Anda di halaman 1dari 50

Find us on Google+

Pengertian
PENGERTIAN | Kumpulan Artikel Mengenai "Pengertian" Berbagai Hal

Pengertian Penyakit Malaria


Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to Facebook

Pengertian Penyakit Malaria dan Penyebab Penyakit Malaria


Pengertian penyakit malaria adalah sebuah penyakit infeksi yang diderita oleh manusia akibat dari parasit yang bernama Plasmodium, ditularkan melalui perantaraan nyamuk. Penyakit yang parah ini dengan mudah ditularkan dengan perantara gigitan nyamuk. Penyebab penyakit malaria yang utama adalah parasit yang dibawa oleh nyamuk Anopheles. Nyamuk Anopheles yang biasanya berjenis kelamin betina dan terinfeksi oleh parasit plasmodium kemudian menggigit manusia. Dan bakteri tersebut lalu ditularkan melewati air liur nyamuk yang masuk kedalam aliran darah manusia.

Gambar Pengertian Penyakit Malaria

Pengertian Penyakit Malaria dan Daerah Penularannya


Dalam pengertian penyakit malaria, penyakit ini terbilang cukup banyak diderita oleh mereka yang tinggal di daerah Tropis dan juga Sub-Tropis, seperti Asia, Afrika, dan Amerika. Penderita yang terserang penyakit malaria biasanya akan menderita sakit kepala dan demam. Tidak jarang juga penderita yang terserang penyakit malaria akan mengalami koma, bahkan meninggal dunia bila tidak mendapat perawatan yang cepat dan tepat.

Penyakit malaria sangat mudah menyerang daerah tropis dan sub-tropis. Ini karena perkembangan nyamuk anopheles sangat mudah di daerah ini. Iklim yang ada di daerah tropis dan sub-tropis sangat mendukung perkembangan nyamuk. Hal ini antara lain dipengaruhi oleh udara yang lembab, curah hujan yang cukup tinggi, dan banyaknya genangan air akibat curah hujan yang tinggi.

Pengertian Penyakit Malaria dan Gejalanya


Pengertian penyakit malaria meliputi gejalanya yang paling umum yaitu seperti demam, muntah, nyeri persendian, kejang, kerusakan retina. Dan beberapa gejala yang sangat klasik berupa sebuah siklus yang ditandai dengan suhu tubuh yang berubah dingin dan otot menjadi kaku, dan diikuti dengan demam, dan keringat. Dan gejala ini akan terus berulang setiap 2 hari sekali. Gejala penyakit malaria biasanya tidak langsung muncul saat si penderita terkena infeksi. Namun biasanya gejala akan muncul sekitar 8 hari sampai 25 hari kemudian setelah terserang penyakit malaria. Namun bagi penderita yang mengkonsumsi obat anti malaria, gejala ini bisa jadi akan muncul lebih dari 25 hari kemudian setelah terjangkit.

Pengertian Penyakit Malaria dan Pencegahan Penyakit Malaria


Pengertian penyakit malaria tentu tidak lepas dari pencegahannya. Pengobatan penyakit malaria tentu saja bisa dilakukan, namun pencegahan merupakan cara yang paling ampuh, tepat, dan jauh lebih murah. Pencegahan penyakit malaria ini tentu tidak lepas dari keberadaan nyamuk Anopheles yang merupakan hewan yang utama sebagai pembawa parasit . Mencegah dan mengontrol perkembangbiakan nyamuk anopheles bisa dilakukan dengan beberapa cara. Cara yang paling mudah dan bisa dilakukan oleh masyarakat umum misalnya dengan cara menjaga kebersihan lingkungan. Membersihkan genangan-genangan air, rajin menguras bak mandi, membalikkan tempat atau wadah yang tidak terpakai yang bisa menampung air hujan. Cara lainnya mungkin bagi yang tinggal di daerah yang rawan dengan penyakit malaria bisa menggunakan jaring kelambu di dalam rumah, terutama di dalam kamar atau tempat tidur. Dengan kelambu ini nyamuk tidak akan bisa masuk dan menggigit. Cara lainnya yang bisa dilakukan adalah dengan cara melakukan penyemprotan atau pengasapan. Pengasapan bisa dilakukan setiap jangka waktu tertentu di setiap daerah perumahan. Pengasapan bisa cukup efektif bila dilakukan secara teratur.

Mahmud Azhari
Selasa, 08 Mei 2012
makalah malaria
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia sampai saat ini penyakit malaria masih merupakan masalah kesehatan masyarakat. Malaria dapat menyebabkan kematian terutama pada kelompok risiko tinggi yaitu bayi, anak balita, ibu hamil, selain itu malaria secara langsung menyebabkan anemia dan dapat menurunkan produktivitas kerja. Penyakit ini juga masih endemis di sebagian besar wilayah Indonesia. Angka kesakitan penyakit ini pun masih cukup tinggi, terutama di daerah Indonesia bagian timur. Di daerah trasmigrasi dimana terdapat campuran penduduk yang berasal dari daerah yang endemis dan tidak endemis malaria, di daerah endemis malaria masih sering terjadi letusan kejadian luar biasa (KLB) malaria Oleh karena kejadian luar biasa ini menyebabkan insiden rate penyakit malaria masih tinggi di daerah tersebut. Di Indonesia penderita malaria mencapai 1-2 juta orang pertahun, dengan angka kematian sebanyak 100 ribu jiwa. Kasus tertinggi penyakit malaria adalah daerah papua, akan tapi sekitar 107 juta orang Indonesia tinggal di daerah endemis malaria yang tersebar dari Aceh sampai Papua, termasuk di Jawa yang padat penduduknya (Adiputro,2008). Dari data Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu, diare dan malaria klinis merupakan penyakit terbanyak yang diderita masyarakat Bengkulu. Pada kurun waktu dari Januari 2011 sampai dengan Maret 2011 ditemukan kasus malaria klinis sebanyak 4123 kasus (Mahfudin, 2011). Sedangkan menurut data Data Dinas Kesehatan Kota Bengkulu penderita malaria di

Kota Bengkulu, Bengkulu sejak Januari hingga April 2011 mencapai 4.295 orang (Sinambela, 2011) B. Tujuan Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui gambaran penyakit malaria dan penyebarannya di Provinsi Bengkulu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Malaria Penyakit malaria adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh plasmodium falsifarum, plasmodium vivax, plasmodium malariae, plasmodium ovale dan yang mix atau campuran yang penularannya melalui gigitan nyamuk anopheles betina (Kemenkes,2011) B. Nyamuk Anopheles Menurut Hiswani (2004) Penyakit malaria adalah salah satu penyakit yang penularannya melalui gigitan nyamuk anopheles betina. Berdasarkan survai unit kerja SPP (serangga penular penyakit) telah ditemukan di Indonesia ada 46 species nyamuk anopheles yang tersebar diseluruh Indonesia. Dari species-species nyamuk tersebut ternyata ada 20 species yang dapat menularkan penyakit malaria. Dengan kata lain di Indonesia ada 20 species nyamuk anopheles yang berperan sebagai vektor penyakit malaria. Penyebab penyakit malaria adalah genus plasmodia family plasmodiidae dan ordo coccidiidae. Sampai saat ini di Indonesia dikenal 4 macam parasit malaria yaitu: 1. Plasmodium Falciparum penyebab malaria tropika yang sering menyebabkan malaria yang berat.

2. Plasmodium vivax penyebab malaria tertina. 3. Plasmodium malaria penyebab malaria quartana. 4. Plasmodium ovale jenis ini jarang sekali dijumpai di Indonesia, karena umumnya banyak kasusnya terjadi di Afrika dan Pasifik Barat. Pada penderita penyakit malaria, penderita dapat dihinggapi oleh lebih dari satu jenis plasmodium. Infeksi demikian disebut infeksi campuran (mixed infection). Dari kejadian infeksi campuran ini biasanya paling banyak dua jenis parasit, yakni campuran antara plasmodium falcifarum dengan plasmodium vivax atau P. malariae. Kadang-kadang di jumpai tiga jenis parasit sekaligus meskipun hal ini jarang terjadi,. infeksi campuran ini biasanya terjadi terdapat di daerah yang tinggi angka penularannya.

1. Siklus Hidup Nyamuk Anopheles

Semua serangga termasuk nyamuk, dalam siklus hidupnya mempunyai tingkatan-tingkatan yang kadang-kadang antara tingkatan yang sama dengan tingkatan yang berikutnya terlihat sangat berbeda. Berdasarkan tempat hidupnya dikenal dua tingkatan kehidupan yaitu :

a.

Tingkatan di dalam air.

b. Tingkatan di luar temp at berair (darat/udara). Untuk kelangsungan kehidupan nyamuk diperlukan air, siklus hidup nyamuk akan terputus. Tingkatan kehidupan yang berada di dalam air ialah: telur. jentik, kepompong. Setelah satu atau dua hari telur berada didalam air, maka telur akan menetas dan keluar jentik. Jentik yang baru keluar dari telur masih sangat halus seperti jarum. Dalam pertumbuhannya jentik anopheles mengalami pelepasan kulit sebanyak empat kali. Waktu yang diperlukan untuk pertumbuhan jentik antara 8-10 hari tergantung pada suhu, keadaan makanan serta species nyamuk. Dari jentik akan tumbuh menjadi kepompong (pupa)

yang merupakan tingkatan atau stadium istirahat dan tidak makan. Pada tingkatan kepompong ini memakan waktu satu sampai dua hari. Setelah cukup waktunya, dari kepompong akan keluar nyamuk dewasa yang telah dapat dibedakan jenis kelaminnya. Setelah nyamuk bersentuhan dengan udara, tidak lama kemudian nyamuk tersebut telah mampu terbang, yang berarti meninggalkan lingkungan berair untuk meneruskan hidupnya didarat atau udara. Dalam meneruskan keturunannya. Nyamuk betina kebanyakan banya kawin satu kali selama hidupnya. Biasanya perkawinan terjadi setelah 24 -48 jam dari saat keluarnya dari kepompong.

