Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

Konsep Dasar Desa Siaga Sehat Jiwa Dan Deteksi Dini Kesehatan Jiwa
Mata Ajar : Keperawatan Jiwa Komunitas
Dosen Pengempu : Ns. Anton Surya Prasetya , M.Kep, Sp.Kep.J

Disusun oleh :
Kelompok 3
Anggota :
1. Indah Wulandari
2. Kadek Nita Savira
3. M Satrio Dwi Putra
4. Ni Made Tisa Monica
5. Oktava Mahmuda
6. Puspita Artanti
7. Risa Melinda
8. Sintia Agita Putri
9. Vera Feriska

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANCA BHAKTI BANDAR LAMPUNG


TAHUN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapakan kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga makalah yang berjudul “Konsep Dasar Desa Siaga Sehat Jiwa Dan
Deteksi Dini Kesehatan Jiwa ” ini dapat diselesaikan dengan baik. Tidak lupa shalawat dan
salam semoga terlimpahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya, dan
kepada kita selaku umatnya.
Saya ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
makalah ini. Dan saya juga menyadari akan pentingnya sumber bacaan dan referensi internet
yang telah membantu dalam memberikan informasi yang akan menjadi bahan makalah.Saya juga
mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ns. Anton Surya Prasetya, M.Kep., Sp.Kep.J sebagai
dosen pengampu yang telah banyak memberi petunjuk dan semua pihak yang telah memberikan
arahan serta bimbingannya selama ini sehingga penyususan makalah dapat dibuat dengan sebaik-
baiknya.

Saya menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini sehingga saya
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan makalah ini.
Saya mohon maaf jika di dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan dan kekurangan, karena
kesempurnaan hanya milik Yang Maha Kuasa yaitu Allah SWT, dan kekurangan pasti milik kita
sebagai manusia. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Bandar Lampung, 13 september 2022

Penulis
DAFTAR ISI
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Latar Belakang Kesehatan jiwa dan gangguan jiwa sering kali sulit didefinisikan. Orang
dianggap sehat jika mereka mampu memainkan peran dalam masyarakat dan
perilaku .Mereka pantas dan adaptif. Sebaiknya seseorang dianggap sakit jika gagal
memainkan .peran dan memikul tanggung jawab atau perilakunya tidak pantas.
Kebudayaan setiap masyarakat sangat mempengaruhi definisi sehat dan sakit. Perilaku
yang diterima tidak pantas pada masyarakat lain.
Renstra Kemenkes 2010-2014 menjelaskan bahwa visi pembangunan kesehatan
Indonesia antara lain menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat,
meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan yang berkualitas, meningkatkan
surveyor, monitoring dan informasi kesehatan serta meningkatkan pemberdayaan
masyarakat.
Kesehatan jiwa merupakan salah satu arah dari visi kesehatan tersebut. Masalah
kesehatan jiwa terutama gangguan jiwa secara tidak langsung dapat menurunkan
produktifitas, apalagi jika omset gangguan jiwa dimulai dari usia produktif. Untuk
mengantisipasi hal tersebut, maka perlu pelayanan kesehatan jiwa yang komprehensif,
holistic, dan paripurna. Kegiatan dapat dilakukan dengan menggerakkan dan
memberdayakan seluruh potensi yang ada di masyarakat, baik warga masyarakat sendiri,
tokoh masyarakat, dan profesi kesehatan
Masalah kesehatan jiwa mempunyai lingkup yang sangat luas dan kompleks serta tidak
terpisahkan (integral) dari kesehatan terutama dalam menunjang terwujudnya kwalitas
hidup manusia yang ut uh. Perawat adalah agens perubahan yang ideal untuk kemajuan
pelayanan kesehatan masyarakat khususnya kesehatan jiwa. Perawat yang selanjutnya
disebut perawat CMHN ( Community Mental Health Nursing) merupakan mata dan
telinga dari setiap permasalahan kesehatan jiwa di komunitas dimana memiliki
kredibilitas sebagai profesional kesehatan di masyarakat, pengalaman klinis dan
pendidikan memandu kita dalam mengkaji gejolak masalah kesehatan yang potensia yang
terjadi disekitar kita. Melalui hubungan profesional dengan klien, pemberdayaan proses
keperawatan bersama dengan masyarakat untuk menyelesaikan masalah yang ada
disekitar seiring dengan kebijakan kesehatan dan upaya pengembangan sumber
penyembuhan masyarakat.Perkembangan individu terjadi simultan antara dimensi fisik,
kognitif, psikososial, moral dan spiritual. Masing-masing dimensi mempunyai peran yang
sama pentingnya untuk membentuk kepribadian yang utuh. Gangguan jiwa merupakan
salah satu masalah kesehatan dan masih banyak ditemukan di masyaraka
B. Rumusan Masalah

C. Tujuan

BAB 2

PEMBAHASAN

DESA SIAGA SEHAT JIWA

1. Definisi

Desa siaga adalah desa yang penduduknyadapat mengakses dengan mudah pelayanan kesehatan
dasar yang memberikan pelayanan setiap hari melalui Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) atau
saran kesehatan yang ada di wilayah tersebut seperti Puskesmas Pembantu ( Pustu),Pusat
Kesehatan Masyarakat (Puskesmas),atau sarana kesehatan lainnya serta penduduknya
mengembangkan Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) dan melaksanakan
survelans berbasis masyarakat ( meliputi pemantauan penyakit ,kesehatan ibu dan
anak,gizi,lingkungan dan perilaku),kedaruratan kesehatan dan penanggulangalangan
bencana,serta penyehatan lingkungan sehingga masyarakatnya menerapkan Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat (PHBS).

2. Komponen Desa /Kelurahan Siaga Aktif


a. Pelayanan kesehatan dasar
b. Pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan UKBM dan mendorong upaya survailans
berbasis masyarakat,kedaruratan kesehatan dan penanggulangan bencana,serta penyehatan
lingkungan.
c. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
3. Tujuan desa/ Kelurahan Siaga Aktif

Pengembangan desa siaga memiliki beberapa tujuan :


a. Tujuan umum :
Terwujudnya desa dengan masyarakat yang sehat, peduli,tanggap,dan mampu
mengenali,mencegah serta mengatasi permasalahan kesehatan yang dihadapi secara mandiri,
sehingga derajad kesehatannya meningkat.
b. Tujuan khusus :
1. Mengembangkan kebijakan pengembangan Desa /Kelurahan Aktif di Pemerintahan Desa
atu Kelurahan.
2. Meningkatkan komitmen dan kerja sama semua perangkat Desa atau kelurahan dan
organisasi kemasyarakatan untuk pengembangan Desa/ Kelurahan Siaga Aktif.
3. Meningatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dasar di desa/ kelurahan
4. Mengembangkan UKBM dan melaksanakan survailans berbasis masyarakat (meliputi
pemantauan penyakit,kesehatan ibu,pertumbuhan anak,liugkungan,dan
perilaku),penanggulangan benkungcana dan kedaruratan kesehatan serta penyehatan
lingkungan.
5. Meningkatkan ketersediaan sumber daya manusia ,dana maupun sumber daya lain,yang
berasal dari pemerintah desa /kelurahan,masyarakat dan swasta/dunia usaha,untuk
pengembangan desa/kelurahan siaga aktif
6. Meningkatkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Rumah Tangga.

