Anda di halaman 1dari 11

RESUME PERIOPERATIVE CARE

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Peminatan

Disusun oleh:

Dwi Ariantika (A22020172)

Kelas Cilacap

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
GOMBONG

1
BAB I
PENDAHULUAN

Keperawatan perioperatif merupakan istilah yang digunakan untuk


menggambarkan keragaman fungsi keperawatan yang berkaitan dengan
pembedahan pasien. Istilah perioperatif adalah suatu istilah gabungan yang
mencakup tiga fase pembedahan, yaitu preoperative phase, intraoperative phase
dan post operative phase. Masing- masing fase dimulai pada waktu tertentu dan
berakhir pada waktu tertentu pula dengan urutan peristiwa yang membentuk
pengalaman bedah dan masing-masing mencakup rentang perilaku dan aktivitas
keperawatan yang luas yang dilakukan oleh perawat dengan menggunakan proses
keperawatan dan standar praktik keperawatan. Disamping perawat kegiatan
perioperatif ini juga memerlukan dukungan dari tim kesehatan lain yang
berkompeten dalam perawatan pasien sehingga kepuasan pasien dapat tercapai
sebagai suatu bentuk pelayanan prima ( Brunner & Suddarth, 2001 ).
Keperawatan preoperatif merupakan tahapan awal dari keperawatan perioperatif.
Sedangkan tindakan keperawatan preoperatif merupakan tindakan yang dilakukan
oleh perawat dalam rangka mempersiapkan pasien untuk dilakukan tindakan
pembedahan dengan tujuan untuk menjamin keselamatan pasien intraoperatif.
Persiapan fisik maupun pemeriksaan penunjang serta persiapan mental sangat
diperlukan karena kesuksesan suatu tindakan pembedahan klien berawal dari
kesuksesan persiapan yang dilakukan selama tahap persiapan. Kesalahan yang
dilakukan pada saat tindakan preoperatif apapun bentuknya dapat berdampak pada
tahap-tahap selanjutnya, untuk itu diperlukan kerjasama yang baik antara masing-
masing komponen yang berkompeten untuk menghasilkan outcome yang optimal,
yaitu kesembuhan pasien secara paripurna ( Rothrock ,1999).
Kegiatan keperawatan yang dapat dilakukan sesuai peran perawat
perioperatif antara lain mengidentifikasi factor – factor yang mempengaruhi
resiko pelaksanaan operasi, mengkaji kebutuhan fisik dan psikologis dan
memfasilitasi persiapan fisik dan psikologis selama masa pra pembedahan
( Taylor , 1997 ). Menurut Chitty Kay. K ( 1997), peran perawat dalam perawatan
klien adalah pemberi pelayanan, pendidik, konselor, manager, peneliti dan

