Disusun Oleh:
Devi Anggraeni
Salona Dwitau
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
INSTITUT KESEHATAN IMMANUEL BANDUNG
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan hasil praktik Asuhan Keperawatan Komunitas dalam Konteks Pelayanan Kesehatan
Utama di Kelurahan Karang Anyar, Kec Astana Anyar, Kota Bandung, 7 juni – 30 juni 2023
telah mendapatkan persetujuan.
Mengetahui
Koordinator Mata Kuliah NP 6
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas laporan yang berjudul ”Laporan Asuhan
Keperawatan Komunitas Di Kelurahan Karang Anyar RW 03 dan RW 04 “ini tepat pada
waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
NP 6 Keperawatan Komunitas . Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Stephanie Melia., MNS selaku dosen Keperawatan
Komunitas yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan
wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
UCAPAN TERIMAKASIH
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkatr ahmat dan
BimbinganNya kami dapat menyelesaikan proposal dengan judul “Laporan Akhir Asuhan
Keperawatan Komunitas Pada Kelurahan Karang Anyar RW 03 dan 04” dapat terselesaikan
Proposal ini merupakan salah satu syarat untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Praktik
Keperawatan 6. Pada program S1 Keperawatan Institut Kesehatan Immanuel Bandung. Bersama
ini perkenankan kami mengucapkan terimakasih yang sebesar – besarnya dengan hati yang tulus
kepada:
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Keperawatan komunitas merupakan suatu sistem dari praktik kesehatan masyarakat yang
diterapkan untuk meningkatkan serta memelihara kesehatan penduduk. Seiring dengan berjal
annya waktu dan bertambahnya kebutuhan pelayanan kesehatan menuntut perawat saat ini m
emiliki pengetahuan dan keterampilan di berbagai bidang.
Saat ini dunia keperawatan semakin berkembang, dimana perawat memiliki peran yang le
bih luas dengan penekanan pada peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit, juga mem
andang klien secara komprehensif. Perawat dianggap sebagai salah satu profesi kesehatan ya
ng harus dilibatkan dalam pencapaian tujuan pembangunan kesehatan baik di dunia maupun
di Indonesia.
Indonesia sebagai salah satu negara yang ikut serta dalam program Visi Indonesia Sehat 2
015 telah dirancang Kementrian Kesehatan RI sesuai Milenium Development Goals (MDG’
s). Tujuan utamanya adalah tercapainya kesejahteraan yang merata di seluruh dunia. Indonesi
a sebagai salah satu negara yang ikut serta dalam program tersebut juga berupaya untuk meni
ngkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Salah satu garapannya adalah bidang kesehatan. Prog
ram kesehatan yang dapat langsung meningkatkan kemandirian masyarakat dalam meningkat
kan status kesehatannya adalah menekankan pada pola piker paradigma sehat. Paradigma seh
at artinya lebih menekankan promotive dan preventif tanpa meninggalkan kuratif dan rehabili
tative.
2. Tujuan Penulisan
a. Tujuan umum
Mampu mengaplikasikan konsep dan teori keperawatan komunitas yang telah
diperoleh pada tahap akademik secara nyata dalam memberikan Asuhan Keperawatan
Komunitas di kelurahan Karang Anyar Rw 03 dan Rw 04.
b. Tujuan khusus
a) Melakukan pengumpulan data hasil pengkajian pada masyarakat di RW 03 Dan
RW 04
b) Melakukan analisa data hasil pengkajian pada masyarakat di RW 03 dan RW 04
c) Menentukan diagnosa keperawatan hasil pengkajian pada masyarakat di RW 03
dan RW 04
d) Menginformasikan tentang prioritas masalah yang ada di RW 03 dan RW 04
e) Menginformasikan perencanaan Asuhan Keperawatan Komunitas di RW 03 dan
RW 04
f) Menginformasikan pelaksanaan Asuhan Keperawatan Komunitas di RW 03 dan
RW 04
3. Metode pengumpulan data
Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah :
a. Wawancara
Teknik pengumpulan data dengan cara tanya jawab yang berhubungan dengan
masalah yang dihadapi pada masyarakat di RW 03 dan RW 04 kelurahan Karang
Anyar
b. Observasi
Mengamati perilaku dan dan keadaan pada masyarakat di kelurahan Karang Anyar
RW 03 dan RW 04 dalam penyusunan untuk memperoleh data tentang masalah
kesehatan masyarakat serta melibatkan partisipasi dari puskesmas Pagarsih, ketua
RW,RT, Kader dan masyarakat sekitar.
4. Sistematika penulisan
Sistematika penulisan pada laporan ini disusun sebagai berikut :
BAB 1 PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang, tujuan, metode pengumpulan data, dan sistematika
penulisan.
BAB II TINJAUAN TEORI
Bab ini berisi Konsep Dasar Masyarakat, Konsep Dasar Keperawatan Komunitas,
Konsep Dasar Keluarga, Konsep Dasar Gerontik, Konsep Pendidikan Promosi
Kesehatan, ruang lingkup kesehatan lingkungan
BAB III HASIL SURVEI MAWAS DIRI
Bab ini berisi Profil RW, hasil survey, analisis SWOT, analisa data, daftar masalah
keperawatan, prioritas masalah, planning of action ( POA ), dan rencana asuhan
keperawatan.
BAB IV PENUTUP
Bab ini berisi implementasi dan evaluasi, rencana tindak lanjut, dan pembahasan.
BAB V
Bab ini berisi kesimpulan dan saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Definisi Masyarakat
Masyarakat dalam bahasa inggris memakai istilah society yang berasal dari bahasa latin
socius, yang berarti “kawan”.
1. Koentjaraningrat (1990:144) dalam Cholila,I.M. (2022). mengemukakan
pandangannya mengenai Masyarakat adalah memang sekumpulan manusia yang
saling “bergaul”, atau dengan istilah ilmiah saling “berinteraksi”.
2. Maclver dan Page (dalam Soekanto, 2015:21) dalam Cholila,I.M. (2022).
Menyatakan Masyarakat ialah suatu sistem dari kebiasaan dan tata cara, wewenang
dan kerja sama antara berbagai kelompok dan penggolongan, dan pengawasan
tingkah laku serta kebebasankebebasan manusia. Keseluruhan yang selalu berubah
ini kita namakan masyarakat. Masyarakat merupakan jalinan hubungan sosial. Dan
masyarakat selalu berubah. Untuk menghadapi dan menyesuaikan diri dengan
lingkungan sosial dan lingkungan alam, manusia menggunakan pikiran, perasaan
dan kehendaknya. Selain itu demi menyesuaikan dan menghadapi manusia lain
sering kali ada proses komunikasi untuk menyempurnakan dan memperluas relasi
agar tercapainya kedamaian di lingkungannya. Berdasarkan pengertian masyarakat
yang sudah dikemukakan di atas dapat di ambil kesimpulan bahwa masyarakat
merupakan suatu kesatuan yang saling membutuhkan mahkluk lainnya demi
terwujudnya equilibrium kehidupan
B. Ciri ciri Masyarakat
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa
masyarakat memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1. Ada interaksi antara sesama anggota masyarakat. Di dalam masyarakat terjadi
interaksi sosial yang merupakan hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut
hubungan antara perseorangan, antara kelompok-kelompok, maupun antara
perseorangan dengan kelompok. Untuk terjadinya interaksi sosial harus ada 2
syarat, yaitu :
1) Kontak sosial, dan
2) Komunikasi
2. Menempati wilayah dengan batas-batas tertentu. Suatu kelompok masyarakat
menempati suatu wilayah tertentu menurut suatu keadaan geografis sebagai tempat
tinggal komunitasnya, baik dalam ruang lingkup yang kecil (RT/RW), desa,
kecamatan, kabupaten, propinsi dan bahkan negara.
3. Saling tergantung satu dengan yang lainnya. Anggota masyarakat yang hidup pada
suatu wilayah tertentu saling tergantung satu dengan yang lainnya dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya. Tiap-tiap anggota masyarakat mempunyai keterampilan sesuai
dengan kemampuan dan profesi masing-masing dan saling melengkapi.
4. Memiliki adat istiadat/budaya tertentu. Adat istiadat dan budaya diciptakan untuk
mengatur tatanan kehidupan bermasyarakat yang mencakup bidang yang sangat
luas diantara tata cara berinteraksi antara kelompok-kelompok yang ada di
masyarakat, apakah itu dalam perkawinan, kesenian, mata pencaharian ataupun
sistem kekerabatan dan sebagainya.
5. Memiliki identitas bersama. Suatu kelompok masyarakat memiliki identitas yang
dapat dikenali oleh anggota masyarakat lainnya. Hal ini penting untuk menopang
kehidupan dalam bermasyarakat yang lebih luas. Identitas kelompok dapat berupa
lambang-lambang, bahasa, pakaian, simbol-simbol tertentu dari perumahan, benda-
benda tertentu, seperti : alat pertanian, senjata tajam, kepercayaan dsb.
C. Tipe – tipe Masyarakat
1) Berdasarkan perkembangan
a. Cresive Institution
Merupakan lembaga masyarakat yang paling Primer, yang secara tidak sengaja
tumbuh dari adat istiadat masyarakatnya. Misalnya : yang berkaitan dengan hak
milik, perkawinan, agama dsb.
b. Enacted Institution
Lembaga masyarakat yang secara sengaja dibentuk untuk memenuhi tujuan
tertentu. Misalnya : lembaga utang-piutang, perdagangan, pertanian,
pendidikan.
2) Berdasarkan sistem nilai yang diterima oleh masyarakat
a. Basic Institution
Merupakan lembaga masyarakat yang sangat penting untuk memelihara dan
mempertahankan tata tertib dalam masyarakat, diantaranya adalah keluarga dan
sekolah-sekolah yang dianggap sebagai institusi dasar yang pokok
b. Subsidiary Institution
Yaitu lembaga-lembaga masyarakat yang muncul tetapi dianggap kurang
penting karena hanya untuk memenuhi kegiatan-kegiatan tertentu saja.
Misalnya : pembentukan panitia, pelantikan, dsb.
3) Berdasarkan sudut penerimaan masyarakat
a. Approved / Social Sanctioned Institution
Sebuah lembaga masyarakat yang memang diterima oleh masyarakat yang lain.
Misalnya : Sekolah-sekolah, Koperasi tau Perusahaan dsb
b. UnSanctioned Institution
Merupakan lembaga-lembaga masyarakat yang ditolak oleh masyarakat yang
lain, walaupun kadang-kadang tidak mungkin untuk diberantas. Misalnya :
kelompok penjahat, gelandangan dan pengemis, kelompok tuna susila, dsb.
4) Berdasarkan penyebarannya
a. General Institution
Merupakan lembaga masyarakat yang didasarkan atas factor penyebarannya,
seperti agama, karena dapat dikenal semua masyarakat dunia.
b. Restricted Institution
Lembaga masyarakat yang banyak menganut agama-agama tertentu saja,
seperti Budha banyak dianut oleh masyarakat Thailand, Vietnam ;
KristenKatolik banyak dianut masyarakat Itali, perancis dan Islam banyak
dianut masyarakat Arab, dsb.
5) Berdasarkan fungsinya
a. Operative Institution Yaitu lembaga masyarakat yang menghimpun pola-pola
atau tata cara yang diperlukan untuk mencapai tujuan lembaga yang
bersangkutan, seperti misalnya lembaga industri
b. Regulative Institution Adalah lembaga yang bertujuan untuk mengawasi adat
istiadat atau tata kelakuan yang tidak menjadi bagian mutlak dari lembaga itu
sendiri. Misalnya : lembaga-lembaga hukum.
D. Ciri-Ciri Masyarakat Indonesia
Ditinjau dari Struktur Sosial dan Kebudayaannya, masyarakat Indonesia dapat dibagi
menjadi 3 (Tiga) Kategori dengan Ciri-Ciri masing sebagai berikut:
1. Masyarakat desa
Memiliki ciri-ciri diantaranya adalah :
a. Hubungan keluarga dan masyarakat sangat kuat.
b. Hubungan didasarkan pada adat istiadat yang kuat sebagai organisasi social.
c. Percaya pada kekuatan-kekuatan gaib.
d. Tingkat buta huruf relative masih tinggi.
e. Berlaku hokum tidak tertulis yang diketahui dan dipahami oleh setiap orang.
f. Tidak ada lembaga pendidikan khusus dibidang teknologi dan keterampilan.
g. System ekonomi sebagian besar ditujukan untuk memenuhi kebutuhan keluarga
dan sebagian kecil dijual dipasaran untuk memenuhi kebutuhan lainnya.
h. Semangat gotong royong dalam bidang social dan ekonomi sangat kuat.
2. Masyarakat Madya
a. Hubungan keluarga masih tetap kuat, dan hubungan kemasyarakatan tidak begitu
kuat.
b. Adat istiadat masih dihormati dan sikap masyarakat mulai semakin terbuka
terhadap pengaruh dari luar.
c. Timbul rasionalitas dalam berpikir sehingga kepercayaan-kepercayaan terhadap
kekuatan gaib mulai berkurang.
d. Terdapat lembaga pendidikan formal dalam masyarakat terutama pendidikan
dasar dan menengah.
e. Tingkat buta huruf mulai berkurang.
f. Hukum tertulis mulai diberlakukan mendampingi hukum tidak tertulis.
g. Ekonomi masyarakat lebih banyak mengarah kepada produksi pasaran, sehingga
uang mulai semakin dominan penggunaannya.
h. Gotong royong tinggal diterapkan untuk keperluan-keperluan social dikalangan
keluarga dan tetangga saja, selebihnya kegiatan-kegiatan umum lainnya
didasarkan pada upah.
3. Mayarakat Modern
a. Hubungan antar manusia didasarkan atas kepentingan-kepentingan pribadi.
b. Hubungan natar masyarakat dilakukan secara terbuka dalam suasana saling
pengaruh mempengaruhi.
c. Kepercayaan masyarakat yang kuat terhadap manfaat ilmu pengetahuan dan
teknologi sebagai sarana untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
d. Strata masyarakat digolongkan menurut profesi dan keahlian yang dapat dipelajari
dan ditingkatkan dalam lembaga-lembaga keterampilan.
e. Tingkat pendidikan formal tinggi dan merata.
f. Hukum yang berlaku adalah hukum tertulis yang kompleks.
g. Ekonomi hampir seluruhnya ekonomi pasar yang didasarkan atas penggunaan
uang dan alat pembayaran lainnya.
E. Ciri ciri Masyarakat Sehat
a) Peningkatan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat.
b) Mengatasi masalah kesehatan sederhana melalui upaya promotif, preventif,
kuratif dan rehabilitative terutama untuk ibu dan anak.
c) Peningkatan upaya kesehatan lingkungan terutama penyediaan sanitasi dasar yang
dikembangkan dan dimanfaatkan oleh masyarakat untuk meningkatkan mutu
lingkungan hidup.
d) Peningkatan status gizi masyarakat berkaitan dengan peningkatan status social
ekonomi.
e) Penurunan angka kesakitan dan kematian dari berbagai sebab dan penyakit.
F. Indikator Masyarakat Sehat
Menurut WHO, beberapa indikator masyarakat sehat antara lain :
a) Indikator yang berhubungan dengan status kesehatan masyarakat
a. Indikator Komprehensif
Penurunan angka kematian kasar
Umur harapan hidup yang semakin meningkat.
b. Indikator spesifik
Penurunan angka kematian ibu dan anak
Penurunan angka kematian karena penyakit menular.
Penurunan angka kelahiran.
b) Indikator pelayanan kesehatan
a. Rasio antara jumlah penduduk dengan tenaga kesehatan yang seimbang
b. Distribusi tenaga kesehatan yang merata
c. Tersedianya informasi yang lengkap tentang sarana dan fasilitas pelayanan
kesehatan.
G. Masalah masalah kesehatan masyarakat di Indonesia
1. Jenis masalah
a. Tingginya angka pertumbuhan penduduk.
b. Tingginya kematian ibu dan anak.
c. Tingginya angka kesakitan dan kematian karena penyakit menular.
d. Tingginya angka kesakitan dan kematian karena penyakit tidak menular.
e. Masalah kesehahatn lingkungan.
Keadaan lingkungan fisik dan biologis yang belum memadai.
Sarana air bersih dan fasilitas kesehatan yang belum merata.
Pembinaan program peningkatan kesehatan lingkungan belum berjalan
seperti yang diharapkan.
2. Penyebab masalah
a. Faktor sosial ekonomi
• Tingkat pendidikan yang masih rendah
• Tingkat penghasilan yang rendah
• Kurangnya Kesadaran pemeliharaan kesehatan
c. Gaya hidup dan perilaku masyarakat
• Banyak kebiasaan masyarakat yang merugukan kesehatan
• Adat istiadat yang tidak menunjang peningkatan kesehatan
d. Lingkungan masyarakat
• Kurangnya peran serta masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatan.
• Kurangnya tanggung jawab masyarakat dalam bidang kesehatan
e. Sytem pelayanan kesehatan
• Cakupan pelayanan kesehatan yang belum menyeluruh
• Upaya pelayanan kesehatan yang sebagaian besar masih berorientasi pada
pelayanan kuratif
1. Tujuan umum
1. Memberikan pedoman dan bimbingan yang sistematis dan ilmiah bagi kesehatan
masyarakat dan keperawatan dalam memecahkan masalah klien melalui asuhan
keperawatan.
2. Agar masyarakat mendapatkan pelayanan yang optimal sesuai dengan
kebutuhannya dibidang kesehatan.
3. Memberikan asuhan keperawatan melalui pendekatan pemecahan masalah,
komunikasi yang efektif dan efisien serta melibatkan peran serta masyarakat.
4. Agar masyarakat bebas mengemukakan pendapat berkaitan dengan permasalahan
atau kebutuhannya sehingga mendapatkan penanganan dan pelayanan yang cepat
dan pada akhirnya dapat mempercepat proses penyembuhan (Mubarak, 2006)
D. Asumsi Dan Kepercayaan terhadap Perawatan Kesehatan Komunitas menurut ANA
( American Nurse Association )
1. Asumsi
a. Sistem pemeliharaan yang kompleks.
b. Komponen sistem pemeliharaan kesehatan primer, sekunder dan tersier.
c. Perawatan subsistem pemeliharaan kesehatan dan produk pendidikan dasar praktek
penelitian.
d. pemeliharaan kesehatan primer lebih menonjol dari sekunder dan tersier.
e.Perawatan kesehatan menyangkut setting pemeliharaan kesehatan primer
2. Kepercayaan
a. Pemeliharaan kesehatan harus memadai dan diterima semua orang.
b. Orang yang menerima asuhan harus dilibatkan.
c. Perawat sebagai pemberi dan klien sebagai konsumen pelayanan kesehatan.
d. Lingkungan berdampak terhadap kesehatan populasi dan individu.
e. Pencegahan penyakit bagian esensial dari peningkatan kesehatan.
f. Kesehatan sebagai proses menyangkut kehidupan dalam jangka waktu yang
lama.
g. Klien hanya anggota tetap dari tim pemeliharaan kesehatan.
h. Individu dalam sistem kesehatan masyarakat bertanggung jawab secara mandiri
dan aktif berpartisipasi dalam pemeliharaan kesehatan
E. Falsafah Keperawatan Komunitas
1. Manusia
Komunitas sebagai klien berarti sekumpulan individu / klien yang berada pada
lokasi atau batas geografi tertentu yang memiliki niliai-nilai, keyakinan dan minat
yang relatif sama serta adanya interaksi satu sama lain untuk mencapai tujuan.
Komunitas merupakan sumber dan lingkungan bagi keluarga, komunitas,
Komunitas sebagai klien yang dimaksud termasuk kelompok resiko tinggi antara
lain : daerah terpencil, daerah rawan, daerah kumuh.
2. Kesehatan
Sehat adalah suatu kondisi terbebasnya dari gangguan pemenuhan kebutuhan dasar
klien / komunitas. Sehat merupakan keseimbangan yang dinamis sebagai dampak
dari keberhasilan mengatasi stressor.
3. Lingkungan
Semua faktor internal dan eksternal atau pengaruh disekitar klien yang bersifat
biologis, psikologis, social, cultural dan spiritual.
4. Keperawatan
Intervensi / tindakan yang bertujuan untuk menekan stressor, melalui pencegahan
primer, sekunder dan tersier.
Perawat kesehatan komunitas bekerja sama dengan populasi dan berbagai kelompok
meliputi :
Sasaran yang dituju untuk keperawatan komunitas dibagi menjadi beberapa, diantaranya
:
1. Individu
Individu adalah bagian dati anggota keluarga. Apabila individu tersebut mempunyai
masalah kesehatan/keperawatan karena ketidakmampuan merawat diri sendiri oleh
suatu hal dan sebab, maka akan dapat mempengaruhi anggota keluarga lainnya baik
secara fisik, mental maupun sosial.
2. Keluarga
Merupakan sekelompok individu yang berhubungan erat secara terus menerus dan
terjadi interaksi satu sama lain baik secara perorangan maupun secara bersama-
sama, di dalam lingkungannya sendiri atau masyarakat secara keseluruhan (Ariani,
Nuraeni, & Supriyono, 2015).
3. Kelompok khusus
Kelompok khusus adalah kumpulan individu yang mempunyai kesamaan jenis
kelamin, umur, permasalahan, kegiatan yang terorganisasi yang sangat rawan
terhadap masalah kesehatan. Termasuk diantaranya adalah:
a. Kelompok khusus dengan kebutuhan khusus sebagai akibat perkembangan dan
pertumbuhannya, seperti;
1) Ibu hamil
2) Bayi baru lahir
3) Balita
4) Anak usia sekolah
5) Usia lanjut
b. Kelompok dengan kesehatan khusus yang memerlukan pengawasan dan
bimbingan serta asuhan keperawatan, diantaranya adalah:
1) Penderita penyakit menular, seperti TBC, lepra, AIDS, penyakit kelamin
lainnya.
2) Penderita dengan penynakit tak menular, seperti: penyakit diabetes
mellitus, jantung koroner, cacat fisik, gangguan mental dan lain
sebagainya.
3) Kelompok yang mempunyai resiko terserang penyakit, diantaranya:
a) Wanita tuna susila
b) Kelompok penyalahgunaan obat dan narkoba
c) Kelompok kelompok pekerja tertentu, dan lain lain
4) Lembaga sosial, perawatan dan rehabilitasi, diantaranya adalah:
a) Panti wredha
b) Panti asuhan
c) Pusat pusat rehabilitasi
d) Penitipan balita
A. Pengertian Keluarga
Keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh ikatan-ikatan
kebersamaan dan ikatan emosional dan mengidentifikasian diri mereka sebagai bagian
dari keluarga (Zakaria, 2017). Sedangkan menurut Depkes RI tahun 2000, keluarga
adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa
orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan
saling kebergantungan.
Duval dan Logan (1986 dalam Zakaria, 2017) mengatakan keluarga adalah
sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran dan adopsi yang bertujuan
menciptakan, mempertahankan budaya dan meningkatkan pertumbuhan fisik, mental,
emosional serta sosial dari tiap anggota keluarganya.
Dari hasil analisa Walls, 1986 (dalam Zakaria, 2017) keluarga sebagai unit yang
perlu dirawat, boleh jadi tidak diikat oleh hubungan darah atau hukum, tetapi berfungsi
sedemikian rupa sehingga mereka menganggap diri mereka sebagai suatu keluarga
B. Tipe keluarga
Menurut Nadirawati (2018) pembagian tipe keluarga adalah :
1. Keluarga tradisional
a. Keluarga Inti (The Nuclear Family) adalah keluarga yang terdiri dari suami,
istri, dan anak baik dari sebab biologis maupun adopsi yang tinggal bersama
dalam satu rumah. Tipe keluarga inti diantaranya:
1) Keluarga Tanpa Anak (The Dyad Family) yaitu keluarga dengan suami
dan istri (tanpa anak) yang hidup bersama dalam satu rumah.
2) The Childless Familyyaitu keluarga tanpa anak dikarenakan terlambat
menikah dan untuk mendapatkan anak terlambat waktunya disebabkan
mengejar karir / pendidikkan yang terjadi pada wanita.
3) Keluarga Adopsi yaitu keluarga yang mengambil tanggung jawab
secara sah dari orang tua kandung ke keluarga yang menginginkan
anak.
b. Keluarga Besar (The Extended Fmily) yaitu keluarga yang terdiri dari tiga
generasi yang hidup bersama dalam satu rumah, contohnya seperti nuclear
family disertai paman, tante, kakek dan nenek.
c. Keluarga Orang Tua Tunggal (The Single-Parent Family) yaitu keluarga yang
terdiri dari satu orang tua (ayah atau ibu) dengan anak. Hal ini biasanya terjadi
karena perceraian, kematian atau karena ditinggalkan (menyalahi hukum
pernikahan).
d. Commuter Family yaitu kedua orang tua (suami-istri) bekerja di kota yang
berbeda, tetapi salah satu kota tersebut sebagai tempat tinggal dan yang bekerja
di luar kota bisa berkumpul dengan anggota keluarga pada saat akhir minggu,
bulan atau pada waktuwaktu tertentu.
e. Multigeneration Family yaitu kelurga dengan beberapa generasi atau kelompok
umur yang tinggal bersama dalam satu rumah.
f. Kin-Network Family yaitu beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu
tumah atau berdekatan dan saling menggunakan barang-barang dan pelayanan
yang sama. Contohnya seperti kamar mandi, dapur, televise dan lain-lain.
g. Keluarga Campuran (Blended Family) yaitu duda atau janda (karena
perceraian) yang menikah kembali dan membesarkan anak dari hasil
perkawinan atau dari perkawinan sebelumnya.
h. Dewasa Lajang yang Tinggal Sendiri (The Single Adult Living Alone), yaitu
keluarga yang terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri karena pilihannya
atau perpisahan (separasi), seperti perceraian atau ditinggal mati.
i. Foster Familyyaitu pelayanan untuk suatu keluarga dimana anak ditempatkan
di rumah terpisah dari orang tua aslinya jika orang tuadinyatakan tidak
merawat anak-anak mereka dengan baik. Anak tersebut akan dikembalikan
kepada orang tuanya jika orang tuanya sudah mampu untuk merawat.
j. Keluarga Binuklir yaitu bentuk keluarga setela cerai di mana anak menjadi
anggota dari suatu sistem yang terdiri dari dua rumah tangga inti.
2. Keluarga non- tradisional
a. The Unmarried Teenage Motheryaitu keluarga yang terdiri dari orang tua
(terutama ibu) dengan anak dari hubungan tanpa nikah.
b. The Step Parent Family yaitu keluarga dengan orang tua tiri.
c. Commune Family yaitu beberapa keluarga (dengan anak) yang tidak ada
hubungan saudara yang hidup bersama dalam satu rumah, sumber, dan fasilitas
yang sama, pengalaman yang sama; serta sosialisasi anak melalui aktivitas
kelompok/membesarkan anak bersama.
d. Keluarga Kumpul Kebo Heteroseksual (The Nonmarital Heterosexual
Cohabiting Family), keluarga yang hidup bersama berganti-ganti pasangan tanpa
melakukan pernikahan.
e. Gay and Lesbian Families, yaitu seseorang yang mempunyai persamaan seks
hidup bersama sebagaimana ‘marital partners’.
f. Cohabitating Family yaitu orang dewasa yang tinggal bersama diluar hubungan
perkawinan melainkan dengan alasan tertentu.
g. Group-Marriage Family, yaitu beberapa orang dewasa yang menggunakan alat-
alat rumah tangga bersama yang saling merasa menikah satu dengan lainnya,
berbagi sesuatu termasuk seksual dan membesarkan anak.
h. Group Network Family, keluarga inti yang dibatasi aturan/nilainilai, hidup
berdekatan satu sama lain, dan saling menggunakan alat-alat rumah tangga
bersama, pelayanan, dan bertanggung jawab membesarkan anaknya.
i. Foster Family, keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan
keluarga/saudara di dalam waktu sementara, pada saat orang tua anak tersebut
perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali keluarga aslinya.
j. Homeless Family, yaitu keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai
perlindungan yang permanen karena krisis personal yang dihubungkan dengan
keadaan ekonomi dan atau masalah kesehatan mental.
k. Gang, bentuk keluarga yang destruktif dari orang-orang muda yang mencari
ikatan emosional dan keluarga mempunyai perhatian, tetapi berkembang dalam
kekerasan dan kriminal dalam kehidupannya.
C. Struktur Keluarga
Beberapa ahli meletakkan struktur pada bentu/tipe keluarga, namun ada juga yang
menggambarkan subsitem-subsistemnya sebagai dimensi struktural. Struktur keluarga
menurut Friedman (2009) dalam Nadirawati (2018) sebagai berikut :
1. Pola dan Proses Komunikasi Komunikasi keluarga merupakan suatu proses
simbolik, transaksional untuk menciptakan mengungkapkan pengertian dalam
keluarga.
2. Struktur Kekuatan Struktur keluarga dapat diperluas dan dipersempit tergantung
pada kemampuan keluarga untuk merespon stressor yang ada dalam
keluarga.Struktur kekuatan keluarga merupakan kemampuan (potensial/aktual) dari
individu untuk mengontrol atau memengaruhi perilaku anggota keluarga. Beberapa
macam struktur keluarga:
a. Legimate power/authority (hak untuk mengontrol) seperti orang tua terhadap
anak.
b. Referent power (seseorang yang ditiru) dalam hal ini orang tua adalah sesorang
yang dapat ditiru oleh anak.
c. Resource or expert power (pendapat, ahli, dan lain).
d. Reward power (pengaruh kekuatan karena adanya harapan yang akan
diterima).
e. Coercive power (pengaruh yang dipaksa sesuai dengan keinginannya).
f. Informational power (pengaruh yang dilalui melalui pesuasi)
g. Affective power (pengaruh yang diberikan melalui manipulasi cinta kasih,
misalnya hubungan seksual).
3. Struktur Peran Peran biasanya meyangkut posisi dan posisi mengidentifikasi status
atau tempat sementara dalam suatu sistem sosial tertentu.
a. Peran-peran formal dalam keluarga
Peran formal dalam keluarga adalah posisi formal pada keluarga, seperti ayah,
ibu dan anak Setiap anggota keluarga memiliki peran masing-masing. Ayah
sebagai pemimpin keluarga memiliki peran sebagai pencari nafkah, pendidik,
pelindung, pemberi rasa amanbagi seluruh anggota keluarga, dan sebagai
anggota masyarakat atau kelompok sosial tertentu. Ibu berperan sebagai
pengurus rumah tangga, pengasuh dan pendidik anak, pelidung keluarga,
sebagai pencari nafkah tambahan keluarga, serta sebagai anggota masyarakat
atau kelompok sosial tertentu. Sedangkan anak berperan sebagai pelaku
psikosoal sesuai dengan perkembangan fisik, mental, sosial dan spiritual.
b. Peran informasi keluarga
Peran informal atau peran tertutup biasanya bersifat implisit, tidak tampak ke
permukaan, dan dimainkan untuk memenuhi kebutuhan emosional atau untuk
menjaga keseimbangan keluarga.
4. Struktur Nilai
Sistem nilai dalam keluarga sangat memengaruhi nilai-nilai masyarakat. Nilai
keluarga akan membentuk pola dan tingkah laku dalam menghadapi masalah yang
dialami keluarga. Nilai keluarga ini akan menentukan bagaimana keluarga
menghadapi masalah kesehatan dan stressor-stressor lain.
D. Fungsi keluarga
Fungsi keluarga menurut Friedman (2003) dalam Nadirawati (2018) sebagai berikut:
1. Fungsi afektif dan koping; dimana keluarga memberikan kenyamanan emosional
anggota, membantu anggota dalam membentuk identitas, dan mempertahankan saat
terjadi stres.
2. Fungsi sosialisasi; keluarga sebagai guru, menanamkan kepercayaan, nilai, sikap,
dan mekanisme koping, memberikan feedback dan saran dalam penyelesaian
masalah.
3. Fungsi reproduksi; dimana keluarga melanjutkan garis keturunannya dengan
melahirkan anak.
4. Fungsi ekonomi; keluarga memberikan finansial untuk anggota keluarga dan
kepentingan di masyarakat.
5. Fungsi pemeliharaan kesehatan; keluarga memberikan keamanan dan kenyamanan
lingkungan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan, perkembangan dan istirahat juga
penyembuhan dari sakit.
E. Tugas Keluarga
Salah satu teori perkembangan keluarga adalah keluarga berkembang dari waktu-
kewaktu dengan pola secara umum dan dapat diprediksi (Zakaria, 2017). Paradigma
siklus kehidupan ialah menggunakan tingkat usia, tingkat sekolah dan anak paling tua
sebagai tonggak untuk interval siklus kehidupan (Duvall dan Miller, 1987 dalam
Zakaria, 2017)
A. Definisi
Seseorang dikatakan lansia apabila berusia 60 tahun atau lebih, yang disebabkan
faktor tertentu yang menghalanginya untuk memenuhi kebutuhan dasar fisik, mental
dan sosial (Nugrogo, 2014).
Menurut UU no 4 tahun 1945 Lansia adalah seseorang yang mencapai umur 55
tahun, tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-hari dan
menerima nafkah dari orang lain (Wahyudi, 2000).
Usia lanjut adalah sesuatu yang harus diterima sebagai suatu kenyataan dan
fenomena biologis. Kehidupan itu akan diakhiri dengan proses penuaan yang berakhir
dengan kematian (Hutapea, 2005).
B. Proses Menua
Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan lahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan
fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki
kerusakan yang diderita (Constantinides 1994). Proses menua merupakan proses yang
terus menerus (berlanjut) secara alamiah dimulai sejak lahir dan umumnya dialami pada
semua makhluk hidup (Nugroho Wahyudi, 2000).
Proses menua dapat terlihat secara fisik dengan perubahan yang terjadi pada
tubuh dan berbagai organ serta penurunan fungsi tubuh serta organ tersebut. Perubahan
secara biologis ini dapat mempengaruhi status gizi pada masa tua. Antara lain :
1. Massa otot yang berkurang dan massa lemak yang bertambah, mengakibatkan juga
jumlah cairan tubuh yang berkurang, sehingga kulit kelihatan mengerut dan kering,
wajah keriput serta muncul garis-garis menetap. Oleh karena itu, pada lansia
seringkali terlihat kurus.
2. Penurunan indera penglihatan akibat katarak pada lansia sehingga dihubungkan
dengan kekurangan vitamin A, vitamin C dan asam folat. Sedangkan gangguan
pada indera pengecap dihubungkan dengan kekurangan kadar Zn yang juga
menyebabkan menurunnya nafsu makan. Penurunan indera pendengaran terjadi
karena adanya kemunduran fungsi sel syaraf pendengaran.
3. Dengan banyaknya gigi yang sudah tanggal, mengakibatkan gangguan fungsi
mengunyah yang dapat berdampak pada kurangnya asupan gizi pada usia lanjut.
4. Penurunan mobilitas usus, menyebabkan gangguan pada saluran pencernaan seperti
perut kembung, nyeri yang menurunkan nafsu makan, serta susah BAB yang dapat
menyebabkan wasir.
5. Kemampuan motorik menurun, selain menyebabkan menjadi lamban, kurang aktif
dan kesulitan menyuap makanan, juga dapat mengganggu aktivitas kegiatan sehari-
hari.
Pada usia lanjut terjadi penurunan fungsi sel otak, yang menyebabkan penurunan
daya ingat jangka pendek, melambatnya proses informasi, kesulitan berbahasa,
kesulitan mengenal benda-benda, kegagalan melakukan aktivitas yang mempunyai
tujuan (apraksia) dan gangguan dalam menyususn rencana, mengatur sesuatu,
mengurutkan, daya abstraksi, yang dapat mengakibatkan kesulitan dalam
emlakukan aktivitas sehari-hari yang disebut dimensia atau pikun. Gejala pertama
adalah pelupa, perubahan kepribadian, penurunan kemampuan untuk pekerjaan
sehari-hari dan perilaku yang berulang-ulang, dapat juga disertai delusi paranoid
atau perilaku anti sosial lainnya.
Akibat proses menua, kapasitas ginjal untuk mengeluarkan air dalam jumlah besar
juga bekurang. Akibatnya dapat terjadi pengenceran natrium sampai dapat terjadi
hiponatremia yang menimbulkan rasa lelah. Incontinentia urine (IU) adalah
pengeluaran urin diluar kesadaran merupakan salah satu masalah kesehatan yang
besar yang sering diabaikan pada kelompok usia lanjut, sehingga usia lanjut yang
mengalami IU seringkali mengurangi minum yang dapat menyebabkan dehidrasi.
C. Batasan lansia
Menurut Dra.Jos Masdani (psikolog UI) Mengatakan lanjut usia merupakan kelanjutan
dari usia dewasa. Kedewasaan dapat dibagi menjadi 4 bagian:
1. Fase iuventus antara 25dan 40 tahun
2. Verilitia antara 40 dan 50 tahun
3. Fase praesenium antara 55 dan 65 tahun
4. Fase senium antara 65 tahun hingga tutup usia
D. Tipe-tipe Lansia
Pada umumnya lansia lebih dapat beradaptasi tinggal di rumah sendiri daripada tinggal
bersama anaknya. Menurut Nugroho W ( 2000) adalah:
1. Tipe Arif Bijaksana: Yaitu tipe kaya pengalaman, menyesuaikan diri dengan
perubahan zaman, ramah, rendah hati, menjadi panutan.
2. Tipe Mandiri: Yaitu tipe bersifat selektif terhadap pekerjaan, mempunyai kegiatan.
3. Tipe Tidak Puas: Yaitu tipe konflik lahir batin, menentang proses penuaan yang
menyebabkan hilangnya kecantikan, daya tarik jasmani, kehilangan kekuasaan,
jabatan, teman.
4. Tipe Pasrah: Yaitu lansia yang menerima dan menunggu nasib baik.
5. Tipe Bingung: Yaitu lansia yang kehilangan kepribadian, mengasingkan diri,
minder, pasif, dan kaget.
E. Teori Penuaan
1. Teori Biologis
Proses penuaan merupakan proses secara berangsur yang mengakibatkan perubahan
secara komulatif dan serta berakhir dengan kematian. Proses menua merupakan
suatu yang fisiologis yang akan dialami oleh setiap orang. Batasan orang dikatakan
lanjut usia berdasarkan UU No 13 tahun 1998 adalah 60 tahun. Teori biologis
tentang penuaan dibagi menjadi :
a) Teori Instrinsik Teori ini berati perubahan yang berkaitan dengan usia timbul
akibat penyebab dalam diri sendiri.
b) Teori Ekstrinsik Teori ini menjelaskan bahwa perubahan yang terjadi
diakibatkan pengaruh lingkungan.
1. Kehilangan gigi penyebab utama periodontal disiase yang biasa terjadii setelah
umur 30 tahun
2. Indra pengecap menurun,adanya iritasi selaput lendir yang kronis, atrofi indra
pengecap, hilangnya sensivitas saraf pengecap lidah terutama rasa manis,asin,pahit
3. Rasa lapar menurun
4. Peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi atau gangguan pada sistem
gastrointestinal seperti penyakit gastritis
5. Fungsi absorbsi melemah
6. Hati semakin mengecil dan tempat penyimpanan menurun, aliran darah berkurang
Proses penuaan merupakan proses alamiah setelah tiga tahap kehidupan, yaitu masa
anak, dewasa, dan masa tua yang tidak dapat dihindari oleh setiap individu dimana akan
menimbulkan perubahan-perubahan struktur dan fisiologis dari beberapa
sel/jaringan/organ dan system yang ada pada tubuh manusia (Mubarak,2009:140)
Kulit mulai mengendur dan wajah mulai keriput serta garis-garis yang menetap
Rambut kepala mulai memutih atau beruban
Gigi mulai lepas (ompong)
Penglihatan dan pendengaran berkurang
Mudah lelah dan mudah jatuh
Gerakan menjadi lamban dan kurang lincah akibat penurunan kelemahan
otot ekstremitas bawah dan kekuatan sendi
Gangguan gaya berjalan
Sinkope-dizziness;
1. Dampak kemunduran
Kemunduran yang terjadi pada lansia dipandang dari sudut biologis mempunyai
dampak terhadap tingkah laku dan perasaan orang yang memasuki lanjut usia. Jika
berbicara tentang menjadi tua, kemunduran yang paling banyak dikemukakan.
Selain berbagai macam kemunduran ada sesuatu yang dapat meningkat dalam
proses menua, yaitu sensitivitas emosional seseorang. Hal ini yang akhirnya
menjadi sumber banyak masalah pada masa tua. Coba dilihat sepintas mengenai
beberapa dampak kemunduran tersebut yaitu semakin perasanya orang yang
memasuki lanjut usia. Misalnya kemunduran fisik, yang berpengaruh terhadap
penampilan seseorang. Pada umumnya saat usia dewasa, seseorang dianggap tampil
paling cakap, tampan atau paling cantik. Kemunduran fisik yang terjadi pada
dirinya membuat membuat yang bersangkutan berkesimpulan bahwa kecantikan
atau ketampanan yang mereka miliki mulai hilang. Baginya, hal ini berarti
kehilangan daya tarik dirinya.
Untuk mencapai tujuan yang lebih maksimal, konsep dan strategi pelayanan kesehatan
bagi para lansia memegang peranan yang sangat penting dalam hal ini tidak lepas dari
peran perawat sebagai unsur pelaksana. Dalam proses tersebut, peran perawat yang
dapat dikembangkan untuk merawat lansia, berdasarkan proses penuaan yang terjadi,
yaitu:
Peran perawat dalam membantu kebersihan perorangan sangat penting dalam usaha
mencegah timbulnya peradangan, mengingat sumber infeksi dapat timbul bila
kebersihan kurang mendapat perhatian. Selain itu kemunduran kondisi fisik akibat
proses ketuaan dapat mempengaruhi ketahanan tubuh terhadap gangguan infeksi
dari luar. Untuk para lansia yang masih aktif, peran perawat sebagai pembimbing
mengenai kebersihan mulut dan gigi, kebersihan kulit dan badan, kebersihan
rambut dan kuku, kebersihan tempat tidur serta posisi tidir, hal makanan, cara
mengkonsumsi obat, dan cara pindah dari kursi ke tempat tidur atau sebaliknya.
2. Peran Perawat dalam menghadapi Perubahan Sosial.
Dalam perannya ini, perawat perlu melakukan pendekatan sosial sebagai salah satu
upayanya adalah memberikan kesempatan berkumpul dengan sesama lansia.
Mereka dapat bertukar cerita atau bertukar pikiran dan memberikan kebahagiaan
karena masih ada orang lain yang mau bertukar pikiran serta menghidupkan
semangat sosialisasi. Hasil kunjungan ini dapat dijadikan pegangan bahwa para
lansia tersebut adalah makluk sosial juga, yang membutuhkan kehadiran orang lain.
3. Peran Perawat dalam menghadapi Perubahan Psikologi.
Pada lansia, terutama yang melakukan kegiatan pribadi, memerlukan bantuan
orang lain, memerlukan sebagai suporter, interprester terhadap segala sesuatu yang
asing, penampung rahsia pribadi, dan sahabat yang akrab Peran perawat disini
melakukan suatu pendekatan psikis, dimana membutuhkan seorang perawat yang
memiliki kesabaran, ketelitian dan waktu yang cukup banyak untuk menerima
berbagai keluhan agar para usila merasa puas.
Pada dasarnya pasien lansia membutuhkan rasa aman dan cinta kasih
lingkungannya, termasuk perawat sehingga perawat harus menciptakan suasana
aman, tenang dan membiarkan klien lansia melakukan atau kegiatan lain yang
disenangi sebatas kemampuannya. Peran perawat disini juga sebagai motivator atau
membangkitkan kreasi pasien yang dirawatnya untuk mengurangi rasa putus asa,
rendah diri, rasa terbatas akibat ketidak mampuannya. Hal ini perlu dilakukan
karena bersamaan dengan makin lanjutnya usia, terjadi perubahan psikis yang
antara lain menurunnya daya ingat akan peristiwa yang baru saja terjadi, perubahan
pola tidur dengan kecenderungan untuk tiduran di siang hari dan pengeseran libido.
Mengubah tingkah laku dan pandangan terhadap kesehatan lansia tidak dapat
dilakukan seketika. Seorang perawat harus melakukannya secara perlahan-lahan
dan bertahap serta mendukung mental mereka kearah pemuasan pribadi sehingga
seluruh pengalaman yang dilalui tidak menambah beban tetapi justru tetap
memberikan rasa puas dan bahagia.
Notoatmodjo (2003: 16) menjelaskan bahwa pendidikan secara umum adalah segala
upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok, atau
masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh perilaku pendidikan,
sedangkan pendidikan kesehatan adalah aplikasi atau penerapan pendidikan di dalam
bidang kesehatan. Hasil yang diharapkan dari suatu pendidikan kesehatan adalah
perilaku kesehatan atau perilaku untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang
kondusif.
Kegiatan atau proses belajar dapat terjadi dimana saja, kapan saja, dan oleh siapa saja.
Seseorang dapat dikatakan belajar apabila didalam dirinya terjadi perubahan, dari tidak
tahu menjadi tahu, dari tidak dapat mengerjakan menjadi dapat mengerjakan sesuatu,
namun tidak semua perubahan semacam itu terjadi karena belajar saja, misalnya
perkembangan anak dari tidak dapet berjalan menjadi dapat berjalan. Perubahan ini
terjadi bukan hasil proses belajar, tetapi karena proses kematangan.
Dapat disimpulkan bahwa kegiatan belajar itu mempunyai ciri-ciri: belajar adalah
kegiatan yang menghasilkan perubahan dalam diri individu, kelompok, atau masyarakat
yang sedang belajar, baik aktual maupun potensial. Ciri kedua dari hasil belajar adalah
bahwa perubahan tersebut didapatkan karena kemampuan baru yang berlaku untuk
waktu yang relatif lama. Ciri ketiga adalah bahwa perubahan itu terjadi karena usaha
dan disadari bukan karena kebetulan (Notoatmodjo 2011: 112).
Bertolak dari konsep pendidikan tersebut, maka konsep pendidikan kesehatan itu juga
proses belajar pada individu, kelompok atau masyarakat dari tidak tahu tentang nilai-
nilai kesehatan menjadi tahu, dari tidak mampu mengatasi masalah-masalah
kesehatannya sendiri menjadi mampu, dan lain sebagainya. Berangkat dari konsep
pendidikan kesehatan, pendidikan kesehatan didefinisikan sebagai usaha atau kegiatan
untuk membantu individu, kelompok atau masyarakat dalam meningkatkan kemampuan
perilaku mereka, untuk mencapai tingkat kesehatannya secara optimal.
Definisi istilah promosi kesehatan dalam ilmu kesehatan masyarakat (health promotion)
pengertian promosi kesehatan yang pertama adalah sebagai bagian dari tingkat
pencegahan penyakit. Menurut level and clark sebagaimana dalam notoatmodjo
(2010,22) mengatakan adanya 4 tingkat pencegahan penyakit dalam perspektif
kesehatan masyarakat, yakni:
1. Mengetahui pengetahuan tentang ilmu kesehatan termasuk cara hidup sehat dan
teratur
2. Memiliki nilai dan sikap yang positif terhadap hidup sehat
3. Memiliki keterampilan dalam melaksanakan hal yang berkaitan dengan
pemeliharaan, pertolongan dan perawatan kesehatan
4. Memiliki kebiasaan hidup sehari-hari yang sesuai dengan syarat kesehatan
5. Memiliki kemampuan dan kecakapan (life skills) untuk berperilaku hidup sehat
dalam kehidupan sehari-hari
6. Memiliki pertumbuhan termasuk bertambah tingginya badan dan berat badan
(proporsional)
7. Mengerti dan dapat menerapkan prinsip-prinsip pengutamaan pencegahan penyakit
dalam kaitannya dengan kesehatan dan keselamatan dalam kehidupan sehari-hari
8. Memiliki daya tangkal terhadap pengaruh buruk dari luar (arus informasi dan daya
hidup tidak sehat)
9. Memiliki tingkat kesegaran jasmani yang memadai dan derajat kesehatan yang
optimal serta mempunya daya tahan tubuh yang baik terhadap penyakit
2.6 Ruang Lingkup Kesehatan Lingkungan
Di Indonesia, ruang lingkup kesehatan lingkungan diterangkan dalam Pasal 22 ayat (3)
UU No 23 tahun 1992 ruang lingkup kesling ada 8, yaitu :
1. Penyehatan Air dan Udara
2. Pengamanan Limbah padat/sampah
3. Pengamanan Limbah cair
4. Pengamanan limbah gas
5. Pengamanan radiasi
6. Pengamanan kebisingan
7. Pengamanan vektor penyakit
8. Penyehatan dan pengamanan lainnya, sepeti keadaan pasca bencana
C. Sasaran Kesehatan Lingkungan
Menurut Pasal 22 ayat (2) UU 23/1992, Sasaran dari pelaksanaan kesehatan lingkungan
adalah sebagai berikut :
1. Tempat umum : hotel, terminal, pasar, pertokoan, dan usaha-usaha yang sejenis
2. Lingkungan pemukiman : rumah tinggal, asrama/yang sejenis
3. Lingkungan kerja : perkantoran, kawasan industri/yang sejenis
4. Angkutan umum : kendaraan darat, laut dan udara yang digunakan untuk umum
5. Lingkungan lainnya : misalnya yang bersifat khusus seperti lingkungan yang berada
dlm keadaan darurat, bencana perpindahan penduduk secara besar2an,
reaktor/tempat yang bersifat khusus.
Secara umum rumah dapat dikatakan sehat apabila memenuhi kriteria sebagai
berikut :
1. Upaya Promotif
Upaya promotif dilakukan untuk meningkatkan kesehatan individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat dengan jalan memberikan:
a. Penyuluhan kesehatan masyarakat
b. Peningkatan gizi
c. Pemeliharaan kesehatan perseorangan
d. Pemeliharaan kesehatan lingkungan
e. Olahraga secara teratur
f. Rekreasi
g. Pendidikan seks
2. Upaya Preventif
Upaya preventif ditujukan untuk mencegah terjadinya penyakit dan gangguan terhadap
kesehatan terhadap individu, keluarga, kelompok dan masyarakat melalui kegiatan:
a. Imunisasi massal terhadap bayi, balita serta ibu hamil.
b. Pemeriksaan kesehatan secara berkala melalui Posyandu, Puskesmas maupun
kunjungan rumah.
c. Pemberian vitamin A dan yodium melalui Posyandu, Puskesmas ataupun di
rumah.
d. Pemeriksaan dan pemeliharaan kehamilan, nifas dan meyusui
3. Upaya Kuratif
Upaya kuratif ditujukan untuk merawat dan mengobati anggota-anggota keluarga,
kelompok dan masyarakat yang menderita penyakit atau masalah kesehatan, melalui
kegiatan:
a. Perawatan orang sakit di rumah home nursing.
b. Perawatan orang sakit sebagai tindak lanjut perawatan dari Puskesmas dan rumah
sakit.
c. Perawatan ibu hamil dengan kondisi patologis di rumah, ibu bersalin dan nifas.
d. Perawatan payudara.
e. Perawatan tali pusat bayi baru lahir
4. Upaya Rehabilitatif
Upaya rehabilitatif merupakan upaya pemulihan kesehatan bagi penderita- penderita
yang dirawat di rumah, maupun terhadap kelompok-kelompok tertentu yang menderita
penyakit yang sama, misalnya Kusta, TBC, cacat fisik dan lainnya, dilakukan melalui
kegiatan:
a. Latihan fisik, baik yang mengalami gangguan fisik seperti penderita Kusta, patah
tulang mapun kelainan bawaan.
b. Latihan-latihan fisik tertentu bagi penderita-penderita penyakit tertentu, misalnya
TBC, latihan nafas dan batuk, penderita stroke: fisioterapi manual yang mungkin
dilakukan oleh perawat.
5. Upaya Resosialitatif
Upaya resosialitatif adala upaya mengembalikan individu, keluarga dan kelompok
khusus ke dalam pergaulan masyarakat, diantaranya adalah kelompok- kelompok yang
diasingkan oleh masyarakat karena menderita suatu penyakit, misalnya kusta, AIDS.
2.8 Hipertensi
BAB III
HASIL EVALUASI MAWAS DIRI
A. Profil RW
Profil RW
1. Data Demografi
Wilayah Kelurahan Karang Anyar RW 03 terdiri dari 163 Kepala Keluarga
(KK) dan RW 04 terdiri dari 131 Kartu Keluarga. Berdasarkan metode
“Windshiel Survey” Data demografi masyarakat akan disajikan sebagai
berikut:
RW O3
a. Utara : berbatasan dengan RW O2
b. Selatan : berbatasan dengan 08
c. Timur : berbatasan dengan kelurahan Balong Gede
d. Barat: berbatasan dengan RW 04
RW O4
Hasil pengelolaan data yang berasal dari wawancara dan observasi ditampilkan pada table
berikut:
2. Pengkajian SMD
Tabel 1.1
RW 04 RW 03 Total Presentase
Bayi (0 Bulan - 12 2 0 2 1%
Bulan )
Berdasarkan Tabel 1.1 sebagian besar Masyarakat Berumur Dewasa 18-59 Tahun dengan
presentase 54 % (165 jiwa), sedangkan sebagian kecil masyarakat berumur Bayi 0-12 Bulan
dengan Presentase 1% dari (2 Jiwa)
Tabel 1.2
RW 04 RW 03 Total Presentase
Islam 92 78 170 56 %
Kristen 29 22 51 17 %
Katolik 20 31 51 17 %
Hindu 0 4 4 1%
Budha 12 13 25 8%
Konghucu 0 3 3 1%
Tabel 1.3
Status Perkawinan
RW 04 RW 03 Total Presentase
Kawin 76 82 158 52 %
Cerai Hidup 5 1 6 2%
Cerai Mati 13 11 24 8%
Berdasarkan Tabel 1.3 Sebagian besar masyarakat sudah kawin dengan Presentase 52% (158
jiwa),sedangkan sebagian kecil masyarakat Cerai Hidup dengan Presentase 2% (6 jiwa).
Tabel 1. 4
Pendidikan tertinggi
c. Tamat SD/MI 5 2 7 7%
Berdasarkan tabel 1.4 hampir setengahnya masyarakat pendidikan tertinggi tamat PT/S1 dengan
presentase 34% (36 KK), sedangkan tidak satupun masyarakat yang tdak pernah sekolah dengan
presentase 0% (0 KK)
Tabel 1.5
a. Tidak kerja 6 4 10 9%
b. Sekolah 1 0 1 1%
c. PNS/TNI/Polri/BUMN/ BUMD 2 2 4 4%
f. Petani 0 0 0 0%
g. Nelayan 0 0 0 0%
h. Buruh 4 1 5 5%
Berdasarkan tabel 1.5, sebagian besar masyarakat yang berstatus pekerjaan utama Wiraswasta/
pedagang/jasa dengan presentase 51% (55 KK), sedangkan masyarakat yang berstatus pekerjaan
utama petani dan nelayan dengan presentase 0% (0 KK)
Tabel 1.6
Jenis Air
RW 04 RW 03 Total Presentase
PDAM 41 56 97 91 %
Sumur Pompa 5 0 5 5%
Berdasarkan Tabel 1.6 Hampir seluruhnya masyarakat menggunakan jenis air PDAM dengan
presentase 91 % (97 KK), sedangkan sebagian kecil menggunakan sumur pompa dan sumur gali
terlindungi denga presentase 5% (10 KK).
Tabel 1.7
RW 04 RW 03 Total Presentase
Ya 48 56 104 97 %
Tidak 3 0 3 3%
Berdasarkan Tabel 1.7 hampir seluruhnya tersedia keluarga dengan persentase 97% (104
jiwa),sedangkan sebagian kecil tidak tersedia jamban keluarga dengan persentase 3% (3 jiwa)
Tabel 1.8
Kloset 24 28 52 49 %
Plesengan 3 0 3 3%
Berdasarkan Tabel 1.8 sebagian besar jenis jamban saniter memiliki Kloset dan Leher Angsa
dengan persentase 52% (104 KK), sedangkan sebagian kecil jenis jamban saniter memiliki
dengan Persentase 3% (3 jiwa).
Tabel 1.9
RW 04 RW 03 Total Presentase
Ya 43 51 94 88%
Tidak 8 5 13 12%
Berdasarkan Tabel 1.9 Hampir seluruhnya masarakat mempunyai kartu jaminan kesehatan/JKN
dengan presentase 88% (94 KK), sedangkan sebagian kecil masyarakat tidak mempunyai kartu
jaminan kesehatan/JKN dengan presentase 12% (13 KK).
Tabel 1.10
Ya 23 23 46 43%
Tidak 28 33 61 57%
Berdasarkan tabel 1.10, sebagian besar masyarakat yang merokok dengan presentase 57%
(61KK), sedangkan masyarakat yang tidak merokok dengan presentase 43% (46 KK)
Tabel 1.11
Ya 14 23 37 35%
Tidak 37 33 70 75%
Berdasarkan tabel 1.11, sebagian besar masyarakat yang terdiagnosis tekanan darah
tinggi/hipertensi dengan presentase 75% (70 KK), sedangkan hampir setengahnya masyarakat
yang tidak terdiagnosis tekanan darah tinggi/hipertensi dengan presentase 35% (37 KK)
Tabel 1.12
Bila ya, apakah selama ini saudara meminum obat tekanan darah tinggi/hipertensi?
Ya 8 19 27 73%
Tidak 6 4 10 27%
TOTAL 14 23 37 100%
Berdasarkan tabel 1.12, hampir seluruhnya masyarakat yang meminum obat tekanan darah
tinggi/hipertensi dengan presentase 73% (KK), sedangkan hampir setengahnya masyarakat yang
meminum obat tekanan darah tinggi/hipertensi dengan presentase 27% (10 KK)
Tabel 1.13
Ya 16 11 27 25%
Tidak 35 45 80 75%
Berdasarkan Tabel 1.13 sebagian besar masyarakat tidak dilakukan pengukuran tekanan darah
dengan persentase 73% (80 KK), sedangkan sebagian kecil yang dilakuakn pengkuran tekanan
darah dengan persentase 25% (27KK)
Tabel 1.14
RW 04 RW 03 Total
TOTAL 16 11 26
Berdasarkan tabel 1. 14, masyarakat yang memiliki tekanan darah stadium 1 sebanyak 13 KK,
sedangkan masyarakat yang memilik tekanan darah normal sebanyak 2 KK
Tabel 1.15
Ya 3 6 9 8%
Tidak 48 50 98 92%
Berdasarkan tabel 1.15 hampir seluruhnya masyarakat tidak menggunakan alat kontrasepsi atau
ikut program KB dengan persentase 92% (98 jiwa), sedangkan sebagian kecil masyarakat yang
menggunakan alat kontrasepsi atau ikut program KB dengan persentase 8 % (9 jiwa).
Tabel 1.16
Diabetes Militus 0 9 9 8%
Stroke 1 2 3 3%
Berdasarkan Tabel 1.16 Dari total KK ada 17% KK yang terdiagnosis penyakit, sebagian besar
terdiagnosis penyakit diabetes melitus dan sebagain kecil terdiagnosis gout Arthritis dan
rheymatoid
Tabel 1.17
Ya 46 39 85 79%
Tidak 5 17 22 21%
Berdasarkan tabel 1.17, hampir seluruhnya masyarakat yang persalinan dibantu oleh tenaga
kesehatan dengan presentase 79% (85KK), sedangkan sebagian kecil masyarakat yang tidak
persalinan dibantu oleh tenaga kesehatan dengan presentase 21% (22 KK)
Tabel 1.18
Ya 46 39 85 79%
Tidak 5 17 22 21%
Berdasarkan tabel 1.18 hampir seluruhnya masyarakat memberikan ASI ekslusif selama 6 bulan
dengan persentase 79% (85KK),sedangkan sebagian kecil masyarakat tidak memberikan ASI
ekslusif selama 6 bulan dengan persentase 21%(22KK).
Tabel 1.19
Ya 49 56 105 98%
Tidak 2 0 2 2%
Tabel 1.20
Ya 48 53 101 94%
Tidak 3 3 6 6%
Berdasarkan Tabel 1.20 hampir seluruhnya masyarakat membasmi jentik nyamuk dengan
persentase 94%(101 KK), sedangkan sebagian kecil masyarakat tidak membasmi jentik nyamuk
dengan persentase 5 % (6 KK).
Tabel 1.21
Ya 44 54 98 92%
Tidak 7 2 9 2%
Berdasarkan Tabel 1.21 hampir seluruhnya masyarakat makan buah dan sayur setiap hari dengan
persentase 92% (98KK), sedangkan sebagian kecil masyarakat tidak makan buah dan sayur
setiap hari dengan persentase 2% (9KK).
Tabel 1.22
Ya 34 49 83 78%
Tidak 17 7 24 22%
Berdasarkan Tabel 1.22 hampir seluruhnya masyarakat melakukan aktifitas fisik setiap hari
dengan presentase 78% (83 KK), sebagian kecil masyarakat tidak melakukan aktifitas fisik
dengan presentase 22% (24 KK).
Tabel 1.23
Ya 13 8 21 46%
Tidak 10 15 25 54%
TOTAL 23 23 46 100%
Berdasarkan tabel 1.23 sebagian besar KK merokok di dalam rumah dengan presentase 54% dan
di luar rumah dengan presentase 46%.
BAB IV
A. Analisa Data
DO :
- Berdasarkan survey mawas diri
didapatkan masalah kesehatan
penyakit hipertensi sebanyak 35%
- berdasarkan Survei Mawas Diri
didapatkan masalah Kesehatan
Penyakit Jantung Koroner
sebanyak 5% ( 5KK )
- berdasarkan survery mawas diri
didapatkan masalah Kesehatan
Penyakit Stroke 3% ( 3 KK )
2. Ds : Defisit Kesehatan komunitas : Diabetes
Melitus
- Berdasarkan hasil wawancara
Sebagian masyarakat RW 03 dan
04, Sebagian dari mereka
mengalami keluhan penyakit
diabetes melitus
- Berdasarkan hasil wawancara
sebagian masyarakat RW 03 dan
Rw 04, Sebagian dari mereka
menderita penyakit diabetes
melitus ada yang sudah lama
maupun baru terkena
Do:
- Hasil SMD di Rw 03 dan 04 :
Berdasarkan survey mawas diri
didapatkan bahwa adanya masalah
Kesehatan diabetes di Rw 03 dan
Rw 04 sebanyak 8% ( 9% )
3. Ds : Perilaku Kesehatan cenderung beresiko :
- Berdasarkan hasil wawancara perilaku merokok
kepada masyarakat Rw 03 dan Rw
04 sering merokok didalam rumah
dan jarang melakukan aktifitas
fisik
Do :
Hasil SMD di Rw 03 dan Rw 04
- dari hasil survei mawas diri
didapatkan sebagaian besar
masyarakat jarang melakukan
aktifitas fisik setiap hari sebanyak
22% ( 24 KK )
- dari hasil survei mawas diri
didapatkan adanya masyarakat
yang merokok didalam rumah
sebanayak 54 % ( 25 KK )
- dari hasil survey mawas diri
terdapat masyarakat yang tidak
rutin mengonsumsi obat hipertensi
sebanyak 27% ( 10 KK )
4 DS : Pemeliharaan kesetahan tidak efektif
- Berdasarkan hasil wawancara
sebagian masyarakat RW 03 dan
RW 04 mengatakan tidak tahu
bagaimana menjaga Kesehatan dan
cara menangani penyakit seperti
hipertensi
- Berdasarkan hasil wawancara
sebagian masyarakat RW 03 dan
RW 04 yang terdiagnosis
hipertensi jarang memeriksakan ke
puskesmas.
-
DO :
- dari hasil survey mawas diri
terdapat masyarakat yang tidak
rutin mengonsumsi obat hipertensi
sebanyak 27% ( 10 KK )
- dari hasil survei mawas diri
didapatkan sebagaian besar
masyarakat jarang melakukan
aktifitas fisik setiap hari sebanyak
22% ( 24 KK )
B. Prioritas Masalah keperawatan
Aspek yang diskor ( diberi nilai ) meliputi hal hal sebagai berikut :
untuk setiap masalah Kesehatan diberikan bobot nilai untuk setiap aspek tersebut dengan
range 1-5. rinciannya berikut :
a. sangat rendah = 1
b. rendah = 2
c. cukup = 3
d. tinggi = 4
e. sangat tinggi = 5
C. Masalah Keperawatan
1. Defisit Kesehatan Komunitas : Hipertensi , Penyakit jantung koroner
2. Defisit Kesehatan komunitas : Diabetes Melitus
3. Perilaku Kesehatan cenderung beresiko : perilaku merokok
4. Pemeliharaan kesetahan tidak efektif
D. Planning Of Action
E. SWOT
S (Strength)
- Sebagian besar masyarakat RW 03 dan 04 yang terdiagnosis Hipertensi
mengkonsumsi obat Hipertensi
- Tersedianya fasilitas kesehatan
- RW 03 dan 04 memiliki kader yang aktif
- Sebagian besar masyarakat Rw 03 dan Rw o4 memiliki kartu jaminan
kesehatan
T (Threats) - Masih ada warga yang menolak untuk datang ke pelayanan kesehatan
ketika ada anggota keluarga yang sakit
- Masih ada warga yang mengabaikan kesehatan
Kesimpulan
Saran