4. Sasaran Desa Siaga Aktif

Sasaran desa siaga dibedakan menjadi tiga jenis untuk mempermudah strategi intervensi,
yaitu :
1. Semua individu dan keluarga di desa, yang diharapkan mampu melaksanakan hidup sehat,
serta peduli dan tanggap terhadap permasalahan kesehatan diwilayah desanya.
2. Pihak-pihak yang mempunyai pengaruh terhadap perubahan perilaku individu dan
keluarga atau dapat menciptakan iklim yang kondusif bagi perubahan perilaku tersebut,
seperti tokoh masyarakat, termasuk tokoh agama, tokoh perempuan, dan pemuda, kader, serta
petugas kesehatan.
3. Pihak-pihak yang diharapkan memberi dukungan kebijakan, peraturan perundang-
undangan, dana, tenaga, sarana, dll. Seperti kepala desa, camat,para pejabat terkait, swasta,
para donatur, dan pemangku kepentingan lain

5. Langkah-langkah pengembangan desa siaga aktif

Pengembangan Desa siaga dilaksanakan dengan membantu / memfasilitasi /mendampingi


masyarakat untuk menjalani proses pembelajaran melalui siklusatau spiral pemecahan
masalah yang terorganisasi yang dilakukan oleh forum masyarakat desa ( pengorganisasian
masyarakat ). Yaitu dengan menempuh tahap-tahap :
1. Mengindentifikasi masalah, penyebab masalah, dan sumberdaya yang dapat dimanfaatkan
untuk mengatasi masalah
2. Mendiagnosis masalah dan merumuskan alternatif-alternatif pemecahan masalah.
3. Menetapkan alternatif pemecahan masalah yang layak merencanakan dan
melaksanakannya, serta
4. Memantau, mengevaluasi dan membina kelestarian upaya-upaya yang telahdilakukan

6. Pengertian Desa Siaga Sehat Jiwa ( DSSJ )

Adalah Desa siaga yang melibatkan masyarakat untuk ikut berperan serta dalam mendeteksi
gangguan jiwa serta siaga terhadap munculnya masalah kesehatan jiwa di masyarakat.
7. konsep desa siaga sehat jiwa

Tujuan Desa Siaga Sehat Jiwa


Agar masyarakat ikut berperan serta dalam :
a. Mendeteksi pasien gangguan jiwa yang belum terdeteksi
b. Membantu pemulihan pasien yang telah dirawat di rumah sakit.
c. Siaga terhadap munculnya masalah kesehatan jiwa di masyarakat melalui kegiatan
keperawatan kesehatan jiwa masyarakat atau komunitas (Community Mental Healt
Nursing /CMHN)

Karakteristik Desa Siaga Sehat Jiwa:


1. Memiliki kader kesehatan jiwa (KKJ)
2. Memiliki kelompok tokoh agama,pengobat tradisional ,guru,petugas keamanan.
3. Memiliki kantor DSSJ.
4. Mempunyai survey keluarga kondisi keswa keluarga.
5. Memiliki system rujukan keswa.
6. Memiliki dana masyarakat.
7. Menerapkan perilaku ssehat jiwa.

Langkah-langkah pembentukan:
1. Pemilihan Desa
2. Sosialisasi ke tokoh masyarakat.
3. Pemilihan calon kader kesehatan jiwa.
4. Pelaksanaan peran kader kesehatan jiwa.
5. Monitoring dan evaluasi

Tanda keluarga dengan gangguan jiwa:

1. Sedih berkepanjangan dalam waktu lama.


2. Kemampuan melakukan kegiatan sehari hari (kebersihan,makan,minum,aktifitas)
berkurang.
3. Motivasi untuk melakukan kegiatan menurun (malas).
4. Marah marah tanpa sebab.
5. Bicara atau tertawa sendiri.
6. Mengamuk
7. Menyndiri
8. Tidak mau bergaul.
9. Tidak memperhatikan penampilan atau kebersihan diri.
10. Mengatakan atau mencoba bunuh diri

8. Program CMHN

Pelaksanaan Asuhan Keperawatan dilakukan oleh perawat CMHN dan Kader Kesehatan jiwa
(KKJ).
Perawat CMHN diharapkan mempunyai kemampuan :
a. Melaksanakan Asuhan Keperawatan pada kelompok masyarakat sehat jiwa,masyarakat
yang beresiko mengalami gangguan jiwa( masalah psikososial) dan masalah yang mengalami
gangguan jiwa.
b. Memberikan pendidikan kesehatan pada kelompok sehat jiwa ,kelompok yang beresiko
mengalami gangguan jiwa( masalah psikososial) dan kelompok yang mengalami gangguan
jiwa.
c. Melaksanakan terapi aktivitas kelompok (TAK) pada kelompok pasien gangguan jiwa.
d. Melakukan rehabilitasi pada pasien gangguan jiwa.

