Anda di halaman 1dari 46

Lampira: Keputusan Direktur RSI SITI

HAJAR MATARAM
Nomor :
Tanggal : 16/09/2022 (pakai cover pedoman
aja, jangan jadi lampiran, nanti tambahin daftar isi
juga)

PEDOMAN PELAYANAN UNIT KAMAR OPERASI

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kamar operasi adalah suatu ruangan yang terdapat pada penyedia


fasilitas kesehatan dimana prosedur bedah yang menggunakan pembiusan
dilakukan. Definisi lain dari kamar operasi adalah suatu unit khusus yang
digunakan untuk melakukan tindakan pembedahan, baik elektif maupun
akut, yang membutuhkan keadaan steril. Menurut Wiliamson (2002) kamar
operasi adalah ruangan didalam rumah sakit yang dipakai untuk
melaksanakan operasi mayor dan secara khusus hanya dipakai untuk
prosedur bedah bukan untuk invetervensi pengobatan.
Lokasi terbaik untuk kamar operasi adalah tempat dimana terdapat
kenyaman dan tidak sulit untuk dijangkau dalam penempatan alur pasien.
Kamar operasi sebaiknya memiliki akses sendiri baik dalam menerima
pasien maupun mengantarkan pasien seperti koridor khusus yang tidak
dibuka untuk umum. Lokasi kamar operasi harus strategis dari beberapa
ruangan atau instalasi yang terdapat di rumah sakit antara lain instalansi
gawat darurat, instalansi laboratorium, instalansi radiologi, ruangan
intensive care unit (ICU), instalansi sterilisasi, dan ruang bersalin
(Kunders, 2000).
Kamar operasi merupakan ruangan khusus yang dipergunakan untuk
melakukan tindakan pemedahan yang didisain dalam keadaan aseptik.Untuk
mempertahankan keadan ruangan aseptik diperlukan bekal yang cukup dari
perawat kamar operasi khususnya tentang pengelolaan lingkungan,
1
pengelolaan alat, pengelolaan personil dan pengelolaan pasien yang baik dan
dan benar sesuai dengan prosedur ruang aseptik. Untuk itu pengetahuan
dan ketrampilan tersebut diatas perlu diberikan untuk meningkatkan
professional perawat melalui program Pelatihan Perawat kamar operasi.
Aktivitas diruang operasi dipusatkan pada pasien yang menjalani
prosedur pembedahan untuk perbaikan, koreksi atau menghilangkan
masalah-masalah fisik. Perhatian difokuskan pada reaksi psikologis juga
fisiologis pasien. Sepanjang pengalaman pembedahan, fungsi perawat
adalah sebagai kepala advokat pasien. Asuhan dan perhatian perawat mulai
dari waktu pasien disiapkan dan dijelaskan tentang prosedur bedah yang
akan datang, sampai periode praoperatif segera, sehingga fase operatif dan
pemulihan dari anastesia, dan hingga penyembuhan kesehatan. Karena
pembedahan biasanya merupakan pengalaman yang membuat stress, pasien
membutuhkan rasa aman dengan mengetahui bahwa ada orang yang
memberikan perlindungan selama prosedur dan ketika pasien dianestasia.
Saat tiba di ruangan operasi, secara prinsip ada 3 group tenaga yang
berbeda yang mempersiapkan perawatannya: (1). Ahli anastesi atau perawat
anatesia, yang memberikan agens anestetik dan membaringkan pasien dalam
posisi yang tepat di meja operasi. (2). Ahli bedah dan asisten yang
melakukan scrub dan pembedahan dan (3) perawat intraoperative yang
mengatur ruang operasi

B. Tujuan Pedoman

Pedoman pelayanan Instalasi Kamar Bedah Rumah Sakit ini


disusun dengan tujuan sebagai berikut :
1. Sebagai Panduan (guidelines) dalam meningkatkan mutu pelayanan
pembedahan di kamar bedah, menurunkan angka kematian dan
kecacatan pada pasien yang menjalani pembedahan..
2. Memberikan pelayanan kamar bedah yang aman, memuaskan, dan
menghilangkan kecemasan dan stress psikis lain.
3. Mengurangi dan menurunkan angka kematian, kecacatan, dan
infeksi seminimal mungkin.
4. Meningkatkan mutu pelayanan dengan evaluasi pelayanan yang
diberikan secara terus menerus dan berkesinambungan.

C. Ruang Lingkup Pelayanan

Ruang Lingkup Pedoman ini membahas tentang bagaimana

2
pelayanan kepada pasien diberikan dimulai pada saat diterimanya pasien
diruang persiapan operasi dilanjutkan ketika pasien mendapat pelayanan
medis atau tindakan pembedahan, dan sampai dengan penanganan pasca
operasi di ruang pulih sadar/ recovery room. Ruang lingkup pelayanan
Instalasi Bedah Sentral, meliputi Memberikan Pelayanan untuk menunjang
pelayanan anestesiologi dan memberikan pelayanan untuk menunjang
pelayanan pembedahan spesialistik dan subspesialistik.
1. Cakupan pelayanan anastesi

Pelayanan anastesi meliputi anastesi di dalam kamar operasi,


termasuk sedasi moderat dan sedasi dalam pada jadwal yang terencana
maupun di luar jadwal seperti pada operasi emergensi. Pelayanan
anastesi di rumah sakit harus seragam sesuai dengan pedoman dan
standar pelayanan operasional yang ada. Dokter anasthesi yang
bertugas bertanggung jawab terhadap semua tindakan anasthesi mulai
dari masa pre anastesia sampai masa pasca anestesia. Dokter anastesi
bertanggung jawab untuk menjaga dan meningkatkan wawasan serta
keterampilannya termasuk para petugas anasthesi yang lain.
2. Cakupan Pelayanan Kamar bedah pada Pasien dengan Anestesi lokal/
sedasi ringan
Pada tindakan bedah yang tidak memerlukan pelayanan
anestesi¸ pelayanan bedah dilakukan dengan menggunakan anestesi
lokal/ sedasi ringan. Pemilihan jenis obat anestesi lokal/ sedasi ringan
ditentukan oleh DPJP atau dokter bedah. Pasien dimonitor secara
kontinu keadaan hemodinamiknya dan dicatat oleh perawat sirkuler di
formulir pemantauan pasien selama anestesi lokal/ sedasi ringan dan
ditandatangani oleh DPJP.
3. Cakupan pelayanan kamar bedah.

Pelayanan bedah yang dapat dilakukan di kamar bedah meliputi


pelayanan bedah orthopedi, bedah umum, kebidanan, Mata, dan
Pelayanan Spesialis anak pada Bayi baru lahir. Pelayanan bedah dapat
dilakukan selama jam kerja untuk operasi terjadwal dan setiap saat
untuk operasi emergensi.

3
4. Jenis operasi menurut waktunya

a. Operasi elektif dilakukan dengan perencanaan dan penjadwalan


yang sudah disetujui dokter anasthesi dan dokter bedah.
b. Operasi emergensi dilakukan pada semua pasien yang harus
segera diambil tindakan pembedahan dalam waktu golden
periode

D. Batasan Operasional

1. Pembedahan merupakan cabang dari ilmu medis yang ikut


berperan terhadap kesembuhan dari luka atau penyakit melalui
prosedur manual atau melalui operasi dengan tangan.
2. Bedah atau operasi merupakan tindakan pembedahan cara dokter
untuk mengobati kondisi yang sulit atau tidak mungkin disembuhkan
hanya dengan obat-obatan sederhana (Potter, 2006)
3. Perkembangan baru juga terjadi pada pengaturan tempat untuk
dilaksanakan prosedur operasi. Bedah sehari (ambulatory surgery),
kadangkala disebut pembedahan tanpa rawat inap (outpatient
surgery) atau pembedahan sehari (one-day surgery).
4. Jenis Pembedahan

a. Bedah minor merupakan pembedahan dimana secara relatif


dilakukan secara sederhana, tidak memiliki risiko terhadap
nyawa pasien dan tidak memerlukan bantuan asisten untuk
melakukannya, seperti: membuka abses superficial,
pembersihan luka, inokulasi, superfisial neuroktomi dan
tenotomy
b. Bedah mayor merupakan pembedahan dimana secara relatif
lebih sulit untuk dilakukan daripada pembedahan minor,
membutuhkan waktu, melibatkan risiko terhadap nyawa pasien,
dan memerlukan bantuan asisten, seperti: bedah caesar,
mammektomi, bedah torak, bedah otak.
c. Bedah antiseptik merupakan pembedahan yang berhubungan
terhadap penggunaan agen antiseptik untuk mengontrol
kontaminasi bakterial.
d. Bedah konservatif merupakan pembedahan dimana dilakukan
berbagai cara untuk melakukan perbaikan terhadap bagian

