Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH KMB II

PRE OPERATIF

Dosen Pengampu : Shanty Chloranyta,M.Kep.,Sp.Kep.M.B

Disusun oleh :

Kelompok 2

1. Asriyani ( 2027007 )
2. Clara Anjelita P ( 2027009 )
3. Galuh Dwi Cahyani ( 2027023 )
4. Ni Made Dila Aprillia ( 2027057 )
5. Puspita Artanti ( 2027063 )
6. Yogi Dwi Putra ( 2027091 )
7. Welly Emilia ( 2027089 )

STIKES PANCA BHAKTI BANDAR LAMPUNG


TAHUN AJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan YME atas Rahmatnya sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas makalah ini yang membahas tentang ASKEP PRE OPERATIF.
Terima kasih kami ucapkan kepada para pengajar atas bimbingan dan pendidikan yang
diberikan sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik.

Makalah ini merupakan hasil diskusi kelompok kami dengan materi PRE OPERATIF.
Pembahasan di dalamnya kami dapatkan dari kuliah, browsing internet, diskusi anggota,
dll. Dengan pemahaman berdasarkan pokok bahasan PRE OPERATIF.

Kami sadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak sangat kami harapkan demi kesempurnaannya.
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya
bagi kami yang sedang menempuh pendidikan dan dapat dijadikan pelajaran bagi teman-
teman dan kami khususnya.

Bandar Lampung, 27 Maret 2022


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keperawatan pre operatif merupakan tahapan awal dari Kesuksesan tindakan


pembedahan secara keseluruhan, bergantung pada fase ini. Hal ini disebabkan fase ini
merupakan awal yang menjadi landasan untuk kesuksesan tahapan-tahapan
berikutnya. Kesalahan yang dilakukan pada tahap ini akan berakibat fatal pada tahap
berikutnya. Pengakajian secara integral dari fungsi pasien meliputi fungsi fisik
biologis dan psikologis sangat diperlukan untuk keberhasilan dan kesuksesan suatu
operasi.
Fase praoperatif dimulai ketika keputusan untuk intervensi bedah dibuat dan
berakhir ketika pasien dikirim ke meja operasi. Lingkup aktivitas keperawatan selama
waktu tersebut dapat mencakup penetapan pengkajian dasar pasien di tatanan klinik
atau di rumah, menjalani wawancara praoperatif, dan menyiapkan pasien untuk
anestesi yang diberikan dan pembedahan (Brunner & Suddarth, 2002).
Tindakan keperawatan preoperatif merupakan tindakan yang dilakukan oleh
perawat dalam rangka mempersiapkan pasien untuk dilakukan tindakan pembedahan
dengan tujuan untuk menjamin keselamatan pasien intraoperatif. Persiapan fisik
maupun pemeriksaan penunjang serta persiapan mental sangat diperlukan karena
kesuksesan suatu tindakan pembedahan berawal dari kesuksesan persiapan yang
dilakukan selama tahap persiapan (Rothrock, 2002).
Berdasarkan tinjauan teoritis diatas, penulis menyimpulkan keperawatan
preoperatif adalah fase dimulai ketika keputusan bedah dibuat dan berakhir ketika
pasien dikirim ke meja operasi. Pada fase ini pasien harus betul-betul dipersiapkan
keadaannya baik fisik maupun mental karenan persiapan preoperatif ini akan
menentukan kesuksesan pada tahap selanjutnya.
B. Tujuan