Kegiatan kader kesehatan jiwa:


1. Mendeteksi dini keluarga di desa siaga sehat jiwa (sehat,resiko,sakit)
2. Menggerakkan keluarga sehat untuk penyuluhan sehat jiwa.
3. Menggerakkan keluarga resiko untuk penyuluhan resiko gangguan jiwa.
4. Menggerakkan keluarga sakit jiwa untuk penyuluhan cara merawat.
5. Menggerakkan pasien untuk Terapi Aktifitas Kelompok (TAK )dan Rehabilitasi.
6. Melakukan kunjungan rumah pasien mandiri
7. Merujuk kasus ke perawar CMHN
8. Mendokumentasikan kegiatan.
9. Pergerakan kegiatan kelompok swabantu pasien dan keluarga gangguan jiwa.

Deteksi Dini Gangguan Jiwa

Konsep dan Teori


Menurut Power (2007) deteksi dini merupakan salah satu pilar dari intervensi awal dalam
menetapkan gejala awal gangguan.

Sedangkan menurut Wilson (2006) deteksi dini, promosi kesehatan, dan intervensi yang efektif
merupakan tindakan yang dilakukan oleh individu dan kelompok dalam mengurangi prevalensi,
dengan memperpendek durasi penyakit atau gangguan yang diderita.

Selain itu Detels et al (2002) menyatakan bahwa upaya untuk pemberdayaan masyarakat
terhadap kesehatan jiwa dapat dicapai dengan suatu manajemen pelayanan kesehatan khususnya
pelayanan kesehatan jiwa berbasis komunitas. Bentuk pendekatan manajemen pelayanan
kesehatan jiwa komunitas ini salah satunya dengan pengenalan deteksi dini gangguan jiwa yang
dapat dilakukan sendiri oleh masyarakat (kader). Hal ini dapat mempermudah penanganan
gangguan jiwa yang ada di masyarakat.

Masalah Terkait Early Detection

Masalah penyakit kejiwaan di Negara Indonesia sekarang, harus menjadi perhatian serius bagi
seluruh sektor pemerintahan. Karena menurut burden of disease atau beban penyakit kejiwaan di
Indonesia prevalensinya selalu meningkat dan cukup mengkhawatirkan. Hasil Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas, 2013) menunjukkan angka 6% (14 juta orang) untuk gangguan mental
emosional dengan gejala-gejala depresi dan kecemasan, dan 1,7 per 1000 penduduk (400.000
orang) untuk gangguan jiwa berat (Kemenkes RI, 2014).
Pelaksanaan Early Detection
Dalam pelaksanaan deteksi dini perawat jiwa komunitas perlu mengadakan pemberdayaan
masyarakat sebagai proses pengembangan potensi, baik pengetahuan maupun keterampilan
masyarakat sehingga mereka mampu mengontrol diri dan terlibat dalam memenuhi kebutuhan
mereka sendiri. Kader merupakan sumberdaya masyarakat yang perlu di kembangkan dalam
pengembangan Desa Siaga Sehat Jiwa. Pemberdayaan kader kesehatan jiwa sebagai tenaga
potensial yang ada di masyarakat diharapkan mampu mendukung program kesehatan jiwa di
komunitas yang diterapkan di masyarakat. Seorang kader akan mampu melakukan kegiatan
apabila kader tersebut sejak awal diberikan pembekalan. Metoda dalam mengembangkan kader
kesehatan jiwa sebaiknya teratur, sistematis, rasional, yang digunakan untuk menentukan jumlah
kader. Menurut Keliat (2011) adapun tahapannya adalah proses rekruitmen kader, proses
orientasi kader, dan pelaksanaan deteksi dini.