2
kolaborator. Adapun implementasi keperawatan yang diselenggarakan dapat
berupa melakukan tindakan, mendelegasikan tindakan, melakukan pengajaran,
memberikan konseling, melakukan pencatatan dan pelaporan serta tetap
menjalankan pengkajian berkelanjutan. Data Tindakan operasi yang dilakukan di
rumah sakit Dr. Kariadi khusunya di ruang bedah rata – rata per hari adalah 5- 8
orang dari sekitar 60 pasien yang dirawat, artinya 13, 3 % pasien yang dirawat
dilakukan tindakan operasi setiap harinya. Sedangkan data tindakan operasi dalam
satu bulan rata – rata kurang lebih 152 pasien. Sementara data kejadian tunda
dilakukan operasi dalam satu bulan rata – rata 5- 8 pasien dari sekitar 152 pasien
yang dioperasi, artinya 5- 7% pasien tunda dilakukan operasi. Data Penyebab
ditundanya operasi bermacam – macam namun sebagian besar di antaranya karena
keadaan umum pasien yang kurang memungkinkan ( hipoalbumin) sekitar 30 %,
selanjutnya 15 % karena masalah pada pemeriksaan penunjang ( hasil
laboratorium ), 7,5 % karena ISPA, 7,5 % karena fasilitas yang kurang memadai
dan sisanya 40 % karena sebab lain ( Data ruang Bedah RS Dr. Kariadi Semarang,
2010). Kejadian ini tentunya memperpanjang LOS pasien. Melihat data – data
tersebut di atas kegagalan operasi kemungkinan terkait dengan persiapan
preoperatif yang kurang adekuat. Untuk itu persiapan preoperatif yang baik akan
menentukan keberhasilan tindakan operasi.
Salah satu prosedur pasien yang akan masuk rawat inap adalah sudah
terdiagnosa dari poliklinik/UGD tentang penyakit yang diderita serta rencana
penanganannya. Dengan dasar ini seharusnya perawat sudah mengetahui program
setiap pasien yang masuk ke rawat inap, salah satunya yang telah direncanakan
untuk dilakukan tindakan operasi. Sehingga prosedur tindakan preoperasi bisa
dipersiapkan sejak dari sini agar pelaksanaan tindakan operasi dapat berjalan
dengan lancar. Namun kenyataanya perawat kurang memperhatikan hal ini,
sehingga pasien yang ada rencana untuk dilakukan tindakan operasi belum ada
perlakuan khusus tentang persiapan tindakan operasi yang akan dijalani. Perawat
umumnya mempersiapkan preoperasi bila pelaksanaan operasi sudah dekat atau
bahkan persiapan preoperasi dilaksakan bila pasien sudah nyata – nyata terdaftar
untuk dilakukan operasi. Tentunya waktu ini sangat singkat untuk menjalankan
semua persiapan operasi yang seharusnya dilakukan, akibatnya persiapan operasi

3
tidak maksimal. Sehingga dimungkinkan masih terjadi kegagalan dilakukan
operasi karena persiapan perawat yang tidak adekuat. Prosedur tindakan
preoperatif di beberapa rumah sakit telah dikembangkan sedemikian rupa
mengacu pada kebutuhan pasien yang akan dilakukan pembedahan. Prosedur ini
diharapkan menjadi pedoman paramedis dalam upaya mempersiapkan pasien
preoperatif, sehingga persiapan preoperatif dapat dilakukan dengan baik. Di
Indonesia hampir setiap rumah sakit mempunyai prosedur tentang tindakan
preoperative. Di rumah sakit Dr. Kariadi juga telah dibuat cek list tindakan
preoperatif yang harus dilaksanakan, namun penelitian terkait sejauhmana
tindakan keperawatan yang diterima pasien preoperatif belum pernah dilakukan.
Disamping itu tindakan preoperatif yang diselenggarakan oleh perawat apakah
sudah dilakukan dengan baik dan apakah sudah dilakukan secara holistik juga
belum ada data yang jelas. Dari hasil pengamatan pada studi pendahuluan
tindakan keperawatan preoperatif tidak sepenuhnya dilakukan oleh perawat, pada
pengambilan acak cek list tindakan preoperasi yang diisi oleh perawat, dari 20
sampel yang diambil lebih dari 15 tidak terisi dengan lengkap, artinya lebih dari
75 % cek list tindakan preoperasi tidak terisi secara lengkap. Apakah hal ini
mengindikasikan tidak dilakukannya tindakan preoperatif ? hal ini belum dapat
disimpulkan. Melihat fenomena di atas pada penelitian ini akan dipelajari jenis –
jenis tindakan keperawatan yang dilakukan perawat terhadap klien preoperasi
sehingga hasilnya diharapkan dapat menjadi entery point untuk memperbaiki
kuantitas dan kualitas pelayanan preoperasi khususnya di rumah sakit Dr. Kariadi