2. Beberapa Aspek Perilaku (Bionomik) Nyamuk

Bionomik nyamuk mencakup pengertian tentang perilaku, perkembangbiakan, umur, populasi, penyebaran, fluktuasi musiman, serta faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi berupa lisan fisik (musim. kelembaban. angin. matahari, arus air). lingkungan kimiawi (kadar gram, PH) dan lingkungan biologik seperti tumbuhan bakau, gangang vegetasi disekitar tempat perindukan dan musim alami. Jika kita tinjau kehidupan nyamuk ada tiga macam tempat yang diperlukan untuk kelangsungan hidupnya. Hubungan ketiga tempat tersebut dapat dilukiskan dengan bagan sebagai berikut:

Tempat untuk berkembang biak

Tempat untuk beristirahat

Tempat untuk mancari darah

Untuk

menujang program pemberantasan malaria perilaku vektor yang ada hubungannya dengan ketiga macam tempat tersebut penting untuk diketahui yaitu : a. Perilaku Mencari Darah. Perilaku mencari darah nyamuk dapat ditinjau dari beberapa segi yaitu: 1) Perilaku mencari darah dikaitkan dengan waktu. Nyamuk anopheles pada umumnya aktif mencari darah pada waktu malarn hari. apabila dipelajari dengan teliti. ternyata tiap spesies mempunyai sifat yang tertentu, ada spesies yang aktif mulai senja hingga menjelang tengah malam dan sampai pagi hari. 2) Perilaku mencari darah dikaitkan dengan tempat apabila dengan metode yang sama kita adakan. Penangkapan nyarnuk didalam dan diluar rumah maka dari hasil penangkapan tersebut dapat diketahui ada dua golongan nyamuk, yaitu: eksofagik yang lebih senang mencari darah diluar rumah dan endofagik yang lebih senang mencari darah didalam rumah. 3) Perilaku mencari darah dikaitkan dengan sumber darah. Berdasarkan macam darah yang disenangi, kita dapat membedakan atas: antropofilik apabila lebih senang darah manusia, dan zoofilik apabila nyamuk lebih senang menghisap darah binatang dan golongan yang tidak mempunyai pilihan tertentu. 4) Frekuensi menggigit, telah diketahui bahwa nyamuk betina biasanya hanya kawin satu kali selama hidupnya Untuk mempertahankan dan memperbanyak keturunannya, nyamuk betina hanya memerlukan darah untuk proses pertumbuhan telurnya. Tiap sekian hari sekali nyamuk akan mencari darah. Interval tersebut tergantung pada species, dan dipengaruhi oleh temperatur dan kelembaban, dan disebut siklus gonotrofik. Untuk iklim Indonesia memerlukan waktu antara 48-96 jam.

b. Perilaku Istirahat.

Istirahat bagi nyamuk mempunyai 2 macam artinya: istirahat yang sebenarnya selama waktu menunggu proses perkembangan telur dan istirahat sementara yaitu pada waktu nyamuk sedang aktif mencari darah. Meskipun pada umumnya nyamuk memilih tempat yang teduh, lembab dan aman untuk beristirahat tetapi apabila diteliti lebih lanjut tiap species ternyata mempunyai perilaku yang berbeda-beda. Ada spesies yang halnya hinggap tempat-tempat dekat dengan tanah (AnAconitus) tetapi ada pula species yang hinggap di tempat-tempat yang cukup tinggi (An.Sundaicus). Pada waktu malam ada nyamuk yang masuk kedalam rumah hanya untuk menghisap darah orang dan kemudian langsung keluar. Ada pula yang baik sebelum maupun sesudah menghisap darah orang akan hinggap pada dinding untuk beristirahat. c. Perilaku Berkembang Biak. Nyamuk Anopheles betina mempunyai kemampuan memilih tempat perindukan atau tempat untuk berkembang biak yang sesuai dengan kesenangan dan kebutuhannya Ada species yang senang pada tempat-tempat yang kena sinar matahari langsung (an. Sundaicus), ada pula yang senang pada tempat-tempat teduh (An. Umrosus). Species yang satu berkembang dengan baik di air payau (campuran tawar dan air laut) misalnya (An. Aconitus) dan seterusnya Oleh karena perilaku berkembang biak ini sangat bervariasi, maka diperlukan suatu survai yang intensif untuk inventarisasi tempat perindukan, yang sangat diperlukan dalam program pemberantasan. 3. Keterangan mengenai vektor a. Umur Populasi Vektor. Umur nyamuk bervariasi tergantung pada species dan dipengaruhi keadaan lingkungan. Ada banyak cara untuk mengukur unsur populasi nyamuk. Salah satu cara yang paling praktis dan cukup memungkinkan ialah dengan melihat beberapa persen nyamuk porous dari jumlah yang diperiksa. Nyamuk parous adalah nyamuk yang telah pernah bertelur, yang dapat diperiksa dengan perbedahan indung telur (ovarium). Misalnya dari 100 ekor nyamuk yang dibedah indung telurnya ternyata 80 ekor telah parous, maka persentase parous populasi nyamuk tersebut adalah 80%. Penentuan umur nyamuk ini sangat penting untuk mengetahui kecuali kaitannya dengan penularan malaria data umur

populasi nyamuk dapat juga digunakan sebagai para meter untuk menilai dampak upaya pemberantasan vektor (penyemprotan, pengabutan dan lain-lain).

b. Distribusi Musiman. Distribusi musiman vektor sangat penting untuk diketahui. Data distribusi musiman ini apabila dikombinasikan dengan data umur populasi vektor akan menerangkan musim penularan yang tepat. Pada umumnya satu species yang berperan sebagai vektor, memperlihatkan pola distribusi manusia tertentu. Untuk daerah tropis seperti di Indonesia pada umumnya densitas atau kepadatan tinggi pada musim penghujan, kecuali An.Sundaicus di pantai selatan Pulau Jawa dimana densitas tertinggi pada musim kemarau c. Penyebaran Vektor. Penyebaran vektor mempunyai arti penting dalam epidemiologi penyakit yang ditularkan serangga. Penyebaran nyamuk dapat berlangsung dengan dua cara yaitu: cara aktif, yang ditentukan oleh kekuatan terbang, dan cara pasif dengan perantaraan dan bantuan alat transport atau angin. 4. Cara penularan malaria Penyakit malaria dikenal ada berbagai cara penularan malaria: a. Penularan secara alamiah (natural infection) penularan ini terjadi melalui gigitan nyamuk anopheles. b. Penularan yang tidak alamiah. 1) Malaria bawaan (congenital). Terjadi pada bayi yang baru dilahirkan karena ibunya menderita malaria, penularan terjadi melalui tali pusat atau placenta. 2) Secara mekanik.

Penularan terjadi melalui transfusi darah atau melalui jarum suntik. Penularan melalui jarum suntik yang tidak steril lagi. Cara penularan ini pernah dilaporkan terjadi disalah satu rumah sakit di Bandung pada tahun 1981, pada penderita yang dirawat dan mendapatkan suntikan intra vena dengan menggunakan alat suntik yang dipergunakan untuk menyuntik beberapa pasien, dimana alat suntik itu seharusnya dibuang sekali pakai (disposeble). 3) Secara oral (Melalui Mulut). Cara penularan ini pernah dibuktikan pada burung, ayam (P.gallinasium) burung dara (P.Relection) dan monyet (P.Knowlesi). C. Penyebaran Malaria Batas dari penyebaran malaria adalah 64LU (RuBia) dan 32LS (Argentina). Ketinggian yang dimungkinkan adalah 400 meter dibawah permukaan laut (Laut mati dan Kenya) dan 2600 meter di atas permukaan laut (Bolivia). Plasmodium vivax mempunyai distribusi geografis yang paling Juas, mulai dari daerah beriklim dingin, subtropik sampai kedaerah tropik. Plasmodium Falciparum jarang sekali terdapat didaerah yang beriklim dingin Penyakit Malaria hampir sama dengan penyakit Falciparum, meskipun jauh lebih jarang terjadinya. Plasmodium ovale pada umumnya dijumpai di Afrika dibagian yang beriklim tropik, kadangkadang dijumpai di Pasifik Barat. Di Indonesia Penyakit malaria tersebar diseluruh pulau dengan derajat endemisitas yang berbeda-beda dan dapat berjangkit didaerah dengan ketinggian sampai 1800 meter diatas permukaan laut. Angka kesakitan malaria di pulau Jawa dan Bali dewasa ini (1983) berkisar antara 1-2 per 1000 penduduk, sedangkan di luar Jawa-Bali sepuluh kali lebih besar. Sepcies yang terbanyak dijumpai adalah Plasmodium Falciparum dan Plasmodium vivax Plasmodium malaria banyak dijumpai di Indonesia bagian Timur. Plasmodium ovale pernah ditemukan di Irian dan Nusa Tenggara Timur.

D. Gejala Malaria Adalah penyakit malaria yang ditemukan berdasarkan gejala-gejala klinis dengan gejala utama demam mengigil secara berkala dan sakit kepala kadang-kadang dengan gejala klinis lain sebagai berikut : 1. Badan terasa lemas dan pucat karena kekurangan darah dan berkeringat. 2. Nafsu makan menurun. 3. Mual-mual kadang-kadang diikuti muntah. 4. Sakit kepala yang berat, terus menerus, khususnya pada infeksi dengan plasmodium Falciparum. 5. Dalam keadaan menahun (kronis) gejala diatas, disertai pembesaran limpa. 6. Malaria berat, seperti gejala diatas disertai kejang-kejang dan penurunan. 7. Pada anak, makin muda usia makin tidak jelas gejala klinisnya tetapi yang menonjol adalah mencret (diare) dan pusat karena kekurangan darah (anemia) serta adanya riwayat kunjungan ke atau berasal dari daerah malaria. 8. Gejala klasik malaria merupakan suatu paroksisme biasanya terdiri atas 3 stadium yang berurutan yaitu : a) Stadium dingin (cold stage). Stadium ini mulai dengan menggigil dan perasaan yang sangat dingin. Gigi gemeretak dan penderita biasanya menutup tubuhnya dengan segala macam pakaian dan selimut yang tersedia nadi cepat tetapi lemah. Bibir dan jari jemarinya pucat kebiru-biruan, kulit kering dan pucat. Penderita mungkin muntah dan pada anak-anak sering terjadi kejang. Stadium ini berlangsung antara 15 menit sampai 1 jam. b) Stadium demam (Hot stage). Setelah merasa kedinginan, pada stadium ini penderita merasa kepanasan. Muka merah, kulit kering dan terasa sangat panas seperti terbakar, sakit kepala menjadi-jadi dan muntah kerap

terjadi, nadi menjadi kuat lagi. Biasanya penderita merasa sangat hasil dan suhu badan dapat meningkat sampai 41C atau lebih. Stadium ini berlangsung antara 2 sampai 4 jam. Demam disebabkan oleh pecahnya sison darah yang telah matang dan masuknya merozoit darah kedalam aliran darah. Pada plasmodium vivax dan P. ovate sison-sison dari setiap generasi menjadi matang setiap 48 jam sekali sehingga demam timbul setiap tiga hari terhitung dari serangan demam sebelumnya. Nama malaria tertiana bersumber dari fenomena ini. Pada plasmodium malariaa, fenomena tersebut 72 jam sehingga disebut malaria P. vivax/P. ovale, hanya interval demamnya tidak jelas. Serangan demam di ikuti oleh periode laten yang lamanya tergantung pada proses pertumbuhan parasit dan tingkat kekebalan yang kemudian timbul pada penderita. c) Stadium berkeringat (sweating stage). Pada stadium ini penderita berkeringat banyak sekali sampai-sampai tempat tidurnya basah. Suhu badan meningkat dengan cepat, kadang-kadang sampai dibawah suhu normal. Penderita biasanya dapat tidur nyenyak. Pada saat bangun dari tidur merasa lemah tetapi tidak ada gejala lain, stadium ini berlangsung antara 2 sampai 4 jam. Gejala-gejala yang disebutkan diatas tidak selalu sama pada setiap penderita, tergantung pada species parasit dan umur dari penderita, gejala klinis yang berat biasanya teljadi pada malaria tropika yang disebabkan oleh plasmodium falciparum. Hal ini disebabkan oleh adanya kecenderungan parasit (bentuk trofosoit dan sison). Untuk berkumpul pada pembuluh darah organ tubuh seperti otak, hati dan ginjal sehingga menyebabkan tersumbatnya pembuluh darah pada organ-organ tubuh tersebut. Gejala mungkin berupa koma/pingsan, kejang-kejang sampai tidak berfungsinya ginjal. Kematian paling banyak disebabkan oleh jenis malaria ini. Kadangkadang gejalanya mirip kholera atau dysentri. Black water fever yang merupakan gejala berat adalah munculnya