Kebijakan Terkait Early Detection

Secara garis besar, sebenarnya Negara Indonesia sudah mengatur pemberdayaan Orang Dengan
Gangguan Jiwa (ODGJ) dengan Undang-Undang no. 36 bab IX pasal 144 tahun 2009 tentang
kesehatan jiwa, Undang-Undang tersebut ditujukan untuk menjamin setiap warga negara yang
menjadi ODGJ agar ditolong, diobati, difasilitasi, dan dilindungi dari tindakan kekerasan.
Namun fakta berkata lain, ternyata masih ada 14,3% (57.000) Orang Dengan Gangguan Jiwa
yang mendapatkan perlakukan kurang manusiawi (pasung). Sehingga pemerintah berinisiatif
untuk membuat Undang-Undang baru khusus kesehatan jiwa (UU no. 18 tahun 2014), dengan
harapan pemberdayaan ODGJ di Negara Indonesia bisa terlaksana dan lebih termonitoring
dengan baik (Kemenkes RI, 2014.

Proses Rekruitmen Kader

Menurut Keliat (2011) rekruitmen kader adalah suatu proses pencarian dan pemikatan para calon
kader yang mempunyai kemampuan dalam mengembangkan Desa Siaga Sehat Jiwa. Proses awal
dalam merekruit kader adalah dengan melakukan sosialisasi tentang pembentukan Desa Siaga
Sehat Jiwa disertai dengan kriteria kader yang dibutuhkan. Adapun kriteria kader sebagai
berikut:

1. Sehat jasmani dan rohani;

2. Mampu membaca dan menulis dengan lancar menggunakan Bahasa Indonesia;

3. Bersedia menjadi kader kesehatan jiwa sebagai tenaga sukarela;

4. Mempunyai komitmen untuk melaksanakan program kesehatan jiwa masyarakat;


5. Meluangkan waktu untuk kegiatan keperawatan jiwa di komunitas dan;

6. Mendapat ijin dari suami atau istri atau keluarga.

Kemudian menurut Keliat (2011) Proses rekruitmen kader dilakukan dengan cara :

1. Perawat jiwa di komunitas mengadakan pertemuan dengan kepala desa dan tokoh masyarakat
setempat dengan menjelaskan tentang pembentukan Desa Siaga Sehat Jiwa dan kebutuhan kader
kesehatan jiwa;

2. Perawat jiwa di komunitas menjelaskan tentang kriteria kader dan jumlah kader yang
dibutuhkan untuk tiap desa dan dusun;

3. Tokoh masyarakat melakukan pencarían calon kader berdasarkan kriteria yang telah
ditetapkan;

4. Kader yang telah direkruit mengisi biodata dalam formulir yang telah disediakan untuk proses
seleksi selanjutnya.

Selanjutnya menurut Keliat (2011) Proses seleksi calon kader di Desa Siaga Sehat Jiwa
adalah:

1. Perawat CMHN melakukan koordinasi dengan tokoh masyarakat atau tokoh agama atau
organisasi masyarakat yang ada di masyarakat dalam menentukan calon kader yang memenuhi
syarat

2. Kader terpilih mengisi surat pernyataan bersedia sebagai kader kesehatan jiwa dan bersedia
menjalankan program kesehatan jiwa di komunitas

3. Kader terpilih diwajibkan mengikuti pelatihan kader kesehatan jiwa.

Proses Orientasi Kader

Setiap kader yang akan melaksanakan program kesehatan jiwa akan melalui masa orientasi yaitu
mengikuti sosialisasi programkesehatan jiwa di komunitas dan pelatihan kader kesehatan jiwa.
Orientasi yang dilakukan juga mencakup informasi budaya kerja Desa Siaga Sehat Jiwa dan
informasi umum tentang visi, misi, program, kebijakan dan peraturan. Kegiatan orientasi
menggunakan metode klasikal selama 2 hari, praktik lapangan selama 3 hari, dan praktik kerja
(implementasi Desa Siaga Sehat Jiwa ).

