Anda di halaman 1dari 80

LAPORAN PRAKTIK BELAJAR LAPANGAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

DUSUN MAJULEA DESA TOYADO KECAMATAN LAGE

KELOMPOK 1 DAN 2
MAJULEA BAWAH

POLTEKKES KEMENKES PALU JURUSAN KEPERAWATAN


PRODI DIII KEPETAWATAN POSO
TAHUN 2022
Laporan hasil praktik Asuhan Keperawatan Komunitas dalam konteks pelayanan kesehatan
utama Di Dusun Majulea RT 05 dan 06 Desa Toyado, Kecamatan Lage, Kabupaten Poso,
05 Desember sampai 16 Desember 2022, telah mendapatkan persetujuan pada
tanggal……

Pembimbing I Pembimbing II

Ni Made Ridla N Parwanta,S.Kep.Ns.M.Biomed Dewi Nurviana Suharto. Ns,


M.Kep.Sp.Kep.MB

Mengetahui,
Kepala Prodi DII Keperawatan poso
Poltekkes Kemenkes Palu

Agusrianto, S . Kep .Ns. MM


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan
karunia-Nya seluruh kegiatan “ Praktek Keperawatan Komunitas, Keluarga, dan
Gerontik “ di Dusun Majulea RT 05 dan 06 , Desa Toyado, Kecamatan Lage, Kabupaten
Poso, dan penyusunan hasil kegiatan ini dapat kami selesaikan.
Kegiatan dan penyusunan laporan ini dapat kami selesaikan berkat adanya bantuan dan
bimbingan serta kerja sama yang baik dari beberapa pihak. Oleh karena itu pada
kesempatan ini kami menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada yang
terhormat :
1. Agusrianto, S. Kep., Ns., MM selaku ketua program studi DIII Keprawatan Poso Poltekkes
Kemenkes Palu.
2. Pembimbing Agusrianto, S. Kep., Ns,. MM , Nirva Rantesigi. S. Kep . Ns. MM , Dewi Nurviana
Suharto Ns, M . Kep .Sp. Kep. MB , Ni Made Ridla N Parwanta, S. Kep. Ns. M . Biomed selaku
pembimbing Praktek Keperawatan Komunitas, Keluarga, dan Gerontik.
3. Bapak Idul Bundano selaku Kepala Desa Toyado, Kecamatan Lage, Kabupaten Poso.
4. Bapak Saripudin selaku Kepala Dusun Majulea Bawah Desa Toyado, Kecamatan Lage,
Kabupaten Poso.
5. Seluruh dosen, staf Poltekkes Kemenkes Palu Prodi Poso yang telah memberikan masukan
kepada kelompok kami.
6. Orang tua kami yang telah memberikan doa restu kepada kami.
7. Teman – teman seperjuangan yang telah bekerja sama dalam menyelesaikan laporan ini
Kami menyadari laporan ini jauh dari sempurna, untuk itu kami mohon kritik dan saran yang
membangun untuk perbaikan di waktu yang akan datang. Besar harapan kami semoga
laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca umumnya, dan sebagai bahan tindak lanjut
untuk masalah kesehatan di Dusun Majulea Desa Toyado, Kecamatan Lage, Kabupaten Poso.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari pelayanan
kesehatan yang dilaksanakan baik dirumah sakit maupun puskesmas.
Keperawatan komunitas merupakan bidang khusus dalam ilmu keperawatan yang
merupakan gabungan ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat, dan ilmu
sosial (WHO), yaitu bidang dalam keperawatan yang merupakan perpaduan antara
keperawatan dan kesehatan masyarakat dengan dukungan peran serta aktif
masyarakat. Peran serta masyarakat itu diartikan sebagai suatu proses dimana
individu, keluarga dan masyarakat bertanggung jawab atas kesehatan sendiri
berdasarakan asas kebersamaan dan kemandirian.
Sebagai tenaga kesehatan professional, keperawatan berkewajiban untuk
turut serta mewujudkan tercapainya pembangunan nasional khususnya
pembangunan dibidang kesehatan. Dimana dalam melaksanakan perannya di titik
beratkan pada promotif, prefentive dengan tidak mengabaikan kuratif dan
rehabilitative dalam setiap tindakan keperawatan. Sejalan dengan hal tersebut
maka jelaslah bahwa tindakan pencegahan dan peningktan kesehatan menjadi
area perhatian perawat yang bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan
yang optimal.
Melihat betapa pentingnya tindakan promotif, prefentive dan untuk
mengatasi masalah kesehatan yang ada sehingga masyarakat dapat meningkatkan
kualitas hidupnya serta besarnya peran yng dapat dilakukan oleh perawat
dimasyarakat maka diperlukan preklinik di masyarakat.
Preklinik Keperawatan Komunitas merupakan pengalaman belajar lapangan
yang memeberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk meningkatkan
kemampuan menganalisa serta mensisntesa berbagai ilmu pengetahuan di dalam
memberikan asuhan dan pelayanan keperawatan untuk memantapkan
profesionalisme keperawatan. Preklinik ini dilakukan di Desa Toyado Dusun
Majulea bawah RT 05 dan RT 06 Kecamatan Lage Kabupaten Poso. Mahasiswa
membentuk kelompok Preklinik dimana wadah yang telah dibentuk tersebut
diharapkan akan dapat terus melanjutkan kegiatan-kegiatan yang ada meskipun
Preklinik oleh mahasiswa telah berakhir sehingga upaya tindakan pencegahan
penyakit dan peningkatan kesehatan dapat lebih ditingkatkan.
Dalam pemberian kegiatan untuk memecahkan masalah kesehatan
dimasyarakat mahasiswa berfokus pada sasaran keperawatan komunitas yang
telah ditargetkan oleh institusi yaitu Asuhan Keperawatan Komunitas, dimana
pengkajian yang akan digunakan menggunakan pengkajian format Das, Survei, dan
Wawancara dengan masyarakat di Dusun Majulea bawah RT 05 dan 06 Kecamatan
Lage Kabupaten Poso

1. Tujuan Umum
Mengambarkan hasil pengkajian Asuhan Keperawatan Komunitas,
gambaran umum dan hasil pengkajian serta rencana penyelesaian masalah
yang dilaksanakan di Dusun Majulea Bawah RT 05 dan Kecamatan lage
Kabupaten Poso
2. Tujuan Khusus
a. Menggambarkan pengkajian kesehatan masyarakat di wilayah
berdasarkan data kesehatan masyarakat yang sudah dikumpulkan serta
rencana tindakan masing-masing masalah kesehatan.
b. Menggambarkan masalah-masalah kesehatan yang terdapat di Dusun
Majulea Bawah RT 05 dan 06 Kecamatan lage Kabupaten Poso
berdasarkan data kesehatan masyarakat yang telah dikumpulkan .
c. Menggambarkan kegiatan yang telah dilakukan oleh mahasiswa serta
masyarakat di Dusun Majulea Bawah RT 05 dan 06 Kecamatan lage
Kabupaten Poso
d. Menggambarkan rencana tindak lanjut kegiatan yang akan dilaksanakan
di Dusun Majulea Bawah RT 05 dan 06 Kecamatan lage Kabupaten Poso
e. Menyampaikan hasil pendokumentasian Asuhan Keperawatan Komunitas
di Dusun Majulea Bawah RT 05 dan 06 Kecamatan lage Kabupaten Poso
B. Manfaat

Terkait dengan tujuan maka makalah pembelajaran ini diharapkan dapat memberi manfaat.

1. Dari segi akademis, merupakan sumbangan bagi ilmu pengetahuan khususnya dalam
asuhan keperawatan komunitas dalam bidang sistem Komunitas
2. Dari segi praktis, makalah pembelajaran ini bermanfaaat bagi :
a. Bagi mahasiswa poltekkes kemenkes palu prodi DIII keperawatan poso
Hasil makalah pembelajaran ini dapat menjadi masukkan bagi mahasiswa poltekkes
kemenkes palu prodi DIII keperawatan poso lainnya dalam asuhan keperawatan
komunitas.
b. Untuk Penulis
Hasil penulisan makalah ini dapat menjadi salah satu rujukan bagi penulis
berikutnya, yang akan melakukan penulisan asuhan keperawatan komunitas dalam
bidang sistem Komunitas.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Asuhan Keperawatan Komunitas


Komunitas adalah kelompok sosial yang tinggal dalam suatu tempat, saling berinteraksi
satu sama lain, saling mengenal serta mempunyai minat dan interest yang sama. Komunitas
adalah kelompok dari masyarakat yang tinggal di suatu lokasi yang sama dengan dibawah
pemerintahan yang sama, area atau lokasi yang sama dimana mereka tinggal, kelompok
sosial yang mempunyai interest yang sama (Riyadi, 2007).
Perawatan kesehatan adalah bidang khusus dari keperawatan yang merupakan
gabungan dari ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat dan ilmu sosial yang
merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang diberikan kepada individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat baik yang sehat atau yang sakit secara komprehensif
melalui upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif serta resosialitatif dengan
melibatkan peran serta aktif dari masyarakat. Peran serta aktif masyarakat bersama tim
kesahatan diharapkan dapat mengenal masalah kesehatan yang dihadapi serta memecahkan
masalah tersebut (Elisabeth, 2007).
Sasaran pelayanan kesehatan masyarakat adalah individu, keluarga/ kelompok dan
masyarakat dengan fokus upaya kesehatan primer, sekunder dan tersier. Oleh karenanya
pendidikan masyarakat tentang kesehatan dan perkembangan sosial akan membantu
masyarakat dalam mendorong semangat untuk merawat diri sendiri, hidup mandiri dan
menentukan nasibnya sendiri dalam menciptakan derajat kesehatan yang optimal
(Elisabeth, 2007).

B. Konsep Keperawatan Komunitas


Menurut Riadi (2014) Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan bagian
dari integral pelayanan biologi, psikologi, sosial dan spiritual cara komprehensif
ditunjukkan kepada individu keluarga dan masyarakat baik sehat maupun sakit.
Dalam rapat kerja keperawatan kesehatan masyarakat dapat dijelaskan bahwa
keperawatan komunitas merupakan suatu bidang keperawatan yang merupakan
perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat secara aktif dan
mengutamakan pelayanan promotif dan prefentive secara berkesinambungan
tanpa mengabaikan pelayanan kuratif dan rehabilitative secara menyeluruh dan
terpadu yang ditujukan kepada individu,keluarga, kelompok dan masyarakat
(Mubarak,2015).
Perawatan komunitas adalah perawatan yang diberikan dari luar suatu
institusi yang berfokus pada masyarakat atau individu dan keluarga. Pada
perawatan kesehatan masyarakat harus mempertimbangkan beberapa prinsip
yaitu :
1. Kemanfaatan
Semua tindakan dalam Asuhan Keperawatan harus memberikan manfaat
yang besar bagi komunitas (Riadi, 2014).
2. Kerjasama
Kerjasama dalam waktu yang panjang dan berifat berkelanjutan serta
melakukan kerjasama lintas program dan lintas sektoral (Riadi, 2014).
3. Secara Langsung
Asuhan Keperawatan diberikan secara langsung mengkaji dan intervensi
klien dan lingkungannya termasuk lingkungan sosial, ekonomi, serta fisik
mempunyai tujuan utama peningkatan kesehatan (Riadi, 2014).
4. Keadilan
Tindakan yang dilakukan disesuaikan dengan kemampuan atau kapasitas
dalam komunitas (Mubarak, 2015) .
5. Otonomi
Klien atau komunitas diberi kebebasan dalam memilih atau melaksanakan
ketetapan beberapa alternatif terbaik dalam menyelesaikan masalah
kesehatan yang ada (Mubarak,2015).

Strategi pelaksanaan keperawatan komunitas yang dapat digunakan dalam


perawatan kesehatan masyarakat adalah :
1. Pendidikan kesehatan (Health Promotion)
Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan
cara menyebar pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak
saja sadar, tahu dan mengerti tetapi juga mau dan bias melakukan
suatu anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan (Naomi, 2012).
2. Proses kelompok (Group Process)
Bidang tugas perawat komunitas tidak bias terlepas dari kelompok
masyarakat sebagai klien termasuk sub-sub sistem yang terdapat di
dalamnya yaitu: individu, keluarga, dan kelompok khusus. Menurut Nies
dan McEwan (2013), perawat spesialis komunitas dalam melakukan upaya
peningkatan, perlindungan dan pemulihan status kesehatan masyarakat.
3. Kerjasama atau kemitraan ( Partnershit )
Kemitraan adalah hubungan atau kerjasama antara dua pihak atau lebih,
berdasarkan kesetaraan, keterbukaan dan saling menguntungkan atau
memberikan manfaat ( Depkes, 2013) Kemitraan adalah hubungan atau
kerjasama antara dua pihak atau lebih, berdasarkan kesetaraan,
keterbukaan dan saling menguntungkan atau memberikan manfaat
( Depkes, 2013).
4. Pemberdayaan (Empowenmemt)
Konsep pemberdayaan dapat dimaknai secara sederhana sebagai proses
pemberian kekuatan atau dorongan sehingga membentuk interaksi
transformative kepada masyarakat, antara lain : adanya dukungan,
pemberdayaan, kekuatan ide baru dan kekuatan mandiri untuk
membentuk pengetahuan baru ( Palestin, 2011)

Sasaran dari perawatan komunitas adalah individu, keluarga, komunitas


baik sehat maupun sakit yang mempunyai masalah kesehatan atau
perawatan (Effendi, 2012), sasaran ini terdiri dari :
a. Individu
Individu adalah anggota keluarga yang unik sebagai kesatuan utuh dari
aspek biologi, psikologi, sosial dan spiritual. Peran perawat pada individu
sebagai klien pada dasarnya memenuhi kebutuhan dasarnya mencakup
kebutuhan bioligi, sosial, psikologi dan spiritual karena adanya kelemahan
fisik dan mental. (Riyadi, 2013)
b. Keluarga
Keluarga dalam fungsinya mempengaruhi dalam lingkup kebutuhan dasar
manusia dapat dilihat pada Hilarki Kebutuhan Dasar Maslow yaitu
kebutuhan sisiologis, rasa aman dan nyaman, dicintai dan mencintai, harga
diri dan aktualisasi diri (Riyadi, 2013)
c. Kelompok khusus
Adalah kumpulan individu yang mempunyai kesamaan jenis kelamin, umur,
permasalahan, kegiatan yang terorganisasi yang sangat rawan terhadap
masalah kesehatan (Mubarak, 2015).
d. Tingkat komunitas
Pelayanan asuhan keperawatan berorientasi pada individu, keluarga dilihat
sebagai satu kesatuan dalam komunitas. Asuhan ini diberikan untuk kelompok
beresiko atau masyarakat wilayah binaan (Mubarak, 2015).