hemoglobin pada air seni yang menyebabkan warna air seni menjadi merah tua atau hitam. Gejala lain dari black water fever adalah ikterus dan muntah-muntah yang warnanya sama dengan warna empedu, black water fever biasanya dijumpai pada mereka yang menderita infeksi P. falcifarum yang berulang -ulang dan infeksi yang cukup berat. E. Upaya pengendalian Terdapat beberapa upaya yang dilakukan dalam program pencegahan malaria seperti pemakaian kelambu, pengendalian vektor. 1. Pemakaian Kelambu 2. Pengendalian Vektor Untuk meminimalkan penularan malaria maka dilakukan upaya pengendalian terhadap Anopheles sp sebagai nyamuk penular malaria. Beberapa upaya pengendalian vektor yang dilakukan misalnya terhadap jentik dilakukan larviciding (tindakan pengendalian larva Anopheles sp secara kimiawi, menggunakan insektisida), biological control ( menggunakan ikan pemakan jentik), manajemen lingkungan, dan lain-lain. Pengendalian terhadap nyamuk dewasa dilakukan dengan penyemprotan dinding rumah dengan insektisida (IRS/ indoors residual spraying) atau menggunakan kelambu berinsektisida. Namun perlu ditekankan bahwa pengendalian vektor harus dilakukan secara REESAA (rational, effective, efisien, suntainable, affective dan affordable) mengingat kondisi geografis Indonesia yang luas dan bionomik vektor yang beraneka ragam sehingga pemetaan breeding places dan perilaku nyamuk menjadi sangat penting. Untuk itu diperlukan peran pemerintah daerah, seluruh stakeholders dan masyarakat dalam pengendalian vektor malaria. 3. Diagnosis dan Pengobatan Selain pencegahan, diagnosis dan pengobatan malaria juga merupakan upaya pengendalian malaria yang penting.

BAB III PEMBAHASAN

Nyamuk Anopheles betina mempunyai kemampuan memilih tempat perindukan atau tempat untuk berkembang biak yang sesuai dengan kesenangan dan kebutuhannya Ada species yang senang pada tempat-tempat yang kena sinar matahari langsung, ada pula yang senang pada tempat-tempat teduh, dan ada pula species yang berkembang dengan baik di air payau (campuran tawar dan air laut). Oleh karena perilaku berkembang biak ini sangat bervariasi, maka diperlukan suatu survai yang intensif untuk inventarisasi tempat perindukan, yang sangat diperlukan dalam program pemberantasan. Sebagian daerah Provinsi Bengkulu merupakan rawa dan area persawahan. Lingkungan rawa dan persawahan yang banyak membuat genangan air tersebut merupakan tempat yang baik untuk perkembang biakan nyamuk anopheles. Dari penelitian Hasan Husein (2007) nyamuk menyukai tempat lembab dan kotor sebagi tempat istirahat. Sedangkan sebagian besar di Kota Bengkulu masyarakatnya sudah terbiasa dengan lingkungan bersih seperti tidak adanya sampah di dalam rumah sehingga rumah tidak kotor dan lembab. Hal ini juga didukung dengan fasilitas yang sudah memadai seperti peralatan untuk kebersihan, alatalat untuk memasak yang sudah banyak menggunakan barang elektronik, sehingga tidak menimbulkan sampah. Sedangkan Nyamuk Anopheles biasanya menyukai tempat yang lembab dan kotor sebagi tempat istirahat. Lain halnya dengan di pedesaan yang belum banyak yang mengerti tentang penanggulangan penyakigt malaria. Sebagian masyarakat yang tinggal di pedesaan masih terbiasa dengan lingkungan yang kotor dan lembab, sehingga memungkinkan perkembangan nyamuk anopheles lebih cepat. Untuk mencegah agar tidak terserang penyakit malaria maka warga yang tinggal di daerah endemik penyakit tersebut sebaiknya tidur dengan menggunakan kelambu,

memberantas sarang nyamuk anopheles dengan menyemprotkan racun serta menerapkan pola hidup bersih dan sehat (PHBS). Untuk memberantas penyakit malaria, pemerintah membuat program yakni Program pembebasan malaria yang dilakukan berdasarkan Keputusan Menteri nomor 293 tahun 2009 yang dilakukan di seluruh Indonesia secara bertahap dari 2010,2015 dan 2020 sehingga untuk keseluruhan Indonesia ditargetkan bebas malaria pada 2030. Provinsi Bengkulu menargetkan pada 2020 bebas dari penyakit malaria yang dapat mengakibatkan kematian di seluruh dunia. Pemberantasan malaria dilakukan secara bertahap dengan lima kebijakan pemerintah yang baru untuk menyempurnakan kebijakan pemberantasan malaria sebelumnya. Kebijakan itu adalah diagnosa malaria yang harus dilakukan sampai ukuran mikroskopis dengan Rapid Diagnostic Test (RDT), pengobatan dengan metode Artemisinin Combination Therapy (ACT), pencegahan penularan dengan pembagian kelambu yang mengandung insektisida bagian dalamnya yang bisa bertahan tiga sampai lima tahun, kerjasama lintas sektor dengan adanya Gerakan Berantas Kembali (Gebrak) Malaria serta memperkuat desa siaga dengan pembuatan Pos Malaria Desa (Posmaldes). RDT merupakan semacam tes darah yang hanya dengan waktu 15 menit bisa diketahui hasil positif atau negatif malaria. Untuk ACT biaya pengobatan ditanggung APBN dan diberikan gratis bagi penderita malaria. BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan Dari data Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu, diare dan malaria klinis merupakan penyakit terbanyak yang diderita masyarakat Bengkulu. Pada kurun waktu dari Januari 2011 sampai dengan Maret 2011 ditemukan kasus malaria klinis sebanyak 4123 kasus.

Provinsi Bengkulu menargetkan pada 2020 bebas dari penyakit malaria yang dapat mengakibatkan kematian di seluruh dunia. Pemberantasan malaria dilakukan secara bertahap dengan lima kebijakan pemerintah yang baru untuk menyempurnakan kebijakan pemberantasan malaria sebelumnya. B. Saran Diharapakan Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu Melakukan penyuluhan secara intensif guna memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang cara mencegah dan menanggulangi malaria yaitu dengan memasang kasa nyamuk pada ventilasi rumah, menggunakan kelambu dan menggunakan obat anti nyamuk waktu tidur. Melakukan kegiatan surveilens malaria secara menyeluruh, baik pemantauan parasit dan spesies vektor serta kepadatan vektor malaria. Bagi masyarakat agar memperbaiki lingkungan dalam rumah seperti pemasangan kasa nyamuk pada ventilasi rumah. Menghindari gigitan nyamuk malaria dengan cara pemakaian kelambu dan menggunakan obat anti nyamuk waktu tidur. DAFTAR PUSTAKA Hasan husein,2007, Analisis Faktor Risiko Kejadian Malaria di Puskesmas Sukamerindu Kecamatan Sungai Serut Kota Bengkulu Provinsi Bengkulu http://eprints.undip.ac.id/17530/1/Hasan_Husin.pdf diakses tanggal 7 Mei 2012 Karimel Sinambela, 2011, Wabah Malaria Ancam www.mediaindonesia.com diakses tanggal 6 Mei 2012 Kota Bengkulu

Ministry of health RI, 2011, Indonesian Health Profile 2010, Ministry of Health Republic of Indonesia, Jakar Mahfudin, 2012, Diare dan malaria penyakit terbanyak di Bengkulu www.bengkuluonline.com diakses tanggal 6 Mei 2012 Didiet Adiputro,2008 Malaria Masih Menghantui Indonesia, www.perspektif.net diakses tanggal 6 Mei 2012 ,

Diposkan oleh Mahmud Azhari di 21.38 Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook .

Upload Browse Go Pro Login Signup Email Like Save Embed

Makalah malaria fatin Document Transcript

1. KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SAW atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga penyusunan karya tulis sederhana ini dapat terselesaikan dengan baik. Sholawat dan salam selalu tercurahkan kepada nabi Muhammad SAW yang telah menghantarkan kita pada zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan ini. Makalah ini berisi tentang penyakit malaria . Penulis menyadari sepenuhnya , bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan baik penyusunan maupun teknis peulisannya , untuk itu saya berharap kepada pembaca untuk memberikan saran-saran yang sifatnya membangun demi perbaikan dan kesempurnaan isi makalah ini . Semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya saya sebagai penulis .oleh karna itu kritik dan saran sangat saya harpkan . Raha,24 oktober 2013 2. DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB 1 .PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan masalah 1.3 Tujuan BAB 2. PEMBAHASAN 2.1. Defenisi Penyakit Malaria 2.2. Faktor-Faktor Resiko Terkena Malaria BAB 3. PENUTUP 3.1. Kesimpulan 3.2. Saran DAFTAR PUSTAKA 3. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebelum penulis memulai pembahasan lebih lanjut mengenai penyakit malaria, ada baik nya saya memaparkan sedikit bahwa malaria ialah penyakit berbahaya, penyakit yang telah merenggut jutaan bahkan mungkin milyaran nyawa di dunia. Penyakit ini sudah berumur ribuan tahun. Wabah malaria ini di sebarkan oleh makhluk imut kecil yang sangat berbahaya. Kalian tentu sudah tahu siapa sosok nyamuk itu. Dia hidup berdampingan dengan kita. Dia bisa ada di mana saja, dirumah, sekolah, pasar, hotel, perkantoran, bahkan di hutan ataupun gua juga ada. Hewan lemah inilah yang menyebarkan terror di seluruh bagian dunia ini Walaupun begitu tidak semua nyamuk bisa menyebarkan/menularkan wabah malaria ini, nyamuk yang menularkan penyakit ini ialah keluarga anophles. Merekalah tersangka dibalik pembunuhan jutaan jiwa warga dunia. 4. 1.2 Rumusan Masalah Mengetahui Defenisi Penyakit Malaria Mengetahui JenisJenis Penyakit Malaria Mengetahui Gejala Penyakit Malaria Mengetahui Penyebab dan Penularan Penyakit Malaria 1.3 Tujuan Tujuan dari penyusunan makalah ini yaitu untuk membahas secara rinci tentang penyakit malaria serta jenis,penyebab, penularan dan gejala penyakit malaria. 5. BAB 2 PEMBAHASAN 2.1. Defenisi Penyakit Malaria Malaria adalah penyakit menular akibat infeksi parasit plasmodium yang ditularkan melalui gigitan nyamuk malaria yang bernama Anopheles. Nyamuk Anopheles penyebab penyakit malaria ini banyak terdapat pada daerah dengan iklim sedang khususnya di benua Afrika dan India. Termasuk juga di Indonesia. Parasit plasmodium yang ditularkan nyamuk ini menyerang sel darah merah. Sampai saat ini ada empat jenis plasmodium yang mampu menginfeksi manusia yaitu plasmodium vivax, plasmodium malariae, plasmodium ovale dan plasmodium falciparum. Plasmodium falciparum merupakan yang paling berbahaya dan dapat mengancam nyawa. Banyak yang mengira penyakit malaria sama dengan Demam Berdarah karena punya gejala yang mirip dan samasama ditularkan oleh nyamuk. Namun perlu diketahui bahwa keduanya berbeda. Malaria disebabkan oleh nyamuk anopheles yang membawa parasit plasmodium, sementara demam berdarah disebabkan oleh nyamuk Aedes Aegypti yang membawa visrus Dengue. A. Jenis-Jenis Penyakit Malaria Penyakit ini memiliki empat jenis dan disebabkan oleh spesies parasit yang berbeda. Jenis malaria itu adalah:

