Anda di halaman 1dari 78

LAPORAN AKHIR

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS PADA

KELURAHAN KARANG ANYAR 03 DAN 04

Disusun Oleh:

Ari Juni Pay

Claudia Novita Sari

Devi Anggraeni

Diva Almadina Permana

Herliana Sabila Putri

Iwan Antonius Simarmata

Salona Dwitau
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
INSTITUT KESEHATAN IMMANUEL BANDUNG

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan hasil praktik Asuhan Keperawatan Komunitas dalam Konteks Pelayanan Kesehatan
Utama di Kelurahan Karang Anyar, Kec Astana Anyar, Kota Bandung, 7 juni – 30 juni 2023
telah mendapatkan persetujuan.

Pembingbing Akademik Pembingbing Klinik


( CI )
Anni Sinaga, S.Kp., M.kep UPT Puskesmas Astana Anyar

Mengetahui
Koordinator Mata Kuliah NP 6

Ns. Stephanie Melia., MNS


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas laporan yang berjudul ”Laporan Asuhan
Keperawatan Komunitas Di Kelurahan Karang Anyar RW 03 dan RW 04 “ini tepat pada
waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
NP 6 Keperawatan Komunitas . Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Stephanie Melia., MNS selaku dosen Keperawatan
Komunitas yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan
wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Bandung, Juni 2023


Penul

UCAPAN TERIMAKASIH

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkatr ahmat dan
BimbinganNya kami dapat menyelesaikan proposal dengan judul “Laporan Akhir Asuhan
Keperawatan Komunitas Pada Kelurahan Karang Anyar RW 03 dan 04” dapat terselesaikan

Proposal ini merupakan salah satu syarat untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Praktik
Keperawatan 6. Pada program S1 Keperawatan Institut Kesehatan Immanuel Bandung. Bersama
ini perkenankan kami mengucapkan terimakasih yang sebesar – besarnya dengan hati yang tulus
kepada:

1. Kecamatan Astana Anyar


2. Puskemas Pagarsih
3. Bpk. Atim Supriatim, S.pd, sebagai Kepala Lurah Karang Anyar
4. Ibu Ns. Stephanie Melia., MNS
5. Ibu Anni Sinaga, SKp., Mkep
6. Ibu Desi sebagai ketua RW 03
7. Bpk. Mahmud sebagai ketuan RW 04
8. Kader dan Ketua RT 03 dan 04
9. Orangtua
10. Rekan – rekan kelompok 2
ABSTRAK
DAFTAR ISI
BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Keperawatan komunitas merupakan suatu sistem dari praktik kesehatan masyarakat yang
diterapkan untuk meningkatkan serta memelihara kesehatan penduduk. Seiring dengan berjal
annya waktu dan bertambahnya kebutuhan pelayanan kesehatan menuntut perawat saat ini m
emiliki pengetahuan dan keterampilan di berbagai bidang.

Saat ini dunia keperawatan semakin berkembang, dimana perawat memiliki peran yang le
bih luas dengan penekanan pada peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit, juga mem
andang klien secara komprehensif. Perawat dianggap sebagai salah satu profesi kesehatan ya
ng harus dilibatkan dalam pencapaian tujuan pembangunan kesehatan baik di dunia maupun
di Indonesia.

Indonesia sebagai salah satu negara yang ikut serta dalam program Visi Indonesia Sehat 2
015 telah dirancang Kementrian Kesehatan RI sesuai Milenium Development Goals (MDG’
s). Tujuan utamanya adalah tercapainya kesejahteraan yang merata di seluruh dunia. Indonesi
a sebagai salah satu negara yang ikut serta dalam program tersebut juga berupaya untuk meni
ngkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Salah satu garapannya adalah bidang kesehatan. Prog
ram kesehatan yang dapat langsung meningkatkan kemandirian masyarakat dalam meningkat
kan status kesehatannya adalah menekankan pada pola piker paradigma sehat. Paradigma seh
at artinya lebih menekankan promotive dan preventif tanpa meninggalkan kuratif dan rehabili
tative.
2. Tujuan Penulisan
a. Tujuan umum
Mampu mengaplikasikan konsep dan teori keperawatan komunitas yang telah
diperoleh pada tahap akademik secara nyata dalam memberikan Asuhan Keperawatan
Komunitas di kelurahan Karang Anyar Rw 03 dan Rw 04.
b. Tujuan khusus
a) Melakukan pengumpulan data hasil pengkajian pada masyarakat di RW 03 Dan
RW 04
b) Melakukan analisa data hasil pengkajian pada masyarakat di RW 03 dan RW 04
c) Menentukan diagnosa keperawatan hasil pengkajian pada masyarakat di RW 03
dan RW 04
d) Menginformasikan tentang prioritas masalah yang ada di RW 03 dan RW 04
e) Menginformasikan perencanaan Asuhan Keperawatan Komunitas di RW 03 dan
RW 04
f) Menginformasikan pelaksanaan Asuhan Keperawatan Komunitas di RW 03 dan
RW 04
3. Metode pengumpulan data
Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah :
a. Wawancara
Teknik pengumpulan data dengan cara tanya jawab yang berhubungan dengan
masalah yang dihadapi pada masyarakat di RW 03 dan RW 04 kelurahan Karang
Anyar
b. Observasi
Mengamati perilaku dan dan keadaan pada masyarakat di kelurahan Karang Anyar
RW 03 dan RW 04 dalam penyusunan untuk memperoleh data tentang masalah
kesehatan masyarakat serta melibatkan partisipasi dari puskesmas Pagarsih, ketua
RW,RT, Kader dan masyarakat sekitar.
4. Sistematika penulisan
Sistematika penulisan pada laporan ini disusun sebagai berikut :
BAB 1 PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang, tujuan, metode pengumpulan data, dan sistematika
penulisan.
BAB II TINJAUAN TEORI
Bab ini berisi Konsep Dasar Masyarakat, Konsep Dasar Keperawatan Komunitas,
Konsep Dasar Keluarga, Konsep Dasar Gerontik, Konsep Pendidikan Promosi
Kesehatan, ruang lingkup kesehatan lingkungan
BAB III HASIL SURVEI MAWAS DIRI
Bab ini berisi Profil RW, hasil survey, analisis SWOT, analisa data, daftar masalah
keperawatan, prioritas masalah, planning of action ( POA ), dan rencana asuhan
keperawatan.
BAB IV PENUTUP
Bab ini berisi implementasi dan evaluasi, rencana tindak lanjut, dan pembahasan.
BAB V
Bab ini berisi kesimpulan dan saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Konsep Dasar Masyarakat

A. Definisi Masyarakat
Masyarakat dalam bahasa inggris memakai istilah society yang berasal dari bahasa latin
socius, yang berarti “kawan”.
1. Koentjaraningrat (1990:144) dalam Cholila,I.M. (2022).  mengemukakan
pandangannya mengenai Masyarakat adalah memang sekumpulan manusia yang
saling “bergaul”, atau dengan istilah ilmiah saling “berinteraksi”.
2. Maclver dan Page (dalam Soekanto, 2015:21) dalam Cholila,I.M. (2022). 
Menyatakan Masyarakat ialah suatu sistem dari kebiasaan dan tata cara, wewenang
dan kerja sama antara berbagai kelompok dan penggolongan, dan pengawasan
tingkah laku serta kebebasankebebasan manusia. Keseluruhan yang selalu berubah
ini kita namakan masyarakat. Masyarakat merupakan jalinan hubungan sosial. Dan
masyarakat selalu berubah. Untuk menghadapi dan menyesuaikan diri dengan
lingkungan sosial dan lingkungan alam, manusia menggunakan pikiran, perasaan
dan kehendaknya. Selain itu demi menyesuaikan dan menghadapi manusia lain
sering kali ada proses komunikasi untuk menyempurnakan dan memperluas relasi
agar tercapainya kedamaian di lingkungannya. Berdasarkan pengertian masyarakat
yang sudah dikemukakan di atas dapat di ambil kesimpulan bahwa masyarakat
merupakan suatu kesatuan yang saling membutuhkan mahkluk lainnya demi
terwujudnya equilibrium kehidupan
B. Ciri ciri Masyarakat
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa
masyarakat memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1. Ada interaksi antara sesama anggota masyarakat. Di dalam masyarakat terjadi
interaksi sosial yang merupakan hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut
hubungan antara perseorangan, antara kelompok-kelompok, maupun antara
perseorangan dengan kelompok. Untuk terjadinya interaksi sosial harus ada 2
syarat, yaitu :
1) Kontak sosial, dan
2) Komunikasi
2. Menempati wilayah dengan batas-batas tertentu. Suatu kelompok masyarakat
menempati suatu wilayah tertentu menurut suatu keadaan geografis sebagai tempat
tinggal komunitasnya, baik dalam ruang lingkup yang kecil (RT/RW), desa,
kecamatan, kabupaten, propinsi dan bahkan negara.
3. Saling tergantung satu dengan yang lainnya. Anggota masyarakat yang hidup pada
suatu wilayah tertentu saling tergantung satu dengan yang lainnya dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya. Tiap-tiap anggota masyarakat mempunyai keterampilan sesuai
dengan kemampuan dan profesi masing-masing dan saling melengkapi.
4. Memiliki adat istiadat/budaya tertentu. Adat istiadat dan budaya diciptakan untuk
mengatur tatanan kehidupan bermasyarakat yang mencakup bidang yang sangat
luas diantara tata cara berinteraksi antara kelompok-kelompok yang ada di
masyarakat, apakah itu dalam perkawinan, kesenian, mata pencaharian ataupun
sistem kekerabatan dan sebagainya.
5. Memiliki identitas bersama. Suatu kelompok masyarakat memiliki identitas yang
dapat dikenali oleh anggota masyarakat lainnya. Hal ini penting untuk menopang
kehidupan dalam bermasyarakat yang lebih luas. Identitas kelompok dapat berupa
lambang-lambang, bahasa, pakaian, simbol-simbol tertentu dari perumahan, benda-
benda tertentu, seperti : alat pertanian, senjata tajam, kepercayaan dsb.
C. Tipe – tipe Masyarakat
1) Berdasarkan perkembangan
a. Cresive Institution
Merupakan lembaga masyarakat yang paling Primer, yang secara tidak sengaja
tumbuh dari adat istiadat masyarakatnya. Misalnya : yang berkaitan dengan hak
milik, perkawinan, agama dsb.
b. Enacted Institution
Lembaga masyarakat yang secara sengaja dibentuk untuk memenuhi tujuan
tertentu. Misalnya : lembaga utang-piutang, perdagangan, pertanian,
pendidikan.
2) Berdasarkan sistem nilai yang diterima oleh masyarakat
a. Basic Institution
Merupakan lembaga masyarakat yang sangat penting untuk memelihara dan
mempertahankan tata tertib dalam masyarakat, diantaranya adalah keluarga dan
sekolah-sekolah yang dianggap sebagai institusi dasar yang pokok
b. Subsidiary Institution
Yaitu lembaga-lembaga masyarakat yang muncul tetapi dianggap kurang
penting karena hanya untuk memenuhi kegiatan-kegiatan tertentu saja.
Misalnya : pembentukan panitia, pelantikan, dsb.
3) Berdasarkan sudut penerimaan masyarakat
a. Approved / Social Sanctioned Institution
Sebuah lembaga masyarakat yang memang diterima oleh masyarakat yang lain.
Misalnya : Sekolah-sekolah, Koperasi tau Perusahaan dsb
b. UnSanctioned Institution
Merupakan lembaga-lembaga masyarakat yang ditolak oleh masyarakat yang
lain, walaupun kadang-kadang tidak mungkin untuk diberantas. Misalnya :
kelompok penjahat, gelandangan dan pengemis, kelompok tuna susila, dsb.
4) Berdasarkan penyebarannya
a. General Institution
Merupakan lembaga masyarakat yang didasarkan atas factor penyebarannya,
seperti agama, karena dapat dikenal semua masyarakat dunia.
b. Restricted Institution
Lembaga masyarakat yang banyak menganut agama-agama tertentu saja,
seperti Budha banyak dianut oleh masyarakat Thailand, Vietnam ;
KristenKatolik banyak dianut masyarakat Itali, perancis dan Islam banyak
dianut masyarakat Arab, dsb.
5) Berdasarkan fungsinya
a. Operative Institution Yaitu lembaga masyarakat yang menghimpun pola-pola
atau tata cara yang diperlukan untuk mencapai tujuan lembaga yang
bersangkutan, seperti misalnya lembaga industri
b. Regulative Institution Adalah lembaga yang bertujuan untuk mengawasi adat
istiadat atau tata kelakuan yang tidak menjadi bagian mutlak dari lembaga itu
sendiri. Misalnya : lembaga-lembaga hukum.
D. Ciri-Ciri Masyarakat Indonesia
Ditinjau dari Struktur Sosial dan Kebudayaannya, masyarakat Indonesia dapat dibagi
menjadi 3 (Tiga) Kategori dengan Ciri-Ciri masing sebagai berikut:
1. Masyarakat desa
Memiliki ciri-ciri diantaranya adalah :
a. Hubungan keluarga dan masyarakat sangat kuat.
b. Hubungan didasarkan pada adat istiadat yang kuat sebagai organisasi social.
c. Percaya pada kekuatan-kekuatan gaib.
d. Tingkat buta huruf relative masih tinggi.
e. Berlaku hokum tidak tertulis yang diketahui dan dipahami oleh setiap orang.
f. Tidak ada lembaga pendidikan khusus dibidang teknologi dan keterampilan.
g. System ekonomi sebagian besar ditujukan untuk memenuhi kebutuhan keluarga
dan sebagian kecil dijual dipasaran untuk memenuhi kebutuhan lainnya.
h. Semangat gotong royong dalam bidang social dan ekonomi sangat kuat.
2. Masyarakat Madya
a. Hubungan keluarga masih tetap kuat, dan hubungan kemasyarakatan tidak begitu
kuat.
b. Adat istiadat masih dihormati dan sikap masyarakat mulai semakin terbuka
terhadap pengaruh dari luar.
c. Timbul rasionalitas dalam berpikir sehingga kepercayaan-kepercayaan terhadap
kekuatan gaib mulai berkurang.
d. Terdapat lembaga pendidikan formal dalam masyarakat terutama pendidikan
dasar dan menengah.
e. Tingkat buta huruf mulai berkurang.
f. Hukum tertulis mulai diberlakukan mendampingi hukum tidak tertulis.
g. Ekonomi masyarakat lebih banyak mengarah kepada produksi pasaran, sehingga
uang mulai semakin dominan penggunaannya.
h. Gotong royong tinggal diterapkan untuk keperluan-keperluan social dikalangan
keluarga dan tetangga saja, selebihnya kegiatan-kegiatan umum lainnya
didasarkan pada upah.
3. Mayarakat Modern
a. Hubungan antar manusia didasarkan atas kepentingan-kepentingan pribadi.
b. Hubungan natar masyarakat dilakukan secara terbuka dalam suasana saling
pengaruh mempengaruhi.
c. Kepercayaan masyarakat yang kuat terhadap manfaat ilmu pengetahuan dan
teknologi sebagai sarana untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
d. Strata masyarakat digolongkan menurut profesi dan keahlian yang dapat dipelajari
dan ditingkatkan dalam lembaga-lembaga keterampilan.
e. Tingkat pendidikan formal tinggi dan merata.
f. Hukum yang berlaku adalah hukum tertulis yang kompleks.
g. Ekonomi hampir seluruhnya ekonomi pasar yang didasarkan atas penggunaan
uang dan alat pembayaran lainnya.
E. Ciri ciri Masyarakat Sehat
a) Peningkatan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat.
b) Mengatasi masalah kesehatan sederhana melalui upaya promotif, preventif,
kuratif dan rehabilitative terutama untuk ibu dan anak.
c) Peningkatan upaya kesehatan lingkungan terutama penyediaan sanitasi dasar yang
dikembangkan dan dimanfaatkan oleh masyarakat untuk meningkatkan mutu
lingkungan hidup.
d) Peningkatan status gizi masyarakat berkaitan dengan peningkatan status social
ekonomi.
e) Penurunan angka kesakitan dan kematian dari berbagai sebab dan penyakit.
F. Indikator Masyarakat Sehat
Menurut WHO, beberapa indikator masyarakat sehat antara lain :
a) Indikator yang berhubungan dengan status kesehatan masyarakat
a. Indikator Komprehensif
 Penurunan angka kematian kasar
 Umur harapan hidup yang semakin meningkat.
b. Indikator spesifik
 Penurunan angka kematian ibu dan anak
 Penurunan angka kematian karena penyakit menular.
 Penurunan angka kelahiran.
b) Indikator pelayanan kesehatan
a. Rasio antara jumlah penduduk dengan tenaga kesehatan yang seimbang
b. Distribusi tenaga kesehatan yang merata
c. Tersedianya informasi yang lengkap tentang sarana dan fasilitas pelayanan
kesehatan.
G. Masalah masalah kesehatan masyarakat di Indonesia
1. Jenis masalah
a. Tingginya angka pertumbuhan penduduk.
b. Tingginya kematian ibu dan anak.
c. Tingginya angka kesakitan dan kematian karena penyakit menular.
d. Tingginya angka kesakitan dan kematian karena penyakit tidak menular.
e. Masalah kesehahatn lingkungan.
 Keadaan lingkungan fisik dan biologis yang belum memadai.
 Sarana air bersih dan fasilitas kesehatan yang belum merata.
 Pembinaan program peningkatan kesehatan lingkungan belum berjalan
seperti yang diharapkan.
2. Penyebab masalah
a. Faktor sosial ekonomi
• Tingkat pendidikan yang masih rendah
• Tingkat penghasilan yang rendah
• Kurangnya Kesadaran pemeliharaan kesehatan
c. Gaya hidup dan perilaku masyarakat
• Banyak kebiasaan masyarakat yang merugukan kesehatan
• Adat istiadat yang tidak menunjang peningkatan kesehatan
d. Lingkungan masyarakat
• Kurangnya peran serta masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatan.
• Kurangnya tanggung jawab masyarakat dalam bidang kesehatan
e. Sytem pelayanan kesehatan
• Cakupan pelayanan kesehatan yang belum menyeluruh
• Upaya pelayanan kesehatan yang sebagaian besar masih berorientasi pada
pelayanan kuratif

