A. Latar Belakang
Penggunaan anestesi, sedasi, dan intervensi bedah adalah proses yang umum dan
kompleks di Rumah Sakit. Tindakan – tindakan ini membutuhkan asesmen pasien yang
lengkap dan komprehensif, perencanaan asuhan yang terintegrasi, monitoring pasien yang
bersinambungan dan criteria transfer untuk pelayanan yang berkelanjutan, rehabilitasi, akhirnya
transfer maupun pemulangan ( discharge ).
Pelayanan bedah di Intalasi Kamar Operasi Rumah Sakit Islam Arafah Jambi harus terencana
dan terkodumentasikan berdasarkan hasil assesmen.Karena tindakan pembedahan membawa
resiko dengan tingkatan tinggi, maka penggunaanya haruslah direncanakan secara
seksama.Asesmen pasien adalah dasar untuk memilih prosedur yang tepat.Asesmen
memberikan informasi penting terhadap pemilihan prosedur yang tepat dan waktu yang optimal,
terlaksananya prosedur secara yang aman, menginterprestasikan temuan dan monitoring
pasien.Pemilihan prosedur tergantung pada riwayat pasien, status fisik, dan data diagnostic
termasuk resiko dan manfaat prosedur bagi pasien.Pemilihan prosedur mempertimbangkan
informasi dari asesmen saat masuk rawat inap, tes diagnostic, dan sumberlain yang tersedia.
Proses asesmen dapat dijalankan dalam kerangka waktu yang lebih singkat bilamana pasien
secara darurat membutuhkan pembedahan. Hal lain yang perlu diperhatiakan adalah edukasi
dan diskusi dengan pasien dan keluarganya atau orang yang berwenang membuat keputusan
bagi pasien. Pasien dan keluarga atau para pembuat keputusan menerima informasi yang
adekuat untuk berpartisipasi dalam keputusan pemberian pelayanan dan memberikan
persetujuan ( informend consent ) yang berisi resiko dari prosedur yang direncanakan, manfaat
prosedur yang direncanakan, komplikasi yang potensial terjadi, alternative tindakan
pembedahan dan nonbedah yang tersedia untuk merawat.
B. Tujuan Pedoman
1. Tujuan umum
Pedoman pelayanan unit kamar operasi rumah sakit islam arafah menjadi panduan dan
dasar acuan dalam melakukan kegiatan pemberian pelayanan kesehatan yang komprehensif
bagi masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan.
D. Batas Operasional
1. Bedah
Pelayanan bedah adalah bagian dari rumah sakit yang memberikan pelayanan medis
kepada pasien dengan tindakan operasi.
Batasan operasional kamar operasi dilaksanakan mulai pasien sampai di ruang
persiapan operasi dan diserah terimakan dengan petugas kamar operasi sanpai pasien selesai
dilakukan tindakan operasi ,diruang pulih sadar / recovery room .setelah itu pasien dipindahkan
keruang rawat atau icu atau pasien langsung pulang untuk pasien one day care surgery (odcs)
a. Bedah Elektif
Bedah elektif adalah pembedahan dimana dapat dilakukan penundaan tanpa
membahayakan nyawa pasien
b. Bedah emergency
Bedah emergency adalah pembedahan yang dilakukan dalam keadaan sangat
mendadak untuk menghindari komplikasi lanjut dari proses penyakit atau untuk
menyelamatkan jiwa pasien.
