Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

KONSEP ASUHAN PREOPERATIF

Disusun Oleh:
1. Adela Dwi Lestari 9. Rani Sulastri
2. Agnes Destri Nara 10. Resti Sri Widi Hasmoro
3. Ayu Wandira 11. Rini Wulandari
4. Dianan Maya Maghfirah 12. Rizky Apriyani
5. Febriani 13. Septiyana
6. Feni Afriyanti 14. Sopiah Putri Sakti
7. Lisnaeni 15. Widya Putri Lestari
8. Nabila Miftahul Janah 16. Zakia

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BENGKULU


PRODI DIII KEBIDANAN CURUP
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas nikmat
kesehatan dan kesempatan yang telah diberikan sehingga Makalah yang
berjudul“Konsep Asuhan Perioperatif” ini dapat selesai tepat pada waktunya.
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas matakuliah
Keterampilan Klinik Praktik Kebidanan. Dimana, nantinya akan lebih mudah
bagimahasiswa untuk memahami isi dari Makalah dan dapat menjadi bahan ajar
tambahan bagi dosen maupun mahasiswa.Penulis dalam menyusun Makalah ini
juga mendapatkan dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, terutama dosen
pembimbing mata kuliah KKPK dan semua pihak yang telah membantu dalam
penyelesaian makalah ini. Dalam penyusunan makalah ini kami menyadari bahwa
masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan
saran dari semua pihak yang tentunya bersifat membangun demi kelengkapan
makalah yang kamisusun. Akhir kata semoga makalah ini bermanfaat bagi
pembaca pada umumnya, jika terdapat kesalahan dengan rendah hati penulis
mohon maaf sebesar-besarnya.

Curup, 6 April 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................
A. Latar Belakang.............................................................................................
B. Rumusan Masalah........................................................................................
C. Tujuan..........................................................................................................

BAB II KONSEP KEPERAWATAN PERIOPERATIF..................................


A. Pengertian.....................................................................................................
B. Tujuan/indikasi.............................................................................................
C. Penilaian prabedah klien..............................................................................
D. Insisi Bedah..................................................................................................
E. Penutupan Luka............................................................................................
F. Anestesia......................................................................................................

BAB III APLIKASI ASUHAN KEPERAWATAN


PADA PERIOPERATIF...................................................................................
A. Pre-Operatif..................................................................................................
B. Intra Operatif................................................................................................
C. Pasca Operatif..............................................................................................

BAB IV TINDAKAN KEPERAWATAN PREOPERATIF............................


A. Persiapan Fisik.............................................................................................
B. Persiapan Psikologis....................................................................................
C. Persiapan Dokumen dan Inform Concent....................................................
D. Persiapan Obat-Obatan dan Alat Kesehatan................................................

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan..................................................................................................
B. Saran.............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tindakan operasi atau pembedahan merupakan pengalaman yang sulit bagi
hampir semua pasien. Berbagai kemungkinan buruk bisa saja terjadi yang akan
membahayakan bagi pasien. Maka tak heran jika seringkali pasien dan
keluarganya menunjukkan sikap yang agak berlebihan dengan kecemasan yang
mereka alami. Kecemasan yang mereka alami biasanya terkait dengan segala
macam prosedur asing yang harus dijalani pasien dan juga ancaman terhadap
keselamatan jiwa akibat segala macam prosedur pembedahan dan tindakan
pembiusan. Perawat mempunyai peranan yang sangat penting dalam setiap
tindakan pembedahan baik pada masa sebelum, selama maupun setelah operasi.
Intervensi keperawatan yang tepat diperlukan untuk mempersiapkan klien baik
secara fisik maupun psikis. Tingkat keberhasilan pembedahan sangat tergantung
pada setiap tahapan yang dialami dan saling ketergantungan antara tim kesehatan
yang terkait (dokter bedah, dokter anstesi dan perawat) di samping peranan pasien
yang kooperatif selama proses perioperatif.

Ada tiga faktor penting yang terkait dalam pembedahan, yaitu penyakit
pasien, jenis pembedahan yang dilakukan dan pasien sendiri. Dari ketiga faktor
tersebut faktor pasien merupakan hal yang paling penting, karena bagi penyakit
tersebut tidakan pembedahan adalah hal yang baik/benar. Tetapi bagi pasien
sendiri pembedahan mungkin merupakan hal yang paling mengerikan yang
pernah mereka alami. Mengingat hal terebut diatas, maka sangatlah pentig untuk
melibatkan pasien dalam setiap langkah – langkah  perioperatif.  Tindakan
perawatan perioperatif yang berkesinambungan dan tepat akan sangat
berpengaruh terhadap suksesnya pembedahan dan kesembuhan pasien.

B. Tujuan
Mengetahui Konsep Dasar Keperawatan Perioperatif, Asuhan Keperawatan
pada Perioperatif dan Tindakan Keperawatan Preoperatif.

1
BAB II
KONSEP KEPERAWATAN PERIOPERATIF

A. Pengertian
Keperawatan perioperatif adalah istilah yang digunakan untuk
menggambarkan keragaman fungsi keperawatan yang berkaitan dengan
pengalaman pembedahan pasien. Kata “perioperatif” adalah suatu istilah
gabungan yang mencakup tiga fase pengalaman pembedahan-praoperatif,
intraoperatif, dan pascaoperatif. Masing-masing dari setiap fase ini dimulai
dan berakhir pada waktu tertentu dalam urutan peristiwa yang membentuk
pengalaman bedah, dan masing-masing mencakup rentang perilaku dan
aktivitas keperawatan yang luas yang dilakukan oleh perawat dengan
menggunakan proses keperawatan danstandard praktik keperawatan.
B. Tahap Dalam Keperawatan Perioperatif
1. Fase praoperatif dari peran keperawatan perioperatif dimulai ketika
keputusan untuk intervensi bedah dibuat dan berakhir ketika pasien dikirim
ke meja operasi. Lingkup aktivitas keperawatan selama waktu tersebut dapat
mencakup penetapan pengkajian dasar pasien ditatanan klinik atau di rumah,
menjalani wawancara praoperatif, dan menyiapkan pasien untuk anestesi
yang diberikan dan pembedahan. Bagaimanapun, aktivitas keperawatan
mungkin dibatasi hingga melakukan pengkajian pasien praoperatif ditempat
atau ruang operasi.
2. Fase intraoperatif dari keperawatan perioperatif dimulai ketika pasien
masuk atau pindah ke bagian atau departemen bedah dan berakhir saat
pasien dipindahkan ke ruang pemulihan. Pada fase ini lingkup aktivitas
keperawatan dapat meliputi: memasang infus (IV), memberikan medikasi
intra vena, melakukan pemantauan fisiologis menyeluruhi sepanjang
prosedur pembedahan dan menjaga keselamatan pasien. Pada beberapa
contoh, aktivitas keperawatan dapat terbatas hanya pada menggenggam
tangan pasien selama induksi anestesi umum, bertindak dalam perannya
sebagai perawat scrub, atau membantu dalam mengatur posisi pasien diatas
meja operasi dengan menggunakan prinsip-prinsip dasar kesejajaran tubuh.

2
3. Fase pascaoperatif dimulai dengan masuknya pasien ke ruang pemulihan
dan berakhir dengan evaluasi tindak lanjut pada tatanan klinis atau di
rumah. Lingkup keperawatan mencakup tentang rentang aktivitas yang luas
selama periode ini. Pada fase pascaoperatif langsung, fokus termasuk
mengkaji efek dari agen anestesi, dan memantau fungsi vital serta mencegah
komplikasi. Aktivitas keperawatan kemudian berfokus pada peningkatan
penyembuhan pasien dan melakukan penyuluhan, perawatan tindak lanjut,
dan rujukan yang penting untuk penyembuhan yang berhasil dan rehabilitasi
mengikuti dengan pengulangan. Setiap fase ditelaah lebih detail lagi dalam
unit ini. Kapan berkaitan dan memungkinkan, proses keperawatan
pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, intervensi, dan evaluasi
diuraikan.

B. Tujuan/indikasi
Tindakan pembedahan dilakukan dengan berbagai indikasi,
diantaranya adalah:
1. Diagnostik : biopsi atau laparotomi eksplorasi
2. Kuratif : Eksisi tumor atau mengangakat apendiks yang mengalami
Inflamasi.
3. Reparatif : Memperbaiki luka multiple.
4. Rekonstruktif/Kosmetik : mammoplasty, atau bedah platik
5. Palliatif : seperti menghilangkan nyeri atau memperbaiki masalah,
contoh : pemasangan selang gastrostomi yang dipasang untuk
mengkomponsasi terhadap ketidakmampuan menelan makanan.

Pembedahan juga dapat diklasifikasikan sesuai dengan tingkat


urgensinya, dengan penggunaan istilah-istilah kedaruratan, urgen,
diperlukan, elektif, dan pilihan.

3
C. Penilaian prabedah klien
Penilaian dapat berarti penilaian fisik sistem tubuh, penilaian
psikososial atau suatu penilaian kebutuhan pendidikan dan pembelajaran
klien. Tujuan utama para professional melakukan penilaian tersebut adalah
menetukan rute bedah yang paling dapat diterima ke status kesehatan
prabedahnya seoptimal mungkin. Proses penilaian dimulai dengan
memperoleh informasi yang spesifik mengenai prosedur pembedahan yang
akan dilakukan, dan penentuan dukungan / sokongan keluarga yang tersedia.
Riwayat medis / penyakit klien akan menjadi dasar perawatan yang
akan dilakukan oleh perawat, petugas anastesi dan ahli bedah. Dengan
menelusuri riwayat penyakit, perawat akan mengetahui riwayat perawatan
dirumah sakit dan hasilnya. Selain itu perawat dapat mengidentifikasi
penyakit sebelumnya yang dapat mempengaruhi hasil pembedahan.

D. Insisi Bedah
Insisi bedah dapat didefinisikan sebagai pemotongan/penyayatan kulit,
atau setiap jaringan utuh, untuk mendekati secara spesifik rongga tubuh atau
struktur anatomic yang relevan. Sebagian besar tindakan pembedahan
memerlukan dan dianggap dimulai dengan insisi kulit.

E. Penutupan Luka
Penutupan luka dapat dibagi menjadi primer, sekunder, atau tersier.
Penutupan luka dengan primery intention digunakan untuk luka bersih yang
di tepi-tepinya dapat dengan tepat didekatkan satu sama lain. Penutupan
dengan secondary intention digunakan untuk luka yang menyebabkan
kehilangan jaringan. Penutupan dengan third intention yang juga disebut
sebagai penutupan primer tertunda terjadi jika dua permukaan jaringan
granulasi saling didekatkan dengan cara penyatuan primer. Metode ini
sering digunakan pada luka yang kotor atau terinfeksi.
Penutup luka mengacu kepada pendekatan jaringan untuk memulihkan
anatomi normal setelah pembedahan atau trauma. Tujuan penutupan adalah
mempercepat penyembuhan dan memulihkan fungsi sementara
memperkecil risiko infeksi dan pembentukan jaringan parut.

4
F. Anestesi
1. Anestesi Lokal
Pembiusan atau anestesi lokal biasa dimanfaatkan untuk banyak hal.
Misalnya, perawatan kecantikan seperti sulam bibir, sulam alis, dan
liposuction, kegiatan sosial seperti sirkumsisi (sunatan), mencabut gigi
geraham terakhir atau gigi berlubang, mengangkat mata ikan, hingga
merawat luka terbuka yang disertai tindakan penjahitan. Anestesi lokal
merupakan tindakan memanfaatkan obat bius yang cara kerjanya hanya
menghilangkan rasa di area tertentu yang akan dilakukan tindakan.

2. Anestesi Regional
Anestesi jenis ini biasanya dimanfaatkan untuk kasus bedah yang
pasiennya perlu dalam kondisi sadar untuk meminimalisasi efek samping
operasi yang lebih besar, bila pasien tak sadar. Misalnya, pada persalinan
Caesar, operasi usus buntu, operasi pada lengan dan tungkai.
Caranya dengan menginjeksikan obat-obatan bius pada bagian utama
pengantar register rasa nyeri ke otak yaitu saraf utama yang ada di dalam
tulang belakang. Sehingga, obat anestesi mampu menghentikan impuls saraf
di area itu. Sensasi nyeri yang ditimbulkan organ-organ melalui sistem saraf
tadi lalu terhambat dan tak dapat diregister sebagai sensasi nyeri di otak.
Dan sifat anestesi atau efek mati rasa akan lebih luas dan lama dibanding
anestesi lokal.

3. Anestesi Umum
Anestesi umum atau bius total adalah anestesi yang biasanya
dimanfaatkan untuk tindakan operasi besar yang memerlukan ketenangan
pasien dan waktu pengerjaan lebih panjang. Misalnya pada kasus bedah
jantung, pengangkatan batu empedu, bedah rekonstruksi tulang, dan
lainnya.

5
BAB III
APLIKASI ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PERIOPERATIF

A. Pre-Operatif
1. Pengkajian Keperawatan
Beberapa hal yang perlu dikaji dalam tahap prabedah adalah pengetahuan
tentang persiapan pembedahan dan pengalaman masa lalu, kesiapan
psikologis, pengobatan yang mempengaruhi kerja obat dan anestesi, seperti
anti biotika yang berpontensi dalam istirahat otot, antikoagulan yang dapat
meningkatkan perdarahan, antihipertensi yang mempengaruhi anestesi yang
dapat menyebabkan hipotensi, diuretika yang berpengaruh pada ketidak
seimbangan potasium, dan lain-lain. Selain itu terdapat juga pengkajian
terhadap riwayat alergi obat atau lainnya, status nutrisi, ada atau tidaknya alat
protesa seperti gigi palsu dan sebagainya. Pemeriksaan lainnya yang
dianjurkan sebelum pelaksanaan bedah adalah radiografi thoraks, kapasitas
vital, fungsi paru, dan analisis gas darah pada pemautan sistem respirasi,
kemudian pemeriksaan elektroradiogram, darah, leukosit, eritrosit,
hematokrit, elektrolit, pemeriksaan air kencing, albumin, blood urea nitrogen
(BUN), kreatin, dan lain-lain untuk menentukan gangguan sistem renal dan
pemeriksaan kadar gula darah atau lainnya untuk mendeteksi gangguan
metabolisme.

2. Diagnosa Keperawatan
Hal yang perlu diperhatikan dalam diagnosis keperawatan prabedah
adalah :
1) Cemas berhubungan dengan ancaman terhadap kematian.
2) Takut berhubungan dengan dampak dari tindakan pembedahan atau
anestesi.
3) Resiko terjadi infeksi berhubungan dengan kurangnya pengetahuan atau
menurunnya nutrisi.
4) Resiko terjadinya cedera berhubungan dengan defisit pengindraan.

6
3. Perencanaan Keperawatan
Tujuan :
1) Memperlihatkan tanda-tanda tidak ada kecemasan.
2) Memperhatikan tanda-tanda tidak ada ketakutan.
3) Resiko infeksi dan cedera tidak terjadi.
Rencana Tindakan :
1) Untuk mengatasi adanya rasa cemas dan takut, dapat dilakukan
persiapan psikologis pada pasien melalui pendidikan kesehatan
penjelasan tentang peristiwa yang mungkin akan terjadi, dan
seterusnya.
2) Untuk mengatasi masalah risiko infeksi atau edera lainnya dapat
dilakukan dengan persiapan prabedah seperti diet, persiapan perut,
kulit, persiapan bernafas dan latihan batuk, persiapan latihan kaki,
latihan mobilitas, dan latihan lain-lain.

4. Pelaksanaan (Tindakan) Keperawatan


1) Pemberian Pendidikan Kesehatan Preoperatif
Pemberian pendidikan kesehatan yang perlu dijelaskan adalah
berbagai informasi mengenai tindakan pembedahan, diantaranya jenis
pemeriksaan yang dilakukan sebelum bedah, alat-alat khusus yang
diperlukan, pengiriman kekamar bedah, ruang pemulihan, dan
kemungkinan pengonatan setelah operasi.

2) Persiapan Diet
Pasien yang akan dibedah memerlukan persiapan khudalam hal
pengaturan diet. Pasien boleh menerima makanan biasa sehari sebelum
bedah, tetapi 8 jam sebelum bedah tidak diperbolehkan makan,
sedangkan cairan tidak diperbolehkan 4 jam sebelum bedah, sebab
makanan atau cairan dalam lambung dapat menyebabkan terjadinya
aspirasi
3) Persiapan Kulit
Persiapan ini dilakukan dengan cara membebaskan daerah yang
akan dibedah dari mikroorganisme dengan cara menyiram kulit

7
menggunakan sabun heksaklorofin (hexacholophene) atau sejenisnya
sesuai dengan jenis pembedahan. Bila pada kulit terdapat rambut, maka
harus dicukur.
4) Latihan Bernafas dan Latihan Batuk
Cara latihan ini dilakukan untuk meningkatkan kemampuan
pengembangan paru sedangkan batuk dapat menjadi kontraindikasi pada
bedah intrakranial, mata, telinga, hidung, dan tenggorokan karena dapat
meningkatkan tekanan, merusak jaringan, dan melepaskan jahitan.
Pernafasan yang dianjurkan adalah pernafasan diagfragma, dengan cara
seperti dibawah ini :
a) Atur posisi tidur semi fowler, lutut dilipat untuk thorak.
b) Tempatkan tangan di atas perut.
c) Tarik napas perlahan-lahan melalui hidung, biarkan dada
mengembang.
d) Tahan napas selama 3 detik.
e) Keluarkan napas dengan mulut yang dimoncongkan.
f) Tarik napas dan keluarkan kembali, lakukan hal yang sama hingga 3
kali, setelah napas terakhir, batukkan untuk mengeluarkan lendir.
g) Istirahat.

5) Latihan Kaki
Latihan ini dapat dilakukan untuk mencegah dan latihan dampak
tromboplebitis. Latihan kaki yang dianjurkan antara lain latihan
memompa otot , latihan quadrisep, dan latihan mengencangkan glutea.
Latihan otot dapat dilakukan dengan mengontraksikan otot betis dan
paha, kemudian istirahatkan otot kaki, dan ulangi hingga 10 kali.
Latihan quadrisep dapat dilakukan dengan cara membengkokkan lutut
kaki rata pada tempat tidur, kemudian luruskan kaki pada tempat tidur,
dan ulangi hingga 5 kali. Latihan mengencangkan glutea dapat
dilakukan dengan cara menekan otot pantat, kemudian coba gerakan
kaki ke tepi tempat tidur, lalu istirahat dan ualangi sebanyak 5 kali.

8
6) Latihan Mobilitas
Latihan mobilitas dilakukan untuk mencegah komplikasi
sirkulasi, mencegah dekubitus, merangsang peristaltik serta
mengurangi adanya nyeri. Untuk melakukan latihan mobilitas, pasien
harus mampu menggunakan alat ditempat tidur, seperti menggunakan
penghalang agar bisa memutar badan, melatih duduk di sisi tempat
tidur atau dengan cara menggeser pasien ke sisi tempat tiduratau
dengan cara menggeser pasien ke sisi tempat tidur, melatih duduk
diawali tidur fowler, kemudian duduk tegak dengan kaki
menggantung di sisi tempat tidur.
7) Pencegah Cedera
Untuk mengatasi risiko terjadi cedera, tindakan yang perlu
dilakukan sebelum pelaksanaan bedah adalah :
a) Cek identitas pasien
b) Lepaskan perhiasan pada pasien yang dapat mengganggu,
misalnya cincin, gelang dan lain-lain.
c) Bersihkan cat kuku untuk memudahkan penilaian sirkulasi.
d) Lepaskan lensa kontak.
e) Lepaskan protesa
f) Alat bantu pendengaran dapat digunakan jika pasien tidak dapat
mendengar
g) Anjurkan pasien untuk mengosongkan kandung kencing
h) Gunakan kaos kaki antiemboli bila pasien berisiko mengalami
tromboplebitis

5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi terhadap masalah prabedah secara umum dapat dinilai
dari adanya kemampuan dalam memahami masalah atau
kemungkinan yang terjadi pada intrah dan pasca bedah. Tidak ada
kecemasan, ketakutan, serta, tidak ditemukannya risiko komplikasi
pad infeksi atau cedera lainnya.

9
B. Intra operatif
a. Pengkajian Keperawatan
Salah satu hal yang perlu dikaji dalam intrabedah adalah pengaturan
posisi pasien. Berbagai masalah yang terjadi selama pembedahan
mencakup aspek pemantauan fisiologis, perubahan tanda vital, sistem,
kardiovaskuler, keseimbangan cairan, dan pernapasan selain itu, lakukan
pengkajian terhadap tim dan istrumen pembedahan serta anestesi yang
diberikan.
b. Diagnosa Keperawatan
Hal yang perlu diperhatikan dalam diagnosa keperawatan intrabedah
adalah resiko terjadinya cedera berhubungan dengan prosedur
pembedahan.
c. Perencanaan Keperawatan
Tujuan :
Mencegah terjadinya cedera atau risiko lainnya sebagai dampak dari
tindakan pembedahan.
Rencana Tindakan:
1) Gunakan semua alat atau instrumen untuk tidakan pembedahan seperti
pemakaian baju bedah, tutup kepala, masker, penutup sepatu ,
celemek, dan sarung tangan, serta pencucian tangan.
2) Lakukan persiapan pelaksanaan anestesisebelum tindakan
pembedahan.
3) Lakukan pemantauan selama masa tindakan pembedahan.
d. Pelaksaan (Tindakan) Keperawatan Bedah
1) Pengunaan Baju Seragam Bedah Penggunaan seragam bedah desain
secara khusus dengan harapan dapat mencegah kontaminasi dari luar,
berprinsip bahwa semua baju dari luar harus diganti dengan baju
bedah yang steril,atau baju harus dimasukkan ke dalam celana, atau
harus di tutupi pinggang untuk mengurangi menyebarnya bakteri, dan
gunakan penutup kepala, masker, sarung tangan serta celemek steril.
2) Mencuci tangan Sebelum Pembedahan Lihat bagian mencuci tangan
steril.
3) Menerima Pasien di Daerah Bedah Sebelum memasuki wilayah
bedah, pasien harus melakukan pemeriksaan ulang diruang
penerimaan untuk mengecek kembali nama, bedah yang akan

10
dilakukan, nomer status registrasi pasien, berbagai hasil laboratorium
dan x-ray, persiapan darah setelah dilakukan pemeriksaan silang dan
golongan darah, alat protesa, dan lain-lain.
4) Pengiriman dan Pengaturan Posisi ke kamar Bedah Posisi yang
dianjurkan pada umumnya adalah telentang, telungkup, trendelenburg,
lithotomi, lateral, dan lain-lain.
5) Pembersihan dan Persiapan kulit Pelaksanaan ini bertujuan untuk
membuatdaerah yang akan dibedah bebas dari kotoran dan lemak kulit
serta mengurangi adanya mikroba. Bahan yang digunakan dalam
pembersihan kulit ini harus memiliki spektrum khasiat, memiliki
kecepatan khasiat, atau memiliki potensi yang baik serta tidak
menurun bila adanya terdapat kadar alkohol, sabun detergen, atau
bahan organik lainnya.
6) Penutupan Daerah Steril Penutupan daerah steril dilakukan dengan
menggunakan doek steril agar daerah seputar bedah tetap steril dan
mencegah berpindahnya mikroorganisme antara daerah yang steril dan
tidak.
7) Pelaksanaan Anestesi Pelaksanaan anestesi dapat dilakukan dengan
berbagai macam, antara lain anestesi umum, inhalasi atau intravena,
anestesi regional dengan cara memblok saraf, dan anestesi lokal.
8) Pelaksanaan Pembedahan Setelah dilakukan anestesi, tim bedah akan
melaksanakan pembedahan sesuai dengan ketentuan pembedahan.
e. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi terhadap masalah intrabedah secara umum dapat dinilai dari
adanya kemampuan dalam mempertahankan status kesehatan, seperti
normalnya perubahan tanda vital, kardiovaskular, pernapasan, ginjal, dan
lain-lain.

C. Pasca operatif
a. Pengkajian Keperawatan
Beberapa hal yang perlu dikaji setelah tindakan pembedahan
(pascabedah) di antaranya adalah status kesadaran, kualitas jalan napas,
sirkulasi, dan perubahan tanda vital yang lain, keseimbangan elektrolit,
kardiovaskular, lokasi daerah pembedahan dan sekitarnya, serta alat yang
digunakan dalam pembedahan.

11
b. Diagnosis Keperawatan
Hal yang perlu diperhatikan dalam diagnosis keperawatan pascabedah
adalah :
1) Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan akibat
luka pembedahan.
2) Pola napas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan sekresi
sebagai dampak anestesi.
3) Risiko terjadi retensio urine berhubungan dengan dampak anestesi.
4) Perubahan kebutuhan nutrisi (kurang dari kebutuhan) berhubungan
dengan penurunan nafsu makan.
5) Konstipasi berhubungan dengan dampak anestesi.
6) Risiko cedera berhubungan dengan adanya kelemahan.
7) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri dan ketahanan
yang menurun.
8) Cemas berhubungan dengan ancaman perubahan status kesehatan.
c. Perencanaan dan Pelaksanaan Keperawatan
Tujuan :
1) Meningkatkan proses penyembuhan luka.
2) Mempertahankan respirasi yang sempurna.
3) Mempertahankan sirkulasi.
4) Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit.
5) Mempertahankan eliminasi.
6) Mempertahankan aktivitas.
7) Mengurangi kecemasan.
Rencana Tindakan :
1) Meningkatkan proses penyembuhan luka untuk mengurangi rasa nyeri
yang dapat dilakukan dengan cara merawat luka dan memperbaiki
asupan makanan yang tinggi protein dan vitamin C. Protein dan
vitamin C dapat membantu pembentukan kolagen, dan
mempertahankan integritas dinding kapiler.
2) Mempertahankan respirasi yang sempurna dengan cara latihan napas,
yakni tarik napas yang dalam dengan mulut terbuka, tahan selama 3
detik, kemudian hembuskan. Atau, dapat pula dilakukan dengan cara
menarik napas melalui hidung dengan menggunakan diafragma,

12
kemudian keluarkan napas perlahan-lahan melalui mulut yang
dikuncupkan.
3) Mempertahankan sirkulasi, dengan cara menggunakan stocking pada
pasien yang berisiko tromboplebitis atau pasien dilatih agar tidak
duduk terlalu lama dan harus meninggikan kaki pada tempat duduk
guna memperlancar vena balik.
4) Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit dengan cara
memberikan cairan sesuai dengan kebutuhan pasien dan monitor
asupan dan output serta mempertahankan nutrisi yang cukup.
5) Mempertahankan eliminasi dengan cara mempertahankan asupan dan
output serta mencegah terjadinya retensi urine.
6) Mempertahankan aktivitas dengan cara latihan memperkuat otot
sebelum ambulatori.
7) Mengurangi kecemasan dengan cara melakukan komunikasi secara
terapeutik.
e. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi terhadap masalah pascabedah secara umum dapat dinilai dari
adanya kemampuan dalam mempertahankan status kesehatan, seperti
adanya peningkatan proses penyembuhan luka, sistem respirasi yang
sempurna, sistem sirkulasi, keseimbangan cairan dan elektrolit, sistem
eliminasi, aktivitas, serta tidak ditemukan tanda kecemasan lanjutan.

13
BAB IV
TINDAKAN KEPERAWATAN PREOPERATIF

A. Persiapan Fisik
Persiapan fisik pre operasi yang dialami oleh pasien dibagi dalam 2
tahapan, yaitu persiapan di unit perawatan dan persiapan di ruang operasi.
Berbagai persiapan fisik yang harus dilakukan terhadap pasien sebelum
operasi menurut Brunner & Suddarth ( 2002 ), antara lain :

1. Status kesehatan fisik secara umum


Sebelum dilakukan pembedahan, penting dilakukan pemeriksaan
status kesehatan secara umum, meliputi identitas klien, riwayat penyakit
seperti kesehatan masa lalu, riwayat kesehatan keluarga, pemeriksaan fisik
lengkap, antara lain status hemodinamika, status kardiovaskuler, status
pernafasan, fungsi ginjal dan hepatik, fungsi endokrin, fungsi imunologi,
dan lain-lain. Selain itu pasien harus istirahat yang cukup, karena dengan
istirahat dan tidur yang cukup pasien tidak akan mengalami stres fisik,
tubuh lebih rileks sehingga bagi pasien yang memiliki riwayat hipertensi,
tekanan darahnya dapat stabil dan bagi pasien wanita tidak akan memicu
terjadinya haid lebih awal.

2. Status Nutrisi
Kebutuhan nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi badan dan berat
badan, lipat kulit trisep, lingkar lengan atas, kadar protein darah (albumin
dan globulin) dan keseimbangan nitrogen. Segala bentuk defisiensi nutrisi
harus dikoreksi sebelum pembedahan untuk memberikan protein yang
cukup untuk perbaikan jaringan. Kondisi gizi buruk dapat mengakibatkan
pasien mengalami berbagai komplikasi pasca operasi dan mengakibatkan
pasien menjadi lebih lama dirawat di rumah sakit. Komplikasi yang paling
sering terjadi adalah infeksi pasca operasi, dehisiensi (terlepasnya jahitan
sehingga luka tidak bisa menyatu), demam dan penyembuhan luka yang
lama. Pada kondisi yang serius pasien dapat mengalami sepsis yang bisa
mengakibatkan kematian.

14
3. Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
Balance cairan perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan input dan
output cairan. Demikaian juga kadar elektrolit serum harus berada dalam
rentang normal. Kadar elektrolit yang biasanya dilakukan pemeriksaan di
antaranya adalah kadar natrium serum (normal : 135 -145 mmol/l), kadar
kalium serum (normal : 3,5 – 5 mmol/l) dan kadar kreatinin serum (0,70 –
1,50 mg/dl). Keseimbangan cairan dan elektrolit terkait erat dengan fungsi
ginjal. Dimana ginjal berfungsi mengatur mekanisme asam basa dan
ekskresi metabolit obat-obatan anastesi. Jika fungsi ginjal baik maka operasi
dapat dilakukan dengan baik. Namun jika ginjal mengalami gangguan
seperti oliguri/anuria, insufisiensi renal akut, dan nefritis akut, maka operasi
harus ditunda menunggu perbaikan fungsi ginjal, kecuali pada kasus-kasus
yang mengancam jiwa.

4. Kebersihan Lambung dan Usus


Lambung dan kolon harus dibersihkan terlebih dahulu. Intervensi
keperawatan yang bisa diberikan diantaranya adalah pasien dipuasakan dan
dilakukan tindakan pengosongan lambung dan kolon dengan tindakan
enema/lavement. Lamanya puasa berkisar antara 7 sampai 8 jam (biasanya
puasa dilakukan mulai pukul 24.00 WIB). Tujuan dari pengosongan
lambung dan kolon adalah untuk menghindari aspirasi (masuknya cairan
lambung ke paru-paru) dan menghindari kontaminasi feses ke area
pembedahan sehingga menghindarkan terjadinya infeksi pasca pembedahan.
Khusus pada pasien yang membutuhkan operasi CITO (segera), seperti pada
pasien kecelakaan lalu lintas, maka pengosongan lambung dapat dilakukan
dengan cara pemasangan NGT (naso gastric tube).

5. Pencukuran Daerah Operasi


Pencukuran pada daerah operasi ditujukan untuk menghindari
terjadinya infeksi pada daerah yang dilakukan pembedahan karena rambut
yang tidak dicukur dapat menjadi tempat bersembunyi kuman dan juga
mengganggu/menghambat proses penyembuhan dan perawatan luka.
Meskipun demikian ada beberapa kondisi tertentu yang tidak memerlukan

15
pencukuran sebelum operasi, misalnya pada pasien luka incisi pada lengan.
Tindakan pencukuran (scheren) harus dilakukan dengan hati-hati jangan
sampai menimbulkan luka pada daerah yang dicukur. Sering kali pasien
diberikan kesempatan untuk mencukur sendiri agar pasien merasa lebih
nyaman. Daerah yang dilakukan pencukuran tergantung pada jenis operasi
dan daerah yang akan dioperasi. Biasanya daerah sekitar alat kelamin
(pubis) dilakukan pencukuran jika yang dilakukan operasi pada daerah
sekitar perut dan paha. Misalnya : apendiktomi, herniotomi, uretrolithiasis,
operasi pemasangan plate pada fraktur femur, dan hemmoroidektomi. Selain
terkait daerah pembedahan, pencukuran pada lengan juga dilakukan pada
pemasangan infus sebelum pembedahan.

6. Personal Hygiene
Kebersihan tubuh pasien sangat penting untuk persiapan operasi
karena tubuh yang kotor dapat merupakan sumber kuman dan dapat
mengakibatkan infeksi pada daerah yang dioperasi. Pada pasien yang
kondisi fisiknya kuat dianjurkan untuk mandi sendiri dan membersihkan
daerah operasi dengan lebih seksama. Sebaliknya jika pasien tidak mampu
memenuhi kebutuhan personal hygiene secara mandiri maka perawat akan
memberikan bantuan pemenuhan kebutuhan personal hygiene.

7. Pengosongan kandung kemih


Pengosongan kandung kemih dilakukan dengan melakukan
pemasangan kateter. Selain untuk pengongan isi bladder tindakan
kateterisasi juga diperlukan untuk mengobservasi balance cairan.

8. Latihan Pra Operasi


Berbagai latihan sangat diperlukan pada pasien sebelum operasi, hal
ini sangat penting sebagai persiapan pasien dalam menghadapi kondisi
pasca operasi, seperti : nyeri daerah operasi, batuk dan banyak lendir pada
tenggorokan.

Latihan yang diberikan pada pasien sebelum operasi antara lain:


a. Latihan Nafas Dalam

16
b. Latihan Batuk Efektif
c. Latihan Gerak Sendi

B. Persiapan Psikologis
Tindakan pembedahan merupakan ancaman potensial maupun aktual
pada integritas seseorang yang dapat membangkitkan reaksi stres fisiologis
maupun psikologis. Menurut Long B.C (2001), pasien preoperasi akan
mengalami reaksi emosional berupa kecemasan. Berbagai alasan yang dapat
menyebabkan ketakutan/kecemasan pasien dalam menghadapi pembedahan
antara lain :
a. Takut nyeri setelah pembedahan
b. Takut terjadi perubahan fisik, menjadi buruk rupa dan tidak berfungsi
normal (body image)
c. Takut keganasan (bila diagnosa yang ditegakkan belum pasti)
d. Takut/cemas mengalami kondisi yang sama dengan orang lain yang
mempunyai penyakit yang sama.
e. Takut/ngeri menghadapi ruang operasi, peralatan pembedahan dan
petugas.
f. Takut mati saat dibius/tidak sadar lagi.
g. Takut operasi gagal.
Persiapan mental merupakan hal yang tidak kalah pentingnya dalam
proses persiapan operasi karena mental pasien yang tidak siap atau labil
dapat berpengaruh terhadap kondisi fisiknya. Masalah mental yang biasa
muncul pada pasien preoperasi adalah kecemasan. Untuk mengurangi /
mengatasi kecemasan pasien, perawat dapat menanyakan hal-hal yang
terkait dengan persiapan operasi.
Persiapan mental yang kurang memadai dapat mempengaruhi
pengambilan keputusan pasien dan keluarganya. Sehingga tidak jarang
pasien menolak operasi yang sebelumnya telah disetujui dan biasanya
pasien pulang tanpa operasi dan beberapa hari kemudian datang lagi ke
rumah sakit setalah merasa sudah siap dan hal ini berarti telah menunda
operasi yang mestinya sudah dilakukan beberapa hari/minggu yang lalu.