2.2 Konsep Dasar Keperawatan Komunitas

A. Pengertian Keperawatan Komunitas

Keperawatan komunitas merupakan suatu sintesis dari praktik keperawatan dan


praktik kesehatan masyarakat yang diterapkan untuk meningkatkan serta memelihara
kesehatan penduduk. Sasaran dari keperawatan kesehatan komunitas adalah individu
yaitu balita gizi buruk, ibu hamil resiko tinggi, usia lanjut, penderita penyakit menular.
Sasaran keluarga yaitu keluarga yang termasuk rentan terhadap masalah kesehatan dan
prioritas. Sasaran kelompok khusus, komunitas baik yang sehat maupun sakit yang
mempunyai masalah kesehatan atau perawatan (Ariani, Nuraeni, & Supriyono, 2015).

Keperawatan Komunitas adalah pelayanan keperawatan profesional yang


ditujukan kepada masyarakat dengan pendekatan pada kelompok resiko tinggi, dalam
upaya pencapaian derajat kesehatan yang optimal melalui pencegahan penyakit dan
peningkatan kesehatan dengan menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang
dibutuhkan dan melibatkan klien sebagai mitra dalam perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi pelayanan keperawatan. Pelayanan Keperawatan Komunitas adalah seluruh
masyarakat termasuk individu, keluarga dan kelompok yang beresiko tinggi seperti
keluarga penduduk didaerah kumuh, daerah terisolasi dan daerah yang tidak terjangkau
termasuk kelompok bayi, balita, lansia dan ibu hamil (Veronica, Nuraeni, & Supriyono,
2017).

B. Tujuan Keperawatan Komunitas

1. Tujuan umum

Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat sehingga tercapai


derajat kesehatan yang optimal agar dapat menjalankan fungsi kehidupan sesuai
dengan kapasitas yang mereka miliki. Tujuan proses keperawatan dalam komunitas
adalah untuk pencegahan dan peningkatan kesehatan masyarakat melalui upayaupaya
sebagai berikut :

a. Pelayanan keperawatan secara langsung (direct care) terhadap individu,


keluarga dan kelompok dalam konteks komunitas.
b. Perhatian langsung terhadap kesehatan seluruh masyarakat (health general
community) dengan mempertimbangkan permasalahan atau isu kesehatan
masyarakat yang dapat memengaruhi keluarga, individu, dan kelompok.
2. Tujuan khusus
Selanjutnya, secara spesifik diharapkan individu, keluarga, kelompok, dan
masyarakat mempunyai kemampuan untuk :
a. Mengidentifikasi masalah kesehatan yang dialami.
b. Menetapkan masalah kesehatan dan memprioritaskan masalah tersebut
c. Merumuskan berbagai alternatif pemecahan masalah kesehatan atau
keperawatan
d. Menanggulangi masalah kesehatan atau keperawatan yang mereka hadapi
e. Mengevaluasi sejauh mana pemecahan masalah yang mereka hadapi, yang
akhirnya dapat meningkatkan kemampuan dalam memelihara kesehatan secara
mandiri (self care).
f. Penilaian hasil kegiatan dalam memecahkan masalah kesehatan atau kep
Mendorong dan menigkatkan partisipasi masyarakat dalam pelayanan
kesehatan atau keperawatan.
g. Meningkatkan kemampuan dalam memelihara kesehatan secara mandiri.
h. Meningkatkan kemampuan dalam memelihara kesehatan secara mandiri.
i. Menanamkan perilaku sehat melalui upaya pendidikan kesehatan.

C. Fungsi Keperawatan Komunitas

1. Memberikan pedoman dan bimbingan yang sistematis dan ilmiah bagi kesehatan
masyarakat dan keperawatan dalam memecahkan masalah klien melalui asuhan
keperawatan.
2. Agar masyarakat mendapatkan pelayanan yang optimal sesuai dengan
kebutuhannya dibidang kesehatan.
3. Memberikan asuhan keperawatan melalui pendekatan pemecahan masalah,
komunikasi yang efektif dan efisien serta melibatkan peran serta masyarakat.
4. Agar masyarakat bebas mengemukakan pendapat berkaitan dengan permasalahan
atau kebutuhannya sehingga mendapatkan penanganan dan pelayanan yang cepat
dan pada akhirnya dapat mempercepat proses penyembuhan (Mubarak, 2006)
D. Asumsi Dan Kepercayaan terhadap Perawatan Kesehatan Komunitas menurut ANA
( American Nurse Association )
1. Asumsi
a. Sistem pemeliharaan yang kompleks.
b. Komponen sistem pemeliharaan kesehatan primer, sekunder dan tersier.
c. Perawatan subsistem pemeliharaan kesehatan dan produk pendidikan dasar praktek
penelitian.
d. pemeliharaan kesehatan primer lebih menonjol dari sekunder dan tersier.
e.Perawatan kesehatan menyangkut setting pemeliharaan kesehatan primer
2. Kepercayaan
a. Pemeliharaan kesehatan harus memadai dan diterima semua orang.
b. Orang yang menerima asuhan harus dilibatkan.
c. Perawat sebagai pemberi dan klien sebagai konsumen pelayanan kesehatan.
d. Lingkungan berdampak terhadap kesehatan populasi dan individu.
e. Pencegahan penyakit bagian esensial dari peningkatan kesehatan.
f. Kesehatan sebagai proses menyangkut kehidupan dalam jangka waktu yang
lama.
g. Klien hanya anggota tetap dari tim pemeliharaan kesehatan.
h. Individu dalam sistem kesehatan masyarakat bertanggung jawab secara mandiri
dan aktif berpartisipasi dalam pemeliharaan kesehatan
E. Falsafah Keperawatan Komunitas

Dalam falsafah keperawatan komunitas, keperawatan komunitas merupakan


pelayanan yang memberikan perhatian terhadap pengaruh lingkungan (bio-psiko-sosio-
kultural-spiritual) terhadap kesehatan komunitas dan membrikan prioritas pada strategi
pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan. Falsafah yang melandasi keperawatan
komunitas mengacu kepada paradigma keperawatan yang terdiri dari 4 hal penting, yaitu:
manusia, kesehatan, lingkungan dan keperawatan sehingga dapat dirumuskan sebagai
berikut:

1. Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat adalah pekerjaan yang luhur dan


manusiawi yang ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
2. Perawatan kesehatan masyarakat adalah suatu upaya berdasarkan kemanusiaan
untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan bagi terwujudnya manusia
yang sehat khususnya dan masyarakat yang sehat pada umumnya.
3. Pelayanan perawatan kesehatan masyarakat harus terjangkau dan dapat diterima
oleh semua orang dan merupakan bagian integral dari upaya kesehatan.
4. Upaya preventif dan promotif merupakan upaya pokok tanpa mengabaikan upaya
kuratif dan rehabilitatif.
5. Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat yang diberikan berlangsung secara
berkesinambungan.
6. Perawatan kesehatan masyarakat sebagai provider dan klien sebagai consumer
pelayanan keperawatan dan kesehatan, menjamin suatu hubungan yang saling
mendukung dan mempengaruhi perubahan dalam kebijaksanaan dan pelayanan
kesehatan ke arah peningkatan status kesehatan masyarakat.
7. Pengembangan tenaga keperawatan kesehatan masyarakat direncanakan secara
berkesinambungan dan terus-menerus
8. Individu dalam suatu masyarakat ikut bertanggung jawab atas kesehatannya, ia
harus ikut dalam upaya mendorong, mendidik dan berpartisipasi aktif dalam
pelayanan kesehatan mereka sendiri.
Berdasarkan gambar di atas, dapat dijabarkan masing-masing unsur sebagai berikut :

1. Manusia
Komunitas sebagai klien berarti sekumpulan individu / klien yang berada pada
lokasi atau batas geografi tertentu yang memiliki niliai-nilai, keyakinan dan minat
yang relatif sama serta adanya interaksi satu sama lain untuk mencapai tujuan.
Komunitas merupakan sumber dan lingkungan bagi keluarga, komunitas,
Komunitas sebagai klien yang dimaksud termasuk kelompok resiko tinggi antara
lain : daerah terpencil, daerah rawan, daerah kumuh.
2. Kesehatan
Sehat adalah suatu kondisi terbebasnya dari gangguan pemenuhan kebutuhan dasar
klien / komunitas. Sehat merupakan keseimbangan yang dinamis sebagai dampak
dari keberhasilan mengatasi stressor.
3. Lingkungan
Semua faktor internal dan eksternal atau pengaruh disekitar klien yang bersifat
biologis, psikologis, social, cultural dan spiritual.
4. Keperawatan
Intervensi / tindakan yang bertujuan untuk menekan stressor, melalui pencegahan
primer, sekunder dan tersier.

F. Area Keperawatan Komunitas

Perawat kesehatan komunitas merupakan praktik promotif dan proteksi kesehatan


populasi menggunakan pengetahuan keperawatan, sosial dan ilmu kesehatan
masyarakat. Praktik yang dilakukan berfokus pada populasi dengan tujuan utama
promosi kesehatan dan mencegah penyakit serta kecacatan untuk semua orang melalui
kondisi yang dicipakan dimana orang bisa menjadi sehat. Meskipun praktik yang
dilakukan berada pada berbagai jenis organisasi dan masyarakat, semua perawat
kesehatan komunitas berfokus pada populasi. Populasi dapat didefinisikan pada mereka
yang hidup pada area geografis yang spesifik (contoh : tetangga, komunitas, kota atau
negara) atau mereka kelompok etnik atau ras khusus yang mengalami beban berlebihan
dari outcome kesehatan yang rendah. Populasi juga dapat berpartisipasi dalam progra
khusus seperti perawatan maternitas untuk remaja yang hamil, atau mereka yang terkena
penyakit-penyakit khusus seperti HIV/AIDS atau tuberkulosis; atau faktor resiko seperti
hipertensi, kurangnya akses terhadap erawatan. Meskipun perawat kesehatan komunitas
melayani indvidu dan keluarga, fokus utama adalah populasi.

Perawat kesehatan komunitas bekerja sama dengan populasi dan berbagai kelompok
meliputi :

1. Anggota dari tim kesehatan masyarakat seperti epidemiologis, pekerja sosial,


nutrisionis dan pendidik kesehatan.
2. Organisasi kesehatan pemerintah
3. Penyedia layanan kesehatan
4. Organisasi dan koalisi masyarakat
5. Unit pelayanan komunitas sepetri sekolah, lembaga bantuan hukum dan unit gawat
darurat
6. Industri dan bisnis
7. Institusi penelitian dan pendidikan
Perawat kesehatan komunitas bekerja untuk meningkatkan kesehatan individu,
keluarga, komunitas dan populasi melalui fungsi inti dari pengkajian, jaminan dan
kebijakan pengembangan. Fungsi inti diaplikasikan dalam cara sistematik dan
komprehensif. Proses pengkajian meliputi identifikasi kepedulian, kekuatan dan
harapan populasi dan dipandu dengan metode epidemiologi. Jaminan diperoleh melalui
regulasi, advokasi pada penyedia layanan kesehatan profesional lain untuk memenuhi
kebutuhan layanan yang dikehendaki populasi, koordinasi pelayanan komunitas atau
ketentuan langsung pelayanan. Srategi asuransi meliputi ketersediaan, bisa diterima,
dapat diakses dan kualitas layanan. Kebijakan ditetapkan berdasarkan hasil pengkajian,
prioritas ditentukan oleh populasi dan dengan pertimbangan dari subpopulasi dan
komunitas pada resiko terbesar, seperti bukti keefektifan dari berbagai aktivitas atau
strategi.