4
BAB II

PEMBAHASAN

Pengertian Perawatan perioperatif Perawatan perioperatif adalah periode


sebelum, selama dan sesudah operasi berlangsung. Keperawatan perioperatif
adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan keragaman fungsi
keperawatan yang berkaitan dengan pengalaman pembedahan pasien.
Keperawatan perioperatif adalah fase penatalaksanaan pembedahan yang
merupakan pengalaman yang unik bagi pasien. Keperawatan perioperatif adalah
istilah yang digunakan untuk menggambarkan keragaman fungsi keperawatan
yang berkaitan dengan pengalaman pembedahan pasien. ( Keperawatan medikal-
bedah : 1997 ) Kata perioperatif adalah suatu istilah gabungan yang mencangkup
3 fase pengalaman pembedahan yaitu praoperatif, intraoperatif, dan pascaoperatif.
a. Fase Praoperatif Merupakan ijin tertulis yang ditandatangani oleh klien untuk
melindungi dalam proses operasi yang akan dilakukan. Prioritas pada prosedur
pembedahan yang utama adalah inform consent yaitu pernyataan persetujuan klien
dan keluarga tentang tindakan yang akan dilakukan yang berguna untuk mencegah
ketidaktahuan klien tentang prosedur yang akan dilaksanakan dan juga menjaga
rumah sakit serta petugas kesehatan dari klien dan keluarganya mengenai tindakan
tersebut. Pada periode pre operatif yang lebih diutamakan adalah persiapan
psikologis dan fisik sebelum operasi. b. Fase Intraoperatif Dimulai ketika pasien
masuk ke bagian atau ruang bedah dan berakhir saat pasien dipindahkan ke ruang
pemulihan. Lingkup aktifitas keperawatan, memasang infus, memberikan
medikasi intravena, melakukan pemantauan fisiologis menyeluruh sepanjang
prosedur pembedahan dan menjaga keselamatan pasien. c. Fase Posotperatif
Dimulai pada saat pasien masuk ke ruang pemulihan dan berakhir dengan evaluasi
tindak lanjut pada tatanan klinik atau di rumah. Lingkup aktifitas keperawatan,
mengkaji efek agen anestesi, membantu fungsi vital tubuh, serta mencegah
komplikasi. Peningkatan penyembuhan pasien dan penyuluhan, perawatan tindak
lanjut, rujukan yang penting untuk penyembuhan yang berhasil dan rehabilitasi
diikuti dengan pemulangan. B. Fase Intraoperatif Fase Intraoperatif dimulai

5
Dimulai ketika pasien masuk ke bagian atau ruang bedah dan berakhir saat pasien
dipindahkan ke ruang pemulihan. Lingkup aktifitas keperawatan, memasang
infus, memberikan medikasi intravena, melakukan pemantauan fisiologis
menyeluruh sepanjang prosedur pembedahan dan menjaga keselamatan pasien.

Perawat yang bekerja di ruang bedah harus telah mengambil program


Proregristation Education Courses in Anasthetic and Operating Teather Nursing .
Dalam pembedahan perawat disebut scrubbed nurse yang bertindak sebagai
asisten ahli bedah. Perawat bertanggung jawab akan pemeliharaan sterilitas daerah
pembedahan dan instrumen dan menjamin ketersediaan peralatan ahli bedah untuk
terlaksananya pembedahan yang direncanakan.

a. Perlindungan terhadap injury Aktivitas yang dilakukan pada tahap ini adalah
segala macam aktivitas yang dilakukan oleh perawat di ruang operasi.
Aktivitas di ruang operasi oleh perawat difokuskan pada pasien yang
menjalani prosedur pembedahan untuk perbaikan, koreksi atau
menghilangkan masalah – masalah fisik yang mengganggu pasien. Tentunya
pada saat dilakukan pembedahan akan muncul permasalahan baik fisiologis
maupun psikologis pada diri pasien. Untuk itu keperawatan intra operatif
tidak hanya berfokus pada masalah fisiologis yang dihadapi oleh pasien
selama operasi, namun juga harus berfokus pada masalah psikologis yang
dihadapi oleh pasien. Sehingga pada akhirnya akan menghasilkan outcome
berupa asuhan keperawatan yang terintegrasi.
b. Monitoring pasien Aktivitas keperawatan yang dilakukan selama tahap intra
operatif meliputi 4 hal, yaitu :
1. Safety Management Tindakan ini merupakan suatu bentuk jaminan
keamanan bagi pasien selama prosedur pembedahan. Tindakan yang
dilakukan untuk jaminan keamanan diantaranya adalah :Pengaturan posisi
pasien Pengaturan posisi pasien bertujuan untuk memberikan kenyamanan
pada klien dan memudahkan pembedahan. Perawat perioperatif mengerti
bahwa berbagai posisi operasi berkaitan dengan perubahan-perubahan
fisiologis yang timbul bila pasien ditempatkan pada posisi tertentu.