c. Operasi one day care (ODC)
Layanan bedah sehari (ODC) adalah layanan tindakan pembedahan di RSI Arafah
yang dilaksanakan di Kamar Operasi dimana pasien datang dan pulang pada hari
yang sama (tidak menginap) dan di observasi 6 jam di ruang rawat inap
E. Landasan Hukum
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit
2. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 47 Tahun 2021 Tentang Penyelenggaraan Bidang
Perumahsakitan
3. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 03 Tahun 2020 Tentang Klasifikasi Dan Perizinan
Rumah Sakit
4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 04 Tahun 2018 Tentang Kewajiban Rumah Sakit
Dan Kewajiban Pasien
5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 26 Tahun 2019 Tentang Peraturan Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2014 Tentang Keperawatan
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 24 Tahun 2016 Tentang Persyaratan Teknis
Bangunan Dan Prasarana Rumah Sakit
7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 11 Tahun 2017 Tentang Keselamatan Pasien
3. Tenaga Penunjang
Prakarya
C. Distribusi Ketenagaan
Perawat Ruang Recovery Tenaga perawat recovery room Perawat kamar operasi yang
7
Room (pulih sadar) dinas pada saat itu
D. Pengaturan Jaga
Pengaturan tenaga kerja di unit kamar operasi Rumah Sakit Islam Arafah adalah sebagai
berikut:
a. Shift pagi 07.00-14.00
b. Shift siang 14.00-21.00
c. Shift sore 21.00-07.00
Hari kerja Rumah sakit adalah 6 ( enam ) hari kerja dalam seminggu dan jam kerja
standar adalah 40 jam dalam satu minggu. Rumah sakit Islam Arafah merupakan rumah sakit
yang beroperasional selama 24 jam .
Bagi karyawan yang berkerja secara shift, maka waktu kerja akan diatur secara mandiri
oleh koordinator ruangan yang bersangkutan dan tetap mengacu pada jam kerja standar
yaitu selama 40 jam dalam satu minggu dengan 6 hari kerja. Untuk karyawan yang berkerja
melebihi jam kerja standar maka kelebihan tersebut akan diperhitungkan dalam kebijakan
lembur Rumah sakit.
a. Pengaturan jadwal dinas staf di kamar operasi dibuat oleh koordinator ruangan
masing-masing dan disetujui oleh manager penunjang.
b. Jadwal dinas dibuat untuk jangka waktu satu bulan dan direalisasikan ke staf setiap
satu bulan.
c. Untuk staf yang memiliki keperluan penting pada hari tertentu, maka staf tersebut
dapat mengajukan permintaan dinas30 hari sebelum hari yang di ajukan.
Permintaan akan disesuaikan dengan kebutuhan tenaga yang ada (apa bila tenaga
cukup dan berimbang serta tidak mengganggu pelayanan, maka permintaan
disetujui).
d. Setiap tugas jaga / shift harus ada ketua tim dengan syarat pendidikan minimal D III
Keperawatan/ D III kebidanan dan masa kerja minimal 2 tahun
e. Jadwal dinas terbagi atas dinas pagi, dinas sore, dinas malam, lepas malam, libur
dan cuti.
B. Standar Fasilitas
11 Laparascopy 1 set
1. Prinsip – prinsip fasilitas yang harus dipenuhi di kamar operasi antara lain:
a. Pembagian daerah – daerah Kamar Operasi
1) Daerah Bebas
Daerah bebas merupakan daerah dimana penggunjung tidak diizinkan masuk, dan
petugas harus melepas alas kaki
2) Daerah Bersih
- Koridor transfer pasien
- Kamar ganti pakaian dokter
- Kamar ganti perawat
- Kamar persiapan dan pemulihan pasien
b. Area Semirestriktik (koridor)
Area semirestriktik adalah daerah dimana pengunjung dan petugas harus melepaskan
alas kaki
c. Area restriktik (kamar operasi dan koridor kamar operasi)
Area restriktik adalah daerah dimana pengunjung tidak diizinkan masuk, petugas harus
memakai perlengkapan khusus (topi, alas kaki, pakaian khusus), harus ganti pakaian,
tidak boleh rangkap.
b. Ruang Operasi I
Ruang operasi I dilengkapi dengan meja operasi yang bisa dimodifikasi beberapa posisi
(datar, head up-head down, tilt kiri kanan, litotomi) secara manual. Ruang operasi
dilengkapi dengan lampu operasi yang mampu menerangi bagian-bagian daerah
operasi, mesin anestesi, monitor EKG yang bisa terlihat tekanan darah,rekaman
jantung, nadi, saturasi oksigen, AC, oksigen sentral, suction, alat kauter, dan
troli.hepafilter.
c. Ruang operasi II
Ruang operasi II dilengkapi meja operasi (datar, head up up-down, tilt kiri kanan, dan
posisi litotomi) secara manual, ruang operasi II dilengkapi dengan lampu operasi yang
mampu menerangi bagian – bagian operasi, mesin anestesi yang dilengkapi dengan
tabung penampung gas anestesi , monitor EKG yang bisa melihat tekanan darah,
rekaman jantung, nadi, saturasi oksigen, AC, suction, oksigen sentral, alat kauter, lampu
rontgen, lemari penyimpanan alat – alat kesehatan, dan troli,hepafilter.