6. 1. malaria tertiana (paling ringan), yang disebabkan plasmodium vivax dengan gejala demam dapat terjadi setiap dua hari sekali setelah gejala pertama terjadi (dapat terjadi selama dua minggu setelah infeksi). 2. demam rimba (jungle fever), malaria aestivo-autumnal atau disebut juga malaria tropika, disebabkan plasmodium falciparum merupakan penyebab sebagian besar kematian akibat malaria. Organisme bentuk ini sering menghalangi jalan darah ke otak, menyebabkan koma, mengigau dan kematian. 3. malaria kuartana yang disebabkan plasmodium malariae, memiliki masa inkubasi lebih lama daripada penyakit malaria tertiana atau tropika; gejala pertama biasanya tidak terjadi antara 18 sampai 40 hari setelah infeksi terjadi. Gejala itu kemudian akan terulang lagi tiap tiga hari. 4. malaria pernisiosa, disebabkan oleh plasmodium vivax, gejala dapat timbul sangat mendadak, mirip stroke, koma disertai gejala malaria yang berat. B. Gejala Penyakit Malaria Gejala malaria mirip dengan gejala flu biasa. Penderita mengalami demam, menggigil, nyeri otot persendian dan sakit kepala. Penderita mengalami mual, muntah, batuk dan diare. Gejala khas malaria adalah adanya siklus menggigil, demam dan berkeringat yang terjadi berulang ulang. Pengulangan bisa berlangsung tiap hari, dua hari sekali atau tiga hari sekali terggantung jenis malaria yang menginfeksi. Gejala lain warna kuning pada kulit akibat rusaknya sel darah merah dan sel hati Infeksi awal malaria umumnya memiliki tanda dan gejala sebagai berikut : Menggigil 7. Demam tinggi Berkeringat secara berlebihan seiring menurunnya suhu tubuh Mengalami ketidaknyamanan dan kegelisahan (malaise) Tanda dan gejala lain antara lain: Sakit kepala Mual Muntah Diare Dalam beberapa kasus, parasit penyebab malaria bisa bertahan dalam tubuh manusia selama beberapa bulan. Sementara itu, infeksi akibat parasit P. falciparum biasanya lebih serius dan lebih mengancam nyawa. Sehingga ketika merasakan gejala tersebut, penangan dokter lebih awal sangat disarankan. Gejala malaria dapat dilihat sebagai berikut, ada dua jenis gajala malaria a. Gejala Malaria ringan(Malaria Tanpa Komplikasi) Meskipun gejala malaria ringan ini dikatakan ringan,namun sipenderita cukup merasakan siksaan. Gejalanya, demam dan menggigil,di sertai sakit kepala, mual, munta, diare,nyeri otot atau pegal-pegal. Gejala-gejala yang timbul bervariasi tergantung daya tahan tubuh penderita. Gejala Malaria ini ada tiga stadium berurutan: 1. Stadium dingin(Cool Stage) 8. Kedinginan dirasakan kurang lebih 15 menit hingga sampai 1 jam .dimulai dengan meggigil dan perasaan sangat dingin, gigi gemeretak, denyut nadi cepat tetapi lemah, bibir dan jari-jari pucat kebiru-biruan (Sianotik), kulit kering dan terkadang disertai muntah. 2. Stadium Demam(hot stage) Berlangsung lebih dari 2 hingga 4 jam. Penderita merasa kepanasan(fever), muka merah, kulit kering, sakit kepala dan sering kali muntah. Nadi menjadi kuat kembali , merasa sangat haus dan suhu tubuh dapat meningkat hingga 41 oc atau lebih. Pada anak-anak, suhu tubuh yang tinggi dapat menimbulkan kejang-kajang . 3. Stadium Berkeringat(Sweating Stage) Berlangsung lebih dari 2 hingga 4 jam. Penderita berkeringat sangat banya, suhu tubuh kembali turun, kadangkadang sampai dibawah normal. Setelah itu biasanya penderita beristrahat hingga tertidur. Setelah bangun tidur penderita merasa lemah tetapi tidak ada gejala lain sehingga dapat kembali melakukan kegiatan sehari-hari. b.Gejala Malaria Berat(Malaria Dengan Komplikasi) Penderita dikatakan menderita malaria berat bila didalam darahnya ditemukan parasit malaria melalui pemeriksaan laboratorium sediaan darah tepi atau rapid diagnostic test(rdt) dan disertai memiliki satu atau beberapa gejala/komplikasi berikut ini : Gannguan kesadaran dalam berbagai derajat (mulai dari koma sampai penurunan kesadaran lebih ringan dengan manifestasi seperti: mengigau, bicara salah, tidur terus, diam saja, tingkah laku berubah)

9. Keadaan umum tang sangat lemah (tidak bisa duduk/berdiri) Kejang-kejang Panas sangat tinggi Mata atau tubuh kuning Tanda-tanda dehidrasi(mata cekung, turgor dan elastisitas kulit berkurang, bibir kering, produksi air seni berkurang) perdarahan hidung, gusi atau saluran pencernaan. Nafas cepat atau sesak nafas C.Penyebab dan Penularan Penyakit Malaria Meski memiliki gejala yang hampir mirip, malaria dan demam berdarah disebabkan oleh nyamuk yang berbeda. Nyamuk penyebab demam berdarah adalah Aedes Aegypti, dan menyerang pada siang hari. Sementara nyamuk Anopheles penyebab malaria menyerang pada pagi dan sore hari. a.Penyebab Malaria Parasit yang menyebabkan malaria disebut plasmodium. Ada 170 jenis plasmodium, tapi hanya empat yang menyebabkan malaria pada manusia : P. falciparum, merupakan jenis yang banyak terdapat di Afrika dan menyebabkan gejala yang parah. P. vivax, merupakan jenis yang banyak terdapat di daerah tropis Asia. P. malariae, banyak terdapat di Afrika dan dapat berdiam di aliran darah tanpa menimbulkan gejala apapun untuk beberapa tahun. P. ovale, banyak terdapat di Afrika bagian barat. 10. b. Proses Penularan Penyakit Malaria Penularan parasit plasmodium kepada manusia adalah melalui nyamuk anopheles betina. Ketika nyamuk menggigit seseorang yang terinfeksi malaria, nyamuk tersebut menyedot parasit yang disebut gametocytes. Parasit tersebut menyelesaikan siklus pertumbuhannya di dalam tubuh nyamuk dan kemudian merambat ke kelenjar ludah nyamuk. Pada saat menggigit anda, nyamuk ini menyuntikan parasit ke aliran darah anda. Menuju hati kemudian melipatgandakan diri. Bentuk penularan lain yang dapat terjadi dapat berupa penularan dari wanita hamil ke janin. Malaria juga dapat menular melalui transfusi darah. 2.2. Faktor-Faktor Resiko Terkena Malaria Mereka yang memiliki imunitas rendah terhadap malaria memiliki risiko yang lebih besar. Hal ini berlawanan dengan mereka yang tinggal di daerah endemik karena telah memiliki imunitas terhadap malaria. Mereka yang berisiko mengalami malaria antara lain: Anak-anak dan bayi Pelancong yang datang dari wilayah tanpa malaria Wanita hamil dan janinnya Pencegahan dan Cara Pengobatan Penyakit Malaria Tidak ada vaksin yang efektif untuk melawan malaria. Pada negara-negara endemik cara pencegahannya adalah dengan menjauhkan nyamuk dari manusia dengan memakai obat nyamuk atau jaring nyamuk. Cara Pencegahan11. Biasanya pemerintah melakukan foging (pengasapan) di tempat-tempat endemik malaria. Namun kita juga bisa melakukan pencegahan seperti berikut: Menghindari gigitan nyamuk dengan memakai baju tertutup Menggunakan krim anti nyamuk Memasang kelambu anti nyamuk Jika Anda akan bepergian ke tempat di mana banyak nyamuk malaria mengancam, konsultasikan dulu dengan dokter Jangan keluar rumah setelah senja Menyemprotkan obat nyamuk di kamar tidur dan isi rumah Cara Pengobatan Ada tiga faktor yang harus diperhatikan dalam pengobatan malaria yaitu : jenis plasmodium yang menginfeksi, keadaan klinis pasien (usia dan kehamilan) dan jenis obat yang cocok untuk plasmodium penginfeksi. Jenis obat tergantung dari daerah geografis tempat. plasmodium tersebut hidup. Hal tersebut disebabkan adanya plasmodium yang sudah resisten terhadap beberapa obat pada daerah daerah tertentu. Malaria ringan dapat diberikan obat oral. Sedangkan malaria berat yang mempunyai gejala klinis perdarahan harus di observasi di rumah sakit dengan pengobatan intra vena. Tujuan pengobatan malaria adalah menyembuhkan penderita, mencegah kematian, mengurangi kesakitan, mencegah komplikasi dan relaps, serta mengurangi kerugian sosial ekonomi (akibat malaria). Tentunya, obat yang ideal adalah yang memenuhi syarat: -Membunuh semua stadium dan jenis parasit -Menyembuhkan infeksi akut, kronis dan relaps