Perawat kesehatan komunitas proaktif dengan menghormati kecenderungan


pelayanan kesehatan dan sosial, merubah kepedulian, dan aktivitas legislatif serta
kebijakan. Fungsinya sebagai advokat pada populasi yang mereka layani. Seperti
advokasi untuk kesehatan masyarakat dan promosi kesehatan lingkungan, menciptakan
kondisi yang emperbaiki dan mempertahankan kesehatan populasi dan merupakan
peranan kunci dari perawat kesehatan komunitas.

Pelayanan keperawatan kesehatan komunitas dapat diberikan secara langsung pada


semua tatanan pelayanan kesehatan, yaitu:

1. Di dalam unit pelayanan kesehatan (Rumah Sakit, Puskesmas, dll) yang


mempunyai pelayanan rawat jalan dan rawat inap.
2. Di rumah
Perawat “home care” memberikan pelayanan secara langsung pada keluarga di
rumah yang menderita penyakit akut maupun kronis. Peran home care dapat
meningkatkan fungsi keluarga dalam merawat anggota keluarga yang mempunyai
resiko tinggi masalah kesehatan.
3. Disekolah
Perawat sekolah dapat melakukan perawatan sesaat (day care) diberbagai institusi
pendidikan (TK, SD, SMP, SMA, dan Perguruan tinggi, guru dan karyawan).
Perawat sekolah melaksanakan program screening kesehatan, mempertahankan
kesehatan, dan pendidikan kesehatan.
4. Ditempat kerja/industri
Perawat dapat melakukan kegiatan perawatan langsung dengan kasus
kesakitan/kecelakaan minimal di tempat kerja/kantor, home industri/ industri,
pabrik dll. Melakukan pendidikan kesehatan untuk keamanan dan keselamatan
kerja, nutrisi seimbang, penurunan stress, olah raga dan penanganan perokok serta
pengawasan makanan.
5. Di barak-barak penampungan
Perawat memberikan tindakan perawatan langsung terhadap kasus akut, penyakit
kronis, dan kecacatan fisik ganda, dan mental.
6. Dalam kegiatan Puskesmas keliling
Pelayanan keperawatan dalam puskesmas keliling diberikan kepada individu,
kelompok masyarakat di pedesan, kelompok terlantar. Pelayanan keperawatan yang
dilakukan adalah pengobatan sederhana, screening kesehatan, perawatan kasus
penyakit akut dan kronis, pengelolaan dan rujukan kasus penyakit.
7. Di Panti atau kelompok khusus lain, seperti panti asuhan anak, panti wreda, dan
panti sosial lainya serta rumah tahanan (rutan) atau lembaga pemasyarakatan
(Lapas).
8. Pelayanan pada kelompok kelompok resiko tinggi
a. Pelayanan perawatan pada kelompok wanita, anak-anak, lansia mendapat
perlakukan kekerasan
b. Pelayanan keperawatan di pusat pelayanan kesehatan jiwa
c. Pelayanan keperawatan dipusat pelayanan penyalahgunaan obat
d. Pelayanan keperawatan ditempat penampungan kelompok lansia, gelandangan
pemulung/pengemis, kelompok penderita HIV (ODHA/Orang Dengan Hiv-
Aids), dan WTS.

Fokus utama kegiatan pelayanan keperawatan kesehatan komunitas adalah


meningkatkan pengetahuan dan keterampilan keperawatan, membimbing dan
mendidik individu, keluarga, kelompok, masyarakat untuk menanamkan
pengertian, kebiasaan dan perilaku hidup sehat sehingga mampu memelihara dan
meningkatkan derajat kesehatannya.

H. Sasaran Keperawatan Komunitas

Sasaran yang dituju untuk keperawatan komunitas dibagi menjadi beberapa, diantaranya
:

1. Individu
Individu adalah bagian dati anggota keluarga. Apabila individu tersebut mempunyai
masalah kesehatan/keperawatan karena ketidakmampuan merawat diri sendiri oleh
suatu hal dan sebab, maka akan dapat mempengaruhi anggota keluarga lainnya baik
secara fisik, mental maupun sosial.
2. Keluarga
Merupakan sekelompok individu yang berhubungan erat secara terus menerus dan
terjadi interaksi satu sama lain baik secara perorangan maupun secara bersama-
sama, di dalam lingkungannya sendiri atau masyarakat secara keseluruhan (Ariani,
Nuraeni, & Supriyono, 2015).
3. Kelompok khusus
Kelompok khusus adalah kumpulan individu yang mempunyai kesamaan jenis
kelamin, umur, permasalahan, kegiatan yang terorganisasi yang sangat rawan
terhadap masalah kesehatan. Termasuk diantaranya adalah:
a. Kelompok khusus dengan kebutuhan khusus sebagai akibat perkembangan dan
pertumbuhannya, seperti;
1) Ibu hamil
2) Bayi baru lahir
3) Balita
4) Anak usia sekolah
5) Usia lanjut
b. Kelompok dengan kesehatan khusus yang memerlukan pengawasan dan
bimbingan serta asuhan keperawatan, diantaranya adalah:
1) Penderita penyakit menular, seperti TBC, lepra, AIDS, penyakit kelamin
lainnya.
2) Penderita dengan penynakit tak menular, seperti: penyakit diabetes
mellitus, jantung koroner, cacat fisik, gangguan mental dan lain
sebagainya.
3) Kelompok yang mempunyai resiko terserang penyakit, diantaranya:
a) Wanita tuna susila
b) Kelompok penyalahgunaan obat dan narkoba
c) Kelompok kelompok pekerja tertentu, dan lain lain
4) Lembaga sosial, perawatan dan rehabilitasi, diantaranya adalah:
a) Panti wredha
b) Panti asuhan
c) Pusat pusat rehabilitasi
d) Penitipan balita

2.3 Konsep Dasar Keluarga

A. Pengertian Keluarga

Keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh ikatan-ikatan
kebersamaan dan ikatan emosional dan mengidentifikasian diri mereka sebagai bagian
dari keluarga (Zakaria, 2017). Sedangkan menurut Depkes RI tahun 2000, keluarga
adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa
orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan
saling kebergantungan.

Duval dan Logan (1986 dalam Zakaria, 2017) mengatakan keluarga adalah
sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran dan adopsi yang bertujuan
menciptakan, mempertahankan budaya dan meningkatkan pertumbuhan fisik, mental,
emosional serta sosial dari tiap anggota keluarganya.

Dari hasil analisa Walls, 1986 (dalam Zakaria, 2017) keluarga sebagai unit yang
perlu dirawat, boleh jadi tidak diikat oleh hubungan darah atau hukum, tetapi berfungsi
sedemikian rupa sehingga mereka menganggap diri mereka sebagai suatu keluarga

B. Tipe keluarga
Menurut Nadirawati (2018) pembagian tipe keluarga adalah :

1. Keluarga tradisional
a. Keluarga Inti (The Nuclear Family) adalah keluarga yang terdiri dari suami,
istri, dan anak baik dari sebab biologis maupun adopsi yang tinggal bersama
dalam satu rumah. Tipe keluarga inti diantaranya:
1) Keluarga Tanpa Anak (The Dyad Family) yaitu keluarga dengan suami
dan istri (tanpa anak) yang hidup bersama dalam satu rumah.
2) The Childless Familyyaitu keluarga tanpa anak dikarenakan terlambat
menikah dan untuk mendapatkan anak terlambat waktunya disebabkan
mengejar karir / pendidikkan yang terjadi pada wanita.
3) Keluarga Adopsi yaitu keluarga yang mengambil tanggung jawab
secara sah dari orang tua kandung ke keluarga yang menginginkan
anak.
b. Keluarga Besar (The Extended Fmily) yaitu keluarga yang terdiri dari tiga
generasi yang hidup bersama dalam satu rumah, contohnya seperti nuclear
family disertai paman, tante, kakek dan nenek.
c. Keluarga Orang Tua Tunggal (The Single-Parent Family) yaitu keluarga yang
terdiri dari satu orang tua (ayah atau ibu) dengan anak. Hal ini biasanya terjadi
karena perceraian, kematian atau karena ditinggalkan (menyalahi hukum
pernikahan).
d. Commuter Family yaitu kedua orang tua (suami-istri) bekerja di kota yang
berbeda, tetapi salah satu kota tersebut sebagai tempat tinggal dan yang bekerja
di luar kota bisa berkumpul dengan anggota keluarga pada saat akhir minggu,
bulan atau pada waktuwaktu tertentu.
e. Multigeneration Family yaitu kelurga dengan beberapa generasi atau kelompok
umur yang tinggal bersama dalam satu rumah.
f. Kin-Network Family yaitu beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu
tumah atau berdekatan dan saling menggunakan barang-barang dan pelayanan
yang sama. Contohnya seperti kamar mandi, dapur, televise dan lain-lain.
g. Keluarga Campuran (Blended Family) yaitu duda atau janda (karena
perceraian) yang menikah kembali dan membesarkan anak dari hasil
perkawinan atau dari perkawinan sebelumnya.
h. Dewasa Lajang yang Tinggal Sendiri (The Single Adult Living Alone), yaitu
keluarga yang terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri karena pilihannya
atau perpisahan (separasi), seperti perceraian atau ditinggal mati.
i. Foster Familyyaitu pelayanan untuk suatu keluarga dimana anak ditempatkan
di rumah terpisah dari orang tua aslinya jika orang tuadinyatakan tidak
merawat anak-anak mereka dengan baik. Anak tersebut akan dikembalikan
kepada orang tuanya jika orang tuanya sudah mampu untuk merawat.
j. Keluarga Binuklir yaitu bentuk keluarga setela cerai di mana anak menjadi
anggota dari suatu sistem yang terdiri dari dua rumah tangga inti.
2. Keluarga non- tradisional
a. The Unmarried Teenage Motheryaitu keluarga yang terdiri dari orang tua
(terutama ibu) dengan anak dari hubungan tanpa nikah.
b. The Step Parent Family yaitu keluarga dengan orang tua tiri.
c. Commune Family yaitu beberapa keluarga (dengan anak) yang tidak ada
hubungan saudara yang hidup bersama dalam satu rumah, sumber, dan fasilitas
yang sama, pengalaman yang sama; serta sosialisasi anak melalui aktivitas
kelompok/membesarkan anak bersama.
d. Keluarga Kumpul Kebo Heteroseksual (The Nonmarital Heterosexual
Cohabiting Family), keluarga yang hidup bersama berganti-ganti pasangan tanpa
melakukan pernikahan.
e. Gay and Lesbian Families, yaitu seseorang yang mempunyai persamaan seks
hidup bersama sebagaimana ‘marital partners’.
f. Cohabitating Family yaitu orang dewasa yang tinggal bersama diluar hubungan
perkawinan melainkan dengan alasan tertentu.
g. Group-Marriage Family, yaitu beberapa orang dewasa yang menggunakan alat-
alat rumah tangga bersama yang saling merasa menikah satu dengan lainnya,
berbagi sesuatu termasuk seksual dan membesarkan anak.
h. Group Network Family, keluarga inti yang dibatasi aturan/nilainilai, hidup
berdekatan satu sama lain, dan saling menggunakan alat-alat rumah tangga
bersama, pelayanan, dan bertanggung jawab membesarkan anaknya.
i. Foster Family, keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan
keluarga/saudara di dalam waktu sementara, pada saat orang tua anak tersebut
perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali keluarga aslinya.
j. Homeless Family, yaitu keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai
perlindungan yang permanen karena krisis personal yang dihubungkan dengan
keadaan ekonomi dan atau masalah kesehatan mental.
k. Gang, bentuk keluarga yang destruktif dari orang-orang muda yang mencari
ikatan emosional dan keluarga mempunyai perhatian, tetapi berkembang dalam
kekerasan dan kriminal dalam kehidupannya.

C. Struktur Keluarga

Beberapa ahli meletakkan struktur pada bentu/tipe keluarga, namun ada juga yang
menggambarkan subsitem-subsistemnya sebagai dimensi struktural. Struktur keluarga
menurut Friedman (2009) dalam Nadirawati (2018) sebagai berikut :
1. Pola dan Proses Komunikasi Komunikasi keluarga merupakan suatu proses
simbolik, transaksional untuk menciptakan mengungkapkan pengertian dalam
keluarga.
2. Struktur Kekuatan Struktur keluarga dapat diperluas dan dipersempit tergantung
pada kemampuan keluarga untuk merespon stressor yang ada dalam
keluarga.Struktur kekuatan keluarga merupakan kemampuan (potensial/aktual) dari
individu untuk mengontrol atau memengaruhi perilaku anggota keluarga. Beberapa
macam struktur keluarga:
a. Legimate power/authority (hak untuk mengontrol) seperti orang tua terhadap
anak.

b. Referent power (seseorang yang ditiru) dalam hal ini orang tua adalah sesorang
yang dapat ditiru oleh anak.
c. Resource or expert power (pendapat, ahli, dan lain).
d. Reward power (pengaruh kekuatan karena adanya harapan yang akan
diterima).
e. Coercive power (pengaruh yang dipaksa sesuai dengan keinginannya).
f. Informational power (pengaruh yang dilalui melalui pesuasi)
g. Affective power (pengaruh yang diberikan melalui manipulasi cinta kasih,
misalnya hubungan seksual).

Sedangkan sifat struktural di dalam keluarga sebagai berikut:


a. Struktur egilasi (demokrasi), yaitu dimana masing-masing anggota keluarga
memiliki hak yang sama dalam menyampaikan pendapat.
b. Struktur yang hangat, menerima, dan toleransi.
c. Struktur yang terbuka dan anggota yang terbuka (honesty dan authenticity),
struktur keluarga ini mendorong kejujuran dan kebenaran.
d. Struktur yang kaku, yaitu suka melawan dan bergantun pada peraturan.
e. Struktur yang bebas (permissiveness), pada struktur ini tidak adanya peraturan
yang memaksa.
f. Struktur yang kasar (abuse); penyiksaan, kejam dan kasar.
g. Suasana emosi yang dingin; isolasi dan sukar berteman.
h. Disorganisasi keluarga; disfungsi individu, stres emosional.

3. Struktur Peran Peran biasanya meyangkut posisi dan posisi mengidentifikasi status
atau tempat sementara dalam suatu sistem sosial tertentu.
a. Peran-peran formal dalam keluarga
Peran formal dalam keluarga adalah posisi formal pada keluarga, seperti ayah,
ibu dan anak Setiap anggota keluarga memiliki peran masing-masing. Ayah
sebagai pemimpin keluarga memiliki peran sebagai pencari nafkah, pendidik,
pelindung, pemberi rasa amanbagi seluruh anggota keluarga, dan sebagai
anggota masyarakat atau kelompok sosial tertentu. Ibu berperan sebagai
pengurus rumah tangga, pengasuh dan pendidik anak, pelidung keluarga,
sebagai pencari nafkah tambahan keluarga, serta sebagai anggota masyarakat
atau kelompok sosial tertentu. Sedangkan anak berperan sebagai pelaku
psikosoal sesuai dengan perkembangan fisik, mental, sosial dan spiritual.
b. Peran informasi keluarga
Peran informal atau peran tertutup biasanya bersifat implisit, tidak tampak ke
permukaan, dan dimainkan untuk memenuhi kebutuhan emosional atau untuk
menjaga keseimbangan keluarga.
4. Struktur Nilai
Sistem nilai dalam keluarga sangat memengaruhi nilai-nilai masyarakat. Nilai
keluarga akan membentuk pola dan tingkah laku dalam menghadapi masalah yang
dialami keluarga. Nilai keluarga ini akan menentukan bagaimana keluarga
menghadapi masalah kesehatan dan stressor-stressor lain.

D. Fungsi keluarga

Fungsi keluarga menurut Friedman (2003) dalam Nadirawati (2018) sebagai berikut:
1. Fungsi afektif dan koping; dimana keluarga memberikan kenyamanan emosional
anggota, membantu anggota dalam membentuk identitas, dan mempertahankan saat
terjadi stres.
2. Fungsi sosialisasi; keluarga sebagai guru, menanamkan kepercayaan, nilai, sikap,
dan mekanisme koping, memberikan feedback dan saran dalam penyelesaian
masalah.
3. Fungsi reproduksi; dimana keluarga melanjutkan garis keturunannya dengan
melahirkan anak.
4. Fungsi ekonomi; keluarga memberikan finansial untuk anggota keluarga dan
kepentingan di masyarakat.
5. Fungsi pemeliharaan kesehatan; keluarga memberikan keamanan dan kenyamanan
lingkungan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan, perkembangan dan istirahat juga
penyembuhan dari sakit.

E. Tugas Keluarga

Tugas kesehatan keluarga menurut Bsilon dan Maglalaya (2009) :


1. Mengenal masalah kesehatan
Orang tua perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahanperubahan yang
dialami anggota keluarga.Dan sejauh mana keluarga mengenal dan mengetahui
fakta-fakta dari masalah kesehatan yang meliputi pengertian, tanda dan gejala,
faktor penyebab dan yang mempengaruhinya, serta persepsi keluarga terhadap
masalah kesehatan.
2. Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat
Hal ini meliputi sejauh mana kemampuan keluarga mengenal sifat dan luasnya
masalah. Apakah keluarga merasakan adanya masalah kesehatan, menyerah
terhadap masalah yang dialami, adakah perasaan takut akan akibat penyakit,
adalah sikap negatif terhadap masalah kesehatan, apakah keluarga dapat
menjangkau fasilitas kesehatan yang ada, kepercayaan keluarga terhadap tenaga
kesehatan, dan apakah keluarga mendapat informasi yang benar atau salah dalam
tindakan mengatasi masalah kesehatan.
3. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit
Ketika memberikan perawatan kepada anggota keluarganya yang sakit,
keluarga harus mengetahui beberapa hal seperti keadaan penyakit, sifat dan
perkembangan perawatan yang dibutuhkan, keberadaan fasilitas yang
diperlukan, sumber-sumber yang ada dalam keluarga (anggota keluarga yang
bertanggung jawab, finansial, fasilitas fisik, psikososial), dan sikap keluarga
terhadap yang sakit.
4. Memodifikasi lingkungan atau menciptakan suasana rumah yang sehat
Hal-hal yang harus diketahui oleh keluarga untuk memodifikasi
lingkungan atau menciptakan suasana rumah yang sehat yaitu sumbersumber
keluarga yang dimiliki, manfaat dan keuntungan memelihara lingkungan,
pentingnya dan sikap keluarga terhadap hygiene sanitasi, upaya pencegahan
penyakit.
5. Merujuk pada fasilitas kesehatan masyarakat
Hal-hal yang harus diketahui keluarga untuk merujuk anggota keluarga ke
fasilitas kesehatan yaitu keberadaan fasilitas keluarga, keuntungankeuntungan
yang dapat diperoleh dari fasilitas kesehatan, tingkat kepercayaan keluarga dan
adanya pengalaman yang kurang baik terhadap petugas dan fasilitas kesehatan,
fasilitas yang ada terjangkau oleh keluarga.

F. Tahapan Keluarga Sejahtera


Tingkatan kesehatan kesejahteraan keluarga menurut Amin Zakaria (2017) adalah :
1. Keluarga prasejahtera
Keluarga yang belum bisa memenuhi kebutuhan dasar minimal, yaitu kebutuhan
pengajaran agama, sandang, pangan, papan dan kesehatan. Dengan kata lain tidak
bisa memenuhi salah satu atau lebih indikator keluarga sejahtera tahap I.
2. Keluarga sejahtera tahap I
Keluarga yang sudah dapat memenuhi kebutuhan dasar minimal, tetapi belum
bisa memenuhi seluruh kebutuhan psikososial, seperti pendidikan, KB, interaksi
dalam keluarga, lingkungan sosial dan transportasi.Indikator keluarga tahap I yaitu
melaksanakan ibadah menurut kepercayaan masing-masing, makan dua kali sehari,
pakaian yang berbeda untuk berbagai keperluan, lantai rumah bukan dari tanah,
kesehatan (anak sakit, KB dibawa keperawatan pelayanan kesehatan).
3. Keluarga sejahtera tahap II
Pada tahap II ini keluarga sudah mampu memenuhi kebutuhan dasar minimal,
dapat memenuhi seluruh kebutuhan psikososial, tetapi belum dapat memenuhi
kebutuhan perkembangan (kebutuhan menabung dan memperoleh informasi.
Indikator keluarga tahap II adalah seluruh indikator tahap I ditambah dengan
melaksanakan kegiatan agama secara teratur, makan daging/ikan/telur sebagai lauk
pauk minimal satu tahun terakhir, luas lantai rumah perorang 8 m2, kondisi anggota
keluarga sehat dalam 3 bulan terakhir, keluarga usia 15 tahun keatas memiliki
penghasilan tetap, anggota keluarga usia 15-60 tahun mampu membaca dan
menulis, anak usia 7-15 tahun bersekolah semua dan dua anak atau lebih PUS
menggunakan Alkon.
4. Keluarga sejahtera tahap III
Keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasar minimal, setelah memenuhi
keseluruhan kebutuhan psikososial, dan memenuhi kebutuhan perkembangan, tetapi
belum bisa memberikan sumbangan secara maksimal pada masyarakat dalam
bentuk material dan keuangan dan belum berperan serta dalam lembaga
kemasyarakatan.
5. Keluarga sejahtera tahap III plus
Memenuhi indikator keluarga tahap sebelumnya ditambah dengan upaya keluarga
menambahkan pengetahuan tentang agama, makan bersama minimal satu kali
sehari, ikut serta dalam kegiatan masyarakat, rekreasi sekurangnya dalam enam
bulan, dapat memperoleh berita dari media cetak maupun media elektronik, anggota
keluarga mampu menggunakan sarana transportasi.

G. Teori Perkembangan keluarga

Salah satu teori perkembangan keluarga adalah keluarga berkembang dari waktu-
kewaktu dengan pola secara umum dan dapat diprediksi (Zakaria, 2017). Paradigma
siklus kehidupan ialah menggunakan tingkat usia, tingkat sekolah dan anak paling tua
sebagai tonggak untuk interval siklus kehidupan (Duvall dan Miller, 1987 dalam
Zakaria, 2017)

- Tahap I Keluarga pemula (Keluarga baru menikah - hamil)


- Tahap II Keluarga mengasuh anak (anak tertua bayi - umur 30 bulan)
- Tahap III Keluarga dengan anak usia pra sekolah (anak tertua berusia 2-6 tahun)
- Tahap IV Keluarga dengan anak usia sekolah (anak tertua berusia 6 – 13 tahun)
- Tahap V Keluarga dengan anak usia remaja (anak tertua berusia 13 – 20 tahun)
- Tahap VI Keluarga melepas anak usia dewasa muda (mencakup anak pertama
sampai dengan anak terakhir meninggalkan rumah) Tahap
- VII Orang tua usia pertengahan (tanpa jabatan, pension)
- Tahap VIII Keluarga dalam masa pension dan lansia (hingga pasangan meninggal
dunia).

2.4 Konsep Dasar Gerontik

A. Definisi

Seseorang dikatakan lansia apabila berusia 60 tahun atau lebih, yang disebabkan
faktor tertentu yang menghalanginya untuk memenuhi kebutuhan dasar fisik, mental
dan sosial (Nugrogo, 2014).
Menurut UU no 4 tahun 1945 Lansia adalah seseorang yang mencapai umur 55
tahun, tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-hari dan
menerima nafkah dari orang lain (Wahyudi, 2000).

Usia lanjut adalah sesuatu yang harus diterima sebagai suatu kenyataan dan
fenomena biologis. Kehidupan itu akan diakhiri dengan proses penuaan yang berakhir
dengan kematian (Hutapea, 2005).

B. Proses Menua

Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan lahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan
fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki
kerusakan yang diderita (Constantinides 1994). Proses menua merupakan proses yang
terus menerus (berlanjut) secara alamiah dimulai sejak lahir dan umumnya dialami pada
semua makhluk hidup (Nugroho Wahyudi, 2000).

Proses menua dapat terlihat secara fisik dengan perubahan yang terjadi pada
tubuh dan berbagai organ serta penurunan fungsi tubuh serta organ tersebut. Perubahan
secara biologis ini dapat mempengaruhi status gizi pada masa tua. Antara lain :

1. Massa otot yang berkurang dan massa lemak yang bertambah, mengakibatkan juga
jumlah cairan tubuh yang berkurang, sehingga kulit kelihatan mengerut dan kering,
wajah keriput serta muncul garis-garis menetap. Oleh karena itu, pada lansia
seringkali terlihat kurus.
2. Penurunan indera penglihatan akibat katarak pada lansia sehingga dihubungkan
dengan kekurangan vitamin A, vitamin C dan asam folat. Sedangkan gangguan
pada indera pengecap dihubungkan dengan kekurangan kadar Zn yang juga
menyebabkan menurunnya nafsu makan. Penurunan indera pendengaran terjadi
karena adanya kemunduran fungsi sel syaraf pendengaran.
3. Dengan banyaknya gigi yang sudah tanggal, mengakibatkan gangguan fungsi
mengunyah yang dapat berdampak pada kurangnya asupan gizi pada usia lanjut.
4. Penurunan mobilitas usus, menyebabkan gangguan pada saluran pencernaan seperti
perut kembung, nyeri yang menurunkan nafsu makan, serta susah BAB yang dapat
menyebabkan wasir.
5. Kemampuan motorik menurun, selain menyebabkan menjadi lamban, kurang aktif
dan kesulitan menyuap makanan, juga dapat mengganggu aktivitas kegiatan sehari-
hari.
Pada usia lanjut terjadi penurunan fungsi sel otak, yang menyebabkan penurunan
daya ingat jangka pendek, melambatnya proses informasi, kesulitan berbahasa,
kesulitan mengenal benda-benda, kegagalan melakukan aktivitas yang mempunyai
tujuan (apraksia) dan gangguan dalam menyususn rencana, mengatur sesuatu,
mengurutkan, daya abstraksi, yang dapat mengakibatkan kesulitan dalam
emlakukan aktivitas sehari-hari yang disebut dimensia atau pikun. Gejala pertama
adalah pelupa, perubahan kepribadian, penurunan kemampuan untuk pekerjaan
sehari-hari dan perilaku yang berulang-ulang, dapat juga disertai delusi paranoid
atau perilaku anti sosial lainnya.
Akibat proses menua, kapasitas ginjal untuk mengeluarkan air dalam jumlah besar
juga bekurang. Akibatnya dapat terjadi pengenceran natrium sampai dapat terjadi
hiponatremia yang menimbulkan rasa lelah. Incontinentia urine (IU) adalah
pengeluaran urin diluar kesadaran merupakan salah satu masalah kesehatan yang
besar yang sering diabaikan pada kelompok usia lanjut, sehingga usia lanjut yang
mengalami IU seringkali mengurangi minum yang dapat menyebabkan dehidrasi.

C. Batasan lansia

Menurut WHO, batasan lansia meliputi:

1. Usia Pertengahan (Middle Age), adalah usia antara 45-59 tahun


2. Usia Lanjut (Elderly), adalah usia antara 60-74 tahun
3. Usia Lanjut Tua (Old), adalah usia antara 75-90 tahun
4. Usia Sangat Tua (Very Old), adalah usia 90 tahun keatas

Menurut Dra.Jos Masdani (psikolog UI) Mengatakan lanjut usia merupakan kelanjutan
dari usia dewasa. Kedewasaan dapat dibagi menjadi 4 bagian:
1. Fase iuventus antara 25dan 40 tahun
2. Verilitia antara 40 dan 50 tahun
3. Fase praesenium antara 55 dan 65 tahun
4. Fase senium antara 65 tahun hingga tutup usia

D. Tipe-tipe Lansia

Pada umumnya lansia lebih dapat beradaptasi tinggal di rumah sendiri daripada tinggal
bersama anaknya. Menurut Nugroho W ( 2000) adalah:

1. Tipe Arif Bijaksana: Yaitu tipe kaya pengalaman, menyesuaikan diri dengan
perubahan zaman, ramah, rendah hati, menjadi panutan.
2. Tipe Mandiri: Yaitu tipe bersifat selektif terhadap pekerjaan, mempunyai kegiatan.
3. Tipe Tidak Puas: Yaitu tipe konflik lahir batin, menentang proses penuaan yang
menyebabkan hilangnya kecantikan, daya tarik jasmani, kehilangan kekuasaan,
jabatan, teman.
4. Tipe Pasrah: Yaitu lansia yang menerima dan menunggu nasib baik.
5. Tipe Bingung: Yaitu lansia yang kehilangan kepribadian, mengasingkan diri,
minder, pasif, dan kaget.

E. Teori Penuaan

1. Teori Biologis
Proses penuaan merupakan proses secara berangsur yang mengakibatkan perubahan
secara komulatif dan serta berakhir dengan kematian. Proses menua merupakan
suatu yang fisiologis yang akan dialami oleh setiap orang. Batasan orang dikatakan
lanjut usia berdasarkan UU No 13 tahun 1998 adalah 60 tahun. Teori biologis
tentang penuaan dibagi menjadi :
a) Teori Instrinsik Teori ini berati perubahan yang berkaitan dengan usia timbul
akibat penyebab dalam diri sendiri.
b) Teori Ekstrinsik Teori ini menjelaskan bahwa perubahan yang terjadi
diakibatkan pengaruh lingkungan.

Teori lain menyatakan bahwa teori biologis dapat dibagi menjadi :


a) Teori Genetik Clock
Teori tersebut menyatakan bahwa menua telah terprogram secara genetik untuk
species – species tertentu. Tiap species mempunyai didalam nuklei (inti selnya)
suatu jam genetik yang telah diputar menurut suatu replikasi tertentu. Jam ini
akan menghitung mitosis dan akan menghentikan replikasi sel bila tidak
diputar, jadi menurut konsep ini bila jam kita berhenti kita akan meninggal
dunia, meskipun tanpa disertai kecelakaan lingkungan atau penyakit akhir yang
katastrofal. Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang
diprogram oleh molekul /DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami
mutasi.
b) Teori Mutasi Somatik ( teori error catastrophe )
Menurut teori ini faktor lingkungan yang menyebabkan mutasi somatik.
sebagai contoh diketahui bahwa radiasi dan zat kimia dapat memperpendek
umur sebaliknya menghindarinya dapat memperpanjang umur. menurut teori
ini terjadinya mutasi yang progresif pada DNA sel somatik, akan menyebabkan
terjadinya penurunan kemampuan fungsi sel tersebut. Sebagai salah satu
hipotesis yang berhubungan dengan mutasi sel somatik adalah hipotesis error
catastrope.
c) Teori Auto imun
Dalam proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi oleh zat khusus. Ada
jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat tersebut, sehingga
jaringan tubuh menjadi lemah dan sakit. Pada proses metabolisme tubuh , suatu
saat diproduksi suatu zat khusus. Sad jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan
terhadap zat tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan mati.
d) Teori Radikal Bebas
Radikal bebas dapat dibentuk di alam bebas. Tidak stabilnya radikal bebas
mengakibatkan oksigenasi bahan-bahan organik seperti KH dan protein. radikal
ini menyebabkan sel–sel tidak dapat beregenerasi. Tidak stabilnya redikal
bebas mengakibatkan oksidasi-oksidasi bahan bahan organik seperti
karbohidrat dan protein radikal ini menyebabkan selsel tidak dapat regenerasi.
e) Teori stres
Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan. Regenerasi
jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan internal dan stres
menyebabkan sel-sel tubuh lelah dipakai.
2. Teori Sosial
a) Teori aktifitas
Lanjut usia yang sukses adalah mereka yang aktif dan ikut banyak dalam
kegiatan social
b) Teori Pembebasan
Salah satu teori sosial yang berkenaan dengan proses penuaan adalah teori
pembebasan (disengagement teori). Teori tersebut menerangkan bahwa dengan
berubahnya usia seseorang secara berangsur–angsur mulai melepaskan diri dari
kehidupan sosialnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial lansia
menurun, baik secara kualitatif maupun kuantitasnya sehingga sering terjadi
kehilangan ganda yaitu:
 Kehilangan peran
 Hambatan kontrol social
 Berkurangnya komitmen
c) Teori Kesinambungan
Teori ini mengemukakan adanya kesinambungan dalam siklus kehidupan
lansia. Dengan demikian pengalaman hidup seseorang pada usatu saat
merupakan gambarannya kelak pada saat ini menjadi lansia. Pokok-pokok dari
teori kesinambungan adalah :
 Lansia tak disarankan untuk melepaskan peran atau harus aktif dalam
proses penuaan, akan tetapi didasarkan pada pengalamannya di masa lalu,
dipilih peran apa yang harus dipertahankan atau dihilangkan
 Peran lansia yang hilang tak perlu diganti
 Lansia dimungkinkan untuk memilih berbagai cara adaptasi
3. Teori Psikologi
a) Teori Kebutuhan manusia menurut Hirarki Maslow
Menurut teori ini, setiap individu memiliki hirarki dari dalam diri, kebutuhan
yang memotivasi seluruh perilaku manusia
Kebutuhan ini memiliki urutan prioritas yang berbeda. Ketika kebutuhan dasar
manusia sidah terpenuhi, mereka berusaha menemukannya pada tingkat
selanjutnya sampai urutan yang paling tinggi dari kebutuhan tersebut tercapai.
b) Teori individual
Carl Jung (1960) Menyusun sebuah terori perkembangan kepribadian dari
seluruh fase kehidupan yaitu mulai dari masa kanak-kanak, masa muda dan
masa dewasa muda, usia pertengahan sampai lansia. Kepribadian individu
terdiri dari Ego, ketidaksadaran sesorang dan ketidaksadaran bersama. Menurut
teori ini kepribadian digambarkan terhadap dunia luar atau ke arah subyektif.
Pengalaman-pengalaman dari dalam diri (introvert). Keseimbangan antara
kekuatan ini dapat dilihat pada setiap individu, dan merupakan hal yang paling
penting bagi kesehatan mental.

F. Perubahan perubahan Multisistem yang terjadi pada lansia

Pada lansia terjadi perubahan-perubahan akibat proses menua diantaranya adalah


perubahan pada sistem pencernaan seperti :

1. Kehilangan gigi penyebab utama periodontal disiase yang biasa terjadii setelah
umur 30 tahun
2. Indra pengecap menurun,adanya iritasi selaput lendir yang kronis, atrofi indra
pengecap, hilangnya sensivitas saraf pengecap lidah terutama rasa manis,asin,pahit
3. Rasa lapar menurun
4. Peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi atau gangguan pada sistem
gastrointestinal seperti penyakit gastritis
5. Fungsi absorbsi melemah
6. Hati semakin mengecil dan tempat penyimpanan menurun, aliran darah berkurang

Lansia yang menderita gastritis akan mengalami perubahan pada sistem


pencernaannya. Patofisiologi Gastritis Akut Membran mukosa lambung menjadi edema
dan hiperemik (kongesti dengan jaringan, cairan dan darah) dan mengalami erosi super
fisial, bagian ini mengekskresi sejumlah gerak lambung yang mengandung sangat
sedikit asam tetapi banyak mukus. Ulserasi superfisial dapat terjadi dan dapat
menimbulkan hemoragi. Pasian dapat mengalami ketidak nyamanan, sakit kepala,
mulas, mual dan anoreksia. Sering disertai dengan muntah dan cegukan

G. Dampak Kemunduran Dan Masalah-Masalah Kesehatan Pada Lansia

Proses penuaan merupakan proses alamiah setelah tiga tahap kehidupan, yaitu masa
anak, dewasa, dan masa tua yang tidak dapat dihindari oleh setiap individu dimana akan
menimbulkan perubahan-perubahan struktur dan fisiologis dari beberapa
sel/jaringan/organ dan system yang ada pada tubuh manusia (Mubarak,2009:140)

Kemunduran biologis yang terlihat sebagai gejala-gejala kemunduran fisik, diantaranya


yaitu :

 Kulit mulai mengendur dan wajah mulai keriput serta garis-garis yang menetap
 Rambut kepala mulai memutih atau beruban
 Gigi mulai lepas (ompong)
 Penglihatan dan pendengaran berkurang
 Mudah lelah dan mudah jatuh
 Gerakan menjadi lamban dan kurang lincah akibat penurunan kelemahan
 otot ekstremitas bawah dan kekuatan sendi
 Gangguan gaya berjalan
 Sinkope-dizziness;

Disamping itu, juga terjadi kemunduran kognitif antara lain :

 Suka lupa, ingatan tidak berfungsi dengan baik


 Ingatan terhadap hal-hal di masa muda lebih baik dari pada hal-hal yang baru saja
terjadi
 Sering adanya disorientasi terhadap waktu, tempat dan orang
 Sulit menerima ide-ide baru

1. Dampak kemunduran
Kemunduran yang terjadi pada lansia dipandang dari sudut biologis mempunyai
dampak terhadap tingkah laku dan perasaan orang yang memasuki lanjut usia. Jika
berbicara tentang menjadi tua, kemunduran yang paling banyak dikemukakan.
Selain berbagai macam kemunduran ada sesuatu yang dapat meningkat dalam
proses menua, yaitu sensitivitas emosional seseorang. Hal ini yang akhirnya
menjadi sumber banyak masalah pada masa tua. Coba dilihat sepintas mengenai
beberapa dampak kemunduran tersebut yaitu semakin perasanya orang yang
memasuki lanjut usia. Misalnya kemunduran fisik, yang berpengaruh terhadap
penampilan seseorang. Pada umumnya saat usia dewasa, seseorang dianggap tampil
paling cakap, tampan atau paling cantik. Kemunduran fisik yang terjadi pada
dirinya membuat membuat yang bersangkutan berkesimpulan bahwa kecantikan
atau ketampanan yang mereka miliki mulai hilang. Baginya, hal ini berarti
kehilangan daya tarik dirinya.

2. Masalah yang dialami oleh lansia


a. Mudah jatuh
Jatuh pada lanjut usia merupakan masalah yang sering terjadi. Penyebabnya
multifaktor. Dari faktor instrinsik misalnya : gangguan gaya berjalan,
kelemahan otot ekstremitas bawah, kekakuan sendi, dan sinkope atau pusing.
Untuk faktor ekstrinsik, misalnya lantai licin dan tidak rata, tersandung benda,
penglihatan yang kurang karena cahaya kurang terang, dan sebagainya
sehingga dapat menyebabkan keterbatasan dalam melakukan aktivitas.
b. Mudah lelah
Hal ini disebabkan oleh Faktor psikologis seperti perasaan bosan, keletihan,
atau depresi dan penyebab lainnya adalah :
1) Gangguan organis: anemia, kekurangan vitamin, perubahan pada tulang
(osteomalasia), gangguan pencernaan,kelainan metabolisme (diabetes
melitus, hipertiroid), gangguan ginjal dengan uremia, gangguan faal hati,
gangguan sistem peredaran darah dan jantung.
2) Pengaruh obat, misalnya obat penenang, obat jantung, dan obat yang
melelahkan daya kerja otot.
3) Berat badan menurun
Berat badan menurun disebabkan oleh :
 Pada umumnya nafsu makan menurun karena kurang adanya gairah
hidup atau kelesuan serta kemampuan indera perasa menurun
 Adanya penyakit kronis
 Gangguan pada saluran pencernaan sehingga penyerapan makanan
terganggu
 Faktor sosio
 Ekonomis (pensiunan)
c. Gangguan Kardiovaskuler
1) Nyeri dada
2) Sesak nafas pada kerja fisik
3) Palpitasi
4) Edema kaki
d. Nyeri atau ketidaknyamanan
1) Nyeri pinggang atau punggung
2) Nyeri sendi pinggul
e. Keluhan pusing
f. Kesemutan pada anggota badan
g. Berat badan menurun
h. Gangguan eliminasi
1) Inkontinensia urin atau ngompol
2) Inkontinensia alvi
i. Gangguan ketajaman penglihatan
j. Gangguan pendengaran
k. Gangguan tidur
l. Mudah gatal

H. Karakteristik Penyakit Lansia Di Indonesia


1. Penyakit persendian dan tulang, misalnya rheumatik, osteoporosis, osteoartritis
2. Penyakit Kardiovaskuler. Misalnya: hipertensi, kholesterolemia, angina, cardiac
attack, stroke, trigliserida tinggi, anemia, PJK
3. Penyakit Pencernaan yaitu gastritis, ulcus pepticum
4. Penyakit Urogenital. Seperti Infeksi Saluran Kemih (ISK), Gagal Ginjal
Akut/Kronis, Benigna Prostat Hiperplasia
5. Penyakit Metabolik/endokrin. Misalnya; Diabetes mellitus, obesitas
6. Penyakit Pernafasan. Misalnya asma, TB paru
7. Penyakit Keganasan, misalnya; carsinoma/ kanker
8. Penyakit lainnya. Antara lain; senilis/pikun/dimensia, alzeimer, parkinson, dsb
I. Peran Perawat pada klien Lansia sesuai proses penuaan

Untuk mencapai tujuan yang lebih maksimal, konsep dan strategi pelayanan kesehatan
bagi para lansia memegang peranan yang sangat penting dalam hal ini tidak lepas dari
peran perawat sebagai unsur pelaksana. Dalam proses tersebut, peran perawat yang
dapat dikembangkan untuk merawat lansia, berdasarkan proses penuaan yang terjadi,
yaitu:

1. Peran Perawat dalam menghadapi Perubahan Biologik (Fisik).


Perawatan dengan perubahan fisik adalah perawatan yang memperhatikan
kesehatan objektif, kebutuhan, kejadian-kejadian yagn dialami oleh lansia semasa
hidupnya, perubahan fisik pada organ tubuh, tingkat kesehatan yang masih bisa
dicapai dan dikembangkan, serta penyakit yang dapat dicegah atau ditekan
progresivitasnya. Perawatan fisik ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu :
a. Perawatan bagi lansia yang masih aktif, yang keadaan fisiknya masih mampu
bergerak tanpa bantuan orang lain sehingga kebutuhannya sehari-hari bisa
dipenuhi sendiri.
b. Perawatan bagi lansia yang pasif atau tidak dapat bangun, yang keadaan
fisiknya mengalami kelumpuhan atau kesakitan sehingga memerlukan bantuan
orang lain untuk melakukan kebutuhannya sendiri.

Disinilah peran perawat teroptimalkan, terutama tentang hal-hal yang berhubungan


dengan kebersihan perorangan untuk mempertahankan kesehatannya, dan untuk itu
perawat harus mengetahui dasar perawatan bagi pasien lansia.

Peran perawat dalam membantu kebersihan perorangan sangat penting dalam usaha
mencegah timbulnya peradangan, mengingat sumber infeksi dapat timbul bila
kebersihan kurang mendapat perhatian. Selain itu kemunduran kondisi fisik akibat
proses ketuaan dapat mempengaruhi ketahanan tubuh terhadap gangguan infeksi
dari luar. Untuk para lansia yang masih aktif, peran perawat sebagai pembimbing
mengenai kebersihan mulut dan gigi, kebersihan kulit dan badan, kebersihan
rambut dan kuku, kebersihan tempat tidur serta posisi tidir, hal makanan, cara
mengkonsumsi obat, dan cara pindah dari kursi ke tempat tidur atau sebaliknya.
2. Peran Perawat dalam menghadapi Perubahan Sosial.
Dalam perannya ini, perawat perlu melakukan pendekatan sosial sebagai salah satu
upayanya adalah memberikan kesempatan berkumpul dengan sesama lansia.
Mereka dapat bertukar cerita atau bertukar pikiran dan memberikan kebahagiaan
karena masih ada orang lain yang mau bertukar pikiran serta menghidupkan
semangat sosialisasi. Hasil kunjungan ini dapat dijadikan pegangan bahwa para
lansia tersebut adalah makluk sosial juga, yang membutuhkan kehadiran orang lain.
3. Peran Perawat dalam menghadapi Perubahan Psikologi.
Pada lansia, terutama yang melakukan kegiatan pribadi, memerlukan bantuan
orang lain, memerlukan sebagai suporter, interprester terhadap segala sesuatu yang
asing, penampung rahsia pribadi, dan sahabat yang akrab Peran perawat disini
melakukan suatu pendekatan psikis, dimana membutuhkan seorang perawat yang
memiliki kesabaran, ketelitian dan waktu yang cukup banyak untuk menerima
berbagai keluhan agar para usila merasa puas.
Pada dasarnya pasien lansia membutuhkan rasa aman dan cinta kasih
lingkungannya, termasuk perawat sehingga perawat harus menciptakan suasana
aman, tenang dan membiarkan klien lansia melakukan atau kegiatan lain yang
disenangi sebatas kemampuannya. Peran perawat disini juga sebagai motivator atau
membangkitkan kreasi pasien yang dirawatnya untuk mengurangi rasa putus asa,
rendah diri, rasa terbatas akibat ketidak mampuannya. Hal ini perlu dilakukan
karena bersamaan dengan makin lanjutnya usia, terjadi perubahan psikis yang
antara lain menurunnya daya ingat akan peristiwa yang baru saja terjadi, perubahan
pola tidur dengan kecenderungan untuk tiduran di siang hari dan pengeseran libido.
Mengubah tingkah laku dan pandangan terhadap kesehatan lansia tidak dapat
dilakukan seketika. Seorang perawat harus melakukannya secara perlahan-lahan
dan bertahap serta mendukung mental mereka kearah pemuasan pribadi sehingga
seluruh pengalaman yang dilalui tidak menambah beban tetapi justru tetap
memberikan rasa puas dan bahagia.

2.5 Konsep pendidikan Promosi Kesehatan

A. Konsep Pendidikan Kesehatan


A Joint Committee on Terminologi in Health Education of United States (1951) (Susilo,
2011: 2), mendefinisikan pendidikan kesehatan adalah suatu proses penyediaan bahwa
pendidikan kesehatan adalah pengalaman yang bertujuan untuk mempengaruhi
pengetahuan, sikap dan perilaku yang ada hubungannya dengan kesehatan perseorangan
ataupun kelompok, selanjutnya menurut A Joint Committee on Terminologi in Health
Education of United States (1951) (Susilo, 2011: 2), pada tahun 1973 definisi
pendidikan kesehatan diubah menjadi suatu proses yang mencakup kegiatankegiatan
dari intelektual, psikologi dan social yang diperlukan untuk meningkatkan kemampuan
manusia dalam mengambil keputusan secara sadar dan yang mempengaruhi
kesejahteraan diri, keluarga dan masyarakat.

Notoatmodjo (2003: 16) menjelaskan bahwa pendidikan secara umum adalah segala
upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok, atau
masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh perilaku pendidikan,
sedangkan pendidikan kesehatan adalah aplikasi atau penerapan pendidikan di dalam
bidang kesehatan. Hasil yang diharapkan dari suatu pendidikan kesehatan adalah
perilaku kesehatan atau perilaku untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang
kondusif.

Notoatmodjo (2011: 111-112), menjelaskan bahwa dilihat dari segi pendidikan,


pendidikan kesehatan adalah suatu pedagogik praktis atau praktik pendidikan. Konsep
pendidikan kesehatan adalah konsep pendidikan yang diaplikasikan pada bidang
kesehatan. Pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti dalam pendidikan itu
terjadi proses pertumbuhan, perkembangan, atau perubahan ke arah yang lebih dewasa,
lebih baik dan lebih matang pada diri individu, kelompok atau masyarakat. Konsep ini
berangkat dari suatu asumsi bahwa manusia sebagai makhluk sosial dalam
kehidupannya untuk mencapai nilai-nilai hidup dalam masyarakat yang selalu
memerlukan bantuan orang lain yang mempunyai kelebihan (lebih dewasa, lebih pandai,
lebih mampu, lebih tahu, dan sebagainya).

Kegiatan atau proses belajar dapat terjadi dimana saja, kapan saja, dan oleh siapa saja.
Seseorang dapat dikatakan belajar apabila didalam dirinya terjadi perubahan, dari tidak
tahu menjadi tahu, dari tidak dapat mengerjakan menjadi dapat mengerjakan sesuatu,
namun tidak semua perubahan semacam itu terjadi karena belajar saja, misalnya
perkembangan anak dari tidak dapet berjalan menjadi dapat berjalan. Perubahan ini
terjadi bukan hasil proses belajar, tetapi karena proses kematangan.

Dapat disimpulkan bahwa kegiatan belajar itu mempunyai ciri-ciri: belajar adalah
kegiatan yang menghasilkan perubahan dalam diri individu, kelompok, atau masyarakat
yang sedang belajar, baik aktual maupun potensial. Ciri kedua dari hasil belajar adalah
bahwa perubahan tersebut didapatkan karena kemampuan baru yang berlaku untuk
waktu yang relatif lama. Ciri ketiga adalah bahwa perubahan itu terjadi karena usaha
dan disadari bukan karena kebetulan (Notoatmodjo 2011: 112).

Bertolak dari konsep pendidikan tersebut, maka konsep pendidikan kesehatan itu juga
proses belajar pada individu, kelompok atau masyarakat dari tidak tahu tentang nilai-
nilai kesehatan menjadi tahu, dari tidak mampu mengatasi masalah-masalah
kesehatannya sendiri menjadi mampu, dan lain sebagainya. Berangkat dari konsep
pendidikan kesehatan, pendidikan kesehatan didefinisikan sebagai usaha atau kegiatan
untuk membantu individu, kelompok atau masyarakat dalam meningkatkan kemampuan
perilaku mereka, untuk mencapai tingkat kesehatannya secara optimal.

B. Pendididkan Kesehatan dan Promosi Kesehatan

Promosi kesehatan berkembang dari pendidikan kesehatan. Promosi kesehatan


sebenarnya merupakan revitalisasi atau pembaruan dari pendidikan kesehatan.

Definisi istilah promosi kesehatan dalam ilmu kesehatan masyarakat (health promotion)
pengertian promosi kesehatan yang pertama adalah sebagai bagian dari tingkat
pencegahan penyakit. Menurut level and clark sebagaimana dalam notoatmodjo
(2010,22) mengatakan adanya 4 tingkat pencegahan penyakit dalam perspektif
kesehatan masyarakat, yakni:

1. Health promotion (peningkatan/ promosi kesehatan)


2. Specific promotion (perlindungan khusus melalui imunisasi)
3. Early diagnosis an prompt treatment (diagnosis dini dan pengobatan segera)\
4. Rehabilitation (pemulihan)

Pendidikan kesehatan merupakan upaya yang terencana untuk perubahan perilaku


hidup sehat melalui pemberian informasi dan pengetahuan kesehatan agar dapat
berperilaku hidup sehat dalam kehidupannya.

C. Tujuan Pendidikan Kesehatan

Menurut Notoatmodjo (2012) menyebutkan tujuan pendidikan kesehatan ialah:

1. Mengetahui pengetahuan tentang ilmu kesehatan termasuk cara hidup sehat dan
teratur
2. Memiliki nilai dan sikap yang positif terhadap hidup sehat
3. Memiliki keterampilan dalam melaksanakan hal yang berkaitan dengan
pemeliharaan, pertolongan dan perawatan kesehatan
4. Memiliki kebiasaan hidup sehari-hari yang sesuai dengan syarat kesehatan
5. Memiliki kemampuan dan kecakapan (life skills) untuk berperilaku hidup sehat
dalam kehidupan sehari-hari
6. Memiliki pertumbuhan termasuk bertambah tingginya badan dan berat badan
(proporsional)
7. Mengerti dan dapat menerapkan prinsip-prinsip pengutamaan pencegahan penyakit
dalam kaitannya dengan kesehatan dan keselamatan dalam kehidupan sehari-hari
8. Memiliki daya tangkal terhadap pengaruh buruk dari luar (arus informasi dan daya
hidup tidak sehat)
9. Memiliki tingkat kesegaran jasmani yang memadai dan derajat kesehatan yang
optimal serta mempunya daya tahan tubuh yang baik terhadap penyakit
2.6 Ruang Lingkup Kesehatan Lingkungan

A. Definisi Kesehatan Lingkungan

Menurut WHO (World Health Organization), kesehatan lingkungan adalah suatu


keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia dan lingkungan agar dapat
menjamin keadaan sehat dari manusia.
Menurut HAKLI (Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia) kesehatan
lingkungan adalah suatu kondisi lingkungan yang mampu menopang keseimbangan
ekologi yang dinamis antara manusia dan lingkungannya untuk mendukung tercapainya
kualitas hidup manusia yang sehat dan bahagia.

B. Ruang Lingkup Kesehatan lingkungan sasaran dan kesehatan lingkungan

Menurut World Health Organization (WHO) ada 17 ruang lingkup kesehatan


lingkungan, yaitu:
1. Penyediaan Air Minum
2. Pengelolaan air Buangan dan pengendalian pencemaran
3. Pembuangan Sampah Padat
4. Pengendalian Vektor
5. Pencegahan/pengendalian pencemaran tanah oleh ekskreta manusia
6. Higiene makanan, termasuk higiene susu
7. Pengendalian pencemaran udara
8. Pengendalian radiasi
9. Kesehatan kerja
10. Pengendalian kebisingan
11. Perumahan dan pemukiman
12. Aspek kesling dan transportasi udara
13. Perencanaan daerah dan perkotaan
14. Pencegahan kecelakaan
15. Rekreasi umum dan pariwisata
16. Tindakan-tindakan sanitasi yang berhubungan dengan keadaan epidemi/wabah,
bencana alam dan perpindahan penduduk
17. Tindakan pencegahan yang diperlukan untuk menjamin lingkungan.

Di Indonesia, ruang lingkup kesehatan lingkungan diterangkan dalam Pasal 22 ayat (3)
UU No 23 tahun 1992 ruang lingkup kesling ada 8, yaitu :
1. Penyehatan Air dan Udara
2. Pengamanan Limbah padat/sampah
3. Pengamanan Limbah cair
4. Pengamanan limbah gas
5. Pengamanan radiasi
6. Pengamanan kebisingan
7. Pengamanan vektor penyakit
8. Penyehatan dan pengamanan lainnya, sepeti keadaan pasca bencana
C. Sasaran Kesehatan Lingkungan
Menurut Pasal 22 ayat (2) UU 23/1992, Sasaran dari pelaksanaan kesehatan lingkungan
adalah sebagai berikut :
1. Tempat umum : hotel, terminal, pasar, pertokoan, dan usaha-usaha yang sejenis
2. Lingkungan pemukiman : rumah tinggal, asrama/yang sejenis
3. Lingkungan kerja : perkantoran, kawasan industri/yang sejenis
4. Angkutan umum : kendaraan darat, laut dan udara yang digunakan untuk umum
5. Lingkungan lainnya : misalnya yang bersifat khusus seperti lingkungan yang berada
dlm keadaan darurat, bencana perpindahan penduduk secara besar2an,
reaktor/tempat yang bersifat khusus.

D. Masalah masalah kesehatan Lingkungan di Indonesia


Masalah Kesehatan lingkungan merupakan masalah kompleks yang untuk mengatasinya
dibutuhkan integrasi dari berbagai sector terkait. Di Indonesia permasalah dalam
kesehatan lingkungan antara lain:
1. Air Bersih
Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya
memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak. Air minum
adalah air yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung
diminum.
Syarat-syarat Kualitas Air Bersih diantaranya adalah sebagai berikut :
 Syarat Fisik : Tidak berbau, tidak berasa, dan tidak berwarna
 Syarat Kimia : Kadar Besi : maksimum yang diperbolehkan 0,3 mg/l,
Kesadahan (maks 500 mg/l)
 Syarat Mikrobiologis : Koliform tinja/total koliform (maks 0 per 100 ml air).
2. Pembuangan Kotoran/Tinja
Metode pembuangan tinja yang baik yaitu dengan jamban dengan syarat sebagai
berikut :
 Tanah permukaan tidak boleh terjadi kontaminasi
 Tidak boleh terjadi kontaminasi pada air tanah yang mungkin memasuki mata
air atau sumur
 Tidak boleh terkontaminasi air permukaan
 Tinja tidak boleh terjangkau oleh lalat dan hewan lain
 Tidak boleh terjadi penanganan tinja segar ; atau, bila memang benar-benar
diperlukan, harus dibatasi seminimal mungkin
 Jamban harus babas dari bau atau kondisi yang tidak sedap dipandang
 Metode pembuatan dan pengoperasian harus sederhana dan tidak mahal.
3. Kesehatan Pemukiman

Secara umum rumah dapat dikatakan sehat apabila memenuhi kriteria sebagai
berikut :

 Memenuhi kebutuhan fisiologis, yaitu : pencahayaan, penghawaan dan ruang


gerak yang cukup, terhindar dari kebisingan yang mengganggu
 Memenuhi kebutuhan psikologis, yaitu : privacy yang cukup, komunikasi yang
sehat antar anggota keluarga dan penghuni rumah
 Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antarpenghuni rumah
dengan penyediaan air bersih, pengelolaan tinja dan limbah rumah tangga,
bebas vektor penyakit dan tikus, kepadatan hunian yang tidak berlebihan,
cukup sinar matahari pagi, terlindungnya makanan dan minuman dari
pencemaran, disamping pencahayaan dan penghawaan yang cukup
 Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik yang timbul
karena keadaan luar maupun dalam rumah antara lain persyaratan garis
sempadan jalan, konstruksi yang tidak mudah roboh, tidak mudah terbakar, dan
tidak cenderung membuat penghuninya jatuh tergelincir.
4. Pembuangan Sampah
Teknik pengelolaan sampah yang baik dan benar harus memperhatikan faktor-
faktor /unsur, berikut:
 Penimbulan sampah. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi sampah
adalah jumlah penduduk dan kepadatanya, tingkat aktivitas, pola kehidupan/tk
sosial ekonomi, letak geografis, iklim, musim, dan kemajuan teknologi
 Penyimpanan sampah
 Pengumpulan, pengolahan dan pemanfaatan kembali
 Pengangkutan
 Pembuangan Dengan mengetahui unsur-unsur pengelolaan sampah, kita dapat
mengetahui hubungan dan urgensinya masing-masing unsur tersebut agar kita
dapat memecahkan masalah-masalah ini secara efisien.
5. Serangga dan Binatang Pengganggu
Serangga sebagai reservoir (habitat dan suvival) bibit penyakit yang kemudian
disebut sebagai vektor misalnya : pinjal tikus untuk penyakit pes/sampar, Nyamuk
Anopheles sp untuk penyakit Malaria, Nyamuk Aedes sp untuk Demam Berdarah
Dengue (DBD), Nyamuk Culex sp untuk Penyakit Kaki Gajah/Filariasis.
Penanggulangan/pencegahan dari penyakit tersebut diantaranya dengan merancang
rumah/tempat pengelolaan makanan dengan rat proff (rapat tikus), Kelambu yang
dicelupkan dengan pestisida untuk mencegah gigitan Nyamuk Anopheles sp,
Gerakan 3 M (menguras mengubur dan menutup) tempat penampungan air untuk
mencegah penyakit DBD, Penggunaan kasa pada lubang angin di rumah atau
dengan pestisida untuk mencegah penyakit kaki gajah dan usaha-usaha sanitasi.
Binatang pengganggu yang dapat menularkan penyakit misalnya anjing dapat
menularkan penyakit rabies/anjing gila. Kecoa dan lalat dapat menjadi perantara
perpindahan bibit penyakit ke makanan sehingga menimbulakan diare. Tikus dapat
menyebabkan Leptospirosis dari kencing yang dikeluarkannya yang telah terinfeksi
bakteri penyebab.
6. Makanan dan Minuman
Sasaran higene sanitasi makanan dan minuman adalah restoran, rumah makan, jasa
boga dan makanan jajanan (diolah oleh pengrajin makanan di tempat penjualan dan
atau disajikan sebagai makanan siap santap untuk dijual bagi umum selain yang
disajikan jasa boga, rumah makan/restoran, dan hotel). Persyaratan hygiene sanitasi
makanan dan minuman tempat pengelolaan makanan meliputi:
 Persyaratan lokasi dan bangunan
 Persyaratan fasilitas sanitasi
 Persyaratan dapur, ruang makan dan gudang makanan
 Persyaratan bahan makanan dan makanan jadi
 Persyaratan pengolahan makanan
 Persyaratan penyimpanan bahan makanan dan makanan jadi
 Persyaratan peralatan yang digunakan
 Pencemaran Lingkungan
Pencemaran lingkungan diantaranya pencemaran air, pencemaran tanah,
pencemaran udara. Pencemaran udara dapat dibagi lagi menjadi indoor air
pollution dan out door air pollution. Indoor air pollution merupakan problem
perumahan/pemukiman serta gedung umum, bis kereta api, dll. Masalah ini
lebih berpotensi menjadi masalah kesehatan yang sesungguhnya, mengingat
manusia cenderung berada di dalam ruangan ketimbang berada di jalanan.
Diduga akibat pembakaran kayu bakar, bahan bakar rumah tangga lainnya
merupakan salah satu faktor resiko timbulnya infeksi saluran pernafasan bagi
anak balita.
Mengenai masalah out door pollution atau pencemaran udara di luar rumah,
berbagai analisis data menunjukkan bahwa ada kecenderungan peningkatan.
Beberapa penelitian menunjukkan adanya perbedaan resiko dampak
pencemaran pada beberapa kelompok resiko tinggi penduduk kota dibanding
pedesaan.
Pembakaran hutan untuk dibuat lahan pertanian atau sekedar diambil kayunya
ternyata membawa dampak serius, misalnya infeksi saluran pernafasan akut,
iritasi pada mata, terganggunya jadwal penerbangan, terganggunya ekologi
hutan.

2.7 Ruang lingkup Kesehatan Komunitas

Ruang lingkup praktik keperawatan masyarakat meliputi: upaya-upaya peningkatan


kesehatan promotif, pencegahan preventif, pemeliharaan kesehatan dan pengobatan kuratif,
pemulihan kesehatan rehabilitatif dan mengembalikan serta memfungsikan kembali baik
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat ke lingkungan sosial dan masyarakatnya
resosialisasi. Dalam memberikan asuhan keperawatan komunitas, kegiatan yang
ditekankan adalah upaya preventif dan promotif dengan tidak mengabaikan upaya kuratif,
rehabilitatif dan resosialitatif.

1. Upaya Promotif
Upaya promotif dilakukan untuk meningkatkan kesehatan individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat dengan jalan memberikan:
a. Penyuluhan kesehatan masyarakat
b. Peningkatan gizi
c. Pemeliharaan kesehatan perseorangan
d. Pemeliharaan kesehatan lingkungan
e. Olahraga secara teratur
f. Rekreasi
g. Pendidikan seks
2. Upaya Preventif
Upaya preventif ditujukan untuk mencegah terjadinya penyakit dan gangguan terhadap
kesehatan terhadap individu, keluarga, kelompok dan masyarakat melalui kegiatan:
a. Imunisasi massal terhadap bayi, balita serta ibu hamil.
b. Pemeriksaan kesehatan secara berkala melalui Posyandu, Puskesmas maupun
kunjungan rumah.
c. Pemberian vitamin A dan yodium melalui Posyandu, Puskesmas ataupun di
rumah.
d. Pemeriksaan dan pemeliharaan kehamilan, nifas dan meyusui
3. Upaya Kuratif
Upaya kuratif ditujukan untuk merawat dan mengobati anggota-anggota keluarga,
kelompok dan masyarakat yang menderita penyakit atau masalah kesehatan, melalui
kegiatan:
a. Perawatan orang sakit di rumah home nursing.
b. Perawatan orang sakit sebagai tindak lanjut perawatan dari Puskesmas dan rumah
sakit.
c. Perawatan ibu hamil dengan kondisi patologis di rumah, ibu bersalin dan nifas.
d. Perawatan payudara.
e. Perawatan tali pusat bayi baru lahir
4. Upaya Rehabilitatif
Upaya rehabilitatif merupakan upaya pemulihan kesehatan bagi penderita- penderita
yang dirawat di rumah, maupun terhadap kelompok-kelompok tertentu yang menderita
penyakit yang sama, misalnya Kusta, TBC, cacat fisik dan lainnya, dilakukan melalui
kegiatan:
a. Latihan fisik, baik yang mengalami gangguan fisik seperti penderita Kusta, patah
tulang mapun kelainan bawaan.
b. Latihan-latihan fisik tertentu bagi penderita-penderita penyakit tertentu, misalnya
TBC, latihan nafas dan batuk, penderita stroke: fisioterapi manual yang mungkin
dilakukan oleh perawat.
5. Upaya Resosialitatif
Upaya resosialitatif adala upaya mengembalikan individu, keluarga dan kelompok
khusus ke dalam pergaulan masyarakat, diantaranya adalah kelompok- kelompok yang
diasingkan oleh masyarakat karena menderita suatu penyakit, misalnya kusta, AIDS.

2.8 Hipertensi

BAB III
HASIL EVALUASI MAWAS DIRI

A. Profil RW
Profil RW
1. Data Demografi
Wilayah Kelurahan Karang Anyar RW 03 terdiri dari 163 Kepala Keluarga
(KK) dan RW 04 terdiri dari 131 Kartu Keluarga. Berdasarkan metode
“Windshiel Survey” Data demografi masyarakat akan disajikan sebagai
berikut:
RW O3
a. Utara : berbatasan dengan RW O2
b. Selatan : berbatasan dengan 08
c. Timur : berbatasan dengan kelurahan Balong Gede
d. Barat: berbatasan dengan RW 04

RW O4

a. Utara : Berbatasan dengan RW 01

b. Selatan : Berbatasan dengan RW O7

c. Timur : Berbatasan dengan RW O3

d. Barat : Berbatasan dengan RW 05

Hasil pengelolaan data yang berasal dari wawancara dan observasi ditampilkan pada table
berikut:

2. Pengkajian SMD

Tabel 1.1

Penggolongan Usia dan Jenis Kelamin

RW 04 RW 03 Total Presentase

Bayi (0 Bulan - 12 2 0 2 1%
Bulan )

Balita (1-5 Tahun) 6 0 6 2%

Anak (6-12 Tahun) 8 4 12 4%

Remaja (13-17 Tahun) 8 12 20 7%

Dewasa (18-59 Tahun) 90 75 165 54 %

Lansia ( > 60 Tahun) 39 60 99 33 %

Total 153 151 304 100 %

Berdasarkan Tabel 1.1 sebagian besar Masyarakat Berumur Dewasa 18-59 Tahun dengan
presentase 54 % (165 jiwa), sedangkan sebagian kecil masyarakat berumur Bayi 0-12 Bulan
dengan Presentase 1% dari (2 Jiwa) 

Tabel 1.2

Agama yang dianut masyarakat

RW 04 RW 03 Total Presentase

Islam 92 78 170 56 %

Kristen 29 22 51 17 %

Katolik 20 31 51 17 %

Hindu 0 4 4 1%

Budha 12 13 25 8%

Konghucu 0 3 3 1%

Total 153 151 304 100 %


Berdasarkan Tabel 1.1 sebagian besar agama yang dianut Islam dengan Presentase 56% (170
jiwa), sedangkan sebagian kecil menganut agama Konghucu dengan presentase 1 % (3 Jiwa).

Tabel 1.3

Status Perkawinan

RW 04 RW 03 Total Presentase

Kawin 76 82 158 52 %

Belum Kawin 59 57 116 38 %

Cerai Hidup 5 1 6 2%

Cerai Mati 13 11 24 8%

Total 153 151 304 100 %

Berdasarkan Tabel 1.3 Sebagian besar masyarakat sudah kawin dengan Presentase 52% (158
jiwa),sedangkan sebagian kecil masyarakat Cerai Hidup dengan Presentase 2% (6 jiwa).

Tabel 1. 4 

Pendidikan tertinggi

RW 04 RW03  Total  Presentase 

a.Tidak pernah sekolah  0 0 0 0%

b. Tidak tamat SD/MI  1 2 3 3%

c. Tamat SD/MI  5 2 7 7%

d. Tamat SLTP/MTS 8 7 15 14%

e. Tamat SLTS/MA  17 15 32 30%

f. Tamat D1,D2/D3 9 5 14 13%


g. Tamat PT/S1  11 25 36 34%

TOTAL  51 56 107 100%

Berdasarkan tabel 1.4 hampir setengahnya masyarakat pendidikan tertinggi tamat PT/S1 dengan
presentase 34% (36 KK), sedangkan tidak satupun masyarakat yang tdak pernah sekolah dengan
presentase 0% (0 KK)  

Tabel 1.5

Status pekerjaan utama

RW RW 03  Total  Presentase


04 

a. Tidak kerja 6 4 10 9%

b. Sekolah  1 0 1 1%

c. PNS/TNI/Polri/BUMN/ BUMD  2 2 4 4%

d. Pegawai swasta 13 8 21 20%

e. Wiraswasta / Pedagang / Jasa  20 35 55 51%

f. Petani  0 0 0 0%

g. Nelayan  0 0 0 0%

h. Buruh  4 1 5 5%

i. Lain - lan  5 6 11 10%

TOTAL  51 56 107 100% 

Berdasarkan tabel 1.5, sebagian besar masyarakat yang berstatus pekerjaan utama Wiraswasta/
pedagang/jasa dengan presentase 51% (55 KK), sedangkan masyarakat yang berstatus pekerjaan
utama petani dan nelayan dengan presentase 0% (0 KK) 
Tabel 1.6 

Jenis Air

RW 04 RW 03 Total Presentase

PDAM 41 56 97 91 %

Sumur Pompa 5 0 5 5%

Sumur Gali Terlindungi 5 0 5 5%

Mata Air Terlindungi 0 0 0 0%

Total 51 56 107 100 %

Berdasarkan Tabel 1.6 Hampir seluruhnya masyarakat menggunakan jenis air PDAM dengan
presentase 91 % (97 KK), sedangkan sebagian kecil menggunakan sumur pompa dan sumur gali
terlindungi denga presentase 5% (10 KK).

Tabel 1.7

Tersedia Jamban Keluarga

RW 04 RW 03 Total Presentase

Ya 48 56 104 97 %

Tidak 3 0 3 3%

Total 51 56 107 100%

Berdasarkan Tabel 1.7 hampir seluruhnya tersedia keluarga dengan persentase 97% (104
jiwa),sedangkan sebagian kecil tidak tersedia jamban keluarga dengan persentase 3% (3 jiwa)

Tabel 1.8

Jenis Jamban Saniter


RW 04 RW 03 Total Presentase

Kloset 24 28 52 49 %

Leher Angsa 24 28 52 49%

Plesengan 3 0 3 3%

Total 51 56 107 100%

Berdasarkan Tabel 1.8 sebagian besar jenis jamban saniter memiliki Kloset dan Leher Angsa
dengan persentase 52% (104 KK), sedangkan sebagian kecil jenis jamban saniter memiliki
dengan Persentase 3% (3 jiwa).

Tabel 1.9

Apakah Saudara mempunyai kartu jaminan kesehatan/JKN

RW 04 RW 03 Total Presentase

Ya 43 51 94 88%

Tidak 8 5 13 12%

Total 51 56 107 100%

Berdasarkan Tabel 1.9 Hampir seluruhnya masarakat  mempunyai kartu jaminan kesehatan/JKN
dengan presentase 88% (94 KK), sedangkan sebagian kecil masyarakat tidak mempunyai kartu
jaminan kesehatan/JKN dengan presentase 12% (13 KK).

Tabel 1.10 

Apakah anggota keluarga ada yang merokok?

RW 04 RW03 Total  Presentase 

Ya  23 23 46 43%
Tidak  28 33 61 57%

TOTAL  51 56 107 100%

Berdasarkan tabel 1.10, sebagian besar masyarakat yang merokok dengan presentase 57%
(61KK), sedangkan masyarakat yang tidak merokok dengan presentase 43% (46 KK) 

Tabel 1.11

Apakah anggota keluarga pernah di diagnosis tekanan darah tinggi/hipertensi ?

RW 04 RW03 Total  Presentase 

Ya 14 23 37 35%

Tidak  37 33 70 75%

TOTAL  51 56 107 100%

Berdasarkan tabel 1.11, sebagian besar masyarakat yang terdiagnosis tekanan darah
tinggi/hipertensi dengan presentase 75% (70 KK), sedangkan hampir setengahnya masyarakat
yang tidak terdiagnosis tekanan darah tinggi/hipertensi dengan presentase 35% (37 KK) 

Tabel 1.12 

Bila ya, apakah selama ini saudara meminum obat tekanan darah tinggi/hipertensi?

RW 04  RW03  Total  Presentase 

Ya  8 19 27 73%

Tidak  6 4 10 27%

TOTAL  14 23 37 100%

Berdasarkan tabel 1.12, hampir seluruhnya masyarakat yang meminum obat tekanan darah
tinggi/hipertensi dengan presentase 73% (KK), sedangkan hampir setengahnya masyarakat yang
meminum obat tekanan darah tinggi/hipertensi dengan presentase 27% (10 KK)  
Tabel 1.13

Apakah dilakukan pengukuran tekanan darah

RW 04 RW03 Total  Presentase 

Ya 16 11 27 25%

Tidak  35 45 80 75%

TOTAL  51 56 107 100%

Berdasarkan Tabel 1.13 sebagian besar masyarakat tidak dilakukan pengukuran tekanan darah
dengan persentase 73% (80 KK), sedangkan sebagian kecil yang dilakuakn pengkuran tekanan
darah dengan persentase 25% (27KK)

Tabel 1.14

                                                Hasil pengukuran tekanan darah ?

RW 04 RW 03  Total 

Normal ( < 120/80 ) 1 1 2

Pra Hipertensi ( 120 - 139/ 80 - 89 )  3 3 6

Stadium 1 ( 140 - 159/ 90 - 99 )  8 5 13

Stadium 2 ( > 160/ > 100 )  4 2 6

TOTAL 16 11 26

Berdasarkan tabel 1. 14, masyarakat yang memiliki tekanan darah stadium 1 sebanyak 13 KK,
sedangkan masyarakat yang memilik tekanan darah normal sebanyak 2 KK 

Tabel 1.15

Apakah saudara menggunakan alat kontasepsi atau ikut program KB


RW 04 RW03 Total  Presentase 

Ya 3 6 9 8%

Tidak  48 50 98 92%

TOTAL  51 56 107 100%

Berdasarkan tabel 1.15 hampir seluruhnya masyarakat tidak menggunakan alat kontrasepsi atau
ikut program KB dengan persentase 92% (98 jiwa), sedangkan sebagian kecil masyarakat yang
menggunakan alat kontrasepsi atau ikut program KB dengan persentase 8 % (9 jiwa).

Tabel 1.16

Apakah ada anggota yang didiagnosis penyakit

RW 04 RW03 Total  Presentase 

Diabetes Militus 0 9 9 8%

Stroke 1 2 3 3%

Penyakit Jantung Koroner 1 4 5 5%

Penyakit Menular Seksual 0 0 0 0%

Gout Arthritis dan Rheymatoid 1 0 1 1%

Total 3 15 107 17%

Berdasarkan Tabel 1.16 Dari total KK ada 17% KK yang terdiagnosis penyakit, sebagian besar
terdiagnosis penyakit diabetes melitus dan sebagain kecil terdiagnosis gout Arthritis dan
rheymatoid 

Tabel 1.17 

Persalinan dibantu oleh tenaga Kesehatan?


RW 04 RW03 Total  Presentase

Ya 46 39 85 79%

Tidak  5 17 22 21%

TOTAL  51 56 107 100%

Berdasarkan tabel 1.17, hampir seluruhnya masyarakat yang persalinan dibantu oleh tenaga
kesehatan dengan presentase 79% (85KK), sedangkan sebagian kecil masyarakat yang tidak
persalinan dibantu oleh tenaga kesehatan dengan presentase 21% (22 KK)

Tabel 1.18

Pemberian ASI ekslusif selama 6 bulan

RW 04 RW03 Total  Presentase 

Ya 46 39 85 79%

Tidak  5 17 22 21%

TOTAL  51 56 107 100%

Berdasarkan tabel 1.18 hampir seluruhnya masyarakat memberikan ASI ekslusif selama 6 bulan
dengan persentase 79% (85KK),sedangkan sebagian kecil masyarakat tidak memberikan ASI
ekslusif selama 6 bulan dengan persentase 21%(22KK).

Tabel 1.19 

Memakai jamban sehat 

RW 04  RW03  Total  Presentase 

Ya 49 56 105 98%

Tidak  2 0 2 2%

TOTAL  51 56 107 100%


Bersadarkan tabel 1.19, hampir seluruhnya masyarakat memakai jamban sehat dengan presentase
98% (105), sedangkan masyarakat yang tidak memaka jamban sehat dengan presentase 2%
(2KK)

Tabel 1.20

Membasmi Jentik Nyamuk

RW 04 RW03 Total  Presentase 

Ya 48 53 101 94%

Tidak  3 3 6 6%

TOTAL  51 56 107 100%

Berdasarkan Tabel 1.20 hampir seluruhnya masyarakat membasmi jentik nyamuk dengan
persentase 94%(101 KK), sedangkan sebagian kecil masyarakat tidak membasmi jentik nyamuk
dengan persentase 5 % (6 KK).

Tabel 1.21

Makan buah dan sayur tiap hari

RW 04 RW03 Total  Presentase 

Ya 44 54 98 92%

Tidak  7 2 9 2%

TOTAL  51 56 107 100%

Berdasarkan Tabel 1.21 hampir seluruhnya masyarakat makan buah dan sayur setiap hari dengan
persentase 92% (98KK), sedangkan sebagian kecil masyarakat tidak makan buah dan sayur
setiap hari dengan persentase 2% (9KK).
Tabel 1.22

Melakukan aktifitas fisik

RW 04 RW03 Total  Presentase 

Ya 34 49 83 78%

Tidak  17 7 24 22%

TOTAL  51 56 107 100%

Berdasarkan Tabel 1.22 hampir seluruhnya masyarakat melakukan aktifitas fisik setiap hari
dengan presentase 78% (83 KK), sebagian kecil masyarakat tidak melakukan aktifitas fisik
dengan presentase 22% (24 KK).

Tabel 1.23

Tidak merokok didalam rumah

RW 04 RW03 Total  Presentase 

Ya 13 8 21 46%

Tidak  10 15 25 54%

TOTAL  23 23 46 100%

Berdasarkan tabel 1.23 sebagian besar KK merokok di dalam rumah dengan presentase 54% dan
di luar rumah dengan presentase 46%.
BAB IV

A. Analisa Data

No Data fokus Diagnosa Keperawatan


1. DS : Defisit Kesehatan Komunitas : Hipertensi ,
- Berdasarkan hasil wawancara Penyakit jantung koroner
sebagian masyarakat RW 03 dan
RW 04 mengatakan tidak tahu
bagaimana menjaga Kesehatan dan
cara menangani penyakit seperti
hipertensi
- Berdasarkan hasil wawancara
sebagian masyarakat RW 03 dan
RW 04 yang terdiagnosis
hipertensi jarang memeriksakan ke
puskesmas.

DO :
- Berdasarkan survey mawas diri
didapatkan masalah kesehatan
penyakit hipertensi sebanyak 35%
- berdasarkan Survei Mawas Diri
didapatkan masalah Kesehatan
Penyakit Jantung Koroner
sebanyak 5% ( 5KK )
- berdasarkan survery mawas diri
didapatkan masalah Kesehatan
Penyakit Stroke 3% ( 3 KK )
2. Ds : Defisit Kesehatan komunitas : Diabetes
Melitus
- Berdasarkan hasil wawancara
Sebagian masyarakat RW 03 dan
04, Sebagian dari mereka
mengalami keluhan penyakit
diabetes melitus
- Berdasarkan hasil wawancara
sebagian masyarakat RW 03 dan
Rw 04, Sebagian dari mereka
menderita penyakit diabetes
melitus ada yang sudah lama
maupun baru terkena
Do:
- Hasil SMD di Rw 03 dan 04 :
Berdasarkan survey mawas diri
didapatkan bahwa adanya masalah
Kesehatan diabetes di Rw 03 dan
Rw 04 sebanyak 8% ( 9% )
3. Ds : Perilaku Kesehatan cenderung beresiko :
- Berdasarkan hasil wawancara perilaku merokok
kepada masyarakat Rw 03 dan Rw
04 sering merokok didalam rumah
dan jarang melakukan aktifitas
fisik
Do :
Hasil SMD di Rw 03 dan Rw 04
- dari hasil survei mawas diri
didapatkan sebagaian besar
masyarakat jarang melakukan
aktifitas fisik setiap hari sebanyak
22% ( 24 KK )
- dari hasil survei mawas diri
didapatkan adanya masyarakat
yang merokok didalam rumah
sebanayak 54 % ( 25 KK )
- dari hasil survey mawas diri
terdapat masyarakat yang tidak
rutin mengonsumsi obat hipertensi
sebanyak 27% ( 10 KK )
4 DS : Pemeliharaan kesetahan tidak efektif
- Berdasarkan hasil wawancara
sebagian masyarakat RW 03 dan
RW 04 mengatakan tidak tahu
bagaimana menjaga Kesehatan dan
cara menangani penyakit seperti
hipertensi
- Berdasarkan hasil wawancara
sebagian masyarakat RW 03 dan
RW 04 yang terdiagnosis
hipertensi jarang memeriksakan ke
puskesmas.
-
DO :
- dari hasil survey mawas diri
terdapat masyarakat yang tidak
rutin mengonsumsi obat hipertensi
sebanyak 27% ( 10 KK )
- dari hasil survei mawas diri
didapatkan sebagaian besar
masyarakat jarang melakukan
aktifitas fisik setiap hari sebanyak
22% ( 24 KK )
B. Prioritas Masalah keperawatan

No Masalah A B C D E F G H I J K Total Prioritas


kesehatan
1. Defisit 5 5 3 3 3 3 3 3 3 3 3 37 1
Kesehatan
Komunitas :
Hipertensi ,
Penyakit
jantung
koroner
2. Defisit 5 4 3 3 3 3 3 3 3 2 3 35 2
Kesehatan
komunitas :
Diabetes
Melitus
3. Perilaku 5 4 2 2 2 3 3 2 3 3 3 32 3
Kesehatan
cenderung
beresiko :
perilaku
merokok
4. Pemeliharaan 5 3 3 2 2 3 3 2 3 3 3 32 4
kesetahan
tidak efektif

Aspek yang diskor ( diberi nilai ) meliputi hal hal sebagai berikut :

A. resiko terjadinya masalah tersebut dikomunitas


B. resiko parah dari masalah tersebut
C. potensial untuk dilakukan Pendidikan
D. minat dari masyarakat untuk mengatasi masalah tersebut
E. kemungkinan masalah tersebut diatasi
F. kesesuaian dengan program pemerintah
G. tersedianya tempat untuk mengatasi masalah
H. tersedianya waktu untuk mengatasi masalah
I. tersedianya dana untuk mengatasi masalah
J. tersedianya fasilitas untuk mengatasi masalah
K. tersedianya sumber daya manusia untuk mengatasi masalah

untuk setiap masalah Kesehatan diberikan bobot nilai untuk setiap aspek tersebut dengan
range 1-5. rinciannya berikut :

a. sangat rendah = 1
b. rendah = 2
c. cukup = 3
d. tinggi = 4
e. sangat tinggi = 5

C. Masalah Keperawatan
1. Defisit Kesehatan Komunitas : Hipertensi , Penyakit jantung koroner
2. Defisit Kesehatan komunitas : Diabetes Melitus
3. Perilaku Kesehatan cenderung beresiko : perilaku merokok
4. Pemeliharaan kesetahan tidak efektif

D. Planning Of Action

Jenis Tujuan Sasaran Petugas Sumber Wktu / Tempat Indikatir


Kegiatan yang dana jadwal keberhasilan
terlibat pelaksanaa
n
Promosi Tupan :  Masyarak Rw, Rt, Mahasisw Juni 2023 kunjungan Setelah
Kesehata Setelah at Rw 03 Kader, a keluarga, dilakukan
n terkait dilakukan dan Rw Mahasisw kergiatan penyuluhan
hipertens implementa a IKI masyarak 50%
i si 04 Bandung at Rw 03 masyarakat
penyakit pengetahua 2020 dan Rw Rw 03 dan Rw
jantung n 04 04 memahami
koroner masyarakat tentang
tentang penyakit PJK
Penyakit dan hipertensi
Jantung
Koroner,
dan
hipertensi
meningkat.
Tupen : 
Setelah
mengikuti
penyuluhan
tentang
PJK,
hipertensi
masyarakat
mampu
menjelaskan
tentang
hipertensi
Senam Tupan : Masyarak Rw, Rt, Mahasisw Juni 2023 Kunjunga Masyarakat
hipertens Setelah at Rw 03 Kader, a n Rw 03 dan Rw
i dilakukan dan Rw Mahasisw keluarga, 04 memahami
implementa 04 a IKI kegiatan dan mampu
si senam masyarak mempraktekka
hipertensi at n setiap
masyarakat Gerakan
Rw 03 dan senam
Rw 04 hipertensi
mengetahui
cara
pencegahan
hipertensi
Tupen :
Setelah
mengikuti
senam
hipertensi
masyarakat
dapat
mempelajari
setiap
Gerakan
senam
hipertensi
Promosi Tupan :  Masyarak RW, RT, Mahasisw Juni 2023 Kunjunga Setelah
Kesehata Setelah at RW 03 Kader, a n dilakukan
n terkait dilakukan dan RW Mahasisw keluarga, penyuluhan
diabetes implementa 04 a sarjana kegiatan tentang
mellitus si IKI masyarak penyakit
pengetahua Bandung at diabetes
n 2020 melitus, 50%
masyarakat masyarakat
tentang Rw 03 dan Rw
Penyakit 04 memahami
Diabetes tentang
Mellitus penyakit
meningkat.  diabetes
Tupen :  melitus yang
Setelah disampaikan
mengikuti
skrining
kesehatan
masyarakat
mampu
menjelaskan
tentang
penyakit
Diabetes
Mellitus
Promosi Tupan : Masyarak Rw, Rt, Mahasisw Juni 2023 Kunjunga Setelah
Kesehata Setelah at Rw 03 Kader, a n dilakukan
n bahaya dilakukan dan Rw mahasisw keluarga, penyuluhan
merokok implementa 04 a IKI kegiatan tentang
si masyarak bahaya
penyuluhan at merokok 50%
tentang masyarakat
bahaya Rw 03 dan Rw
merokok, 04 memahami
pengetahua tentang
n tentang masalah
bahaya Kesehatan
merok bahaya
meningkat merokok yang
Tupen : disampaikan
Setelah
mengikuti
penyuluhan
tentang
bahaya
merokok
masyarakat
mampu
menjelaskan
Kembali

E. SWOT

S (Strength)
- Sebagian besar masyarakat RW 03 dan 04 yang terdiagnosis Hipertensi
mengkonsumsi obat Hipertensi
- Tersedianya fasilitas kesehatan
- RW 03 dan 04 memiliki kader yang aktif
- Sebagian besar masyarakat Rw 03 dan Rw o4 memiliki kartu jaminan
kesehatan

W (Weakness) - Masalah kesehatan penyakit Hipertensi sebanyak 35%


- Masalah kesehatan penyakit Jantung Koroner sebanyak 5% (5 KK)
- Masalah kesehatan penyakit Stroke 3% (3 KK)
- Masyarakat RW 03 dan RW 04 yang terdiagnosis hipertensi jarang
memeriksakan ke puskesmas.
-Adanya masalah Kesehatan diabetes di Rw 03 dan Rw 04 sebanyak 8%
( 9% )
- Adanya masyarakat yang merokok didalam rumah sebanyak 54 % ( 25 KK
)
- Masyarakat Rw 03 dan Rw 04  sering merokok didalam rumah dan jarang
melakukan aktifitas fisik
- Sebagaian besar masyarakat jarang melakukan aktifitas fisik setiap hari
sebanyak 22% ( 24 KK )
- Tidak ada kegiatan senam

O - Dengan adanya mahasiswa praktek di RW 03 dan 04 dapat membantu


(Opportunity) kader-kader dalam pendataan kesehatan warga RW 03 dan 04.

- Dengan adanya pelayanan BPJS memudahkan warga untuk mendapatkan


pelayanan kesehatan dengan gratis.

T (Threats) - Masih ada warga yang menolak untuk datang ke pelayanan kesehatan
ketika ada anggota keluarga yang sakit
- Masih ada warga yang mengabaikan kesehatan
Kesimpulan
Saran

Anda mungkin juga menyukai