6
2. Monitoring Fisiologis Pemantauan fisiologis yang dilakukan oleh perawat
meliputi hal – hal sebagai berikut :
- Melakukan balance cairan Penghitungan balance cairan dilakuan untuk
memenuhi kebutuhan cairan pasien. Pemenuhan balance cairan
dilakukan dengan cara menghitung jumlah cairan yang masuk dan yang
keluar (cek pada kantong kateter urine) kemudian melakukan koreksi
terhadap imbalance cairan yang terjadi. Misalnya dengan pemberian
cairan infus.
- Memantau kondisi cardiopulmonal Pemantaun kondisi kardio pulmonal
harus dilakukan secara kontinue untuk melihat apakah kondisi pasien
normal atau tidak. Pemantauan yang dilakukan meliputi fungsi
pernafasan, nadi dan tekanan darah, saturasi oksigen, perdarahan dan
lain – lain.
- Pemantauan terhadap perubahan vital sign Pemantauan tanda-tanda
vital penting dilakukan untuk memastikan kondisi klien masih dalam
batas normal. Jika terjadi gangguan harus dilakukan intervensi
secepatnya.
3. Monitoring Psikologis Dukungan Psikologis (sebelum induksi dan bila
pasien sadar) dukungan psikologis yang dilakukan oleh perawat pada
pasien antara lain :
- Memberikan dukungan emosional pada pasien.
- Perawat berdiri di dekat pasien dan memberikan sentuhan selama
prosedur pemberian induksi.
- Mengkaji status emosional klien.
- Mengkomunikasikan status emosional pasien kepada tim kesehatan
(jika ada perubahan).
- Pengaturan dan koordinasi Nursing Care Pengaturan dan Koordinasi
Nursing Care ,tindakan yang dilakukan antara lain : Memanage
keamanan fisik pasien,Mempertahankan prinsip dan teknik asepsis.

c. Fase Postoperatif Keperawatan postoperatif adalah periode akhir dari


keperawatan perioperatif. Selama periode ini proses keperawatan diarahkan pada

7
menstabilkan kondisi pasien pada keadaan equlibrium fisiologis pasien,
menghilangkan nyeri dan pencegahan komplikasi. Pengkajian yang cermat dan
intervensi segera membantu pasien kembali pada fungsi optimalnya dengan cepat,
aman dan nyaman. Upaya yang dapat dilakukan diarahkan untuk mengantisipasi
dan mencegah masalah yang kemungkinan mucul pada tahap ini. Pengkajian dan
penanganan yang cepat dan akurat sangat dibutuhkan untuk mencegah komplikasi
yang memperlama perawatan di rumah sakit atau membahayakan diri pasien.
Memperhatikan hal ini, asuhan keperawatan postoperatif sama pentingnya dengan
prosedur pembedahan itu sendiri.

1. Faktor yang Berpengaruh Postoperatif


- Mempertahankan jalan nafas Dengan mengatur posisi, memasang suction
dan pemasangan mayo/gudel.
- Mempertahankan ventilasi/oksigenasi Ventilasi dan oksigenasi dapat
dipertahankan dengan pemberian bantuan nafas melalui ventilaot
mekanik atau nasal kanul.
- Mempertahakan sirkulasi darah Mempertahankan sirkulasi darah dapat
dilakukan dengan pemberian caiaran plasma ekspander.
- Observasi keadaan umum, observasi vomitus dan drainase
Keadaan umum dari pasien harus diobservasi untuk mengetahui keadaan
pasien, seperti kesadaran dan sebagainya. Vomitus atau muntahan
mungkin saja terjadi akibat penagaruh anastesi sehingga perlu dipantau
kondisi vomitusnya. Selain itu drainase sangat penting untuk dilakukan
obeservasi terkait dengan kondisi perdarahan yang dialami pasien. e)
Balance cairan Harus diperhatikan untuk mengetahui input dan output
caiaran klien. Cairan harus balance untuk mencegah komplikasi lanjutan,
seperti dehidrasi akibat perdarahan atau justru kelebihan cairan yang
justru menjadi beban bagi jantung dan juga mungkin terkait dengan
fungsi eleminasi pasien.
- Mempertahanakan kenyamanan dan mencegah resiko injury. Pasien post
anastesi biasanya akan mengalami kecemasan, disorientasi dan beresiko
besar untuk jatuh. Tempatkan pasien pada tempat tidur yang nyaman dan
pasang side railnya. Nyeri biasanya sangat dirasakan pasien, diperlukan

8
intervensi keperawatan yang tepat juga kolaborasi dengan medi terkait
dengan agen pemblok nyerinya.

