Anda di halaman 1dari 12

RESUME

PERIOPERATIVE CARE PADA ANAK

Oleh :

I MADE HENDRA PARTHA


NIM. 23.322.1423

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA BALI
DENPASAR
2024
I. KEPERAWATAN PERIOPERATIF PADA ANAK

A. Definisi Keperawatan Perioperatif


Asuhan keperawatan perioperative adalah perawatan yang diberikan sebelum
(praoperasi), selama (intraoperasi), dan setelah operasi (pasca operasi).Ini terjadi di
rumah sakit, di pusat-pusat bedah yang ada di rumah sakit, di pusat-pusat bedah
yang berdiri sendiri, atau di kantor-kantor penyedia layanan kesehatan.
Keperawatan perioperatif adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan
keragaman fungsi keperawatan yang berkaitan dengan pengalaman bedah pasien.
Faktor-faktor penting yang terkaitan dalam pembedahan yaitu penyakit pasien,
pembedahan yang dilakukan dan faktor pasien sendiri. Dari ketiga faktor tersebut
faktor pasien merupakan hal yang peling penting, karena pada faktor penyakit
tertentu dan faktor tindakan pembedahan adalah hal yang sudah berjalan dengan
baik dan benar.
Hal ini didasarkan pada pemahaman perawat tentang prinsip-prinsip penting,
termasuk hal-hal berikut :
1. Pelayanan yang berkualitas tinggi dan perawatan yang berfokus pada
keselamatan klien
2. Kerja tim multi disiplin
3. Komunikasi terapeutik yang efektif dan kolaborasi dengan klien, keluarga klien,
dan tim bedah.
4. Pengkajian dan intervensi dalamsemua tahap operasi dengan efektif dan efisien.
5. Advokasi untuk klien dan keluarga klien
6. Memahami pengendalian biaya.

Tahap-tahap di dalam keperawatan perioperatif :

1. Fase pra operasi


Fase pra operasi dimulai ketika dilakukan intervensi bedah dan diakhiri
ketika pasien berada di meja operasi sebelum pembedahan dilakukan. Lingkup
aktivitas keperawatan selam waktu tersebut dapat mencangkup pengkajian
dasar pasien di tatanan klinik ataupun rumah, wawancara praoperasi dan
menyiapakan pasien untuk anestesi yang diberikan dan pembedahan.
Tujuan perawatan praoperasi :
a. Menciptakan hubungan yang baik dengan pasien, memberika penyuluhan
tentang tindakan anesthesia.
b. Mengkaji, merencanakandan memenuhim kebutuhan pasien
c. Mengetahu akibat tindakan anesthesia yang akan dilakukan
d. Mengantisipasi dan menggulangi kesulitan yang mungin timbul.
2. Fase intra operasi
Fase intar operasi dimulai ketika pasien masuk atau dipindahkan ke
instalasi bedah (meja operasi) dan berakhir saat pasien dipindahkan ke ruangan
pemulihan (recovery room) atau istilah lainnya adalah post anestesi care unit
(PACU). Pada fase ini ruang lingkup aktivitas keperawatan mencangkup
pemasangan intarvena kateter, pemberian medifikasi intarvena, melakukan
pemantaun kondisi fisiologis menyeluruh sepanjang prosedur pembedah dan
menjaga keselametan pasien.
Perawatan anestesi dimulai sejak pasien berada di meja operasi sampai
dengan pasien dipindahkan ke ruangan pulih sadar, tujuannya adalah untuk
mengupayakan fungsi vital pasien selama anestesi berada dalam kondisi
optimal agar pembedah dapat berjalan lancar dengan baik.
3. Fase pasca operasi
Fase pasca operasi dimulai dengan masuknya pasien ke ruangan
pemulihan dan berakhir dengan evaluasi tindakan lanjut pada tatanan klinik atau
ruang perawatan bedah atau dirumah. Ringkup ativitas keperawatan melipti
rentang aktivitas yang luas selama periode ini. Pada fase ini focus pengkajian
efek agen atau obat anestesi dan memantau fungsi vital serta mencegah
komplikasi. Aktivitas perawat berfokus pada peningkatan penyembuhan dan
rehabilitasi dan pemulangna pasien.
Perawatan pasca anestesi atau pembedahan di mulai sejak pasien
dipindahkan ke ruangan pulih sadar sampai diserah terimakan kembali pada
perawat di rungan rawat inap. Jika kondisi klien tetap kritis pasien dipindahkan
ke ICU.
Tujuan :
a. Mengawasi kemajuan pasien sewaktu masa pulih
b. Mecegah dan segera mengatasi komplikasi yang terjadi
c. Menilai kesadaran fungsi vital tubuh pasien untuk menentukan saat
pemindahan / pemulangan pasien.
Pengkajian yang dilakukan perawat pada periode perioperatif diantaranya
adalah :

1. Rumah atau klinik


a. Melakukan pengkajian periopertif awal
b. Merencanankan metode penyuluhan yang sesuai dengan kebutuhan
pasien
c. Melibatakan keluarga dalam wawancara
d. Memastika kelengkapan pemeriksaan pra-operatif
e. Mengkaji kebutuhan klien terhadap transpotasi da perawatan pasca
operasi
2. Unit perawatan bedah
a. Melengkapi pengkajian pre-operatif
b. Koordinasi penyuluhan terhadap pasien dengan staf kepewaratan lain
c. Menjelaskan fase-fase dalam periode perioperatif dan hal-hal mungkin
akan terjadi
d. Membuat rencana asuhan keperawatan.
3. Ruang operasi
a. Mengkaji tingkat kesadaran klien
b. Melakukan penilaian ulang lembar observasi pasien atau rekam medis
c. Mengidentifikasi pasien
d. Memastikan daerah pembedahan
B. Indikasi Pembedahan
Tindakan pembedahan (operasi) dilakukan berdasarkan indikasi. Beberapa indikasi
yang dapat dilakukan pembedahan diantaranya adalah indikasi :
1. Diagnostik, misalnya eksisi tumor atau laparotomi eksplorasi
2. Kuratif, misalnya infeksi tumor atau mengangkat afendiks yang mengalami
inflamasi
3. Reparatif, misalnya memperbaiki luka multiple
4. Rekontruksi atau kosmetik, misalnya mammoplasty atau bedah plastic
5. Paliatif, misalnya menghilangkan nyeri atau memperbaiki masalah, seperti
pemasangan selang gastrostomi yang dipasang untuk mengkonpensasi terhadap
ketidakmampuan menelan makanan.
C. Klasifikasi Pembedahan
Jenis-jenis prosedur bedah di klasifikasikan menurut keseriusan, urgensi, dan
tujuan. Beberapa prosedur dapat bergabung ke dalam lebih dari satu klasifikasi.
Misalnya, operasi pengangkatan dan bekas luka adalah minor dalam keseriusan,
elektif di urgensi, dan rekonstruksi di tujuan. Seringnya pembagian kelas-kelas
tersebut tumpang tindih. Prosedur yang mendesak adalah juga penting dalam
tingkat keseriusannya. Kadang-kadang operasi yang sama dilakukan untuk alasan
yang berbeda pada klien yang berbeda. Sebagai contoh, gastrektomi mungkin
dilakukan sebagai prosedur darurat untuk reseksi tukak yang telah berdarah atau
sebagai prosedur mendesak untuk menghapus pertumbuhan kanker. Klasifikasi
menunjukkan kepada perawat tingkat perawatan yang dibituhkan oleh klien.

Tipe Deskripsi Contoh

Keseriusan

Mayor Menyangkut tindakan rekonstruksi Bypass arteri coroner,


yang luas atau perubahan di dalam reseksi kolon,
bagian tubuh; memiliki risiko besar pengangkatan laring,
terhadap kehidupan. reseksi lobus paru.

Minor Menyangkut perubahan minimal dalam Ekstraksi katarak, bedah


bagian tubuh; sering digunakan untuk plastic wajah, ekstraksi
mengoreksi deformitas; termasuk gigi.
risiko minimal dibanding dengan
bprosedur mayor.

Kedaruratan
Bunionektomi, bedah
Dilakukan atas kebutuhan dasar klien;
plastic wajah, perbaikan
tidak terlalu esensial dan tidak selalu
hernia, rekonstruksi
penting untuk kesehatan
payudara.
Pemotongan tumor
Elektif kanker pengangkatan
Penting untuk kesehatan klien, sering
kantung empedu
dilakukan untuk mencegah masalah
disebabkan oleh batu
tambahan lainnya menjadi berkembang
empedu, perbaikan
(misalnya: kerusakan jaringan atau
vascular dari arteri yang
kegagalan fungsi organ); tetapi tidak
tersumbat.
darurat.

Mendesak
Memperbaiki usus buntu
Harus diselesaikan dengan segera
yang berlubang,
untuk menyelamatkan jiwa atau
memperbaiki luka
mempertahankan fungsi bagian tubuh.
amputasi, mengontrol
hemoragi internal

Eksplorasi laparotomy
Darurat Pembedahan eksplorasi yang
(insisi kedalam ruang
memungkinkan penyedia layanan
peritoneal untuk melihat
kesehatan untuk menegakkan
organ abdominal).
diagnosis; biasanya termasuk
pengangkatan jaringan untuk
pemeriksaan diagnostik selanjutnya

Amputasi, pengangkatan
Tujuan
Eksisi atau pengangkatan bagian tubuh usus buntu,
Diagnostik
yang terserang penyakit kolesistektomi.

Kolostomi, debridemen
(pembersihan) jaringan
Menghilangkan atau mengurangi
nekrotik, reseksi akar
Ablatif intensitas gejala penyakit; tindakan
saraf
menyembuhkan
Paliatif Pemulihan fungsi atau penampilan atas Fiksasi internal dari
jaringan yang trauma atau yang tidak fraktur, perbaikan bekas
berfungsi. luka.
Rekonstruksi/
Pengangkatan organ dan / atau jaringan Transplantasi ginjal,
restoratif
dari seseorang dengan kematian otak jantung, atau hati
yang berat untuk ditransplantasikan
kepada orang lain.
Memperbaiki palatum
Memulihkan fungsi hilang atau
Prosedur yang terbelah,
mengurangi sebagai hasil dari kelainan
transplatansi merapatkan kerusakan
bawaan lahir
septum arterial di
jantung.

Dilakukan untuk meningkatkan Blefaroplasti untuk


Kosmetika
penampilan seseorang mengoreksi kelainan
bentuk kelopak mata,
rinoplasti untuk
mengubah bentuk
hidung.

II. KEPERAWATAN BEDAH PRA OPERASI

Semua bayi dan anak yang dijadwalnya untuk menjalani tindakan pembedahan
harus dinilai prabedah, baik untuk mendeteksi dini keadaan yang memerlukan
terapi spesifik, maupun untuk optimasi, serta untuk menesehati orang
tuanyamengenai kemungkinan keadaan selama anestesi dan pemedahan.
Dalam preopratif klien yang menjalani operasi masuk ke dalam tempat
pelayanan kesehatan dalam berbagai tingkat kesehatan. Klien mungkin masuk
rumah sakit atau pusat bedah rawat jalan pada hari yang telah di tentukan dengan
perasaan yang relatif sehat dan siap menghadapi operasi elektif. Sebaliknya,
seseorang dalam kecelakaan bermotor mungkin menghadapi operasi darurat tanpa
memiliki waktu untuk persiapan. Kemampuan untuk menjalin hubungan dan
memelihara hubungan profesional dengan klien merupakan komponen penting dari
fase perioperatif. Perawat harus melakukan ini dengan cepat, tetapi penuh kasih dan
efektif.
Klien telah melakukan berbagai uji dan prosedur untuk mengonfirmasi atau
menyingkirkan perubahan yang dibutuhkan dalam pembedahan. Kebanyakan
pengujian terjadi sebelum hari operasi. Biasanya klien yang dijadwalkan untuk
operasi rawat jalan harus menjalani tes yang dilakukan beberapa hari sebelum
operasi. Pengujian yang dilakukan pada hari operasi biasanya terbatas untuk tes
seperti pemantauan glukosa untuk klien dengan diabetes. Perawat perlu mengenali
dengan baik tes tersebut, tujuannya, dan bagaimana cara memonitor hasil.

III. KEPERAWATAN BEDAH INTAROPERATIF

Anestesi dapat dipertahankan dengan obat intravena, anestesi inhalasi, atau


kombinasi keduanya. Pada bayi dan anak yang sakit berat, terutama yang diduga
harus mendapatkan ventilasi pasca bedah, opioids sintesis dosis tinggi, seperti
fentalin atau sufentalin, memberikan anestesi dengan kestabilan hemodinamik
dengan sangat baik.
Perawatan klien selama operasi membutuhkan persiapan yang hati-hati dan
pengetahuan tentang peristiwa yang terjadi selama prosedur pembedahan. Perawat
biasanya berfungsi dalam salah satu dari dua peran dalam ruang operasi, perawat
sirkulasi atau perawat scrub. Perawat sirkulasi haruslah seorang RN. Tanggung
jawab perawat sirkulasi meliputi penelaahan terhadap pengkajian praoperasi,
menetapkan, dan melaksanakan rencana perawatan intraoperatif, mengevaluasi
perawatan, serta memastikan kesinambungan perawatan pascaoperasi. Perawat
sirkulasi membantu prosedur yang dibutuhkan seperti intubasi endotrakeal dan
administrasi darah. Selain itu, perawat sirkulasi memonitor teknik streril dan
lingkungan ruang operasi yang aman, membantu ahli bedah dan tim bedah dengan
mengoperasikan peralatan nonstreril, menyediakan pasokan tambahan, verifikasi
spons dan jumlah instrument, serta memastikan catatan tertulis yang akurat dan
lengkap.
IV. KEPERAWATAN BEDAH PASCA OPERATIF

A. Tahap bedah pasca operatif


Faslitas ruangan pemulihan dan ruangan perawatan anak harus dapat
memberiakan pengawasan berkesinambungan patensi jalan nafas, ventilasi yang
cukup, dan stabilitas sirkulasi. Sekuele anestesi umum yang sering terjadi pada bayi
dan anak meliputi eksitasi pasca anestesi, muntah dan nyeri. Pada kebanyakn kasus
muntah dapat diredahkan dengan pemberian butirofenon (droferidol), fenotiazin
(proklorferasi), metoklopranid atau ondasentron.
Dimana dalam tahap ini, setelah operasi perawatan klien menjadi kompleks
sebagai akibat dari perubahan fisiologi yang terjadi klien yang menjalani anestesi
umu lebih cendrung mengadapi komplikasi dari pada mereka yang hanya bius lokal
atau sedasi sadar. Klien yang membutuhkan anestesi umum juga memiliki area
operasi yang luas. Sebaliknya, klien bedah rawat jalan yang telah mandapat
anestesi lokal dengan tidak adanya sedasi dan memiliki tanda-tanda vital stabil
biasanya segara eluar dari rumah sakit. Seorang lien yang telah mengalami anestesi
regional atau umm biasanya ditransfer ke PACU akan stabil keluar dari RS,
sedangkan klien yang mendapatkan anestesi lokal pergi langsung ke unit perawatan
atau kembali ke pusat operasi berjalan.
Sebelum program pascaoperasi klien melibatkan dua tahap, yaitu : periode
pemulihan segera dan pemulihan pascaoperasi. Untuk klien bedah rawat jalan,
pemulihan berlangsung hanya 1-2 jam, dan pemulihan terjadi dirumah untuk klien
dirawat dirumah sakit, pemulihan terjadi selama beberapa jam dan menjalani
proses penyembuhan terjadi 1 atu lebih, tergantung pada tingkat operasi dan respon
klien.
1. Pemulihan segera pascaoperatif
Sebelum kedatangan klien ke dalam PACU, perawat pacu mendapatkan
data dari tim bedah dikamar operasi mengenai status umum klien dan
kebutuhan peralatan khusus dan asuhan keperawatan. Ketika klien diterima di
pacu, personel memberitahukan wilayah asuhan klien pada saat kedatangan
klien. Hal ini memungkinkan staf keperawatan untuk mengkonfirmasi anggota
keluarga. Anda biasanya akan menyaran kan anggota keluarga untuk tetap
berada di ruangan tunggu yang ditunujuka sehingga mereka dapat ditemui
ketika ahli bedah datang untuk mnjelaskan kondisiklien. Merupakan
tangguangjawab ahli bedah menggambarkan status klien, hasil operasi, dan
setiap komplikasi terjadi. Anda dalah sumber yang berharga jika komplikasi
muncul pada tahap operasi.
Ketika klien memasuki PACU, perawat dan anggota tim operasi
mendiskusikan status klien . tujuan keselamatan joint commission 2008 (2007)
pendekatan standar ntuk komunikasi penyerahan yang memberika operasi yang
akurat tentang perawatan klien. Perawatan dan layanan, kondisi saat ini, dan
setiap perubahan terbaru atau diantisipasi. Penyerahan bersifa interaktif. Untuk
klien bedah, laporan tim boleh mencangkup tinjauan agen anestesi yang
diberikan sehingga perawat PACU mampu mengatasi seberapa ceoat klien
harus kembali sadar dan untuk mengantisipasi kebutuhan analgesic. Laporan
mengenai cairan IV atau produk darah yang diberikan selama produk darah
yang diberikan selama operasi untuk keseimbangan cairan an elektrolit.
Perawat kamar operasi atau ahli anatesi membahas apakah ada komplikasi
selama operasi, seperti kehilangan darah yang berlebiha atau penyimpangan
jantung. Mereka juga melaporkan posisi klien intraoperatif dan kondisi kulit.
Laporan ini sering terjadi pada perawat PACU menerima klien perawat PACU
berda dekat dengan klien untuk pemantauan peralatan seperti : monitor tekanan
darah noinvansif, monitor EKG,dan oksimetri pulsasi klien menerima beberapa
bentuk oksigen selam periode pemulihan berlangsung.
2. Keluar dari PACU
Evaluasi kesiapan klien untuk keluar dari PACU dengan sadar
kesetabilan tanda vital dibandingkan dengan data praoperasi . hasil lai keluar
termasuk control tubuh. Fungsi ventilator yang baik dan status oksigenasi.
Orientasi kedaerah sekitarnya. Tidak ada komplikasi sakit dan mual minimal.
Drainase luka terkendali, keluaran urine yang memadai serta keseimbangan
cairan dan elektrolit. Klien yang operasi luas memerlukaan anestesi dengan
durasi yang lebih lama dari biasanya sembuh lebih lambat.
Ketika klien siap untuk dipulangkan dari PACU, omunikasi penyeraha
lain terjadi anatar PACU dan perawat pada unit keperawatan. Komunikasi ini
melipti tanda-tanda vital, jenis operasi dan anestesi yang dilakukan, kehilangan
darah, penurunan kesadaran, kondisi fisik umum, adanya jalur IV, tabung
drainase dan tampilan. Laporan perawat PACU membantu perawat pada
tatanan perawatan akut untuk mengantisipasi kebutuhan khusus klien dan
mendapatkan peralatan yang diperlukan.
Staf kamar operasi memindahkan kilen kebrankar menuju ke unit
perawatan. Anggota staf mentransfer klien ke tempat tidur dengan aman.
Perawat PACU,jika membantu memindahkan klien, menunjukan asuhan
keperawatan akut, catatan ruang pemulihan, ulasan kondisi klien dan tentu saja
perawatan. Perawat PACU, juga menlaah ulang perintah penyedia perawatan
kesehatan yang membutuhkan perhatian. Sebelum perawat PACU
meninggalkan daerah akut, staf perawat malakukan satu se pengkajian lengkap
tanda vital untuk membandingkan dengan temuan PACU. Variasi minor tanda
vital terjadi setelah transportasi klien.
3. Pemulihan bedah rawat jalan
Ketelitian dan tingkat perawatan pemulihan pascaoperasi tergantung
dari kondisi klien rawat jalan, jenis operasi, dan anestesi. Dalam beberapa kasus
klien akan melalui kedua tahap I (PACU) dan tahap II pemulihan. Menilai dan
merawat klien yang membutuhkan pemantauan yang ketat sama seperti
memantau klien rawat inap di fase I. dengan mnggunakan PARS, skor 8 sampai
10 menentukan klien keluar dari PACU. Setelah klien stabil dan tidak lagi
memerlukan pemantauan yang ketat anda mentransfer mereka ke fase
pemulihan II. Denga agen dan anastesi yang baru, klien lebih sadar di ruang
operasi. Oleh karena itu, banyak klien operasi rawat jalan mampu melewati
tahap I, ini dikenal sebagai fasttracking.
Tahap pemulihan II terdiri dari sebuah ruang lengkap dengan kursi-kursi
medis, meja samping da umpan kaki. Fasilitas dapur untuk menyiapkan
makanan ringan dan minuman bisanya terletak di tempat itu, begitu juga dengan
kamar mandi. Telah menambahkan lima area yang berfungsi untuk menilai
klien bedah rawat jalan. Yang merupakan postanesthesia recovery score for
ambulatory patient (PARSAP). Suasana tahap II membeikan kenyamanan dan
kesejahteraan klien dan keluarga sampai keluar. Anda memamtau klien tapi
tidak pada itensitas yang sama seperti pada tahap I. pada tahap pemulihan II,
mulailah pendidikan pascaoperasi dengan klien dan anggota keluarga.
Klien dipulangkan ke rumah setekah operasi jika mereka memenehui
riteria tertentu. Bila anda mengguanakan PARSAP< klien harus mencapai skor
18 atau lenih tinggi sebelum pulang. Pengecualian diperbolehkan jika klien
tidak dapat berjalan atau mengguanakan kaki sebelum operasi. Klien dan osa
dikenal atau beresiko tinggi tidak bias keluar dari area pemulihan e rumah
sampai mereka tidak lagi beresiko untuk depresi pernafasan pascaoperasi,
dimana membutuhkan waktu untuk tinggal lebih lama. Mual dan muntah
pascaoperasi kadang-kadang terjadi ketika klien dirumah walaupun gejala tidak
muncul di pusat operasi. Pilihan untuk terapi prokfilaksis meliputi pengguanan
obat ondansentron, stimulasi listrik transkutan acupoint, atau dengan patch
skopolamin transdermal.
Tinjau instruksi tertulis dan pasca operasi bersama klien dan keluarga
sebelum memulangkan klien, dan pastikan mereka menyampaikan pemahaman
mereka. Selalu lakukan serah terima klien kepada orang dewasa
bertanggungjawab.
4. Pemulihan Operasi
Klien rawat inap tetap di PACU sampai kondisi merea stabil, mereka emudian
kembali pada defisi perawatan pascaoperasi. Asuhan keperawatan berfokus
pada pengembalian klien ke tingkat kesehatan yang relative fungsional segera
mungkin. Kecepatan pemulihan tergantung pada jenis atau tingkat operasi,
faktor resiko, manajemen nyeri, dan komplikasi pasca operasi.

Anda mungkin juga menyukai