4
tubuh yang diasumsikan tidak dapat mengalami perbaikan, daripada
melakukan amputasi, seperti: koreksi dan imobilisasi dari fraktur
pada kaki daripada melakukan amputasi terhadap kaki.
e. Bedah radikal merupakan pembedahan dimana akar penyebab atau
sumber dari penyakit tersebut dibuang, seperti: pembedahan
radikal untuk neoplasma, pembedahan radikal untuk hernia.
f. Pembedahan rekonstruktif merupakan pembedahan yang dilakukan
untuk melakukan koreksi terhadap pembedahan yang telah
dilakukan pada deformitas atau malformasi, seperti: pembedahan
terhadap langit-langit mulut yang terbelah, tendon yang
mengalami kontraksi.
g. Bedah plastik merupakan pembedahan dimana dilakukan untuk
memperbaiki defek atau deformitas, baik dengan jaringan
setempat atau dengan transfer jaringan dari bagian tubuh
lainnya.
5. Sifat Operasi:

a. Bedah elektif merupakan pembedahan dimana dapat dilakukan


penundaan tanpa membahayakan nyawa pasien.
b. Bedah emergensi merupakan pembedahan yang dilakukan
dalam keadaan sangat mendadak untuk menghindari
komplikasi lanjut dari proses penyakit atau untuk
menyelamatkan jiwa pasien.

E. Landasan Hukum

1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang


Kesehatan.
2. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 29 Thun 2004 tentang
Praktek Kedokteran.
3. Undang-undang No. 1 Th 1970 tentang Keselamatan Kerja

4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 340/Menkes/Per/


III/2012 tentang Klasifikasi Rumah Sakit
5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 585/Menkes/Per/IX/1989
tentang Persetujuan Tindakan Medik

5
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 519/Menkes/Per/IV/2011
Tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Anestesiologi dan Terapi
Intensif.
7. Petunjuk Pelaksanaan Indikator Mutu Pelayanan Rumah Sakit,
WHO-Depkes, 2001
8. Pedoman Kerja Perawat Kamar Operasi, Depkes, 2003.

9. Petunjuk Pelaksanaan Indikator Mutu Pelayanan Rumah Sakit,


WHO-Depkes, 2001
10. Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit (Pasien
Safety), Depkes 2006.
11. Standar Umum Pelayanan Anestesiologi dan Reanimasi di Rumah
Sakit, Depkes,1999
12. Keputusan Dirjen Yanmed HK. 00. 06. 3. 5. 1866 tentang Pedoman
persetujuanTindakan Medik ( Informed Consent ), 1999
13. Standar Pelayanan Keperawatan Kamar Bedah di Rumah Sakit,
Kemenkes, 2011

6
BAB II

STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia

1. Dokter bedah

Dokter spesialis bedah, yaitu dokter yang telah menyelesaikan


program pendidikan dokter spesialis dengan kompetensi melakukan
tindakan bedah. Dokter spesialis bedah dan spesialis lainnya lulus dari
pusat pendidikan yang diakui dan telah mendapatkan SIP (Surat Ijin
Praktek) dan SKK (Surat Kewenangan Klinis) dari komite medik. Dokter
bedah bertanggung jawab atas pemberian pelayanan Pembedahan.
2. Dokter anestesi

Dokter yang melakukan pembiusan serta penanganan pasien di ICU, serta


telah mendapatkan SIP (Surat Ijin Praktek) dan SKK (Surat Kewenangan
Klinis) dari komite medik.
3. Asisten Bedah

Asisten bedah yang dimaksud dalam pedoman ini adalah seorang dokter
atau perawat asisten yang sudah di beri wewenang oleh direktur.
4. Perawat Kamar Bedah

Perawat Kamar Bedah adalah Perawat yang telah menyelesaikan


pendidikan maupun pelatihan-pelatihan yang berkaitan dengan
pelayanan pembedahan, baik di luar atau di dalam rumah sakit. Perawat
Kamar Bedah terdiri dari :
1) Perawat Instrument (Scrub Nurse)

Perawat Instrumen (Scrub Nurse) adalah seorang tenaga perawat


profesional yang diberi wewenang dan ditugaskan dalam
pengelolaan paket alat pembedahan,selama tindakan pembedahan.
a) Kualifikasi :

(1) Ners memiliki sertifikat kamar bedah dasar,dan Basic Life


support (BLS) dengan pengalaman kerja dikamar bedah
minimal 6 bulan.

7
(2) D3 Keperawatan memiliki sertifikat kamar bedah dasar dan
Basic Life Support (BLS) dengan pengalaman kerja di kamar
bedah minimal 1 tahun.
(3) Semua perawat yang memberikan pelayanan/ asuhan
keperawatan dikamar bedah harus mempunyai SIP dan SIK
b) Fungsi dan peran :

Pre operasi

(1) Melakukan pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan


evaluasi serta dokumentasi keperawatan pasien selama
pre operasi
(2) Menyiapkan lingkungan kamar bedah dalam keadaan
siap pakai meliputi ruangan pembedahan dan
perlengkapan dasar kamar bedah (basic equipment)
(3) Menyiapkan instrument steril sesuai dengan jenis
pembedahan
(4) Menyiapkan linen dan sarung tangan steril sesuai dengan
kebutuhan pembedahan
(5) Menyiapkan berbagai Perlengkapan persediaan bahan
habis pakai antara lain: kasa, benang, pisau operasi,
jarum suntik dan desinfektan
(6) Menyiapkan perlengkapan penunjang operasi dengan
tepat dan benar
Intra Operasi :

(1) Melakukan pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan


evaluasi serta dokumentasi perawatan pasien selama intra
operasi
(2) Melakukan cuci tangan bedah dengan baik dan benar

(3) Menggunakan jas operasi dan sarung tangan steril sesuai


dengan jenis pembedahan, baik di meja mayo maupun di
meja tray
(4) Bersama-sama dengan perawat sirkuler menghitung
berbagai perlengkapan :Kasa, instrument, jarum,
depper dan lain- lain
(5) Mengatur posisi pasien

(6) Melaksanakan prinsip tehnik antiseptic


8
(7) Melakukan prosedur drapping

(8) Mengendalikan instrument dan alat-alat secara baik dan


benar sesuai kebutuhan
(9) Melakukan penghitungan jumlah instrument dan bahan
habis pakai (kassa, depper,tampon,dll) yang digunakan
sebelum penutupan luka
Post Operasi :

(1) Melakukan pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan


evaluasi, serta dokumentasi keperawatan pasien selama
paska operasi
(2) Memeriksa dan menghitung kembali semua intrument
yang digunakan sebelum pasien di pindahkan ke ruang
pemulihan
(3) Melakukan fiksasi drain yang digunakan

(4) Mengganti alat tenun dan memindahkan pasien

c) Kompetensi

(1) Mampu menyiapkan pasien untuk tindakan operasi


(kelengkapan data dan kondisi pasien pre operasi)
(2) Mampu melakukan standar Precaution (Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi)
(3) Mampu menyiapkan lingkungan kamar bedah

(4) Mampu menyiapkan instrument bedah,linen dan


persediaan alat kesehatan
(5) Mampu mengendalikan kestabilan emosi

(6) Mampu melaksanakan prosedur patient safety

2) Perawat Sirkuler

Perawat Sirkuler adalah seorang tenaga perawat profesional yang


diberi wewenang dan ditugaskan untuk membantu persiapan
kebutuhan operasi dan memonitoring pasien serta perlengkapan
kebutuhan operasi.
a) Kualifikasi :