12. -Toksisitas dan efek samping sedikit -Mudah cara pemberiannya -Produksi obat, penggunaan obat-obatan dengan kualitas kurang baik, bahkan obat palsu. - Distribusi obat tidak sesuai dengan kebutuhan atas indikasi kasus di puskesmas. Obat yang ideal yaitu: - Membunuh semua stadium dan jenis parasit - Menyembuhkan infeksi akut, kronis dan relaps - Toksisitas dan efek samping sedikit - Mudah cara pemberiannya Harga murah dan terjangkau oleh semua lapisan masyarakat Sedangkan hambatan operasional dalam pengobatan adalah: - Produksi obat, penggunaan obat-obatan dengan kualitas kurang baik, bahkan obat palsu. - Distribusi obat tidak sesuai dengan kebutuhan atas indikasi kasus di puskesmas. - Kualitas tenaga kesehatan, pemberian obat tidak sesuai dengan dosis trandar yang telah ditetapkan. - Kesadaran penderita, penderita tidak minum obat sesuai dengan dosis yang dianjurkan (misal klorokuin untuk 3 hari, hanya diminum 1 hari saja). 13. Adabeberapa jenis obat yang dikenal umum yang dapat digunakan dalam pengobatan penyakit malaria, antara lain: 1. Klorokuin 2. Primakuin 3. Kina 4. Sulfadoksin pirimetamin (sp) 5. Sambiloto 6. Pulai 7. Johar 8. Bratawali 9. Vaksin 14. BAB 3 PENUTUP 3.1 Kesimpulan Malaria adalah penyakit mematikan yang disebarkan melalui perantara nyamuk anopheles. Malaria ialah penyakit yang disebabkan oleh plasmodium. Plasmodium ialah parasit yang bersel tunggal yang terdiri atas 4 jenis plasmodium yaitu : a. Plasmadium vivax : yang menyebabkan malaria tertiana benigna. b. Plasmadium ovale : yang menyebabkan malaria tertiana benigna c. Plasmadium malariae : yang menyebabkan malaria quartana d.Plasmadium falciparum: yang menyebabkan malaria tertiana maligna yang berat, Progresif dan biasanya fatal. Penyakit ini dapat diobati dengan menggunakan tanaman obat seperti, Klorokuin, Primakuin, Kina, Sulfadoksin pirimetamin (sp), Sambiloto, Pulai, Johar, Bratawali, Vaksin. Agar kita terhindar dari penyakit malaria, hendaknya kita melakukan tindakan pencegahan dari gigitan nyamuk anopheles. Pencegahannya bisa dengan menggunakan obat dan ada juga yang tanpa obat. Menjaga kebersihan lingkungan tempat tinggal merupakan salah satu langkah yang penting untuk mencegah gigitan nyamuk yang aktif di malam hari ini. Keberhasilan langkah ini sangat ditentukan oleh kesadaran masyarakat setempat. 15. 3.1. Saran Penyakit Malaria adalah penyakit yang kadang gejalanya tidak kita ketahui. jadi, agar kita terhindar dari penyakit malaria hendaknya kita melakukan tindakan pencegahan dari gigitan nyamuk. pencegahan dapat dilakukan dengan menggunakan obat dan ada juga yang tanpa obat .dan kita juga harus menjaga kebersihan lingkungan tempat tinggal kita. 16. DAFTAR PUSTAKA Afrizal, D. 2010. http://fkmutu.blogspot.com/2010/12/makalahpengendalian-vektor-penyakit.html diakses pada tanggal 5 Maret 2011 Chandra,budi. 2003.Vektor Penyakit Menular Pada Manusia. http://files.bukukedokteran.webnode.com/2000000243716638102/Vektor%20Penyakit.pdf . diakses tanggal 4 maret 2011. Nurmaini. 2001. Identifikasi vektor dan binatang pengganggu serta pengendalian anopheles Aconitus secara sederhana.http://www.solexun.net/repository/id/hlth/CR6-Res3-ind.pdf. diakses tanggal 4 maret 2011. Peraturan Mentri Republik Indonesia nomor 374/Mekes/PER/III/2010.tenteng Pengendalian Vektor. http://www.depkes.go.id/downloads/Pengendalian Vektor%20.pdf. diakses tanggal 4 maret 2011.Rahayu, Subekti. 2004. Semut Sahabat Petani. http://www.blueboard.com/kerengga/pdf/rahuya.pdf. di akses tanggal 4 maret 2011 17. NAMA DOSEN : LA ODE AMSIR, S.kom., M.si TUGAS : KOMPUTER DAN SEARCHING INTERNET PENYAKIT MALARIA OLEH NAMA :SITTI

FATIMAH DELI NIM : 2013.1B.0090 TINGKAT : 1B AKADEMI KEBIDANAN PARAMATA KABUPATEN MUNA 2013

Satu Langkah Menuju Masa Depan


Search...

Yuesuf

About #140 (no title) Profil News o Umum o Hukum o Olahraga o Budaya Download Gambar o Teman SMK My Galery Makalah o #244 (no title)

MAKALAH PENYAKIT MALARIA


16 Apr BAB I PENDAHULUAN 1.1. TUJUAN Untuk memenuhi tugas mata kuliah Imunologi II dengan menjelaskan mengenai malaria. Untuk lebih memahami mengenai mekanisme dan pemeriksaan malaria dan dapat mengaplikasikan cara pemeriksaannya pada praktek kerja sehari hari. 1.2. LATAR BELAKANG

Malaria masih merupakan masalah penyakit endemik di wilayah Indonesia Timur khususnya Nusa Tenggara Barat. Salah satu masalah yang dihadapi adalah kesulitan mendiagnosis secara cepat dan tepat. Berdasarkan hasil evaluasi Program Pemantapan Mutu Eksternal Laboratorium Kesehatan pada pemeriksaan mikroskopis malaria, yang dilakukan oleh Balai Laboratorium Kesehatan Mataram, dari 19 laboratorium di NTB yang mengevaluasi menggunakan preparat positif malaria, hanya 79% peteknik laboratorium yang dapat membaca preparat dengan benar. Kepentingan untuk mendapatkan diagnosis yang cepat pada penderita yang diduga menderita malaria merupakan tantangan untuk mendapatkan uji/metode laboratorik yang tepat, cepat, sensitif, mudah dilakukan, serta ekonomis. Peranan keendemikan (endemisitas) malaria, migrasi penduduk yang cepat, serta berpindah-pindah (traveling) dari daerah endemis, secara tidak langsung mempengaruhi masalah diagnostik laboratorikmaupun terapi malaria. Perubahan gambaran morfologi parasit malaria, serta variasi galur (strain), yang kemungkinan disebabkan oleh pemakaian obat antimalaria secara tidak tepat (irasional), membuat masalah semakin sulit terpecahkan bila hanya mengandalkan

teknik diagnosis mikroskopis. Ditambah lagi rendahnya mutu mikroskop dan pereaksi (reagen) serta kurang terlatihnya tenaga pemeriksa, menimbulkan kendala dalam memeriksa parasit malaria secara mikroskopis yang selama ini merupakan standar emas (gold standard) pemeriksaan laboratoris malaria. BAB II ISI A. Pengertian Malaria merupakan penyakit infeksi parasit yang disebabkan oleh plasmodium yang menyerang eritrosit dan ditandai dengan ditemukannya bentuk aseksual didalam darah. Infeksi malaria memberikan gejala berupa demam, menggigil, anemia dan splenomegali. penyakit menular ini sangat dominan di daerah tropis dan sub-tropis atau kawasan tropika yang biasa namun apabila diabaikan dapat menjadi penyakit yang serius. Parasit penyebab malaria seperti malaria jenis Plasmodium falciparum merupakan malaria tropika yang sering menyebabkan kematian. Ia adalah suatu protozoa yang dipindahkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk Anopheles betina terutama pada waktu terbit dan terbenam matahari. Setidaknya 270 juta penduduk dunia menderita malaria dan lebih dari 2 miliar atau 42% penduduk bumi memiliki risiko terkena malaria. WHO mencatat setiap tahunnya tidak kurang dari 1 hingga 2 juta penduduk meninggal karena penyakit yang disebarluaskan nyamuk Anopheles. Penyakit malaria juga dapat diakibatkan karena perubahan lingkungan sekitar seperti adanya Pemanasan global yang terjadi saat ini mengakibatkan penyebaran penyakit parasitik yang ditularkan melalui nyamuk dan serangga lainnya semakin mengganas. Perubahan temperatur, kelembaban nisbi, dan curah hujan yang ekstrim mengakibatkan nyamuk lebih sering bertelur sehingga vector sebagai penular penyakit pun bertambah dan sebagai dampak muncul berbagai penyakit, diantaranya demam berdarah dan malaria. B. Penyebab Penyakit Malaria Penyakit malaria disebabkan oleh bibit penyakit yang hidup di dalam darah manusia. Bibit penyakit tersebut termasuk binatang bersel satu, tergolong amuba yang disebut Plasmodium. Kerja plasmodium adalah merusak sel-sel darah merah. Dengan perantara nyamuk anopheles, plasodium masuk ke dalam darah manusian dan berkembang biak dengan membelah diri. Ada empat macam plasmodium yang menyebabkan malaria: Falciparum, penyebab penyakit malaria tropika. Jenis malaria ini bisa menimbulkan kematian. Vivax, penyebab malaria tersiana. Penyakit ini sukar disembuhkan dan sulit kambuh. Malaria, penyebab malaria quartana. Di Indonesia penyakit ini tidak banyak ditemukan. Ovale, penyebab penyakit malaria Ovale. Tidak terdapat di Indonesia. Penyebab lain terjadinya penyakit malaria, yaitu a) Parasit Untuk kelangsungan hidupnya, parasit malaria memerlukan dua macam siklus kehidupan yaitu siklus dalam tubuh manusia dan siklus dalam tubuh nyamuk. a. Siklus aseksual dalam tubuh manusia Sikus dalam tubuh manusia juga disebut siklus aseksual, dan siklus ini terdiri dari : Gambar 1 : siklus hidup parasit malaria Siklus di luar sel darah merah Siklus di luar sel darah merah berlangsung dalam hati. Pada Plasmodium vivax dan Plasmodium ovale ada yang ditemukan dalam bentuk laten di dalam sel hati yang disebut hipnosoit. Hipnosoit merupakan suatu fase dari siklus hidup parasit yang nantinya dapat

menyebabkan kumat / kambuh atau rekurensi (long term relapse). Plasmodium vivax dapat kambuh berkali-kali bahkan sampai jangka waktu 3 4 tahun. Sedangkan untuk Plasmodium ovale dapat kambuh sampai bertahun-tahun apabila pengobatannya tidak dilakukan dengan baik. Setelah sel hati pecah akan keluar merozoit yang masuk ke eritrosit (fase eritrositer) Fase dalam sel darah merah Fase hidup dalam sel darah merah / eritrositer terbagi dalam : a) Fase sisogoni yang menimbulkan demam b) Fase gametogoni yang menyebabkan seseorang menjadi sumber penularan penyakit bagi nyamuk vektor malaria. Kambuh pada Plasmodium falciparum disebut rekrudensi (short term relapse), karena siklus didalam sel darah merah masih berlangsung sebagai akibat pengobatan yang tidak teratur. Merozoit sebagian besar masuk ke eritrosit dan sebagian kecil siap untuk diisap oleh nyamuk vektor malaria. Setelah masuk tubuh nyamuk vektor malaria, mengalami siklus sporogoni karena menghasilkan sporozoit yaitu bentuk parasit yang sudah siap untuk ditularkan kepada manusia. Gambar 2 : eritrosit yang terinfeksi parasit malaria b. Fase seksual dalam tubuh nyamuk Fase seksual ini biasa juga disebut fase sporogoni karena menghasilkan sporozoit, yaitu bentuk parasit yang sudah siap untuk ditularkan oleh nyamuk kepada manusia. Lama dan masa berlangsungnya fase ini disebut masa inkubasi ekstrinsik, yang sangat dipengaruhi oleh suhu dan kelembaban udara. Prinsip pengendalian malaria, antara lain didasarkan pada fase ini yaitu dengan mengusahakan umur nyamuk agar lebih pendek dari masa inkubasi ekstrinsik, sehingga fase sporogoni tidak dapat berlangsung. Dengan demikian rantai penularan akan terputus b) Nyamuk Anopheles Gambar 3 : Nyamuk Anopheles Penyakit malaria pada manusia ditularkan oleh nyamuk Anopheles vektor betina. Di seluruh dunia terdapat sekitar 2000 spesies nyamuk Anopheles, 60 spesies diantaranya diketahui sebagai vektor malaria. Di Indonesia terdapat sekitar 80 jenis nyamuk Anopheles, 22 spesies diantaranya telah terkonfirmasi sebagai vektor malaria. Sifat masing-masing spesies berbeda-beda tergantung berbagai faktor seperti penyebaran geografis, iklim dan tempat perkembangbiakannya. Semua nyamuk vektor malaria hidup sesuai dengan kondisi ekologi setempat, contohnya nyamuk vektor malaria yang hidup di air payau (Anopheles sundaicus dan Anopheles subpictus), di sawah (Anopheles aconitus) atau di mata air (Anopheles balabacensis dan Anopheles maculatus). Nyamuk Anopheles hidup di daerah iklim tropis dan subtropis, tetapi juga bias hidup di daerah yang beriklim sedang. Nyamuk ini jarang ditemukan pada daerah dengan ketinggian lebih dari 2500 meter dari permukaan laut. Tempat perkembangbiakannya bervariasi (tergantung spesiesnya) dan dapat dibagi menjadi tiga ekosistem yaitu pantai, hutan dan pegunungan. Biasanya nyamuk Anopheles betina vektor menggigit manusia pada malam hari atau sejak senja hingga subuh. Jarak terbang (flight range) antara 0,5 3 km dari tempat perkembangbiakannya. Jika ada angin yang bertiup kencang, dapat terbawa sejauh 20 30 km. Nyamuk Anopheles juga dapat terbawa pesawat terbang, kapal laut atau angkutan lainnya dan menyebarkan malaria ke daerah yang semula tidak terdapat kasus malaria. Umur nyamuk Anopheles dewasa dialam bebas belum banyak diketahui, tetapi di laboratorium dapat mencapai 3 -5 minggu. Nyamuk Anopheles mengalami metamorfosis sempurna. Telur yang diletakkan nyamuk betina diatas permukaan air akan menetas menjadi larva, melakukan pergantian kulit (sebanyak 4 kali) kemudian

tumbuh menjadi pupa dan menjadi nyamuk dewasa. Waktu yang dibutuhkan untuk perkembangan (sejak telur menjadi dewasa) bervariasi antara 2 5 minggu tergantung spesies, makanan yang tersedia, suhu dan kelembaban udara. c) Manusia yang rentan terhadap infeksi malaria Secara alami penduduk di suatu daerah endemis malaria ada yang mudah dan ada yang tidak mudah terinfeksi malaria, meskipun gejala klinisnya ringan. Perpindahan penduduk dari dan ke daerah endemis malaria hingga kini masih menimbulkan masalah. Sejak dulu, telah diketahui bahwa wabah penyakit ini sering terjadi di daerah-daerah pemukiman baru, seperti di daerah perkebunan dan transmigrasi. Hal ini terjadi karena pekerja yang datang dari daerah lain belum mempunyai kekebalan sehingga rentan terinfeksi. d) Lingkungan Keadaan lingkungan berpengaruh terhadap keberadaan penyakit malaria di suatu daerah. Adanya danau, air payau, genangan air di hutan, persawahan, tambak ikan, pembukaan hutan dan pertambangan di suatu daerah akan meningkatkan kemungkinan timbulnya penyakit malaria karena tempat-tempat tersebut merupakan tempat perkembangbiakan nyamuk vektor malaria. e) Iklim Suhu dan curah hujan di suatu daerah berperan penting dalam penularan penyakit malaria. Biasanya penularan malaria lebih tinggi pada musim kemarau dengan sedikit hujan dibandingkan pada musim hujan. Pada saat musim kemarau dengan sedikit hujan, genangan air yang terbentuk merupakan tempat yang ideal sebagai tempat perkembangbiakan nyamuk vektor malaria. Dengan bertambahnya tempat perkembangbiakan nyamuk, populasi nyamuk vektor malaria juga bertambah sehingga kemungkinan terjadinya transmisi meningkat. C. Penularan dan Penyebaran Penularan penyakit malaria dari orang yang sakit kepada orang sehat, sebagian besar melalui gigitan nyamuk. Bibit penyakit malaria dalam darah manusia dapat terhisap oleh nyamuk, berkembang biak di dalam tubuh nyamuk, dan ditularkan kembali kepada orang sehat yang digigit nyamuk tersebut. Jenis-jenis vektor (perantara) malaria yaitu: Anopheles Sundaicus, nyamuk perantara malaria di daerah pantai. Anopheles Aconitus, nyamuk perantara malaria daerah persawahan. Anopheles Maculatus, nyamuk perantara malaria daerah perkebunan, kehutanan dan pegunungan. Penularan yang lain adalah melalu transfusi darah. Namun kemungkinannya sangat kecil. Cara penularan penyakit malaria dapat di bedakan menjadi dua macam yaitu : 1. Penularan secara alamiah (natural infection) Malaria ditularkan oleh nyamuk Anopheles. Nyamuk ini jumlahnya kurang lebih ada 80 jenis dan dari 80 jenis itu, hanya kurang lebih 16 jenis yang menjadi vector penyebar malaria di Indonesia. Penularan secara alamiah terjadi melalui gigitan nyamuk Anopheles betina yang telah terinfeksi oleh Plasmodium. Sebagian besar spesies menggigit pada senja dan menjelang malam hari. Beberapa vector mempunyai waktu puncak menggigit pada tengah malam dan menjelang pajar. Setelah nyamuk Anopheles betina mengisap darah yang mengandung parasit pada stadium seksual (gametosit), gamet jantan dan betina bersatu membentuk ookinet di perut nyamuk yang kemudian menembus di dinding perut nyamuk dan membentuk kista pada lapisan luar dimana ribuan sporozoit dibentuk. Sporozoit-sporozoit tersebut siap untuk ditularkan. Pada saat menggigit manusia, parasit malaria yang ada dalam tubuh nyamuk masuk ke dalam darah manusia sehingga manusia tersebut terinfeksi lalu menjadi sakit. 2. Penularan tidak alamiah (not natural infection) a. Malaria bawaan

Terjadi pada bayi yang baru lahir karena ibunya menderita malaria. Penularannya terjadi melalui tali pusat atau plasenta (transplasental) b. Secara mekanik Penularan terjadi melalui transfusi darah melalui jarum suntik. c. Secara oral Cara penularan ini pernah dibuktikan pada burung (P.gallinasium), burung dara (P.relection) dan monyet (P.knowlesi). D. Tanda-tanda Terjadinya Penyakit Malaria Tanda-tanda yang terjadi pada penyakit malaria dimulai dengan dingin dan sering sakit kepala. Penderita menggigil atau gemetar selama 15 menit sampai satu jam. Dingin diikuti demam dengan suhu 40 derajat atau lebih. Penderita lemah, kulitnya kemerahan dan menggigau. Demam berakhir serelah beberapa jam. Penderita mulai berkeringat dan suhunya menurun. Setelah serangan itu berakhir, penderita merasa lemah tetapi keadaannya tidak mengkhawatirkan E. Gejala Klinis dan Masa Inkubasi Malaria Keluhan dan tanda klinis, merupakan petunjuk yang penting dalam diagnosa malaria. Gejala klinis ini dipengaruhi oleh jenis/ strain Plasmodium imunitas tubuh dan jumlah parasit yang menginfeksi. Waktu mulai terjadinya infeksi sampai timbulnya gejala klinis dikenal sebagai waktu inkubasi, sedangkan waktu antara terjadinya infeksi sampai ditemukannya parasit dalam darah disebut periode prepaten.9 1. Gejala klinis Gejala klasik malaria yang umum terdiri dari tiga stadium (trias malaria), yaitu: a. Periode dingin. Mulai dari menggigil, kulit dingin dan kering, penderita sering membungkus diri dengan selimut dan pada saat menggigil sering seluruh badan bergetar dan gigi saling terantuk, pucat sampai sianosis seperti orang kedinginan. Periode ini berlangsung 15 menit sampai 1 jam diikuti dengan meningkatnya temperatur. b. Periode panas. Penderita berwajah merah, kulit panas dan kering, nadi cepat dan panas badan tetap tinggi dapat mencapai 400C atau lebih, respirasi meningkat, nyeri kepala, terkadang muntah-muntah, dan syok. Periode ini lebih lama dari fase dingin, dapat sampai dua jam atau lebih diikuti dengan keadaan berkeringat. c. Periode berkeringat. Mulai dari temporal, diikuti seluruh tubuh, sampai basah, temperatur turun, lelah, dan sering tertidur. Bila penderita bangun akan merasa sehat dan dapat melaksanakan pekerjaan seperti biasa. Di daerah dengan tingkat endemisitas malaria tinggi, sering kali orang dewasa tidak menunjukkan gejala klinis meskipun darahnya mengandung parasit malaria. Hal ini merupakan imunitas yang terjadi akibat infeksi yang berulang-ulang. Limpa penderita biasanya membesar pada serangan pertama yang berat/ setelah beberapa kali serangan dalam waktu yang lama. Bila dilakukan pengobatan secara baik maka limpa akan berangsur-berangsur mengecil. Keluhan pertama malaria adalah demam, menggigil, dan dapat disertai sakit kepala, mual, muntah, diare dan nyeri otot atau pegal-pegal. Untuk penderita tersangka malaria berat, dapat disertai satu atau lebih gejala berikut: gangguan kesadaran dalam berbagai derajat, kejang-kejang, panas sangat tinggi, mata atau tubuh kuning, perdarahan di hidung, gusi atau saluran pencernaan, nafas cepat, muntah terusmenerus, tidak dapat makan minum, warna air seni seperti the tua sampai kehitaman serta jumlah air seni kurang sampai tidak ada. 2. Masa inkubasi Masa inkubasi dapat terjadi pada : a. Masa inkubasi pada manusia (intrinsik)

Masa inkubasi bervariasi pada masing-masing Plasmodium. Masa inkubasi pada inokulasi darah lebih pendek dari infeksi sporozoid. Secara umum masa inkubasi Plasmodium falsiparum adalah 9 sampai 14 hari, Plasmodium vivax adalah 12 sampai 17 hari, Plasmodium ovale adalah 16 sampai 18 hari, sedangkan Plasmodium malariae bisa 18 sampai 40 hari. Infeksi melalui transfusi darah, masa inkubasinya tergantung pada jumlah parasit yang masuk dan biasanya bisa sampai kira-kira 2 bulan. b. Masa inkubasi pada nyamuk (ekstrinsik) Setelah darah masuk kedalam usus nyamuk maka protein eritrosit akan dicerna oeleh enzim tripsin kemudian oleh enzim aminopeptidase dan selanjutnya karboksipeptidase, sedangkan komponen karbohidrat akan dicerna oleh glikosidase. Gametosit yang matang dalam darah akan segera keluar dari eritrosit selanjutnya akan mengalami proses pematangan dalam usus nyamuk untuk menjadi gamet (melalui fase gametogenesis). Adapun masa inkubasi atau lamanya stadium sporogoni pada nyamuk adalah Plasmodium vivax 8-10 hari, Plasmodium palsifarum 9-10 hari, Plasmodium ovale 12-14 hari dan Plasmodium malariae 14-16 hari. F. Diagnosa Malaria Sebagaimana penyakit pada umumnya, diagnosis malaria didasarkan pada manifestasi klinis (termasuk anamnesis), uji imunoserologis dan ditemukannya parasit (Plasmodium) di dalam darah penderita. Manifestasi klinis demam seringkali tidak khas dan menyerupai penyakit infeksi lain (demam dengue, demam tifoid) sehingga menyulitkan para klinisi untuk mendiagnosis malaria dengan mengandalkan pengamatan manifestasi klinis saja, untuk itu diperlukan pemeriksaan laboratorium sebagai penunjang diagnosis sedini mungkin. Secara garis besar pemeriksaan laboratorium malaria digolongkan menjadi dua kelompok yaitu pemeriksaan mikroskopis dan uji imunoserologis untuk mendeteksi adanya antigen spesifik atau antibody spesifik terhadap Plasmodium. Namun yang dijadikan standar emas (gold standard) pemeriksaan laboratorium malaria adalah metode mikroskopis untuk menemukan parasit Plasmodium di dalam darah tepi. Uji imunoserologis dianjurkan sebagai pelengkap pemeriksaan mikroskopis dalam menunjang diagnosis malaria atau ditujukan untuk survey epidemiologi dimana pemeriksaan mikroskopis tidak dapat dilakukan. Sebagai diagnosa banding penyakit malaria ini adalah demam tifoid, demam dengue, ISPA. Demam tinggi, atau infeksi virus akut lainnya. G. Bahaya Penyakit Malaria 1. Rasa sakit yang ditimbulkan sangat menyiksa si penderita 2. Tubuh yang sangat lemah, sehingga tidak dapat bekerja seperti biasa 3. Dapat menimbulkan kematian pada anak-anak dan bayi 4. Perkembangan otak bisa terganggu pada anak-anak dan bayi, sehingga menyebabkan kebodohan. H. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan dengan mikroskop cahaya Pewarnaan mikroskopik dengan pewarnaan giemsa sampai saat ini masih merupakan baku emas pemeriksaan malaria. Walaupun demikian hasil pembacaannya hannya dapat dipercaya jika dilakukan oleh seorang yang berpengalaman. Selain untuk menegakan diagnosis, pemeriksaan mikroskopik dapat digunakan untuk mengevaluasi hasil pengobatan dan hal ini tidak dapat diterapkan dengan uji cepat malaria maupun teknik PCR. Kekurangannya adalah subjektivitas pemeriksa, terutama dalam hal mendiagnosis infeksi campuran atau infeksi dalam jumlah parasit yang rendah. Selain itu pada infeksi P.falciparum yang stadium lanjutnya berada di kapiler alat dalam (sekuestrasi), parasit tersebut sulit ditemukan dalam

darah tepi hingga memerlukan pemeriksaan serial darah ( 3 kali dalam 48 jam ) untuk memastikan ada tidaknya parasit. Konsentrasi parasit malaria dalam darah cukup merata sehingga pengambilan darah rutin dapat dilakukan pada ujung jari atau tumit kaki (pada bayi). Morfologi parasit yang optimal dapat dilihat dengan membuat sediaan darah yang diwarnai giemsa yang diambil dari ujung jari segera. Akhir akhir ini darah vena dengan antikoagulan lebih sering digunakan sebagai bahan pemeriksaan. Hal yang harus diperhatikan adalah jumlah darah yang diambil harus sesuai dengan volume antikoagulannya. Jika digunakan tabung komersial yang berisis antikoagulan maka tabung tersebut harus diisi penuh dengan darah penderita (sesuai dengan batasnya ). Hal tersebut untuk menghindari ketidaktepatan rasio darah dan antikoagulan yang dapat mempengaruhi morfologi parasit malaria. Jika pembuatan sediaan darah yang mengandung antikoagulan dilakukan 24 jam setelah pengambilan darah maka jumlah parasit dapat berkurang sampai 50% dan morfologi parasit sudah berubah. Oleh karena itu, sangat penting untuk segera (< 1jam) membuat sediaan darah tipis dan tebal dari darah dengan antikoagulan tersebut. Bahkan jika dilakukan setelah 6 jam pengambilan darah jumlah parasit mulai berkurang. Morfologi malaria terlihat optimal pada sediaan darah tipis yang diwarnaai giemsa, tetapi sensitifitasnya rendah. Dengan menggunakan sediaan darah tebalsensitivitas sediaan darah mikroskopik akan meningkat sampai 10 kali disbanding sediaan darah tipis. Hal ini yang perlu diperhatikan adalah lamanya pewarnaan yang optimal, yaitu 30 menit dengan giemsa 3 %. Pewarnaan cepat dengan giemsa yang lebih tinggi tidak dianjurkan, karena jika jumlah parasit rendah dalam darah, sering kali parasit yang ada tidak terwarnai. Prinsip : mewarnai apusan darah menggunakan pewarna giemsa agar sel eritrosit yang terinfeksi parasit mlaria dapat terlihat kelainan morfologinya. Cara kerja :

Gambaran mikroskopik : Gambar 4 : gambar mikroskopik parasit malaria Interpretasi hasil : + : 1-10 parasit stadium aseksual per 100 lapang pandang mikroskop ++ : 11-100 parasit stadium aseksual per 100 lapang pandang mikroskop +++ : 1-10 parasit stadium aseksual per 1 lapang pandang mikroskop ++++ : 11-100 parasit stadium aseksual per 1 lapang pandang mikroskop Sedangkan perhitungan secara kuantitatif dapat dilakukan baik pada sediaan darah tebal maupun sediaan darah tipis. Jumlah parasit stadium aseksual (cincin, trofozoit, dan skizont) dan aseksual (gametosit) biasanya dihitung secara terpisah. Pada sediaan darah tebal parasit dihitung berdasarkan jumlah leukosit per mikro liter darah; jika tidak diketahui biasanya diasumsikan leukosit penderita berjumlah berjumlah 8000/Ul, dengan rumus berikut. Jumlah parasit stadium aseksual x jumlah leukosit /Ul 200 Sedangkan perhitungan parasit dalam sediaan darah tipis perlu diketahui jumlah eritrosit per Ul darah. Jika nilai ini tidak diketahui, diasumsikan penderita mengandung eritrosit 5.000.000/Ul (laki-laki) atau 4.500.000 / Ul (wanita). Jumlah parasit kemudian dihitung

paling sedikit dalam 25 lapangan pandang mikroskopik atau total parasit/Ul dihitung dengan rumus sebagai berikut. Jumlah parasit stadium aseksual x jumlah eritrosir/Ul Total eritrosit dalam 25 lapang pandang Pada sediaan darah tipis dapat juga dihitung proporsi atau presentase eritrosit yang terinfeksi dengan rumus sebagai berikut. Jumlah parasit stadium aseksual dalam 25 lapang pandang x 100% Total eritrosit dalam 25 lapang pandang mikroskopik Pemeriksaan dengan mikroskopik flouresensi Sensitivitas diagnosis malaria pada sediaan darah dapat ditingkatkan dengan menggunakan zat flouresensi yang dapat berikatan dengan parasit. Asam nukleat dalam inti akan berikatan dengan zat tersebut dan akan berflouresensi jika disinari dengan sinar UV yang mempunyai panjang gelombang tertentu. Mula-mula digunakan acridine orange (AO) dan benzothio carboxypurine (BCP). Keduanya dieksitasi panjang gelombang 490 nm dan akan berfloursensi dengan warna kehijauan atau kekuningan. Acridine orange dapat digunakan langsung pada sediaan darah di kaca objek atau dengan menggunakan capillary tubes yang bagian dalamnya dilapisi oleh zat wrana acridine orange. Pada waktu sentrifugasi, capillary tubes yang berisi darah pasien dan terdiri dari berbagai sel, yaitu leukosir, trombosit dan eritrosit akan terpisah. Parasit malaria akan terkonsentrasi dibawah berbagai lapisan sel, terutama dibagian atas lapisan eritrosit dan kadang kadang ditemukan dalam lapisan trombosit dan leukosit. Parasit dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop flouresensi. Tekhnik kawamoto menggunakan filter yang dapat mengeksitasi panjang gelombang 470-490 nm sehingga pada waktu cahaya melewati sediaan darah yang diwarnai acridine orange, parasit akan terlihat berflouresensi. Dalam hal ini digunakan sinar matahari yang kuat atau lampu halogen sebagai sumber cahaya. Walaupun acridine orange merupakan zat yang berfluoresensi kuat, tetapi zat ini akan berikatan dengan asam nukleatsemua jenis sel hingga flouresesnsinya menjadi tidak spesifik. Jika metode ini digunakan untuk mendiagnosis malaria, si pembaca harus dapat membedakan dengan flouresesnsi yang disebabkan oleh inti sel lain. Zat flouresensi lain yaitu benzothiocarboxypurine (BCP) untuk mewarnai asam nukleat parasit dapat digunakan langsung pada sediaan darah tebal atau suspense darah yang sudah dilisiskan zat warna ini tida cepat pudar seperti acridine orange. Diagnosis malaria dengan menggunakan zat berflouresensi merupakan suatu cara yang harus dipelajari dan memerlukan pengalaman sehingga hingga aplikasi ini dapat diaplikasikan dengan cepat dan tepat. Kekurangan cara ini adalah tidak dapat membedakan berbagai macam spesies plasmodium karena tanda spesifik yang terdapat dalam sitoplasma darah merah tidak akan terwarnai. Morfologi sel darah merah yang terinfeksi dan tanda spesifik yang timbul pada infeksi berbagai plasmodium tetap diperlukan untuk menegakan diagnosis. Pemeriksaan dengan rapid test. Secara umum terdapat 3 macam antigen yang digunakan dalam malaria rapid test, yaitu histidine rich protein-2 ( HRP-2 ), lactate dehydrogenase (LDH), dan aldolase. HRP-2 merupakan protein yang larut air dan disekresikan oleh berbagai stadium aseksual dan gametosit muda P.falciparum. protein ini tidak ditemukan pada spesies plasmodium lain hingga sangat spesifik untuk menegakan diagnosis P.falciparum. sedangkan enzim (pLDH dan aldolase) merupakan antigen yang ditemukan dalam glikolitik pathway parasit malaria, namun sudah terdapat kit dengan LDH yang spesifik untuk P.vivax yaitu pvLDH. Prinsip :imunokromatografi cairannya akan naik sepanjang kertas nitroselulosa. Pada

