Anda di halaman 1dari 12

KONSEP PENCEGAHAN DAN EPIDEMIOLOGI

PENYAKIT MENULAR MALARIA FILARIASIS

DI SUSUN OLEH KELOMPOK 3

FITRIA N.H CAHYANI : PO0220220029


NURHASANAH : PO0220220030
FERONIKA DELLECIA : PO0220220010
MUNAWARAH : PO0220220017

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALU


PRODI DIII KEPERAWATAN POSO
TA.2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
mata kuliah “ PENGENDALIAN PENYAKIT MENULAR DAN TIDAK MENULAR“ dengan judul makalah “
PENCEGAHAN DAN EPIDEMIOLOGI PENYAKIT TIDAK MENULAR : MALARIA DAN FILARIASIS “ ini dapat
tersusun sampai dengan selesai. Kami sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca.Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami.Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang menjadi masalah kesehatan masyarakat utama di
dunia termasuk Indonesia.Penyakit malaria menjadi salah satu perhatian global karena kasus malaria yang tinggi
dapat berdampak luas terhadap kualitas hidup dan ekonomi bahkan mengancam keselamatan jiwa manusia.(Erdinal,
2006).

Pengendalian malaria di Indonesia yang tertuang dalam Keputusan Menteri KesehatanRepublik Indonesia
Nomor 293/MENKES/SK/IV/2009 tanggal 28 April 2009 tentang Eliminasi Malaria di Indonesia bertujuan untuk
mewujudkan masyarakat yang hidup sehat, yang terbebas dari penularan malaria secara bertahap sampai tahun
2030 (Profil Kesehatan RI, 2009). Target yang disepakati secara internasional oleh 189 negara adalah
mengusahakan terkendalinya penyakit malaria dan mulai menurunnya jumlah kasus malaria pada tahun 2015
dengan indikator prevalensi malaria per 1.000 penduduk.

Berdasarkan laporan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2012 Angka kejadian malaria per
1000 penduduk pada tahun 2012 adalah 1.69% sedangkan data tahun 2011 adalah 1.75%. Sementara itu,
pengendalian vektor, prosentase Kabupaten/Kota yang melakukan mapping vektor pada tahun 2012 adalah 47,23%,
dan data tahun 2011 yaitu 40,5%. Secara nasional kasus malaria selama tahun 2011 – 2012 cenderung menurun.
(Kemkes, 2013).

B. Rumusan Masalah

1. Malaria
2. Filariasis

C. Tujuan

1. Dapat memahami tentang malaria


2. Dapat memahami tentang filariasis
BAB II
PEMBAHASAN

A. Malaria
1. Definisi
Istilah malaria diambil dari 2 kata bahasa Italia, yaitu mal (buruk) dan area (udara) atau udara
buruk karena dahulu banyak terdapat di daerah rawa-rawa yang mengeluarkan bau busuk. Penyakit ini
juga memiliki beberapa nama lain, seperti demam roma, demam rawa, demam tropik, demam pantai,
demam kura dan paludisme (Prabowo, 2008).
Penyakit malaria disebabkan oleh sporozoa genus plasmodium dan ditularkan oleh nyamuk
spesies anopheles. Golongan yang berisiko tertular malaria antara lain: ibu hamil, pelancong yang
tidak memiliki kekebalan terhadap malaria, pengungsi dan pekerja yang berpindah ke daerah endemis
malaria (Yatim, 2007). Kegiatan pemberantasan penyakit ini sudah dilakukan sejak lama.Adanya
parasit malaria kebal (resisten) terhadap obat-obatan, merupakan salah satu penyebab sulitnya usaha
pemberantasan penyakit ini (Prabowo, 2008).