1. Diketahuinya definisi pre operatif.


2. Diketahuinya persiapan klien di unit perawatan pada klien pre-operatif.
3. Diketahuinya peran perawatan pada pasien pre-operatif.
4. Diketahuinya tujuan dilakukan keperawatan pre-operatif.
5. Diketahinya jenis-jenis tindakan keperawatan pre-operatif.
6. Diketahuinya asuhan keperawatan klien pre-operatif secara umum.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi
Keperawatan praoperatif merupakan tahapan awal dari keperawatan perioperatif.
Kesuksesan tindakan pembedahan keseluruhan sangat tergantung pada fase ini. Hal ini
disebabkan fase ini merupakan awalan yang menjadi landasan untuk kesuksesan tahapan-
tahapan berikutnya. Kesalahan yang dilakukan pada tahap ini akan berakibat fatal pada
tahap berikutnya. Pengkajian secara integral dari fungsi pasien meliputi fungsi fisik
biologis dan psikologis sangat diperlukan untuk keberhasilan dan kesuksesan suatu
operasi.
Preoperatif adalah fase dimulai ketika keputusan untuk menjalani operasi atau
pembedahan dibuat dan berakhir ketika pasien dipindahkan ke meja operasi. Fase
praoperatif adalah waktu sejak keputusan untuk operasi diambil hingga sampai ke meja
pembedahan, tanpa memandang riwayat atau klasifikasi pembedahan.
Asuhan keperawatan praoperatif pada praktiknya akan dilakukan
secaraberkesinambungan, baik asuhan keperawatan praoperatif dibagian rawat
inappoliklinik, bagian bedah sehari (one day care), atau di unit gawat darurat
yangkemudian dilanjutkan dikamar operasi oleh perawat perioperatf.. Asuhan
keperawatan praoperatif yang terintegrasi secara berkesinambungan terjadi saat beberapa
masalah pasien yang belum teratasi diruang rawat inap, poliklinik, bedahsehari , atau unit
gawat darurat, akan tetapi dilanjutkan oleh perawat peri operatifdi kamar operasi
B. Peran Perawat Dalam Fase Preoperatif
1. Pengkajian praoperatif
Penetapan pengkajian dasar pasien dalam tatanan klinik, menjalani wawancara
praoperatif, melibatkan keluarga dalam wawancara, memastikan kelengkapan
preoperative dan mengkaji kebutuhan pasien terhadap transportasi.
2. Unit bedah
Melengkapi pengkajian preoperatif, mengkoordinasi penyuluhan pasien, menjelaskan
fase-fase dalam periode perioperatif dan membuat rencana asuhan
A. Ruang operasi
Mengkaji kesadaran pasien, menelaah lembar observasi pasien, mengidentifikasi
pasien dan memastikan daerah pembedahan.
B. Perencanaan
Menentukan rencana asuhan dan mengkoordinasi pelayanan
C. Dukungan psikologis
Menceritakan pada pasien apa yang sedang terjadi, menentukan status psikologis,
memberikan penguatan akan stimuli nyeri dan mengkomunikasikan status emosional
pada anggota tim kesehatan yang berkaitan.

C. Konsep Asuhan Keperawatan Preoperatif

 Pengkajian
A. Pengkajian umum

Pada pengkajian pasien di unit rawat inap, poliklinik, bagian bedah sehari, atau unit gawat
darurat dilakukan secara komprehensif dimana seluruh hal yang  berhubungan deng
berhubungan dengan pembedahan pasien perlu dilakukan pembedahan pasien perlu dilakukan
secara seksama an secara seksama.

1) Identitas pasien

Pengkajian ini diperlukan agar tidak terjadi duplikasi nama pasien. Umur pasien sangat
penting untuk diketahui guna melihat kondisi pada berbagai jenis  pembedahan. Perawat
perioperatif harus mengetahui bahwa faktor u bahwa faktor usia, baik anak- sia, baik
anakanak dan lansia dapat meningkatkan risiko pembedahan. Untuk menentukan tindakan
pencegahan mana yang penting untuk dimasukkan ke dalam rencana asuhan keperawatan.  

Pada bayi dan anak-anak anak-anak dengan status fisiologis fisiologis yang masih imatur
atau mengalami penurunan, pertahanan suhunya masih belum optimal. Refleks menggigil
pada bayi belum berkembang dan sering terjadi berbagai variasi suhu. Anestesi menyebabkan
vasodilatasi dan kehilangan napas. Bayi juga mengalami kesulitan untuk mempertahankan
volume sirkulasi darah normal. Kehilangan darah walaupun dalam jumlah kecil dapat menjadi
walaupun dalam jumlah kecil dapat menjadi hal yang hal yang serius dikarenakan penurunan
serius dikarenakan penurunan volume sirkulasi menyebabkan bayi sulit berespon terhadap
kebutuhan untuk meningkatkan oksigen selama pembedahan sehingga bayi rentan mengalami
dehidrasi.

Pada lansia, kapasitas fisik pasien lansia untuk beradaptasi dengan stres  pembedahan
menjadi  pembedahan menjadi terhambat karena mundurnya terhambat karena mundurnya
beberapa fungsi tubu beberapa fungsi tubuh tertentu. h tertentu. Secara umum lansia dianggap
memiliki risiko pembedahan yang lebih buruk dibandingkan pasien yang lebih muda, hal ini
dikarenakan menurunnya fungsi tubuh.

2) Jenis pekerjaan

Sebagai persiapan umum, persiapan finansial sangat bergantung pada kemampan  pasien
pasien dan kebijakan kebijakan rumah sakit tempat pasien akan menjalani menjalani proses
pembedahan.  pembedahan. Sebelum Sebelum dilakukan dilakukan pembedahan pembedahan
sebaiknya sebaiknya pasien dan keluarga keluarga sudah mendapat penjelasan dan informasi
terkait masalah finansial, mulai dari  biaya operasi operasi hingga pemmakaian pemmakaian
alat tambahan. tambahan. Hal ini diperlukan diperlukan agar setelah setelah operasi nanti
tidak ada komplain atau ketidakpuasan pasien dan keluarga.

3) Persiapan umum

Persiapan informed consent dilakukan sebelum dilaksanakan tindakan. Pasien dan


keluarga harus mengetahui proses operasi, jenis operasi, dan prognosis dari hasil
pembedahan.  pembedahan. Peran perawat perawat disini adalah bertanggung bertanggung
jawab dan memastikan memastikan  bahwa pasien/keluarga pasien/keluarga dan dokter sudah
menandatangani menandatangani isi dari formulir formulir dari informed consent. Persiapan
alat dan obat yang akan digunakan selama  pembedahan  pembedahan harus dilakukan
dilakukan secara optimal optimal sesuai dengan kebijakan kebijakan institusi. institusi.
Beberapa rumah sakit memberlakukan kebijakan bahwa persiapan alat dan obat harus
dilakukan sebelum pasien masuk kamar operasi. Beberapa rumah sakit lainnya mensyaratkan
penyediaan darah untuk persiapan tranfusi harus dilakukan oleh pihak keluarga. Pengkajian
ulang pada ketepatan tranfusi darah antara  pendonor dan resipien dapat menu  pendonor dan
resipien dapat menurunkan risiko kesa runkan risiko kesalahan pemberian tranfusi.

Pasien yang diterima di kamar operasi akan di klarifikasi secara ringkas dan disesuaikan
dengan intervensii bedah yang akan dilakukan. Dalam melakukan  pengkajian  pengkajian
yang ringkas dan optimal, optimal, perawat perawat kamar operasi operasi hanya melakukan
melakukan klarifikasi secara cepat dengan menggunakan sistem checklist. Formlir checklist
bertujuan  bertujuan untuk mendokumentasikan mendokumentasikan prosedur prosedur
secara rutin dilakukan dilakukan pada  pembedahan. Yang diharapkan diharapkan dari
pembuatan pembuatan formulir formulir ini adalah perawat perawat  perioperatif dapat secara
ringkas ringkas memvalidasi memvalidasi persiapan persiapan praoperatif yang telah
dilakukan perawat ruangan. Pada kondisi yang lebih baik, beberapa baik, beberapa institusi
rumah institusi rumah sakit memberlakukan lembar pengenal yang dipasang pada lengan
bawah pasien yang bertujuan mencegah kekeliruan atau kesalahan intervensi yang akan
dilakukan.

B. Pengkajian Riwayat Kesehatan

1) Riwayat Kesehatan

Wawancara untuk mengumpulkan riwayat yang diperlukan sesuai dengan klasifikasi


pembedahan. Pengkajian ulang riwayat kesehatan pasien harus meliputi riwayat penyakit
yang pernah diderita dan alasan utama pasien mencari pengobatan. Riwayat kesehatan pasien
adalah sumber yang sangat baik. Sumber berharga lainnya adalah rekammedis dari riwayat
perawatan sebelumnya. Penyakit yang diderita pasien akan mempengaruhi kemampuan pasien
dalam menoleransi  pembedahan dan mencapai pemulihan, pembedahan dan mencapai
pemulihan yang menyeluruh.

Pengalaman bedah sebelumnya dapat memengaruhi respon fisik dan psikologis pasien


terhadap  pasien terhadap prosedur pembedahan. Perawat prosedur pembedahan. Perawat
mengkaji semua komplikasi yang  pernah dialami pasien. Infomasi ini akan membantu
perawat dalam mengantisipasi kebutuhan pasien selama pra dan pascaoperatif. Pembedahan
sebelumnya juga dapat memengaruhi tingkat perawatan fisik yang dibutuhan pasien setelah
menjalani prosedur pembedahan, misalnya: pasien yang pernah menjalani torakotomi untuk
reseksi lobus paru mempunyai risiko komplikasi paru-paru yang lebih besar daripada pasien
dengan paru-paru yang masih utuh dan normal.  

Jika pasien menggunakan menggunakan obat yang telah direserpkan direserpkan atau
obat yang dibeli di luar apotek secara teratur, maka dokter bedah atau ahli anestesi mungkin
akan menghentikan pemberian obat tersebut untuk sementara sebelum pembedahan atau
mereka akan menyesuaikan dosisnya. Beberapa jenis obat mempnyai implikasi khusus bagi
pasien bedah. Obat yang diminum sebelum pembedahan secara otomatis akan dihentikan saat
pasien selesai menjalani operasi kecuali dokter meminta pasien untuk menggunakannya
kembali.

