HAJAR MATARAM
Nomor :
Tanggal : 16/09/2022 (pakai cover pedoman
aja, jangan jadi lampiran, nanti tambahin daftar isi
juga)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan Pedoman
2
pelayanan kepada pasien diberikan dimulai pada saat diterimanya pasien
diruang persiapan operasi dilanjutkan ketika pasien mendapat pelayanan
medis atau tindakan pembedahan, dan sampai dengan penanganan pasca
operasi di ruang pulih sadar/ recovery room. Ruang lingkup pelayanan
Instalasi Bedah Sentral, meliputi Memberikan Pelayanan untuk menunjang
pelayanan anestesiologi dan memberikan pelayanan untuk menunjang
pelayanan pembedahan spesialistik dan subspesialistik.
1. Cakupan pelayanan anastesi
3
4. Jenis operasi menurut waktunya
D. Batasan Operasional
4
tubuh yang diasumsikan tidak dapat mengalami perbaikan, daripada
melakukan amputasi, seperti: koreksi dan imobilisasi dari fraktur
pada kaki daripada melakukan amputasi terhadap kaki.
e. Bedah radikal merupakan pembedahan dimana akar penyebab atau
sumber dari penyakit tersebut dibuang, seperti: pembedahan
radikal untuk neoplasma, pembedahan radikal untuk hernia.
f. Pembedahan rekonstruktif merupakan pembedahan yang dilakukan
untuk melakukan koreksi terhadap pembedahan yang telah
dilakukan pada deformitas atau malformasi, seperti: pembedahan
terhadap langit-langit mulut yang terbelah, tendon yang
mengalami kontraksi.
g. Bedah plastik merupakan pembedahan dimana dilakukan untuk
memperbaiki defek atau deformitas, baik dengan jaringan
setempat atau dengan transfer jaringan dari bagian tubuh
lainnya.
5. Sifat Operasi:
E. Landasan Hukum
5
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 519/Menkes/Per/IV/2011
Tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Anestesiologi dan Terapi
Intensif.
7. Petunjuk Pelaksanaan Indikator Mutu Pelayanan Rumah Sakit,
WHO-Depkes, 2001
8. Pedoman Kerja Perawat Kamar Operasi, Depkes, 2003.
6
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
1. Dokter bedah
Asisten bedah yang dimaksud dalam pedoman ini adalah seorang dokter
atau perawat asisten yang sudah di beri wewenang oleh direktur.
4. Perawat Kamar Bedah
7
(2) D3 Keperawatan memiliki sertifikat kamar bedah dasar dan
Basic Life Support (BLS) dengan pengalaman kerja di kamar
bedah minimal 1 tahun.
(3) Semua perawat yang memberikan pelayanan/ asuhan
keperawatan dikamar bedah harus mempunyai SIP dan SIK
b) Fungsi dan peran :
Pre operasi
c) Kompetensi
2) Perawat Sirkuler
9
pengalaman klinis dikamar operasi minimal 3 tahun
10
(3) Memastikan fungsi drain yang digunakan berjalan
dengan baik.
b) Fungsi Peran (kynya fungsi nya lebih dari ini mas yus)
11
(1) Mengelola kamar Bedah
c) Kompetensi
1. Tenaga Dokter
c. Tenaga Pekarya
C. Pengaturan Jaga
b. Pegawai shift
Senin- Minggu (untuk yang hari minggu on call bukannya? Atau ada pagi
siang sore juga?)
a) Shift Pagi : 07.00 - 13.00 WIB
15
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruang
W R.
C
TRANSPER
ALAT CUCI
R. R. JAGA CUCI
TANGA OK 2
DOKTER PETUGAS ALAT
W DEPO N
C OK
PINTU KELUAR
PASIEN
R.
G
B
R.
PEMULIHA R. PRE OP OK 1 OK 3
N
PINTU MASUK
PASIEN
B. Standar Fasilitas
a. Lokasi
Lokasi kamar bedah harus mudah di capai dari bagian lain dan satu
sama lain. Letak kamar operasi berada ditengah-tengah rumah sakit
berdekatan dengan unit gawat darurat (IRD), ICU dan unit radiologi.
b. Bentuk
d. Pintu
16
1) Sebaiknya bentuk pintu sliding, namun bila pintu swing, maka
pintu harus selalu tertutup dengan menggunakan penutup
otomatis
2) Ukuran pintu minimal 1,2 X 2,10 m
Harus ada kaca tembus pandang agar orang dari luar dapat melihat
keadaan di dalam kamar bedah tanpa harus masuk
f. Ventilasi
17
2) Sistem pipa melalui bawah lantai atau diatas langit-langit
j. Sistem listrik
l. Sistem komunikasi
18
Zona 0 : Area pembedahan pada tubuh penderita (steril zone/ aseptic zone)
Zona 1 : Area di sekeliling area pembedahan di atas meja bedah (ultra
clean zone). Yaitu daerah memakai gaun operasi, tempat
duk/ kain steril, tempat instrument dan tempat perawat
instrument mengatur dan mempersiapkan alat.