Menurut Keliat (2011) materi pelatihan kader mencakup:

1. Program Desa Siaga Sehat Jiwa

2. Deteksi dini kasus di masyarakat (kelompok keluarga sehat, kelompok keluarga dengan
masalah psikososial, dan kelompok keluarga dengan gangguan jiwa)
3. Peran serta dalam mengerakkan masyarakat (Pendidikan kesehatan kelompok keluarga sehat
jiwa, risiko masalah psikososial, kelompok dengan gangguan jiwa, dan Terapi aktivitas
kelompok pasien gangguan jiwa)

4. Supervisi keluarga dan pasien yang telah mandiri

5. Rujukan kasus

6. Pelaporan kegiatan kader kesehatan jiwa

Pelaksanaan early detection


1. Persiapan
a. Kader mempelajari buku pedoman deteksi dini
b. Kader mempelajari tanda – tanda orang / keluarga yang berisiko mengalami masalah
psikososial atau orang / keluarga yang mengalami gangguan jiwa
c. Kader mengidentifikasi orang / keluarga yang diduga mengalami masalah psikososial atau
gangguan jiwa
d. Melakukan kontrak / janji untuk bertemu dengan pasien dan keluarga.

2. Pelaksanaan
a. Setiap RT memiliki 1-2 orang kader (30 - 40 keluarga / kader)
b. Setiap kader mengelola setengah dari jumlah keluarga di dusun
c. Kader menilai kesehatan jiwa warga dan keluarga dengan cara wawancara dan pengamatan
sesuai buku pedoman deteksi dini
d. Kader perlu mengetahui tanda – tanda / perilaku yang menunjukkan individu tersebut
mengalami masalah pikososial atau gangguan jiwa
e. Berdasarkan penilaian dibagi 3 kelompok, yakni
1) Kelompok keluarga sehat adalah tidak menunjukkan perilaku menyimpang;
2) Kelompok keluarga yang berisiko mengalami masalah psikososial mempunyai anggota
keluarga yang mengalami masalah psikososial;
3) Kelompok keluarga yang anggota keluarganya mengalami gangguan jiwa mempunyai
anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa

3. Pelaporan
a. Kader mencatat nama seluruh keluarga yang tinggal di wilayahnya
b. Kader mencatat data – data keluarga yang mempunyai masalah psikososial pada format
khusus
c. Kader mencatat data – data keluarga yang mengalami gangguan jiwa pada format khusus
d. Hasil penghitungan jumlah keluarga untuk masing-masing kelompok dicatat format
khusus
e. Hasil pencatatan disampaikan pada perawat jiwa yang bertanggungjawab di puskesmas

BAB 3

PENUTUP
A.KESIMPULAN

Desa siaga merupakan desa yang penduduknya dapat mengakses dengan mudah pelayanan kesehatan
dasar yang memberikan pelayanan setiap hari melalui Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) atau saran
kesehatan yang ada di wilayah tersebut seperti Puskesmas Pembantu ( Pustu) . Pelaksanaan
pengembangan Desa /Kelurahan Siaga Aktif merupakan tanggung jawab dari pimpinan dan perangkat
dan Pemerintahan Desa /Kelurahan . Namun demikian ,keberhasilannya tentu perlu dukungan berbagai
pihak terutama seluruh komponen masyarakat di wilayah kerja Desa /Kelurahan serta dunia usaha dan
unsur- unsur masyarakat lainnya di berbagai tingkat administrasi. Demikian juga pentingnya pembinaan
oleh petugas baik dari Dinas Kesehatan maupun dari Puskesmas dan bidan /perawat di desa sebagai
ujung tombak pembanguan kesehatan di wilayah kecamatan dan Desa/Kelurahan.

B.DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai