Anda di halaman 1dari 15

KEPERAWATAN JIWA

LEGAL ETIK SOSIAL BUDAYA


DALAM KONTEKS
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA

Dosen Pengampu : MOHD. SYUKRI, Ners,sp.Kep.Jiwa


Disusun Oleh :

Fadhila Purnama (PO71201210024)

Tiara Firtriani (PO71201210049)

Azkia Latifa Maharani (PO71201210053)


Perkembangan Keperawatan Jiwa di Dunia

a) Masa Peradaban
Masa ini dimulai antara tahun 1770-1880, ditandai dengan dimulainya pengobatan terhadap pasien
gangguan mental. Pada masa ini, suku bangsa Yunani, Romawi maupun Arab percaya bahwa
gangguan mental (emosional) diakibatkan karena tidak berfungsinya organ pada otak. Pengobatan
yang digunakan pada masa ini telah menggabungkan berbagai pendekatan pengobatan seperti
memberikan ketenangan, mencukupi asupan gizi yang baik, melaksanakan kebersiha badan yang
baik, mendengarkan musik dan melakukan aktivitas relaksasi.Hipocrates bapak kedokteran abad 7
SM, menerangkan bahwa perubahan perilaku atau watak dan gangguan mental disebabkan
karena adanya perubahan 4 caira tubuh atau hormone, yang dapat menghasilkan panas, dingin,
kering dan kelembaban. Seorang dokter Yunani Galen, mengatakan ada hubungan antara
kerusakan pada otak dengan kejadian gangguan mental dan perubahan emosi. Pada masa itu
suku bangsa Yunani telah menggunakan sistem perawatan yang modern dimana telah
digunakannya kuil sebagai rumah sakit dengan lingkungan yang bersih, udara yang segar, sinar
matahari dan penggunaan air bersih. Untuk menyembuhkan pasien dengan penyakit jiwa atau
gangguan mental, pasien diajak untuk melakukan berbagai aktivitas seperti bersepeda, jalan-jalan,
dan mendengarkan suara air terjun, music yang lembut
b) Masa Pertengahan
Masa ini merupakan periode pengobatan modern pasien gangguan
jiwa. Bapak Psikiatric Prancis Pinel, menghabiskan sebagian
hidupnya untuk mendampingi pasien gangguan jiwa. Pinel
mengajarkan pentingnya hubungan pasien dengan dokter dalam
“pengobatan moral”. Tindakan yang diperkenalkannya adalah
menerapkan komunikasi dengan pasien, melakukan observasi
perilaku pasien dan pengkajian riwayat perkembangan pasien.
c)Abad 18 dan 19
Tahun 1882 didirikannya pendidikan keperawatan jiwa pertama di
McLean Hospital di Belmont, Massachusetts, dan tahun 1890
diterimanya lulusan sekolah perawat bekerja sebagai staff
keperawatan di RS Jiwa. Pada akhir abad 19 terjadi perubahan
peran perawat jiwa yang sangat besar, dimana peran tersebut
antara lain menjadi contoh dalam pengobatan psikiatrik seperti
menjadi bagian dari tim kesehatan, mengelola pemberian obat
penenang dan memberikan hidroterapi (terapi air).
d) Keperawatan Jiwa di Abad 20
Keperawatan jiwa pada abad ini ditandai dengan terintegrasinya materi
keperawatan psikiatrik dengan mata kuliah lain. Pembelajaran
dilaksanakan melalui pembelajaran teori, praktek di laboratorium,
praktek klinik di RS dan masyarakat. Tingkat pendidikan yang ada
pada abad ini adalah D3, Sarjana, Pasca Sarjana dan Doktoral. Fokus
pemberian asuhan keperawatan jiwa pada abad 21 yaitu
pengembangan asuhan keperawatan berbasis komunitas dengan
menekankan upaya preventif melalui pengembangan pusat kesehatan
mental, praktek mandiri, pelayanan di RS, pelayanan day care
(perawatan harian) yaitu pasien hanya rawat jalan, kunjungan rumah
dan hospital care (ruang rawat khusus untuk pasien gangguan jiwa
yang memungkinkan pasien berlatih untuk meningkatkan kemampuan
diri sebelum kembali ke lingkungan masyarakat).
Perkembangan Keperawatan Jiwa si Indonesia
Sejarah dan perkembangan keperawatan jiwa di Indonesua sangat dipengaruhi oleh faktor sosial ekonomi akibat penjajahan yang dilakukan oleh
kolonial Belanda, Inggris, dan Jepang. Perkembangan keperawatan jiwa di Indonesia menurut Nurhalimah (2016), yaitu :

a)Masa Penjajahan Belanda

Pada masa pemerintahan kolonial Belanda, perawat merupakan penduduk pribumi yang disebut Velpeger dengan dibantu Zieken Oppaser
sebagai penjaga orang sakit. Tahun 1799 pemerintah kolonial Belanda mendirikan RS Binen Hospital di Jakarta, Dinas Kesehatan Tentara dan
Rakyat yang bertujuan untuk memelihara kesehatan staf dan tentara Belanda

b)Masa Penjajahan Inggris (1812-1816)

