Keseriusan
Diagnostik
Rekonstruksi/
restoratif Memulihkan fungsi hilang atau
mengurangi sebagai hasil dari
Memperbaiki palatum
kelainan bawaan lahir
yang terbelah,
merapatkan kerusakan
Prosedur septum arterial di
jantung.
transplatansi
Blefaroplasti untuk
mengoreksi kelainan
Dilakukan untuk meningkatkan
bentuk kelopak mata,
penampilan seseorang
rinoplasti untuk
Kosmetika
KEPERAWATAN BEDAH PRAOPERASI
3. Obesitas
Obesitas meningkatkan resiko pembedahan dengan mengurangi fungsi
ventilasi dan fungsi jantung. Apnea obstruksif, hipertensi, penyakit arteri
koroner, diabetes melitus, dan gagal jantung kongesif yang umum di populasi
bariatrik (kegemukan). Embolus, atelektasis, dan pneumonia juga merupakan
komplikasi pascaoperasi yang lebih sering pada klien yang obesitas. Klien
sering mengalami kesulitan memulai kembali aktivitas fisik normal setelah
pembedahan serta rentan untuk penyembuhan luka dan infeksi luka karena
struktur jaringan lemak yang kurang berisi suplai darah. Sering kali sulit untuk
menutup luka bedah klien yang obesitas karena adanya lapisan adiposa yang
tebal, sehingga klien beresiko untuk mengalami dehisens (pembukaan garis
jahitan) dan pengeluaran isi perut yang menonjol melalui sayatan bedah.
4. Apnea Tidur Obstruksif (Obstruktive Sleep Apnea/OSA)
OSA adalah sindrom periodik, obstruksi jalan nafas lengkap atau
sebagian saat tidur. Hal ini sering diakibatkan oleh desaturasi oksigen saat
tidur. Kaji riwayat diagnosis OSA dan penggunaan saluran udara tekanan
positif kontinu (CPAP), tekanan ventilasi positif noninvasif (NIPPV), atau
pemantauan apnea. Anjurkan klien dengan diagnosis OSA menggunakan
CPAP atau NIPPV untuk membawa mesin mereka sendiri ke rumah sakit atau
pusat bedah rawat jalan. Namun, banyak klien dengan OSA tidak terdiaknosis.
Oleh karena itu, untuk mengkaji resiko OSA, pertanyaan difokuskan untuk
klien dan keuarga tentang mendengkur, apnea saat tidur, sering tersadar saat
tidur, sakit kepala pagi, kantuk sinag hari, dan kelelahan kronis.
5. Imunokompromis
Untuk klien dengan kanker, sumsum tulag dapat berubah dan
meningkatkan risiko infeksi. Selain itu, terapi radiasi kadang-kadang
diberikan sebelum operasi untuk mengurangi ukuran tumor/kanker sehingga
dapat dilakukan pembedahan. Radiasi memiliki beberapa efek pada jaringan
normal yang tidak dapat dihindari, seperti kelebihan penipisan lapisan kulit,
kerusakan kolagen, dan gangguan vaskularisasi jaringan. Idealnya dokter
bedah menunggu untuk melakukan operasi 4-6 minggu setelah selesai
perawatan radiasi. Jika tidak, klien mugkin menghadapi masalah
penyembuhan luka serius. Selain itu, obat kemoterapi digunakan untuk
pengobatan kanker, obat imunosupresi digunakan untk mencegah penolakan
setelah kondisi transplantasi organ meningkatkan resiko infeksi.
6. Ketidakseimbangan Cairan dan Elektrolit
Tubuh merespons operasi sebagai bentuk trauma. Pemecahan sejumlah
besar protein menyebabkan keseimbangan nitrogen negatif, dan terjadi
peningkatan tingkat glukosa darah. Sebagai hasil dari respons stres
adrenokortikal, tubuh menahan natrium dan air, dan mengeluarkan kalium
dalam 2 sampai 5 hari pertama setelah operasi. Tingkat keparahan dari respon
stres memengaruhi tingkat ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.
7. Persepsi dan pengetahuan tentang bedah
Pengalaman masa lalu klien terhadap operasi memengaruhi respons
fisik dan psikologis terhadap prosedur. Kaji pengalaman klien yang
sebelumnya terhadap operasi sebagi dasar untuk pengajaran, mengatasi
ketakutan,dan menjelaskan kekhawatiran. Minta klien untuk mendiskusikan
jenis operasi sebelumnya, tingkat ketidaknyamanan, tingkat kecacatan, dan
tingkat perawatan ynag dibutuhkan secara keseluruhan.
Pengalaman bedah memengaruhi keutuhan keluarga secara
keseluruhan, begitu juga klien. Oleh karena itu, persiapkan baik klien dan
keluarga untuk pengalaman bedah. Pemahaman terhadap pengetahuan klien
dan keluarga, harapan dan persepsi memungkinkan anda untuk merencanakan
pengajaran dan untuk memberikan tindakan dukungan emosional individual.
Setiap klien merasa takut terhadap tempat pembedahan. Beberapa
dikarenakan pengalaman masa lalu di rumah sakit, peringatan dari teman dan
keluarga, atau kurangnya pengetahuan. Kaji pemahaman klien dari operasi
yang direncanakan, implikasinya, dan kegiatan pascaoperasi yang
direncanakan. Ajukan pertanyaan seperti “ceritakan apa yang anda pikir akan
terjadi sebelum dan sesudah operasi” atau “jelaskan apa yang anda ketahui
tentang operasi”.
d. Riwayat Pengobatan
Jika klien secara teratur menggunakan resep atau obat diluar, dokter
bedah atau pemberi anastesi mungkin menghentikan sementara obat tersebut
sebelum oerasi atau menyesuaikan dosis. Obat tertentu memiliki implikasi
khusus untuk klien bedah, menciptakan resiko lebih besar untuk komplikasi.
Tanya klien jika mereka mengonsumsi obat-obatan herbal, karena banyak
klien melihat herbal tidak sebagai obat-obatan dan sering menghilangkannya
dari riwayat pengobatan mereka. Untuk klien yang di rawat di rumah sakit,
obat resep yang diambil sebelum operasi secara otomatis dihentikan
pascaoperasi kecuali pemberi layanan kesehatan meneruskan pengobatan
tersebut.
1. Alergi
Kaji adanya alergi obat-obatan yang klien terima selama periode
perioperatif. Selain itu, kaji terhadap alergi lateks, makanan, dan alergi
kontakk (misalnya; plester, salep, atau solusi cairan).
2. Sumber Dukungan
Penting untuk menentukan sejauh mana dukungan dari anggota keluarga
dan teman-teman klien. Karena keluarga tidak selalu berarti hubungan
darah, maka yang terbaik adalah membiarkan klien mengidentifikasi
sumber dukungannya.
e. Pengkajian Nyeri Praoperasi
Pengkajian praoperasi harus mencakup penggunaan instrumen rasa sakit untuk
menilai keberadaan dan tingkat keparahan nyeri. Beberapa instrumen untuk
klien anak dan dewasa telah menunjukkan reliabilitas dan validitas.
Pengkajian nyeri sering kita perlukan untuk mengingatkan perawat untuk
mengobati rasa sakit dan menilai keberhasilan dari intervensi nyeri.
C. Tinjauan Kesehatan Emosional
Ketika klien memiliki penyakit kronis, keluarga yang bersangukatn takut bahwa
operasi akan mengakibatkan cacat lebih lanjut atau berharap bahwa ini akan
meningkatkan gaya hiduo mereka.
Untuk memehami dampak operasi pada klien dan kesehatan emosional keluarga, kaji
perasaan klien tentang operasi, konsep diri, citra tubuh, dan sumber koping.
1. Operasi
Bedah pengangkatan dari setiap bagian tubuh yang sakit sering meninggalkan
cacat permanen. Kehilangan fungsi tertentu (misalnya, dengan kolostomi atau
amputasi) mungkin membentuk kekhawatiran klien. Kaji perubahan citra tubuh
yang akan klien terima akibat hasil dari operasi. Individu akan bereaksi berbeda
tergantung pada kebudayaan mereka, usia, konsep diri, dan harga diri.
2. Konsep diri
Klien degan konsep diri positif lebih mungkin untuk mengalami pendekatan
pengalaman bedah yang tepat. Kaji konsep diri dengan meminta klien untuk
mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan pribadi. Klien yang cepat mengkritik
atau menghina karakteristik pribadi mungkin memiliki penghargaan diri yang
rendah.