(1) Ners memiliki sertifikat kamar bedah dasar dan


sertifikat kamar bedah lanjut/ khusus dan BLS dengan

9
pengalaman klinis dikamar operasi minimal 3 tahun

(2) D3 Keperawatan pengalaman klinis dikamar bedah


minimal 5 tahun
(3) Memiliki kepemimpinan dalam tim

(4) Semua perawat yang memberikan pelayanan/ asuhan


keperawatan di kamar bedah dan harus mempunyai SIP
dan SIK (disamakan untuk ketiga standar)
(5) Mampu melakukan supervisi, memberikan saran dan
bimbingan.
b) Fungsi dan Peran
Pre operasi :
(1) Menerima pasien yang akan dilakukan pembedahan di
ruang persiapan
(2) Memeriksa kesiapan fisik dan emosional

(3) Melakukan serah terima pasien dan perlengkapan


khusus dari perawat ruangan
(4) Memberikan penjelasan kepada pasien tentang
prosedur persiapan pembedahan
Intra Operasi :

(1) Memantau dan mengkoordinir semua aktivitas


selama tindakan pembedahan
(2) Mengontrol suasana fisik dan emosi tim di kamar bedah
(3) Mengendalikan keamanan dan kenyamanan kamar
bedah
(4) Sebagai advokator pasien

(5) Mengaplikasi asuhan keperawatan

(6) Memfasilitasi komunokasi dengan tim bedah

(7) Mengidentifikasi kemungkinan lingkungan yang


berbahaya
Post Operasi :

(1) Memastikan kembali kelengkapan semua instrument


yang digunakan sebelum pasien dipindahkan keruang
pemulihan
(2) Mengganti alat tenun dan memindahkan pasien

10
(3) Memastikan fungsi drain yang digunakan berjalan
dengan baik.

(4) Mendokumentasikan semua tindakan yang dilakukan


selama proses pembedahan
(5) Melakukan monitoring ABC, haemodinamik,
kesadaran dan lain-lain
c) Kompetensi

(1) Mampu sebagai scrub nurse

(2) Mampu menyiapkan pasien memasuki area semi


ketat/ ruang induksi
(3) Mampu bekerja sama dengan tim bedah

(4) Mampu memantau kesadaran pasien dan


haemodinamik dan keseimbangan cairan
(5) Mampu menyiapkan dan mengantisipasi kekurangan
peralatan serta bahan habis pakai dalam waktu cepat
(6) Mampu melakukan persiapan akhir pasien operasi

(7) Mampu melakukan supervisi dan pembelajaran klinik

(8) Mampu memfasilitasi komunikasi antara team bedah


dan pasien.
(9) Memiliki kemampuan kepemimpinan.

(10) Mampu melakukan supervisi, memberikan saran dan


bimbingan
3) Perawat Kepala Ruangan

a) Kualifikasi (di kita sanggup dengan pengalaman selama ini?)

(1) Diutamakan Ners dengan pengalaman kerja 5 tahun


dikamar bedah.
(2) D3 Keperawatan dengan pengalaman kerja 10 tahun
dikamar bedah.
(3) Memiliki sertifikat kamar Bedah dasar, Sertifikat kamar
Bedah Dasar, sertifikat manajemen kamar Bedah, BLS
(Basic Life Support )
(4) Memiliki sertifikat manajemen kamar bedah

b) Fungsi Peran (kynya fungsi nya lebih dari ini mas yus)

11
(1) Mengelola kamar Bedah

(2) Sebagai advocator pasien dan staf

(3) Sebagai peneliti untuk pengembangan kamar bedah

(4) Sebagai pembimbing kepada staff dan mahasiswa


keperawatan

(5) Sebagai komunikator dalam tim bedah

c) Kompetensi

(1) Mampu mengelola perawatan kamar operasi

(2) Mampu mengkoordinasi antara pasien,tim bedah dan tim


anestesi
(3) Mampu menyusun rencana kebutuhan tenaga (SDM)
dan sarana prasarana kamar bedah
(4) Mampu menyusun Standar Prosedur Operasional
(SPO)
(5) Mampu melakukan pengawasan, pengendalian dan
penilaian/ evaluasi
(6) Memiliki kemampuan kepemimpinan

(7) Mampu melakukan supervisi,memberikan saran dan


bimbingan
4) Tenaga Lain
Pekarya Kesehatan
Seseorang yang diberi tugas dan tanggung jawab terhadap
kebersihan dan kesiapan alat penunjang seperti linen dan
instrumen dan pengawasan di bawah kepala ruangan IBS dan
Kepala perawatan IBS.
a) Kualifikasi :

(1) Lulusan SLTA/ Sederajat,

(2) Sehat jasmani Rohani

(3) Berdedikasi tinggi, mampu bekerja sama dengan tim,


mampu berkoordinasi.
b) Fungsi dan Peran :

(1) Membersihkan seluruh ruangan di IBS pagi, siang dan


12
sewaktu-waktu
(2) Mengantar dan mengambil linen ke Loundry dan
mengambil peralatan steril ke CSSD
(3) Mengambil barang ke logistik

(4) Mengantar surat-surat ke Instalasi lain

(5) Melaksanakan kebersihan kamar operasi baik


sewaktu, harian, mingguan.

(6) Membantu mengantar dan mendorong pasien di pre


dan post op
(7) Menyiapkan dan mengambil makanan/ minuman ke
gizi
(8) Bisa mengikuti rapat dengan Ka Instalasi Bedah Sentral
B. Distribusi Ketenagaan

1. Tenaga Dokter

a. Distribusi Tenaga Dokter

1) Masing-masing SMF memberikan Jadwal anggota SMF setiap


bulan
2) Setiap dokter memiliki hari operasi sesuai jadwal yang
ditentukan oleh SMF masing-masing
3) Apabila ada dokter yang meminta hari tidak sesuai dengan hari
operasinya maka harus melakukan konfirmasi terlebih dahulu
dengan kamar operasi agar bisa dilakukan konfirmasi tentang
penjadwalan
b. Dokter bedah dan Spesialis Lainnya

Dokter operator berjumlah 1 6 orang spesialis dari berbagai macam


disiplin ilmu kedokteran yang ikut terjun dalam pelayanan bedah.
Adapun rincian dokter operatornya adalah sebagai berikut:
1) Tindakan Operasi Bedah Orthopedi : 1 orang

2) Tindakan Operasi Kebidanan : 3 orang

3) Tindakan Operasi Mata : 1 orang (dr. Asih Sp.M engga main?)

4) Tindakan Operasi Bedah Umum : 4 orang

5) Tindakan Operasi Digestif : 1 Orang

6) Tindakan Operasi Onkologi : 1 Orang


13
7) Tindakan Operasi Urologi : 1 orang

8) Tindakan Operasi THT : 2 orang

9) Tindakan Operasi Bedah Syaraf : 1 orang

10)Tindakan Operasi Bedah Anak : 1 Orang

2. Tenaga Perawat dan Administrasi

a. Distribusi Tenaga Perawat

Pendistribusian ketenagaan diatur oleh kepala ruangan di bawah


tanggung jawab koordinator bidang pelayanan
b. Perawat Kamar Bedah

Jumlah tenaga perawat Kamar bedah yang dibutuhkan


berdasarkan rumus Kemenkes RI adalah 56 orang sudah
termasuk yang berada dalam manajemen keperawatan kamar
bedah.

c. Tenaga Pekarya

Tenaga Pekarya berjumlah 2 orang dengan distribusi pekerjaan di


Linen,pembersihan kamar operasi, instrumen dan pengantaran
surat-surat.
d. Tenaga Administrasi

Tenaga administrasi kamar operasi berjumlah 1 orang. Bertugas


dalam seluruh keadministrasian di kamar bedah.

