dimana klien berada
(American Nurses Associations).
Menurut WHO Kes. Jiwa bukan hanya suatu keadaan tdk ganguan jiwa, melainkan
mengandung berbagai karakteristik yg adalah perawatan langsung, komunikasi dan
management, bersifat positif yg menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yg
mencerminkan kedewasaan kepribadian yg bersangkutan.

Menurut UU KES. JIWA NO 03 THN 1966 Kondisi yg memungkinkan perkembangan


fisik, intelektual emosional secara optimal dari seseorang dan perkebangan ini selaras dgn
orang lain.
Keperawatan jiwa adalah pelayanan keperawatan profesional didasarkan pada ilmu
perilaku, ilmu keperawatan jiwa pada manusia sepanjang siklus kehidupan dengan respons
psiko-sosial yang maladaptif yang disebabkan oleh gangguan bio-psiko-sosial, dengan
menggunakan diri sendiri dan terapi keperawatan jiwa ( komunikasi terapeutik dan terapi
modalitas keperawatan kesehatan jiwa ) melalui pendekatan proses keperawatan untuk
meningkatkan, mencegah, mempertahankan dan memulihkan masalah kesehatan jiwa klien
(individu, keluarga, kelompok komunitas). Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal
yang berusaha untuk meningkatkan dan mempertahankan perilaku sehingga klien dapat
berfungsi utuh sebagai manusia.
B. Rumusan Masalah
a. Mengerti dan memahami Sejarah Perkembangan Keperawatan Jiwa di Dunia
b. Mengerti dan memahami Sejarah Perkembangan Keperawatan Jiwa di Indonesia
c. Mengerti dan memahami Tokoh Tokoh yang berperan dalam Keperawatan Jiwa

BAB II

ISI
A. SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA DI DUNIA
Dalam sejarah evolusi keperawatan jiwa, kita mengenal beberapa teori dan model
keperawatan yang menjadi core keperawatan jiwa, yang terbagi dalam beberapa periode.
Pada awalnya perawatan pasien dengan gangguan jiwa tidak dilakukan oleh petugas
kesehatan (Custodial Care) (tidak oleh tenaga kesehatan). Perawatan bersifat isolasi dan
penjagaan. Mereka ditempatkan dalam suatu tempat khusus, yang kemudian berkembang
menjadi Primary Consistend of Custodial Care.
Ilmu kedokteran jiwa, mula mula dianggap Gaib, Ajaib atau aneh sehungga
masyarakat cenderung mencari penjelasan supranatural bahkan hingga saat ini. Dizaman
Purba, terdapat tanda bahwa manusia telah mengenaldan berusahan mengobati penderita
gangguan jiwa.
Di Yunani, Hipokrates (460-357 SM) menggambarkan gejala melankolia dan
berpendapat bahwa penyakit ayan bukanlah penyakit keramat seperti anggpan umum saat ini,
tetapi memiliki penyebab seperti lainnya.
Di Romawi, dilakukan Pengeluaran Darah. Setelah jatuhnya kebudayaan yunani
dan Romawi, Keperawatan Jiwa mengalami kemunduran. Penderita gangguan jiwa diikat,
dipukuli atau dibiarkan kelaparan, ada yang dimasukkan kedalam tong lalu digulingkan dari
atas bukit kebawah, ada yang dicemplungkan kedalam sungai secara mendadak dari atas
jembatan dengan tujuan mengusir roh jahat dari tubuh sipenderita.
Baru sekitar tahun 1945-an fokus perawatan terletak pada penyakit, yaitu model
kuratif (model Curative Care). Perawatan pasien jiwa difokuskan pada pemberian
pengobatan. Baru tahun 1950 fokus perawatannya mulai befokus pada klien, anggota
keluarga tidak dianggap sebagai bagian dari tim perawatan. Obat-obat psychotropic
menggantikan Restrains dan seklusi (pemisahan). Deinstitutionalization dimulai, mereka
bukan partisipan aktif dalam perawatan dan pengobatan kesehatan mereka sendiri. Hubungan
yang terapetik mulai diterpakan dan ditekankan. Fokus utama pada preventiv primer.