Zona 2 : Area lain dalam kamar bedah (super clean zone), terdiri dari
ruang persiapan (preparation), peralatan/ instrument steril,
ruang induksi, area scrub
Zona 3 : Clean zone, identik dengan daerah tepan cuci tangan steril
(semirestricted area)
Zona 4 : General zone, identik dengan daerah bebas (unrestricted
area), meliputi ruang pemulihan, ruang persiapan pasien,
loker, dan ruang istirahat.
Ket : Zona 0, 1, 2 identik dengan daerah terbatas (restricted area).
3. Peralatan Kamar Operasi
a. Mesin Anestesi
e. Meja Operasi
19
f. Tabung O2 dan Isinya
Kurang daftar instrumen unit kamar operasi, bikin list nya , barangnya apa aja, idealnya ada
berapa. Coba cek di https://snars.web.id/rs/pedoman-pelayanan-kamar-operasi-ok/
21
BAB IV
Menerima pasien yang akan dilakukan tindakan operasi yang diantar petugas,
baik rawat inap, IGD, poliklinik maupun ODC. Agar tidak terjadi
kesalahan pasien dan kesalahan diagnose / tindakan, maka perawat pre
operasi memeriksa kelengkapan pasien :
1. Nama pasien ( bila pasien di bawah umur bisa ditanyakan kepada keluarga
pasien ).
2. Daerah operasi yang akan dilakukan tindakan operasi telah ditandai
3. Riwayat penyakit ( ashma, alergi obat, dan riwayat penggunaan obat steroid
dalam tiga bulan terakhir).
4. Terpasang gigi palsu atau tidak, bila ya, petugas anesthesi membantu
untuk melepaskannya
5. Menanggalkan semua perhiasan pasien dan menyerahkannya ke keluarga
pasien.
6. Pastikan kuku dan bibir pasien bebas dari zat pewarna (cutek dan
lipstick)bila masih ada, petugas anesthesi membantu
membersihkannya.
7. Dokumen pasien : ( Informed consend, hasil pemeriksaan Laboratorium,
hasil pemeriksaan Radiologi, hasil pemeriksaan fisik terakhir ).
C. Persiapan Operasi
22
berhubungan dengan pemberian informasi yang sejelas – jelasnya mencakup
manfaat dan resiko pembedahan. Beberapa hal yang perlu perbaikan sebagai
berikut :
23
1. Informed consent perlu dibuat secara tertulis dan untuk operasi standart
dikuatkan risalah informasi bahwa agar memudahkan dalam
pemberian karena faktor beban pelayanan yang cukup banyak.
2. Untuk operasi yang melibatkan beberapa disiplin (operasi bersama) atau
operasi oleh tim khusus disamping risalah tertulis harus ada pertemuan
khusus antara tim dengan pasien dan keluarganya sebelum operasi
dilaksanakan
1. Pre Operasi
2. Durante Operasi
24
c. PJ Pelayanan menghubungi dokter konsulen yang bertugas di IBS saat
itu dan dokter ybs menjawab konsultasi tersebut. Bila Dokter yang ada
di IBS tidak dapat menangani konsul tersebut, konsul diteruskan ke Ka
SMFnya. Ka SMF bertanggung jawab untuk menjawab konsul.
d. Bila harus dilakukan operasi bersama maka tanggungjawab utama
terhadap pasien tetap berada pada operator pertama.
e. Prosedur umum durante operasi
3. Post Operasi
a. Pasien diantar ke ruang pulih oleh penata anestesi dan perawat sirkuler
dan diobservasi di Ruang pulih dibawah tanggung jawab Anestesi
b. Memonitoring keadaan pasien yang telah dilakukan tindakan operasi
dengan mengukur tanda – tanda vital dan mencatat pada lembar
pengawasan, apabila kondisi pasien menurun menunjukan ke arah
yang lebih buruk atau tidak stabil untuk dilakukan re operasi atau
dilakukan pengawasan di ICU.
c. Pasien dipindahkan ke IRIN sesudah mendapat persetujuanAnestesi
dan diserahterimakan kepada perawat IRIN yang menjemput pasien.
d. Bila perlu di rawat di ICU, pasien diantar langsung dari OK ke ICU
oleh Anestesi dan perawat sirkuler
25
BAB V
LOGISTIK
1. Perencanaan
26
Kamar bedah melakukan penyimpanan barang-barang atau obat- obatan
berdasarkan pada :
1) Obat-obatan narkotik disimpan dalam lemari yang khusus double
lock dengan kunci dipegang oleh dua petugas
2) Obat-obatan larutan pekat dikunci dilemari yang telah diberi tanda.