C. Pengaturan Jaga

RSI Siti Hajar Mataram merupakan rumah sakit yang beroperasional


selama 24 jam untuk melayani masyarakat. Hari kerja di RSI Siti Hajar
Mataram adalah 6 ( enam ) hari kerja dalam seminggu. Khusus untuk rawat
inap yang berkerja secara shift, maka waktu kerja akan diatur secar mandiri
oleh unit kerja yang bersangkutan dan tetap mengacu pada jam kerja
standar yaitu selama 40 jam dalam satu minggu dengan 6 hari kerja. Yang
bekerja secara shift yaitu ketua tim dan perawat pelaksana. Khusus untuk
Kepala Ruangan dinas non shift sesuai dengan dinas pegawai di luar rawat
inap dengan rincian sebagai berikut;
a. Pegawai Non Shift
14
Senin – Sabtu : 07.00 – 13.00 WIB

b. Pegawai shift

Senin- Minggu (untuk yang hari minggu on call bukannya? Atau ada pagi
siang sore juga?)
a) Shift Pagi : 07.00 - 13.00 WIB

b) Shift Siang : 13.00 - 19.00 WIB

c) Shift Sore : 14.00 - 20.00 WIB

15
BAB III

STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruang

W R.
C
TRANSPER
ALAT CUCI
R. R. JAGA CUCI
TANGA OK 2
DOKTER PETUGAS ALAT
W DEPO N
C OK

PINTU KELUAR
PASIEN

R.
G
B
R.
PEMULIHA R. PRE OP OK 1 OK 3
N

PINTU MASUK
PASIEN

B. Standar Fasilitas

1. Syarat Kamar Operasi

a. Lokasi

Lokasi kamar bedah harus mudah di capai dari bagian lain dan satu
sama lain. Letak kamar operasi berada ditengah-tengah rumah sakit
berdekatan dengan unit gawat darurat (IRD), ICU dan unit radiologi.
b. Bentuk

1) Sudut-sudutnya todak boleh tajam, baik sudut lantai, dinding


maupun langit – langit
2) Dinding, lantai dan langit-langit terbuat dari bahan yang keras,
tidak berpori, tahan api, kedap air tidak mudah kotor, tidak licin,
tidak mempunyai sambungan, warna terang, mudah dibersihkan
dan tidak ada tempat menampung debu
c. Ukuran

Ukuran minimal 30 – 40 m2, maksimal 55 – 60 m2 tinggi plafon

minimal 2,5 m, maksimal 3,65 m

d. Pintu
16
1) Sebaiknya bentuk pintu sliding, namun bila pintu swing, maka
pintu harus selalu tertutup dengan menggunakan penutup
otomatis
2) Ukuran pintu minimal 1,2 X 2,10 m

3) Pintu harus selalu terawat, dan tidak boleh mengeluarkan suara


e. Jendela

Harus ada kaca tembus pandang agar orang dari luar dapat melihat
keadaan di dalam kamar bedah tanpa harus masuk
f. Ventilasi

1) Memakai AC dilengkapi filter dan sistem ultraclean luminay


airflow
2) Suhu diatur antara 19 – 24 0C dan kelembaban udara 45 – 60 %
3) Kebersihan cara filtrasi dan udara ventilasinya, ini dibutuhkan
untuk mengsirkulasi udara dalam ruangan. Dalam 1 jam terjadi
5 kali pergantian udara luar.
g. Sistem penerangan

1) Lampu ruangan memakai lampu pijar putih tertanam di dalam


langit-langit sehingga tidak menampung debu dan mudah
dibersihkan
2) Pencahayan ruangan sesuai peraturan pencahayaan pada buku
ini
3) Lampu operasi merupakan lampu khusus yang terdiri dari
beberapa lampu yang fokusnya dapat diatur, tidak panas, terang,
tidak menyilaukan dan tidak menimbulkan bayangan.
Pencahayaan di dalam medan operasi 10.000-20.000 lux
sedangkan disekitar medan operasi 300-500 lux
h. Tekanan

Tekanan ruangan yang positif, tekanan udara positif digunakan untuk


melindungi orang yang berada di dalam ruangan. Tekanan di dalam
ruang operasi harus lebih tinggi dari koridor,minimal lebih tinggi
0,10 mBar dengan frekuensi pertukaran udara sebesar 20-25 kali
per jam.
i. Sistem gas

1) Sistem gas sebaiknya dibuat sentral memakai sistem pipa

17
2) Sistem pipa melalui bawah lantai atau diatas langit-langit

3) Dibedakan sistem pipa O2 dan Nitrogen Oksida

j. Sistem listrik

1) Harus ada sistem penerangan darurat dan sistem listrik cadangan


2) Bila dalam kamar bedah ada beberapa titik penyambungan aliran
listrik, maka sebaiknya dibedakan sirkuitnya sehingga bila terjadi
gangguan listrik pada satu titik, maka bisa dipindahkan ke titik
lainnya
k. Air

Air bersih harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

1) Tidak berwarna, berbau dan berasa.

2) Tidak mengandung kuman pathogen.

3) Tidak mengandung zat kimia.

4) Tidak mengandung zat beracun.

l. Sistem komunikasi

Harus ada sistem komunikasi dengan ruangan lain di dalam RS dan


ke luar RS
m. Peralatan

1) Semua peralatan harus mobile, mempunyai roda atau


diletakkan diatas trolley beroda
2) Semua alat sebaiknya terbuat dari stainless steel dan mudah
dibersihkan

2. Pembagian Dasar Kamar Operasi

18
Zona 0 : Area pembedahan pada tubuh penderita (steril zone/ aseptic zone)
Zona 1 : Area di sekeliling area pembedahan di atas meja bedah (ultra
clean zone). Yaitu daerah memakai gaun operasi, tempat
duk/ kain steril, tempat instrument dan tempat perawat
instrument mengatur dan mempersiapkan alat.
Zona 2 : Area lain dalam kamar bedah (super clean zone), terdiri dari
ruang persiapan (preparation), peralatan/ instrument steril,
ruang induksi, area scrub
Zona 3 : Clean zone, identik dengan daerah tepan cuci tangan steril
(semirestricted area)
Zona 4 : General zone, identik dengan daerah bebas (unrestricted
area), meliputi ruang pemulihan, ruang persiapan pasien,
loker, dan ruang istirahat.
Ket : Zona 0, 1, 2 identik dengan daerah terbatas (restricted area).
3. Peralatan Kamar Operasi

a. Mesin Anestesi

Alat yang digunakan oleh penyedia anestesi untuk memberikan


anestesi yang paling aman selama operasi. Untuk memberikan
pembiusan kepada pasien dengan mengalirkan gas anestesi untuk
menunjang tindakan pembedahan
b. Meja Operasi

Alat yang berfungsi untuk meletakkan pasien sesuai dengan posisi


yang dikehendaki dalam melakukan tindakan operasi atau
pembedahan
c. Lampu Operasi

Lampu yang digunakan untuk penerangan kegiatan operasi untuk


menyinari obyek saat dilakukan operasi
d. Meja Mayo

Meja yang digunakan untuk menata alat instrument

e. Meja Operasi

Meja stainles Steel untuk menempatkan alat instrument


(peralatan rumah sakit)

19
f. Tabung O2 dan Isinya

Tabung yang berisikan oksigen untuk pemberian oksigen lebih


kedalam paru-paru
g. Tabung N20 dan Isinya

Tabung khusus yang digunakan untuk menyimpan gas nitrogen


dioksida.
h. Tempat sampah medis

Tempat untuk limbah medis untuk menampung sementara limbah


medis
i. Tempat sampah non medis

Tempat untuk limbah non medis, untuk menampung sampah yang


dihasilkan dari kegiatan non medis
j. Monitor

Perangkat medis elektronik yang digunakan untuk memonitor vital


sign pasien yang berupa detak jantung, nadi, tekanan darah,
temperatur, bentuk pulsasi jantung secara terus menerus
k. Stetoscope

Alat medis akustik untuk memeriksa suara dalam tubuh, untuk


mendengar suara jantung dan pernapasan, intestine dan aliran
darah dalam arteri dan vena.
l. Suction

Alat untuk membersihkan jalan nafas dan untuk menghisap cairan


yang tidak dibutuhkan pada tubuh manusia
m. Mesin elektrocauter

Menghasilkan frekuensi tinggi untuk melakukan pembedahan


dengan keuntungan dapat meminimalkan pendarahan dan
meningkatkan sterilitas jaringan
n. Instrumen bedah sesuai kebutuhan

Alat-alat yang digunakan dalam suatu tindakan operasi

o. Papan baca rontgen (X-Ray Viewer)

Alat untuk membaca hasil rontgen


20
p. Mesin cuci tangan bedah (scrub station)

Alat untuk mencuci tangan bedah sebelum operasi

Kurang daftar instrumen unit kamar operasi, bikin list nya , barangnya apa aja, idealnya ada
berapa. Coba cek di https://snars.web.id/rs/pedoman-pelayanan-kamar-operasi-ok/

21
BAB IV

TATA LAKSANA PELAYANAN


Kurang tata laksana persiapan alat (periksa alat terbungkus dgn baik, dll) , lalu lintas
dalam unit kamar operasi (masuk OK lepas alas kaki, masuk lewat pintu petugas, lalu
ganti baju, dst), syarat bekerja di kamar operasi (petugas harus pakai baju jaga, cuci
tangan, pakai baju kamar operasi, penutup kepala, dll)
Ada SOP khusus buat pasien HIV? Hep b?

