Disusun oleh
Kelompok 6
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Yang telah melimpahkan
Rahmat- Nya sehingga Makalah Keperawatan Kesehatan jiwa dan psikososial ini dapat selesai
dengan tepat waktu. Terwujudnya makalah ini, tentunya tidak terlepas dari bantuan dari berbagai
pihak, oleh karena itu kami selaku penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu kami dalam penyelesaian makalah ini. Dalam kesempatan ini, kami juga ingin
mengucapkan terima kasih dengan hati yang tulus kepada seluruh pihak yang telah membantu
dalam penyelesaian makalah ini semoga Allah senantiasa membalas dengan kebaikan yang
berlipat ganda. Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak guna
perbaikan di masa yang akan datang. Harapan kami semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak.
Kelompok 6
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................1
A. Latar Belakang..................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................................................1
C. Tujuan Masalah.................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................2
A. Kesimpulan.......................................................................................................................17
B. Saran..................................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................18
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada saat ini masalah kesehatan jiwa menjadi masalah yang paling mengancam di
dunia. Setiap tahun korban akibat gangguan jiwa selalu meningkat. Hal ini disebabkan
oleh beban hidup yang semakin lama semakin berat. Gangguan jiwa ini tidak hanya
terjadi pada kalangan bawah tetapi juga kalangan pejabat dan kalangan menengah ke
atas. Pada saat ini penyakit gangguan jiwa tidak hanya dialami oleh orang dewasa dan
lansia tetapi juga oleh anak-anak dan remaja. Seseorang yang terkena gangguan jiwa
akan melakukan hal yang seharusnya tidak dilakukan seperti menggunakan obat-obatan
terlarang dan melakukan bunuh diri.
Kasus bunuh diri sudah menjadi masalah besar di beberapa Negara di dunia
seperti Amerika Serikat, Jepang, Korea, Inggris dan lain-lainnya. Selain factor diatas
penyebab seseorang mengalami gangguan jiwa juga disebabkan oleh perkembangan otak
ketika masih janin yang menyebabkan penyakit skizofrenia. Oleh karena itu saat ini
seluruh Negara di dunia berusaha meningkatkan kesehatan jiwa warga negaranya. Begitu
juga dengan Indonesia yang berusaha meningkatkan pelayanan pada pasiennya dengan
meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan jiwa.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah keperawatan Jiwa?
2. Bagaimana isu dan trend dalam keperawatan jiwa global?
3. Bagaimana proses terjadinya gangguan jiwa dalam perspektif keperawatan jiwa?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui sejarah keperawatan Jiwa
2. Untuk mengetahui isu dan trend dalam keperawatan jiwa global
3. Untuk mengetahui proses terjadinya gangguan jiwa dalam perspektif keperawatan
jiwa
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
sebenarnya ada dalam otak sehingga ia mempelajari anatomi otak pada binatang
karna kurang puas hanya mempelajari otak, sehingga ia berusaha mempelajari
seluruh sistem tubuh hewan (Azizah, I.M., Zainuri, I., dan Akbar, A. 2016).
3. Zaman Vesalisus
Vesalisus tidak yakin hanya dengan mempelajari anatomi hewan saja, sehingga
ia ingin mempelajari otak dan sistem tubuh manusia. Namun, membelah kepala
manusia untuk di pelajari merupakan hal yang mustahil, apalagi mempelajari
seluluh sistem tubuh manusia. Akhirnya ia berusaha mencuri mayat manusia untuk
di pelajari, sayangnya kegiatannya tersebut diketaui masyarakat, sehingga ia di
tanggkap, diadili dan diancam hukuman mati (pancung), namun ia bisa
membuktikan bahwa kegiatannya itu untuk kepentingan keilmuan, maka akhirnya
di bebaskan.
Versalius bahkan mendapat penghargaan karna bisa menunjukan perbedaan
antara manusia dan binatang. Sejak saat itu dapat diterima bahwa gangguan jiwa
adalah penyakit, namun kenyataanya pelayanan di rumah sakitjiwa tidak pernah
berubah, orang yang mengalami gangguan jiwa dirantai, karna petugasnya kawatir
dengan keadaan pasien (Azizah, I.M., Zainuri, I., dan Akbar, A. 2016).
4. Revolusi Prancis I
Phillipe Pinel, seorang direktur di rumah sakit Bicetri Prancis, berusaha
memanfaatkan revolusi prancis untuk membebaskan belenggupada pasien gangguan
jiwa. Revolusi prancis ini dikenal dengan revolusi humanisme dengan semboyan
utamanya "Liberty, Equality, Fraternity". la meminta kepada walikota agar
melepaskan belenggu untuk pasien gangguan jiwa. Pada awalnya, walikota
menolak. Namun pinel menggunakan alasan revolusi, yaitu " jika tidak kita harus
siap di terkam binatang buas yang berwajah manusia". Perjuangan ini diteruskan
oleh murid-murid pinel sampai revolusi II (Azizah, I.M., Zainuri, I., dan Akbar, A.
2016).
3
5. Revolusi Kesehatan Jiwa II.
Dengan di terima gangguan jiwa sebagai suatu penyakit, maka terjadilah
perubahan orientasi padan organo biologis. Pada saat ini, Qubius menuntut agar
gangguan jiwa masuk dalam bidang kedokteran. Oleh karena itu gangguan jiwa di
tuntut mengikuti paradigma natural sciences, yaitu ada taksonomi (penggolongan
penyakit) dan nosologi (ada tanda dan gejala penyakit). Akhirnya, Emil Craepelee
mampu membuat penggolongan dari tanda-tanda gangguan jiwa. Sejak saat itu,
kesehatan jiwa terus berkembang dengan berbagai tokoh dan spesfikasinya masing-
masing (Azizah, I.M., Zainuri, I., dan Akbar, A. 2016).
1. Tren Keperawatan
Jumlah penderita sakit jiwa di era globalisasi indonesia terus meninggat.
Contohnya di berbagai provinsi dan Daerah Istimewa Yogyakarta, tidak hanya orang
kelas bawah saja yang menderitagangguan jiwa bahkan di kalangan menengah keatas
juga tersentuh gangguan psikotik dan depresif.
Pasien gangguan jiwa terus bertambah sejak 2002. Dan ditahun 2003 sudah 7000
orang, 2004 naik 10.610 orang, 678 rawat inap pada tahun 2003, dan 2004 yang
menjalani rawat inap 1.314 orang, dan yang gangguan jiwa ternyata di alami oleh
kalangan mahasiswa, pegawai negri sipil, pegawai swasta dan kalangan profesional,
klien gangguan jiwa pada menengah keatas di sebabkan tidak mampu mengelola stres
dan ada juga yang mengalami post power syndrom akibat dipecat atau mutasi jabatan.
4
Kasus gangguan jiwa tidak mengenal baik sastra sosial maupun usia. Ada orang
kaya yang mengalami tekanan hebat setelah kehilangan seluruh hartadan bendanya
akibat kebakaran, dan kasus neurosis pada anak dan remaja juga cenderung
meningkat,
Neurosis adalah bentuk gangguan kejiwaan yang mengakibatkan penderitanya
stres, cemas berlebihan, gangguan tidur, dan keluhanpenyakit fisisk yang tidak jelas
penyebabnya, penyakit jiwa pada anak dan remaja adalah kasus kekerasan fisik dan
non fisik, trauma non fisik contohnya kehilangan atau masalah keluarga, sedangkan
gangguan jiwa psikotik yang di alami orang dewasa cenderung berprilaku abnormal
secara kasat mata, mengoceh tak karuan, dan melakukan hal yang membahayakan
bagi dirinya dan orang lain (Ruswadi,I. 2021).
2) Depresi
Merupakan suatu kondisi medis berupa perasaan sedih yang berdampak
negatif terhadap pikirannya, tindakan dan perasaannya. Dari hasil Riskesdas 2018
di seluruh indonesia yang mengalami Depresi jumlahnya mencapai 706 689 jiwa,
5
yang mengalami depresi dari yang berusia 15-75 tahun keatas, laki-laki 352.269
jiwa dan perempuan 354.420 wanita lebih mudah mengalami depresi karena
perubahan hormon yang terjadi seperti saat menstruasi, kehamilan, melahirkan
dll, penyebab Depresi bisa juga karena mengalami peristiwa traumatis seperti
pelecehan, kematian orang yang di cintai, putus cinta, pekerjaan.
2. Issue Keperawatan
6
balok kayu dan lain- lain sehingga kebebasannya menjadi hilang dan merampas
kebahagiaan serta kesempatan mereka untuk mendapat perawatan yang memadai
dan sekaligus juga mengabaikan martabat mereka sebagai manusia (Ruswadi,I.
2021).
g. Melakukan tindakan Family Psychoeducation yaitu sebuah metode yang
berdasarkan terhadap pelatihan keluarga yang berkerja sama dengan tenaga
kesehatan ahli jiwa untuk anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa, hal
ini dapat mengurangi beban pada keluarga dan menurunkan tingkat kekambuhan,
meningkatkan dukungan pada keluarga, menurunkan stres pada keluarga dan
meningkatkan kemampuan pada keluarga dalam merawat ART gangguan jiwa
(Ruswadi,I. 2021).
Manusia bereaksi secara keseluruhan, secara holistik, atau dapat dikatakan juga secara
cultural-psiko-sosial. Dalam mencari penyebab gangguan jiwa, maka ketiga unsur ini harus
diperhatikan. Gangguan jiwa ialah gejala-gejala patologik dominan berasal dari unsur spike. Hal
ini tidak berarti bahwa unsur yang lain tidak terganggu sekali lagi, yang sakit menderita ialah
manusia seutuhnya dan bukan hanya badannya, jiwanya atau lingkungannya.
Hal-hal yang dapat mempengaruhi perilaku manusia ialah ketrunan dan konstitusi, umur
dan jenis kelamin, keadaan badaniah, keadaan psikologik, keluarga, adat-istiadat, kebudayaan
dan kepercayaan, pekerjaan, pernikahan dan kehamilan, kehilangan dan kematian orang yang
dicintai, agresi, rasa permusuhan, hubungan antara manusia, dan sebaginya. Tabel dibawah ini
taksiran kasar jumlah penderita beberapa jenis gangguan jiwa yang ada dalam satu tahun di
indonesia dengan penduduk 130 juta orang.
Biarpun gejala umum atau gejala yang menonjol itu terdapat pada unsur kejiwaan, tetapi
penyebab utamanya mungkin di badan (somatogenik), di lingkungan sosial (sosiogenik) ataupun
dispike (psikogenik). Biasanya tidak terdapat penyebab tunggal, akan tetapi beberapa penyebab
sekaligus dari berbagai unsur itu saling mempengaruhi atau kebetulan terjadi bersamaan, lalu
7
timbullah gangguan badan ataupun jiwa. Umpamanya seorang dengan depresi, karena kurang
makan dan daya tahan badaniah seorang berkurang sehingga mengalami keradangan
tenggorokan atau seorang dengan mania mendapat kecelakaan.Sebaliknya seorang dengan
penyakit badaniah umpamanya keradangan yang mengalami depresi. Sudah lam diketahui juga,
bahwa penyakit pada otak sering mengalami depresi. Sudah lama diketahui juga, bahwa penyakit
pada otak sering mengakibatkan gangguan jiwa. Contoh lain ialah seorang anak yang mengalami
gangguan otak (karena kelahiran, radang, dan sebaginya) kemudian menjadi hiperkinetik dan
sukar diasuh. la mempengaruhi lingkungannya, terutama orang tua dan keluarga lain yang
serumah. Mereka ini bereaksi terhadapnya dan mereka saling mempengaruhi (Widiyawati, W.
2020).
1. Faktor keturunan.
Pada mongoloism atau sindromadown (suatu macam retardasi mental dengan mata sipit,
muka datar, telinga kecil, jari-jari pendek dan lain-lain) terdapat trisoma (yaitu tiga buah,
bukan dua) pada pasangan kromosoma No.21. Sindromaturner (dengan ciri khas: tubuh
pendek, leher melebar, infatilismesexual) ternyata berhubungan dengan jumlah kromosom
seks yang abnormal gangguan yang berhubungan dengan kromosoma seks dikatakan "terikat
pada seks" (seks linked), artinya bahwa efek genetik itu itu terdapat pada kromosom seks.
Kaum wanita ternyata lebih kurang peka terhadap gangguan yang terikat pad seks,
karenamereka mempunyai dua kromosoma X: bila satu tidak baik, maka yang lain biasanya
melakukan pekerjaannnya. Akan tetapi seorang pria hanya mempunyai satu kromosoma x
dan krosoma Y, dan bila salah satu tidak baik, maka terganggulah ia. Masih
dipermasalahkan, betulkah pria dengan XYY lebih cenderung melakukan perbuatan kriminal
yang kejam? (Widiyawati, W. 2020).
2. Faktor konstitusi
Konstitusi pada umumnya menunjukkan pada keadaan biologik seluruhnya termasuk baik
yang diturunkan maupun yang didapati kemudian, umpamanya bentuk badan (perawatan),
seks, temperamen, fungsi endoktrin, urat syaraf, jenis darah. Jenis bahwa hal-hal ini
mempengaruhi perilaku individu secara baik atau tidak baik, umpamanya bentuk badan yang
atletis atau yang kurus, tinggi badan yang terlalu tinggi ataupun yang terlalu pendek, paras
muka yang cantik ataupun jelek, seks wanita atau pria, fungsi hormonal yang seimbang atau
8
yang berlebihan salah satu hormon, urat syaraf yang cepat reaksinya atau yang lambat sekali,
dan seterusnya. Semua ini turut mempengaruhi hidup seseorang (Widiyawati, W. 2020).
3. Cacat kongenital
Cacat kongenital atau sejak lahir dapat mempengaruhi perkmbangan jiwa anak, terlebih
yang berat, seperti retardasi mental yang berat. Akan tetapi umunya pengaruh cacat ini pada
timbulnya gangguan jiwa terutama tergantung pada individu itu, bagaimana ia menilai dan
menyesuaikan diri terhadap keadaan hidupnya yang cacat atau brubah itu. Orang tua dapat
mempersulit penyesuaian ini dengan perlindungan yang berlebihan (proteksi berlebihan).
Penolakan atau tuntutan yang sudah ada di luar kemampuan anak.
Singkatnya: kromosoma dan "genes" yang defektif serta banyak faktor lingkungan
sebelum, sewaktu, dan sesudah lahir dapat mengakibatkan gangguan badaniah. Cacat
badaniah biasanya dapat dilihat dengan jelas tetapi gangguan sistem biokimiawi lebih halus
dan sukar dan ditentukan. Gangguan badaniah dapat mengganggu fungsi biologik atau
psikologik secara langsung atau dapat mempengaruhi daya tahan terhadap stress
(Widiyawati, W. 2020).
5. Deprivasi dini
Deprivasi maternal atau kehilangan asuhan ibu di rumah sendiri, terpisah dengan ibu atau
di asrama, dapat menimbulkan perkembangan yang abnormal deprivasi rangsangan umum
dari lingkungan, bila sangat berat, ternyata berhubungan dengan retardasi mental. Deprivasi
atau frustasi dini dapat menimbulkan "tempat-tempat yang lemah" pada jiwa, dapat
mengakibatkan perkembangan yang salah atau perkembangan yang berhenti. Untuk
9
perkembangan psikologik rupanya ada "masa-masa gawat". dalam masa ini rangsangan dan
pengalaman belajar yang berhubungan dengannya seeta pemuasan barbagai kebutuhan sangat
perlu bagi urut-urutan perkembangan intelektual, emosional dan emosi normal (Widiyawati,
W. 2020).
7. Masa remaja.
Masa remaja dikenal dengan masa gawat dalam perkembangan kepribadian sebagai masa
"masa dan stress". dalam masa ini individu dihadapi dengan pertumbuhan yang cepat,
perubahan-perubahan badaniah dan pematangan seksual. Pada waktu yang sama status
sosialnya juga mengalami perubahan, bila dahulu ia sangat tergantung pada orang tuanya
atau orang lain, sekarang ia hanya belajar berdiri sendiridan bertanggung jawab. Kebebasan
yang lebih membawa yang lebih besar pula.
Perubahan-perubahan ini mengakibatkan bahwa ia harus mengubah konsep tentang diri
sendiri. Tidak jarang terjdi "krisis identitas". Ia harus memantapkan dirinya sebagai seorang
individu yang berpribadian lepas dan keluarganya, ia harus menyelesaikan masalah
pendidikan, pernikahan dan kehidupan dalam masyarakat. Bila ia tidak dibekali dengan
10
pegangan hidup yang kuat, maka akan mengalami "Difusi identitas", yaitu ia bingung tentang
"apakah sebenarnya ia ini"? atau" apakah sebenarnya hidup ini? Sindroma ini dibuat sebagai
anomi remaja merasa terombang-ambing, terapung-apung dalam hidup ini tanpa tujuan
tertentu. Banyak sebenarnya remaja tidak memberontak, akan tetapi hanya sekedar mencari
arti dirinya sendiri serta pegangan hidup yang berarti bagi mereka. Hal "badai dan stress"
bagi kaum remaja ini sebagian besar berakar pada struktur sosial suatu masyarakat. Ada
masyarakat yang membantu para remaja ini dengan adat istiadatanya sehingga masa remaja
dilalui tanpa gangguan emosional yang berarti (Widiyawati, W. 2020).
9. Genetika
Gangguan jiwa; terutama gangguan persepsi sensori dan gangguan psikotik lainnya erat
sekali penyebabnya dengan factor genetik termasuk di dalamnya saudara kembar, atau anak
hasil adopsi individu yang memiliki anggota yang mengalami gangguan jiwa yang memiliki
kecenderungan lebih tinggi dibanding dengan orang yang tidak memiliki factor herediter.
Individu yang memiliki hubungan ayah, ibu, atau saudara anak dari klien yang menglami
gangguan jiwa memiliki kecenderungan 10% sedangkan keponakan atau cucu kejadiannya 2-
11
4%. individu yang memiliki kecenderungan 46- 48% sedangkan kembar dzigot 14-
17%.faktor genetic tersebut dapat ditunjang dengan pola asuh yang diwariskan dengan asuh
yang diwariskan sesuai dengan pengakaman yang dimiliki oleh anggot keluarga klien yang
mengalami gangguan jiwa (Widiyawati, W. 2020).
10. Neurobiological.
Klien yang mengalami gangguan jiwa memiliki ciri-ciri biologis yang khas terutama pada
struktur dan susunan syaraf pusat, biasanya klien mengalami pembesaran vertrikel ke-3
sebelah kirinya ciri lainnya terutama adalah pada klien yang mengalami skizofrenia memiliki
lobus frontalis yang lebih kecil dari rata-rata orang yang normal. Klien yang mengalami
gangguan jiwa gejala takut serta paranoid (curiga) memiliki lesi pada daerah amigdala
sedangkan pada klien skizofrenia yang memiliki lesi pada area Wernick dan area bocha
biasanya disertai dengan aphasia serta disorganisasi dalam proses berbicara (world salad)
(Widiyawati, W. 2020).
11. Neurobehavioral
Kerusakan pada bagian-bagian otak tertentu ternyata memegang peranan pada timbulnya
gejala-gejala jiwa, misalnya;
a. Kerusakan pada lobus frontalis; meenyebabkan kesulitan dalam proses pemecahan
masalah dan perilaku yang mengarah pada tujuan, berpikir abstrak, perhatian dengan
manifestasi gangguan psikomotorik.
b. Kerusakan pada basal ganglia dapat menyebabkan distonia dan tremor.
c. Gangguan pada lobus temporal limbic akan meningkatkan kewaspadaan, disctracbility,
gangguan memory (short time) (Widiyawati, W. 2020).
12. Stress
Stress psikososial dan stress perkembangan yang terjadi secara terus-menerus dengan koping
yang tidak efektif akan mendukung timbulnya gejala psikotik dengan manifestasi;
kemiskinan, kebodohan, pengagguran, isolasi social, dan perasaan kehilangan. beberapa
penyebab gangguan mental dapat ditimbulkan oleh hal berikut:
a. Prasangka orang tua yang menetap, penolakan atau shock yang dialami anak.
12
b. Ketidaksanggupan memuaskan keinginan dasar dalam pengertian kelakuan yang dapat
diterima umum.
c. Kelelahan yang luar biasa, ansietas, dan kecemasan.
d. Masa-masa perubaha fisologis yang hebat; pubertas dan menopouse.
e. Tekanan-tekanan yang timbul karena keadaan ekonomi, politik dan sosila yang
terganggu.
f. Keadaan iklim yang mempengaruhi exhaustion dan toxema.
g. Penyakit kronis misalnya, aids.
h. Trauma kepala dan vertebra.
i. Kontaminasi zat toksik.
j. Shock emosional yang hebat; ketakutan akan kematian tiba tiba (Widiyawati, W. 2020).
14. Psikodinamik
Menurut Sigmund freud adanya gangguan tugas perkembangan pada masa anak terutama
dalam hal berhubungan dengan orang lain sering menyebabkan frustasi, konflik, dan
perasaan takut respon orang tua yang maladaptive pada anak akan meningkatkan stress. Di
samping hal tersebut factor yang mendukung timbulnya gangguan jiwa merupakan
perpaduan dari beberapa aspek mndukung yang meliputi bilogis, psikologis, social,
lingkungan. Sebab-sebab gangguan jiwa dibedakan atas :
a. Sebab-sebab jasmaniah/biologic
b. Sebab-sebab kejiwaan/psikologik
c. Sebab-sebab yang berdasarkan kebudayaan (Widiyawati, W. 2020).
13
Peran yang pasti masih belom ditemukan sehingga akibat gangguan jiwa ditunjang
dengan factor lingkungan kejiwaan yang tidak sehat.
b. Jasmaniah
Beberapa penyelidik berependapat bentuk tubuh seorang berhubungan dengan gangguan
jiwa. Misalnya: tubuh gemuk, cenderung mnderita psikosa manic defresif, sedang yang
kurus cenderung menjadi skizofrenia.
c. Teperamen
Orang yang terlalu peka/sensitive mempunyai masalah kejiwaan dan ketegangan.
d. Penyakit dan cedera tubuh.
Penyakit-penyakit tertentu misalnya penyait jantung, mungkin menyebabkan rasa murung
dan sedih. Demikian cedera tubuh dapat tertentu dapat menyebabkan rasa rendah diri.
14
a. Berlangsung kurang lebih 1 bulan
b. Gangguan dapat berupa gejala psikotik, halusinasi, dilusigigordinasi proses berpikir,
gangguan berbicara, gangguan perilaku, disertai kelainan neurokimiawi (Widiyawati,
W. 2020)
3. Fase residual
a. klien mengalami minimal 2 gejala, gangguan afek dan gangguan peran, serangan
biasanya berulang. (Widiyawati, W. 2020)
Menurut janiceclack (2011) klien yang mengalami gangguan jiwa sebagian besar disertai
halusinasi dan delusi yang meliputi beberapa tahapan antara lain:
1) Tahap comforting
Timbul kecemasan ringan disertai gejala kesepian, perasaan berdosa, biasanya
mengkompensasikan stresssornya dengan koping imajinasi sehingga merasa senang dan
merasa terhindar dari ancaman. (Widiyawati, W. 2020)
2) Tahap condemning
Timbul kecemasan moderat, cemas biasanya makin meninggi selanjutnya klien merasa
mendengarkan sesuatu, klien merasa takut apabila orang lain ikut mendengarkan apa-apa
yang ia rasakan sehingga timbul perilaku menarik diri (withdrwal) (Widiyawati, W.
2020)
3) Tahap controling
4) Timbul kecemasan berat, klien berusaha memerangi suara yang timbul tetapi suara
tersebut terus-menerus mengikuti, sehingga menyebabkan klien susah berhubungan
dengan orang lain. Apabila suara itu hilang klien merasa sangat kesepian/sedih.
(Widiyawati, W. 2020)
Perubahan-perubahan apakah yang terjadi pada susunan saraf pusat (otak) pada pasien
skizofrenia. Penelitian mutakhir menyebutkan bahwa perubahan-perubahan neurotransmitter dan
resptor di sel-sel saraf otak (neuron) dan interaksi zat neurokimia depamin dan serotonin,
15
ternyata mempengaruhi alam pikir, perasaan, dan perilaku dan menjelma dalam bentuk gejala-
gejala positip dan negatif skizofrenia.
16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesehatan jiwa seseorang bisa terganggu karena masalah-masalah yang didapat
selama hidup. Dalam menjalankan kehidupan setiap orang akan mendapatkan masalah.
Sebagian besar manusia tidak mampu mengontrol emosi dan mengelola stresnya,
sehingga akan melakukan yang hal-hal yang tidak baik bagi dirinya. Walaupun begitu
ada sebagian orang yang bisa melaluinya dengan baik. Kesehatan jiwa menjadi masalah
besar di dunia dan dianggap sangat mengancam. Seseorag yang mengalami gangguan
jiwa akan melakukan beberapa hal, seperti menggunakan NAPZA, melakukan bunuh diri
dll. Setiap tahunnya kasus bunuh diri selalu meningkat yang menyebabkan banyak orang
yang meninggal. Pada saat sekarang ini tren dan isu tentang keperawatan jiwa sangat
berkembang. Gangguan jiwa bukan hanya terjadi pada orang dewasa dan lansia saja
tetapi juga terjadi pada anak-anak dan remaja. Dan tidak hanya dialami oleh masyarakt
kalangan bawah saja tetapi juga kalangan menengah ke atas.
B. Saran
sebagai seorang perawat kita harus bisa merawat pasien dengan gangguan jiwa dengan
baik agar tidak melakukan hal-hal yang tidak baik. Peningkatan pelayanan terhadap
pasien juga harus diperhatikan. Untuk mengurangi pasien penyakit jiwa bisa dilakukan
dengan dimensi spiritual, sehingga pasien harus lebih diperkenalkan dengan agamanya
dan memperkuat imannya.
17
DAFTAR PUSTAKA
Murharyati, A., Rahmawati, A, N., Nyumirah, S., Baba, W, N., Herminsih, A, R., Rokhman, A.,
Lindriani., Hertiana., Napolion, K., Avelina, Y. 2021. Keperawatan Jiwa Mengenal
Kesehatan Mental. Malang : Ahlimedia Press
Azizah, I.M., Zainuri, I., dan Akbar, A. 2016. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa Teori dan
Aplikasi Praktik Klinik. Yogyakarta: Indomedia Pustaka.
18