Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH “PERIOPERATIF CARE”

KEPERAWATAN ANAK SAKIT KRONIS DAN TERMINAL

Dosen Pengampuh : Ns. Rini Wahyuni Mohamad, S.kep., M.kep

Disusun oleh

Nama Nur Mawadah Djano


Nim 841421052
Kelas/Semester Keperawatan B / 4

JURUSAN ILMU S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

2022
KATA PENGANTAR

Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, taufik serta petunjuk-Nya, sehingga saya bisa menyelesaikan pembuatan
Makalah dengan judul “Perioperatif Pada Anak”.

Shalawat serta salam kita panjatkan kepada baginda Rasulullah SAW yang kita nanti-
nantikan syafa’atnya di akhirat. Kemudian saya juga mengucapkan terima kasih kepada Ns. Rini
Wahyuni Mohamad, S.Kep., M.Kep yang telah membimbing saya dalam mata kuliah
Keperawatan Anak Sehat dan Sakit Kronis hingga saya mampu mengerjakan Makalah
“Perioperatif Pada Anak” ini dengan baik.

Saya sadar pembuatan Makalah ini masih banyak kekeliruan dan kekurangan. Maka besar
kiranya harapan saya untuk mendapatkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan
Makalah ini.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................i

DAFTAR ISI................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................1

A. Latar Belakang..................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................................................1
C. Tujuan Masalah.................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................2

A. Konsep Perioperatif...........................................................................................................2
B. Peran Perawat Perioperatif................................................................................................2
C. Asuhan Keperawatan Fase Pre Operatif...........................................................................3
1. Pengkajian.............................................................................................................3
2. Diagnosa keperawatan..........................................................................................4
3. Intervensi keperawatan..........................................................................................4
D. Asuhan Keperawatan Fase Intra Operatif.........................................................................11
1. Pengkajian.............................................................................................................11
2. Diagnosa keperawatan..........................................................................................12
3. Intervensi keperawatan..........................................................................................12
E. Asuhan Keperawatan Fase Post Operatif..........................................................................16
1. Pengkajian.............................................................................................................16
2. Diagnosa keperawatan..........................................................................................17
3. Intervensi keperawatan..........................................................................................17

BAB III PENUTUP.....................................................................................................................26

A. Kesimpulan.......................................................................................................................26
B. Saran..................................................................................................................................26

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................27

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Peristiwa operasi merupakan kondisi yang menakutkan bagi semua orang hal ini
dapat menimbulkan kecemasan-kecemasan pre operatif dapat disebabkan oleh
pengalaman operasi pada masa lalau, takut akan rasa nyeri akibat operasi bahkan rasa
takut akan komplikasi setelah operasi (Ginting dan Nainggolan, 2018).
Fase praoperasi adalah dimulai saat pasien diberitahu tentang kebutuhan
untuk operasidan membuat keputusan untuk menjalaniprosedur operasi. Fase
ini berakhir saat pasiendipindahkan ke tempat tidur ruang operasi.Fase praoperasi
adalah periode yang digunakanuntuk mempersiapkan fisik dan psikologissebelum
pembedahan. Lamanya periode praoperasi cukup bervariasi, bagi pasien yangakan
dilakukan operasi elektif, mungkinperiodenya panjang tetapi bagi pasien
yangakan menjalankan pembedahan yang bersifatcito/ mendesak bisa jadi waktunya
singkat,pasien mungkin tidak menyadari akan masaini (Kurniawan dan Dwiantoro,
2018).
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan perioperatif care ?
2. Apa saja peran perawat dalam perioperatif care ?
3. Bagaiamana asuhan keperawatan pada fase-fase perioperatif care ?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian perioperatif care
2. Untuk mengetahui peran perawat dalam perioperatif care
3. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada fase-fase perioperatif care

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Perioperatif
1. Definisi Perioperatif
Keperawatan perioperatif adalah istilah yang digunakan untuk
menggambarkan fungsi keperawatan yang berkaitan dengan pengalaman
pembedahan pasien. Kata “perioperatif” adalah suatu istilah gabungan yang
mencakup tiga fase pengalaman pembedahan, yaitu praoperatif, intraoperatif, dan
pascaoperatif. (Silalahi, 2021)
Preoperatif adalah fase dimulai ketika keputusan untuk
menjalani operasi atau pembedahan dibuat dan berakhir ketika pasien
dipindahkan ke meja operasi (Ginting dan Nainggolan, 2018)
2. Klasifikasi Perioperatif
Mencakup tiga fase dan pengertiannya yaitu (Silalahi, 2021):
a. Fase praoperatif dari peran keperawatan perioperatif dimulai ketika
keputusan untuk intervensi bedah dibuat dan berakhir ketika pasien
dikirim ke meja operasi;
b. Fase intraoperatif dari keperawatan perioperatif dimulai ketika pasien
masuk atau dipindah ke bagian atau departemen bedah dan berakhir saat
pasien dipindahkan ke ruang pemulihan. Pada fase ini lingkup aktivitas
keperawatan dapat meliputi : memasang infus (IV), memberikan medikasi
intravena, dan pemantauan fisiologis menyeluruh sepanjang prosedur
pembedahan dan menjaga keselamatan pasien;
c. Fase Pascaoperatif dimulai dengan masuknya pasien ke ruang pemulihan .
dan berakhir dengan evaluasi tindak lanjut pada tatana klinik atau di
rumah. pada fase pascaoperatif berlangsung fokus termasuk mengkaji efek
agens anastesia, dan memantau fungsi vital serta mencegah komplikasi
B. Peran Perawat Perioperatif
Peran perawat perioperatif sangat luas, mulai dari praoperatif, intraoperatif,
sampai ke perawatan pasien pasca anestesi. Peran perawat di kamar berdasarkan fungsi
dan tugasnya (Ariani, 2021).
1. Peran Perawat Administratif
Perawat administratif berperan dalam pengaturan manajemen penunjang
pelaksanaan pembedahan. Tanggung jawab dari perawat administratif dalam
kamar operasi diantaranya adalah perencanaan dan pengaturan staf, manajemen
penjadwalan pasien, manajemen perencanaan material dan menajemen kinerja.
Kemampuan manajemen, perencanaan dan kepemimpinan diperlukan oleh
seorang perawat administratif di kamar operasi.