A. Penjadwalan Operasi (ini bener penjadwalannya gini?)

Penjadwalan pasien yang akan di operasi di kamar bedah agar dapat


dilaksanakan sesuai jadwal yang telah ditentukan. Prosedur penjadwalan
dapat dilihat di SPO IBS.

B. Penerimaan Dan Penyerahan Pasien

Menerima pasien yang akan dilakukan tindakan operasi yang diantar petugas,
baik rawat inap, IGD, poliklinik maupun ODC. Agar tidak terjadi
kesalahan pasien dan kesalahan diagnose / tindakan, maka perawat pre
operasi memeriksa kelengkapan pasien :
1. Nama pasien ( bila pasien di bawah umur bisa ditanyakan kepada keluarga
pasien ).
2. Daerah operasi yang akan dilakukan tindakan operasi telah ditandai

3. Riwayat penyakit ( ashma, alergi obat, dan riwayat penggunaan obat steroid
dalam tiga bulan terakhir).
4. Terpasang gigi palsu atau tidak, bila ya, petugas anesthesi membantu
untuk melepaskannya
5. Menanggalkan semua perhiasan pasien dan menyerahkannya ke keluarga
pasien.
6. Pastikan kuku dan bibir pasien bebas dari zat pewarna (cutek dan
lipstick)bila masih ada, petugas anesthesi membantu
membersihkannya.
7. Dokumen pasien : ( Informed consend, hasil pemeriksaan Laboratorium,
hasil pemeriksaan Radiologi, hasil pemeriksaan fisik terakhir ).

C. Persiapan Operasi

Dalam pemberian rasa aman dan nyaman kepada pasien sangat

22
berhubungan dengan pemberian informasi yang sejelas – jelasnya mencakup
manfaat dan resiko pembedahan. Beberapa hal yang perlu perbaikan sebagai
berikut :

23
1. Informed consent perlu dibuat secara tertulis dan untuk operasi standart
dikuatkan risalah informasi bahwa agar memudahkan dalam
pemberian karena faktor beban pelayanan yang cukup banyak.
2. Untuk operasi yang melibatkan beberapa disiplin (operasi bersama) atau
operasi oleh tim khusus disamping risalah tertulis harus ada pertemuan
khusus antara tim dengan pasien dan keluarganya sebelum operasi
dilaksanakan

D. Kerjasama antar Disiplin

1. Pre Operasi

a. Persiapan Operasi Pasien diperiksa di IRJ, IGD. Setelah memenuhi


standar pelayanan anestesi, pasien dikonsulkan ke SMF Anestesi
b. Evaluasi Pra bedah, Dokter operator harus melakukan evaluasi
prabedah untuk menentukan kemungkinan pemeriksaan tambahan
dankonsultasi SMF lain untuk membuat suatu asesmen pra bedah.
Semua informasi yang diberikan pada pasien, mengenai kondisi
pasien, rencana tindakan, alternatif tindakan,tingkat keberhasilan,
kemungkinan-kemungkinan yang terjadi dan rencana pengelolaan
pasca bedah harus didokumentasi lengkap dan disertakan dalam
rekam medis pasien dan ditandatangani oleh dokter bedah yang
bersangkutan.
c. Pendaftaran operasi, Poliklinik/IRIN mendaftar ke IBS dan IBS
menentukan jadwal operasi serta mempersiapkan instrumen, alat- alat,
obat dan alkes yang diperlukan. Unsur yang terkait disini adalah
bagian instrumen, linen, depo farmasi, anestesi, teknisi, kebersihan,
CSSD. Jadwal rencana operasi didistribusikan ke Perawat Kontrol,
IRIN terkait, bagian Anestesi-Reanimasi
.

2. Durante Operasi

a. Premedikasi dilakukan oleh tim Anestesi .

b. Bila timbul penyulit selama operasi dokter operator minta konsul


kepada dokter dari SMF yang diminta melalui perawat sirkuler
(onloop) dan diteruskan kepada PJ Pelayanan

24
c. PJ Pelayanan menghubungi dokter konsulen yang bertugas di IBS saat
itu dan dokter ybs menjawab konsultasi tersebut. Bila Dokter yang ada
di IBS tidak dapat menangani konsul tersebut, konsul diteruskan ke Ka
SMFnya. Ka SMF bertanggung jawab untuk menjawab konsul.
d. Bila harus dilakukan operasi bersama maka tanggungjawab utama
terhadap pasien tetap berada pada operator pertama.
e. Prosedur umum durante operasi

1) Melakukan Aseptik dan antiseptik pada area operasi.

2) Tutup area non steril dengan linen operasi steril.

3) Membantu pelaksanaan operasi, sebagai scrub nurse dan


Sirkuler
4) Menutup luka operasi

3. Post Operasi

a. Pasien diantar ke ruang pulih oleh penata anestesi dan perawat sirkuler
dan diobservasi di Ruang pulih dibawah tanggung jawab Anestesi
b. Memonitoring keadaan pasien yang telah dilakukan tindakan operasi
dengan mengukur tanda – tanda vital dan mencatat pada lembar
pengawasan, apabila kondisi pasien menurun menunjukan ke arah
yang lebih buruk atau tidak stabil untuk dilakukan re operasi atau
dilakukan pengawasan di ICU.
c. Pasien dipindahkan ke IRIN sesudah mendapat persetujuanAnestesi
dan diserahterimakan kepada perawat IRIN yang menjemput pasien.
d. Bila perlu di rawat di ICU, pasien diantar langsung dari OK ke ICU
oleh Anestesi dan perawat sirkuler

25
BAB V

LOGISTIK

Program pengendalian logistik disusun untuk mengatur kegiatan


pengadaandan pemelihraan barang, alat, obat dan alkes IBS yang disusun setiap
tahun mengacu pada kebutuhan tahunan dan dilaporkan dalam laporan tahunan.
Kelompok barang logistic adalah alat medic dan keperawatan, alat
elektromedik, alat kantor, alat rumah tangga dan alat habis pakai. Tujuan
pengadaan logistik adalah agar pengadaan kebutuhan akan barang terencana dan
terpantau dengan baik, sehingga tercapai efisiensi dan penghematan biaya serta
kualitasnya dapat dipertanggung jawabkan. Program pengendalian logistic
meliputi alat elektromedik, alat medik dan keperawatan, alat tulis kantor, alat
rumah tangga dan alat habis pakai. Kamar bedah dalam memberikan
pelayanan membutuhkan alat/instrument bedah, obat-obatan dan alat tulis
kantor, yang berguna dalam memberikan pelayanan kepada pasien dan
mendukung pekerjaan yang bersifat administrasi di dalam kamar bedah.
Kebutuhan tersebut dipenuhi oleh bagian logistik, yang meliputi
A. Logistik farmasi.