2, Etiologi
Penyebab penyakit malaria di Indonesia ada 4 jenis yaitu: Plasmodium vivax, Plasmodium
malariae, Plasmodium ovale dan Plasmodium falcifarum. Gejala dan intensitas serangan ke-4
plasmodium tersebut pada garis besarnya sama, namun setiap plasmodium tersebut memberikan
karakteristik tersendiri dalam intensitas dan frekuensi serangan.
Penyakit malaria pada manusia hanya dapat ditularkan oleh nyamuk anopheles betina.Spesies
anopheles di seluruh dunia terdapat sekitar 2.000 species dan 60 spesies diantaranya diketahui
sebagai penular malaria.Spesies anopheles di Indonesia ada sekitar 80 jenis dan 24 spesies di
antaranya telah terbukti penular penyakit malaria (Prabowo, 2008).Nyamuk anopheles hidup di daerah
beriklim tropis dan subtropis, tetapi juga bisa hidup di daerah yang beriklim sedang.Nyamuk ini jarang
ditemukan pada daerah ketinggian lebih dari 2.000-2.500 m. Tempat perindukannya bervariasi
(tergantung spesiesnya) dan dapat dibagi menjadi tiga kawasan, yaitu pantai, pedalaman dan kaki
gunung.Nyamuk anopheles betina biasanya menggigit manusia pada malam hari atau sejak senja
hingga subuh. Jarak terbangnya tidak lebih dari 0,5-3 km dari tempat perindukannya (Prabowo, 2008).
Nyamuk anopheles biasa meletakkan telurnya di atas permukaan air satu per satu.Telur dapat
bertahan hidup dalam waktu cukup lama dalam bentuk dorman.Bila air cukup tersedia, telur-telur
tersebut biasanya menetas 2-3 hari sesudah diletakkan.Nyamuk anopheles sering disebut nyamuk
malaria karena banyak jenis nyamuk ini yang menularkan penyakit malaria (Sembel, 2009).
Tidak semua daerah yang dimasuki penderita malaria akan terjangkit penyakit malaria. Jika daerah
tersebut tidak terdapat nyamuk malaria, penularan penyakit tersebut tidak akan terjadi. Demikian pula
sebaliknya, sekalipun di suatu daerah terdapat nyamuk malaria tetapi jika di daerah tersebut tidak ada
penderita malaria, penularan malaria tidak akan terjadi. Suatu daerah akan terjangkit penyakit malaria
apabila di daerah itu ada nyamuk malaria yang pernah menggigit penderita malaria (Mursito, 2002)

3. Gejala

Gejala-gejala penyakit malaria dipengaruhi oleh kekebalan tubuh penderita, jenis plasmodium
malaria serta jumlah parasit yang menginfeksinya.Waktu terjadinya infeksi pertama kali, sampai
timbulnya gejala penyakit disebut masa inkubasi, sedangkan waktu antara terjadinya infeksi sampai
ditemukannya parasit malaria di dalam darah disebut periode prepaten. Masa inkubasi maupun periode
prepaten ditentukan oleh jenis plasmodium yang menyerang seseorang (Prabowo, 2008).beberapa
gejala yang sering dialami adalah :

a. Demam
b. Pembesaran limpa
c. Anemia

4. Tindakan Masyarakat dalam Pencegahan Malaria


Usaha pencegahan penyakit malaria di Indonesia belum mencapai hasil yang optimal karena
beberapa hambatan diantaranya yaitu: tempat perindukan nyamuk malaria yang tersebar luas, jumlah
penderita yang sangat banyak serta keterbatasan SDM, infrastruktur dan biaya. Beberapa tindakan yang
dapat dilakukan dalam upaya pencegahan penyakit malaria, diantaranya:
1. Menghindari gigitan nyamuk malaria Tindakan menghindari gigitan nyamuk sangat penting,
terutama di daerah dimana angka penderita malaria sangat tinggi.pedesaan atau pinggiran kota
yang banyak sawah, rawa-rawa, atau tambak ikan (tempat ideal untuk perindukan nyamuk
malaria), disarankan untuk memakai baju lengan panjang dan celana panjang saat ke luar,
terutama pada malam hari. Nyamuk malaria biasanya menggigit pada malam hari. Mereka
yang tinggal di daerah endemis malaria, sebaiknya memasang kawat kasa di jendela dan
ventilasi rumah serta menggunakan kelambu saat tidur. Masyarakat juga dapat memakai
minyak anti nyamuk (mosquito repellent) saat tidur di malam hari untuk mencegah gigitan
nyamuk malaria (Prabowo, 2008) . Upaya penggunaan kelambu juga merupakan salah satu
cara untuk menghindari gigitan nyamuk. Kelambu merupakan alat yang telah digunakan sejak
dahulu (Yatim, 2007).
2. Membunuh jentik dan nyamuk malaria dewasa Beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk
membunuh jentik dan nyamuk malaria dewasa adalah sebagai berikut:
 Penyemprotan rumah
 Larvaciding
 Biological control
3. Gunakan kelambu ketika tidur

4. Memakai pakaian serba panjang seperti celana dan lengan panjang selama beraktivitas
5. Hindari meletakkan pakaian basah di dalam rumah karena dapat menjadi tempat
persembunyian nyamuk
6. Lakukan langkah 3M (Menguras penampungan air, Mengubur barang bekas, dan Mendaur
ulang barang bekas)
7. Gunakan lotion anti nyamuk yang mengandung DEET (diethyltoluamide)
8. Pasang obat nyamuk dan rutin menyemprot obat nyamuk terutama di pagi dan sore hari

5. Diagnosis

Penanganan dimulai dengan diagnosa malaria melalui pemeriksaan fisik dan tes diagnostic cepat
(RDT – Rapid Diagnostic Test).RDT ini dilakukan untuk mendeteksi keberadaan dan jenis parasit yang
ada di tubuh sehingga menyebabkan malaria. Hasil dari RDT ini juga sangat penting untuk menentukan
jenis pengobatan anti malaria yang akan diberikan kepada penderita. Selain RDT, terdapat pula
pemeriksaan penunjang yaitu pemeriksaan darah. Pemeriksaan ini terdiri dari dua jenis yaitu
pemeriksaan tetes tipis hapusan darah dan pemeriksaan tetes tebal hapusan darah.
Pemeriksaan tetes tebal hapusan darah digunakan untuk mendeteksi Plasmodium sedangkan
pemeriksaan tetes tipis hapusan darah digunakan untuk menentukan spesies penyebab serta kepadatan
parasit.Kelebihan dari pemeriksaan ini adalah memantau efikasi terapi dan alat-alat yang digunakan
untuk pemeriksaan sederhana sehingga biaya pemeriksaan murah.
6. Pengobatan malaria

Pengobatan malaria dilakukan sesuai dengan jenis malaria, tingkat keparahan gejala, dan kondisi
pasien. Untuk pengobatan jenis malaria yang disebabkan oleh Plasmodium vivax yang tergolong ringan,
penderita akan diberikan obat rawat jalan berupa ACT atau obat chloroquine. Selain itu untuk mencegah
kambuhnya malaria jenis ini, ditambahkan juga obat primaquine. Sedangkan untuk jenis malaria yang
disebabkan oleh Plasmodium falciparum dengan derajat gejala sedang, penderita akan dirawat di ruang
non ICU rumah sakit. Bagi penderita dengan derajat gejala berat, penderita akan dirawat di ICU
(Intensive Care Unit) dan diberikan obat melalui suntikan selama 24 jam pertama.
Apabila sahabat sehat hendak berkunjung ke daerah endemi penyakit ini seperti di Maluku, Nusa
Tenggara Timur, Sulawesi Papua, Papua Barat, serta di sebagian wilayah Kalimantan dan Sumatra
dianjurkan untuk mengonsumsi obat pencegah malaria. Obat tersebut harus diminum selama 4 hingga 8
minggu.Diminum seminggu sebelum pergi ke daerah tersebut sampai 4 minggu setelah pulang. Obat
diminum setiap hari dan pada jam yang sama.

B. Filariasis

1.Definisi

Filariasis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi parasit yang tersebar di
Indonesia.Walaupun penyakit ini jarang menyebabkan kematian, tetapi dapat menurunkan produktivitas
penderitanya karena terjadi gangguan fisik.penyakit ini jarang terjadi pada anak karena manifestasi
klinisnya timbul bertahun – tahun setelah terjadi infeksi. Gejala pembengkakan kaki muncul karena
sumbatan mikrofilaria pada pembuluh limfe yang biasanya terjadi pada usia di atas 30 tahun setelah
terpapar parasite selama bertahun – tahun. oleh karena itu Filariasis juga sering disebut penyakit kaki
gajah. Akibat paling fatal bagi penderita Filariasis yaitu kecacatan permanen yang sangat mengganggu
produktivitas.Masa berkembangnya larva infektif di dalam tubuh manusia sampai terjadinya gejala klinis
dalam waktu antara 8 – 12 bulan.Setelah orang terhisap nyamuk infeksius yang membawa mikrofilaria
hisapan nyamuk pertama dari vector.

2.Etiologi

Di Indonesia ditemukan tiga jenis parasit penyebab filariasis limfatik pada manusia yaitu :

a. Wuchereria bancrofti
b. Brugia malayi
c. Brugia timori
3. Gejala
Perkembangan penyakit filariasis dapat dipengaruhi oleh faktor mendapat gigitan nyamuk yang
sering, kerentanan individu terhadap parasit, banyak larva infektif yang masuk ke dalam tubuh dan
adanya infeksi sekunder oleh bakteri atau jamur. Pada dasarnya perkembangan klinis filariasis
disebabkan oleh cacing filaria dewasa yang tinggal disaluran limfe, sehingga menimbulkan gejala
pelebaran (dilatasi) saluran limfe bukan penyumbatan (obstruksi), sehingga menjadi gangguan fungsi
limfatik

4. Penyebab

Menurut WHO, terdapat sekitar 120 juta orang di dunia yang menderita filariasis limfatik dan
sepertiga di antaranya mengidap infeksi yang parah. Parasit filaria masuk ke tubuh manusia melalui
gigitan nyamuk yang sudah terinfeksi. Cacing tersebut akan tumbuh dewasa, bertahan hidup selama
enam hingga delapan tahun, dan terus berkembang biak dalam jaringan limfa manusia.

Infeksi ini umumnya dialami sejak masa kanak-kanak dan menyebabkan kerusakan pada sistem limfatik
yang tidak disadari sampai akhirnya terjadi pembengkakan yang parah dan menyakitkan. Pembengkakan
tersebut kemudian dapat menyebabkan cacat permanen

5. Pengobatan

Tujuan utama dalam pengobatan penyakit Filariasis ini adalah untuk membasmi parasit atau larva
yang berkembang di dalam tubuh penderita, sehingga tingkat penularannya dapat dikurangi.Pengobatan
filariasis harus dilakukan secara masal dan pada daerah endemis dengan menggunakan obat
Diethylcarbamazine Citrate (DEC).DEC dapatmembunuh mikrofilaria dan cacing dewasa pada
pengobatan jangka panjang.Hingga saat ini, DEC adalah satu-satunya obat yang efektif, aman, dan
relatif murah.Untuk filariasis akibat Wuchereria bankrofti, dosis yang dianjurkan 6 mg/kg berat
badan/hari selama 12 hari.Sedangkan untuk filariasis akibat Brugia malayi dan Brugia timori, dosis yang
dianjurkan 5 mg/kg berat badan/hari selama 10 hari.

Obat lain yang juga dipakai adalah ivermektin. Ivermektin adalah antibiotik semisintetik dari
golongan makrolid yang mempunyai aktivitas luas terhadap nematoda dan ektoparasit.Obat ini hanya
membunuh microfilaria efek samping yang ditimbulkan lebih ringan dibanding DEC. Terapi suportif
berupa pemijatan juga dapat dilakukan di samping pemberian DEC dan antibiotika, khususnya pada
kasus yang kronis.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

. Istilah malaria diambil dari 2 kata bahasa Italia, yaitu mal (buruk) dan area (udara) atau udara buruk
karena dahulu banyak terdapat di daerah rawa-rawa yang mengeluarkan bau busuk. Penyakit ini juga
memiliki beberapa nama lain, seperti demam roma, demam rawa, demam tropik, demam pantai,
demam kura dan paludisme (Prabowo, 2008).
Penyakit malaria disebabkan oleh sporozoa genus plasmodium dan ditularkan oleh nyamuk
spesies anopheles. Golongan yang berisiko tertular malaria antara lain: ibu hamil, pelancong yang
tidak memiliki kekebalan terhadap malaria, pengungsi dan pekerja yang berpindah ke daerah endemis
malaria (Yatim, 2007). Kegiatan pemberantasan penyakit ini sudah dilakukan sejak lama.Adanya
parasit malaria kebal (resisten) terhadap obat-obatan, merupakan salah satu penyebab sulitnya usaha
pemberantasan penyakit ini (Prabowo, 2008).

Filariasis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi arasite yang tersebar di Indonesia.
Walaupun penyakit ini jarang menyebabkan kematian, tetapi dapat menurunkan produktivitas
penderitanya karena terjadi gangguan fisik.penyakit ini jarang terjadi pada anak karena manifestasi
klinisnya timbul bertahun – tahun setelah terjadi infeksi
DAFTAR PUSTAKA

Erdinal.Fakor-faktor yang berhubungan dengan kejadian malaria di kecamatan kampar kiri tengah kabupaten
kampar. Univesitas indonesia. 2006

Anda mungkin juga menyukai