2. Tindakan Postoperatif Ketika pasien sudah selasai dalam tahap intraoperatif,


setelah itu pasien di pindahkan keruang perawatan, maka hal – hal yang harus
perawat lakukan, yaitu : Monitor tanda – tanda vital dan keadaan umum
pasien, drainage, tube/selang, dan komplikasi. Begitu pasien tiba di bangsal
langsung monitor kondisinya. Pemerikasaan ini merupakan pemmeriksaan
pertama yang dilakukan di bangsal setelah postoperatif. Manajemen Luka
Amati kondisi luka operasi dan jahitannya, pastikan luka tidak mengalami
perdarahan abnormal. Observasi discharge untuk mencegah komplikasi lebih
lanjut. Manajemen luka meliputi perawatan luka sampai dengan
pengangkatan jahitan. Mobilisasi dini Mobilisasi dini yang dapat dilakukan
meliputi ROM, nafas dalam dan juga batuk efektif yang penting untuk
mengaktifkan kembali fungsi neuromuskuler dan mengeluarkan sekret dan
lendir. Rehabilitasi Rehabilitasi diperlukan oleh pasien untuk memulihkan
kondisi pasien kembali. Rehabilitasi dapat berupa berbagai macam latihan
spesifik yang diperlukan untuk memaksimalkan kondisi pasien seperti sedia
kala. Discharge Planning Merencanakan kepulangan pasien dan memberikan
informasi kepada klien dan keluarganya tentang hal-hal yang perlu dihindari
dan dilakukan sehubungan dengan kondis/penyakitnya post operasi.

Ada 2 macam dischargeplanning:

1. Untuk perawat : berisi point-point discahrge planing yang diberikan


kepada klien (sebagai dokumentasi)
2. Untuk pasien : dengan bahasa yang bisa dimengerti pasien dan lebih
detail.

9
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan Perawatan perioperatif adalah periode sebelum, selama dan


sesudah operasi berlangsung, yang mana tugas seorang perawat yaitu
memberikan kenyamanan terhadap pasien supaya saat dilaksanakannya
operasi hingga paska operasi sampai pemulihan pasien, sampai pasien
sembuh, pasien merasa nyaman dan tercukupi kebutuhan – kebutuhannya.
Dalam fase penyembuhan apabila pasien sudah diperbolehkan pulang tugas
perawat yaitu memberikan penyuluhan tindakan perawatan diri pasien,
terhadap keluarga dan pasien itu sendiri, supaya terjaga kesehatan pasien dan
terawat dengan baik, sehingga pasien sehat seperti sediakala. B. Saran
Hendaknya mahasiswa dapat benar – benar memahami dan mewujud
nyatakan peran perawat yang prefesional, serta dapat melaksanakan tugas –
tugas dengan penuh tanggung jawab, dan selalu mengembangkan ilmu
keperawatan

10
DAFTAR PUSTAKA

Baradero, Mary. 2008. Keperawatan perioperatif . Jakarta : EGC. Nurachmah,


Elly. 2000 .

Buku Sakau Prosedur Keperwatan medikal-bedah. Jakarta : EGC. Fernsebner,


Billie. 2005.

Buku Ajar Keperawatan Perioperatif vol.2 . Jakarta : EGC Effendy, Christantie


dan Ag. Sri Oktri Hastuti. 2005 . Kiat Sukses menghadapi Operasi. Yogyakarta :
Sahabat Setia Sjamsulhidayat, R. dan Wim de Jong. 1998.

Buku Ajar Imu Bedah Edisi revisi, Jakarta : EGC. http://makalah-kesehatan-


online.blogspot.com/2009/01/konsep dasarkeperawatanperioperatif.html, di akses
16 Mei 2011

11

Anda mungkin juga menyukai