1. Perencanaan

Kamar bedah merencanakan kebutuhan alkes disposible dan obat- obatan


pada setiap semester pertama dan kedua, yang kemudian dirangkum dalam
kebutuhan setahun, yaitu :
a. Barang habis pakai farmasi ditentukan jumlah stocknya. Jumlah stock
yang terpakai dilakukan penggantian dua hari sekali.
b. Barang depo farmasi pengadaannya dilakukan dengan pengajuan
permintaan seminggu sekali.
c. Apabila IBS membutuhkan barang farmasi di luar perencanaan dapat
mengajukan permintaan cito ke Direktur Medik dan Keperawatan
dengan tembusan ke Instalasi Farmasi.
2. Pengadaan

Kamar bedah melakukan kegiatan untuk mengadakan barang dan obat-


obatan logistik farmasi yang telah direncanakan.
3. Penyimpanan

26
Kamar bedah melakukan penyimpanan barang-barang atau obat- obatan
berdasarkan pada :
1) Obat-obatan narkotik disimpan dalam lemari yang khusus double
lock dengan kunci dipegang oleh dua petugas
2) Obat-obatan larutan pekat dikunci dilemari yang telah diberi tanda.
3) Obat-obatan yang digunakan untuk emergency disimpan dalam trolley
emergency.
4) Alkes disposable dan alat-alat penunjang disposable dipisahkan dan
disimpan di lemari kaca.
5) Obat-obatan yang perlu disimpan pada suhu tertentu, maka disimpan
dalam lemari kulkas.
4. Pendistribusian

Setiap petugas kamar bedah bertanggung jawab dalam hal pencatatan


pemakaian yang telah dipakai operasi di setiap kamar operasi
kemudian diberikan ke petugas depo farmasi IBS yang bertugas.
5. Penghapusan

Penghapusan barang dan alat -alat di kamar bedah dilakukan apabila terjadi
:
1) Bahan/barang rusak tidak dapat dipakai Kembali

2) barang tidak dapat didaur ulang atau tidak ekonomis untuk diatur
ulang
3) Bahan/barang sudah melewati masa kadaluarsa (expire date)

4) Bahan/ barang hilang karena pencurian atau sebab lain

B. Logistik umum

1. Perencanaan

Kamar bedah merencanakan kebutuhan rumah tangga, alat tulis kantor,


dan dilakukan setiap semester pertama dan kedua, selanjutnya
perencanaaan kebutuhan disesuaikan dengan jadwal logistic umum
dimana permintaan barang kebutuhan rumah tangga, alat tulis kantor dan
biomedic dilakukan seminggu dua kali.
2. Pengadaan

Kamar bedah melakukan kegiatan untuk mengadakan barang logistik


umum yang telah direncanakan.
27
3. Penyimpanan

Barang-barang logistik disimpan dalam lemari sesuai dengan jenis barang,


mudah terjangkau.
4. Pendistribusian

Semua barang yang ada dilakukan inventaris dan pencatatan barang yang
terpakai.

C. Logistik Linen

1. Perencanaan

Kamar bedah merencanakan kebutuhan linen hal ini dilakukan setahun


sekali, selanjutnya perencanaaan disesuaikan kebutuhan dan permintaan
sesuaikan dengan jadwal dari logistik linen.
2. Pengadaan

Kamar bedah melakukan kegiatan untuk mengadakan barang logistik linen


yang telah direncanakan.
3. Penyimpanan

Linen baju operasi (pakaian dasar kamar bedah) disimpan di lemari linen
dan linen baju ganti pasien di ruang pre operasi Dalam fungsi
penyimpanan logistik ada beberapa hal yang menjadi alasan dan perlu
perhatian adalah :
a. Untuk mengantisipasi keadaaan yang fluktuatif, karena sering terjadi
kesulitan memperkirakan kebutuhan secara tepat dan akurant.
b. Untuk menghindari kekosongan barang (out of stock)

c. Untuk menghemat biaya, serta menggantisipasi fluktuasi kenaikan


harga bahan.
d. Untuk menjaga agar kualiitas bahan dalam keadaan siap pakai.

e. .Untuk mempercepat pendistribusian

28
BAB VI
KESELAMATAN
PASIEN

Mutu pelayanan harus memiliki standar mutu yang jelas, artinya


setiap jenis pelayanan haruslah mempunyai indikator dan standarnya.
Dengan demikian pengguna jasa dapat membedakan pelayanan yang baik
dan tidak baik melalui indikator dan standarnya.
Mutu adalah suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan
produk, manusia/ tenaga kerja, proses dan tugas serta lingkungan yang
memenuhi atau melebihi harapan pelanggan atau konsumen.
(9 poin Kendali mutu nya bagus bgt ini, harus masuk ke laporan
bulanan nanti.)

NO 1. Marking operasi sesuai standar RS


1 Definisi Jumlah pasien operasi yang dilakukan marking
operasional sesuai standar RS, yang membutuhkan marking
baik di pasien maupun di form penandaan

2 Rasional Memastikan bahwa benar pasien, benar prosedur,


dan benar lokasi dalam proses operasi

3 Numerator Jumlah pasien operasi yang dilakukan marking


sesuai standar dalam waktu 1 bulan
4 Denumerato r Jumlah seluruh operasi yang harus dilakukan
marking
5 Formula Numerator x 100%
Denumerator
6 Frekuensi Pengumpulan data di lakukan setiap hari
Pelaporan di lakukan setiap hari

NO 2. Penerapan keselamatan operasi


1 Definisi Pengisian ceklist keselamatan operasi pada form
operasional yang dilakukan oleh petugas meliputi:
1. Tahapan sign in ( dilakukan sebelum
induksianestesi, minimal dilakukan oleh
perawat dan dokter anestesi)
29
2. Tahapan time out (dilakukan sebelum insisi
kulit, diisi oleh perawat, dokter operator
dan anestesi)
3. Tahapan sign out (dilakukan sebelum
pasien meninggalkan kamar operasi, diisi
oleh perawat, dokter operator dan anestesi)
2 Rasional Terwujudnya penyelenggaraan system
pelayanan pembedahan di RS berbasis mutu

30
dan keselamatan pasien
3 Numerator Jumlah pasien pembedahan di ruang opearasi yang
telah diisi lengkap ceklist keselamatan pasiennya
sesuai tahapan oleh petugas
4 Denumerator Jumlah pasien pembedahan di ruang operasi
selama 1 bulan
5 Formula Numerator x 100%
Denumerator
6 Frekuensi Pengumpulan data di lakukan setiap hari
Pelaporan di lakukan setiap hari

NO 3. Penundaan operasi elektif ≥ 2 hari


1 Definisi Perubahan jadwal operasi yang direncanakan
operasional
2 Rasional Tergambarnya kecepatan pelayanan bedah
dalam penjadwalan operasi
3 Numerator Jumlah pasien yang waktu jadwal operasinya
berubah ≥ atau sama dengan 2 hari dari jadwal
semula
4 Denumerator Jumlah pasien operasi elektif dalam waktu 1 bulan

5 Formula Numerator x 100%


Denumerator
6 Frekuensi Pengumpulan data di lakukan setiap hari
Pelaporan di lakukan setiap hari

NO 4. Pelaksanaan pendokumentasian implan


1 Definisi Jumlah pelaksanaan pendokumentasian
operasional implant yang memiliki batch number
2 Rasional Memastikan semua implant yang terpasang
pada pasien dapat dilakukan tracking dengan
melakukan pendataan yang tepat
3 Numerator Jumlah pelaksanaan pendokumentasian implant
yang dipakai pada tubuh pasien yang ada batch
number
4 Denumerator Jumlah keseluruhan penggunaan implan yang
ada batch number
31
5 Formula Numerator x 100%
Denumerator
6 Frekuensi Pengumpulan data di lakukan setiap hari
Pelaporan di lakukan setiap hari
NO 5. Angka operasi ulang dalam waktu 3x24 jam
1 Definisi Jumlah pasien operasi yang dilakukan ulangan
operasional operasi dalam waktu 3x24 jam untuk diagnosis
yang sama
2 Rasional Tergambarnya keselamatan pembedahan
3 Numerator Jumlah angka redo dalam 1 bulan
4 Denumerator Jumlah semua pasien yang dioperasi dalam 1
bulan
5 Formula Numerator x 100%
Denumerator
6 Frekuensi Pengumpulan data di lakukan setiap