3) Obat-obatan yang digunakan untuk emergency disimpan dalam trolley
emergency.
4) Alkes disposable dan alat-alat penunjang disposable dipisahkan dan
disimpan di lemari kaca.
5) Obat-obatan yang perlu disimpan pada suhu tertentu, maka disimpan
dalam lemari kulkas.
4. Pendistribusian
Penghapusan barang dan alat -alat di kamar bedah dilakukan apabila terjadi
:
1) Bahan/barang rusak tidak dapat dipakai Kembali
2) barang tidak dapat didaur ulang atau tidak ekonomis untuk diatur
ulang
3) Bahan/barang sudah melewati masa kadaluarsa (expire date)
B. Logistik umum
1. Perencanaan
Semua barang yang ada dilakukan inventaris dan pencatatan barang yang
terpakai.
C. Logistik Linen
1. Perencanaan
Linen baju operasi (pakaian dasar kamar bedah) disimpan di lemari linen
dan linen baju ganti pasien di ruang pre operasi Dalam fungsi
penyimpanan logistik ada beberapa hal yang menjadi alasan dan perlu
perhatian adalah :
a. Untuk mengantisipasi keadaaan yang fluktuatif, karena sering terjadi
kesulitan memperkirakan kebutuhan secara tepat dan akurant.
b. Untuk menghindari kekosongan barang (out of stock)
28
BAB VI
KESELAMATAN
PASIEN
30
dan keselamatan pasien
3 Numerator Jumlah pasien pembedahan di ruang opearasi yang
telah diisi lengkap ceklist keselamatan pasiennya
sesuai tahapan oleh petugas
4 Denumerator Jumlah pasien pembedahan di ruang operasi
selama 1 bulan
5 Formula Numerator x 100%
Denumerator
6 Frekuensi Pengumpulan data di lakukan setiap hari
Pelaporan di lakukan setiap hari
32
pengumpulan hariPelaporan di lakukan setiap hari
data
NO 6. Waktu tanggap SC emergency < 30 menit
1 Definisi Waktu tanggap untuk SC emergency adalah
operasional waktu sejak pasien dinyatakan emergency
hingga dimulai sayatan dinding perut < 30
menit
2 Rasional Tergambarnya kecepatan pelayanan RS
untuk pelayanan SC emergency
3 Numerator Jumlah waktu tanggap SC emergency <30
menit
4 Denumerator Jumlah SC emergency dalam 1 bulan
5 Formula Numerator x 100%
Denumerator
6 Frekuensi Pengumpulan data di lakukan setiap hari
Pelaporan di lakukan setiap hari
33
1 Definisi Proses identifikasi pasien adalah proses
operasional pengecekan identitas pasien menggunakan
minimal 2 identitas dari 3 identitas yang
tercantum pada gelang,label, atau bentuk
identitas lainnya sebelum memberikan
pelayanan sesuai dengan regulasi yang berlaku
di RS, meminta pasien menyebutkan nama dan
tanggal lahir dna mencocokkan dnegan gelang
identitas. Termasuk dengan prosedur
identifikasi pasien tidak sadar dengan
mencocokkan identitas pasien di dokumen
dengan gelang identitas yang kemudian
diverifikasi oleh orang kedua.
Disebut patuh bila proses identifikasi pasien
dilakukan dengan secara benar oleh petugas
pada saat, antara lain :
1. Pemberian obat
2. Pemberian pengobatan
4. Pengambilan specimen
5. Sebelum melakukan tindakan diagnostic
atau terapetik
34
2 Rasional Terlaksana proses identifikasi pasien agar
menjamin keselamatan pasien
3 Numerator Jumlah proses yang telah dilakukan
identifikasi pasien secara benar
4 Denumerator Jumlah proses pelayanan yang diobservasi
5 Formula Numerator x 100%
Denumerator
6 Frekuensi Pengumpulan data di lakukan setiap hari
Pelaporan di lakukan setiap hari .
35
b. Penataksanan nyeri di tunjukkan untuk
mempertahankan kenyamanan dan
memperbaiki kualitas kehidupan
pasien .
3 Numerator Jumlah total pasien nyeri yang
terdekumentasi
4 Denumerator Jumlah total pasien per priode waktu
tertentu
5 Formula Numerator x 100%
Denumerator
6 Frekuensi Pengumpulan data di lakukan setiap hari
Pelaporan di lakukan setiap hari
36
sebabkan olrh stimulus tertentu, bersufat
subjektif dan sangat individual
b. Pasien dengan nyeri terkontral adalah pasien
yang menunjukkan skala nyeri di bawah 4
samapai denga 0-10 atau dengan GOLD
STANDARD : pasien menyatakan tidak
merasa nyeri, tidak ada ketakutan,
kecemasan dan depresi setelah di berikan
tindakan keperawatan selama priode waktu
tertentu .
2 Rasional Nyeri mengakibatkan ketidak nyamanan pasien.
Pasien akan puasa denga mempertahankan
tingkat kenyamanan (nyeri terkontro ) pada skla
nyeri kurang 4 pada skala 0-10,
dengan mengidentifikasikan 0
sebagai skala nyeri
terendah (tidak nyeri)
3 Numerator Jumlah pasien dengan nyeri terkontrol
4 Denumerator Jumlah pasien yang terdokumentasi nyeri
per priode waktu tertentu
5 Formula Numerator x 100%
Denumerator
6 Frekuensi Pengumpulan data di lakukan setiap hari
Pelaporan di lakukan setiap hari
37
BAB VII
KESELAMATAN
KERJA
A. Latar Belakang
38
menimbulkan resiko kecelakaan akibat kerja yang dapat ditimbulkan oleh
alat-alat yang berteknologi tinggi tersebut, terutama bila petugas yang
bekerja di kamar bedah kurang mendapatkan pendidikan dan pelatihan
keterampilan, khususnya pelatihan yang berhubungan dengan penggunaan
alat-alat serta penanganan bahaya infeksi nosokomial yang dapat
ditimbulkannya dikamar bedah.
Salah satu cara mencegah terjadinya penyakit akibat kerja yang tidak
terduga tersebut, yaitu dengan jalan menurunkan dan mengendalikan
sumber bahaya tersebut, melalui penyediaan dan penggunaan APD. Akan
tetapi walaupun telah disediakan pihak rumah sakit, namun efektivitas
penggunaan
APD tergantung pada faktor pemakainya. Untuk mengatasi
masalah tersebut perlu di tingkatkan upaya dan program keselamatan dan
kesehatan kerja (K3) antara lain, peningkatan kesadaran, kedisiplinan K3
terutama lingkungan kamar bedah di rumah sakit. Dan melakukan upaya
pencegahan terjadinya kecelakaan dengan menutupi sumber bahaya bila
memungkinkan, akan tetapi sering keadaan bahaya tersebut belum
sepenuhnya dapat dikendalikan. Untuk itu perlu dilakukan usaha
pencegahan dengan cara menggunakan alat pelindung diri (Personal
Protective Devices) yang umum sering disingkat dengan APD
(Kusuma,S.P, 1986).
1. Bahaya/insiden kecelakaan
a. Cedera kaki dan jari kaki yang disebabkan oleh benda yang jatuh,
misalnya, peralatan medis.
b. Slip, perjalanan, dan jatuh di lantai basah, khususnya selama
situasi darurat.
c. Tertusuk atau terpotong oleh benda tajam, terutama tusukan jarum
dan luka oleh pisau operasi.
d. Luka bakar dari peralatan sterilisasi panas.
e. Listrik kejut dari peralatan yang rusak atau grounding yang tidak
ada, atau peralatan dengan isolasi yang rusak.
f. Nyeri punggung akut akibat posisi tubuh canggung yang lama atau
kelelahan saat menangani pasien berat.
2. Physical hazards/Bahaya fisik Paparan radiasi dari x-ray dan sumber
radioisotop.
a. Paparan berbagai obat bius (misalnya N2O, halotan, etil bromida, etil
klorida, eter, methoxyfluorane, dll).
b. Iritasi kulit dan penyakit kulit karena sering menggunakan sabun,
deterjen, desinfektan, dll
40
dan Hepatitis C.
b. Risiko tertular penyakit nosokomial akibat tusukan dari jarum suntik
(misalnya hepatitis infeksius, sifilis, malaria, TBC).
c. Kemungkinan tertular herpes sawit dan jari (Herpes whitlow).
a. Identitas pasien
b. Rencana tindakan
d. Faktor-faktor alergi
41
2. Keselamatan dan keamanan petugas
43
BAB VIII
PENGENDALIAN
MUTU
Mutu pelayanan harus memiliki standar mutu yang jelas, artinya setiap
jenis pelayanan haruslah mempunyai indikator dan standarnya.
Dengan demikian pengguna jasa dapat membedakan pelayanan yang baik dan
tidak baik melalui indikator dan standarnya. Mutu adalah suatu kondisi dinamis
yang berhubungan dengan produk, manusia/tenaga kerja, proses dan tugas serta
lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan pelanggan atau konsumen.
Pengendalian mutu pelayanan bedah di Instalasi Bedah Sentral disusun
berdasarkan Kepmenkes No.126 Tahun 2008 Tentang Standar Pelayanan
Minimal Rumah Sakit, meliputi :
1. Waktu tunggu Operasi elektif ≤ 2 hari
44
BAB IX
PENUTUP
45