2
2. Peran Perawat Instrument
Perawat instrumen adalah seorang tenaga perawat profesional yang
diberikan wewenang dan ditugaskan dalam pengelolaan alat atau instrumen
operatif selama tindakan dilakukan. Optimalisasi dari hasil operatif akan sangat di
dukung oleh peran perawat instrumen. Adapun beberapa modalitas dan konsep
pengetahuan yang diperlukan perawat instrumen dalam mempersiapkan
instrument bedah, yaitu bahan jaitan, jarum jahit bedah, persiapan bahan insisi,
teknik penyerahan alat, fungsi instrument, dan perlakuan jaringan.
3. Peran Perawat Sirkuler
Perawat sirkuler adalah perawat profesional yang diberi wewenang dan
tanggung jawab membantu kelancaran tindakan pembedahan. Peran perawat
dalam hal ini adalah penghubung antara area steril dan bagian kamar operasi
lainnya. Menjamin perlengkapan yang dibutuhkan oleh perawat instrumen
merupakan tugas lain dari perawat sirkuler.
4. Peran Perawat Anestesi
Mempunyai wewenang dan tanggung jawab dalam tim anestesi untuk
kelancaran pelaksanaan pembiusan adalah peran perawat anestesi. Peran perawat
anestesi mulai dari tahap pra operasi, intraoperasi dan pasca operasi. Pada tahap
praoperasi, perawat anestesi berperan untuk melakukan sign-in bersama dengan
dokter anestesi. Tahap intra operatif, perawat anestesi bertanggung jawab
terhadap kesiapan instrumen anestesi, manajemen pasien termasuk posisi pasien
yang aman bagi aktivitas anestesi dan efek yang ditimbulkan dari anestesi.
C. Asuhan Keperawatan Fase Pre Operative
1. Pengkajian
Beberapa hal yang harus dikaji pada pasien pre operasi adalah (Togatorop
& Via, 2020) :
a. Identitas klien: nama, umur, jenis kelamin, suku/bangsa, agama,
pekerjaan, Pendidikan, golongan darah, alamat, nomor rekam medis,
tanggal masuk RS, dan diagnosa medis.
b. Ringkasan anamnesa pre operasi: keluhan ketika pasien dirawat inap
hingga sebelum dilakukan tindakan operasi.
c. Pengkajian psikologis: perasaan takut/cemas dan emosi klien
d. Pengkajian fisik : tanda-tanda vital (tekanan darah, frekuensi nafas,
nadi, dan suhu).
e. Sistem integument : lihat apakah klien pucat, sianosis, dan adakah
penyakit kulit di badan klien.
f. Sistem kardiovaskuler : identifikasi adanya gangguan pada sistem
kardiovaskuler, validasi apakah klien memiliki riwayat penyakit
jantung, kebiasaan konsumsi obat jantung, kebiasaan merokok, minum
alcohol, oedem, irama dan frekuensi jantung.
g. Sistem pernafasan: bagaimana frekuensi dan pola nafas klien.
3
h. Sistem gastrointestinal : apakah klien diare.
i. Sistem reproduksi: apabila wanita, apakah klien sedang menstruasi.
j. Validasi kesiapan fisik: apakah klien masih puasa, lavement, kapter,
menggunakan make up dan perhiasan, perlengkapan pakaian operasi,
dan validasi alergi obat.
2. Diagnosa keperawatan
a. Ansietas b.d krisis situasional
b. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis, kimiawi, dan fisik
c. Defisit pengetahuan b.d kurang terpapar informasi
3. Intervensi keperawatan

No SDKI SLKI SIKI


.

1. Ansietas (D.0080) Tingkat Ansietas (L. Reduksi Ansietas (I.


Kategori : Psikologis 09093) 09314)
Subkategori : Integritas Ego
Definisi : Definisi :
Definisi : Kondisi emosi dan Meminimalkan kondisi
Kondisi emosi dan pengalaman subjektif individu dan
pengalaman subyektif terhadap objek yang tidak pengalaman subjektif
individu terhadap objek jelas dan spesifik akibat terhadap objek yang
yang tidak jelas dan spesifik antisipasi bahaya yang tidak jelas dan spesifik
akibat antisipasi bahaya memungkinkan individu akibat antisipasi bahaya
yang memungkinan individu melakukan tindakan untuk yang memungkinkan
melakukan tindakan untuk menghadapi ancaman. individu melakukan
menghadapi ancaman. tindakan untuk
Setelah dilakukan tindakan menghadapi ancaman.
Penyebab : keperawatan selama 3x24
1. Krisis situasional jam masalah Tingkat Tindakan
2. Kebutuhan tidak Ansietas dapat teratasi Observasi:
terpenuhi dengan indikator : 1. Indentifikasi
3. Krisis maturasional Kriteria Hasil : saat tingkat
4. Ancaman terhadap 1. Verbalisasi ansietas
konsep diri kebingungan berubah (mis.
5. Ancaman terhadap menurun kondisi, waktu,
kematian 2. Verbalisasi khawatir stressor)
6. Kekhawatiran akibat kondisi yang 2. Indentifikasi
mengalami kegagalan dihadapi menurun kemampuan
7. Disfungsi sistem 3. Perilaku gelisah mengambil
keluarga menurun keputusan