32
pengumpulan hariPelaporan di lakukan setiap hari
data
NO 6. Waktu tanggap SC emergency < 30 menit
1 Definisi Waktu tanggap untuk SC emergency adalah
operasional waktu sejak pasien dinyatakan emergency
hingga dimulai sayatan dinding perut < 30
menit
2 Rasional Tergambarnya kecepatan pelayanan RS
untuk pelayanan SC emergency
3 Numerator Jumlah waktu tanggap SC emergency <30
menit
4 Denumerator Jumlah SC emergency dalam 1 bulan
5 Formula Numerator x 100%

Denumerator
6 Frekuensi Pengumpulan data di lakukan setiap hari
Pelaporan di lakukan setiap hari

NO 7. Kepatuhan identifikasi pasien

33
1 Definisi Proses identifikasi pasien adalah proses
operasional pengecekan identitas pasien menggunakan
minimal 2 identitas dari 3 identitas yang
tercantum pada gelang,label, atau bentuk
identitas lainnya sebelum memberikan
pelayanan sesuai dengan regulasi yang berlaku
di RS, meminta pasien menyebutkan nama dan
tanggal lahir dna mencocokkan dnegan gelang
identitas. Termasuk dengan prosedur
identifikasi pasien tidak sadar dengan
mencocokkan identitas pasien di dokumen
dengan gelang identitas yang kemudian
diverifikasi oleh orang kedua.
Disebut patuh bila proses identifikasi pasien
dilakukan dengan secara benar oleh petugas
pada saat, antara lain :
1. Pemberian obat

2. Pemberian pengobatan

3. Pemberian darah dan produk darah

4. Pengambilan specimen
5. Sebelum melakukan tindakan diagnostic
atau terapetik

34
2 Rasional Terlaksana proses identifikasi pasien agar
menjamin keselamatan pasien
3 Numerator Jumlah proses yang telah dilakukan
identifikasi pasien secara benar
4 Denumerator Jumlah proses pelayanan yang diobservasi
5 Formula Numerator x 100%

Denumerator
6 Frekuensi Pengumpulan data di lakukan setiap hari
Pelaporan di lakukan setiap hari .

NO 8. Tata laksana nyeri


1 Definisi a. Tindakan perawat adalah berbagai tindakan
operasional keperawatan yang di lakukan oleh perawat
untuk merespon nyeri sesuai ambang
skala yang ditetapkan dan sesuai dengan
rencana perawatan oleh tenaga kesehatan
lain .
b. Nyeri adalah sensasi atau perasaan tidak
nyaman yang bersifat subjektif yang di
utarakan/ di gambarkan oleh pasien dan
perlu ditangani/ di lakukan tatalaksana
nyeri.
c. Untuk tujuan indikator ini, yang dimaksud
dengantindakan adalah berbagai tindakan
yang di lakukan sebagai respon terhadap
ambang nyeri pada skala nyeri 4 atau lebih
TADAK termasuk follow-up pengkajian
karena termasuk pada kewajiban
2 Rasional a. Tatalaksan nyeri adalah merupakan inti dari
pelayan keperawatan. Buruknya pelayanan
keperawatan dalam
penatalaksanaan nyeri adalah
merupakan indikator buruknya
KUALITAS pelayanan.

35
b. Penataksanan nyeri di tunjukkan untuk
mempertahankan kenyamanan dan
memperbaiki kualitas kehidupan
pasien .
3 Numerator Jumlah total pasien nyeri yang
terdekumentasi
4 Denumerator Jumlah total pasien per priode waktu
tertentu
5 Formula Numerator x 100%
Denumerator
6 Frekuensi Pengumpulan data di lakukan setiap hari
Pelaporan di lakukan setiap hari

NO 9. Angka Kenyamanan Pasien


1 Definisi a. Nyeri adalah suatu kondisi yang lebih dari
operasional sekedar sensasi tulang yang di

36
sebabkan olrh stimulus tertentu, bersufat
subjektif dan sangat individual
b. Pasien dengan nyeri terkontral adalah pasien
yang menunjukkan skala nyeri di bawah 4
samapai denga 0-10 atau dengan GOLD
STANDARD : pasien menyatakan tidak
merasa nyeri, tidak ada ketakutan,
kecemasan dan depresi setelah di berikan
tindakan keperawatan selama priode waktu
tertentu .
2 Rasional Nyeri mengakibatkan ketidak nyamanan pasien.
Pasien akan puasa denga mempertahankan
tingkat kenyamanan (nyeri terkontro ) pada skla
nyeri kurang 4 pada skala 0-10,
dengan mengidentifikasikan 0
sebagai skala nyeri
terendah (tidak nyeri)
3 Numerator Jumlah pasien dengan nyeri terkontrol
4 Denumerator Jumlah pasien yang terdokumentasi nyeri
per priode waktu tertentu
5 Formula Numerator x 100%
Denumerator
6 Frekuensi Pengumpulan data di lakukan setiap hari
Pelaporan di lakukan setiap hari

37
BAB VII
KESELAMATAN
KERJA

A. Latar Belakang

Pertumbuhan dan perkembangan rumah sakit yang begitu pesat,


didorong oleh perkembangan penyakit yang beraneka ragam, serta

semakin tingginya bahaya penularan penyakit yang dapat ditimbulkannya.


Mendorong rumah sakit untuk menggunakan peralatan kerja disertai
penerapan teknik dan teknologi dari berbagai tingkatan di segenap sektor
kegiatan, khususnya di kamar bedah yang merupakan jantungnya sebuah
rumah sakit.
Kemajuan ilmu dan teknologi tersebut disatu pihak akan
memberikan kemudahan dalam operasional tetapi dilain pihak cenderung

38
menimbulkan resiko kecelakaan akibat kerja yang dapat ditimbulkan oleh
alat-alat yang berteknologi tinggi tersebut, terutama bila petugas yang
bekerja di kamar bedah kurang mendapatkan pendidikan dan pelatihan
keterampilan, khususnya pelatihan yang berhubungan dengan penggunaan
alat-alat serta penanganan bahaya infeksi nosokomial yang dapat
ditimbulkannya dikamar bedah.
Salah satu cara mencegah terjadinya penyakit akibat kerja yang tidak
terduga tersebut, yaitu dengan jalan menurunkan dan mengendalikan
sumber bahaya tersebut, melalui penyediaan dan penggunaan APD. Akan
tetapi walaupun telah disediakan pihak rumah sakit, namun efektivitas
penggunaan
APD tergantung pada faktor pemakainya. Untuk mengatasi
masalah tersebut perlu di tingkatkan upaya dan program keselamatan dan
kesehatan kerja (K3) antara lain, peningkatan kesadaran, kedisiplinan K3
terutama lingkungan kamar bedah di rumah sakit. Dan melakukan upaya
pencegahan terjadinya kecelakaan dengan menutupi sumber bahaya bila
memungkinkan, akan tetapi sering keadaan bahaya tersebut belum
sepenuhnya dapat dikendalikan. Untuk itu perlu dilakukan usaha
pencegahan dengan cara menggunakan alat pelindung diri (Personal
Protective Devices) yang umum sering disingkat dengan APD
(Kusuma,S.P, 1986).