2) Riwayat alergi

Apabila pasien mempunyai riwayat alergi satu atau lebih, maka pasien perlu mendapat
pita identifikasi alergi yang dipakai pada pergelangan tangan sebelum menjalanu pembedahan
atau penulisan simbol alergi yang tertulis jelas pada status rekam medis sesia dengan
kebijakan institusi. Perawat juga harus memastikan  bahwa bagian depan lembar pen  bahwa
bagian depan lembar pencatatan pasien berisi catatan pasien berisi daftar yang dideritanya.
daftar yang dideritanya.

3) Kebiasaan merokok, alkohol, dan narkoba

Pasien perokok memiliki risiko yang lebih besar untuk mengalami komplikasi paru-paru
pasca operasi daripada perasi daripada pasien bukan perokok. perokok. Perokok Perokok
kronik telah meng telah mengalami  peningkatan  peningkatan jumlah dan ketebalan
ketebalan sekresi sekresi lendir pada paru-parunya. paru-parunya. Anestesi umum akan
meningkatkan iritasi jalan napas dan merangsang sekresi pulmonal, karena sekresi tersebut
akan dipertahankan akibat penurunan aktivitas siliaris selama anestesi.

Kebiasaan mengkonsumsi alkohol mengakibatkan reaksi yang merugikan terhadap obat


anestesi, mengalami toleransi silang (toleransi obat meluas) sehingga memerlukan dosis
anestesi yang lebih tinggi dari normal. Selain itu dokter mungkin tu dokter mungkin  perlu
meningkatkan meningkatkan dosis analgesik pascaoperasi. Konsumsi alkohol secara
berlebihan juga dapat menyebabkan menyebabkan malnutrisi malnutrisi sehingga sehingga
penyembuhan penyembuhan luka menjadi lambat.

Pasien yang mempunyai riwayat adanya pemakaian narkoba perlu diwaspadai atas
kemungkinan yang lebih besar untuk terjangkit penyakit seperti HIV dan hepatitis, terutama
pada pasien pengguna narkoba suntik. Penggunaan narkotika akan mengganggu kemampan
pasien mengontrol nyeri serta memengaruhi tingkat serta jumlah pemberian anestesi selama
pembedahan. Penggunaan narkoba suntik dapat mengganggu sistem vaskular dan
menyulitkan akses ke dalam vena.

C. Pengkajian Psikososialspiritual

1) Kecemasan praoperatif

Berbagai dampak psikologis yang dapat muncul adalah adanya ketidaktahuan akan
adanya ketidaktahuan akan  pengalaman  pengalaman pembedahan pembedahan yang dapat
mengakibatkan mengakibatkan kecemasan kecemasan yang terekspresikan dalam berbagai
bentuk seperti marah, menolak, atau apatis menolak, atau apatis terhadap terhadap kegiatan
keperawatan. Pasien yang cemas sering mengalami ketakutann atau  perasaan tidak tenang.
Berbagai  perasaan tidak tenang. Berbagai bentuk ketakutan m bentuk ketakutan muncul
seperti keakuratan akan uncul seperti keakuratan akan hal yang tidak diketahui, misalnya
terhadap pembedahan, anestesi, masa depan, keunangan, dan tanggung jawab keluarga.
Bagian terpenting dari pengkajian kecemasan praoperatif adalah untuk menggali peran orang
terdekat, baik dari keluarga maupun sahabat pasien. Adanya sumber dukungan orang dekat
akan menurnkan kecemasan.
2) Perasaan

Perawat dapat mendeteksi perasaan pasien mengenai pembedahan dari perilaku dan
embedahan dari perilaku dan  perbuatannya.  perbuatannya. Pasien yang merasa takut
biasanya biasanya sering bertanya, bertanya, tampak tidak nyaman jika ada orang asing
memasuki ruangan, atau secara aktif mencari dukungan dari teman dan keluarga.

3) Kepercayaan Spiritual

Kemampuan yang paling berguna bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan
adalah kemampuan untuk mendengarkan pasien, terutama saat mengumpulkan prinsip-prinsip
komunikasi dan wawancara, perawat dapat mengumpulkan prinsip-prinsip komunikasi dan
wawancara, perawat dapat mengumpulkan informasi dan wawasan yang sangat berharga.
Perawat yang tenang, memperhatikan, dan pengertian akan menimbullkan rasa percaya
pasien.