4
8. Hubungan orang tua- 4. Perilaku tegang 3. Monitor tanda-
anak tidak menurun tanda ansietas
memuaskan 5. Keluhan pusing (verbal dan
9. Faktor keturunan menurun nonverbal)
(temperamen mudah 6. Anoreksia menurun Terapeutik
teragitasi sejak lahir) 7. Palpitasi menurun 1. Ciptakan
10. Penyalahgunaan zat 8. Diaphoresis suasana
11. Terpapar bahaya menurun terapeutik
lingkungan (mis. 9. Tremor menurun untuk
toksin, polutan, dan 10. Pucat menurun menumbuhkan
lain-lain) 11. Konsentrasi kepercayaan
12. Kurang terpapar membaik 2. Temani pasien
informasi 12. Pola tidur membaik untuk
13. Frekuensi mengurangi
Gejala dan Tanda Mayor pernapasan membaik kecemasan, jika
Subjektif 14. Frekuensi nadi memungkinkan
1. Merasa bingung membaik 3. Pahami situasi
2. Merasa khawatir 15. Tekanan darah yang membuat
dengan akibat dari membaik ansietas
kondisi yang 16. Kontak mata 4. Dengarkan
dihadapi membaik dengan penuh
3. Sulit berkonsentrasi 17. Pola berkemih perhatian
Objektif membaik 5. Gunakan
1. Tampak gelisah 18. Orientasi membaik pendekatan
2. Tampak tegang yang tenang
3. Sulit tidur dan
meyakinkan
Gejala dan Tanda Minor 6. Gunakan
Subjektif pendekatan
1. Mengeluh pusing yang tenang
2. Anoreksia dan
3. Palpitasi menyakinkan
4. Merasa tidak 7. Tempatkan
berdaya barang pribadi
Objektif yang
1. Frekuensi nafas memberikan
meningkat kenyamanan
2. Frekuensi nadi 8. Motivasi
meningkat mengindentifik
3. Tekanan darah asi situasi yang
meningkat

5
4. Diaphoresis memicu
5. Tremor kecemasan
6. Muka tampak pucat 9. Diskusikan
7. Suara bergetar perencanaan
8. Kontak mata buruk realistis tentang
9. Sering berkemih peristiwa yang
10. Berorientasi pada akan datang
masa lalu Edukasi
1. Jelaskan
Kondisi klinis terkait prosedur,
1. Penyakit kronis termasuk
prognosis (mis. sensasi yang
kanker, penyakit mungkin
autoimun) dialami
2. Penyakit akut 2. Informasikan
3. Hospitalisasi secara factual
4. Rencana operasi mengenai
5. Kondisi diagnosisi diagnosis,
penyakit belum jelas pengobatan,
6. Penyakit neurologis dan prognosis
7. Tahap tumbuh 3. Anjurkan
kembang keluarga untuk
tetap bersama
pasien, jika
perlu
4. Anjurkan
melakukan
kegiatan yang
tidak
kompetitif,
sesuai
kebutuhan
5. Anjurkan
mengungkapka
n perasaan dan
persepsi
6. Latih kegiatan
pengalihan
untuk
mengurangi

6
ketegangan
7. Latih
penggunaan
mekanisme
pertahanan diri
yang tepat
8. Latih teknik
relaksasi
Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian obat
antiansietas,
jika perlu
2. Nyeri akut (D.0077) Tingkat Nyeri (L.08066) Menejemen Nyeri
Kategori : psikologis (I.08238)
Subkategori : nyeri dan Definisi :
Kenyamanan Pengalaman sensorik atau Definisi :
emosional yang berkaitan Mengidentifikasi dan
Definisi : dengan kerusakan jaringan mengelola pengalaman
Pengalaman sensorik atau aktual atau fungsional sensork atau emosional
emosional yang berkaitan dengan onset mendadak yang berkaitan dengan
dengan kerusakan jaringan atau lambat dan kan jaringan atau
aktual atau fungsional, berintensitas ringan hingga fungsional dengan onset
dengan anset mendadak atau berat dan konstan. mendadak atau lambat
lambat dan berintensitas dan benintensitas ringan
ringan hingga berat yang Setelah dilakukan tindakan ngga berat dan konstan.
berlangsung kurang dari 3 keperawatan selama 3x24
bulan jam masalah Tingkat Nyeri Tindakan
dapat teratasi dengan Observasi
Penyebab : indikator : 1. Idenfikasi
1. Agen pencedera Kriteria Hasil lokasi,
fisiologis (mis, 1. Kemampuan karakteristik,
inflamasi, iskemia, menuntaskan aktivitas durasi frekuensi,
neoplasma) meningkat kualitas,
2. Agen pencedera 2. Keluhan nyeri intensitas nyeri
kimiawi (mis. menurun 2. Identifikasi
terbakar, bahan kimia 3. Meringis menurun skala nyeri
iritan) 4. Sikap protektif 3. Identifikasi
3. Agen pencedera fisik menurun respons nyeri
(mis. abses, amputasi, 5. Gelisah menurun non verbal
terbakar, terpotong, 6. Kesulitan tidur 4. Identifikasi

7
mengangkat berat, menurun faktor yang
prosedur operasi, 7. Menarik diri menurun memperberat
trauma, latihan fisik 8. Berfokus pada diri dan
berlebihan) sendiri menurun memperingan
9. Diaforesis menurun nyeri
Gejala dan Tanda Mayor 10. Perasaan depresi 5. Identifikasi
Subjektif: (tertekan) menurun pengetahuan
1. Mengeluh nyeri 11. Perasaan takut dan keyaninan
Objektif: mengalami cedera tentang nyeri
1. Tampak meringis berulang menurun 6. Identifikasi
2. Bersikap protektif 12. Anoreksia menurun pengaruh
(mis. waspada, posisi 13. Perineum terasa budaya terhadap
menghindari nyeri) tertekan menurun respon nyeri
3. Gelisah 14. Uterus teraba 7. Identifikasi
4. Frekuensi nadi membulat menurun pengaruh nyeri
meningkat 15. Ketegangan otot pada kualitas
5. Sulit tidur menurun hidup
16. Pupil dilatasi 8. Monitor
Gejala dan Tanda Minor: menurun keberhasilan
Subjektif: (tidak tersedia) 17. Muntah menurun terapi
Objektif : 18. Mual menurun komplementer
1. Tekanan darah 19. Frekuensi nadi yang sudah
meningkat membaik diberikan
2. Pola napas berubah 20. Pola napas membaik 9. Monitor efek
3. Nafsu makan berubah 21. Tekanan darah samping
4. Proses berpikir membaik penggunaan
terganggu 22. Proses berpikir Fokus analgetik
5. Menarik dini membaik Terapeutik
6. Berfokus pada diri 23. Fokus membaik 1. Berikan teknik
sendiri 24. Fungsi berkemih nonfarmakologi
7. Diaforesis membaik s untuk
25. Perilaku membaik mengurangi rasa
Kondisi Klinis Terkait: 26. Nafsu makan nyeri (mis
1. Kondisi pembedahan membaik TENS,
2. Cedera traumatis 27. Pola tidur membaik hipnosis.akupres
3. Infeksi ur, terapi musik,
4. Sindrom koroner akut biofeedback,
5. Glaukoma terapi pijat,
aromaterapi,
teknik imajinasi

