Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan jiwa masyarakat adalah suatu keadaan setiap manusia dapat mencapai prestasi
kerja semaksimal mungkin, anak sekolah dapat mencapai prestasi belajar semaksimal
mungkin karena tidak adanya hambatan emosi.

Oleh karena itu perhatian orang tua dan orang disekitar sangat mempengaruhi
keberhasilan anak atau seseorang. Ketika seseorang tidak berhasil atau sukses kita harus bisa
merangkul dan menyemangatinya jangan malah mencaci dan menyakiti nya karena psikis
mereka justru akan kena dan dapat menimbulakn suatu penyakit kejiwaan.

Apabila anak dilepaskan dalam masyarakat yang tidakkondusif, maka ketika anak pulang
dari sekolah, dia bisa menirukanucapan kotor yang didengar dari teman sekolah kepada orang
tuanya.Dengan demikian, untuk mendapatkan kondisi masyarakat yang
sehat jiwa, harus dilakukan upaya bersama dalam meningkatkan kesejahteraankeluarga dan
masyarakat.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk memenuhi tugas salah satu mata kuliah Keperawatan Jiwa serta mengetahui
bagaimana bentuk keperawatan jiwa.

2. Tujuan Khusus
a. Agar mahasiswa mengetahui pengertian keperawatan kesehatan jiwa
b. Agar mahasiswa mengetahui sejarah keperawatan jiwa di dunia dan di
Indonesia
c. Agar mahasiswa mengetahui tujuan dan fungsi pelayanan keperawatan jiwa
3. Manfat
a. Untuk masyarakar : sebagai bahan informasi untuk menambah pengetahuan
kesehatan.
b. Untuk mahasiswa : diharapkan makalah ini dapat bermanfaat sebagai bahan
pembanding tugas serupa.
c. Untuk tenaga kesehatan : makalah ini bisa dijadikan bahan acuan untuk
melakukan tindakan keperawatan pada kasus keperawatan jiwa.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Definis
Menurut American Nurse Associations (ANA) keperawatan jiwa adalah area
khusu dalam praktek keperawatan yang menggunakan ilmu tingkah laku manusia
sebagai dasar dan menggunakan diri sendiri secara terapeutik dalam meningkatkan,
mempertahankan, memulihkan kesehatan mental klien dan kesehatan mental
masyarakat dimana klien berada.

Kesehatan jiwa masyarakat adalah suatu keadaan setiap manusiadapat


mencapai prestasi kerja semaksimal mungkin, anak sekolah dapatmencapai prestasi
belajar semaksimal mungkin karena tidak adanyahambatan emosi.

Pelayanan keperawatan jiwa adalah suatu pelayanan yang dilakukan dalam


rangka membantu atau mempermudah pemberian pelayanan dalam praktik
keperawatan jiwa.
Pelayanan adalah suatu bentuk kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh
instansi pemerintah baik dipusat, maupun didaerah, dalam bentuk barang maupun
jasa dalam rangka pemenuhan kebutuhan masyarakat sesuai peraturan UU yang
berlaku (kepmenpan 81/93).
Menurut Azwar (2009) kualitas pelayanan kesehatan adalah yang
menunjukkan tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan dalam menimbulkan rasa
puas pada diri pasien. Makin sempurna kepuasan tersebut, makin baik pula kualitas
pelayanan kesehatan. Dalam menyelenggarakan upaya menjaga kualitas pelayanan
kesehatan di rumah sakit tidak terlepas dari profesi keperawatan yang berperan
penting.

B. Sejarah Keperawatan Jiwa


1. Masa Peradaban

Keperawatan jiwa dimulai antara tahun 1770 dan 1880 seiring dengan kejadian
penanganan pada seorang penyakit mental. Pada masa peradaban dimana roh-roh
dipercaya sebagai penyebab gangguan dan mengusirnya agar sembuh. Para leluhur
Yunani, Romawi dan Arab percaya bahwa gangguan emosional diakibatkan tidak
berfungsinya organ pada otak.