4) Pengetahuan, Persepsi, Dan Pemahaman

Perawat harus mempersiapkan pasien dan keluarganya untuk menghadapi  pembedahan.


pembedahan. Dengan mengidentifikasi mengidentifikasi pengetahuan, pengetahuan, persepsi,
persepsi, dan pemahaman pemahaman  pasien,  pasien, dapat membantu membantu perawat
perawat merencanakan merencanakan penyuluhan penyuluhan dan tindakan tindakan untuk
mempersiapkan kondisi emosional pasien. Apabila pasien dijadwalkan menjalani  bedah
sehari, maka pengkajian dapat dilakukan di  bedah sehari, maka pengkajian dapat dilakukan
diruang praktik dokter atau rumah  pasien.

D. Pemeriksaan Fisik

1) Tanda-tanda vital

Pemeriksaan fisik awal adalah pemeriksaan tanda-tanda vital, untuk menentukan status
kesehatan atau untuk menilai respon pasien terhadap stres terhadap intervensi  pembedahan.
Pengukuran TTV  pembedahan. Pengukuran TTV memberi data memberi data untuk
menentukan status kesehatan kesehatan  pasien yang llazim seperti respon terhadap stres
respon terhadap stres fisik dan psikologis, terap fisik dan psikologis, terapi medis
keperawatan, atau menandakan perubahan fungsi fisiologis. Perubahan TTV menandakan
kebutuhan dilakukannya intervensi keperawatan dan medis  praoperatif.

Pengkajian TTV praoperatif memberikan data dasar yang penting untuk dibandingkan
dengan perubahan TTV yang terjadi selama dan sete ma dan setelah pembedahan. lah
pembedahan. Peningkatan denyut jantung dapat disebabkan karena adanya kekurangan
volume cairan plasma, kekurangan kalium, atau kelebihan natrium. Apabila denyut nadi kuat
dan keras, hal tersebut mungkin disebabkan karena kelebihan volume cairan. Disritmia
jantung biasanya disebabkan oleh ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.

Peningkatan suhu sebelum pembedahan merupakan penyebab yang harus diperhatikan.


Apabila pasien mengalami infeksi maka dokter bedah dapat dokter bedah dapat menunda
menunda  pembedahan sampai infeksi  pembedahan sampai infeksi teratasi. Peningkatan
teratasi. Peningkatan suhu tubuh meningkatkan risik suhu tubuh meningkatkan risiko
ketidakseimbangan elektrolit setelah pembedahan. Pengkajian TTV memungkinkan perawat
untuk mengidentifikasi diagnosis keperawatan, mengimplementasikan rencana intervensi, dan
mengevaluasi keberhasilan TTV dikembalikan pada batas nilai yang diterima.

2) Pengkajian Tingkat Kesadaran

Penilaian tingkat respon kesadaran secara mum dapat mempersingkat pemeriksaan. Pada
keadaan emergensi, kondisi pasien dan waktu pengumpulan data penilaian tingkat kesadaran
sangat terbatas. Oleh karena itu Glasgow Coma Scale/ GCS dapat memberikan jalan pintas
yang sangat berguna. Skala tersebut memungkinkan  pemeriksa untuk membuat pering
membuat peringkat tiga kat tiga respon utama pasien utama pasien terhadap lingku terhadap
lingkungan, yaitu: membuka mata, mengucapkan kata, dan yaitu: membuka mata,
mengucapkan kata, dan gerakan.

3) Pengkajian Status Nutrisi

Perbaikan jaringan normal da resistensi terhadap infeksi bergantung pada status nutrisi
yang cukup. Pembedahan akan meningkatkan kebutuhan nutrisi. Setelah  pembedahan pasien
membutu  pembedahan pasien membutuhkan minimal 1500 hkan minimal 1500 kkal/hari
untuk mempertahank kkal/hari untuk mempertahankan cadangan energi. Namun jika pasien
malnutrisi harus menjalani prosedur darurat, maka upaya perbaikan nutrisi dilakukan setelah
pembedahan.

Obesitas meningkatkan risiko pembedahan akibat menurunnya ventilasi dan fungsi


jantung. Pasien akan mengalami keslitan melakukan aktifitas fisik dan normal setelah
pembedahan. Pasien obesitas normal setelah pembedahan. Pasien obesitas rentan m rentan
mengalami penyembuhan luka engalami penyembuhan luka yang buruk dan infeksi luka
karena struktur jaringan lemak memiliki suplai darah yang buruk.

4) Hiduung Dan Sinus

Lakukan inspeksi palatum mole dan sinus nasalis dengan tujuan untuk mengkaji drainase
sinus yang menggambarkan adanya infeksi sinus atau pernapasan.

5) Mulut, Bibir, Lidah Dan Palatum

Kondisi membran mukosa mulut menunjukkan status dehidrasi. Pasien dehidrasi


berisiko  berisiko mengalami mengalami ketidak ketidak seimbanagn seimbanagn cairan dan
elektrolit elektrolit yang serius selama  pembedahan.

6) Sistem Saraf

Pasien yang akan menjalani pembedahan karena penyakit neurologis kemungkinan


menunjukkan gangguan tingkat kesadaran atau perubahan perilaku. Tingkat kesadaran dapat
berubah karena anestesi umum, namun setelah efek anestesi menghilang, tingkat respon
pasien akan kembali pada tingkat respon sebelum operasi.

Jika pasien akan mendapatkan anestesi spinal, maka pengkajian praoperatif terhadap
fungsi dan kekuatan motorik kasar penting dilakukan. Anestesi spinal menyebabkan
ekstermitas bawah mengalami paralisis sementara. Perawat harus menyadari adanya
kelemahan atau gangguan mobilisasi pada ekstermitas bawah  pasien agar perawat tidak
pasien agar perawat tidak cemas jika seluruh f cemas jika seluruh fungsi motorik tidak
kembali nor ungsi motorik tidak kembali normal  pada saat efek anestesi spinal menghilang.

Pengkajian sensibilitas prabedah sangat bermanfaat sebagai bahan evaluasi  pada saat
pascaanestesi pascaanestesi di ruang pemulihan. pemulihan. Peta dermatom dermatom dapat
membantu perawat dalam melakukan pem melakukan pemeriksaan fisik sensibilitas eriksaan
fisik sensibilitas fungsi k fungsi kontrol sistem ontrol sistem saraf dari pusat ke perifer.

7) Sistem Endokrin

Bahaya utama yang dapat mengancam penderita diabetes tidak terkontrol adalah
hipoglikemi. Hipoglikemi perioperatif mungkin terjadi selama anestesi, akibat asupan
karbohidrat pascaoperatif yang tidak adekuat atau pemberian obat insulit yang berlebihan.
Bahaya lain yang mengancam pasien tetapi onsetn tetapi onsetnya tidak secepat ya tidak
secepat hipoglikemi adalah asidosis atau glukosuria. Secara umum risiko pembedahan bagi
pasien  pasien dengan diabetes diabetes yang tidak terkontrol terkontrol tidak lebih besar dari
pasien nondiabetes, namun pemantauan kadar gula darah secara rutin penting dilakukan
sebelum, selama, dan setelah pembedahan. Pasien yang mendapat kortikosteroid berisiko
mengalami mengalami insufisiensi insufisiensi adrenal. Oleh karena itu, penggunaan medikasi
steroid untuk segala tujuan selama tahun-tahun sebelumnya harus dilaporkan pada ahli
anestesi dan ahli bedah.

8) Sistem Pernapasan

Pemeriksaan praoperatif sistem pernapasan dapat menjadi data dasar rencana


intervensi pascaoperatif. Pemeriksaan dimulai dengan melihat (inspeksi) keadaan umum
sistem pernapasan dan tanda-tanda abnormal seperti sianosis, pucat, kelelahan, sesak napas,
batuk, dan lainnya. Pada palpasi, perawat menilai adanya kelainan pada dinding toraks dan
merasakan perbedaan getaran suara napas. Kelainan yang mungkin didapatkan pada
pemeriksaan ini seperti: nyeri tekan, adanya emfisema sbkutan, atau terdapat penurunan
getaran suara napas pada satu sisi akibat adanya cairan atau udara pada sisi akibat adanya
cairan atau udara pada rongga pleura.

Untuk menentukan kondisi paru-paru, perawat mengauskultasi bunyi napas normal,


bunyi napas tambahan. Auskultasi bunyi napas akan menunjukkan apakah  pasien mengalami
kongesti paru atau penyempitan jalan napas. Adanya atelektasis atau kelembaban pada jalan
napas akan memperburuk kondisi pasien selama pembedahan. Kongesti Kongesti paru yang
serius dapat menyebabkan ditundanya  pembedahan. Beberapa  pembedahan. Beberapa obat
dapat menyebabkan menyebabkan spasme otot laring, laring, oleh karena itu jika perawat
mendengar bunyi mengi saat mengauskultasi jalan napas pada  pemeriksaan  pemeriksaan
praoperatif, praoperatif, maka hal ini menunjukkan menunjukkan pasien berisiko berisiko
mengalami mengalami  penyempitan jalan napas yang lebih lanjut selama pembedahan.

9) Sistem Kardiovaskular

Pemeriksaan tekanan darah praoperatif dilakukan untuk menilai adanya  peningkatan


peningkatan darah di atas normal (hipertensi) yang berpengaruh berpengaruh pada kondisi
kondisi hemodinamik intraoperatif dan pascaoperatif. Apabila pasien mempunyai penyakit
pasien mempunyai penyakit  jantung,  jantung, maka perawat perawat harus mengkaji
mengkaji karakter karakter denyut jantung jantung apikal. apikal. jantung, jantung, maka
perawat harus mengkaji karakter denyut jantung apikal. Setelah pembedahan, Setelah
pembedahan, maka  perawat  perawat harus membandingkan membandingkan frekuensi
frekuensi dan irama nadi dengan data yang diperoleh sebelum operasi. Obat-obatan anestesi,
perubahan dalam keseimbangan cairan, dan stimulasi respon stres cairan, dan stimulasi respon
stres akibat pembedaha akibat pembedahan dapat menyebabkan disritmia n dapat
menyebabkan disritmia  jantung.  

Nadi periper periper juga harus di kaji oleh perawat, perawat, begitu juga dengan waktu
pengisian  pengisian kapiler, kapiler, dan warna serta suhu ekstermitas ekstermitas untuk
menentukan menentukan sirkulasi sirkulasi  pasien. W  pasien. Waktu pengisian aktu
pengisian kapiler kapiler dikaji untuk menilai untuk menilai kemampuan perfusi kemampuan
perfusi perifer. perifer. Pengukuran pengisian kapiler penting dilakukan pada pasien yang
menjalani  pembedahan vaskular atau pasien yang ekstermitasnya dipasang gips ketat. asang
gips ketat.

10) Keseimbangan Cairan Dan Elektrolit

Pembedahan akan diproses oleh tubuh sebagai sebuah trauma. Akibat respon
adrenokortikal, reaksi hormon akan menyebabkan retensi air dan natrium serta kehilangan
kalium dalam 2-5 hari pertama setelah pembedahan. Banyaknya protein yang pecah, akan
menimbulkan keseimbangan nitrogen yang negatif. Beratnya respon stres memengaruhi
tingkat ketidakseimbangan cairan dan elektrolit. Semakin luas pembedahan, maka semakin
berat pula stres akibat kehilangan cairan dan elektroloi intra operatif.
Pasien yang mengalami syok hipovolemik atau perubahan elektrolit praoperatif praoperatif
yang serius mempunyai risiko yang signifikan selama dan setelah pembedahan. Misalnya,
kelebihan atau kekurangan kalium akan meningkatkam peluang terjadinya disritmia. Apabila
pasien sebelumnya telah mempunyai gangguan pada ginjal, gastrointestinal, atau
kardiovaskular, maka risiko terjadinya perubahan cairan dan elektrolit akan semakin besar.

11) Abdomen Dan Panggul

Hepar berperan penting dalam biotransformasi senyawa-senyawa anestesi. Oleh karena


itu segala bentuk kelainan hepar berefek pada bagaimana anestesi tersebut dimetabolisme.
Karena penyakit hepar akut berkaita dimetabolisme. Karena penyakit hepar akut berkaitan
dengan mortalitas bedah yang dengan mortalitas bedah yang tinggi, maka perbaikan fungsi
hepar pada fase praoperatif sangat diperlukan. Pengkajian yang cermat dilakukan dengan
berbagai pemeriksaan fungsi hepar.

Pengkajian bising usus pada fase praoperatif berguna sebagai data dasar. Perawat juga
menentukan apakah pergerakan usus pasien teratur. Apabila  pembedahan memerlukan
manipulasi saluran gastroint manipulasi saluran gastrointestinal atau pasien dib estinal atau
pasien diberikan anestesi umum, maka peristaltik tidak akan kembali normal dan bising usus
akan hilang atau berkurang selama beberapa hari setelah operasi.

Ginjal terlibat dalam ekskresi obat-obat anestesi dan metaboliknya. Status asam  basa da
metabolisme  basa da metabolisme merupakan pertimbangan penting merupakan
pertimbangan penting dalam pemberian anes dalam pemberian anestesi. Pembedahan
dikontraindikasikan bila pasien menderita nefritis akut, insufisiensi renal akut dengan oliguri
atau anuri, atau masal renal akut dengan oliguri atau anuri, atau masalah renal akut lainnya,
kecuali kalau renal akut lainnya, kecuali kalau  pembedahan merupakan satu tindakan
pembedahan merupakan satu tindakan penyelamat hidu penyelamat hidup atau amat penting
untuk amat penting untuk memperbaiki fungsi urin, seperti obstruksi uropati.
E. Pemeriksaan Diagnostik

Sebelum pasien menjalani pembedahan, dokter bedah akan meminta pasien untuk
menjalani pemeriksaan diagnostik guna memeriksa adanya kondisi yang tidak normal.
Banyak pemeriksaan laboratorium dan diagnostik seperti EKG dan foto dada tidak lagi
dilakukan secara rutin untuk pasien yang menjalani bedah sehari karena biaya yang harus
dikeluarkan untuk pemeriksaan tersebut tidak efektif jika  pasien  pasien sehat dan tidak
menunjukkan menunjukkan gejala yang tidak normal. Perawat bertanggung bertanggung
jawab mempersiapkan dalam klien untuk menjalani pemeriksaan diagnostik diagnostik dan
mengatur agar pasien menjalani pemeriksaan yang lengkap. Perawat juga harus mengkaji
hasil pemeriksaan diagnostik yang perlu diketahui dokter untuk membantu merencanakan
terapi yang tepat.

F. Pemeriksaan Skrining Tambahan

Apabila pasien berusia lebih dari 40 tahun atau mempnyai penyakit jantung, maka dokter
mngkin akan meminta pasien untuk menjalani pemeriksaan sinar-X dada atau EKG. Pada
beberapa prosedur bedah tertentu seperti bedah s erti bedah saraf, jantung, dan araf, jantung,
dan urologi, diperlukan pemeriksaan canggih untuk menegakkan diagnosa prabedah,
misalnya: MRI, CT-Scan, USG doppler, dan lainnya sesuai kebutuhan diagnosis  prabedah.
 Diagnosa Keperawatan

Adapun diagnosa keperawatan yang muncul pada tahap preoperatif menurut Brunner
(2002) mencakup:
1. Ansietas yang berhubungan dengan pengalaman bedah (anestesi, nyeri) dan
hasil akhir dari pembedahan.
2. Defisit pengetahuan mengenai prisedur dan protokol praoperatif dan
harapan pascaoperatif.

 Perencanaan dan implementasi

Tujuan: tujuan utama pasien bedah dapat meliputi, menghilangkan ansietas praoperatif dan
peningkatan pengetahuan tentang persiapan preoperatif dan harapan pascaoperatif.

 Intervensi Keperawatan

1) Ansietas yang berhubungan dengan pengalaman bedah (anestesi, nyeri) dan hasil
akhir dari pembedahan.
a. Mengidentifikasi sumber rasa cemas

b. Membantu pasien memakai mekanisme koping yang efektif

c. Membantu pasien untuk melakukan kegiatan yang bisa mengurang rasa


cemas, misalnya mendengarkan musik, relaksasi progresif, imajinasi
terbimbing dan sebagainya.
d. Melibatkan sistem pendukung pasien seperti keluarga dan orang yang berarti
baginya.

e. Memberikan obat-obatan yang bisa mengurangi rasa cemas seperti


diazepam (Valium 5-15 mg IV/IM/oral), midazolam (Versed 1-4 mg
IV/IM), dan obat-obat lain yang dapat mengurangi kecemasan.

2) Defisit pengetahuan yang berhubungan dengan tidak ada informasi mengenai


rutinitas perioperatif.
a. Melakukan penyuluhan kesehatan terkait rutinitas perioperatif.

b. Memberikan informasi yang singkat dan jelas tentang pembedahan.

c. Menjelaskan prosedur pembedahan kepada pasien dan keluarganya.

 Evaluasi

Setelah dilakukan intervensi keperawatan, pasien:

a. Mengungkapkan bahwa perasaan cemas berkurang, merasa nyaman, nampak


relaks, dan memakai mekanisme koping yang efektif
b. Berpartisipasi dan mengikuti instruksi serta rutinitas perioperatif, menjelaskan
rasional dan intervensi perioperatif
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Perawatan pre operatif merupakan tahap pertama dari perawatan perioperatif yang
dimulai sejak pasien diterima masuk di ruang terima pasien dan berakhir ketika  pasien
pasien dipindahkan ke meja operasi untuk dilakukan tindakan tindakan pembedahan.

B. SARAN

Dalam pembuatan makalah ini, penulis menyadari masi menyadari masih banyak kekurangan
yang harus diperbaiki. Namun untuk meningkatkan pemahaman tentang tindakan kolaboratif
persiapan operasi, maka penulis berkeinginan menyumbangkan  beberapa pemikiran yang
dituangkan dalam bentuk saran sebagai berikut :

Bagi pembaca : Bisa menambah pengetahuan tentang tindakan kolaboratif persiapan sebelum
dan sesudah operasi. Sehingga, dapat dijadikan sebagai penambahan ilmu dalam bidang
keperawatan  

Bagi Pendidikan : Untuk meningkatkan dan memperlancar dalam proses pembuatan makalah,
hendaknya pihak pendidikan menambah literature-literatur di perpustakaan khususnya
tindakan kolaboratif persiapan sebelum dan sesudah operasi

Anda mungkin juga menyukai