C. Peran Perawat Komunitas (Provider Of Nursing Care)


Banyak peranan yang dapat dilakukan oleh perawat kesehatan masyarakat diantaranya
adalah :
1. Sebagai penyedia pelayanan (Care provider )
Memberikan asuhan keperawatan melalui mengkaji masalah skeperawatan yang
ada, merencanakan tindakan keperawatan, melaksanakan tindakan keperawatan dan
mengevaluasi pelayanan yang telah diberikan kepada individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat.
2. Sebagai Pendidik dan konsultan (Nurse Educator and Counselor )
Memberikan pendidikan kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat baik di rumah, puskesmas, dan di masyarakat secara terorganisir dalam
rangka menanamkan perilaku sehat, sehingga terjadi perubahan perilaku seperti yang
diharapkan dalam mencapai derajat kesehatan yang optimal.
Konseling adalah proses membantu klien untuk menyadari dan mengatasi
tatanan psikologis atau masalah sosial untuk membangun hubungan interpersonal yang
baik dan untuk meningkatkan perkembangan seseorang. Di dalamnya diberikan
dukungan emosional dan intelektual.
3. Sebagai Panutan (Role Model)
Perawat kesehatan masyarakat harus dapat memberikan contoh yang baik
dalam bidang kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat tentang
bagaimana tata cara hidup sehat yang dapat ditiru dan dicontoh oleh masyarakat.
4. Sebagai pembela (Client Advocate)
Pembelaan dapat diberikan kepada individu, kelompok atau tingkat komunitas.
Pada tingkat keluarga, perawat dapat menjalankan fungsinya melalui pelayanan sosial
yang ada dalam masyarakat. Seorang pembela klien adalah pembela dari hak-hak klien.
Pembelaan termasuk di dalamnya peningkatan apa yang terbaik untuk klien,
memastikan kebutuhan klien terpenuhi dan melindungi hak-hak klien (Mubarak, 2005).
Tugas perawat sebagai pembela klien adalah bertanggung jawab membantu
klien dan keluarga dalam menginterpretasikan informasi dari berbagai pemberi
pelayanan dan dalam memberikan informasi hal lain yang diperlukan untuk mengambil
persetujuan (Informed Concent ) atas tindakan keperawatan yang diberikan kepadanya.
Tugas yang lain adalah mempertahankan dan melindungi hak-hak klien, harus
dilakukan karena klien yang sakit dan dirawat di rumah sakit akan berinteraksi dengan
banyak petugas kesehatan (Mubarak, 2005).
5. Sebagai Manajer kasus (Case Manager)
Perawat kesehatan masyarakat diharapkan dapat mengelola berbagai kegiatan
pelayanan kesehatan puskesmas dan masyarakat sesuai dengan beban tugas dan
tanggung jawab yang dibebankan kepadanya.
6. Sebagai kolaborator
Peran perawat sebagai kolaborator dapat dilaksanakan dengan cara
bekerjasama dengan tim kesehatan lain, baik dengan dokter, ahli gizi, ahli radiologi, dan
lain-lain dalam kaitanya membantu mempercepat proses penyembuhan klien Tindakan
kolaborasi atau kerjasama merupakan proses pengambilan keputusan dengan orang
lain pada tahap proses keperawatan. Tindakan ini berperan sangat penting untuk
merencanakan tindakan yang akan dilaksanakan (Mubarak, 2005).
7. Sebagai perencana tindakan lanjut (Discharge Planner)
Perencanaan pulang dapat diberikan kepada klien yang telah menjalani
perawatan di suatu instansi kesehatan atau rumah sakit. Perencanaan ini dapat
diberikan kepada klien yang sudah mengalami perbaikan kondisi kesehatan.
8. Sebagai pengidentifikasi masalah kesehatan (Case Finder)
Melaksanakan monitoring terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang menyangkut masalah-masalah
kesehatan dan keperawatan yang timbul serta berdampak terhadap status kesehatan
melalui kunjungan rumah, pertemuan-pertemuan, observasi dan pengumpulan data.
9. Koordinator Pelayanan Kesehatan (Coordinator of Services)
Peran perawat sebagai koordinator antara lain mengarahkan, merencanakan
dan mengorganisasikan pelayanan kesehatan yang diberikan kepada klien. Pelayanan
dari semua anggota tim kesehatan, karena klien menerima pelayanan dari banyak
profesional (Mubarak, 2005).
10. Pembawa perubahan atau pembaharu dan pemimpin (Change Agent and Leader )
Pembawa perubahan adalah seseorang atau kelompok yang berinisiatif merubah
atau yang membantu orang lain membuat perubahan pada dirinya atau pada sistem.
Marriner torney mendeskripsikan pembawa peubahan adalah yang mengidentifikasikan
masalah, mengkaji motivasi dan kemampuan klien untuk berubah, menunjukkan
alternative, menggali kemungkinan hasil dari alternatif, mengkaji sumber daya,
menunjukkan peran membantu, membina dan mempertahankan hubungan membantu,
membantu selama fase dari proses perubahan dan membimibing klien melalui fase-fase
ini (Mubarak, 2005).
11. Pengidentifikasi dan pemberi pelayanan komunitas (Community Care Provider And
Researcher)
Peran ini termasuk dalam proses pelayanan asuhan keperawatan kepada
masyarakat yang meliputi pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi masalah
kesehatan dan pemecahan masalah yang diberikan. Tindakan pencarian atau
pengidentifikasian masalah kesehatan yang lain juga merupakan bagian dari peran
perawat komunitas.

D. Konsep Masalah Kesehatan Komunitas


1. Kesehatan Lingkungan
Lingkungan dapat didefinisikan sebagai tempat pemukiman dengan segala
sesuatunya dimana organisme hidup beserta segala keadaan dan kondisi yang secara
langsung maupun tidak langsung disuga ikut mempengaruhi tingkat kehidupan maupun
kesehatan dari organisme tersebut (Efendi, 2009).
Menurut WHO (2005), lingkungan merupakan suatu keseimbangan ekologi yang
harus ada antara manusia dengan lingkungan agar dapat menjamin keadaan sehat dari
manusia (Efendi, 2009).
Kesehatan lingkungan pada hakekatnya adalah suatu kondisi atau keadaan
lingkungan yang optimal sehingga mempengaruhi dampak positif terhadap terwujudnya
status kesehatan yang optimal pula (Efendi, 1998).
Dalam mengatasi masalah kesehatan lingkungan, Pemerintah menggalakkan
Program Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM). Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat (STBM) Merupakan Program Nasional yang bersifat lintas sektoral di bidang
sanitasi. Program Nasional STBM dicanangkan oleh Menteri Kesehatan RI pada Agustus
2008.
Menurut WHO, terdapat 17 ruang lingkup kesehatan lingkungan yaitu sebagai
berikut:
a. Penyediaan air minum
b. Pengelolaan air buangan (limbah) dan pengendalian pencemaran
c. Pembuangan sampah padat
d. Pengendalian vector
e. Pencegahan atau pengandalian pencemaran tanah oleh ekskreta manusia
f. Higiene makanan, termasuk higiene susu
g. Pengendalian pencemaran udara
h. Pengendalian radiasi
i. Kesehatan kerja
j. Pengendalian kebisingan
k. Perumahan dan pemukiman
l. Aspek kesehatan lingkungan dan transportasi udara
m. Perencanaan daerah dan perkotaan
n. Pencegahan kecelakaan
o. Rekreasi umum dan pariwisata
p. Tindakan-tindakan sanitasi yang berhubungan dengan keadaan epidemi (wabah),
bencana alam dan perpindahan penduduk
q. Tindakan pencegahan yang diperlukan untuk menjamin lingkungan
Menurut pasal 22 ayat 3 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992, terdapat delapan
ruang lingkup kesehatan lingkungan yaitu sebagai berikut:
1) Penyehatan air dan udara
2) Pengamanan limbah padat atau sampah
3) Pengamanan limbah cair
4) Pengamanan limbah gas
5) Pengamanan radiasi
6) Pengamanan kebisingan
7) Pengamanan vektor penyakit
8) Penyehatan dan pengamanan lainnya seperti pada situasi pasca bencana
2. Perilaku Masyarakat
Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respon seseorang terhadap
stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan,
makanan serta lingkungan. Batasan ini mempunyai 2 unsur pokok, yakni respon dan
stimulus atau perangsangan. Respon atau reaksi manusia, baik bersifat pasif
(pengetahuan, persepsi dan sikap) maupun bersifat aktif (tindakan yang nyata atau
practice ). Sedangkan stimulus atau rangsangan disini terdiri dari 4 unsur pokok, yakni:
sakit dan penyakit, sisitem pelayanan kesehatan, makanan dan lingkungan (Wawan,
2010).
Perilaku yang mempengaruhi kesehatan dapat digolongkan dalam dua kategori
(Wawan, 2010), yaitu:
a. Perilaku yang terwujud secara sengaja dan sadar
b. Perilaku yang terwujud secara tidak sengaja atau tidak sadar
BAB III
PENERAPAN ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

A. Pengkajian kesehatan Komunitas


Data demografi masyarakat
laki-
lak Perempua
Umur i % n %
0-5 6 10% 3 5%
12-Jun 5 8% 8 12%
13-18 3 5% 7 11%
19-35 19 30% 17 26%
36-54 21 33% 21 32%
>55 9 14% 9 14%
jumlah 63 100% 65 100%
Table di atas menunjukan distribusi penduduk berdasarkan umur dan jenis kelamin
yang tertinggi dengan jenis kelamin perempuan yaitu pada umur 36-54 tahun dengan
presentase ( 32%) dan terendah pada umur 13-18 tahun dengan presentase (5%)
sedangkan jumlah laki-laki terbanyak pada umur 36-54 tahun dengan presentase (33%)
dan terendah pada umur 0-5 tahun dengan presentase (5%).

Table 2. distribusi penduduk berdasarkan Pendidikan


Pendidika frekuens
n i %
tk/paud 4 3%
SD 77 60%
SMP 16 13%
SMA 20 16%
PT 3 2%
Belum
sekola
h 8 6%
Jumlah 128 100%
Table di atas menunjukan distribusi penduduk berdasarkan Pendidikan terbanyak SD
dengan presentase (60%) dan pendidikan yang terendah PT dengan presentase (2%).

Table 3. distribusi penduduk berdasarkan pekerjaan


frekuens
Pekerjaan i %
PNS/tni/polri 0 0%
Swasta/wiraswasta 5 4%
Petani 41 33%
Nelayan 1 1%
Pensiunan 0 0%
Irt 36 29%
Pelajar 21 17%
Belum bekerja/tidak 22 17%
bekerja
Jumlah 126 100%
Table di atas menunjukan bawah distribusi penduduk berdasarkan pekerjaan terbanyak
petani dengan presentase (33%) sedangkan yang terendah berada pada pekerjaan
nelayan dengan presentase (1%) dan pekerjaan yang tidak ada di dusun majulea bawah
adalah PNS/TNI/Polri dan Pensiunan dengan presentase (0%).

Table 4. distribusi penduduk berdasarkan agama


Frekuens
Agama i %
100
Islam 128 %
Kriste
n 0 0%
Katoli
k 0 0%
Hindu 0 0%
Budha 0 0%
100
Jumlah 128 %
Table di atas menunjukan bawah distribusi penduduk berdasarkan agama semua
beragama islam dengan presentase (100%) dan tidak ada masyarakat yang beragama
Kristen, katolik, hindu, dan budha di dusun majulea bawah dengan presentase (0%).

Table 5. distribusi penduduk berdasarkan status perkawinan


status Frekuens
perkawinan i %
Menikah 76 62%
belum menikah 46 38%
Cerai 0 0%
suami/istri
meninggal 6 5%
100
Jumlah 122 %
Table di atas menunjukan bawah distribusi penduduk berdasarkan status perkawinan
dengan jumlah terbanyak menikah dengan presentase (62%) sedangkan yang terendah
berada pada status perkawinan suami/istri meninggal dengan presentase (5%) dan
tidak ada masyarakat yang cerai di dusun majulea bawah dengan presentase (0%).
Table 6. penyakit yang diderita penduduk 1 tahun terakhir
Frekuen
Penyakit si %
Hiperten
si 3 2%
Asam
urat 2 2%
Kolestrol 1 1%
Kista 1 1%
Gastritis 3 2%
Diabetes 2 2%
Sesak
nafas 1 1%
Bronkhiti
s 3 2%
Demam 10 8%
Stoke 2 2%
Tidak
sakit 100 78%
100
Jumlah 128 %
Table di atas menunjukan distribusi penduduk berdasarkan penyakit di derita
penduduk 1 tahun terakhir dengan jumlah terbanyak demam dengan presentase (8%)
dan yang terendah dengan penyakit kolestrol, kista, dan sesak napas dengan presentase
(1%).

Table 7. penyakit turunan yang di derita penduduk


Penyakit Frekuensi %
Dm 1 1%
Tidak sakit 127 99%
100
Jumlah 128 %
Table di atas menunjukan penyakit yang di derita penduduk terbanyak penyakit
turunan DM dengan presentase (1%) dan yang tidak sakit yaitu dengan presentase
(99%).
Table 8. penyakit yang di derita saat ini
Frekuens
Penyakit i %
Diabetes 1 1%
Penyakit
kulit 1 1%
Hipertensi 5 4%
Demam 1 1%
Nyeri
pingga
ng 2 2%
Stroke 1 1%
Cepat lelah 2 2%
Asam urat 1 1%
Flu 1 1%
Batuk 2 2%
Tidak sakit 111 87%
100
Jumlah 128 %
Table di atas menunjukan penyakit terbanyak yang di derita masyarakat dusun majulea
saat ini yaitu hipertensi dengan presentase (4%) dan yang terendah di derita saat ini
dengan penyakit DM, penyakit kulit, demam, stroke, asam urat, flu dengan presesntase
(1%).

Table 9. anggota keluarga yang meninggal 1 tahun terakhir


Frekuen
Penyebab si %
Sakit 0 0%
Kecelakaa
n 0 0%
Usia
lanjut 0 0%
100
Tidak ada 128 %
100
Jumlah 128 %
Table di atas menunjukan anggota keluarga yang meninggal tidak ada dengan
presentase (100%)
DATA KESEHATAN ANAK USIA BALITA
Table 10. distribusi balita berdasarkan status gizi
Frekuens
Penyebab i %
Gizi lebih 0 0%
Gizi baik 6 86%
Gizikurang 0 0%
Gizi buruk 1 14%
100
Jumlah 7 %
Table di atas menunjukan distribusi balita berdasarkan status gizi terbanyak pada gizi
baik dengan presentase (86%) sedangkan yang terendah berada pada gizi buruk dengan
presentase (14%) dan tidak terdapat anak usia balita yang mengalami gizi kurang
dengan presentase (0%).

Table 11. distribusi balita berdasarkan posisi berat badan dalam KMS
Frekueans
Penyebab i %
Berada di garis hijau 6 86%
Berada di garis
kuning 0 0%
Berada di garis
merah 1 14%
Di bawah garis
merah 0 0%
100
Jumlah 7 %
Table di atas menunjukkan distribusi balita berdasarkan posisi berat badan dalam KMS
terbanyak berada di garis hijau dengan presentase (86%) sedangkan yang terendah
berada pada garis merah dengan presentase (14%) dan tidak ada balita yang berada di
garis kuning dan juga berada di bawah di bawah garis merah dengan presentase (0%).

Table 12. distribusi status imunisasi balita


Frekuens
Status imunisasi dasar i %
Lengkap 6 86%
Belum lengkap 0 0%
Tidak lengkkap 1 14%
Jumlah 7 100%
Table di atas menunjukkan distribusi status imunisasi balita terbanyak yang lengkap
imunisasi dengan presentase (86%) dan yang terendah yaitu tidak lengkap imunisasi
dengan presentase (14%).

