Disusun oleh:
Kelas Cilacap
1
BAB I
PENDAHULUAN
2
kolaborator. Adapun implementasi keperawatan yang diselenggarakan dapat
berupa melakukan tindakan, mendelegasikan tindakan, melakukan pengajaran,
memberikan konseling, melakukan pencatatan dan pelaporan serta tetap
menjalankan pengkajian berkelanjutan. Data Tindakan operasi yang dilakukan di
rumah sakit Dr. Kariadi khusunya di ruang bedah rata – rata per hari adalah 5- 8
orang dari sekitar 60 pasien yang dirawat, artinya 13, 3 % pasien yang dirawat
dilakukan tindakan operasi setiap harinya. Sedangkan data tindakan operasi dalam
satu bulan rata – rata kurang lebih 152 pasien. Sementara data kejadian tunda
dilakukan operasi dalam satu bulan rata – rata 5- 8 pasien dari sekitar 152 pasien
yang dioperasi, artinya 5- 7% pasien tunda dilakukan operasi. Data Penyebab
ditundanya operasi bermacam – macam namun sebagian besar di antaranya karena
keadaan umum pasien yang kurang memungkinkan ( hipoalbumin) sekitar 30 %,
selanjutnya 15 % karena masalah pada pemeriksaan penunjang ( hasil
laboratorium ), 7,5 % karena ISPA, 7,5 % karena fasilitas yang kurang memadai
dan sisanya 40 % karena sebab lain ( Data ruang Bedah RS Dr. Kariadi Semarang,
2010). Kejadian ini tentunya memperpanjang LOS pasien. Melihat data – data
tersebut di atas kegagalan operasi kemungkinan terkait dengan persiapan
preoperatif yang kurang adekuat. Untuk itu persiapan preoperatif yang baik akan
menentukan keberhasilan tindakan operasi.
Salah satu prosedur pasien yang akan masuk rawat inap adalah sudah
terdiagnosa dari poliklinik/UGD tentang penyakit yang diderita serta rencana
penanganannya. Dengan dasar ini seharusnya perawat sudah mengetahui program
setiap pasien yang masuk ke rawat inap, salah satunya yang telah direncanakan
untuk dilakukan tindakan operasi. Sehingga prosedur tindakan preoperasi bisa
dipersiapkan sejak dari sini agar pelaksanaan tindakan operasi dapat berjalan
dengan lancar. Namun kenyataanya perawat kurang memperhatikan hal ini,
sehingga pasien yang ada rencana untuk dilakukan tindakan operasi belum ada
perlakuan khusus tentang persiapan tindakan operasi yang akan dijalani. Perawat
umumnya mempersiapkan preoperasi bila pelaksanaan operasi sudah dekat atau
bahkan persiapan preoperasi dilaksakan bila pasien sudah nyata – nyata terdaftar
untuk dilakukan operasi. Tentunya waktu ini sangat singkat untuk menjalankan
semua persiapan operasi yang seharusnya dilakukan, akibatnya persiapan operasi
3
tidak maksimal. Sehingga dimungkinkan masih terjadi kegagalan dilakukan
operasi karena persiapan perawat yang tidak adekuat. Prosedur tindakan
preoperatif di beberapa rumah sakit telah dikembangkan sedemikian rupa
mengacu pada kebutuhan pasien yang akan dilakukan pembedahan. Prosedur ini
diharapkan menjadi pedoman paramedis dalam upaya mempersiapkan pasien
preoperatif, sehingga persiapan preoperatif dapat dilakukan dengan baik. Di
Indonesia hampir setiap rumah sakit mempunyai prosedur tentang tindakan
preoperative. Di rumah sakit Dr. Kariadi juga telah dibuat cek list tindakan
preoperatif yang harus dilaksanakan, namun penelitian terkait sejauhmana
tindakan keperawatan yang diterima pasien preoperatif belum pernah dilakukan.
Disamping itu tindakan preoperatif yang diselenggarakan oleh perawat apakah
sudah dilakukan dengan baik dan apakah sudah dilakukan secara holistik juga
belum ada data yang jelas. Dari hasil pengamatan pada studi pendahuluan
tindakan keperawatan preoperatif tidak sepenuhnya dilakukan oleh perawat, pada
pengambilan acak cek list tindakan preoperasi yang diisi oleh perawat, dari 20
sampel yang diambil lebih dari 15 tidak terisi dengan lengkap, artinya lebih dari
75 % cek list tindakan preoperasi tidak terisi secara lengkap. Apakah hal ini
mengindikasikan tidak dilakukannya tindakan preoperatif ? hal ini belum dapat
disimpulkan. Melihat fenomena di atas pada penelitian ini akan dipelajari jenis –
jenis tindakan keperawatan yang dilakukan perawat terhadap klien preoperasi
sehingga hasilnya diharapkan dapat menjadi entery point untuk memperbaiki
kuantitas dan kualitas pelayanan preoperasi khususnya di rumah sakit Dr. Kariadi
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
Dimulai ketika pasien masuk ke bagian atau ruang bedah dan berakhir saat pasien
dipindahkan ke ruang pemulihan. Lingkup aktifitas keperawatan, memasang
infus, memberikan medikasi intravena, melakukan pemantauan fisiologis
menyeluruh sepanjang prosedur pembedahan dan menjaga keselamatan pasien.
a. Perlindungan terhadap injury Aktivitas yang dilakukan pada tahap ini adalah
segala macam aktivitas yang dilakukan oleh perawat di ruang operasi.