2. Masa Pertengahan
Era dari Alienation, social dan exclusion dan confinement. Dokter menjelaskan
gejala :
a. Depression
b. Paranoia
c. Hysteria
d. Nighmares
3. Abad 18 dan 19

Pada abad ke-18, seorang praktisi bernama William Ellis membantu mengadakan
perawatan bagi orang dengan gangguan jiwa. Dia mengusulkan pendamping yang
terlatih bagi orang-orang dengan gangguan jiwa. Pada tahun 1836, William Ellis
mempublikasikan Treatise on nsanity yang secara terbuka mengemukakan bahwa
praktik keperawatan yang didirikan tersebut berhasil memberikan ketenangan bagi
pasien dengan gangguan jiwa dan juga memberikan harapan demi harapan yang baik
keperawatan jiwa dimulai antar tahun 1770 dan 1880 seiring dengan kejadian
penanganan pada seorang penyakit mental.

Sementara diakhir abad ke-19 mengalami perubahan atau perkembangan menjadi


contoh pengobatan dari perawat pskiatrik, seperti :

 Membantu dokter
 Mengelola obat penenang
 Memberikan hidroterapi

4. Pada abd ke-20


Department of Health and Human Services (1999) memperkirakan 21 juta
penduduk Amerika dapat didiagnosis mengalami gangguan jiwa. Dari jumlah
tersebut, 6,5 juta mengalami disabilitas akibat gangguan jiwa yang berat, dan 4
juta diantaranya adalah anak-anak dan remaja. Misalnya, 3% sampai 5% anak usia
sekolah mengalami gangguan hiperaktivitas / defisit perhatian. Lebih dari 10 juta
anak berusia kurang dari 7 tahun tumbuh di rumah yang salah satu orang tuanya
menderita gangguan jiwa yang signifikan atau menyalahgunakan zat sehingga
menghambat kesiapan mereka untuk masuk sekolah.
Beberapa ahli berpendapat bahwa deinstitutionalization memiliki efek negatif
sekaligus positif (Torrey, 1997). Walawpun jumlah tempat tidur di Rumah Sakit
umum menurun sebesar 80%, ada peningkatan jumlah pasien yang masuk Rumah
Sakit sebesar 90% (Appleby & Desai, 1993). Hal ini memunculkan istilah “efek
pintu putar”. Penderita gangguan jiwa persisten dan berat dirawat dalam waktu
singkat, tetapi frekuensi mereka masuk rumah sakit lebih tinggi. Unit psikiatri
rumah sakit umum kewalahan dengan arus kontinu pasien yang masuk dan keluar
rumah sakit dengan cepat. Jumlah kunjungan individu yang mengalami gangguan
akut ke ruang kedaruratan meningkat 400% sampai 500% di beberapa kota.
Banyak ahli berpendapat bahwa pasien saat ini lebih agresif. Empat sampai
delapan persen pasien di ruang kedaruratan psikiatri membawa senjata (Ries,
1997), dan sekitar 1000 pembunuhan dalam setahun dilakukan oleh penderita
gangguan jiwa persisten dan berat yang tidak mendapatkan perawatan yang
adekuat (Torrey, 1997). Sepuluh sampai lima belas persen pesakitan di penjara
pemerintah menderita gannguan jiwa persisten dan berat (Lamb & Weinberger,
1998).
5. Keperawatan Jiwa di Indonesia
Diperkirakan bahwa 2-3% dari jumlah penduduk Indonesia menderita
gangguan jiwa berat. Bila separuh dari mereak memerlukan perawatan di rumah
sakit dan jika penduduk Indonesia berjumlah 120 juta orang maka ini berarti
bahwa 120 ribu orang dengan gangguan jiwa berat memerlukan perawatan di
rumah sakit. Padahal yang tersedia sekarang hanya kira-kira 10.000 tempat tidur.
Di Indonesia sejak dulu sudah dikenal adanya gangguan jiwa, misalnya dalam
cerita Mahabrata dan Ramayana dikenal adanya “Srikandi Edan”, Gatot Gaca
Gandrung”. Bagaimana para penderita gangguan jiwa diperalakukan pada zaman
dahulu kala di Indonesia tidak diketahui dengan jelas. Bila beberapa tindakan
terhadap penderita gangguan jiwa sekarang dianggap sebagai warisan dari nenek
moyang kita, maka kita dapat membayangkan sedikit bagaimanakah kiranya
paling sedikit sebagian dari jumlah penderita gangguan jiwa itu ditangani pada
jaman dulu. Adapun tindakan yang dimaksud adalah dipasung, dirantai atau diikat
lalu ditempatkan tersendiri di rumah atau di hutan (bila sifat gangguan jiwanya
berat dan membahayakan). Bila tidak berbahaya, dibiarkan berkeliaran di desa,
sambil mencari makanan dan menjadi tontonan masyarakat malahan ada kalanya