Table 13. status perkembangan


Status perkembangan frekuensi %
Normal 6 86%
Terlambat 1 14%
Jumlah 7 100%
Table di atas menunjukkan status perkembangan terbanyak yang normal dengan
presentese (86%) dan yang terendah berada pada status perkembangan terlambat
dengan presentase (14%)

Table . 14 jenis penyakit yang diderita balita dalam 3 bulan terakhir


Frekuens
Jenis penyakit i %
Ispa/batuk
pilek 0 0%
Diare 0 0%
Muntah 1 14%
Demam 6 86%
Tidak sakit 0 0%
Jumlah 7 100%
Table di atas menunjukkan jenis penyakit yang diderita balita dalam 3 bulan terakhir
yang terbanyak yaitu jenis penyakit demam dengan presentase (86%) dan yang
terendah berada pada penyakit muntah dengan presentase (14%).

Table 15. frekuensi makan dalam sehari


Frekuensi makan anak dalam sehari Frekuensi %
3 kali 5 71%
2 kali 2 29%
1 kali 0 0%
Jumlah 7 100%
Table di atas menunjukkan frekuensi makan dalam sehari yang terbanyak yaitu 3 kali
sehari dengan presentase (71%) dan yang terendah berada pada 2 kali sehari dengan
presentase (29%).

Table 16. rata-rata jumlah porsi makanan yang dikonsumsi anak


Rata-rata jumlah porsi makan yang di konsumsi anak Frekuensi %
habis 1 porsi 2 29%
3/4 porsi 4 57%
1/2 porsi 1 14%
1/4 porsi 0 0%
Jumlah 7 100%
Table di atas menunjukkan rata-rata jumlah porsi makanan yang dikonsumsi anak yang
terbanyak dengan ¾ porsi dengan presentase (57%) dan yang terendah berada pada ½
porsi dengan presentase (14%).

Table 17. komposisi makanan anak


Komposisi makanan Frekuensi %
Seimbang 4 57%
Cukup seimbang 2 29%
Kurang seimbang 1 14%
Jumlah 7 100%
Table di atas menunjukkan komposisi makanan anak yang terbanyak dengan makanan
seimbang dengan presentase (57%) dan yang terendah berada pada komposisi
makanan kurang seimbang dengan presentase (14%)

Table 18. pola minum


Frekuens
Pola minum i %
Baik 3 43%
Cukup 3 43%
Kurang 1 14%
Jumlah 7 100%
Table diatas menunjukan pola minum balita yang baik terbanyak dengan presentase
(43%) dan cukup dengan presentase (43%) sedangkan yang terendah berada pada pola
minum kurang dengan presentase (14%).

Table 19. asi ekslusif


Pola minum asi Frekuensi %
Selama 6 bulan 5 71%
Kurang dari 6
bulan 1 14%
Tidak asi ekslusif 1 14%
Jumlah 7 100%
Table diatas menunjukan pola minum asi balita yang terbanyak selama 6 bulan dengan
presentase (71%) sedangkan yang terendah berada pada pola minum asi kurang dari 6
bulan dan tidak asi ekslusif dengan presentase (14%).

Table 20. keluhan anak saat makan


Frekuens
Keluhan anak saat makan i %
Kurang nafsu makan 4 57%
Sakit saat mengunyah/menelan 0 0%
Tidak ada 3 43%
Jumlah 7 100%
Table diatas menunjukan keluhan anak saat makan yang terbanyak kurang nafsu makan
dengan presentase (57%) sedangkan yang terendah tidak ada memiliki keluhan yaitu
dengan presentase (43%) dan tidak ada terdapat keluhan yang sakit saat
mengunyah/menelan pada amal dengan presentase (0%).

Table 21. jumlah rata-rata jam tidur anak dalam sehari


Jam tidur anak dalam sehari Frekuensi %
Kurang dari 8 jam 2 29%
8-15 jam 5 71%
> 15 jam 0 0%
Jumlah 7 100%
Table diatas menunjukan rata-rata jam tidur anak dalam sehari yang terbanyak berada
pada jam 8-15 dengan presentase (71%) dan yang terendah berada pada kurang dari 8
jam dengan presentase (29%).

Table 22. kebiasaan mencuci tangan anak


Kebiasaan cuci tangan Frekuensi %
Selalu 0 0%
Kadang-kadang 7 100%
Tidak pernah 0 0%
Jumlah 7 100%
Table diatas menunjukan kebiasaan mencuci tangan anak terbanyak kadang-kadang
bdengan presentase (100%) sedangkan yang selalu dan tidak pernah dengan
presentase (0%).

Table 23. kebiasaan menggosok gigi


Kebiasaan gosok gigi Frekuensi %
Selalu 4 57%
kadang-kadang 2 29%
tidak pernah 1 14%
Jumlah 7 100%
Table diatas menunjukan kebiasaan menggosok gigi anak yang terbanyak selalu
berjumlah 4 anak (57%) sedangkan yang tidak pernah dengan persentase (14 %)

Table 24. kebiasaan potong kuku


Kebiasaan potong kuku Frekuensi %
Selalu 4 57%
Kadang-kadang 3 43%
Tidak pernah 0 0%
Jumlah 7 100%
Table diatas menunjukan kebiasaan potong kuku anak yang terbanyak selalu berjumlah
4 anak (57%) sedangkan yang tidak pernah persentase (0%)

Table 25. keaktifan posyandu


Keaktifan posiandu Frekuensi %
Rutin posiandu 7 100%
Jarang atau tidak pernah posiandu 0 0%
Jumlah 7 100%
Table diatas menunjukan keaktifan posyandu anak yang terbanyak rutin posyandu
berjumlah 7 anak (100%) sedangkan yang jarang atau tidak pernah posyandu
persentase (0%)
Table 26. pelayanan kesehatan balita
Frekuens
Pelayanan kesehatan balita i %
Pemberian makan tambahan 6 86%
Garam beryodium 0 0%
Vitamin A 1 14%
Jumlah 7 100%
Table diatas menunjukan pelayanan kesehatan balita yang terbanyak pemberian makan
tambahan berjumlah 6 (86%) sedangkan yang garam beryodium persentase (0%)

Table 27. factor resiko anak di lingkungan keluarga


Faktor resiko Frekuensi %
Ada 0 0%
Tidak ada 7 100%
Jumlah 7 100%
Table diatas menunjukan factor resiko anak di lingkungan keluarga yang terbanyak
tidak ada berjumlah 7 anak (100%) sedangkan yg ada persentase (0%)

Table 28. kebersihan rumah


Kebersihan rumah Frekuensi %
Baik 7 100%
Tidak 0 0%
Jumlah 7 100%
Table diatas menunjukan kebersihan rumah yang terbanyak baik berjumlah 7 (100%)
sedangkan yang tidak dengan persentase (0%)

Table 29. ventilasi rumah


Ventilasi rumah Frekuensi %
Baik 7 100%
Tidak 0 0%
Jumlah 7 100%
Table diatas menunjukan ventilasi rumah yang terbanyak baik berjumlah 7 balita
(100%) sedangkan yang tidak dengan persentase (0%)

Table 30. pencahayaan rumah


Pencahayaan rumah Frekuensi %
Baik 7 100%
Tidak 0 0%
Jumlah 7 100%
Table diatas menunjukan pencahayaan rumah yang terbanyak baik berjumlah 7 balita
(100%) sedangkan yang tidak dengan persentase (0%)

KESEHATAN ANAK USIA SEKOLAH


Table 31. status gizi anak usia sekolah
Status gizi anak usia sekolah Frekuensi %
Normal 13 100%
Kurus 0 0%
Gemuk 0 0%
Obesitas 0 0%
Jumlah 13 100%
Table diatas menunjukan status gizi anak usia sekolah terbanyak normal sebanyak 13
anak (100%) sedangkan yang kurus, gemuk, dan obesitas menunjukan persentase (0%)

Table 32. status perkembangan psikososial


Frekuens
Status perkembangan psikososisal i %
Normal 13 100%
Kurang 0 0%
Jumlah 13 100%
Table diatas menunjukan status perkembangan psikososial terbanyak normal sebanyak
13 anak (100%) sedangkan yang kurang dengan persentase (0%)

Table 33. Penyakit yang di derita anak usia sekolah 3 bulan terakhir
Penyakit yang di derita anak usia sekolah 3 bukan terakhir Frekuensi %
Demam 7 54%
Kurang gizi 1 8%
Diare 0 0%
Tidak sakit 5 38%
Jumlah 13 100%
Table diatas menunjukan penyakit yang diderita anak usia sekolah 3 bulan terakhir
yaitu demam sebanyak 7 anak (54%) sedangkan yang diare dengan persentase (0%)

Table 34. gangguan kesehatan pada anak usia sekolah


Gangguan kesehatan pada anak usia sekolah Frekuensi %
Mata 0 0%
Pendengaran 0 0%
Pencernaan 0 0%
Tidak ada gangguan 13 100%
Jumlah 13 100%
Table diatas menunjukan gangguan kesehatan pada anak usia sekolah terbanyak tidak
ada gangguan 13 anak (100%) sedangkan untuk mata dn pendengaran dengan
persentase (0%)
Table 35. kebutuhan bermain anak usia sekolah
Kebutuhan bermain anak usia sekolah Frekuensi %
Baik 13 100%
Cukup 0 0%
Tidak bermain/kurang aktifitas 0 0%
Jumlah 13 100%
Table diatas menunjukan kebutuhan bermain anak usia sekolah terbanyak berjumlah 13
anak (100%) sedangkan cukup dan tidak bermain dengan persentase (0%)

Table 36. kebiasan mencuci tangan


Frekuens
Kebiasaan mencuci tangan i %
Selalu 9 69%
Jarang 4 31%
tidak pernah 0 0%
Jumlah 13 100%
Table diatas menunjukan kebiasaan mencuci tangan terbanyak selalu 9 anak (69%)
sedangkan yang tidak pernah dengan persentase (0%)

Table 37. kebiasaan mengkonsumsi jajan


Kebiasaan mengkonsumsi jajan Frekuensi %
Jajanan buatan keluarga 0 0%
Membeli di warung/jualan di sekolah 13 100%
Jumlah 13 100%
Table diatas menunjukan kebiasaan mengkonsumsi jajan diwarung / jualan disekolah
terbanyak 13 anak (100%) sedangkan jajanan buatan keluarga dengan persentase (0%)

Table 38. pengetahuan tentang makanan yang berbahaya


Pengetahuan tentang makanan yang berbahaya Frekuensi %
Cukup mengetahui 0 0%
Kurag mengetahui 13 100%
Jumlah 13 100%
Table diatas menunjukan pengetahuan tentang makanan yang berbahaya yang
terbanyak kurang mengetahui berjumlah 13 anak (100%) sedangkan yang cukup
mengetahui dengan persentase (0%)

Table 39. Wanita usia subur


Frekuens
Wanita usia subur i %
WUS 26 79%
Bukan WUS 7 21%
Jumlah 33 100%
Table diatas menunjukan Wanita usia subur yang terbanyak wus 26 jiwa (79%)
sedangkan yang bukan wus dengan persentase (21%)

Table 40. keikutsertaan pus dalam program KB


Keikut sertaan pus dalam program KB Frekuensi %
KB 22 73%
Tidak KB 8 27%
Jumlah 30 100%
Table diatas menunjukan keikutsertaan pus dalam program KB yang terbanyak
menggunakan KB 22 pus (73%) sedangkan yang tidak KB dengan persentase (27%)
Table 41. jenis kontrasepsi yang diikuti
Jenis kontrasepsi yang diikuti Frekuensi %
Suntik 6 20%
Pil 16 53%
Tidak ada 8 27%
Jumlah 30 100%
Table diatas menunjukan jenis kontrasepsi yang diikuti yang terbanyak pil 16 jiwa
(53%) sedangkan yang suntik dengan persentase (20%)

KESEHATAN USIA LANSIA


Table 42. status gizi lansia
Status gizi lansia Frekuensi %
Lebih 0 0%
Normal 4 57%
Kurang 3 43%
Jumlah 7 100%
Table diatas menunjukan kesehatan dalam 3 bulan terakhir yang terbanyak berjumlah
4 jiwa (57%) sedangkan yang kurang dengan persentase (43%)

Table 43. kesehatan dalam 3 bulan terakhir


Frekuensi
Keluhan kesehatan dalam 3 bulan terakhir
Ya % Tidak %
Fungsi penglihatan 7 100% 0 0%
Fungsi pendengaran 3 43% 4 57%
Fungsi pernafasan 2 29% 5 71%
Fungsi jantung 2 29% 5 71%
Fungsi pencernaan 2 29% 5 71%
Fungsi persarafan 1 14% 6 86%
Fungsi perkemihan 2 29% 5 71%
Jumlah 7 100% 7 100%
Table diatas menunjukan keluhan kesehatan 3 bulan terakhir yang tebanyak 7 jiwa (100%)
sedangkan fungsi persyrafan dengan persentase (14%)

Table 44. riwayat penyakit saat ini dusun majulea bawah


frekuensi
Riwayat penyakit saat ini
ya % tidak %
penyakit kulit 1 14% 6 86%
asam urat 3 43% 4 57%
sesak nafas 1 14% 6 86%
tidak ada penyakit 1 14% 6 86%
Jumlah 7 100% 7 100%
Table diatas menunjukan Riwayat penyakit saat ini asam urat terbanyak berjumlah 3
jiwa (43%) sedangkan asam urat, sesak nafas, dan tidak ada penyakit dengan
persentase (14%)

Table 45. pola perilaku kesehatan


Frekuensi
Pola perilaku kesehatan tida
ya % k %
Kebiasaan makan ikan asin 2 29% 5 71%
Kebiasaan makan minum/manis 2 29% 5 71%
Kebiasaan makan
berlemak/gorengan 2 29% 4 57%
Minum kopi 4 57% 3 43%
Kebiasaan makan tinggi purin 4 57% 3 43%
Periksa ke puskesmas/rumah sakit 6 86% 1 14%
Periksa ke posiandu lansia 4 57% 3 43%
Mengkonsumsi obat-obatan bebas 4 57% 3 43%
Kebiasaan olahraga 4 57% 3 43%
Jumlah 7 100% 7 100%
Table diatas menunjukan bawah pola perilaku kesehatan periksa ke puskesmas/rumah
sakit sebanyak berjumlah 6 jiwa (86%) sedangkan kebiasaan makan ikan asin,
kebiasaan makan minum/manis, dan kebiasaan makan berlemak/gorengan dengan
persentase (29%)

Table 46. pola makan


Pola makan Frekuensi %
Baik 6 86%
Cukup 1 14%
Kurang 0 0%
Jumlah 7 100%
Tabel diatas menunjukan bawah pola makan baik yang terbanyak berjumlah 6
jiwa (86%) sedangkan yang kurang dengan persentase (0%)

Table 47. pola minum


Frekuens
Pola minum i %
Baik 6 100%
Cukup 0 0%
Kurang 0 0%
Jumlah 6 100%
Table diatas menunjukan pola minum baik yang terbanyak berjumlah 6 jiwa
(100%) sedangkan yang cukup dan kurang dengan persentase (0%)

Table 48. pola BAB/BAK


Pola BAB/BAK Frekuensi %
Baik 5 71%
Cukup 1 14%
Kurang 1 14%
Jumlah 7 100%
Table diatas menunjukan pola tidur yang terbanyak kurang berjumlah 3 jiwa
(43%) sedangkan yang cukup dan kurang dengan persentase (14%)

Table 49. pola tidur lansia dusun majulea bawah


frekuensi
pola tidur i %
Baik 2 29%
Cukup 2 29%
Kurang 3 43%
Jumlah 7 100%
Table diatas menunjukan bahwa yang terbanyak berjumlah 3 jiwa (100%)
sedangkan yang baik dan cukup dengan persentase (29%)

Table 50. aktivitas olahraga


Frekuens
Olahraga i %
Baik 0 0%
Cukup 0 0%
Kurang 7 100%
Jumlah 7 100%
Table diatas menunjukan aktivitas olahraga yang kurang berjumlah 7 jiwa (100%)
sedangkan yang baik dan cukup persentase (0%)

Table 51. risiko injury


Frekuensi
Risiko injuri
ya % tidak %
Lantai rumah licin 2 29% 5 71%
Tangga yang tidak ada pengaman 6 86% 1 14%
Kamar mandi licin 1 14% 6 86%
Penerangan dalam rumah cukup 4 57% 3 43%
Lantai sekitar rumah cukup 2 29% 5 71%
Lingkungan sekitar rumah berbatu-batu
dan tidak rata 5 71% 2 29%
Selokan terbuka di sekitar rumah 5 71% 2 29%
Tidak ada faktor risiko injuri lansia 2 29% 5 71%
Jumlah 7 100% 7 100%
Table diatas menunjukan lingkungan fisik sebagai faktor injuri tangga yang tidak ada
pengaman berjumlah 6 jiwa (86%) sedangkan kamar mandi licin dengan
persentase (14%)

Table 52. fasilitas kesehatan yang digunakan lansia


Fasilitas kesehatan yang digunakan lansia Frekuensi %
RS 0 0%
Puskesmas 4 57%
Dokter praktek 1 14%
Klinik 0 0%
Perawat/bidan praktek 2 29%
Jumlah 7 100%
Table daiatas menunjukan fasilitas kesehatan yang digunakan lansia yang terbanyak
puskesmas sebanyak 4 jiwa (100%)sedangkan yang di klinik dengan persentase
(0%)

Table 53. pemeriksaan kesehatan lansia secara teratur


Pemeriksaan kesehatan lansia secara teratur Frekuensi %
Teratur 7 100%
Tidak teratur 0 0%
Jumlah 7 100%
Table diatas menunjukan pemeriksaan kesehatan lansia secara teratur berjumlah 7
jiwa (100%) sedangkan yang tidak teratur dengan persentase (0%)

Table 54. kepemilikan jaminan kesehatan


Frekuens
Kepemilikan jaminan kesehatan i %
Askes/BPJS 2 29%
KIS/JAM kesda 5 71%
Lain-lain 0 0%
Tidak ada 0 0%
Jumlah 7 100%
Table diatas menunjukan kepemilikan jaminan kesehatan kis/ jam kesda terbanyak
berjumlah 5 jiwa (71%) sedangkan yang tidak ada dengan persentase (0%)
Table 55. upaya lansia mengatasi masalah kesehatan
Upaya lansia mengatasi masalah kesehatan Frekuensi %
Beli obat di warung 1 14%
Di bawa ke sarana kesehatan 6 86%
Diberi obat tradisional 0 0%
Di bawa ke dukun 0 0%
Jumlah 7 100%
Tabel diatas menunjukan . upaya lansia mengatasi masalah kesehatan dibawah kesaran
kesehatan terbanyak 6 jiwa (86%) sedangkan diberi obat tradisional dan dibawah kedukun
dengan persentase (0%)

Table 56. kegiatan sosial landia di lingkungan


Kegiatan sosial lansia di lingkungan Frekuensi %
Berbincang dengan tetangga 7 100%
Tidak ada 0 0%
Jumlah 7 100%
Tabel diatas menunjukan upya lansia mengatasi masalah kesehatan berbincang dengan
tetangga terbanyak 7 jiwa (100%) sedangkan yang tidak ada dengan persentase (0%)

Table 57. pengetahuan tentang cara pencegahan dan perawatan penyakit


Jumlah pengetahuan tentang pencegahan dan perawatan penyakit Frekuensi %
Sudah tau dan jelas 0 0%
Tahu tapi belum jelas 4 57%
Belum tahu 3 43%
Jumlah 7 100%
Tabel diatas menunjukan . jumlah pengetahuan tentang pencegahan dan perawatan
penyakit tahu tapi belum jelas terbanyak 4 jiwa (57%) sedangkan sudah tahu dan jelas
dengan persentase (0%)

KESEHATAN DEWASA PEKERJA

Table 58. penyakit yang di derita orang dewasa dalam keluarga


Penyakit yang di derita orang dewasa dalam keluarga Frekuensi %
Nyeri punggung 0 0%
Nyeri pinggang 1 3%
Asam urat 2 5%
Gastritis 1 3%
Tidak ada 36 90%
Jumlah 40 100%
Tabel diatas menunjukan penyakit yang diderita orang dewasa dalam keluarga tidak ada
sebanyak 36 jiwa (90%) sedangkan nyeri punggung dengan persentase (0%)

tabel 59. Pola perilaku kesehatan orang dewasa dusun majulea bawah
Frekuensi
Pola perilaku orang dewasa
Ya % Tidak %
Kebiasaan makan asin 12 30% 28 70%
Kebiasaan makan/minum manis 15 38% 25 63%
Kebiasaan makan berlemak/gorengan 20 50% 20 50%
Kebiasaan makan tinggi purin 5 13% 35 88%
Minum kopi > 1 gelas/hari 12 30% 28 70%
Minum miras/alkohol 0 0% 40 100%
Tidak pernah sarapan pagi 18 45% 22 55%
Tidak menggunakan alat pelindung diri saat
bekerja 3 8% 37 93%
Jumlah 40 100% 40 100%
Tabel diatas menunjukan pola perilaku yang diderita orang dewasa kebiasaan makan
berlemak/gorengan terbanyak 20 jiwa (50%) sedangkan tidak menggunakan alat
pelindung disaat bekerja dengan persentase (8%)

PENGKAJIAN SUB SISTEM UNTUK SELURUH KOMUNITAS


Table 60. jumlah kamar tidur dalam keluarga
Jumlah kamar tidur Frekuensi %
Tidak ada kamar tidur 1 2%
1 kamar tidur 4 9%
2-3 kamar tidur 38 86%
> 3 kamar tidur 1 2%
Jumlah 44 100%
Table diatas menunjukan jumlah kamar tidur dalam keluarga yang terbanyak 2-3 kamar
tidur berjumlah 38 KK (86%) sedangkan 1 kamr tidur dengan persentase (9%)

Table 61. kebiasaan membuka jendela


Kebiasaan membuka jendela Frekuensi %
Ya 35 80%
Tidak 9 20%
Jumlah 44 100%
Table diatas menunjukan kebiasaan membuka jendela yang terbanyak katakana Ya
berjumlah 35 KK (80%) sedangkan yang tidak dengan persentase (20%)

Table 62. kebiasaan menjemur Kasur


Frekuens
Kebiasaan menjemur kasur i %
Ya 34 77%
Tidak 10 23%
Jumlah 44 100%
Table diatas menunjukan kebiasaan menjemur Kasur yang terbanyak katakan Ya
berjumlah 34 KK (77%) sedangkan yang tidak dengan persentase (23%)

Table 63. jenis lantai rumah


Jenis lantai rumah Frekuensi %
Tanah 1 2%
Plester,ubin,kramik. 42 95%
Papan,kayu 1 2%
Jumlah 44 100%
Table diatas menunjukan jenis lantai rumah yang terbanyak plester, ubin, keramik
berjumlah 42 KK (95%) sedangkan tanah dan papa atau kayu dengan persentase
(2%)

Table 64. tipe bangunan


Frekuens
Tipe bangunan i %
Permanen 26 59%
Non permanen 1 2%
Semi permanen 17 39%
Jumlah 44 100%
Table diatas menunjukan tipe bangunan yang terbanyak tipe permanen berjumlah 26
KK (59%) sedangkan yang non permannen dengan persentase (2%)
Table 65. kebersihan dalam rumah dan pekarangan
Kebersihan dalam rumah dan pekarangan Frekuensi %
Besih 32 73%
Kurang bersih 12 27%
Tidak bersih 0 0%
Jumlah 44 100%
Table diatas menunjukan kebersihan dalam rumah tangga dan pekarangan yang
terbanyak bersih berjumlah 32 KK (73%) sedangkan yang tidak bersih persentase
(0%)

Table 66. pencahayaan dalam rumah


Frekuens
Pencahayaan dalam rumah i %
Baik 36 82%
Kurang 8 18%
Jumlah 44 100%
Table diatas menunjukan pencahayaan dalam rumah yang terbanyak pencahayan baik
berjumlah 36 KK (82%) sedangkan yang kurang dengan persentase (18%)

Table 67. sumber air untuk dimasak dan diminum


Sumber air untuk masak dan minum Frekuensi %
Sumur pompa 0 0%
Sumur gali 0 0%
Mata air 43 98%
Air sungani 0 0%
Galon 1 2%
Jumlah 44 100%
Table diatas menunjukan sumber air untuk di masak dan diminum yang terbanyak
menggunakan mata air berjumlah 43 KK (98%) sedangkan sumur pompa, sumur gali,
dan air sungai dengan persentase (0%)

Table 68. kebiasaan keluarga melakukan pengurasan penampungan air


Kebiasaan keluarga melakukan pengurasan penampungan air Frekuensi %
1 kali seminggu 13 30%
2 kali seminggu 3 7%
> 2 kali seminggu 8 18%
Lain-lain 20 45%
Jumlah 44 100%
Table diatas menunjukan bawah kebiasaan keluarga dalam pengurasan penampungan
yang terbanyak 20 KK (45%) sedangkan yang 2 kali seminggu dengan persentase (7%)

Table 69. jarak sumber air dengan penampungan kotoran


Jarak sumber air dengan penampungan
kotoran Frekuensi %
<5M 0 0%
5-10 M 0 0%
> 10 M 44 100%
Jumlah 44 100%
Table diatas menunjukan jarak sumber air dengan penampungan kotoran yang terbanyak
lebih dari 10M berjumlah 44 KK (100%) sedangkan < 5 M, 5- 10 M dengan persentase (0%)

Table 70. keadaan fisik air


Keadaan fisik air Frekuensi %
Berwarna 0 0%
Berbau 0 0%
Berasa 0 0%
Tidak berbau, tidak berwarna, tidak
berasa 44 100%
Jumlah 44 100%
Table diatas menunjukan keadaan fisik air yang terbanyak tidak berbau dan berwarna
berjumlah 44 KK (100%) sedangkan yang berwarna, berbau, dan berasa dengan
persentase (0%)

Table 71. penampungan air untuk di masak dan minum


Penampungan air untuk masak dan minum Frekuensi %
Terbuka 2 5%
Tertutup 42 95%
Jumlah 44 100%
Table diatas menunjukan penampungan air untuk di masak dan minum yang
terbanyak tertutup berjumlah 42 KK (95%) sedangkan yag terbuka dengan
persentase (5%)

Table 72. tempat pembungan sampah


Tempat pembuangan Frekuens
sampah i %
Ada 17 39%
Tidak ada 27 61%
Jumlah 44 100%
Table diatas menunjukan tempat pembuangan sampah yang terbanyak tidak ada
berjumlah 27 KK (61%) sedangkan yang ada dengan persentase (39%)

Table 73. pengelolaan sampah


Pengolahan sampah Frekuensi %
Dibakar 31 70%
Ditimbun 1 2%
Dibuang ke sungai/got 11 25%
Lain-lain 1 2%
Jumlah 44 100%
Table diatas menunjukan pengelolaan sampah yang terbanyak di bakar berjumlah 31
KK ( 70%) sedangkan yang ditimbun persentase (2%)

Table 74. tempat pembuangan tinja


Tempat pembuangan tinja Frekuensi %
Ada 43 98%
Tidak ada 1 2%
Jumlah 44 100%
Table diatas menunjukan tempat pembuangan sampah yang terbanyak ada berjumlah
43 KK (98%) sedangankan yang tidak ada persentase (2%)

Table 75. kondisi jamban


Kondisi jamban Frekuensi %
Bersih 43 100%
Tidak bersih 0 0%
Jumlah 43 100%
Table diatas menunjukan kondisi jamban yang terbanyak bersih berjumlah 44 KK
(100%) sedangkan yang tidak bersih dengan persentase (0%)

Table 76. pembuangan air limbah


Pembuangan air limbah Frekuensi %
Ada saluran air limbah 43 98%
Tidak ada saluran air limbah 1 2%
Jumlah 44 100%
Table diatas menunjukan pembuangan air limbah yang terbanyak ada saluran air
limbah berjumlah 43 KK (98%) sedangkan yang tidak ada saluran air limbah
persentase (2%)

Table 77. saluran air limbah


Frekuens
Saluran air limbah i %
Terbendung/mampet 0 0%
Lancar 44 100%
Jumlah 44 100%
Table diatas menunjukan saluran air limbah yang terbanyak lancar berjumlah 44 KK
(100%) sedangkan yang terbendung/mampet persentase (0%)

Table. 78. sarana pelayanan kesehatan yang sering dimanfaatkan


Sarana pelayanan kesehatan yang
Frekuensi %
sering dimanfaatkan keluarga
Puskesmas/pustu 37 84%
RS 2 5%
Dokter praktik 3 7%
Bidan praktik 1 2%
Perawat praktik 1 2%
Lain-lain 0 0%
Jumlah 44 100%
Table diatas menunjukan sarana pelayanan kesehatan yang terbanyak
puskesmas/pustu berjumlah 37 KK (84%) sedangkan bidan praktik dan perawat
praktik dengan persentase (2%)

Table. 79 kepuasaan keluarga terhadap pelayanan kesehatan


Kepuasan keluarga terhadap pelayanan
Frekuensi %
yang diberikan sarana kesehatan
Sangant puas 1 2%
Puas 41 93%
Cukup puas 0 0%
Kurang puas/tidak puas 2 5%
Jumlah 44 100%
Table diatas menunjukan kepuasan keluarga terhadap pelayanan kesehatan yang
terbanyak puas berjumlah 41 KK (93%) sedangkan yang cukup puas dengan persentase
(0%)
Analisa data
N Diagnosa Penyebab Data

1. Resiko peningkatan penyakit tidak Pola hidup tidak  Masyarakat


menular (hipertensi, gout arthritis) sehat yang
menderita
penyakit
hipertensi
dusun Majulea
bawah dalam 1
tahun terakhir
dengan
presentase
(2%)
 Masyarakat
yang
menderita
penyakit gout
arthritis dusun
Majulea bawah
dalam 1 tahun
terakhir
dengan
presentase
(2%)