3. Sumber koping
Pengkajian perasaan dan konsep diri mengungkapkan apakah klien dapat
mengatasi stress pada pembedahan. Tanyakan klien tentang manajemen stres
masa lalu dan perilaku yang membantu menyelesaikan segala ketegangan atau
kegugupan. Ketika melihat sumber koping klien, tanyakan klien tentang anggota
keluarga dan teman-teman tertentu yang mungkin memberikan dukungan.
D. Pemeriksaan Fisik
1. Survei umum
Kaji klien terhadap penampilan kurang gizi. Tingi, berat badan, dan riwayat
penurunan berat badan baru-baru ini merupakan indikator yang penting untuk
status gizi. Tanda-tanda vital preoperatif, termasuk tekanan darah saat duduk dan
berdiri, memberikan data dasar yang penting untuk membandingkan perubahan
yang terjadi selama dan setelah operasi.
2. Kepala dan leher
Periksa platum lunak dan sinus hidung. Sinus drainase adalah indikasi infeksi
sinus atau pernapasan. Periksalah distensi vena juguralis. Kelebihan cairan dalam
sistem peredaran darah atau kegagalan jantung untuk berkontraksi secara efisien
menyebabkan distensi vena juguralis dan mengungkapkan resiko komplikasi
kardiovaskuler selama operasi.
Selama pemeriksaan mukosa oral, identifikasi apakah ada gigi yang longgar atau
gigi palsu karena mereka bisa lepas selama intubasi endotrakeal. Catat gigi palsu
sehingga mereka dapat dilepaskan sebelum operasi khususnya jika klien akan
menerima anastesi umum.
3. Kulit
Hati-hati memeriksa kulit, terutama pada kulit diatas tulang yang menonjol,
seperti tumit, siku, sakrum, dan tulang belikat. Selam operasi, klien sering kali
diletakkan pada posisi tetap selama beberapa jam. Akibatnya, klien memiliki
peningkatan risiko ulkus tekan.
4. Toraks dan Paru
Pengkajian pada pola pernapasan klien dan ekskursi dada dapat mengukur
kapasitas ventilasi. Penurunan fungsi ventilasi menempatkan klien pada resiko
untuk komplikasi pernapasan. Auskultasi suara napas akan menunjukkan apakah
klien mengalami kongesti paru atau penyempitan saluran napas. Atelektasis atau
uap air yang ada dalam saluran udara akan memperburuh pernapasan klien selama
operasi.
5. Jantung dan Sistem Vaskular
Kaji karakter denyut apikal dan dengarkan suara jantung. Kaji denyut perifer,
pengisian kembali kapiler, serta warna dan suhu ekstremitas. Jika denyut nadi
perifer tidak terab, gunakan instrumen doppler untuk mengkajinya.waktu
pengisian kembali kapiler yang dapat diterima adalah kurang dari 2 detik.
6. Abdomen
Kaji abdomen untuk ukuran, bentuk, dan adanya distensi. Tanyakan apakah klien
buang air besar dengan teratur, dan tanyakan tentang warna dan konsistensi feses.
Auskultasi bunyi usus.
E. Pemeriksaan diagnostik :
1. Fotosinar-X dada adalah pemeriksaan kondisi jantung dan paru-paru
2. EKG adalah mengukur aktivitas listrik jantung untuk menentukan apakah denyut
jantung, irama, dan factor lainnya normal.
F. Diagnosis keperawatan
Kelompokan pola dalam mendefinisikan karakteristik yang dikumpulkan selama
pengajian untuk mendefinisikan diagnosis keperawatan untuk klien bedah. Klien
dengan masalah kesehatan yang sudah ada sebelumnya cenderung memiliki berbagai
diagnosis berisiko. Sebagai contoh, klien yang sudah menderita bronkitis, memiliki
suara nafas tidak normal dan batuk produktif, akan berisiko untuk tidakefektifnya
bersihan jalan nafas. Sifat operasi dan status kesehatan klien memberikan definisi
karakteristik untuk beberapa diagnosis keperawatan. Sebagai contoh klien yang
sedang mengalami pembedahan yang berisiko dalam berkembangnya infeksi di lokasi
bedah, di lokasi IV, atau dalam aliran darah (sepsis). Diagnosis risiko infeksi akan
membutuhkan perhatian anda dari saat masuk sampai masa pemulihan.
G. Intervensi
Intervensi untuk keperawatan perioperatif menyedikan klien /keluarga pemahaman
lengkap tentang operasi dan menekankan klien secra fisik dan psikologis untuk
intervensi bedah.
a. Invormed consent. Operasi tidak dapat di lakukan secara legal atau etik sampai
klien memahami kebutuhan prosedur, langkah-langkah yang terlibat risiko, hasil
yang diharapkan dan pengobatan alternative.
b. Promosi kesehatan. Kegiatan promosi kesehatan selama fase praoperasi focus
pada pemeliharaan kesehatan, pencegahan komplikasi, dan dukungan rehabilitasi
yang mungkin dibutuhkan pascaoperasi.
1) Pendidikan praoperatif
Pendidikan untuk klien merupakan aspek penting dari pengalaman bedah
klien, disediakan dalam format yang sistematis dan terstruktur dengan prinsip-
prinsip mengajara dan belajar, pendidikan praoperatif berkaitan dengan
harapan klien pascaoperasi dan memberikan pengaruh positif terhadap
pemulihan klien. Perawat memanggil klien sampai dengan 1 minggu sebelum
operasi untuk memperjelas pertanyaan dan memperkuat penjelasan.
2) Klien menyebut alasan intruksi praoperasi dan latihan.
Dengan memberikan dasar pemikiran untuk prosedur praoperasi dan
pascaoperasi, klien lebih siap untuk berpartisipasi dalam perawatan, setiap
program pengajaran praoperasi termasuk didalamnya penjelasan dan
demonstrasi latihan pascaoperasi, yaitu pernafasan diafragma, spirometri
insentif, batuk, berbalik, dan olahraga kaki. Latihan ini membantuk .mencegah
komplikasi pascaoperasi.
3) Klien menyebutkan waktu bedah tatalaksana kepada klien dan keluarga
perkiraan waktu operasi akan dimulai dan kapan mereka harustiba di rumah
sakit atau ASC, dokter bedah akan menginformasikan klien dan keluarga
tentang antisipasi lamanya operasi. penundaan yang tidak terduga terjadi
karena berbagai alasan. Buat keluarga mengerti bahwa penundaan terjadi
karena berbagai alas an dan tidak selalu menunjukkan masalah.
4) Klien membahas monitoring dan terapi antisipasi pascaoperasi.
Klien dan keluarga perlu mengetahui tentang peristiwa pascaoperasi jika
mereka memahami frekuensi pemantauan tanda vital pascaoperasi sebelum
hari operasi, mereka akan lebih memperhatikan ketika perawat mengukur
tanda vital. Anda juga menjelaskan apakah klien cenderung untuk memiliki
jalur IV. Pemantauan jalur, perban, atau tabung drainase atau akan
membutuhkan dukungan ventilator.
5) Klien menjelaskan prosedur bedah dan perawatan pascaoperasi.
Setelah dokter bedah menjelaskan tujuan dasar dari prosedur bedah. Beberapa
klien akan mengajukan pertanyaan tambahan untuk menjelaskan informasi.
Pertama, klarifikasi tentang apa yang di dikusikan klien dengan dokter bedah,
ketik aklien memiliki sedikit atau tidak ada pemahaman tentang operasi, ahli
bedah memberitahu bahwa klien membutuhkan penjelasan lebih lanjutan
dapat menambah penjelasannya.
6) Klien menjelaskan kegiatan pascaoperasi jelisoperasi yang klien jalani
menentukan seberapa cepat mereka dapat melanjutkan aktivitas fisik normal
dan kebiasaan makan yang teratur, jelaskan bahwa kemajuan bertahap dalam
aktivitas dan makan adalah hal yang normal. Jika menoleransi dengan baik
aktivitas dan diet, tingka taktivitas akan maju lebih cepat.
7) Klien mengungkapkan penurunan rasa sakit.
Nyeri adalah salah satu ketakuatan klien. Nyeri setelah operasi tidak terduga.
Informasikan klien dan keluarga tentang intervensi yang tersedia untuk
mnghilangkan rasa sakit misalnya, analgesik, posisi, belat, dan latihan
relaksasi klien perlu mengetahui jadwal untuk obat analgesik, rute pemberian
dan efekefeknya.
8) Klien mengungkapkan perasaan mengenai bedah.
Kenali klien sebagai individu yang unik. Klien dan keluarga perlu waktu
untuk mengungkapkan perasaan tentang operasi. Tingkat kecemasan klien
mempengaruhi frekuensi diskusi. Sementara pemberian perawatan rutin,
dorong klien untuk mengekspresikan kecemasan. Keluarga dapat membantu
mendiskusikan masalah tanpa klien, sehingga rasa takut mereka tidak akan
menakuti klien atau sebaliknya.
H. Perawatan Akut
Kegiataan perawatan akut dalam tahap praoperasi fokus pada intervensi secara fisik
mempersiapkan klien untuk bedah.
1. Persiapan fisik
Tingkat perawatan fisik sebelum operasi tergantung pada status kesehatan klie,
opersi direncanakan, dan preferensi dokter bedah. Seorang klien yang mengalami
sakit yang serius menerima perawatan yang lebih mendukung dalam bentuk
obat-obata, terapi cairan IV, dan monitoring daripada klien yang menghadapi
prosedur elektif kecil.
2. Penatalaksanaan Cairan Normal dan Keseimbangan Elektrolit
Klien bedah rentan terhadap ketidakseimbangan cairran dan elektrolit sebagai
akibat dari asupan yang tidak memadai atau kehilangan cairan berlebihan selama
operasi. Seorang klien biasanya tidak mengonsumsi apa-apa melalui mulut
(NPO) setelah tengah malam pada pagi hari operasi, untuk menjaga perut
kosong, dengan demikian akan mengurangi resiko muntah dan aspirasi. Puasa
dari asupang ringan atau non-ASI selama 6 jam atau lebih, ASI selama 4 jam
atau lebih, dan cairan murni selama 2-3 jam sebelum prosedur elektif yang
membutuhkan anastesi umum, anestesi regional, atau sedasi, sekarang
direkomendasikan.
Selama operasi, mekanisme normal untuk mengendalikan keseimbangan cairan
dan elektrolit, termasuk respirasi, pencernaan, sirkulasi, dan eliminasi akan
terganggu. Kehilangan darah yang banyak dan cairan tubuh lainnya kadang-
kadang terjadi. Sebelum operasi, klien di dukung untuk makan makanan tinggi
protei, dengan karbohidrat, lemak, dan vitamin yang cukup. Jika klien tidak bisa
makan karena perubahan gastrointestinal atau kerusakan dalam kesadaran, anda
mungkin akan melalui rute IV untuk mengganti cairan.
3. Pengurangan Risiko Infeksi Bedah
Risiko mengalami infeksi luka bedah ditentukan oeh jumlah dan jenis
mikroorganisme yang mencemari luka, kerentanan dari penderita, dan luka bedah
itu sendiri. Kulit merupakan tempat favorit mikroorganisme untuk tumbuh dan
berkembang biak. Tanpa persiapan kulit yang tepat, risiko infeksi luka
pascaoperasi akan tinggi. Banyak dokter bedah meminta klien mandi atau
membersihkan diri saat malam sebelum operasi.
4. Pencegahan Inkontinensia Bowel dan Kandung Kemih
Manipulasi bagian dari saluran pencernaan selama operasi menghasilkan
ketiadaan peristaltik selama 24 jam dan kadang-kadang lebih lama. Usus kosong
mengurangi risiko cedera pada usus dan meminimalkan kontaminasi dari luka
operasi jika sebagian usus diinsisi atau dibuka sengaja atau jika operasi usu
direncanakan.
5. Promosi Istirahat dan Kenyamanan
Istirahat penting untuk penyembuhan normal. Kegelisahan tentang operasi yang
akan datang dengan mudah dapat mengganggu kemampuan untuk bersantai atau
tidur. Kondisi dasar yang membutuhkan pembedahan sering menyakitkan, dan
mengganggu istirahat lebih lanjut. Cobalah untuk membuat linkungan klien
dengan tenang dan nyaman.
I. Persiapan pada Hari Pembedahan
Perawat menyelesaikan beberapa prosedur rutin sebelum mengirimkan klien untuk
perasi :
1. Kebersihan
Langkah-langkah dasar kebersihan memberikan kenyamanan tambahan sebelum
operasi. Jika klien di rawat di RS tidak mau mandi lengkap, maka mandi parsial
dapat menyegarkan dan menghilangkan sekresi yang mengganggu atau drainase
dari kulit.karena klien tidak bisa memakai pakaian tidur pribadi ke ruang operasi
karena dapat membahayakan, sediakan baju RS yang bersih. Jika klien telah
NPO beberapa jam terakhir, mulut klien sering kali menjadi snagat kering.
Tawarkan klien obat kumur dan pasta gigi, sekali lagi peringatkan klien untuk
tidak menelan.
2. Rambut dan Kosmetik
Selama operasi dengan klien dibawah anastesi umum, kepala klien diposisikan
untuk memasukkan sebuah selang endotrakeal ke jalan napas. Prosedur ini
mungkin meibatkan manipulasi rambut dan kulit kepala klien. Untuk
menghindari cidera, inta klien untuk tidak menggunakan jepit rambut atau klip
sebelum berangkat operasi. Jepit rambut dan klip dapat menjadi sumber listrik
dan menyebabkan luka bakar. Hapus hiasan rambut atau juga rambut palsu.
Kepang atau ikat rambut panjang. Klien menggunakan topi sekali pakai sebelum
memasuki ruangan operasi.
3. Melepas Potesa
Semua jenis perangkat palsu sangat mudah hilang atau rusak selama operasi.
Klien perlu melepas potesa, termasuk gigi palsu, mata buatan, dan alat bantu
dengar. Jika klien memiliki penjepit atau belat, tanyaka kepada penyedia layanan
kesehatan untuk menentukan apakah bisa tetap digunakan oleh klien.
4. Nilai Kemanan
Jika klien mempunyai barang berharga, berikan semua kepada keluarga atau
simapn untuk diamankan. Banyak RS meminta klien untuk menandatangani surat
untuk membebaskan institusi dari tanggung jawab atas barang berharga yang
hilang.
6. Mempersiapkan usus dan kandung kemih
Beberapa klien membutuhkan enema atau katartik di pagi hari sebelum operasi
untuk memastikan usus kosong. Jika demikian, berikan setidaknya satu jam
sebelum klien akan pergi, berikan waktu bagi klien untuk defekasi tanpa terburu-
buru. Instruksikan klien untuk BAK sebelum berangkat ke ruang operasi dan
sebelum memberikan obat preoperasi. Kandung kemih yang kosong mengurangi
rasa tidak nyaman selama prosedur dan mengurangi risiko inkontinensia selama
operasi.
7. Tanda-tanda Vital
Perawat mengukur suatu set tand vital final preoperatif. Jika tanda-tanda vital
praoperasi tidak normal, pembedahan mungkin perlu di tunda. Beritahukan
penyedia layanan kesehatan akan setiap kelanan, sebelum mengirim klien untuk
operasi.
8. Dokumentasi
Sebelum klien pergi ke ruang operasi, periksa isi laporan medis untuk
memastikan bahwa hasil laboratorium yang bersangkutan telah tersedia. Periksa
formulir persetujuan untuk keakuratan informasi. Sebuah daftar praoperasi
menyediakan pedoman untuk memastikan penyelesaian intervensi keperawatan.
Periksa catatan keperawatan untuk memastikan bahwa dkumentasi perawatan
adalah yang terkini.
9. Melakukan prosedur khusus
Beberapa klien membutuhkan pemasanfan infus IV atau tabung nasogastrik
sebelum berangkat untuk operasi atau di tempat praoperasi.
10. Pemberian pengobatan praoperasi
Munculnya bedah rawat jalan telah mengurangi penggunaan obat sebelum
operasi. Namun, penyediaanestesi atau bedah kadang-kadang meminta obat
preanestesi untuk mengurangi kecemasan klie, sejumlah anestesi umum
diperlukan, resiko mual dan muntah dan aspirasi resultan, serta sekresi saluran
pernapasan.
11. Sensitivitas lateks/alergi
Ketika insiden dan preavalensi sensitivitas latelks dan alergi meningkat,
kebutuhan untuk mengenali sumber potensi lateks sangat penting. Ruang operasi
dan unit perawatan pascaanestesi (PACU) berisi produk-produk yang
mengandung lateks yang tak terhitung banyaknya.
Tanda dan gejala reaksi lateks meliputi efek lokal mulai dari urtikaria dan
tonjolan merah datar atau tinggi ke vaskuler, scaling, atau erupsi perdrahan.
Dermatitis akut kadang-kadang terjadi. Rhinitis dan/atau rhinorrea adalah reaksi
umum lainnya baik pada reaksi lateks ringan dan berat.
J. Transpormasi ke ruangan operasi
Personil diruangna operasi memberitahukan deivisi keperawatan atau area operasi
bila waktu operasi telah tiba. Dibanyak rumah sakit, perawat atau transpoter diminta
membawa tandu untuk mengakut klien. Transpoter mengcek gelang indentifikasi
klien untuk dua pengidentifikasian terhadap klien untuk memastikan bahwa orang
yang tepat akan dioperasi. Karena beberapa klien menerima obat praoperasi, para
perawat dan transpoter membentu klien saat dipinda dari tempat tidur ke brankar
untuk mencegah jautuh. Klien rawat jalan yang akan operasi dibawa keruangan
operasi jika mampu dan tidak perlu obat-obatan,. Berikan keluarga kesempatan untuk
mengujungi klien sebelum diantar ke ruangan operasi. Keluarga langsung keruangan
tunggu. Di beberapa rumah sakit keluarga diperbolehkan untuk menunggu bersama
klien di rungan tunggu sampai dia dibawa ke rungan operasi.
Setelah lien meninggalkan divisi perawat siapkan tempat tidur dan ruangan untuk
mengembalikan klien jika klien kembali ke divisi perawatan yang sama. Sebuah unit
pascaoperasi harus memiliki hal-hal sebagai beikut :
1. Spignomanometer / monitor tekanan darah otomatis noninvasive, stetoskop dan
thermometer.
2. Mangkok emesis, gaun bersih, kain lap, handuk dan tisu wajah, tingkat IV
3. Peralatan pengisap, peralatan O2 dan oksimetri
4. Ekstra bantal untuk memposisikan klien dengan nyaman
K. Evaluasi
Perawat penerima dan perawat di daerah preoperatif mengevaluasi hasil dalam
periode praoperasi. Walaupun waktu yang tersedia untuk mengevaluasi hasil sebelum
operasi sangat terbatas. Bandingkan status klien dengan hasil yang diharapkan untuk
menentukan apakah intervensi yang baru / direvisi dan atau diagnose keperawatan
perlu dilaksanakan. Anda akan dapat mengevaluasi tingkat pengetahuan klien yang
dihasilakan dari intervensi pengajaran. Jadikan evaluasi yang menyeluruh dalam anda
yang menentukan apakah intruksi lebih lanjut diperlukan saat operasi. Intervensi
berlanjut selama dan setelah operasi, sehingga untuk menntukan tujuan dan hasil
tidak terjadi sampai setelah proses operasi.
E. Evaluasi
Evaluasi intervensi dilakukan selama fase intraoperatif selama prosedur bedah. Terus
pantau tanda vital asupan dan keluaran. Ukur suhu tubuh klien Selma dan setelag
penyelesaian prosedur. Periksa kulit dibawah landasan alas dan didaeran dimana
posisi tertekan. Dan beriakan informasi terkini pada anggota keluarga di rungan
tunggu
Bagian dari evaluasi anda menentukan sejauh mana klien dan keluarga mempelajari langkah-
langkah perawatan diri. Klien dering harus merawat perban, ikuti pembatasan kegiatan, teruskan
terapi obat-oabatandan amati tanda-tanda dan gejala komplikasi pada saat pulang ke rumah.
Sebuah arahan untuk perawatan dirumah membantu klien untuk tidak dapat melakukan aktivitas
parawatan diri. Dengan waktu tinggal yang singkat di RS dan pembedahan rawat jalan., sangat
penting untuk mengevaluasi harapan awal klien dengan proses pascaoperasi