Aktivitas di ruang operasi oleh perawat difokuskan pada pasien yang
menjalani prosedur pembedahan untuk perbaikan, koreksi atau
menghilangkan masalah – masalah fisik yang mengganggu pasien. Tentunya
pada saat dilakukan pembedahan akan muncul permasalahan baik fisiologis
maupun psikologis pada diri pasien. Untuk itu keperawatan intra operatif
tidak hanya berfokus pada masalah fisiologis yang dihadapi oleh pasien
selama operasi, namun juga harus berfokus pada masalah psikologis yang
dihadapi oleh pasien. Sehingga pada akhirnya akan menghasilkan outcome
berupa asuhan keperawatan yang terintegrasi.
b. Monitoring pasien Aktivitas keperawatan yang dilakukan selama tahap intra
operatif meliputi 4 hal, yaitu :
1. Safety Management Tindakan ini merupakan suatu bentuk jaminan
keamanan bagi pasien selama prosedur pembedahan. Tindakan yang
dilakukan untuk jaminan keamanan diantaranya adalah :Pengaturan posisi
pasien Pengaturan posisi pasien bertujuan untuk memberikan kenyamanan
pada klien dan memudahkan pembedahan. Perawat perioperatif mengerti
bahwa berbagai posisi operasi berkaitan dengan perubahan-perubahan
fisiologis yang timbul bila pasien ditempatkan pada posisi tertentu.
6
2. Monitoring Fisiologis Pemantauan fisiologis yang dilakukan oleh perawat
meliputi hal – hal sebagai berikut :
- Melakukan balance cairan Penghitungan balance cairan dilakuan untuk
memenuhi kebutuhan cairan pasien. Pemenuhan balance cairan
dilakukan dengan cara menghitung jumlah cairan yang masuk dan yang
keluar (cek pada kantong kateter urine) kemudian melakukan koreksi
terhadap imbalance cairan yang terjadi. Misalnya dengan pemberian
cairan infus.
- Memantau kondisi cardiopulmonal Pemantaun kondisi kardio pulmonal
harus dilakukan secara kontinue untuk melihat apakah kondisi pasien
normal atau tidak. Pemantauan yang dilakukan meliputi fungsi
pernafasan, nadi dan tekanan darah, saturasi oksigen, perdarahan dan
lain – lain.
- Pemantauan terhadap perubahan vital sign Pemantauan tanda-tanda
vital penting dilakukan untuk memastikan kondisi klien masih dalam
batas normal. Jika terjadi gangguan harus dilakukan intervensi
secepatnya.
3. Monitoring Psikologis Dukungan Psikologis (sebelum induksi dan bila
pasien sadar) dukungan psikologis yang dilakukan oleh perawat pada
pasien antara lain :
- Memberikan dukungan emosional pada pasien.
- Perawat berdiri di dekat pasien dan memberikan sentuhan selama
prosedur pemberian induksi.
- Mengkaji status emosional klien.
- Mengkomunikasikan status emosional pasien kepada tim kesehatan
(jika ada perubahan).
- Pengaturan dan koordinasi Nursing Care Pengaturan dan Koordinasi
Nursing Care ,tindakan yang dilakukan antara lain : Memanage
keamanan fisik pasien,Mempertahankan prinsip dan teknik asepsis.
7
menstabilkan kondisi pasien pada keadaan equlibrium fisiologis pasien,
menghilangkan nyeri dan pencegahan komplikasi. Pengkajian yang cermat dan
intervensi segera membantu pasien kembali pada fungsi optimalnya dengan cepat,
aman dan nyaman. Upaya yang dapat dilakukan diarahkan untuk mengantisipasi
dan mencegah masalah yang kemungkinan mucul pada tahap ini. Pengkajian dan
penanganan yang cepat dan akurat sangat dibutuhkan untuk mencegah komplikasi
yang memperlama perawatan di rumah sakit atau membahayakan diri pasien.
Memperhatikan hal ini, asuhan keperawatan postoperatif sama pentingnya dengan
prosedur pembedahan itu sendiri.
8
intervensi keperawatan yang tepat juga kolaborasi dengan medi terkait
dengan agen pemblok nyerinya.
9
BAB III
PENUTUP
10
DAFTAR PUSTAKA
11