8
terbimbing
kompres
hangat/dingin,
terapi bermain)
2. Kontrol
lingkungan yang
memperberat
rasa nyon (mis
suhu ruangan,
pencahayaan,
kebisingan)
3. Fasilitasi
istirahat dan
tidur
4. Pertimbangkan
jenis dan
sumber nyeri
dalam pemilihan
strategi
meredakan nyeri
Edukasi
1. Jelaskan
penyebab,
periode, dan
pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
3. Anjurkan
memonitor nyeri
secara mandiri
4. Anjurkan
menggunakan
analgetik secara
tepat
5. Ajarkan teknik
nonfarmakologi
s untuk
mengurangi rasa
nyeri
Kolaborasi

9
1. Kolaborasi
pemberian
analgetik, jika
perlu
3. Defisit pengetahuan (D. Tingkat pengetahuan (L. Edukasi Kesehatan (I.
0111) 12111) 12383)
Kategori : perilaku
Subkategori : penyuluhan Definisi : Definisi :
dan pembelajaran Kecukupan informasi Mengajarkan
kognitif yang berkaitan pengelolaan faktor
Definisi : dengan topic tertentu resiko penyakit dan
Ketiadaan atau kurangnya perilaku hidup bersih
informasi kognitif yang Setelah dilakukan tindakan serta sehat.
berkaitan dengan topic keperawatan selama 3x24
tertentu. jam masalah Tingkat Tindakan
Pengetahuan dapat teratasi Observasi
Penyebab : dengan indikator : 1. Indentifikasi
1. Keteratasan kognitif Kriteria Hasil : kesiapan dan
2. Gangguan fungsi 1. Perilaku sesuai kemamuan
kognitif anjuran meningkat menerima
3. Kekeliruan 2. Verbalisasi minat informasi
mengikuti anjuran dalam belajar 2. Indentifikasi
4. Kurang terpapar meningkat faktor-faktor
informasi 3. Kemampuan yang dapat
5. Kurang minat dalam menjelaskan meningkatkan
belajar pengetahuan tentang dan
6. Kurang mampu suatu topic menurunkan
mengingat meningkat motivasi
7. Ketidaktahuan 4. Kemampuan perilaku hidup
menemukan sumber menggambarkan bersih dan sehat
informasi pengalaman Terapeutik
sebelumnya yang 1. Sediakan materi
Gejala dan tanda mayor sesuai dengan topic dan media
Subjektif meningkat pendidikan
1. Menanyakan 5. Perilaku sesuai kesehatan
masalah yang dengan pengetahuan 2. Jadwalkan
dihadapi meningkat pendidikan
Objektif 6. Pertanyaan tentang kesehatan
1. Menunjukan masalah yang sesuai
perilaku tidak sesuai dihadapi menurun kesepakatan
anjuran 7. Persepsi yang keliru 3. Berikan

10
2. Menunjukan terhadap masalah kesempatan
persepsi yang keliru menurun untuk bertanya
terhadap masalah 8. Menjalani Edukasi
pemeriksaan yang 1. Jelaskan faktor-
Gejala dan tanda minor tidak tepat menurun resiko yang
Subjektif : (tidak tersedia) 9. Perilaku membaik dapat
Objektif mempengaruhi
1. Menjalani kesehatan
pemeriksaan yang 2. Anjarkan
tidak tepat perilaku hidup
2. Menunjukkan bersih dan sehat
perilaku berlebihan 3. Anjarkan
(mis. apatis, strategi yang
bermusuhan, agitasi, dapat
histeria) digunakan
untuk
Kondisi klinis terkait meningkatkan
1. Kondisi klinis yang perilaku hidup
baru dihadapi oleh bersih dan sehat
klien
2. Penyakit akut
3. Penyakit kronis

D. Asuhan Keperawatan Fase Intra Operative


1. Pengkajian
Fase intra operatif dari keperawatan perioperatrif dimulai ketika pasien
masuk atau dipindahkan kebagian atau keruang pemulihan. Pada fase ini lingkup
aktivitas keperawatan dapat meliputi : memasang infus (IV), memberikan
medikasi melalui intravena sesuai instruksi Dokter, melakukan pemantauan
fisiologis menyeluruh sepanjang prosedur pembedahan menjaga keselamatan
pasien. Pada beberapa contoh aktivitas keperawatan terbatas hanya bertindak
dalam perannya sebgai perawat amlop, atau membantu dalam mengatur posisi
pasien diatas meja operasi dengan menggunakan prinsip-prinsip dasar kesejajaran
tubuh.
a. Pemeriksaan fisik
1) Breating : Konpensasi pada batang otak akan mengakibatkan
gangguan irama jantung, sehingga terjadi perubahan pada pola
napas, kedalaman, frekuensi maupun iramanya, bias berupa
Cheyne, Stokes atau Ataxia breathing, bapas berbunyi stridor,
rinchi, whezzing (kemungkinan karena aspirasi), cenderung terjadi
peningkatan produksi sputum pada jalan napas.

11
2) Brain : Pada sistem saraf pusat dinilai kesadaran pasien dengan
GCS (Glasgow Coma Scale) dan perhatikan gejala kenaikan
Tekanan Intrakranial (TIK).
3) Blood : Pada sistem kardiovaskular dinilai takanan darah, nadi,
perfusi perifer, Hb.
4) Bowel : Pada sistem gastrointestinal diperiksa: adanya dilatasi
lambung, tanda-tanda cairan bebas, dan periksa apakah pasien
mengalamami muntah selama operasi.
5) Bladder : Pada sistem urogenetalis diperiksa kualitas, kuantitas,
warna, kepekatan urine, untuk menilai intak dan output urine
6) Bone : Pada sistem musculoskeletal dinilai adanya tanda-tanda
sianosis, warna kuku, perdarahan.
2. Diagnosa keperawatan
a. Resiko perdarahan b.d tindak pembedahan
b. Resiko hipotermi perioperatif b.d prosedur pembedahan
3. Intervensi keperawatan

No SDKI SLKI SIKI


.

1. Resiko perdarahan (D. Tingkat perdarahan (L. Pencegahan


0012) 02017) pendarahan (I. 02067)
Kategori : fisiologis
Subkategori :sirkulasi Definisi : Definisi :
Kehilangan darah baik Mengindentifikasi dan
Definisi : internal (terjadi di dalam menurunkan risiko atau
Berisiko mengalami tubuh) maupun eksternal komplikasi stimulus
kehilangan darah baik (terjadi hingga keluar yang menyebabkan
internal (terjadi didalam tubuh). perdarahan atau risiko
tubuh) maupun eksternal perdarahan
(terjadi hingga keluar tubuh) Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24 Tindakan
Faktor resiko : jam masalah Tingkat Observasi :
1. Aneurisma Perdarahan dapat teratasi 1. Monitor tanda
2. Gangguan dengan indikator : dan gejala
gastrointestinal (mis. Kriteria Hasil : perdarahan
ulkus lambung, 1. Membrane mukosa 2. Monitor nilai
polip, varises) lembap meningkat hematokrit/hem
3. Gangguan fungsi 2. Kelembapan kulit oglobin sebelum
hati (mis. sirosis meningkat dan setelah
hepatitis) 3. Kognitif meningkat kehilangan

12
4. Komplikasi 4. Hemoptisis menurun darah
kehamilan (mis. 5. Hematemesis 3. Monitor tanda-
ketuban pecah menurun tanda vital
sebelum waktunya, 6. Hematuria menurun ostostatik
plasenta 7. Perdarahan anus 4. Monitor
previa/abrupsio, menurun koagulasi (mis.
kehamilan kembar) 8. Distensi abdomen prothrombin
5. Komplikasi pasca menurun time (PT),
partum (mis. atonia 9. Perdarahan vagina partial
uterus, retensi menurun thromboplastin
plasenta) 10. Perdarahan pasca (PTT),
6. Gangguan koagulasi operasi menurun fibrinogen
(mis. 11. Hemoglobin degradasi fibrin
trombositopenia) membaik dan/atau
7. Efek agen 12. Hematokrit platelet)
farmakologis membaik Tereputik
8. Tindakan 13. Tekanan darah 1. Pertahankan bed
pembedahan membaik rest selama
9. Trauma 14. Frekuensi nadi perdarahan
10. Kurang terpapar membaik 2. Batasi tindakan
informasi tentang 15. Suhu tubuh invasuf, jika
pencegahan membaik perlu
perdarahan 3. Gunakan kasur
11. Proses keganasan pencegahan
dekubitus
Kondisi klinis terkait 4. Hindari
1. Aneurisma pengukuran
2. Koagulopati suhu rectal
intravaskuler Edukasi
diseminata 1. Jelaskan tanda
3. Sirosis hepatis dan gejala
4. Ulkus lambung perdarahan
5. Varises 2. Anjurkan
6. Trombositopenia menggunakan
7. Ketuban pecah kaus kaki saat
sebelum waktunya ambulansi
8. Plasenta 3. Anjurkan
previa/abrupsio meningkatkan
9. Atonia uterus asupan cairan
10. Retensi plasenta untuk
11. Tindakan

13
pembedahan menghindari
12. Kanker kosntipasi
13. trauma 4. Anjurkan
menghindari
aspirin atau
antikoagulan
5. Anjurkan
meningkatkan
asupan makanan
dan vitamin K
6. Anjurkan segara
melapor jika
terjadi
perdarahan
Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian obat
pengontrol
perdarahan, jika
perlu
2. Kolaborasi
pemberian
produk darah,
jika perlu
3. Kolaborasi
pemberian
pelunak, jika
perlu
2. Resiko hipotermi Termoregulasi (L. 14134) Manajemen
perioperatif (D. 0141) hipotermia (I. 14507)
Kategori : Lingkungan Definisi:
Subkategori : Keamanan Pengaturan suhu tubuh agar Definisi :
dan Proteksi tetap berada pada rentang Mengindentifikasi dan
normal mengelola suhu tubuh
Definisi : dibawah rentang normal
Beresiko mengalami Setelah dilakukan tindakan
penurunan suhu tubuh keperawatan selama 3x24 Tindakan
dibawah 36 C secara tiba-
o jam masalah Termoregulasi Observasi
tiba yang terjadi satu jam dapat teratasi dengan 1. Monitor suhu
sebelum pembedahan indikator : tubuh
hingga 24 jam setelah Kriteria Hasil : 2. Indentifikasi

14
pembedahan 1. Mengigil menurun penyebab
2. Kulit merah hipotermia (mis.
Faktor resiko : menurun terpapar suhu
1. Proses pembedahan 3. Kejang menurun lingkungan
2. Kombinasi anestesi 4. Akrosianosis rendah, pakaian
regional dan umum menurun tipis, kerusakan
3. Skor american 5. Konsumsi oksigen hipotalamus,
society of menurun penurunan laju
anesthesiologist 6. Piloereksi menurun metabolism,
(asa) >1 7. Vasokonstriksi kekurangan
4. Suhu pra-operasi perifer menurun lemak subkutan)
rendah (<36oc) 8. Kutis memorata 3. Monitor tanda
5. Berat badan rendah menurun dan gejala akibat
6. Neuropati diabetic 9. Pucat menurun hipotermia
7. Komplikasi 10. Takikardia menurun (hipotermia
kardiovaskuler 11. Takipnea menurun ringan :
8. Suhu lingkungan 12. Bradikardia takipnea,
rendah menurun disartria,
9. Transfer panas (mis. 13. Dasar kuku sianostik mengigil,
Volume tinggi menurun hipertensi,
infuse yang tidak 14. Hipoksia menurun dieresis;
dihangatkan, irigasi 15. Suhu tubuh hipotermia
>2 liter yang tidak membaik sedang : aritmia,
dihangatkan) 16. Suhu kulit membaik hipotensi, apatis,
17. Kadar glukosa darah koagulopati,
Kondisi klinisi terkait membaik refleks menurun;
1. Tindakan 18. Pengisian kapiler hipotermia
pembedahan membaik berat: oliguria,
19. Ventilasi membaik refleks
20. Tekanan darah menghilang,
membaik edema paru,
asam-basah
abnormal)
Teraputik
1. Sediakan
lingkungan yang
hangat (mis. atur
suhu ruangan,
incubator)
2. Ganti pakaian

15
dan/atau linen
yang basah
3. Lakukan
penghangatan
pasif (mis.
selimut,
menutup kepala,
pakaian tebal)
4. Lakukan
penghangatan
aktid eksternal
(mis. kompres
hangat, botol
hangat, selimut
hangat,
perawatan
metode
kangguuru)
5. Lakukan
penghangatan
aktif internal
(mis. infuse
cairan hangat,
oksigen hangat,
lavase peritoneal
dengan cairan
hangat)
Edukasi
1. Anjurkan
makan/minum
hangat

E. Asuhan Keperawatan Fase Post Operative


1. Pengkajian
Pada fase post operatif langsung fokus terhadap mengkaji efek dari agen
anastesi dan memantau fungsi vital serta mencegah komplikasi. Aktivitas
keperawatan kemudian berfokus pada penyembuhan pasien dan melakukan
penyuluhan, perawatan tindak lanjut dan rujukan yang penting untuk
penyembuhan yang berhasil dan rehabilitasi diikuti dengan pemulangan. Setiap
fase ditelaah detail lagi dalam unit ini. Kapan berkaitan dan memungkinkan

16
proses keperawatan pengkajian, diagnose keperawatan, intervensi dan evaluasi
diuraikan.
a. Pemeriksaan Fisik
1) Breathing : Pasien belum sadar dilakukan evaluasi
seperti pola napas, tanda-tanda obstruksi, pernapasan
cuping hidung, frekuensi napas, pergerakan rongga
dada: apakah simetris atau tidak, suara napas tambahan:
apakah tidak ada obstruksi total, udara napas yang keluar dari
hidung, sianosis pada ekstremitas, auskultasi:
adannya wheezing atau ronchi.
2) Blood : Pada sistem kardiovaskular dinilai takanan darah,
nadi, perfusi perifer, status hidrasi (hipotermi±syok) kadar
Hb.
3) Brain : Pada sistem saraf pusat dinilai kesadaran pasien
dengan GCS (Glasgow Coma Scale) dan perhatikan
gejala kenaikan Tekanan Intrakranial (TIK).
4) Bladder : Pada sistem urogenetalis diperiksa kualitas,
kuantitas, warna, kepekatan urine, untuk menilai: apakah
pasien masih dehidrasi.
5) Bowel: Kaji apakah ada mual muntah, pasien masih di
puasakan, kesulitan menelan, adanya dilatasi lambung,
tanda-tanda cairan bebas, distensi abdomen.
6) Bone: Kaji balutan, posisi pasien, gelisah dan banyak
gerak, kekuatan otot, tanda-tanda sianosis, warna kuku,
perdarahan post operasi, gangguan neurologis: gerakan
ekstremitas
2. Diagnosa keperawatan
a. nyeri akut b.d agen pencedera fisik
b. gangguan rasa nyaman b.d efek samping terapi
c. resiko infeksi b.d prosedur invasif
3. Intervensi keperawatan

No SDKI SLKI SIKI


.

1. Nyeri akut (D.0077) Tingkat Nyeri (L.08066) Menejemen Nyeri


Kategori : psikologis (I.08238)
Subkategori : nyeri dan Definisi :
Kenyamanan Pengalaman sensorik atau Definisi :
emosional yang berkaitan Mengidentifikasi dan
Definisi : dengan kerusakan mengelola pengalaman

17
Pengalaman sensorik atau jaringan aktual atau sensork atau emosional
emosional yang berkaitan fungsional dengan onset yang berkaitan dengan
dengan kerusakan jaringan mendadak atau lambat kan jaringan atau
aktual atau fungsional, dengan dan berintensitas ringan fungsional dengan
anset mendadak atau lambat hingga berat dan konstan. onset mendadak atau
dan berintensitas ringan hingga lambat dan
berat yang berlangsung kurang Setelah dilakukan benintensitas ringan
dari 3 bulan tindakan keperawatan ngga berat dan konstan.
selama 3x24 jam masalah
Penyebab : Tingkat Nyeri dapat Tindakan
1. Agen pencedera teratasi dengan indikator : Observasi
fisiologis (mis, Kriteria Hasil 1. Idenfikasi
inflamasi, iskemia, 1. Kemampuan lokasi,
neoplasma) menuntaskan karakteristik,
2. Agen pencedera kimiawi aktivitas meningkat durasi
(mis. terbakar, bahan 2. Keluhan nyeri frekuensi,
kimia iritan) menurun kualitas,
3. Agen pencedera fisik 3. Meringis menurun intensitas nyeri
(mis. abses, amputasi, 4. Sikap protektif 2. Identifikasi
terbakar, terpotong, menurun skala nyeri
mengangkat berat, 5. Gelisah menurun 3. Identifikasi
prosedur operasi, trauma, 6. Kesulitan tidur respons nyeri
latihan fisik berlebihan) menurun non verbal
7. Menarik diri 4. Identifikasi
Gejala dan Tanda Mayor menurun faktor yang
Subjektif: 8. Berfokus pada diri memperberat
1. Mengeluh nyeri sendiri menurun dan
Objektif: 9. Diaforesis menurun memperingan
1. Tampak meringis 10. Perasaan depresi nyeri
2. Bersikap protektif (mis. (tertekan) menurun 5. Identifikasi
waspada, posisi 11. Perasaan takut pengetahuan
menghindari nyeri) mengalami cedera dan keyaninan
3. Gelisah berulang menurun tentang nyeri
4. Frekuensi nadi 12. Anoreksia menurun 6. Identifikasi
meningkat 13. Perineum terasa pengaruh
5. Sulit tidur tertekan menurun budaya
14. Uterus teraba terhadap respon
Gejala dan Tanda Minor: membulat menurun nyeri
Subjektif: (tidak tersedia) 15. Ketegangan otot 7. Identifikasi
Objektif : menurun pengaruh nyeri
1. Tekanan darah 16. Pupil dilatasi pada kualitas

18
meningkat menurun hidup
2. Pola napas berubah 17. Muntah menurun 8. Monitor
3. Nafsu makan berubah 18. Mual menurun keberhasilan
4. Proses berpikir 19. Frekuensi nadi terapi
terganggu membaik komplementer
5. Menarik dini 20. Pola napas yang sudah
6. Berfokus pada diri membaik diberikan
sendiri 21. Tekanan darah 9. Monitor efek
7. Diaforesis membaik samping
22. Proses berpikir penggunaan
Kondisi Klinis Terkait: Fokus membaik analgetik
1. Kondisi pembedahan 23. Fokus membaik Terapeutik
2. Cedera traumatis 24. Fungsi berkemih 1. Berikan teknik
3. Infeksi membaik nonfarmakologi
4. Sindrom koroner akut 25. Perilaku membaik s untuk
5. Glaukoma 26. Nafsu makan mengurangi
membaik rasa nyeri (mis
27. Pola tidur membaik TENS,
hipnosis.akupre
sur, terapi
musik,
biofeedback,
terapi pijat,
aromaterapi,
teknik imajinasi
terbimbing
kompres
hangat/dingin,
terapi bermain)
2. Kontrol
lingkungan
yang
memperberat
rasa nyon (mis
suhu ruangan,
pencahayaan,
kebisingan)
3. Fasilitasi
istirahat dan
tidur

19
4. Pertimbangkan
jenis dan
sumber nyeri
dalam
pemilihan
strategi
meredakan
nyeri
Edukasi
1. Jelaskan
penyebab,
periode, dan
pemicu nyeri
2. Jelaskan
strategi
meredakan
nyeri
3. Anjurkan
memonitor
nyeri secara
mandiri
4. Anjurkan
menggunakan
analgetik secara
tepat
5. Ajarkan teknik
nonfarmakologi
s untuk
mengurangi
rasa nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian
analgetik, jika
perlu
2. Gangguan rasa nyaman (D. Status kenyamanan (L. Terapi relaksasi (I.
0074) 08064) 09326)
Kategori : Psikologis
Subkategori : Nyeri dan Definisi : Definisi :
kenyamanan Keseluruhan rasa nyaman Menggunakan teknik
dan aman secara fisik, peregangan untuk

20
psikologis, spiritual, mengurangi tanda dan
Definisi: sosial, budaya dan gejala
Perasaan kurang senang, lega, lingkungan ketidaknyamanan
dan sempurna dalam dimensi seperti nyeri,
fisik, psikospritual, Setelah dilakukan ketegangan otot, atau
lingkungan, dan sosial tindakan keperawatan kecemasan
selama 3x24 jam masalah
Penyebab : status kenyamanan dapat Tindakan
1. Gejala penyakit teratasi dengan indikator : Observasi
2. Kurang pengendalian Kriteria Hasil 1. Indentifikasi
situasional/lingkungan 1. Kesejahteraan penuruanan
3. Ketidakadekuatan fisik meningkat tingkat energy,
sumber daya (mis. 2. Kesejahteraan ketidakmampua
dukungan finasial, psikologis n
sosial, dan meningkat berkonsentrasi,
pengetahuan) 3. Dukungan sosial atau gejala lain
4. Kurangnya privasi dari keluarga yang
5. Gangguan stimulus meningkat mengganggu
lingkungan 4. Dukungan sosial kemampuan
6. Efek samping terapi dari teman kognitif
(mis. medikasi, radiasi, meningkat 2. Indentifikasi
kemoterapi) 5. Perawatan sesuai teknik relaksasi
7. Gangguan adaptasi keyakinan budaya yang pernah
kehamilan meningkat efektif
6. Perawatan sesuai digunakan
Gejala dan tanda mayor kebutuhan 3. Indentifikasi
Subjektif meningkat kesedihan,
1. Mengeluh tidak 7. Kebebasan kemampuan,
nyaman melakukan ibadah dan
Objektif meningkat penggunaan
1. Gelisah 8. Rileks meningkat teknik
9. Keluhan tidak sebelumnya
Gejala dan tanda minor
nyaman menurun 4. Periksa
Subjektif
10. Gelisah menurun ketegangan
1. Mengeluh sulit tidur
11. Kebisingan otot, frekuensi
2. Tidak mampu rileks
menurun nadi, tekanan
3. Mengeluh
12. Keluhan sulit tidur darah, dan suhu
kedinginan/kepanasan
menurun sebelum dan
4. Merasa gatal
13. Keluhan sesudah latihan
5. Mengeluh mual
kedinginan 5. Monitor
6. Mengeluh lelah
menurun respons

21
Objektif 14. Keluhan terhadap terapi
1. Menunjukan gejala kepanasan relaksasi
distress menurun Tereputik
2. Tampak 15. Gatal menurun 1. Ciptakan
merintih/menangis 16. Mual menurun lingkungan
3. Pola eliminasi berubah 17. Lelah menurun tenang dan
4. Postur tubuh berubah 18. Merintih menurun tanpa gangguan
5. Iribilitasi 19. Menangis dengan
Kondisi klinis terkait menurun pencahayaan
1. Penyakit kronis 20. Iribilitasi menurun dan suhu ruang
2. Keganasan 21. Menyalahkan diri nyaman, jika
3. Distress psikologis sendiri menurun memungkinkan
4. kehamilan 22. Konfusi menurun 2. Berikan
23. Konsumsi alcohol informasi
menurun tertulis tentang
24. Penggunaan zat persiapan dan
menurun prosedur teknik
25. Memori masa lalu relaksasi
membaik 3. Gunakan
26. Suhu ruangan pakaian longgar
membaik 4. Gunakan nada
27. Pola eliminasi suara lembut
membaik dengan irama
28. Postur tubuh lambat dan
membaik berirama
29. Kewaspadaan 5. Gunakan
membaik relaksasi
30. Pola hidup sebagai strategi
membaik penunjang
31. Pola tidur dengan
membaik analgetik atau
tindakan medis
lain, jika sesuai
Edukasi
1. Jelaskan tujuan.
Manfaat,
batasan, dan
jenis relaksasi
yang tersedia
(mis. music,

22
meditasi nafas
dalam, relaksasi
otot progresif)
2. Jelaskan secara
rinci intervensi
relaksasi yang
dipilih
3. Anjurkan
mengambil
posisi nyaman
4. Anjurkan rileks
dan merasakan
sensasi
relaksasi
5. Anjurkan sering
mengulangi
atau melatih
teknik yang
dipilih
6. Demonstrasikan
dan latih teknik
relaksasi (mis.
nafas dalam.
Peregangan,
atau imajinasi
terbimbing)
3. Risiko infeksi (D. 0142) Tingkat infeksi (L. Pencegahan infeksi (I.
Kategori : lingkungan 14137) 14539)
Subkategori : keamanandan
proteksi Definisi : Definisi :
Derajat infeksi Mengindentifikasi dan
Definisi: berdasarkan observasi menurunkan risiko
Beresiko mengalami atau sumber informasi terserang organism
peningkatan terserang patogenik
organism patogenik. Setelah dilakukan Tindakan
tindakan keperawatan Observasi
Faktor resiko selama 3x24 jam masalah 1. Monitor tanda
1. Penyakit kronis (mis. tingkat infeksi dapat dan gejala
Diabetes mellitus) teratasi dengan indikator : infeksi dan
2. Efek prosedur invasif Kriteria Hasil : sistemik
3. Malnutrisi 1. Kebersihan tangan

23
4. Peningkatan paparan meningkat Terapuetik
organism pathogen 2. Kebersihan badan 1. Batasi jumlah
lingkungan meningkat pengunjung
5. Ketidakadekuatan 3. Demam menurun 2. Berikan
pertahanan tubuh 4. Kemerahan perawatan kulit
primer : menurun pada area
a. Gangguan 5. Nyeri menurun edema
peristaltic 6. Bengkak menurun 3. Cuci tangan
b. Kerusakan 7. Vesikel menurun sebelum dan
intergritas kulit 8. Cairan berbau sesudah kontak
c. Perubahan busuk menurun dengan pasien
sekresi ph 9. Sputum berwarna dan lingkungan
d. Penurunan kerja hijau menurun pasien
siliaris 10. Drainase purulen 4. Pertahankan
e. Ketuban pecah menurun teknik aseptic
lama 11. Piuria menurun pada pasien
f. Ketuban pecah 12. Perioede malaise beresiko tinggi
sebelum menurun Edukasi
waktunya 13. Periode mengigil 1. Jelaskan tanda
g. Merokok menurun dan gejala
h. Statis cairan 14. Letargi menurun infeksi
tubuh 15. Gangguan kognitif 2. Ajarakan cara
6. Ketidakadekuatan menurun mencuci tangan
pertahanan tubuh 16. Kadar sel darah dengan benar
sekunder : putih membaik 3. Ajarka etika
a. Penurunan 17. Kultur darah batuk
hemoglobin membaik 4. Ajarkan cara
b. Imununosupres 18. Kultur urine memeriksa
i membaik kondisi luka
c. Leucopenia 19. Kultur sputum atau luka
d. Supresi respon membaik operasi
inflamasi 20. Kultur area luka 5. Ajurkan
e. Vaksinasi tidak membaik meningkatkan
adekuat 21. Kultur feses asupan nutrisi
membaik 6. Ajurkan
Kondisi klinis terkait 22. Kultur makan meningkatkan
1. AIDS membaik asupan cairan
2. Luka bakar Kolaborasi
3. Penyakit paru obstruktif 1. Kolaborasi
kronis pemberian

24
4. Diabetes mellitus imunisasi, jika
5. Tindakan invasive perlu
6. Kondisi penggunaan
terapi steroid
7. Penyalahgunaan obat
8. Ketuban pecah sebleum
waktunya (KPSW)
9. Kanker
10. Gagal ginjal
11. Imunosupresi
12. Lymphedema
13. Leukositopenia
14. Gangguan fungsi hati

25
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Fase praoperasi adalah dimulai saat pasien diberitahu tentang kebutuhan
untuk operasidan membuat keputusan untuk menjalaniprosedur operasi. Fase
ini berakhir saat pasiendipindahkan ke tempat tidur ruang operasi.Fase praoperasi
adalah periode yang digunakanuntuk mempersiapkan fisik dan psikologissebelum
pembedahan. Lamanya periode praoperasi cukup bervariasi, bagi pasien yangakan
dilakukan operasi elektif, mungkinperiodenya panjang tetapi bagi pasien
yangakan menjalankan pembedahan yang bersifatcito/ mendesak bisa jadi waktunya
singkat,pasien mungkin tidak menyadari akan masaini (Kurniawan dan Dwiantoro,
2018).
Keperawatan perioperatif adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan
fungsi keperawatan yang berkaitan dengan pengalaman pembedahan pasien. Kata
“perioperatif” adalah suatu istilah gabungan yang mencakup tiga fase pengalaman
pembedahan, yaitu praoperatif, intraoperatif, dan pascaoperatif. (Silalahi, 2021)
B. Saran
Dengan makalah ini, kami berharap pembaca dapat memahami mengenai
perioperatif care dan kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca,
Sekian dan terima kasih.

26
DAFTAR PUSTAKA

Ginting, M., dan Nainggolan, T. 2018. “Hubungan Komunikasi Terapeutik Perawat Dengan
Kecemasan Pasien Pre Operatif Di Rumah Sakit Umum Herna Medan”. Jurnal Lensa
Mutiara Komunikasi, 2(2)

Silalahi, B. 2021. Keperawatan Anak. Medan : UIM Press

Kurniawan, H., dan Dwiantoro. 2018. “Koordinasi Keperawatan Yang Efektif Untuk Pasien
Preoperatif. Jurnal Ilmiah STIKES Kendal, 8(1)

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan
indikator diagnostik. Jakarta Selatan: Dewan pengurus pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi dan
tindakan keperawatan. Jakarta Selatan: Dewan pengurus pusat Persatuan Perawat
Nasional Indonesia

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi dan Kriteria
Hasil Keperawatan. Jakarta Selatan: Dewan pengurus pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia

27

Anda mungkin juga menyukai