17
Oleh karena itu persiapan mental pasien menjadi hal yang penting untuk
diperhatikan dan didukung oleh keluarga/orang terdekat pasien.
Peranan perawat dalam memberikan dukungan mental dapat
dilakukan dengan berbagai cara, seperti :
1. Membantu pasien mengetahui tentang tindakan-tindakan yang dialami
pasien sebelum operasi, memberikan informasi pada pasien tentang
waktu operasi, hal-hal yang akan dialami oleh pasien selama proses
operasi, menunjukkan tempat kamar operasi, dll.
2. Memberikan penjelasan terlebih dahulu sebelum setiap tindakan
persiapan operasi sesuai dengan tingkat perkembangan. Gunakan bahasa
yang sederhana dan jelas.
3. Memberi kesempatan pada pasien dan keluarganya untuk menanyakan
tentang segala prosedur yang ada. Dan memberi kesempatan pada pasien
dan keluarga untuk berdoa bersama-sama sebelum pasien di antar ke
kamar operasi.
4. Mengoreksi pengertian yang salah tentang tindakan pembedahan dan hal-
hal lain karena pengertian yang salah akan menimbulkan kecemasan pada
pasien.
5. Kolaborasi dengan dokter terkait dengan pemberian obat pre medikasi,
seperti valium dan diazepam tablet sebelum pasien tidur untuk
menurunkan kecemasan dan pasien dapat tidur sehingga kebutuhan
istirahatnya terpenuhi.

C. Persiapan Dokumen Dan Inform Concent


1. Dokumen
Dokumentasi perawatan preoperatif merupakan dokumentasi yang
dilaksanakan pada catatan proses keperawatan sebelum operasi. Hal-hal
yang didokumentasikan antara lain: pengkajian fisiologis, pengkajian
psikososial, pendidikan kesehatan preoperatif , lokasi operasi, tingkat
respons, efek medikasi, dan tes diagnostik. Selain itu didokumentasikan
pula tanda vital, pengkajian dan persiapan kulit, alat yang digunakan,
pernyataan atau perilaku pasien, dan obat-obatan yang diberikan.

18
Standar dokumentasi yang digunakan pada dokumentasi peroperatif
adalah, sebagai berikut.
a. Catatan pasien merefleksikan pengkajian dan perenanaan yang
diberikan pada perawatan perioperative
b. Catatan pasien merefleksikan perawatan yang diberikan oleh anggota
tim pembedahan. Perawatan didokumentasikan pada catatan pasien
c. Catatan pasien merefleksikan evaluasi operatif yang berkelanjutan dan
respons pasien terhadap intevensi keperawatan
d. Dokumentasi asuhan keperawatan peripoeratif disesuaikan dengan
kebijakan dan prosedur pada area praktik
2. Inform Concent
Selain dilakukannya berbagai macam pemeriksaan penunjang terhadap
pasien, hal lain yang sangat penting terkait dengan aspek hukum dan
tanggung jawab dan tanggung gugat, yaitu Informed Consent. Baik
pasien maupun keluarganya harus menyadari bahwa tindakan medis,
operasi sekecil apapun mempunyai resiko. Oleh karena itu setiap pasien
yang akan menjalani tindakan medis, wajib menuliskan surat pernyataan
persetujuan dilakukan tindakan medis (pembedahan dan anestesi)
Informed Consent sebagai wujud dari upaya rumah sakit menjunjung
tinggi aspek etik hukum, maka pasien atau orang yang bertanggung
jawab terhadap pasien wajib untuk menandatangani surat pernyataan
persetujuan operasi. Artinya apapun tindakan yang dilakukan pada pasien
terkait dengan pembedahan, keluarga mengetahui manfaat dan tujuan
serta segala resiko dan konsekuensinya. Pasien maupun keluarganya
sebelum menandatangani surat pernyataan tersebut akan mendapatkan
informasi yang detail terkait dengan segala macam prosedur
pemeriksaan, pembedahan serta pembiusan yang akan dijalani. Jika
petugas belum menjelaskan secara detail, maka pihak pasien/keluarganya
berhak untuk menanyakan kembali sampai betul-betul paham. Hal ini
sangat penting untuk dilakukan karena jika tidak maka penyesalan akan
dialami oleh pasien/keluarga setelah tindakan operasi yang dilakukan
ternyata tidak sesuai dengan gambaran keluarga.

19
Berikut adalah contoh dari format inform concent,

D. Persiapan Obat-Obatan Dan Alat Keseshatan


1. Obat-obatan
Sebelum operasi dilakukan pada esok harinya. Pasien akan diberikan
obat-obatan premedikasi untuk memberikan kesempatan pasien
mendapatkan waktu istirahat yang cukup. Obat-obatan premedikasi yang
diberikan biasanya adalah valium atau diazepam. Antibiotik profilaksis
biasanya di berikan sebelum pasien di operasi. Antibiotik profilaksis
yang diberikan dengan tujuan untuk mencegah terjadinya infeksi selama
tindakan operasi, antibiotika profilaksis biasanya di berikan 1-2 jam
sebelum operasi dimulai dan dilanjutkan pasca bedah 2- 3 kali. Antibiotik
yang dapat diberikan adalah ceftriakson 1gram dan lain-lain sesuai
indikasi pasien.

2. Alat Kesehatan
a. Alat steril

20
Set dasar yang disiapkan (basic instrument set) Terdiri dari :
- Desinfeksi klem (Sponge holding forceps) 1 buah
- Duk klem (Towel forceps) 5 buah
- Pemegang pisau (Handvat mes/Knife)
- handle no 3 1 buah
- Pincet anatomi 2 buah
- Pincet chirurrgie 2 buah
-Arteri klem van pean lurus 2 buah
- Arteri klem van pean bengkok (Chrom klem) 5 buah
- Arteri klem van kocher 4 buah
-Gunting Benang ( Ligature Scissors ) 1 buah
-Gunting Metzembum 1 buah
- Nald Voerder 2 buah
- Woundhag gigi 4 tajam 2 buah
- Langenbeck 2 buah
- Tambahan khusus : Beckock 1 buah

Set dan bahan penunjang operasi :


1.Linen set steril terdiri dari :
- Linen besar 3 buah
- Linen keci 13 buah
- Gaun operasi 5 buah
- Sarung meja mayo 1 buah
2. Handle Lampu
3. Handschoen bermacam-macam ukuran
4. Desinfektan betadine 1 % dan alkohol 70 %
5. Cairan PZ 0,9 %
6. Senur diathermi + kabel
7. Canule + selang suction
8. Mess no .10
9. Kasa, deper, cucing, mangkok, bengkok
10. Korentang pada tempatnya

21
11. Jarum ½ bulat ( round ), tajam ( cutting )
12. Benang siede 2-0, Safil no 1, monocril 3-0, vycril 3-0, plain catgut
no.2-0
a. Alat non steril
- Hypafix
- Gunting verband / bandage scissors
- Mesin diatermi dan platnya
- Mesin suction
- Lampu operasi
- Meja operasi
- Meja mayo
- Meja linen dan instrument
- Standart infus
- Tempat sampah

22
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Keperawatan perioperatif adalah periode sebelum, selama dan sesudah
operasi berlangsung, yang mana tugas seorang perawat yaitu memberikan
kenyamanan terhadap pasien supaya saat dilaksanakannya operasi hingga
paska operasi sampai pemulihan pasien, hingga pasien sembuh,  pasien
merasa nyaman dan tercukupi kebutuhan – kebutuhannya.Dalam fase
penyembuhan apabila pasien sudah diperbolehkan pulang tugas perawat yaitu
memberikan penyuluhan tindakan perawatan diri pasien, terhadap keluarga
dan pasien itu sendiri, supaya terjaga kesehatan pasien dan terawat dengan
baik, sehingga pasien sehat seperti sediakala.

23
Daftar Pustaka
Affandi, P. 2017. Pendidikan Kesehatan Menggunakan Media Leaflet
Menurunkan
Kecemasan pada Pasie Pre Anestesi dengan Teknik Spinal Anestesi di
RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto. Jurnal
TeknologiKesehatan,XIII,1-7.http://e-journal.poltekkesjogja.ac.id/index.
php /JTK/article/view/19, diakses 19 Agustus 2019.
Anjarsari, Widyantoro & Irawan. 2018. Hubungan Tingkat Kecemasan
dengan
Kualitas Tidur pada Lansia di Unit Pelayanan Sosial Lanjut Usia. Jurnal
Ilmu dan Teknologi Kesehatan. http://ojs.stikesbhamadaslawi.ac.id/
index.php/jik/article/view/53, diaskses 09 April 2020.
Agustina, N. F. 2018. Teknik Pengolahan Audio Video. Malang: Kitto Book.
Anita, M. D. 2018. Pengaruh Pemberian Terapi Musik Klasik Mozart
terhadap
Kecemasan Pasien Pre Operasi dengan Anestesi Umum di RSUD Sleman
Yogyakarta. Jurnal Teknologi Kesehatan, 1-4.
Asmoro, W. S. 2019. Teknik Pengolahan Audio dan Vidio. Malang: Bumi
Aksara.
Bangun, Parmina. 2019. Hubungan antara Senam Yoga dengan Tingkat
Kecemasan
dalam Menghadapi Persalinan pada Primigravida. Jurnal Ilmu
Keperawatan dan Kebidanan. http://ejr.stikesmuhkudus.ac.id/index.php/
jikk/article/view/580, diakses 05 April 2020.
Brunner, & Suddarth. 2014. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:
EGC.
Budiman, F. 2015. "Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Tingkat
Kecemasan
pada Pasien Infark Miokard Akut di Ruangan CVCU RSUP Prof. Dr. R.
Kandou Manado." e-Jurnal Keperawatan (e-Kp). http://www.e-
jurnalkeperawatan.org/ojs/index.php/article/view, diakses 13 Februari 2020.

24
Cherly, C., Lieshout, R. V., & Schmidt, L. 2015. Systematic Review:
Audiovisual
Interventions for Reducing Preoperative Anxiety in Children Undergoing
Elective Surgery. British Journal of Anaesthesia. doi:10.1093/jpepsy
/jsv094. https://www.google.com/amp/s/www.researchgate.net/publication
/282944341_Systematic_Review_Audiovisual_Interventions_for_Reducig
_Preoperative_Anxiety_in_Children_Undergoing_Elective_Surgery/amp,
diakses 18 Agustus 2019.
Cholifah, Noor, and Dini Purwanti. 2019. Hubungan Pemberian Informasi
Persiapan Operasi oleh Perawat dengan Tingkat Kecemasan Pasien
Preoperasi di Ruang Bougenville RSUD RAA Soewondo Pati. The 9th
University Research Colloqium (Urecol) IX.
http://eproceedings.umpwr.ac.id/index.php/urecol9/article/view/545/448
diakses 30 Januari 2020.
Dahlan, Sopiyudin. 2014. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta:
Epidemiologi Indonesia.
Danise F, P., & Beck, C. 2010. Essentials of Nursing Research: Appraising
Evidance for Nursing Practice (7th ed.). Philadelphia, PA: Wolters Kluwer
Healthy, Lippincott Williams & Wilkins.
Edwards, J. 2017. The Oxford Handbook of Music Therapy. Oxford
University
Press.

25

Anda mungkin juga menyukai