diperlakukan sebagai orang sakti, Mbah Wali atau medium (perantara antara roh
dan manusia).
 Zaman Kolonial
Sebelum ada Rumah Sakit Jiwa di Indonesia, para ganggguan jiwa
ditampung di RS sipil atau RS militer di Jakarta, Semarang dan Surabaya.
Yang ditampung pada umumnya penderita gangguan jiwa berat. Ternyata
tempat RS yang disediakan tidak cukup. Tahun 1862 pemerintah Hindia
Belanda mengadakan sensus terhadap penderita gangguan jiwa di Pulau
Jawa dan Madura, hasilnya ada kira-kira 600 orang penderita gangguan
jiwa di Pulau Jawa dan Madura, 200 orang lagi di daerah-daerah lain.
Keadaan demikian untuk penguasa pada waktu itu sudah cukup alasan
untuk membangun RS Jiwa. Maka pada tanggal 1 Juli 1882, dibangun
Rumah Sakit Jiwa pertama di Bogor, kemudian berturut-turut RSJ
Lawang pada 23 Juni 1902), RSJ Magelang pada tahun 1923 dan RSJ
Sabang pada tahun 1927. RSJ ini tergolong RS besar dan menampung
penderita gangguan jiwa menahun yang memerlukan perawatan lama.
 Zaman Setelah Kemerdekaan
Membawa babak baru bagi perkembangan usaha kesahatan jiwa, Oktober
1947 Pemerintah RI membentuk Jawatan Urusan Penyakit Jiwa, karena
masih terjadi revolusi fisik maka belum dapat bekerja dengan baik. Pada
tahun 1950 pemerintah RI menugaskan untuk melaksanakan hal-hal yang
dianggap penting bagi penyelenggaraan dan pembinaan kesehatan jiwa di
Indonesia. Jawatan ini bernaung di bawah Departemen Kesehatan; tahun
1985 diubah menjadi Urusan Penyakit Jiwa; 1960 menjadi Bagian
Kesehatan Jiwa; dan tahun 1966 menjadi Direktorat Kesehatan Jiwa yang
sampai sekarang dipimpin oleh Direktur Kesehtan Jiwa atau Kepala
Direktorat Kesehatan Jiwa. Direktorat Kesehatan Jiwa menyempurnakan
struktur organisasinya menjadi Dinas, yang diubah menjadi Subdirektorat
Peningkatan (Promosi), Subdirektorat Pelayanan dan Pemulihan,
Subdirektorat Rehabilitasi dan Subdirektorat Pengembangan Program.
Dengan ditetapkannya UU Kesehatan Jiwa No. 3 Tahun 1966 oleh
pemerintah, maka lebih terbuka untuk menghimpun semua potensi guna
secara bertahap melaksanakan modernisasi semua sistem rumah sakit serta
fasilitas kesehatan jiwa di Indonesia. Direktorat kesehatan jiwa
mengadakan kerjasama dengan berbagai instansi pemerintah dan dengan
fakultas kedokteran, badan internasional, seminar nasional dan regional
Asia serta rapat kerja nasional serta daerah. Adanya pembinaan sistem
pelaporan, tersusun PPDGJ I tahun 1973 dan diterbitkan tahun 1975 serta
integrasi dalam pelayanan kesehatan di Puskesmas.
C. Tujuan dan fungsi pelayanan keperawatan jiwa
a. Tujuan keperawatan komunitas
Tujuan proses keperawatan dalam komunitas adalah untuk pencegahan
dan  peningkatan kesehatan masyarakat melalui upaya-upaya sebagai berikut.
1. Pelayanan keperawatan secara langsung (direct care) terhadap individu,
keluarga, dan keluarga dan kelompok dalam konteks komunitas. 
2. Perhatian langsung  terhadap kesehatan seluruh masyarakat (health
general community) dengan mempertimbangkan permasalahan atau isu
kesehatan masyarakat yang dapat memengaruhi keluarga, individu, dan
kelompok. 
b. Upaya peningkatan kesejahteraan keluarga dan masyarakat dalam mewujudkan
kesehatan jiwa masyarakat perlu memperhatikan beberapa stresor di masyarakat
yang sangat memengaruhi kesehatan jiwa masyarakat.
Beberapa stresor di masyarakat antara lain timbulnya harapan yang terlalu
banyak, meningkatnya permintaan kebutuhan, dampak teknologi modern,
urbanisasi, dan kepadatan penduduk.
1. Timbulnya harapan yang banyak. Sebelum merdeka terjadi kebobrokan,
kejelekan, dan kebodohan akibat penjajah. Setelah merdeka ternyata harapan
belum tentu sama kenyataan, serta terdapat kekecewaan dan kecemasan.
2. Meningkatnya permintaan kebutuhan Tuntutan kebutuhan dalam
meningkatkan harga diri, yang meliputi perumahan, perlengkapan isi rumah,
sarana transportasi dan komunikasi, pendidikan, serta gaya hidup.
3. Dampak teknologi modern
c. Tujuan pelayanan keperawatannjiwa di klinik

Klinik jiwa Sehat, adalah klinik dengan spesialisasi pada penanganan berbagai
masalah kejiwaan ringan hingga berat, seperti gangguan cemas, gangguan
panik, psikosomatik, skizofrenia, gangguan bipolar, dan sebagainya.
Panti Rehabilitasi Mental Jiwa Sehat adalah tempat perawatan menginap dan
rehabilitasi mental bagi penderita berbagai masalah kejiwaan seperti
mengamuk di rumah, stres berat, depresi ataupun rawat inap untuk tujuan
rehabilitatif, misalnya untuk meningkatkan kepatuhan pasien skizofrenia pada
pengobatan.

Jadi tujuan pelayanan keperawatan jiwa di klinik adalah untuk membantu atau
menangani indivudu yang mengalami gangguan jiwa ringan atau sebagainya,
untuk ditangani sampai penyakitnya berkurang atau bahkan teratasi dan
sembuh dengan cara direhabilitasi.
BAB III
CONTOH KASUS

Di sebuah bangsal Rumah sakit R di kota K Kondisi saat itu di rumah sakittersebut
memang jumlah perawat dan pasien memang tidak sebanding, itu pun jumlahperawat
di tiap ruangan 2 sampai 3 dan masih lulusan SPK atau SPKC, lainnya tenaga
keperawatan diambil dari lulusan SD dan SMP Sedangkan jumlah pasien tiap ruangan
antara 30 sampai 60 pasien.
Setiap shift jaga sore atau malam 1 atau 2 orang perawat juga kejadian kasus
iniberawal saat perawat S memberi dan membimbing minum obat oral pada saat jaga
sore, memang ada salah satu pasien yang sering menipu pada saat minum obat dengan
cara pura - pura minum obat kemudian kalau tidak ketahuan perawat membuang atau
memuntahkan kembali obat tersebut kemudian memasukkan obat tersebut di saku
bajunya. pasien tersebut bernama D. pada saat memberi obat padapasien D perawat S
tersebut berpesan agar obatnya diminum tidak dibuang. Pasien tersebut juga
mengatakan “ya pak”. Sambil memberi obat pada pasien lainnya perawat S tersebut
tetap memperhatiakan pasien D tersebut, sampai pada suatu ketika pasien D
membelakangi perawat S kemudian mengusap mulutnya. Melihat kejadian tersebut
parawat S memanggil dan menarik baju pasien kemudian mengecek saku baju pasien
ternyata benar ada beberapa butir obat di saku tersebut. Melihat kejadian tersebut
perawat S kontan membentak dan memarahi pasien, tak cuma itu perawat tersebut
penampar mulut pasien beberapa kali sampai akhirnya pasien D tersebut mengatakan
“ampun pak” kemudian disuruhlah pasien tersebut meminum kembali obatnya dan
menyarankan untuk tidak mengulangi perbuatanya.

ANALISA KASUS

Tanggung jawab perawat terhadap individu, keluarga maupun masyarakat pada


contoh kasus diatas, dimana perawat tersebut tidak bisa atau kurang bisa menjalin
kerja sama dengan pasien, seharusnya perawat tidak perlu marah - marah dan
menampar mulut pasien tetapi perawat harus bisa mengambil hati pasien supaya
pasien merasa perlu dan menyakini bahwa dia perlu untuk minum obat
•Tanggung jawab perawat terhadap profesi keperawatan perawat tidak menjunjung
tinggi nama baik profesi karena seharusnya perawat bersifat lemah lembut dan sopan
serta sabra. Tetapi perawat tersebut malah berperilaku kasar pada pasien.
•Pelanggaran Hak - Hak pasien walaupun pasien tersebut adalah gangguan jiwa
perawat harusnya tetap memberikan pelayanan sesuai standar profesi dan
memperlakukanya dengan sopan santun membimbing minum obat disertai dengan
marah - marah jelas tidak sesuai standar profesi perawatan
•Perawat lalai akan kewajibannya untuk:
a. Memberikan pelayanan atau asuhan keperawatan sesuai standar profesi
b. Menghormati hak - hak pasien pada kasus diatas jelas perawat tidak menunjukkan
profesionalnya. Sebagai peran pelaksana seharusnya perawat dapat bertindak
sebagai pemberi rasa nyaman (comforter) dan pelindung (protector),
memperlakukan dengan kasar pada pasien jelas tidak akan memberi rasa nyaman
pada pasien walaupun pasien tersebutdengan gangguan jiwa, perawat tidak
mencerminkan niai-nilai seorang perawat yaitu lemah lembut dan menghargai
orang lain seharusnya perawat membimbing obat dengan cara membujuk atau
meyakinkan bahwa obat tersebut perlu untuk dirinya dengan cara pendekatan dan
tindakan yang lemah lembut.
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pelayanan keperawatan jiwa adalah suatu pelayanan yang dilakukan dalam
rangka membantu atau mempermudah pemberian pelayanan dalam praktik
keperawatan jiwa.
Pelayanan adalah suatu bentuk kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh
instansi pemerintah baik dipusat, maupun didaerah, dalam bentuk barang maupun
jasa dalam rangka pemenuhan kebutuhan masyarakat sesuai peraturan UU yang
berlaku (kepmenpan 81/93).
Menurut Azwar (2009) kualitas pelayanan kesehatan adalah yang
menunjukkan tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan dalam menimbulkan
rasa puas pada diri pasien. Makin sempurna kepuasan tersebut, makin baik pula
kualitas pelayanan kesehatan. Dalam menyelenggarakan upaya menjaga kualitas
pelayanan kesehatan di rumah sakit tidak terlepas dari profesi keperawatan yang
berperan penting.

B. SARAN
Diharapkan kepada setiap pembaca memberikan saran dan kritik yang
membangun demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.scribd.com/document/366947779/Manajemen-Pelayanan-
Keperawatan-Jiwa-Profesional-Klinik-Dan-Komunitas

https://www.academia.edu/34055559/Buku_Pedoman_Pelayanan_Kesehatan_Jiw
a_Komunitas

https://psikiaterku.wordpress.com/panti-rehabilitasi-mental/

Anda mungkin juga menyukai