e. Ruang operasi IV
8. Ruang Istirahat
Ruang ini digunakan untuk rehat oleh tim operasi (isoma) ruang santai sekalian ruang
makan, dilengkapi dengan kursi, meja, sofa, televisi, dispenser,
g. Sistem Penerangan
1) Lampu ruang memakai lampu pijar putih tertanam didalam langit – langit sehingga
tidak menampung debu dan mudah dibersihkan
2) Pencahayaan ruangan sesuai peraturan pencahayaan pada buku ini
3) Lampu operasi merupakan lampu khusus yang terdiri dari beberapa lampu yang
fokusnya dapat diatur, tidak panas, terang, tidak menyilaukan dan tidak
menimbulkan bayangan
4) Lampu penerangan di kamar operasi di lengkapi dengan UPS otomatis beberapa
menit saat pemadaman listrik tetap akan hidup sebelum beralih ke genset / listrik
kembali.
h. Sistem Gas
1) System gas dibuat sentral memakai system pipa
2) System pipa melalui tertanam dalam tembok
3) Dibedakan system pipa o² dan N2O
i. Sistem Listrik
1) Ada system penerangan darurat dan system listrik cadangan ( Genset ).
2) Dalam kamar bedah ada beberapa titik penyambung aliran listrik, maka dibedakan
sirkuitnya sehingga bila terjadi gangguan listrik pada satu titik.
3) Penggunaan daya UPV untuk mesin dikamar operasi sebagai penyimpan daya
menjelang genset operasional.
j. Sistem Komunikasi
Ada system komunikasi dengan ruangan lain didalam Rumah Sakit Lan Massanger
rumah sakit
k. Instrumen
1) Semua peralatan mobile, mempunyai roda atau diletakkan diatas trolley beroda
2) Semua alat sebagian besar terbuat dari stainless steel dan mudah dibersihkan
15. Pembersihan
a. Pembersihan Harian
Setiap hari seluruh permukaan lantai kamar operasi dibersihkan dan dan didesinfeksi
setiap hari dilakukan pemeriksaan prasarana seperti, penyediaan air bersih, kelistrikan,
pencahayaan, ventilasi, dan sebagainya. Pelaksana adalah prakarya kamar operasi
dan tim kamar operasi, dan penanggung jawab adalah Kamar Operasi
Asuhan setiap pasien bedah direncanakan berdasarkan atas hasil pengkajian asesment pra
bedah dan di catat dalam rekam medis ,karena prosedur bedah mengandung resiko yang tinggi
maka pelaksanaannya harus di rencanakan dengan seksama. Dan hasil pengkajian pra bedah
memberikan informasi tentang:
a) Tindakan bedah yang sesuai dan waktu pelaksanaanya
b) Melakukan tindakan yang aman.
c) Menyimpulkan temuan selama pemantauan
Pemilihan teknik operasi bergantung pada riwayat pasien ,status fisik,data diagnostik serta
manfaat dan resiko tindakan yang dipilih. Untuk pasien yang masuk rumah sakit islam arafah
langsung dilayani oleh dokter bedah, diagnosis praoperasi,rencana prosedur/tindakan operasi
berdasarkan pengkajian prabedah menggunakan formulir awal rawat inap,apabila pasien yang
dikonsultasikan ditengah perawatan oleh DPJP lain dan diputuskan untuk operasi maka
pengkajian prabeda di catat di CPPT dalam bentuk SOAP.
1. Penjadwalan operasi
Penjadwalan pasien elektif yang akan di operasi dikamar bedah yang berasal dari ruang rawat
inap, dan poliklinik dapat dilaksanakan sesuai jadwal yang telah ditentukan dan dilaporkan di
pagi hari / H-1 dari rencana operasi pasiennya , untuk operasi cito atau emergensi yan berasal
dari unit vk , UGD, bahkan ruang rawat inap maka akan menjadi prioritas unutk di lakukan
operasi sehingga petugas kamar operasi akan menyusun ulang urutan operasi sehingga
pelayanan operasi terhadap pasien tetap berjalan semestinya.
2. Pengkajian
Menerima pasien yang akan dilakukan tindakan operasi yang diantar petugas, baik dari rawat
inap, IGD, dan poliklinik, vk, Agar tidak terjadi kesalahan pasien dan kesalahan diagnose /
tindakan, maka perawat di ruang pre operasi memeriksa kelengkapan pasien :
a. Nama pasien : identitas pasien sesuai barcode pasien (bila pasien dibawah umur bisa
ditanyakan kepada keluarga pasien).
b. Daerah operasi yang akan dilakukan operasi telah ditandai
c. Riwayat penyakit (asma, alergi obat, penyakit jantung, DM dll).
d. Terpasang gigi palsu atau tidak
e. Menanggalkan semua perhiasan
f. Pastikan kuku dan bibir pasien bebas dari zat pewarna
g. Adakah kebutuan produk darah
3. Infoment consent
Pemberian informasi kepada pasien dan atau keluarga atau pihak yang akan memberikan
keputusan diberikan oleh DPJP dan didokumentasikan dalam formulir persetujuan tindakan
kedokteran. Dan dalam keadaan darurat dapat dibantu dokter di unit gawat darurat yang
disampaikan meliputi :
a) Diagnosa
b) Kondisi terkini
c) Tindakan yang di usulkan
d) Tata cara tindakan
e) Resiko dari rencana tindakan operasi
f) Manfaat dan rencana tindakan operasi
g) Kemungkinan komplikasi dan dampak
h) Pilihan operasi atau non operasi (alternatif) yang tersedia untuk menanggani pasien
i) Menjelaskan jika dibutuhkan darah atau produk darah serta resiko dan alternatifnya
e. Laporan operasi
Dokter Operator harus mendokumentasikan semua tindakan bedah dan kejadian yang
terjadi selama pembedahan dan di buat sebelum pasien ke ruang perawatan serta
digunakan untuk menyusun rencana asuhan lanjutan , minimal memuat:
1) Operasi Diangnosa pre dan pasca operasi
2) Nama dokter bedah dan asistennya
3) prosedur operasi yang di lakukan dan rincian temuan.
4) Ada dan tidak ada komplikasi.
5) Spesimen operasi yang di kirim untuk di periksa.
6) Jumlah darah yang hilang dan jumlah yang masuk lewat tranfusi.
7) Nomor pendaftaran alat yang di pasang (implan), (bila di pergunakan)
Laporan operasi terhadap pasien dapat di akses oleh operator baik didalam kamar operasi
maupun ruang intensif (ICU dan HCU) dengan login dari operator. Semua catatan
dimasukan dalam rekam medis segera sebelum pasien meninggalkan lokasi pemulihan
pasca anestesi untuk perawatan selanjutnya.
BAB V
LOGISTIK
A. Klasifikasi logistik
Klasifikasi logistik yang dibutuhkan di ruangan kamar operasi terdiri dari :
1. Golongan barang habis pakai
2. Alat tenun, dengan ketentuan :
4. Penyaluran
Penyaluran / pendistribusian barang logistik yang menunjang pelayanan kamar operasi
yang harus dilakukan secara teratur dan sesuai dengan kebutuhan serta
terdokumentasikan baik di ruangan maupun di bidang logistik.
5. Pencatatan dan Pelaporan
Dalam pengelolaan logistik di ruangan perlu adanya pencatatan dan pelaporan inventaris
secara rutin agar dapat diketahui kondisi barang / alat tersebut serta selalu siap pakai.
Keselamatan pasien adalah suatu sistem yang membuat asuhan pasien di rumah sakit
menjadi lebih aman, sistem ini mencegah terjadinya cidera yang disebabkan oleh kesalahan akibat
melaksankan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil.
Rumah sakit islam arafah telah membentuk Komite Peningkatan Mutu Dan Keselamatan
Pasien (KPMKP). Di dalam penyelenggaraan pelayanan dengan berfokus pada keselamatan
pasien rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman yang meliputi asessmen resiko, identifikasi
dan pengelolaan, hal yang berhubungan dengan resiko pasien dan mencegah terjadinya cidera
yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan yang seharusnya diambil.
Untuk mencegah terjadinya resiko keselamatan pasien diruang kamar operasi, petugas
dalam melakukan setiap tindakannya harus mengacu pada standar yang telah ada (SPO ) dan 6
sasaran keselamatan pasien di rumah sakit (Acuan : Peraturan Menkes RI No. 11 Tahun 2017
Tentang Keselamatan Pasien) diantaranya sebagai berikut :
1. Ketepatan identifikasi pasien
a. Setiap pasien yang masuk kamar operasi dipasang gelang identitas pasien. Ada dua cara
identifikasi yaitu menggunakan Nama Pasien dan Tanggal Lahir Pasien. Gelang Identitas
pasien dipasang saat pasien pertama kali masuk baik dari UGD, Poli Klinik ,maupun VK.
b. Identifikasi pasien dilakukan setiap :
1) Sebelum pemberian obat
2) Sebelum pemberian darah atau produk darah
3) Sebelum pengambilan darah dan spesimen lain untuk pemeriksaan klinis
4) Sebelum pemberian diit makanan pasien
5) Sebelum pemberian pengobatan dan tindakan atau prosedur lainnya
2. Peningkatan komunikasi yang efektif
Komunikasi efektif dilakukan dengan Teknik SBAR dan teknik komunikasi verbal
( TULBAKON).
a. SBAR berlaku untuk semua petugas kesehatan yang melakukan pelaporan/ serah terima
pasien kepada Dokter Penanggung Jawab Pasien ( DPJP ) dan saaat pergantian petugas.
b. Teknik komunikasi verbal ( TULBAKON) berlaku untuk semua petugas kesehatan yang
melakukan dan menerima perintah verbal atau melalui telepon.
3. Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai
Obat obatan yang termasuk dalam golongan yang perlu diwaspadai antara lain :
a. Elektrolit Pekat : Tidak boleh ada diUnit Keperawatan sebelum diencerkan
b. Obat – obatan narkotika, sitotoksik harus di beri label dari farmasi
c. LASA ( Look Alike Sound Alike ) atau NORUM ( Nama Obat Rupa Ucapan Mirip ) : bila ada
di unit keperawatan tidak boleh disimpan berdekatan
Untuk mencapai pelayanan keperawatan dan produktivitas kerja yang optimal dibutuhkan
pengendalian keselamatan kerja bagi staf yang bertugas dirumah sakit Islam Arafah.
Yang bertujuan :
1. Memberikan perlindungan kepada perawat, pasien, dan pengunjung
2. Mencegah kecelakaan kerja, paparan/ pajanan bahan berbahaya, kebekaran dan pencemaran
lingkungan.
3. Mengamankan peralatan kerja
4. Menciptakan cara kerja yang baik dan benar
Untuk terlaksananya kesehatan dan keselamatan kerja secara optimal maka perlu dilakukan
tahapan sebagai berikut :
1. Melakukan identifikasi, pengukuran dan analisis:
Identifikasi, pengukuran dan analisis sumber-sumber yang dapat menimbulkan resiko terhadap
kesehatan dan keselamatan kerja, seperti :
a. Kondisi fisik pekerja :
Melakukan pemeriksaan kesehatan sebagai berikut :
1) Sebelum dipekerjakan
2) Secara berkala, minimal setahun sekali
3) Secara khusus yaitu sesudah pulih dari penyakit infeksi pada saluran pernafasan
( TBC ) dan penyakit menular lain, terhadap pekerja terpapar disuatu lingkungan
dimana terjadi wadah, dan apabila dicurigai terkena penyakit akibat kerja.
b. Sifat dan beban kerja.
Beban kerja adalah beban fisik dan mental yang harus dipikul oleh pekerja dalam
melakukan pekerjaannya. Sedangkan lingkungan kerja yang tidak mendukung merupakan
beban tambahan bagi pekerja tersebut.
c. Kondisi dan lingkungan kerja
Lingkungan kegiatan kamar operasi dapat mempengaruhi kesehatan kerja seperti :
1) Kecelakaan kerja dilingkungan kamar operasi seperti terpeleset,tertusuk jarum,
tersenga listrik atau terjepit pintu, dll
2) Penyakit akibat kerja seperti penularan penyakit dari pasien.