Gubernur Jendral Inggris ketika itu dijabat oleh Raffles sangat memperhatikan kesehatan rakyat. Berangkat dari semboyan yaitu kesehatan
adalah milik setiap manusia, ia melakukan berbagai upaya untuk memperbaiki derajat kesehatan penduduk pribumi antara lain melakukan
perencanaan umum, cara perawatan pasien dengan gangguan jiwa dan kesehatan para tahanan. Setelah pemerintahan kolonial kembali ke
tangan Belanda, kesehatan penduduk Indonesia menjadi lebih baik. Pada tahun 1819 didirikan RS Stadverband di Glodok Jakarta dan pada
tahun 1919 dipindahkan ke Salemba yang sekarang bernama RS. Cipto Mangunkusumo (RSCM), antara tahun 1816-1942 pemerintahan Hindia
Belanda banyak mendirikan RS di Indonesia.
a) Masa Penjajahan Jepang
Pada masa ini, perkembangan keperawatan di Indonesia
mengalami kemunduran merupakan masa kegelapan. Pada
masa itu, tugas keperawatan tidak dilakukan oleh tenaga
terdidik dan pemerintahan Jepang mengambil alih pimpinan
RS, hal ini mengakibatkan terjangkitnya wabah penyakit
karena ketidaksediaan obat.
d)Masa Kemerdekaan
Empat tahun setelah kemerdekaan barulah dimulai pembangunan
bidang kesehatan yaitu pendirian RS dan balai pengobatan.
Pendirian sekolah keperawatan dimulai pertama kali tahun 1952
dengan didirikannya Sekolah Guru Perawat dan sekolah perawat
tingkat SMP, tahun 1962 dengan didirikannya Akademi
Keperawatan milik Departemen Kesehatan di Jakarta bertujuan
untuk menghasilkan Sarjana Muda Keperawatan, tahun 1985
merupakan momentum keperawatan di Indonesia, karena
Universitas Indonesia mendirikan PSIK (Program Studi Ilmu
Keperawatan) di Fakultas Kedokteran.
Definisi Sehat Jiwa

Menurut WHO, kesehatan jiwa adalah suatu kondisi sejahtera secara fisik, social dan mental yang
lengkap dan tidak hanya terbebas dari penyakit atau kecatatan. Individu dikatakan sehat jiwa
apabila berada dalam kondisi fisik, mental dan sosial yang terbebas dari gangguan (penyakit) atau
tidak dalam kondisi tertekan sehingga dapat mengendalikan stress yang timbul sehingga
memungkinkan individu untuk hidup produktif dan mampu melakukan hubungan sosial yang
memuaskan. Menurut UU Kesehatan Jiwa No.03 tahun 1966, kesehatan jiwa adalah suatu kondisi
mental yang sejahtera sehingga memungkinkan seseorang berkembang secara optimal baik fisik,
intelektual dan emosional dan perkembangan tersebut berjala secara selaras dengan keadaan orang
lain sehingga memungkinkan hidup harmonis dan produktif.
 Ciri – ciri Sehat Jiwa

Berikut ini ciri sehat jiwa menurut beberapa ahli, diantaranya


yaitu :
.
 a)Menurut Yahoda
 1)Memiliki sikap positif terhadap diri sendiri.
 2)Tumbuh, berkembang dan beraktualisasi.
 3)Menyadari adanya integrasi dan hubungan antara masa lalu
dan sekarang, memiliki otonomi dalam pengambilan
keputusan dan tidak bergantung pada siapapun.
 4)Memiliki persepsi sesuai dengan kenyataan.
 5)Mampu menguasai lingkungan dan beradaptasi
Menurut WHO (World Health
Organization)

 1)Individu mampu menyesuaikan diri secara konstruktif pada


kenyataan, meskipun kenyataan itu buruk baginya.
 2)Memperoleh kepuasan dari hasil jerih payah usahannya.
 3)Merasa lebih puas memberi dari pada menerima.
 4)Secara relative bebas dari rasa tegang (stress), cemas, dan
depresi.
 5)Mampu berhubungan dengan orang lain secara tolong
menolong dan saling memuaskan.
 6)Mampu menerima rasa kasih sayang.
Menurut MASLOW
1)Persepsi realitas yang akurat.
2)Menerima diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
3)Spontan .
4)Sederhana dan wajar.
Berdasarkan ciri diatas, dapat disimpulkan bahwa seseorang dikatakan sehat jiwa apabila :
a)Nyaman terhadap diri sendiri, meliputi mampu mengatasi berbagai perasaan, mampu mengatasi Harga
Diri yang wajar, menilai diri secara nyata, tidak merendahkan dan tidak pula berlebihan, dan merasa puas
dengan kehidupan sehari-hari.
b)Nyaman berhubungan dengan orang lain, meliputi mampu mencintai dan menerima cinta orang lain,
mempunyai hubungan pribadi yang tetap, mampu mempercayai orang lain, dapat mengharagai pendapat
orang yang berbeda, merasa menjadi bagian dari kelompok, tidak mengakali orang lain, dan tidak
memberikan dirinya diakali orang lain.
c)Mampu memenuhi kebutuhan hidup, meliputi menetapkan tujuan yang nyata untuk dirinya, mampu
mengambil keputusan, menerima tanggung jawab, merancang masa depan, menerima ide atau
pengalaman hidup, dan merasa puas dengan pekerjaannya.
Prinsip Etik Keperawatan Jiwa