Resiko infeksi nosokomial dapat terjadi antar pasien, dari pasien ke


petugas, dari petugas ke pasien dan antar petugas. Berbagai prosedur
penanganan pasien memungkinkan petugas terpajan dengan kuman yang
berasal dari pasien. Infeksi petugas juga berpengaruh pada mutu pelayanan
karena para petugas menjadi sakit sehingga tidak dapat melayani pasien,
dengan demikian penggunaan alat pelindung diri sangat tepat agar dapat
membatasi penyebaran infeksi nosokomial tersebut. Salah satu langkah
dari pengendalian infeksi nosokomial adalah dengan menerapkan
Kewaspadaan Universal atau sering di sebut Universal Precautions.
Personil di kamar operasi terbagi dalam beberapa bagian,
sedangkan kegiatan operasi terdiri dari berbagai spesialisasi. Melihat dari
jenis operasi yang ada, dengan penggunaan alat berteknologi tinggi dan
dapat menimbulkan tingkat bahaya penularan yang cukup tinggi baik
melalui udara (air borne) maupun melalui darah (blood borne) ataupun
cairan tubuh lainnya. Petugas kamar bedah mempunyai resiko penularan
penyakit yang cukup tinggi.
39
B. Risiko Kerja di Kamar Bedah

Bekerja di kamar tidak semudah yang dibayangkan karena memerlukan


keahlian khusus, disamping itu juga mempunyai resiko yang besar.
Adapun faktor resiko bekerja di kamar bedah yaitu,

1. Bahaya/insiden kecelakaan

a. Cedera kaki dan jari kaki yang disebabkan oleh benda yang jatuh,
misalnya, peralatan medis.
b. Slip, perjalanan, dan jatuh di lantai basah, khususnya selama
situasi darurat.
c. Tertusuk atau terpotong oleh benda tajam, terutama tusukan jarum
dan luka oleh pisau operasi.
d. Luka bakar dari peralatan sterilisasi panas.

e. Listrik kejut dari peralatan yang rusak atau grounding yang tidak
ada, atau peralatan dengan isolasi yang rusak.
f. Nyeri punggung akut akibat posisi tubuh canggung yang lama atau
kelelahan saat menangani pasien berat.
2. Physical hazards/Bahaya fisik Paparan radiasi dari x-ray dan sumber
radioisotop.

3. Chemical hazards/Bahaya Kimia

a. Paparan berbagai obat bius (misalnya N2O, halotan, etil bromida, etil
klorida, eter, methoxyfluorane, dll).
b. Iritasi kulit dan penyakit kulit karena sering menggunakan sabun,
deterjen, desinfektan, dll

c. Iritasi mata, hidung, dan tenggorokan karena paparan udara aerosol


atau kontak dengan tetesan/percikan desinfektan saat mencuci dan
membersihkan alat.
d. Keracunan kronis karena paparan jangka panjang terhadap obat, cairan
sterilisasi (misalnya, glutaraldehid), anestesi gas, dll
e. Alergi lateks yang disebabkan oleh paparan pada sarung tangan lateks
alam dan lateks lainnya.
4. Biological hazards/Bahaya biologi

a. Karena paparan terhadap darah, cairan tubuh atau spesimen jaringan


mungkin mengarah ke penyakit melalui darah seperti HIV, Hepatitis B

40
dan Hepatitis C.
b. Risiko tertular penyakit nosokomial akibat tusukan dari jarum suntik
(misalnya hepatitis infeksius, sifilis, malaria, TBC).
c. Kemungkinan tertular herpes sawit dan jari (Herpes whitlow).

d. Peningkatan bahaya keguguran spontan.

5. Ergonomic, psychosocial and organizational/Factors Ergonomis,


psikososial dan factor organisasi
a. Kelelahan dan nyeri punggung bawah akibat penanganan pasien berat
dan untuk periode merindukan pekerjaan dalam posisi berdiri.
b. Stres psikologis yang disebabkan oleh perasaan tanggung jawab yang
berat terhadap pasien.
c. Stres, hubungan keluarga yang tegang, dan kelelahan akibat
perubahan dan bekerja malam, lembur kerja, dan kontak dengan pasien
yang sakit, terutama bila pasien tidak pulih dari operasi.
d. Masalah hubungan interpersonal dengan ahli bedah dan anggota lain
dari tim operasi.
e. Paparan pasien mengalami trauma, beberapa korban bencana atau
peristiwa bencana atau pasien parah dapat menyebabkan kekerasan
pasca-trauma sindrom stres.
C. Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Keselamatan dan keamanan kerja (sebagaimana yang telah diatur


dalam Undang-undang Kesehatan Tahun 1992 Pasal 23 ayat (1), (2), (3) dan
(4) ditujukan kepada pasien, petugas, dan alat meliputi hal-hal sebagai
berikut :

1. Keselamatan dan keamanan pasien

semua anggota tim bedah harus memperhatikan kembali :

a. Identitas pasien

b. Rencana tindakan

c. Jenis pemberian anestesi yang akan dipakai

d. Faktor-faktor alergi

e. Respon pasien selama perioperatif.

f. Menghindari pasien dari bahaya fisik akibat penggunaan alat/ Kurang


teliti.

41
2. Keselamatan dan keamanan petugas

a. Melakukan pemeriksaan secara periodik sesuai ketentuan

b. Beban kerja harus sesuai dengan kemampuan dan kondisi


Kesehatan petugas diatur dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi RI. No. PER.03/MEN/1982 Tentang Pelayanan
Kesehatan Kerja Pasal 1 bagian (a).
c. Perlu adanya keseimbangan antara kesejahteraan, penghargaan dan
pendidikan berkelanjutan (Undang-undang Kesehatan Tahun 1992
Pasal 51 ayat (1).
d. Melakukan pembinaan secara terus menerus dalam rangka
mempertahankan hasilkerja.
e. Membina hubungan kerja sama yang intern dan antar profesi, dalam
mencapai tujuan tindakan pembedahan.
3. Keselamatan dan keamanan alat-alat

a. Menyediakan pedoman / manual bahasa Indonesia tentang cara


penggunaan alat-alat dan mengantungkannya pada alat tersebut.
b. Memeriksa secara rutin kondisi alat dan memberi label khusus untuk
alat rusak.
c. Semua petugas harus memahami penggunaan alat dengan tepat

d. Melaksanakan pelatihan tentang cara penggunaan dan


pemeliharaan alat secara rutin dan berkelanjutan.
e. Melaksanakan pelatihan tentang cara penggunaan dan
pemeliharaan dilakukan oleh petugas IPSRS.
f. Memeriksa alat ventilasi udara agar berfugsi dengan baik

g. Memasang simbol khusus untuk daerah rawan bahaya atau


mempunyai resiko mudah terbakar.

h. Menggunakan diatermi tidak boleh bersama dengan pemakaian obat


bius ether.
i. Memeriksa alat pemadam kebakaran agar dalam keadaan siap pakai.
j. Pemakaian secara rutin alat elektro medis yang dilakukan oleh petugas
IPSRS.
4. Program jaminan mutu

a. Melaksanakan evaluasi pelayanan di kamar operasi melalui


macam- macam, audit.
b. Melakukan survailans infeksi nosokomial secara periodik dan
42
berkesinambungan.

43
BAB VIII
PENGENDALIAN
MUTU

Mutu pelayanan harus memiliki standar mutu yang jelas, artinya setiap
jenis pelayanan haruslah mempunyai indikator dan standarnya.

Dengan demikian pengguna jasa dapat membedakan pelayanan yang baik dan
tidak baik melalui indikator dan standarnya. Mutu adalah suatu kondisi dinamis
yang berhubungan dengan produk, manusia/tenaga kerja, proses dan tugas serta
lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan pelanggan atau konsumen.
Pengendalian mutu pelayanan bedah di Instalasi Bedah Sentral disusun
berdasarkan Kepmenkes No.126 Tahun 2008 Tentang Standar Pelayanan
Minimal Rumah Sakit, meliputi :
1. Waktu tunggu Operasi elektif ≤ 2 hari

2. Kejadian Kematian di meja operasi 100 %

3. Tidak adanya kejadian operasi salah sisi Salah insisi 100%

4. Tidak adanya kejadian operasi salah orang 100%

5. Tidak adanya kejadian salah tindakan pada operasi 100%

6. Tidak adanya kejadian tertinggalnya benda asing/lain pada tubuh pasien


setelah operasi 100%
7. Komplikasi anastesi karena overdosis, reaksi anastesi, dan salah
penempatan endotracheal tube 0 %

44
BAB IX
PENUTUP

Dengan diterbitkannya "Pedoman Pelayanan Unit Kamar


Operasi", Diharapkan dapat dipergunakan sebagai acuan dalam memberikan
pelayanan asuhan keperawatan di kamar operasi di RUMAH SAKIT ISLAM
SITI HAJAR MATARAM. Dengan acuan dari buku ini diharapkan dapat
mengandalikan mutu, keamanan, kenyamanan sehingga VISI RUMAH
SAKIT ISLAM SITI HAJAR MATARAM menjadi : " Sebagai Ibadah,
Ikhlas, Istiqomah

45

Anda mungkin juga menyukai