Perawatan kesehatan jiwa diberikan di rumah sakit jiwa yang besar (swasta atau pemerintah)
yang biasanya terletak jauh dari daerah pemukiman padat.
Sekitar dekade berikutnya, pada saat terjadi Pergerakan Hak-Hak Sipil (The Civil
Rights) di 1960-an, penderita gangguan jiwa mulai mendapatkan hak-haknya. The
Community Mental Health Centers Act (1963) secara dramatis mempengaruhi pemberian
pelayanan kesehatan jiwa. Undang-Undang inilah yang menyebabkan fokus dan pendanaan
perawatan beralih dari rumah sakit jiwa yang besar ke pusat-pusat kesehatan jiwa masyarakat
yang mulai banyak didirikan.
Pada tahun 1970-1980, perawatan beralih dari perawatan rumah sakit jangka panjang
ke lama rawat yang lebih singkat. Fokus perawatan bergeser ke arah community based care /
service (Pengobatan berbasis komunitas). Pada tahun-tahun ini banyak dilakukan riset dan
perkembangan teknologi yang pesat. Populasi klien di rumah sakit jiwa yang besar
berkurang, sehingga banyak rumah sakit yang ditutup. Pusat-pusat kesehatan komunitas jiwa
sering tidak mampu menyediakan layanan akibat bertambahnya jumlah klien. Tunawisma
menjadi masalah bagi penderita penyakit mental kronik persisten yang mengalami
kekurangan sumber daya keluarga dan dukungan sosial yang adekuat.
Awal abad 21, fokus perawatan pada preventif atau pengobatan berbasis komunitas,
yang menggunakan berbagai pendekatan, antara lain melalui pusat kesehatan mental,
praktek, pelayanan di rumah sakit, pelayanan day care, home visite dan hospice care. Pada
saat ini banyak terjadi perubahan yang signifikan dalam perawatan kesehatan jiwa. Managed
care menghubungkan struktur dan layanan baru. Seorang manajer kasus ditugaskan untuk
mengkoordinasikan pelayanan untuk klien individu dan bekerja sama dengan tim
multidisipliner. Alat-alat manajemen klinis yang menunjukkan organisasi, urutan dan waktu
intervensi yang diberikan oleh tim perawatan untuk satu gangguan yang teridentifikasi pada
klien. Pemberian dan pemfokusan layanan pencegahan primer (bukan hanya perawatan
berbasis penyakit); mencakup identifikasi kelompok-kelompok berisiko tinggi dan
penyuluhan untuk mencegah gaya hidup guna mencegah penyakit.
Di Amerika, terdapat organisasi Disabilities Act (1990) yang membantu memastikan
bahwa penderita cacat, termasuk penderita gangguan jiwa, dapat berpatisipasi penuh dalam

kegiatan ekonomi dan sosial masyarakat. Organisasi-organisasi seperti The National Alliance
of Mentally III, menghapus stigma gangguan jiwa dan member dukungan komunitas
setempat bagi penderita ganguan jiwa dan keluarganya. Organisasi tersebut melakukan lobi
untuk meningkatkan dana penelitian dan pengobatan gangguan jiwa. Pengetahuan tentang
struktur dan fungsi otak berkembang pesat. Tahun 1990-an dianggap sebagai Dekade Otak
karena pertumbuhan pesat pengetahuan tentang cara kerja otak. Seiring dengan kemajuan
genetika, pengetahuan yang dihasilhan telah membentuk kembali pemahaman tentang
penyebab dan pengobatan gangguan jiwa.
Meski dalam sejarah kesehatan jiwa banyak didominasi oleh dunia barat, namun
sesungguhnya dalam dunia Islam sejarah kesehatan jiwa justru sudah dimulai sejak jauh
sebelum Barat mengenal metode penyembuhan penyakit jiwa berikut tempat perawatannya.
Pada abad ke-8 M di Kota Baghdad. Menurut Syed Ibrahim B PhD dalam bukunya berjudul
"Islamic Medicine: 1000 years ahead of its times", mengatakan, rumah sakit jiwa atau insane
asylums telah didirikan para dokter dan psikolog Islam beberapa abad sebelum peradaban
Barat menemukannya. Hampir semua kota besar di dunia Islam pada era keemasan telah
memiliki rumah sakit jiwa. Selain di Baghdad ibu kota Kekhalifahan Abbasiyah Insane
Asylum juga terdapat di kota Fes, Maroko. Selain itu, rumah sakit jiwa juga sudah berdiri di
Kairo, Mesir pada tahun 800 M. Pada abad ke-13 M, kota Damaskus dan Aleppo juga telah
memiliki rumah sakit jiwa.
Lalu bagaimana peradaban Islam mulai mengembangkan pengobatan kesehatan jiwa?
Menurut Syed Ibrahim, berbeda dengan para dokter Non Muslim di abad pertengahan yang
mendasarkan sakit jiwa pada penjelasan yang takhayul, dokter Muslim justru lebih bersifat
rasional. Para dokter Muslim mengkaji justru melakukan kajian klinis terhadap pasien-pasien
yang menderita sakit jiwa. Tak heran jika para dokter Muslim berhasil mencapai kemajuan
yang signifikan dalam bidang ini. Mereka berhasil menemukan psikiatri dan pengobatannya
berupa psikoterapi dan pembinaan moral bagi penderita sakit jiwa. Selain itu, para dokter dan
psikolog Muslim juga mampu menemukan bentuk pengobatan modern bagi penderita sakit
jiwa seperti, mandi pengobatan dengan obat, musik terapi dan terapi jabatan.
Konsep kesehatan mental atau al-tibb al-ruhani pertama kali diperkenalkan dunia
kedokteran Islam oleh seorang dokter dari Persia bernama Abu Zayd Ahmed ibnu Sahl al-

Balkhi (850-934). Dalam kitabnya berjudul Masalih al-Abdan wa al-Anfus (Makanan untuk
Tubuh dan Jiwa), al-Balkhi berhasil menghubungkan penyakit antara tubuh dan jiwa. Ia pun
sangat terkenal dengan teori yang dicetuskannya tentang kesehatan jiwa yang berhubungan
dengan tubuh. Menurut dia, gangguan atau penyakit pikiran sangat berhubungan dengan
kesehatan badan. Jika jiwa sakit, maka tubuh pun tak akan bisa menikmati hidup dan itu bisa
menimbulkan penyakit kejiwaan, tutur al-Balkhi.

B. SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA DI INDONESIA


Tahun 1800 pasien jiwa sudah dikumpulkan di bangsal-bangsal dan perawatannya
bersifat penjagaan. RS jiwa didirikan pertama kali tahun 1875 di Cilandak Bogor dengan
kapasitas 400 orang. Rumah sakit jiwa kedua di Lawang tahun 1894 dengan kapasitas 3300
pasien. Rumah sakit jiwa ketiga RSJ Prof. Dr. Soeroyo di magelang tahun 1923 dengan 1400
pasien.Pendidikan keperawatan jiwa baru dibuka bulan September 1940 di bogor dengan
kursus. Saat ini perawatan jiwa diselenggarakan secara modern. Dibangsal-bangsal,
pengobatan dengan shock terapi, menggunakan obat-obat tidur dnegan musik, olah raga dan
rekreasi.
Diperkirakan bahwa 2-3% dari jumlah penduduk Indonesia menderita gangguan jiwa
berat. Bila separuh dari mereka memerlukan perawatan di Rumah Sakit dan jika penduduk di
Indonesia berjumlah 120 Juta orang maka ini berarti bahwa 120.000 orang dengan gangguan
jiwa berat memerlukan perawatan di Rumah Sakit. Padahal yang tersedia sekarang hanya
kira kira 10.000 tempat tidur.

Konteks keperawatan sendiri banyak dipengaruhi oleh sejarah keperawatan dalam


Islam, budaya dan kepercayaan di Arab keyakinan akan kesehatan dari sudut pandang Islam
(Islamic health belief) dan nilai-nilai profesi yang diperoleh dari pendidikan keperawatan.
Tidak seperti pandangan keperawatan di Negara barat, keyakinan akan spiritual Islam
tercermin dalam budaya mereka.Di Indonesia mungkin hal serupa juga terjadi tinggal
bagaimana keperawatan dan islam berkembang sejalan dalam harmoni percepatan tuntutan
asuhan keperawatan, kompleksitas penyakit, perkembangan teknologi kesehatan dan

informatika kesehatan agar tetap mengenang dan menteladani sejarah perkembangan


keperawatan dimulai oleh Rufaidah binti Sa'ad.
Analisa Perkembangan Keperawatan Jiwa Dahulu dan Sekarang. Pada awalnya
perawatan pasien dengan gangguan jiwa tidak dilakukan oleh petugas kesehatan (Custodial
Care) (tidak oleh tenaga kesehatan) serta Perawatan bersifat isolasi dan penjagaan. Baru
sekitar tahun 1945-an fokus perawatan terletak pada penyakit, yaitu model kuratif (model
Curative Care). Perawatan pasien jiwa difokuskan pada pemberian pengobatan.Baru tahun
1950 fokus perawatannya mulai befokus pada klien, anggota keluarga tidak dianggap sebagai
bagian dari tim perawatan. Awal abad 21, fokus perawatan pada preventif atau pengobatan
berbasis komunitas, yang menggunakan berbagai pendekatan, antara lain melalui
pusatkesehatan mental, praktek, pelayanan di rumah sakit, pelayanan day care, homevisite
dan hospice care.Seiring

perkembangan keperawatan jiwa di dunia, perkembangan di

Indonesia pun turut berkembang. Hal ini dimulai sejak zaman Kolonial. Sebelum ada RSJ
diIndonesia, pasien gangguan jiwa ditampung di RS Sipil atau RS Militer di
Jakarta,Semarang, dan Surabaya, yang ditampung pada umumnya penderita gangguan jiwa
berat. Kemudian, mulailah didirikan beberapa rumah sakit jiwa. Pada saatini, keperawatan
jiwa mulai menjadi bagian klinik khusus. Sebelumnya para perawat berperan sebagai
manajer dan koordinator kegiatan dengan melaksanakan perawatan terapeutik sesuai dengan
model dasar medis. Dengan studi lanjutan dan pengalaman praktek klinik di bidang
perawatan psikiatrik, para ahli spesialis dan praktisi perawat mendapat pengetahuan yang
banyak dalam perawatan dan pencegahan gangguan psikiatrik.
Di Indonesia sejak dulu sudah dikenal adanya gangguan jiwa, misalnya dalam cerita
Mahabarata dan Ramayana dikenal adanya Srikandi Edan, Gatot Kaca Gandrung.
Bagaimana para penderita gangguan jiwa diperlakukan pada zaman dahulu kala di Indonesia
tidak diketahui dengan jelas. Bila beberapa tindakan terhadap penderita gangguan jiwa
sekarang dianggap sebagai warisan dari nenek moyang kita, maka kita dapat kita dapat
membayangkan sedikit bagaimanakah kiranya paling sedikit sebagian dari jumlah penderita
gangguan jiwa itu ditangani pada zaman dulu. Adapun tindakan yang dimaksud adalah
dipasung, dirantai, atau diikat lalu ditempatkan tersendiri dirumah atau dihutan (bila sifat
gangguan jiwanya berat maka membahayakan). Bila tidak berbahaya, dibiarkan berkeliaran

di desa, sambil mencari makanan dan menjadi tontonan masyarakat malahan adakalanya
diperakukan sebagai orang sakti, mbah wali atau medium (perantara antara Roh dan
manusia).
1. Zaman Kolonial
Sebelum ada Rumah Sakit jiwa di Indonesia, para gangguan jiwa ditampung di
RS. Sipil atau RS. Militer di Jakarta, semarang dan Surabaya.Tahun 1862 Pemerintah
Hindia Belanda Mengadakan sensus terhadap penderita gangguan jiwa di pulau Jawa
dan Madura, hasilnya ada kira kira 600 orang penderita ganguan jiwa di pulau Jawa dan
Madura, 200 orang lagi termasuk daerah daerah lain. Keadaan demikian untuk
penguasa pada waktu itu sudah ada cukup alasan untuk membangun Rumah sakit Jiwa.
Maka pada tanggal 1 Juli 1882, di bangun Rumah Sakit Jiwa pertama di Bogor, kemudian
berturut turut di RSJ Lawang ( 23 Juni 1902), RSJ Magelang 1923 dan RSJ Sabang
1927. RSJ ini tergolong Rumah Sakit besar dan menampung penderita gangguan jiwa
menahun yang memerlukan perawatan lama.
Penderita Hindia Belanda mengenal empat macam tempat perawatan penderita
psikiatri, yaitu :
a. RS Jiwa ( Kranzinnigengestichten)
Di Bogor, Magelang, Lawang dan Sabang, RSJ terus penuh, sehingga terjadi
penumpukan Pasien di Rumah Sakit sementara tempat tahanan sementara kepolisan
dan penjara penjara. Maka dibangunlah Annexinrichngen pada RS Jiwa yang telah
ada seperti di Semplak (Bogor) tahun 1931 dan Pasuruan (dekat Lawang) tahun 1932.
b. Rumah Sakit sementara (Doorgangshuizen)
Tempat penampungan sementara bagi pasien psikotik yag akut, dipulangkan setelah
sembuh, yang perlu perawatan lama dikirik ke RS Jiwa yang di dirikan di Jakarta,
Semarang, Surabaya, Ujung Pandang, Palembang, Bali, Padang, Banjarmasin, Manado
dan Medan.
c. Rumah Peralatan (Veerplegtehuiizen)
Berfungsi sebagai Rumah Sakit Jiwa tetapi dikepalai seorang Perawat berijazah
dibawah pengawasan dokter Umum.
d. Koloni

Tempat penampungan pasien psikiatri yang sudah tenang, pasien dapat bekerja di
bidang peratanian serta tinggal dirumah penduduk, tuan rumah diberi uang kos, dan
masih dibawah pengawasan.
2. Zaman setelah Kemerdekaan
Membawa babak baru bagi perkembangan usaha kesehatan jiwa, oktober 1947
pemerintah RI membentuk jawatan urusan penyakit jiwa, karna masih terjadi levolusi
fisik maka belum dapat bekerja dengan baik. Pada tahun 1950 pemerintah RI
menugaskan untuk melaksanakan hal-hal yang dianggap penting bagi penyelenggaraan
dan pembinaan kesehatan jiwa di Indonesia. Jawatan ini bernaung di bawah departemen
kesehatan : tahun 1958 diubah menjadi urusan penyakit jiwa : 1960 menjadi bagian
kesehatan jiwa : dan tahun 1966 menjadi direktorat kesehatan jiwa yang sampai sekarang
dipimpin oleh direktur kesehatan jiwa atau kepala direktorat kesehatan jiwa.
Metode pengobatan penderita gangguan jiwa telah banyak mengalami kemajuan
dai zaman ke zaman. Evolusi ini merupakan cerminan dari perubahan dasar-dasar filosofi
dan teori tentang pengobatan.
a. Awal sejarah
Gangguan jiwa masih di anggap sebagai penyakit yang tidak dapat disembuhkan dan
berkaitan dengan dosa atau kejahatan, sehingga terkadang pengobatan yang
dilakukanpun bersifat brutal dan tidak manusiawi.
b. Abad pertengahan
Orang yang mengalami gangguan jiwa biasanya dipenjara atau dikurung oleh
keluarganya. Bahkan mereka dibuang dan dibiarkan hidup dijalanan dengan
mengemis. Namun setelah beberapa kelompok agama yang memberikan sumbangan
para penderita mulai disalurkan ke rumah sakit rumah sakit.
c. Abad ke 15-17
Kondisinya masih memprihantinkan. Penderita laki-laki dan wanita disatukan.
Mereka mendapat pakaian dan makanan yang tidak layak, bahkan sering di rantai, di
kurung dan di jauhkan dari sinar matahari.
Kesehatan jiwa berkembang pesat pada Perang Dunia II karena menggunakan
pendekatan metode Pelayanan Public Health Service. Konsekuensinya, peran perawat jiwa
juga berubah jadi peran pembantu menjadi peran aktif dalam tim kesehatan, untuk mengobati
penderita gangguan jiwa. Pada masa kini perawatan penderita gangguan jiwa lebih difokuskan

pada basis komunitas. Ini sesuai dengan hasil konferensi nasional I keperawatn jiwa ( Oktober
2004)m bahwa pengobatan akan lebih difokuskan dalam hal tindakan prefentif. Beberapa
jurnal menunjukan bahwa tindakan preventif sangat penting.

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
a. Perkembangan Keperawatan jiwa di DUnia
Di Romawi, dilakukan Pengeluaran Darah.
Jatuhnya kebudayaan yunani dan Romawi, Keperawatan Jiwa mengalami
kemunduran. Penderita gangguan jiwa diikat, dipukuli atau dibiarkan kelaparan, ada

yang dimasukkan kedalam tong lalu digulingkan dari atas bukit kebawah, ada yang
dicemplungkan kedalam sungai secara mendadak dari atas jembatan dengan tujuan
mengusir roh jahat dari tubuh sipenderita.
Tahun 1945-an fokus perawatan terletak pada penyakit, yaitu model kuratif (model
Curative Care).
Tahun 1950 fokus perawatannya mulai befokus pada klien, anggota keluarga tidak
dianggap sebagai bagian dari tim perawatan.
Tahun 1960-an, penderita gangguan jiwa mulai mendapatkan hak-haknya. The
Community Mental Health Centers Act (1963) secara dramatis mempengaruhi
pemberian pelayanan kesehatan jiwa.
tahun 1970-1980, perawatan beralih dari perawatan rumah sakit jangka panjang ke
lama rawat yang lebih singkat. Fokus perawatan bergeser ke arah community based
care / service (Pengobatan berbasis komunitas).
Awal abad 21, fokus perawatan pada preventif atau pengobatan berbasis komunitas,
yang menggunakan berbagai pendekatan, antara lain melalui pusat kesehatan mental,
praktek, pelayanan di rumah sakit, pelayanan day care, home visite dan hospice care.
Pada saat ini banyak terjadi perubahan yang signifikan dalam perawatan kesehatan
jiwa.
b. Perkembangan Keperawatan di Indonesia

Ilmu kedokteran jiwa, mula mula dianggap Gaib, Ajaib atau aneh sehungga
masyarakat cenderung mencari penjelasan supranatural bahkan hingga saat ini.
Dizaman Purba, terdapat tanda bahwa manusia telah mengenaldan berusahan

mengobati penderita gangguan jiwa.


Pada awalnya perawatan pasien dengan gangguan jiwa tidak dilakukan oleh petugas
kesehatan (Custodial Care) (tidak oleh tenaga kesehatan) serta Perawatan bersifat

isolasi dan penjagaan


Zaman Kolonial
Sebelum ada RSJ, pasien ditampung di RSU yang ditampung, hanya yg mengalami
gangguan Jiwa berat
1862 hsl sensus : 600 pnderita ggn jiwa di Pulau Jawa & Madura, 200 pndrita
didaerah lain
1882 : RSJ Bogor, pertama di Indonesia
- 1902 : RSJ Lawang
- 1923 : RSJ Magelang
- 1927 : RSJ Sabang diRS ini jauh dari perkotaan

Zaman setelah Kemerdekaan


Oktober 1947 pemerintah RI membentuk jawatan urusan penyakit jiwa, karna
masih terjadi levolusi fisik maka belum dapat bekerja dengan baik.
Pada tahun 1950 pemerintah RI menugaskan untuk melaksanakan hal-hal yang
dianggap penting bagi penyelenggaraan dan pembinaan kesehatan jiwa di
Indonesia.
tahun 1958 bagian yang mengurusi keperawatan jiwa dibawah naungan
Departemen Kesehatan diubah menjadi urusan penyakit jiwa.
1960 menjadi bagian kesehatan jiwa : dan tahun 1966 menjadi direktorat
kesehatan jiwa yang sampai sekarang dipimpin oleh direktur kesehatan jiwa atau

kepala direktorat kesehatan jiwa.


Kesehatan jiwa berkembang pesat pada Perang Dunia II karena menggunakan
pendekatan metode Pelayanan Public Health Service. Konsekuensinya, peran perawat
jiwa juga berubah jadi peran pembantu menjadi peran aktif dalam tim kesehatan,

untuk mengobati penderita gangguan jiwa.


Pada masa kini perawatan penderita gangguan jiwa lebih difokuskan pada basis
komunitas.

DAFTAR PUSTAKA

1. http://www.scribd.com/doc/76955014/Makalah-Perkembangan-Keperawatan-JiwaTerkini
2. http://keprawatan-asian.blogspot.com/2012/04/asejarah-perkembangan-keperawatandi.html
3. Thioritz, Whempy , 2010, Diktat Kuliah Psikiatri, Makassar.
4. Yosep, Iyus, 2009, Keperawatan Jiwa, Refika Adiutama, Bandung.

Anda mungkin juga menyukai