3) Pengendalian yang dapat dilakukan seperti :
Penggunaan alat pelindung diri yang tepat
Melakukan kepatuhan kebersihan tangan
Melakukan tindakan sesuai denngan standar yang telah dibuat ( SPO )
A. Tujuan
1. Tujuan umum
Agar setiap pelayanan di kamar operasi memenuhi pelayanan yang ditetapkan dan dapat
menyembuhkan pasien.
2. Tujuan khusus
a. Terciptanya pelayanan yang menjamin efektifitas dan keamanan pasien di kamar
operasi
b. Meningkatkan efisiensi pelayanan dikamar operasi
c. Meningkatkan kepuasan pasien dan keluarga dikamar operasi
d. Menurunkan keluhan pelanggan atau unit kerja yang terkait.
B. Pengendalian mutu
Merupakan kegiatan pengawasan, pemeliharaan dan audit terhadap asuhan keperawatan
untuk menjamin mutu, mencegah resiko tertular, mencegah resiko tertusuk jarum.
Setiap tahun akan dibuatkan program peningkatan mutu unit kamar operasi dimana akan dipilih
indikator yang akan di evaluasi di tahun tersebut.
1. Unsur yang mempengaruhi mutu pelayanan:
a. Unsur masukan ( input ) : tenaga/ sumber daya manusia, sarana dan prasarana
ketrsediaan dana
b. Unsur proses : tindakan yang dilakukan oleh seluruh perawat dan bidan
c. Unsur lingkungan : kebijakan-kebijakan, organisasi, manajemen
d. Standar-standar yang digunakan adalah satandar pelayanan keperawatan yang
ditetapkan oleh lembaga profesi yang berwenang dan standar lain yang relevan dan
dikeluarkan oleh lembaga yang dapat di pertanggung jawabkan.
2. Tahapan program pengendalian mutu
a. Mendefinisikan kualitas pelayanan keperawatan yang diinginkan dalam bentuk kriteria
b. Penilaian kualitas pelayanan keperawatan yang sedang berjalan berdasarkan kriteria
yang telah ditetapkan
c. Pendidikan personel dan peningkatan fasilitas pelayanan bila diperlukan
d. Penilaian ulang kualitas pelayanan keperawatan
3. Aplikasi program pengendalian mutu
Langkah – langkah dalam aplikasi program pengendalian mutu:
a. Memilih subyek dari program
b. Menentukan Indicator mutu rawat inap setiap tahunnya
C. Evaluasi
1. Jenis Evaluasi
Berdasarkan waktu pelaksanaan evaluasi, dibagi tiga jenis program evaluasi:
a. Prosfektif : program dijalankan sebelum pelayanan dilaksanakan
Contoh : pembuatan standar, perijinan
b. Konkuren :program dijalankan bersamaan dengan pelayanan dilaksanakan
c. Restrospektif : program pengendalian yang dijalankan setelah pelayanan dilaksanakan
Contoh : Kesan saran pasien
2. Metode evaluasi
a. Audit ( pengawasan )
Dilakukan terhadap proses hasil kegiatan apakah sudah sesuai standar
b. Review ( penilaian )
Terhadap pelayanan yang telah diberikan, penggunaan sumber daya
c. Survey
Untuk mengukur kepuasan pasien, dilakukan dengan pemberian kesan saran.
d. Observasi
Terhadap mutu pelayanan keperawatan yang telah diberikan
Pedoman pelayanan kamar operasi ini mempunyai peraturan penting karena bermanfaat
untuk meningkatkan mutu asuhan keperawatan prioperatif di rumah sakit.Hendaknya pedoman
pelayanan kamar operasi yang bersifat teknis dan praktis, ini dapat dimanfaatkan seta berfungsi
sebagai pedoman pelayanan kamar operasi bagi tenaga perawat di Kamar Operasi.
Penyusun Rancangan Pedoman Pelayanan Kamar Operasi ini adalah langkah awal suatu
proses yang panjang sehingga memerlukan dukungan dan kerja sama dari berbagai pihak dalam
penerapannya untuk mencapai tujuan.