 Masyarakat
yang
menderita
penyakit
hipertensi saat
ini di dusun
Majulea bawah
dengan
presentase
(4%)
 Masyarakat
yang
menderita
penyakit gout
athritis saat ini
di dusun
Majulea bawah
dengan
presentase
(1%)
 Masyarakat
yang
mengkonsumsi
Kebiasaan
makan tinggi
purin pada
lansia dusun
Majulea bawah
dengan
presentase
(57%)
 Masyarakat
dengan tidak
memiliki
kebiasaan
berolahraga
pada lansia
dusun majulea
bawah dengan
presentase
(100%)
 Masyarakat
dengan
kebiasaan
makan
gorengan
dusun majulea
bawah pada
orang dewasa
dengan
presentase
(50%)
2. Pemeliharaan kesehatan komunitas Ketidakmampuan  Anak dengan
tidak efektif menggunakan kebiasaan
layanan kesehatan mengkonsumsi
jajanan di
warung dusun
Majulea bawah
dengan
presentase
(100%)
 Pengetahuan
anak tentang
makanan yang
berbahaya,
anak yang
kurang
mengetahui di
dusun Majulea
bawah dengan
presentase
(100%)

 status gizi
lansia di dusun
Majulea bawah
ada yang
kurang dengan
presentase
(43%)
 kebiasaan
minum kopi
pada lansia
dengan
presentase
(57%)
 Lansia dusun
majulea bawah
yang
mengkonsumsi
obat-obatan
bebas dengan
presentasi
(57%)
 Masyarakat
dengan jenis
lantai rumah
plester,
masyarakat
dusun Majulea
bawah dengan
presentase
(95%)
3. Resiko terjadinya penyakit infeksi Kurangnya motivasi  kebiasaan
(seperti diare, thyfus abdominalis, masyarakat dalam mencuci
DBD) kebersihan tangan anak di
lingkungan dusun Majulea
bawah dengan
presentase
(60%)
 kebiasaan
memotong
kuku anak di
dusun
manjulea
bawah dengan
presentase
(57%)
 Masyarakat
dengan
kebersihan
dalam rumah
dan
perkarangan
rumah dusun
Majulea bawah
yang kurang
bersih dengan
presentase
(27%)
 Masyarakat
dengan
pembuangan
sampah dusun
Majulea bawah
sebagian besar
tidak memiliki
tempat
pembuangan
sampah,
dengan
presentase
(61%)
 Masyarakat
dengan
pengolahan
sampah di
dusun Majulea
bawah yang
dibakar dengan
presentase
(70%) dan
yang di buang
ke sungai
dengan
presentase
(25%)
DIAGNOSA KEPERAWATAN KOMUNITAS

No DIAGNOSA KEPERAWATAN KOMUNITAS


1. Resiko peningkatan penyakit tidak menular seperti hipertensi, gout arthritis
pada dusun majulea bawah berhubungan dengan pola hidup tidak sehat
2. Pemeliharaan kesehatan komunitas tidak efektif pada dusun majulea bawah
berhubungan dengan Ketidakmampuan menggunakan layanan kesehatan
3. Resiko terjadinya penyakit infeksi seperti diare, thyfus abdominalis, DBD pada
dusun majulea bawah berhubungan dengan Kurangnya motivasi masyarakat dalam
kebersihan lingkungan

Dari hasil analisis data, didapatkan data yang kemudian dilakukan penapisan
masalah untuk menentukan prioritas masalah, adapun penapisan\ tersebut dapat
dilihat sebagai berikut :

Kriteria
No Diagnosa Keperawatan Jumlah Keterangan
A B C D E F G H I J K L
1 Resiko peningkatan 4 4 2 2 3 2 5 3 2 4 2 4 37 Keterangan kriteria :
penyakit tidak menular A. Sesuai dengan
seperti hipertensi, gout peran perawat
arthritis pada dusun komunitas
majulea bawah B. Resiko terjadi
berhubungan dengan pola C. Resiko parah
hidup tidak sehat D. Potensi untuk
pendidikan
kesehatan
E. Interest untuk
komunitas
F. Kemungkinan
diatasi
G. Relevan
dengan
program
H. Tersedianya
tempat
I. Tersedianya
waktu
J. Tersedianya
dana
K. Tersedianya
fasilitas
L. Tersedianya
sumberdaya
2 Pemeliharaan kesehatan 4 3 4 2 2 3 4 3 2 4 2 4 37 Keterangan
komunitas tidak efektif pembobotan :
pada dusun majulea 1. sangat rendah
bawah berhubungan 2. rendah
dengan Ketidakmampuan 3. Cukup
menggunakan layanan 4. Tinggi
kesehatan
5. Sangat tinggi

3 Resiko terjadinya penyakit 4 5 4 2 2 3 4 3 2 4 4 4 41


infeksi seperti diare,
thyfus abdominalis, DBD
pada dusun majulea
bawah berhubungan
dengan Kurangnya
motivasi masyarakat
dalam kebersihan
lingkungan
Diagnosa Pentingnya Perubahan Positif Penyelesaian Total
Keperawatan Penyelesaian Untuk Untuk Peningkatan Score
Masalah Penyelesaian Di Kualitas Hidup
1: rendah Komunitas 0 : tidak ada
0 : tidak ada 1 : rendah
2: sedang
1 : rendah 2 : sedang
3: tinggi
2 : sedang
3 : tinggi
3 : tinggi

Resiko peningkatan 3 2 2 7
penyakit tidak
menular seperti
hipertensi, gout
arthritis pada dusun
majulea bawah
berhubungan dengan
pola hidup tidak
sehat

Pemeliharaan 2 3 2 7
kesehatan komunitas
tidak efektif pada
dusun majulea bawah
berhubungan dengan
Ketidakmampuan
menggunakan layanan
kesehatan

Resiko terjadinya 3 3 2 8
penyakit infeksi
seperti diare, thyfus
abdominalis, DBD
pada dusun majulea
bawah berhubungan
dengan Kurangnya
motivasi masyarakat
dalam kebersihan
lingkungan

PLANNING OF ACTION (POA)

PENANGG
RENCANA WAKTU
NO MASALAH UNG TEMPAT KEGIATAN
KEGIATAN KEGIATAN
JAWAB
1. Resiko Penyuluhan Mahasiswa Jumat, 9 Rumah warga RT 05
peningkatan tentang desember dan RT 06 dusun
penyakit penyakit 2022 Majulea bawah
tidak hipertensi da
menular gout arthritis

2. Pemeliharaa Senam lansia & Mahasiswa Sabtu,10 Pustu


n kesehatan jajanan sehat desember
komunitas untuk balita 2022
tidak efektif
3. Resiko Kerja bakti Mahasiswa Sabtu, 10 musholah
timbulnya desember
penyakit 2022
tidak
menular

IMPLEMENTASI

SATUAN ACARA PENYULUHAN


SAP (SATUAN ACARA PENYULUHAN)
GOUT ATRITIS

Hari/tgl : jum’at, 09 Desember 2022

Pukul : 16.30 WITA

Durasi : 30 menit

Tempat : Dusun MAJULEA BAWAH RT 05 dan RT 06

Sasaran : Masyarakat MAJULEA BAWAH RT 05 dan RT 06

Topik : Goutatritis/asam urat

Sub Topik : Pengertian, penyebab, tanda dan gejala dari penyakit asam urat,

bahaya, serta cara pengobatan dan tips bagi penderita asam urat
A. Latar Belakang
Asam urat adalah senyawa turunan purina. Kelebihan (hiperurisemia,
hyperuricemia) atau kekurangan (hipourisemia,  hyporuricemia) kadar asam urat
dalam plasma darah ini sering menjadi indikasi adanya penyakit atau gangguan pada
tubuh manusia. Pada manusia, asam urat adalah produk terakhir lintasan katabolisme
nukleotida purina, sebab tiadanya enzim urikase yang mengkonversi asam urat menjadi
alantoin. Kadar asam urat yang berlebih kemudian akan menimbulkan batu ginjal dan
atau pirai di persendian.

Penyakit asam urat merupakan akibat dari konsumsi zat purin secara berlebihan.
Purin diolah tubuh menjadi asam urat, tapi jika kadar asam urat berlebih, ginjal tidak
mampu mengeluarkan sehingga kristal asam urat menumpuk dipersendian. Akibatnya
sendi terasa nyeri, bengkak dan meradang. Purin sendiri adalah zat yang terdapat
dalam setiap bahan makanan yang berasal dari tibuh makhluk hidup. Dengan kata lain,
dalam tubuh makhluk hidup terdapat zat purin ini, lalu karena makhluk tersebut 
dimakan, maka zat tersebut pindah ketubuh yang memakannya. Berbagai tumbuhan
dan buahan juga terdapat zat purin. Selain itu purin juga dapat berasal dari perusakan
sel-sel tubuh secara normal ataupun karena adanya penyakit.

Penyakit asam urat biasanya menyerang pada usia lanjut. Dewasa ini penyakit
asam urat sudah tidak asing lagi dikalangan masyarakat terutama masyarakat di
perkampungan atau pedesaan. Banyak masyarakat yang menderita penyakit asam urat
tidak mengetahui penyebab dari penyakit asam urat dan tidak mengetahui makanan
atau apa saja yang harus dihindari untuk dikonsumsi. Oleh karena itu penyuluhan ini
dilakukan untuk memberikan edukasi ke masyarakat agar masyarakat lebih mengerti
dan memahami apa itu penyakit asam urat serta apa yang harus dihindari atau
pencegahannya.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum: Setelah diberikan penyuluhan, sasaran diharapkan mampu
memahami penyakit Asam Urat.
2. Tujuan Khusus:
Setelah diberikan penyuluhan selama 25 menit diharapkan sasaran dapat:
a. Menjelaskan pengertian penyakit Asam Urat tanpa melihat leaflet
b. Menjelaskan faktor resiko dan penyebab penyakit Asam Urat tanpa melihat
leaflet
c. Menjelaskan tanda dan gejala penyakit Asam Urat tanpa melihat leaflet
d. Menjelaskan akibat penyakit Asam Urat tanpa melihat leaflet
e. Menjelaskan kembali pencegahan penyakit Asam Urat tanpa melihat leaflet

C. Materi Penyuluhan
1. Pengertian penyakit Asam Urat
2. Faktor resiko dan penyebab penyakit Asam Urat
3. Tanda dan gejala penyakit Asam Urat
4. Akibat penyakit Asam Urat
5. Pengobatan dan tips bagi penderita penyakit Asam Urat

D. Strategi Pelaksanaan

Metode: Ceramah, diskusi, dan tanya jawab

TAHAP KEGIATAN WAKTU


Orientasi (pembukaan) 1. Memberikan salam dan 5 menit
memperkenalkan diri
2. Menyampaikan maksud dan tujuan dari
penyuluhan
3. Menjelaskan pokok pembahasan
4. Mengkaji tingkat pengetahuan sasaran
terhadap materi yang akan disampaikan.
Working 1. Menjelaskan pada sasaran tentang: 15 menit
(penyampaian materi)  Menjelaskan pengertian penyakit
Asam Urat
 Menyebutkan penyebab penyakit
Asam Urat
 Menyebutkan tanda gejala penyakit
Asam Urat
 Menyebutkan faktor resiko terkena
penyakit Asam Urat
 Menyebutkan akibat penyakit Asam
Urat
 Menyebutkan pengobatan dan tips
bagi penderita penyakit Asam Urat

2. Melakukan tanya jawab tentang materi


penyuluhan
h.
Terminasi (penutup ) 1. Mengevaluasi materi yang telah 10 menit
disampaikan dengan pertanyaan terarah
2. Memberikan reinforcement positif
3. Menyimpulkan hasil penyuluhan
4. Salam penutup

Dari hasil analisis data, didapatkan data yang kemudian dilakukan penapisan
masalah untuk menentukan prioritas masalah, adapun penapisan\ tersebut dapat
dilihat sebagai berikut :

D. Media
1. Leaflet
E. Evaluasi

Evaluasi dilaksanakan selama proses dan pada akhir kegiatan penkes dengan
memberikan pertanyaan secara lisan dan sasaran mampu menjawab pertanyaan di
bawah ini dengan benar:
1. Apakah yang dimaksud dengan penyakit Asam Urat?
2. Apa saja yang dapat menyebabkan penyakit Asam Urat?
3. Apa tanda dan gejala yang sering muncul pada penderita penyakit Asam Urat?
4. Apa bahaya yang dapat ditimbulkan oleh penyakit Asam Urat?
5. Bagaimana cara pengobatan dan tips bagi penderita penyakit Asam Urat?

F. Materi
Terlampir
MATERI ASAM URAT
A. Pengertian
Asam urat merupakan zat sisa dari pemecahan purin yang dibentuk oleh tubuh pada
saat regenerasi sel. Kadar asam urat normal adalah 2,4-5,7 mg/dl pada wanita dan 3,7-7
mg/dl pada pria. Normalnya, asam urat larut dalam darah dan dikeluarkan dari tubuh
melalui urin. Secara umum asam urat adalah sisa metabolisme zat purin yang berasal dari
makanan yang kita konsumsi. Purin sendiri adalah zat yang terdapat dalam setiap bahan
makanan yang berasal dari tubuh makhluk hidup. Dengan kata lain, dalam tubuh makhluk
hidup terdapat zat purin ini, lalu karena kita memakan makhluk hidup tersebut, maka zat
purin tersebut berpindah ke dalam tubuh kita. Berbagai sayuran dan buah-buahan juga
terdapat purin. Purin jugadihasilkan dari hasil perusakan sel-sel tubuh yang terjadi secara
normal atau karena penyakit tertentu (Hidayat, 2007)
Penyakit asam urat atau dalam bahasa inggris gout atau penyakit pirai. Gout atau
pirai adalah peradangan yang banyak dirasakan pada persendian otot atau urat dalam
tubuh. Penyakit asam urat sangat erat kaitannya dengan meningakatnya kadar asam urat
dalam darah. Penyakit asam urat ini banyak dialami oleh pria dibandingkan wanita, karena
dalam hal ini wanita mempunyai hormon esterogen yang snagat tinggi yang berfungsi
sebagai salah satu hormon yang membantu pembuangan kadar usam urat yang terlampau
tinggi melalui pembuangan air seni.Penyakit asam urat mempunyai beberapa fase yaitu:
1. Fase asimtomatik

Merupakan fase awal.Bila dirasakan kadar asam urat meningkat namun tidak


menimbulkan gejala yang signifikan, hanya merasakn encok pada pinggang yang
menyebabkan tekanan darah tinggi atau sakit pada bagian punggung.
2. Fase akut

Dalam fase akut ini biasanya kadar asam urat naik secara tiba-tiba dan
dirasakan  pada malam hari menjelang pagi. Biasanya pada fase ini penderita asam urat
akan merasakan rasa nyeri yang begitu hebat pada bagian ibu jari kaki, namun akan
hilang secara perlahan dan dengan sendirinya dalam waktu 2 minggu.

3. Fase interkritikal

Merupakan masa bebas dari gejala sakit diantara dua serangan gout akut.
Banyak penderita yang mengalami serangan kedua dalam 6 bulan sampai 2 tahun.
Serangan yang tertunda tersebut dapat terjadi karena tidak diobati secara terus-
menerus.
4. Kronis

Jika gout tidak dirawat secara baik, akhirnya akan menjadi kronis. Pada kondisi
ini, rasa nyeri disendi berlangsung secara terus – menerus serta terdapat timbunan
kristal asam urat yang banyak didalam jaringan lunak, tulang rawan, selaput diantara
tulang dan rendo, timbunan asam urat tersebut membentuk tofus.adapun radang
kronik dan endapan asam urat, membuat persendian susah digerakan.

B. Penyebab Asam Urat

Menurut (Ahmad, 2011) penyebab asam urat yaitu :


1. Faktor dari luar
Penyebab asam urat yang paling utama adalah makanan atau faktor dari luar.
Asam urat dapat meningkat dengan cepat antara lain disebabkan karena nutrisi dan
konsumsi makanan dengan kadar purin tinggi.
2. Faktor dari dalam
Adapun faktor dari dalam adalah terjadinya proses penyimpangan metabolisme
yang umumnya berkaitan dengan faktor usia, dimana usia diatas 40 tahun atau manula
beresiko besar terkena asam urat. Selain itu, asam urat bisa disebabkan oleh penyakit
darah, penyakit sumsum tulang dan polisitemia, konsumsi obat – obatan, alkohol,
obesitas, diabetes mellitus jugabisa menyebabkan asam urat.

Makanan penyebab asam urat dan pantangan bagi penderita asam urat:
1. Makanan jeroan: hati, otak, babat, ginjal, limpa, usus,dan paru.
2. Daging: daging sapi, daging kuda dan daging kambing.
3. Ekstrak daging: dendeng dan abon.
4. Seafood: kepiting, cumi-cumi, kerang, sotong, remis, ikan sarden, ikan teri,tiram, udang.
5. Bebek: kalkun dan angsa.
6. Makanan kaleng: sarden, kornet sapi dll.
7. Buah-buahan: nanas dan durian.
8. Sayuran: bayam, buncis, kembang kol, jamur kuping, daun pepaya, daun singkong,
kangkung dan asparagus.
9. Kacang-kacangan: kacang tanah, tauge, kacang hijau, melinjo, emping, kacang kedelai
termasuk kedelai olahan seperti tempe,susu kedelai, oncom dan tauco.
10. Makanan gorengan, makanan yang dimasak dengan mentega atau margarin, makanan
bersantan.
11. Makanan yang mengandung lemak dan protein tinggi.
12. Keju, kaldu, kuah daging yang kental, es krim, air kelapa dan telur

C. Gejala Asam Urat


Beberapa gejala asam urat yang biasa dialami oleh penderita penyakit asam urat:
1. Pada waktu pagi yaitu pada saat bangun tidur dan pada waktu malam hari biasanya
persendian terasa nyeri.
2. Rasa nyeri pada sendi biasanya terjadi berulang kali.
3. Tanda yang ditimbulkan seperti rasa nyeri di persendian, linu, ngilu, kesemutan,
membengkak dan meradang berwarna kemerahan.
4. Nyeri di persendian biasanya terjadi di bagian seperti jari tangan, jari kaki, pergelangan
tangan, siku, tumit dan dengkul.
5. Untuk kasus yang lebih parah persendian akan mengalami sakit saat mengalami
pergerakan.

D. Bahaya Asam Urat


1. Bahaya Penyakit Asam Urat Pada Jantung
Hiperurikemia mempunyai hubungan yang jelas dengan angka kematian yang
disebabkan berbagai macam penyakit jantung dan pembuluh darah. Pada pasien
dengan hiperurikemia dan hipertensi terdapat meningkatnya risiko 3-5 kali timbulnya
penyakit jantung koroner dan strok dibandingkan dengan yang hanya menderita
hipertensi.Hiperurikemia juga berhubungan dengan sindroma metabolik (sindroma X)
atau resistensi insulin, yaitu kumpulan kelainan-kelainan dengan kadar insulin yang
meningkat di dalam darah, hipertensi, kadar trigliserida darah yang meningkat dan
kadar lemak ‘baik’ (HDL-cholesterol) yang rendah yang semuanya sering
menyebabkan penyakit jantung koroner.

2. Bahaya Penyakit Asam Urat Pada Ginjal


Penderita hiperurikemia mempunyai risiko menderita batu asam urat di dalam
perjalanan penyakitnya. Kurangnya pengeluaran asam urat melalui air seni bukan saja
meningkatkan pembentukan batu asam urat di ginjal tetapi juga batu kalsium
oksalat.Pembentukan batu asam urat ini juga dipengaruhi oleh bertambahnya
keasaman air seni dan tingginya kadar asam urat di dalam air seni, sedangkan disisi
lain bahwa adanya zat sitrat dan glikosaminoglikan dapat menghambat pembentukan
batu tersebut. Selain daripada kadar asam urat yang tinggi di dalam urine, faktor-
faktor lainnya yang mempengaruhi pembentukan batu asam urat berupa volume air
seni yang lebih sedikit.Adanya batu asam urat menyebabkan peninggian tekanan di
dalam ginjal dan penekanan pembuluh-pembuluh darah yang menyebabkan
bertambah tebalnya dinding pembuluh darah dan berkurangnya aliran darah ke ginjal
dengan akibat kerusakan pada ginjal seperti ginjal mengecil, ginjal bengkak, ginjal
bocor, gagal ginjal dll.

E. Pengobatan Pasien Asam Urat

Cara mengobati asam urat:


1. Segera kurangi atau kalau bisa hentikan mengkonsumsi makanan yang tinggi purin
Anda terkana penyakit asam urat atomatis dalam tubuh anda telah terjadi
penumpukan asam urat dan ginjal anda tidak bisa mengatasi untuk mengeluarkan zat
asam urat. Segera hentikan mengkonsumi makanan-makanan yang banyak
mengandung purin.
2. Perbanyaklah minum air putih. Banyak minum air putih akan membantu untuk
mengencerkan dan melarutkan kadar asam urat. Dengan demikian ginjal akan lebih
ringan didalam mengeluarkan zat asam urat dari tubuh melalu urine. Banyak minum
air putih juga salah sata cara ringan untuk melakukan detoksifikasi atau pengeluaran
racun dalam tubuh termasuk asam urat.
3. Konsumsilah Obat Herbal Penurun Asam Urat Dan Penguat Ginjal
Sebenarnya kita tidak perlu lagi menengok obat-obatan kimia didalam mencegah,
mengatasi dan mengobati penyakit asam urat. Di alam sudah banyak sekali tersedia
bahan-bahan herbal berkualitas anti asam urat dan penurun asam urat. Namun perlu
Anda pahami bahwa penyakit asam urat muncul dikarenakan tingginya asam urat dan
ketidakmampuan organ ginjal untuk membuang zat hasil metabolisme purin tersebut.
Jadi dalam pengobatan penyakit asam urat harus juga mencari obat  herbal yang bisa
juga memperbaiki fungsi ginjal. Jadi penggunaan obat herbal penurun asam urat harus
dikombinasikan dengan herbal yang bisa memperbaiki fungsi ginjal sehingga proses
pengeluaran asam urat malalui urin berjalan lancar.

F. Tips Bagi Penderita Asam Urat

1. Banyak mengkonsumsi buah-buahan yang mengandung vitamin C seperti jeruk,


strawberry, pepaya.
2. Buah-buahan dan sayuran yang dapat membantu mengobati asam urat seperti buah
naga, belimbing wuluh, sawi putih, sawi hijau, tomat, jahe dll.
3. Makanlah makanan yang banyak mengandung potasium seperti pisang, yughurt dan
kentang.
4. Banyaklah mengkonsumsi karbohidrat kompleks seperti roti, singkong, ubi dan nasi.
5. Mengurangi mengkonsumsi permen, gula, sirup, arum manis, gulali.
6. Untuk orang gemuk sebaiknya menurunkan berat badan
7. Hindari minum obat aspirin
8. Hindari bekerja terlalu keras
9. Olahraga secara cukup.
10. Minum air putih 8 gelas sehari
SATUAN ACARA PENYULUHAN
HIPERTENSI

Pokok Bahasan : Hipertensi


Sasaran :Masyarakat Dusun Lee RT dan RT 4
Hari, Tanggal : jum’at, 09 Desember 2022
Tempat : Dusun MAJULEA BAWAH RT 05 dan RT 06
Pukul : 16.30 WITA
Penyuluh : Mahasiswa Poltekkes Poso

1. LATAR BELAKANG
Hipertensi adalah keadaan peningkatan tekanan darah yang memberi gejala yang
akan berlanjut untuk suatu target organ seperti stroke (untuk otak), penyakit jantung
koroner (untuk pembuluh darah jantung) dan left ventricle hypertrophy (untuk otot
jantung). Dengan target organ di otak yang berupa stroke, hipertensi adalah penyebab
utama stroke yang membawa kematian tinggi. Menurut Gunawan (2001) penyebab
hipertensi diantaranya karena faktor keturunan, ciri dari perseorangan serta kebiasaan
hidup seseorang. Seseorang memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan
hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi. Oleh karenanya pengelolaan
hipertensi oleh keluarga sangat penting untuk mencegah terjadinya hipertensi dan
menanggulangi komplikasi akibat hipertensi.
Hipertensi merupakan masalah kesehatan global yang membutuhkan perhatian
karena dapat menyebabkan kematian utama di Negara-negara maju maupun negara
berkembang. Menurut survey yang dilakukan oleh Word Health Organization (WHO)
pada tahun 2000, jumlah penduduk dunia yang menderita hipertensi untuk pria sekitar
26,6% dan wanita sekitar 26,1% dan diperkirakan pada tahun 2025 jumlahnya akan
meningkat menjadi 29,2% (Apriany, 2012). Prevalensi penderita hipertensi di Indonesia
terus terjadi peningkatan. Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) pada tahun
2000 sebesar 21% menjadi 26,4% dan 27,5% pada tahun 2001 dan 2004. Selanjutnya,
diperkirakan meningkat lagi menjadi 37% pada tahun 2015 dan menjadi 42% pada
tahun 2025. Menurut data Kementrian Kesehatan RI tahun 2009 menunjukkan bahwa
prevalensi hipertensi sebesar 29,6% dan meningkat menjadi 34,1% tahun 2010.
Prevalensi hipertensi pada umur ≥ 18 tahun menurut kabupaten/kota, Provinsi Bali,
Riskesdas 2013 prevalensi hipertensi di Kabupaten Klungkung sebesar 20,5%. Data
Dinas Kesehatan Provinsi Bali tahun 2014 menunjukkan, penyakit tidak menular
penyebab kematian terbesar di Bali disebabkan oleh penyakit Hipertensi. Jumlah
penderita hipertensi di tahun 2014 mencapai 8.886 kasus. "Data dihimpun dari 9 rumah
sakit pemerintah yang ada di Bali, penyakit hipertensi menjadi penyakit yang paling
banyak diderita masyarakat," terang Kepala Bidang Pengendalian Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan (P2PL) Dinas Kesehatan Provinsi Bali, dr. Gede Wira Sunetra, 
Jumat (24/4/2015).
Hipertensi kini menjadi masalah global karena prevalensinya yang terus
meningkat sejalan dengan perubahan gaya hidup seperti merokok, obesitas, inaktivitas
fisik dan stres psikososial. Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah persisten
dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg.
Pada populasi lanjut usia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg
dan tekanan diastolik 90 mmHg (Sheps,2005).
Hipertensi disebut “silent killer” karena sering tidak memiliki tanda-tanda
peringatan atau gejala, dan banyak orang tidak tahu mereka memilikinya. Selain dapat
menyebabkan serangan jantung, store dan masalah ginjal jika tidak segera diobati,
penyakit hipertensi ternyata juga mempengaruhi penglihatan mata atau dengan kata
lain meningkatkan resiko memiliki penyakit mata. Hipertensi dapat menyebabkan
kerusakan pada darah pembuluh di retina, daerah di belakang mata yang disebut
retinopati.
Penatalaksanaan hipertensi seperti kepatuhan diet, modifikasi lingkungan, dan
sebagainya merupakan hal penting yang dapat mengontrol hipertensi pada lansia.
Dalam melaksanakan pengobatan hipertensi ini, dukungan dan motivasi kepada lansia
penting dilakukan oleh keluarga, karena keluarga memberikan pengaruh yang penting
dalam mempercepat kesembuhan lansia. Dengan pemberian edukasi yang dilakukan
oleh perawat kepada keluarga mengenai hipertensi dan cara penanggulangannya
diharapkan tekanan darah lansia berada dalam kisaran normal serta mencegah
terjadinya kekambuhan stroke pada anggota keluarga yang menderita stroke
sebelumnya akibat hipertensi.

I. TUJUAN
A. Tujuan instruksional umum ( TIU )
Setelah diberikan penyuluhan mengenai Hipertensi selama 40 menit diharapkan
masyarakat dapat mengetahui dan memahami tentang penyakit hipertensi dan
penatalaksanaannya.

B. Tujuan instruksional khusus ( TIK )


Setelah dilakukan penyuluhan selama 40 menit, diharapkan sasaran dapat:
a. Menjelaskan pengertian Hipertensi dengan tepat
b. Menyebutkan penyebab Hipertensi dengan benar
c. Menyebutkan tanda dan gejala Hipertensi dengan benar
d. Menyebutkan komplikasi Hipertensi dengan benar
e. Menyebutkan cara pencegahan Hipertensi dengan benar

II. MATERI PENYULUHAN


Dalam penyuluhan materi yang disampaikan adalah :
a. Pengertian Hipertensi
b. Penyebab Hipertensi
c. Tanda dan gejala Hipertensi
d. Komplikasi Hipertensi
e. Pencegahan Hipertensi

III. KEGIATAN
No Kegiatan Waktu Penyuluh Peserta
1 Orientasi 2 Menit 1. Mengucapkan salam  Menjawab salam
2. Memperkenalkan diri  Menyimak
3. Menyampaikan maksud dan  Mendengarkan dan
tujuan penyuluhan menjawab
4. Menanyakan ketersediaan pertanyaan
5. Melakukan kontrak waktu
penyuluhan
6. Menyebutkan materi yang akan
disampaikan
7. Menanyakan pertanyaan
persepsi
2 Kerja 35 Menit 1. Menyampaikan dan  Mendengarkan
menjelaskan materi tentang dengan penuh
hiperteni yang meliputi: perhatian
a. Pengertian hipertensi  Menanyakan hal-
b. Penyebab hipertensi hal yang belum
c. Tanda dan gejala jelas
hipertensi  Memperhatikan
d. Pencegahan hipertensi jawaban dari
 Memberi kesempatan pasien
dan keluarga untuk bertanya penceramah
 Menjawab pertanyaan  Memperhatikan
 Demonstrasi dan mampu
mempraktekkan
3 Terminasi 3 Menit  Melakukan Evaluasi materi:  Sasaran dapat
a) Memberikan 5 pertanyaan menjawab tentang
yang berkaitan dengan pertanyaan yang
materi diajukan
b) Demonstrasi  Mendengar
 Mengakhiri pertemuan dan  Memperhatikan
penyampaian Terima Kasih  Menjawab salam
 Salam penutup

 Setting tempat
Bertempat di MAJULEA BAWAH RT 05 dan RT 06
IV. METODE
1. Ceramah
2. Tanya jawab
3. Evaluasi
V. MEDIA
1. Lefleat
VI. SUMBER
Effensy, Nasrul. 2012. Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC.
Brunner dan Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Vol I . Jakarta:EGC
Mansjoer, et al. 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius
Potter & Perry. (2006). Fundamental Keperawatan Jilid I. Jakarta: EGC
Price, Sylvia A. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis dan Proses Penyakit. Jakarta: EGC
Sujana, Wayan. 2011. Hipertensi Untuk Dicegah Dan Dihindari. (online). Avaible :
http://idijembrana.or.id/index.php?module=artikel&kode=13 (10-09-2016)
HIPERTENSI

A. Pengertian Hipertensi
Hipertensi adalah meningkatnya tekanan darah arteri yang peristen. Hipertensi atau
penyakit darah tinggi sebenarnya adalah suatu gangguan pada pembuluh darah yang
mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat sampai ke
jaringan tubuh yang membutuhkan. Menurut WHO (World Health Organization), batas
tekanan darah yang masih dianggap normal adalah 120-140 mmHg sistolik dan 80-90
mmHg diastolik. Jadi, seseorang disebut mengidap hipertensi bila tekanan darahnya selalu
terbaca di atas 140/90 mmHg. Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyararakat yang
serius, karena jika tidak terkendali akan berkembang dan menimbulkan komplikasi yang
berbahaya. Akibatnya bisa fatal karena sering timbul komplikasi, misalnya stroke
(pendarahan otak), penyakit jantung koroner, dan gagal ginjal.

B. Penyebab Hipertensi
Secara umum hipertensi disebabkan oleh :
 Asupan garam yang tinggi
 Strees psikologis
 Faktor genetik (keturunan)
 Kurang olahraga
 Kebiasaan hidup yang tidak baik seperti merokok dan alcohol
 Penyempitan pembuluh darah oleh lemak/kolesterol tinggi
 Peningkatan usia
 Kegemukan

Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua golongan, yaitu:


a. Hipertensi Primer (Esensial)
Hipertensi primer disebut juga hipertensi idiopatik karena tidak diketahui
penyebabnya. Faktor yang mempengaruhinya yaitu : genetic, lingkungan, hiperaktifitas
saraf simpatis sistem rennin. Anglotensin dan peningkatan Na + Ca intraseluler. Faktor-
faktor yang meningkatkan resiko : obesitas, merokok, alcohol dan polisitemia.
b. Hipertensi Sekunder
Penyebab yaitu : penggunaan estrogen, penyakit ginjal, sindrom cushing dan
hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan.
Hipertensi pada usia lanjut dibedakan atas :
a. Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg dan / atau
tekanan diastolic sama dengan atau lebih besar dari 90 mmHg.
b. Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih besar dari 160 mmHg dan
tekanan diastolic lebih rendah dari 90 mmHg.
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan-
perubahan pada:
a. Elastisitas dinding aorta menurun
b. Katup jantung menebal dan menjadi kaku
c. Kemampuan jantung memompa darah menurun
1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah
menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
d. Kehilangan elastisitas pembuluh darah
Hal ini terjadi karena kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi.
e. Meningkatnya resisten pembuluh darah perifer

C. Tanda dan Gejala Hipertensi


a. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan
tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hali ini
berari hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak
terukur.
b. Gejala yang lazim
1) Mengeluh sakit kepala, pusing
2) Lemas, kelelahan
3) Sesak nafas
4) Gelisah
5) Mual
6) Muntah
7) Kesadaran menurun
8) Mimisan

D. Komplikasi Hipertensi
Komplikasi dari penyakit hipertensi apabila tidak ditangani dengan baik dapat berdampak
pada :
1. Stroke
Tekanan darah yang terlalu tinggi dapat menyebabkan pecahnya pembuluh
darah otak (stroke). Stroke sendiri merupakan kematian jaringan otak yang terjadi
karena berkurangnya aliran darah dan oksigen ke otak. Biasanya kasus ini terjadi secara
mendadak dan menyebabkan kerusakan otak dalam beberapa menit (complete stroke).
2. Gagal jantung
Tekanan darah yang terlalu tinggi memaksa otot jantung bekerja lebih berat
untuk memompa darah dan menyebabkan pembesaran otot jantung kiri sehingga
jantung mengalami gagal fungsi. Pembesaran disebabkan kerja keras jantung memompa
darah.
3. Gagal ginjal
Tingginya tekanan darah membuat pembuluh darah dalam ginjal tertekan dan
akhirnya menyebabkan pembuluh darah rusak. Akibatnya fungsi ginjal menurun hingga
mengalami gagal ginjal. Ada dua jenis kelainan ginjal akibat hipertensi, yaitu
nefrosklerosis benigna dan nefrosklerosis maligna. Nefrosklerosis benigna terjadi pada
hipertensi yang sudah berlangsung lama sehingga terjadi pengendapan pada pembuluh
darah akibat proses menua. Hal ini menyebabkan permeabilitas (kelenturan) dinding
pembuluh darah berkurang. Sementara itu, nefrosklerosis maligna meruapakan
kelainan ginjal yang ditandai dengan naiknya tekanan diastole diatas 130 mmHg yang
terganggunya fungsi ginjal.
4. Kerusakan pada mata
Tekanan darah yang terlalu tinggi dapat menyebakan kerusakan pembuluh
darah dan saraf pada mata.

E. Pencegahan Hipertensi
Cara untuk mencegah hipertensi, yaitu :
a. Pencegahan dengan pola hidup sehat
Menerapkan pola hidup yang sehat dalam keseharian kita sangat penting dalam
pencegahan hipertensi. Sebaliknya pola hidup yang tidak sehat beresiko tinggi terkena
penyakit hipertensi.
Termasuk dalam pola hidup yang tidak sehat misalnya merokok, minum alkohol,
suka makan enak alias banyak mengandung kolesterol, makanan yang gurih dengan
kadar garam berlebih, minuman berkafein, dll. Sementara pada saat yang sama kurang
berolahraga atau kurang beraktifitas, sering stress, minim air putih, serta kurang makan
buah dan sayuran. Berikut ini adalah Daftar Buah yang dapat menurunkan tekanan
darah tinggi, antara lain:
1) Melon
Melon adalah sumber yang sangat baik dari vitamin A, vitamin C, thiamin
dan kalium. Satu cangkir melon (173 g) mengandung 484 mg kalium, ini setara
dengan 14 persen dari nilai kebutuhan harian yang direkomendasikan. Melon juga
merupakan sumber yang baik dari magnesium, asam folat dan vitamin B6.
2) Semangka
Semangka adalah salah satu buah yang mudah sekali didapat karena
memang banyak di Indonesia, banyak juga yang mengonsumsinya terutama ketika
tahu manfaatnya. Tahukah Anda bahwa buah semangka dapat menurunkan tekanan
darah tinggi karena kandungan L-citrulline. Zat ini akan membantu memebuat rileks
pembuluh darah, sehingga buah semangka bisa menjadi penurun darah tinggi.
3) Alpukat
Setengah potong buah alpukat memberikan 1% kalsium, 5% magnesium,
dan 10% kalium yang kita butuhkan setiap hari. Selain mengandung mineral yang
dapat menurunkan darah tinggi, buah alpukat juga kaya lemak tak jenuh tunggal
yang sehat bagi jantung.
4) Buah kiwi
Satu buah kiwi berukuran sedang menyediakan 2% kalsium, 7% magnesium,
dan 9% kalium yang kita butuhkan setiap hari. Memang buah ini jarang tersedia di
pasar tradisional, tapi dapat dengan mudah kita temui di supermarket. Selain itu,
buah kiwi juga kaya akan vitamin C, bahkan dengan ukuran yang sama lebih banyak
kandungan vitamin C nya daripada jeruk.
5) Pisang
Satu buah pisang ukuran sedang menyediakan 1% kalsium, 8% magnesium,
dan 12% kalium yang kita butuhkan setiap hari. Kadar kalium yang tinggi inilah
yang baik untuk menurunkan tekanan darah. Makanlah 2 buah pisang setiap hari
untuk hasil terbaik. Tambahkan satu pisang (ketiga) untuk mencegah penyakit
stroke, dan membantu bagi mereka yang memiliki riwayat keluarga stroke.
6) Jeruk
Aneka macam jeruk merupakan buah-buahan yang terkenal karena
kandungan vitamin C, artinya ini merupakan makanan tinggi nutrisi dan rendah
kalori. Dengan kandungan kalium sebanyak 326 mg dan tidak mengandung natrium,
maka ini merupakan salah satu buah penurun darah tinggi terbaik. Lemon juga
merupakan sumber potasium yang baik, kalsium, fosfor, vitamin A dan folat.
7) Buah Anggur
Pilihlah buah anggur yang matang untuk rasa dan kualitas terbaik.
Bioflavonoid yang ada dalam anggur tidak hanya membantu menurunkan tekanan
darah tinggi tetapi juga dapat membantu menurunkan kadar kolesterol. Anggur
sebanyak 123 g mengandung 166 mg kalium dan ini memenuhi 5 persen dari nilai
harian kalium yang direkomendasikan.
8) Aprikot
Aprikot merupakan sumber kalium dan vitamin A yang sangat baik. Dalam
satu cangkir aprikot kering (119 g) mengandung 2.202 mg kalium, mungkin ini
merupakan salah satu jenis makanan terbaik yang kaya akan kalium. Buah ini hanya
sedikit megandung natrium, lemak jenuh dan kolesterol.
9) Jambu Biji
Jika Anda ingin meniru hasil studi klinis yang dilakukan di India, maka Anda
harus makan jambu sebelum makan siang atau makan malam. Buah jambu ini
memiliki kadar kalium yang tinggi, kaya serat alami. Dengan demikian, buah jambu
bisa menurunkan darah tinggi dan membantu melancarkan pencernaan sehingga
membatu juga dalam upaya meurunkan berat badan.
10) Buah Tomat
Menurunkan tekanan darah adalah salah satu dari sekian banyak manfaat
mengonsumsi buah tomat. Tomat yang kaya akan lycopene, diketahuo membantui
dapat membantu dalam membantu mencegah diabetes, penuaan dini, dan termasuk
menurunkan hipertensi. Dalam penyajiannya, akan lebih baik dimakan tanpa banyak
pemrosesan, dan tidak dengan bahan-bahan lain seperti keju dan daging berlemak
seperti pada pizza.
11) Blueberry
Blueberry mengandung banyak antioksidan di dalamnya, seperti halnya
raspberry, dan ini memiliki dampak langsung pada tekanan darah, dengan cara
mengalahkan radikal bebas dalam tubuh. Pertibangkan untuk makan semangkuk
blueberry segar dicampur dengan buah-buahan lainnya sebagai sarapan yang
menyegarkan. Hanya lakukan yang terbaik dalam mengonsumsinya, yaitu tanpa
menambahkan gula, atau dengan pencampuran bahan-bahan lainnya.nsu
Selain mengonsumsi buah-buahn di atas, Anda juga harus menghindari
makanan pantangan darah tinggi sehingga hipertensi dapat terkontrol dan
meminimalisir komplikasi, seperti stroke, gagal jantung, gagal ginjal dan lain-lain.
b. Pencegahan dengan medical check up
Mengunjungi seorang dokter atau tenaga para medis, jangan selalu diartikan
mau berobat. Bisa juga dalam rangka pencegahan satu penyakit, misalnya pencegahan
hipertensi. Itulah yang disebut pencegahan / pemeriksaan secara medis (medical check
up).
Orang yang rentan terhadap hipertensi, baik karena faktor keturunan atau pun
gaya hidup, sebaiknya rajin memeriksakan diri tekanan darahnya ke dokter atau tenaga
medis lain. Sebab, darah tinggi atau hipertensi bila tidak segera diatasi adalah pra
kondisi bagi penyakit lain yang lebih serius. Dengan demikian, mencegah darah tinggi
berarti pula mencegah diri kita dari penyakit lain. Jika dalam pemeriksaan ditemukan
tanda atau gejala hipertensi, seorang dokter akan memberikan advise penanganannya.
Sebaliknya jika tidak berarti ditemukan gejala apapun.
SATUAN ACARA PENULUHAN
(SAP)
PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT

Topik : PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT


(materi & leaflet terlampir)
Penyuluh : Mahasiswa/i keperawatan poso
Hari/Tanggal : sabtu, 10 Desember 2022
Waktu : 35 menit
Tempat : Musholah

I. Tujuan
Tujuan Umum
Meningkatkan pengetahuan tentang perilaku hidup bersih dan sehat pada
masyarakat dusun MAJULEA BAWAH RT 05 dan RT 06

Tujuan Khusus
Serelah diberikan penyuluhan selama 30 menit, diharapkan masyarakat dapat:
1. Mendefinisikan pengertian perilaku hidup bersih dan sehat di musholah secara
sederhana
2. Menjelaskan indikator apa saja yang termasuk dalam perilaku hidup bersih
dan sehat di musholah
3. Mengetahui dan mengaplikasikan siapa saja yang harus menjalankan perilaku
hidup bersih dan sehat di musholah
4. Mengetahui dampak buruk dari tidak dilakukannya perilaku hidup bersih dan
sehat

II. II. Sasaran


Sasaran ditujukan kepada masyarakat dusun Majulea bawah RT 05 dan 06

III. Strategi Pelaksanaan


1. Metode : menyampaikan materi tentang PHBS
2. Media : Leaflet

III. Setting
Peserta penyuluhan duduk berhadapan dengan penyaji
Keterangan :
: Penyuluh
: Moderator (optional)
: Fasilitator
: Peserta penyuluhan

IV. Pelaksanaan Kegiatan


No Kegiatan Penyuluh Peserta Waktu
1 Pembukaan - Memberikan salam  Menjawab 5 menit
- Memperkenalkan diri salam
- Menjelaskan  Mendengarkan
tentang penyuluhan
- Menjelaskan kontrak/strategi
menggunakan bahasa yang
mudah di mengerti
2 Pelaksanaan 1. Penyampaian Materi  Mendengarkan 15 menit
Penyaji menjelaskan tentang: dengan penuh
a. Pengertian PHBS di musholah perhatian
b. Menjelaskan point – point PHBS
c. Menjelasakan manfaat & PHBS di
musholah
d. Menjelaskan akibat yang dapat
terjadi karena PHBS tidak baik
seperti timbulnya berbagai
penyakit 5 menit
2. Tanya Jawab  Bertanya
Memberikan kesempatan kepada peserta
untuk bertanya 5 menit
3. Evaluasi  Menjawab
Memberikan pertanyaan pertanyaan
tentang:
a. Mengetahui tentang pengertian
PHBS
b. Mengetahui perilaku PHBS
c. Mengetahui manfaat PHBS

3 Penutup  Menyimpulkan  Mendengarkan 5 menit


 Salam Penutup  Menjawab
salam

V. Evaluasi
a. Evaluasi Struktural
 Kontrak waktu pertemuan dengan peserta jelas
 Kesiapan penyuluh dan media
b. Evaluasi Proses
 Peserta
- peserta penyuluhan mengikuti kegiatan sampai selesai.
- Peserta aktif berdiskusi (min. 2-3 orang mengajukan pertanyaan)
 Penyuluh
- Mampu memfasilitasi jalannya penyuluhan.
- Mampu menjalankan perannya sesuai tugas dan tanggung jawab.
c. Evaluasi Hasil
 Pada bagian akhir, peserta secara volunteer/ditunjuk mampu menyebutkan
ulang hal-hal berikut ini:
- Mengetahui tentang pengertian PHBS
- Mengetahui perilaku PHBS
- Mengetahui manfaat PHBS
PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS)
A. Pengertian
Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas mahkluk hidup yang dapat diamati secara
langsung maupun tidak langsung yang dapat diamati oleh pihak luar. Perilaku kesehatan
adalah suatu respon seseorang terhadap stimulus yang berhubungan dengan sakit,
penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, minuman, serta lingkungan. PHBS di
institusi pendidikan adalah upaya pemberdayaan dan peningkatan kemampuan untuk
berperilaku hidup bersih dan sehat di tatanan institusi pendidikan.

B. Tujuan PHBS
PHBS adalah upaya memberikan pengalaman belajar bagi perorangan, keluarga,
kelompok, dan masyarakat dengan membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan
edukasi guna meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku melalui pendekatan advokasi,
bina suasana (social support), dan gerakan masyarakat (empowerment) sehingga dapat
menerapkan cara-cara hidup sehat dalam rangka menjaga, memelihara, dan meningkatkan
kesehatan masyarakat. Aplikasi paradigma hidup sehat dapat dilihat dalam program
perilaku hidup bersih dan sehat.12 Kebijakan pembangunan kesehatan ditekankan pada
upaya promotif dan preventif agar orang yang sehat menjadi lebih sehat dan produktif.
Pola hidup sehat merupakan perwujudan paradigma sehat yang berkaitan dengan perilaku
perorangan, keluarga, kelompok, dan masyarakat yang berorientasi sehat dapat
meningkatkan, memelihara, dan melindungi kualitas kesehatan baik fisik, mental, spiritual
maupun sosial.

C. Manfaat PHBS
Manfaat PHBS di lingkungan sekolah yaitu agar terwujudnya sekolah yang bersih dan
sehat sehingga siswa, guru dan masyarakat lingkungan sekolah terlindungi dari berbagai
ancaman penyakit, meningkatkan semangat proses belajar mengajar yang berdampak pada
prestasi belajar siswa, citra sekolah sebagai institusi pendidikan semakin meningkat
sehingga mampu menarik minat orang tua dan dapat mengangkat citra dan kinerja
pemerintah dibidang pendidikan, serta menjadi percontohan sekolah sehat bagi daerah
lain.

D. Indikator PHBS
a. Mencuci tangan menggunakan sabun dengan air mengalir
Siswa dan guru mencuci tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir
sebelum makan dan sesudah buang air besar. Perilaku cuci tangan dengan air mengalir
dan menggunakan sabun mencegah penularan penyakit seperti diare, kolera, disentri,
typus, cacingan, penyakit kulit, hepatitis A, ISPA, flu burung, dan lain sebagainya

b. Mengkonsumsi jajanan sehat di kantin sekolah


Di sekolah siswa dan guru membeli atau konsumsi makanan/jajanan yang bersih
dan tertutup di warung sekolah sehat. Makanan yang sehat mengandung karbohidrat,
protein, lemak, mineral dan vitamin. Makanan yang seimbang akan menjamin tubuh
menjadi sehat. Makanan yang ada di kantin sekolah harus makanan yang bersih, tidak
mengandung bahan berbahaya, serta penggunaan air matang untuk kebutuhan minum.

c. Membuang sampah pada tempatnya


Sampah adalah suatu bahan yang tebuang atau dibuang dari sumber hasil aktivitas
manusia maupun alam. Sampah ditampung dan dibuang setiap hari ditempat
pembuangan yang memenuhi syarat karena membuang sampah tidak pada tempatnya
akan dapat mengakibatkan penyakit dan akan mencemari udara disekitarnya. Mendidik
anak untuk selalu membuang sampah pada tempatnya akan dapat menekan angka
penyakit yang dapat muncul di lingkungan sekolah.

d. Menggunakan jamban yang bersih dan sehat


Jamban yang digunakan oleh siswa dan guru adalah jamban yang memenuhi syarat
kesehatan (leher angsa dengan septictank, cemplung tertutup) dan terjaga
kebersihannya. Jamban yang sehat adalah yang tidak mencemari sumber air minum,
tidak berbau kotoran, tidak dijamah oleh hewan, tidak mencemari tanah disekitarnya,
mudah dibersihkan dan aman digunakan.

e. Olahraga yang teratur


Aktivitas fisik adalah salah satu wujud dari perilaku hidup sehat terkait dengan
pemeliharaan dan penigkatan kesehatan. Kegiatan olah raga disekolah bertujuan untuk
memelihara kesehatan fisik dan mental anak agar tidak mudah sakit. Dalam rangka
meningkatkan kesegaran jasmani, perlu dilakukan latihan fisik yang benar dan teratur
agar tubuh tetap sehat dan segar. Dengan melakukan olahraga secara teratur akan dapat
memberikan manfaat antara lain: meningkatkan kemampuan jantung dan paru,
memperkuat sendi dan otot, mengurangi lemak atau mengurangi kelebihan berat badan,
memperbaiki bentuk tubuh, mengurangi risiko terkena penyakit jantung koroner, serta
memperlancar peredaran darah.
SATUAN ACARA PENYULUHAN
JAJANAN SEHAT

Topik/Pokok Bahasan : Perilaku Hidup Bersih dan Sehat


Sub Pokok Bahasan : Perilaku Jajan pada balita
Sasaran : Anak balita
Hari,Tanggal : sabtu, 10 Desember 2022
Penyuluh/Promotor : Mahasiswa Poltekkes Poso

1. Tujuan Instruksional Umum


Setelah dilakukan penyuluhan selama 1x30 menit diharapkan ibu balita
memahami tentang jajanan sehat dan bergizi.
 Tujuan Instruksional Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan selama 1x30 menit ibu balita mampu :
 Menjelaskan pengertian jajanan sehat
 Menyebutkan jenis jajanan
 Menyebutkan cara memilih jajanan sehat
 Menyebutkan akibat jajan sembarangan
 Menyebutkan jajanan yang tidak sehat
 Menyebutkan cara agar tidak jajan sembarangan

 Garis Besar Materi


o Pengertian jajanan sehat
o Jenis jajanan
o Cara memilih jajanan sehat
o Dampak jajan sembarangan
o Contoh jajanan yang tidak sehat
o Cara agar tidak jajan sembarangan
 Metode Penyuluhan
Ceramah dan tanya jawab
 Media dan Alat
Leaflet

 Alokasi Waktu :
Hari, tanggal :
Pukul :
NO KEGIATAN URAIAN WAKTU
1. Pembukaan A. Salam pembuka 5 menit
B. Penjelasan tujuan
C. Kontrak waktu
2. Pemaparan materi  Ceramah 20 menit
A. Pengertian jajanan sehat
B. Jenis jajanan
C. Cara memilih jajanan sehat
D. Dampak jajan sembarangan
E. Contoh jajanan yang tidak sehat
F. Cara agar tidak jajan
sembarangan
 Demonstrasi
 Diskusi
 Merangkum
 Evaluasi
3. Penutup a. Penyampaian rencana tindak lanjut 5 menit
b. Salam penutup

2. Setting Tempat
Pustu
3. Evaluasi :

NO ASPEK WAKTU METODE ALAT EVALUATOR


1 Kognitif 3 menit Tanya jawab Daftar
pertanyaan
2 Afektif 2 menit Wawancara Daftar
wawancara
MATERI PENYULUHAN
PERILAKU JAJAN ANAK SEKOLAH

1. Lampiran Materi Penyuluhan.


a. Pengertian makanan jajanan
Makanan jajanan adalah makanan dan minuman yang di olah oleh pengrajin
makanan di tempat penjualan dan atau di sajikan sebagai makanan siap santap untuk
dijual bagi umum selain yang disajikan jasa boga, rumah makan/restoran, dan hotel.
Makanan jajanan adalah semua makanan yang dapat langsung dimakan yang
dibeli dari penjual makanan, baik yang diproduksi oleh penjual tersebut atau
diproduksi orang lain, tanpa diolah lagi (Heryana,2004)
b. Pengertian jajanan sehat
Jajanan sehat adalah jajanan yang bergizi dan tidak mengandung zat-zat
berbahaya.
c. Jenis jajanan
Jenis-jenis jajanan, yaitu :
1. Makanan berat, misal hamburger, mie goreng, mie bakso
2. Makanan cemilan, seperti berbagai jenis kue, kering maupun basah
3. Mak anan semi basah, seperti berbagai jenis bubur
4. Minuman, seperti sirup
d. Cara memilih jajanan sehat
Cara memilih jajanan sehat, yaitu :
1. Bersih
2. Jauh dari tempat sampah, got, debu dan asap kendaraan bermotor
3. Tertutup
4. Tidak bekas dipegang-pegang orang
5. Tidak terlalu manis, gurih dan berwarna mencolok
6. Masih segar
7. Tidak digoreng dengan minyak goreng yang sudah keruh
8. Tidak mengandung zat pemanis, zat pengawet, zat penyedap, dan zat pewarna
buatan
9. Bau tidak apek atau tengik
10. Tidak dibungkus dengan kertas bekas atau Koran
11. Dikemas dengan plastik atau kemasan lain yang bersih dan aman
12. Lihat tanggal kadaluwarsa
a) Dampak sering memakan jajanan yang tidak sehat bagi tubuh Dampak jajan
sembarang :
a. Pemanis buatan : kanker kandung kemih
b. Pewarna tekstil : pertumbuhan lambat, gelisah
c. Bahan pengenyal : demam, kerusakan ginjal, diare, mual, muntah, pingsan,
kematian
d. Penambah rasa (MSG) : pusing, selera maka terganggu, mual, kematian
e. Bahan pengawet: formalin : sakit perut, kejang-kejang, muntah, kencing darah,
tidak bisa kencing, muntah darah, hingga akhirnya menyebabkan kematian.
f. Timah : pikiran kacau, pingsan, lemah, tidak ingin bermain, sulit bicara, mual,
muntah
g. Makanan tidak bergizi : Gangguan berfikir
h. Makanan mengandung mikroba, basi atau beracun : sakit perut, diare

b) Contoh jajanan tidak sehat


Beberapa contoh jajanan tidak sehat :
a. Es mambo berwarna mencolok dan terlalu manis : pemanis buatan dan pewarna
pakaian
b. Permen : pemanis buatan dan pewarna pakaian
c. Bakso : bahan pengenyal
d. Chiki atau makanan ringan : menggunakan MSG sebagai penambah rasa, zat
pewarna dan pemanis buatan
e. Gorengan : pakai minyak goreng bekas dipakai berkali-kali sehingga minyak
sudah berwarna sangat keruh
f. Cakwe, cilok dan bakso goreng : pakai saus atau sambal berwarna merah cerah
dan terbuat dari bahan-bahan yang telah busuk
g. Kue berwarna mencolok : pewarna pakaian
h. Es sirup atau minuman berwarna mencolok : tidak higienis, memakai air
mentah, dan terdapat zat pewarna pakaian.
i. Cara agar tidak jajan sembarangan :
j. Sarapan di rumah
k. Kurangi jajan
l. Jajan di kantin sekolah
m. Membawa bekal dari rumah
EVALUASI

1. Penyuluhan tentang penyakit hipertensi dan gout arthritis


Jumat, 9 desember 2022
Jam 15:30
Pembawa materi : Fajrul falakh dan Mayang anggraini
Tempat sasaran : Rumah warga penderita hipertensi

2. Senam lansia & jajanan sehat untuk balita


Jumat, 10 desember 2022
Jam : 10:00
Penanggung jawab: Fitria Nurul Hikmah Cahyani, ABD.SAMAD, Nurazizah
Tempat sasaran : Rumah warga penderita hipertensi

3. Kerja Bakti
Jumat, 10 desember 2022
Jam : 07:30
Penanggung jawab: ABD. HALID
Tempat sasaran : Mushola dan lingkungan masyarakat
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Perawatan kesehatan masyarakat merupakan bidang khusus dalam ilmu
keperawatan, yang merupakan gabungan ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat
dan social (WHO, 1959). Dengan demikian ada 3 teori yang menjadi dasar ilmu
perawatan kesehatan masyarakat yaitu : Ilmu Keperawatan, Ilmu Kesehatan Masyarakat,
Ilmu Sosial (Peran Serta Masyarakat).
Proses keperawatan adalah serangkaian perbuatan atau tindakan untuk
menetapkan, merencanakan dan melaksanakan pelayanan keperawatan dalam rangka
membantu klien untuk mencapai dan memelihara kesehatannya seoptimal mungkin.
Tindakan keperawatan tersebut dilaksanakan secara berurutan, terus menerus, saling
berkaitan dan dinamis. Selanjutnya menetapkan langkah proses keperawatan sebagai
proses pengumpulan data, pengkajian, perencanaan dan pelaksanaan (Wolf, Weitzel dan
Fuerst, 1979). Jadi proses keperawatan komunitas adalah metode asuhan keperawatan
yang bersifat ilmiah, sistematis, dinamis, kontinyu dan berkesinambungan dalam rangka
memecahkan masalah kesehatan dari klien, keluarga, kelompok atau masyarakat yang
langkah – langkahnya dimulai dari (1) pengkajian : pengumpulan data, analisis data dan
penentuan masalah, (2) diagnosis keperawatan, perencanaan tindakan keperawatan,
pelaksanaan dan evaluasi tindakan keperawatan. (Wahit, 2005).
Proses Evaluasi adalah langkah akhir dari proses keperawatan. Tugas selama
tahap ini termasuk pencatatan pernyataan evaluasi dan revisi rencana tindakan
keperawatan dan intervensi jika perlu.
Pernyataan evaluasi memberikan informasi yang penting tentang pengaruh
intervensi yang direncanakan pada keadaan kesehatan klien. Suatu pernyataan evaluasi
terdiri dari dua komponen yaitu :
1. Pencatatan data mengenai status klien saat itu.
2. Pernyataan kesimpulan mengindikasikan penilaian perawat sehubungan dengan
pengaruh intervensi terhadap status kesehatan klien.
B. Saran
1. Perawat kesehatan komunitas kiranya dapat bekerja sama dengan komunitas dan
populasi untuk memperbaiki kembali kesehatan.
2. Perawat kesehatan komunitas kiranya dapat memperhatikan standar evaluasi atau
penilaian dalam memberikan asuhan keperawatan komunitas.
3. Perawat kesehatan komunitas kiranya dapat terlibat dalam koordinasi dan organisasi
dalam merespons isu-isu yang berhubungan dengan kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA

Anderson, Elizabeth T, dkk. 2006. Buku Ajar Keperawatan Komunitas Teori  


      dan  Praktik, edisi 3. Jakarta : EGC
Mubarak, Wahit Iqbal, dkk. 2006. Ilmu Keperawatan Komunitas 2 Teori. Jakarta
     : Sagung Seto
https://samoke2012.wordpress.com/2012/12/03/asuhan-keperawatan-komunitas/
http://nursing-community.blogspot.co.id/2013/06/kelompok-11-asuhan-keperawatan-
komunitas.html
Dermawan, Deden. 2012. Buku Ajar Keperawatan Komunitas. Yogyakarta :
     Gosyen Publishing
Lampiran
1. EDUKASI HIPERTENSI DAN PENGUKURAN TEKANAN DARAH

2. EDUKASI GOAT ATRITIS DAN PEMERIKSAAN ASAM URAT


3. SENAM LANSIA

4. EDUKASI JAJANAN SEHAT DAN MEMBAGIKAN PUDING KELOR

Anda mungkin juga menyukai