Etika adalah kode perilaku yang memperlihatkan perbuatan yang baik bagi kelompok
tertentu. Etika juga merupakan peraturan dan prinsip perbuatan yang bisa disebut benar.
Etika berhubungan dengan peraturan atas perbuatan atau tindakan yang mempunyai
prinsip benar atau salah serta prinsip moralitas karena etika bertanggung jawan secara
moral. Prinsip etika mempunyai peranan penting dalam menentukan perilaku yang
beretika dan dalam pengambilan keputusan etis. Prinsip etika berfungsi untuk membuat
secara spesifik apakah suatu tindakan dilarang, diperlukan atau diizinkan dalam suatu
keadaan.
A. Aspek Legal dan Etik Keperawatan Jiwa
Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) dan disabilitas lainnya berisiko tinggi terhadap terjadinya pelanggaran hak-hak
asasinya. Contoh pelanggaran tersebut seperti pemasungan pada ODGJ, pemerkodsaan pada ODGJ, pengeroyokan pada
ODGJ karena perilaku kekerasan yang dilakukan dan lainnya. Oleh karena itu, penting bagi tenaga kesehatan untuk
memahami HAM termasuk ODGJ, hak-hak pasien, kompetensi yng dimiliki.
Perawat sebagai salah satu profesi ksehatan yang memiliki standar pelayanan dan kode etik yang harus dipatuhi. Aspek
legal dan etik dalam perawtan pasien sangat penting dalam melindungi hak-hak pasien serta kualitas perawatan yang
diterima oleh pasien. Perawat juga diharapkan bewawasan terhadap kebijakan perundang-undangan yang berlaku dalam
mengatur praktik pelayanan yang diberikannya. Pemahaman terhadap kebijakan dan standar praktik ini bertujuan untuk
melindungi perawat dan pasien dari adanya pelanggaran HAM, pelanggaran etik, maupun pelanggaran hukum lainnya terkait
dengan penyelenggaraan pelayann kesehatan.
Berikut beberapa kebijakan yangterkait dengan praktik pelayanan kesehatan/keperawatan jiwa :
a) UU No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
b) UU No. 19 Tahun 2011 (Konverensi Mengenai Hak-Hak Penyandang Disabilitas)
c) UU No. 18 Tahun 2014 : Kesehatan Jiwa
d) UU No. 38 Tahun 2014 : Keperawatan
e) UU No. 36 Tahun 2014 : Tenaga Kesehatan
f) UU No. 23 Tahun 2014 : Pemerintah Daerah
g) PMK No. 5 Tahun 2014 : Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter
h) PMK No. 75 Tahun 2014 : Tentang Standar Pelayanan Minimal Untuk Gangguan Jiwa di Puskesmas
i) PMK No. 54 Tahun 2017 Tentang Penanggulangan Pemasungan di Indonesia.
Kode Etik Perawatan Di Indonesia

keperawatan jiwa adalah suatu proses interpersonal dengan tujuan untuk meningkatkan dan
memelihara prilaku-prilaku yang mendukung terwujudnya suatu kesatuan yang harmonis
(integrated). Kliennya dapat berupa individu, keluarga, kelompok, organisasi, masyarakat. Tiga
wilayah praktik keperawatan jiwa meliputi perawatan langsung, komunikasi, dan
manajemen.Perawat jika memiliki hak dan tanggung jawab dalam tiga peran legal yaitu perawat
sebagai pemberi asuhan keperawatan, perawat sebagai pekerja, dan perawat sebagai warga
negara. Perawat mungkin mengalami konflik kepentingan antara hak dan tanggung jawab ini.hukum
tentang kesalahan karena kelalaian, penggungat harus membuktikan (Farida, 2012) :
a)Ada kewajiban legal untuk melakukan asuhan
b)Perawat melakukan tugasnya dengan kelalaian
c)Gangguan yang dialami pasien sebagai akibatnya Gangguan bersifat substansial
.Kode Etik Perawatan Di Indonesia
Berdasarkan fungsi kode etik yang sangat penting tersebut Persatuan Perawat Nasional Indonesia
(PPNI) menyusun kode etik keperawatan di Indonesia. Kode etik keperawatan di Indonesia terdiri
atas 5 (lima) pokok etik, yaitu :
a)Perawat dan klien
b)Perawat dan praktek
c)Perawat dan masyarakat
c)Perawat dan teman sejawat
d)Perawat dan profesi
Thank
You
kamu nanya ?
kamu bertanya- tanya ?
siniiiiiiiiiiiiii gua kasih tau
malu bertanya sesat di jalan , ini di kelas bukan di jalan
jadi nggak usah nanya ok
nggak bakal kesesat kok wkwkwk hhhhh

@yy

Anda mungkin juga menyukai