beberapa titik dikertas selulosa diletakan antibody monoclonal terhadap antigen malaria yang spesifik sehingga pada penderita positif akan terjadi reaksi antigen antibody yang tervisualisasi dalam bentuk garis. Cara kerja: Gambar 5 : Rapid test kit Cara kerja : 1. Kit disimpan pada suhu ruang selama 30 menit. 2. 10 sampai 15 l darah EDTA diambil menggunakan mikropipet dan diletakkan dalam lubang sampel. 3. Hasil akan dibaca setelah 10-15 menit (terbentuk garis merah muda) Interpretasi hasil Garis yang paling atas (garis pertama) merupakan garis kendali (kontrol). Garis dibawahnya (garis kedua) merupakan garis uji untuk Plasmodium vivax. Garis yang terbawah (garis ketiga) adalah garis uji untuk Plasmodium falciparum. Bila hasil uji negative, maka hanya pada garis kendali ( control) saja yang terbentuk garis merah muda. Bila hasil uji untuk Plasmodium falciparum positif, maka garis kendali (kontrol) dan garis uji terbawah akan berwarna merah muda, sedangkan garis tengah tidak terlihat. Bila untuk Plasmodium vivax positif, maka garis kendali (kontrol) dan garis uji kedua saja yang terlihat . Metode Dip-Stick Teknik dip-stick mendeteksi secara imuno-enzimatik suatu protein kaya histidine II yang spesifik parasit (immuno enzymatic detection of the parasite spesific histidine rich protein II). Tes spesifik untuk plasmodium falciparum telah dicoba pada beberapa negara, antara lain di Indonesia. Tes ini sederhana dan cepat karena dapat dilakukand alam waktu 10 menit dan dapat dilakukan secara massal. Selain itu, tes ini dapat dilakukan oleh petugas yang tidak terampil dan memerlukan sedikti latihan. Alatnya sederhana, kecil dan tidak memerlukanaliran listrik. Kelemahan tes dip-stick ini adalah : Hanya spesifik untuk plasmodium falciparum (untuk plasmodium vivax masih dalam tahap pengembangan) Tidak dapat mengukur densitas parasit (secara kuantitatif) Antigen yang masih beredar beberapa hari setelah parasit hilang masih memberikan reaksi positif. Gametosit muda (immature) bukan yang matang (mature), mungkin masih dapat dideteksi. Biaya tes ini cukup mahal. Walaupun demikian tes yang sederhana dan stabil dapat digunakan untuk pemeriksaan epidemiologi dan operasional. Hasil positif palsu (false positive) yang disebabkan oleh antigen residual yang beredar dan oleh gametosit muda dalam darah biasanya ditemukan pada penderita tanpa gejala (asimptomatik). Jadi seharusnya tidak mengakibatkan over treatment sebab tes ini digunakan untuk menunjang diagnosis klinis pada penderita dengan gejala. Prinsip pemeriksaan : imunokromatografi cairannya akan naik sepanjang kertas nitroselulosa. Pada beberapa titik dikertas selulosa diletakan antibody monoclonal terhadap antigen malaria yang spesifik sehingga pada penderita positif akan terjadi reaksi antigen antibody yang tervisualisasi dalam bentuk garis.

Prosedur : 1. Serum diletakan di tabung ependorff kurang lebih 200 Ul. 2. Dip-stick dimasukan ke tabung ependorff. 3. Reaksi ditunggu hingga kira-kira 10 menit. 4. Hasil bias dibaca. Gambar 6 : dip-stick kit Pemeriksaan polymerase chain reaction (PCR) Diagnosis parasit berdasarkan asam nukleat menggunakan molekul DNA reporter untuk mendeteksi rangkaian DNA atau RNA spesifik yang dimiliki parasit tertentu. tes ini sangat spesifik dan sensitif, dapat mendeteksi hingga minimal 2 parasit, bahkan 1 parasit / L darah. Prinsip : menggunakan siklus termal yaitu menaikan dan menurunkan suhu secara teratur hingga didapat sekuens DNA / RNA yang diinginkan dengan menggunakan 2 primer oligonukleotida yang berbeda. Kelemahan tes ini adalah : Penyediaan DNA dan RNA sangat rumit Alat yang diperlukan untuk hibridisasi rumit Alat untuk amplifikasi PCR dan deteksi hasil amplifikasi sangat canggih dan mahal Metode ini membutuhkan waktu lebih lama (>24 jam) Tidak dapat membedakan stadium aseksual dan seksual Tidak dapat dilakukan pemeriksaan secara kuantitatif Sementara keuntungan utama pada teknik PCR adalah dapat mendeteksi dan mengidentifikasi infeksi ringan dengan sangat tepat dan dapat dipercaya. Hal ini penting untuk studi epidemiolgi dan eksperimental, tetapi tidak penting untuk meningkatkan penanganan malaria tanpa komplikasi. I. Pengobatan dan Pencegahan Penyakit Malaria Memutus rantai penularan dengan memilih mata rantai yang paling lemah. Mata rantai tersebut adalah penderita dan nyamuk malaria. Seluruh penderita yang memiliki tanda-tanda malaria diberi pengobatan pendahuluan dengan tujuan untuk menghilangkan rasa sakit dan mencegah penularan selama 10 hari. Bagi penderita yang dinyatakan positif menderita malaria setelah diuji di laboratorium, akan diberi pengobatan secara sempurna. Bagi orangorang yang akan masuk ke daerah endemis malaria seperti para calon transmigran, perlu diberi obat pencegahan. Obat obat antimalaria,diantaranya : 1. Klorokuin Klorokuin adalah bentuk sintetik 4-aminokuinolin, diproduksi dalam bentuk garam fosfat untuk pemberian secara oral. Ekskresi klorokuin melalui urin dengan mas paruh 3-5 hari, namun waktu paruh eliminasi terminal mencapai 1-2 bulan. Klorokuin bersifat skizontosida darah yang sangat efektif untuk semua jenis plasmodium pafa manusia dan gametosida terhadap P.vivax, P.ovale dan P.malariae. Mekanisme kerja klorokuin adalah menghambat polimerisasi produk sisa hemoglobin (heme) menjadi hemozoin di dalam vakuol pencernaan parasit sehingga menghilangkan toksisitas parasit karena pembentukan heme bebas. 2. Kina dan Kuinidin Kina mulai dipakai sebagai OAM sejak tahun 1632. Obat ini merupakan alkaloid kinkona yang dibuat dari ekstrak pohon kinkona di Amerika Selatan. Kuinidin adalah dekstrorotatori stereoisomer dari kina.

Mekanisme kerja kina sebagai OAM belum sepenuhnya dipahami, diduga menghambat detoksifikasi heme parasit dalam vakuola makanan. 3. Proguanil Proguanil adalah suatu biguanid yang dimetabolisme dalam tubuh (melalui enzim CYP2C19) menjadi bentuk aktif sikloguanil. Sikloguanil menghambat pembentukan asam folat dan asam nukleat, bersifat skizontosida darah yang bekera lambat, skizontosida jaringan terhadap P.falcifarum, P.vivax, P.ovale, dan sporontosida. 4. Tetrasiklin Tetrasiklin bersifat skizontosida darah untuk semua spesies plasmodium yang bekerja lambat, skizontosida jaringan untuk P.falcifarum. 5. Klindamisin Obat ini menghambat fase awal sintesis protein. Klindamisin bersifat skizontosida darah yang bekerjalambat terhadap P.falciparum dan harus diberikan dalam kombinasi dengan OAM lain seperti kina atau klorokuin. F. Tindakan-tindakan Pencegahan: 1. Usahakan tidur dengan kelambu, memberi kawat kasa, memakai obat nyamuk bakar, menyemprot ruang tidur, dan tindakan lain untuk mencegah nyamuk berkembang di rumah. 2. Usaha pengobatan pencegahan secara berkala, terutama di daerah endemis malaria. 3. Menjaga kebersihan lingkungan dengan membersihkan ruang tidur, semak-semak sekitar rumah, genangan air, dan kandang-kandang ternak. 4. Memperbanyak jumlah ternak seperti sapi, kerbau, kambing, kelinci dengan menempatkan mereka di luar rumah di dekat tempat nyamuk bertelur. 5. Memelihara ikan pada air yang tergenang, seperti kolam, sawah dan parit. Atau dengan memberi sedikit minyak pada air yang tergenang. 6. Menanam padi secara serempak atau diselingi dengan tanaman kering atau pengeringan sawah secara berkala 7. Menyemprot rumah dengan DDT. BAB III PENUTUP 3.1 KESIMPULAN Malaria merupakan penyakit infeksi parasit yang disebabkan oleh plasmodium yang menyerang eritrosit dan ditandai dengan ditemukannya bentuk aseksual didalam darah. Infeksi malaria memberikan gejala berupa demam, menggigil, anemia dan splenomegali. Terdapat beberapa parasit yang dapat menyebabkan penyakit malaria, yaitu plasmodium falciparum, vivax, malaria dan ovale. Parasit ini menggunakan nyamuk sebagai hospes definitifnya, yaitu nyamuk Anopheles. Gejala klinis penyakit ini terdiri dari 3 tahap, yaitu periode dingin, periode panas dan periode berkeringat. Penularan penyakit ini bias secara alami, yaitu melalui gigitan langsung nyamuk anopheles dan secara tidak alami yaitu secara bawaan dan secra mekanik. Diagnosanya dapat dilihat dari manifestasi klinis yaitu terjadinya demam, imunnoserologi yaitu ditemukannya antigen HRP-2, pLDH dan aldolase dan lewat pemeriksaan mikroskopik yaitu melihat morfologi sel darah merah yang terinfeksi dan melihat asam nukleat pada parasit. Malaria ini dapat menyebabkan rasa sakit, gangguan otak hingga menyebabkan kematian. Pemeriksaan dapat dilakukan dengan lima metode, yaitu yang pertama menggunakan mikroskopik cahaya dengan melihat morfologi eritrosit yang terinfeksi, yang kedua menggunakan mikroskop flouresensi dengan melihat asam nukleat yang terdapat diparasit,

yang ketiga dengan menggunakan metode rapid test yaitu identifikasi antigen yang terdapat pada serum sampel, yang keempat menggunakan dip-stick yaitu identifikasi antigen parasit malaria yang terdapat dalam serum sampel, yang kelima dengan menggunakan PCR yaitu dengan menggandakan sekuens DNA/RNA yang spesifik dengan menggunakan primer oligonukleotida yang spesifik pula lalu dibaca menggunakan elektroforesis. DAFTAR PUSTAKA http://malariana.blogspot.com/2008/11/malaria-diagnosis.html (Diakses pada tanggal 08 April 2012 http://www.anneahira.com/pencegahan-penyakit/malaria.htm (Dikses pada tanggal 08 april 2012 Depkes RI, Pedoman Ekologi dan Aspek Perilaku Vektor, Direktorat Jenderal PPM-PL, Departemen Kesehatan RI, Jakarta 2001. Day 1998. Nyamuk Penular Malaria, Dalam Jurnal Data dan Informasi Kesehatan, Pusdatin, Depkes RI, Jakarta 2003. Nugroho, Agung. 2010. Malaria Dari Molekuler ke Klinis.Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai