Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH EPIDEMIOLOGI PENYAKIT TIDAK MENULAR

SURVEILANS MALARIA

DISUSUN OLEH

NAMA : MICHELLA WALALAYO (12113201220117)

SALLOMINA LOULOULIA (12113201220118)

KELAS : KESEHATAN MASYARAKAT D

DOSEN PENGAMPUH : Ibu. E. Matulessy, S.Sos., M.Kes

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA MALUKU

FAKULTAS KESEHATAN

PRODI KESEHATAN MASYARAKAT

2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat TUHAN YANG MAHA ESA karena
atas berkat rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan tugas ini tepat pada waktunya. Tak
lupa pula saya mengucapkan terima kasih kepada dosen Mata kuliah yang telah
memberikan tugas ini kepada saya sebagai upaya untuk menjadikan kami manusia
yang berilmu dan berpengetahuan.

Saya menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan dan masih banyak kekurangan yang perlu diperbaiki. Untuk itu, saya
mengharapkan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini, sehingga
dapat bermanfaat bagi siapapun yang membacanya.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................I

DAFTAR ISI......................................................................................................................II

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1

1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................3

1.3 Tujuan Makalah..........................................................................................................3

BAB II TINAJUAN PUSTAKA.......................................................................................4

2.1 pengertian dari Penyakit Malaria..............................................................................4

2.2 jenis-jenis parasit penyebab penyakit malaria.........................................................5

2.3 siklus hidup nyamuk anopheles.................................................................................7

2.4 Mekanisme penularannya...........................................................................................9

2.5 cara pencegahan dan pengobatannya .......................................................................10

BAB III PEMBAHASAN..................................................................................................11

3.1 Surveilans Malaria......................................................................................................11

3.2 Pengaruh Lingkungan Pada Penyakit Malaria.......................................................14


.............................................................................................................................................

3.3 Cara Penularan Penyakit . .........................................................................................17

3.4 Cara Pencegahan Malaria .........................................................................................17

BAB IV PENUTUP............................................................................................................18

3.1 Kesimpulan...................................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit malaria berasal dari benua afrika. Malaria merupakan
penyakit akibat udara atau musim yang buruk. Tahun 1880 penyebab
penyakit malaria ditemukan oleh Laveran. Penyebabnya adalah sebuah
parasit yang hidup dalam sel darah manusia. Kemudian Ross menemukan
bahwa parasit itu ditularkan oleh nyamuk Anopheles. Nyamuk anopheles
hidup di daerah pantai, hutan, perkebunan, rawa dan persawahan, nyamuk
ini juga menyukai air yang kotor.

Penyakit malaria tersebar di seluruh dunia, khususnya di daerah


beriklim panas dimana parasit Plasmodium dapat berkembang baik.
Daerah selatan Sahara di Afrika dan Papua Nugini di Oceania merupakan
tempat-tempat dengan angka kejadian malaria tertinggi.

Di Indonesia penderita malaria mencapai 1-2 juta orang pertahun,


dengan angka kematian sebanyak 100 ribu jiwa. Kasus tertinggi penyakit
malaria adalah daerah papua, akan tapi sekitar 107 juta orang Indonesia
tinggal di daerah endemis malaria yang tersebar dari Aceh sampai Papua,
termasuk di Jawa yang padat penduduknya (Adiputro,2008).

Malaria dapat menyebabkan kematian terutama pada kelompok


risiko tinggi yaitu bayi, anak balita, ibu hamil. selain itu malaria secara
langsung menyebabkan anemia dan dapat menurunkan produktivitas kerja.

Dewasa ini upaya pemberantasan penyakit malaria dilakukan


melalui, pemberantasan vektor penyebab malaria (nyamuk Anopheles) dan
dilanjutkan dengan melakukan pengobatan kepada mereka yang diduga
menderita malaria atau pengobatan juga sangat perlu diberikan pada
penderita malaria yang terbukti positif secara laboratorium. Dalam hal
pemberantasan malaria selain dengan pengobatan langsung juga sering
dilakukan dengan jalan penyemprotan rumah dan lingkungan sekeliling
rumah dengan racun serangga untuk membunuh nyamuk dewasa, upaya
lain juga dilakukan untuk memberantas larva nyamuk.
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa pengertian dari Penyakit Malaria ?

b. Apa saja jenis-jenis parasit penyebab penyakit malaria ?

c. Bagaimana siklus hidup nyamuk anopheles?

d. Bagaimana Mekanisme penularannya?

e. Bagaiman cara pencegahan dan pengobatannya?

1.3 Tujuan Makalah

a. Mengetahui pengertian dari Penyakit Malaria

b. Mengetahui jenis-jenis parasit penyebab penyakit malaria

c. Mengetahui siklus hidup nyamuk anopheles

d. Mengetahui Mekanisme penularannya

e. Mengetahui cara pencegahan dan pengobatannya


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Malaria
Malaria merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang dapat
menyebabkan kematian terutama pada kelompok risiko tinggi yaitu bayi, anak balita,
ibu hamil, selain itu malaria secara langsung menyebabkan amenia dan dapat
menurunkan produktivitas kerja. Penyakit ini juga masih endemis di sebagian besar
wilayah di Indonesia (Kemenkes,2011).
Malaria adalah istilah yang diambil dari dua kata bahasa Italia yaitu
mal(buruk) dan area (udara) atau udara buruk karena dahulu banyak terdapat didaerah
rawa-rawa yang mengeluarkan bau busuk. Penyakit ini mempunyai nama lain, seperti
demam roma, demam rawa, demam tropik, demam pantai, demam charges, demam
kuta dan paludisme (Irwan, 2019).
Malaria merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh protozoa obligat
intraseluler dari genus Plasmodium. Malaria pada manusia dapat disebabkan oleh
Plasmodium malariae, Plasmodium vivax, Plasmodium falciparum dan
Plasmodium ovale.
Nyamuk Anopheles terdiri dari 4.000 spesies, 67 spesies di antara nya bersifat
infeksius, dan 24 diantaranya lagi ditemukan di Indonesia. Selain oleh gigitan
nyamuk Anopheles, malaria dapat ditularkan secara langsung melalui trasnfusi
darah atau jarum suntik yang terinfeksi, serta ibu hamil kepada bayinya
(Tosepu,2016).
Menurut Hiswani (2004) Penyakit malaria adalah salah satu penyakit yang
penularannya melalui gigitan nyamuk anopheles betina. Berdasarkan survai unit kerja
SPP (serangga penular penyakit) telah ditemukan di Indonesia ada 46 species nyamuk
anopheles yang tersebar diseluruh Indonesia. Penyakit malaria yang kambuh
disebabkan oleh reaktivasi fase laten hipnozoit P vivax dan P ovale (Wilson, 2001).

Di Indonesia penderita malaria mencapai 1-2 juta orang pertahun, dengan


angka kematian sebanyak 100 ribu jiwa. Kasus tertinggi penyakit malaria adalah
daerah papua, akan tapi sekitar 107 juta orang Indonesia tinggal di daerah endemis
malaria yang tersebar dari Aceh sampai Papua, termasuk di Jawa yang padat
penduduknya (Adiputro,2008).
2.2 Jenis-jenis Parasit Penyebab Penyakit Malaria

Penyebab penyakit malaria adalah genus plasmodia family plasmodiidae


dan ordo coccidiidae. Sampai saat ini di Indonesia dikenal 4 macam parasit
malaria yaitu:

a. Plasmodium vivax penyebab malaria tertina

Masa Inkubasi 12-17 hari, kadang-kadang lebih panjang 12-20 hari


biasanya tanpa gejala. Simptomatis Didahului dengan gejala nyeri kepala, nyeri
pinggang, mual dan muntah, Badan lesu, rasa ngantuk karena ada gangguan
oksigen di otak, demam ( mula-mula demam tidak teratur kemudian demam
mulai teratur setiap 48 jam sekali, timbul setiap hari ke tiga. Demam timbul
waktu siang atau sore hari dan suhu badan dapat mencapai 41°C). pada
perabaan limpa mulai dapat membengkak, manifestasi klinik Pada malaria
vivax dapat berlangsung secara berat tetapi kurang membahayakan.

Malaria tersiana di Indonesia tersebar hampir diseluruh pulau. Ini


merupakan jenis malaria terbanyak yang ditemukan di daerah-daerah
berjangkitnya malaria.

b. Plasmodium malaria penyebab malariae quartana.

Malaria ini banyak dijumpai didaerah Afrika, Amerika Latin, tetapi


jarang ditemui di Indonesia. Penyebarannya tidak seluas P. vivax dan P.
falciparum. Masa inkubasi 18-40 hari. Manifestasi klinik seperti pada malaria
vivax hanya berlangsung lebih ringan. Biasanya tanpa gejala, sering
ditemukan secara kebetulan saat pemeriksaan darah dan dalam sel darah
merah ditemukan parasit malaria. Demam teratur setiap hari ke empat (72 jam
sekali), penyakit ini dapat menggangu ginjal dan berlangsung menahun.
Semakin lama kerusakan maka ginjalnya semakin parah, sehinga sel dan
jaringan ginjal rusak dan mati, Gejala gangguan ginjalnya lebih berat dari pada
penyakit lainnya. Limpa membengkak sangat besar.

Prognosa umumnya baik, namun penyakit ini dapat kambuh kembali


sepuluh tahun kemudian. Orang yang pernah terkena penyakit ini sewaktu
muda, suatu waktu mengalami demam Seperti gejala penyakit malaria, maka
perlu pemeriksaan darah untuk menemukan parasit malarianya.

c. Plasmodium ovale

Merupakan bentuk yang paling ringan dari semua jenis malaria dan
dapat sembuh dengan sendirinya serta jarang kambuh.

Masa inkubasi 11-16 hari, Apabila terjadi infeksi campuran dengan


plasmodium lain, maka P.ovale tidak akan tampak di darah tepi tetapi
plasmodium yang lain yang akan ditemukan. Gejala klinis hampir sama
dengan malaria vivax.

d. Plasmodium Falciparum

Plasmodium Falciparum penyebab malaria tropika yang sering


menyebabkan malaria yang berat.

Jenis malaria ini tersebar luas di semua pulau di Indonesia. Masa


inkubasi 9-14 hari. Malaria tropika merupakan bentuk yang paling berat
(ganas), diitandai dengan sakit kepala, pegal linu dan sakit pinggang, lengan
dan tungkai dingin, mual dan muntah, kadang-kadang disertai diare, demam
ringan, limpa dan hati membengkak, gangguan pada ginjal.

Jika tidak diobati penyakit ini akan berlanjut terus dan semakin parah.
Dan ketika sudah menyerang otak akan timbul kejang dan lumpuh, serta
kesadaran menurun bahkan dalam kondisi tertentu penderita bisa sampai
meninggal. Tetapi penyakit ini masih bisa disembuhkan dengan cara
penambahan takaran dan pengobatan, Seperti penambahan antibiotic atau
campuran berbagai anti malaria.
2.3 Mekanisme Penularan

Sebagian besar nyamuk anopheles akan mengigit pada waktu senja, atau
pada waktu malam hari. Pada beberapa jenis nyamuk puncak gigitannya adalah
tengah malam sampai fajar. Plasmodium akan mengalami dua siklus, siklus
aseksual (skizogoni) terjadi pada tubuh manusia. Sedangkan siklus seksual
(sporogoni) terjadi pada nyamuk.

Parasit berkembang biak secara aseksual dalam tubuh manusia, Dimulai


dengan bersatunya gamet jantan dan betina untuk membntuk ookinet dalam perut
nyamuk. Ookinet akan menembus dinding lambung untuk membentuk kista di
selaput luar lambung nyamuk.

Waktu yang diperlukan sampai pada proses ini adalah 8-35 hari,
tergantung dari situasi lingkungan dan jenis parasitnya. Pada tempat inilah kista
akan membentuk ribuan sporozoit yang terlepas dan kemudian tersebar ke
seluruh organ nyamuk termasuk kelenjar ludah nyamuk.

Pada kelenjar inilah sporozoit menjadi matang dan siap ditularkan,


Nyamuk anopheles yang didalam tubuhnya mengandung parasit menggigit
manusia. Sporozoit masuk kedalam darah melalui gigitan tersebut. Manusia yang
tergigit nyamuk infektif akan mengalami gejala sesuai dengan jumlah sporozoit,
kualitas plasmodium dan daya tahan tubuhnya. Sporozoit akan memulai stadium
eksoeritrositer dengan masuk ke sel hati. Di hati sporozoit matang menjadi skizon
yang akan pecah dan melepaskan merozoit jaringan.

Merozoit akan memasuki aliran darah dan menginfeksi aliran darah untuk
memulai siklus eritrositer. Merozoit dalam eritrosit akan mengalami perubahan
morfologi yaitu : merozoit bentuk cincin trofozoit merozoit proses perubahan ini
memerlukan waktu 2-3 hari. Diantara merozoit-merozoit tersebut akan ada yang
berkembang membentuk gametosit untuk kembali memulai siklus seksual
menjadi mikrogamet (jantan) dan mikrogamet (betina). Eritrosit yang terinfeksi
biasanya pecah yang bermanifestasi pada gejala klinis. Jika ada nyamuk yang
menggigit manusia yang terinfeksi ini, maka gametosit yang ada pada darah
manusia akan terhisap oleh nyamuk.
Penularan malaria dapat terjadi secara alamiah melalui gigitan nyamuk
anopheles atau malaria bawaan (congenital) yang Terjadi pada bayi yang baru
dilahirkan karena ibunya menderita malaria, penularan terjadi melalui tali pusat
atau placenta.

Secara mekanik Penularan terjadi melalui transfusi darah atau melalui


jarum suntik yang tidak steril lagi. Cara penularan ini pernah dilaporkan terjadi
disalah satu rumah sakit di Bandung pada tahun 1981, pada penderita yang
dirawat dan mendapatkan suntikan intra vena dengan menggunakan alat suntik
yang dipergunakan untuk menyuntik beberapa pasien, dimana alat suntik itu
seharusnya dibuang sekali pakai (disposeble).
2.4 Gejala Yang Timbul Akibat Penyakit Malaria

Gejala klinis dengan gejala utama demam mengigil secara berkala dan
sakit kepala kadang-kadang dengan gejala klinis lain sebagai berikut:

a. Badan terasa lemas dan pucat karena kekurangan darah dan berkeringat.

b. Nafsu makan menurun.

c. Mual-mual kadang-kadang diikuti muntah.

d. Sakit kepala yang berat, terus menerus, khususnya pada infeksi dengan
plasmodium Falciparum.

e. Dalam keadaan menahun (kronis) gejala diatas, disertai pembesaran


limpa.

f. Malaria berat, seperti gejala diatas disertai kejang-kejang dan penurunan

g. Pada anak, makin muda usia makin tidak jelas gejala klinisnya tetapi
yang menonjol adalah diare dan pucat, karena anemia serta berasal dari
daerah malaria.

Gejala klasik malaria, biasanya terdiri atas 3 stadium yang berurutan yaitu:

a.Stadium dingin (cold stage)

Menggigil dan perasaan yang sangat dingin. Gigi gemeretak dan


penderita biasanya menutup tubuhnya dengan segala macam pakaian dan
selimut yang tersedia, nadi cepat tetapi lemah. Bibir dan jari pucat kebiru-
biruan, kulit kering. Penderita mungkin muntah dan pada anak-anak sering
terjadi kejang. Stadium ini berlangsung antara 15 menit sampai 1 jam.

b. Stadium demam (Hot stage)

Setelah merasa kedinginan, pada stadium ini penderita merasa


kepanasan. Muka merah, kulit kering dan terasa sangat panas seperti terbakar,
sakit kepala dan muntah, nadi menjadi kuat lagi. suhu badan dapat meningkat
sampai 41°C atau lebih. Stadium ini berlangsung antara 2 sampai 4 jam.
Demam disebabkan oleh pecahnya sison darah yang telah matang dan
masuknya merozoit darah kedalam aliran darah.

Pada plasmodium vivax dan P. ovale sison-sison dari setiap generasi


menjadi matang setiap 48 jam sekali sehingga demam timbul setiap tiga hari
terhitung dari serangan demam sebelumnya. Nama malaria tertiana bersumber
dari fenomena ini. Pada plasmodium malariaa, fenomena tersebut 72 jam
sehingga disebut malaria P. vivax/P. ovale, hanya interval demamnya tidak
jelas. Serangan demam di ikuti oleh periode laten yang lamanya tergantung
pada proses pertumbuhan parasit dan tingkat kekebalan yang kemudian timbul
pada penderita.

c. Stadium berkeringat (sweating stage).

Pada stadium ini penderita berkeringat banyak sekali sampai-sampai


tempat tidurnya basah. Suhu badan meningkat dengan cepat, kadang-kadang
sampai dibawah suhu normal. Penderita biasanya dapat tidur nyenyak. Pada
saat bangun dari tidur merasa lemah tetapi tidak ada gejala lain, stadium ini
berlangsung antara 2 sampai 4 jam. Gejala-gejala yang disebutkan diatas tidak
selalu sama pada setiap penderita, tergantung pada species parasit dan umur
dari penderita, gejala klinis yang berat biasanya teljadi pada malaria tropika
yang disebabkan oleh plasmodium falciparum.
2.5 Cara Pencegahan dan Pengobatan

Cara pencegahan, pemahaman tentang kebiasaan dan perilaku nyamuk


Anopheles betina sangat berguna dalam pencegahan penyakit. Tempat-tempat
rawa dan lingkungan mikro yang tenang dapat mendukung perkembangbiakan
nyamuk Anopheles. Menghindari tempat yang dipenuhi nyamuk dan
membersihkan tempat perindukannya dapat mengurangi kemungkinan gigitan
nyamuk.

Tindakan pencegahan untuk menghindarkan diri dari gigitan nyamuk


yaitu dengan cara tidur menggunakan kelambu, pemasangan kasa nyamuk pada
ventilasi rumah, Kulit dibaluri obat anti nyamuk, memelihara ikan pemakan
jentik nyamuk dll.

Pengobatan malaria bertujuan untuk pencegahan terhadap pemindahan


parasit (pemutusan rantai penularan). cara pengobatan dapat dilakukan dengan
cara pemberian obat anti malaria (dengan resep dokter), memberikan obat
tambahan Seperti analgetik dan antipiretik. Jika terjadi gangguan fungsi hati,
ginjal, otak maka pasien membutuhkan perawatan rumah sakit.

Dalam pengobatan malaria terapi antiplasmodium dan perawatan suportif


sangat penting untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas. Klorokuin
merupakan obat anti malaria yang efektif terhadap P. falciparum yang sensitive
terhadap klorokuin. Keuntungannya tidak menyebabkan hipoglikemi dan tidak
mengganggu kehamilan. Namun, dengan meluasnya resistensi terhadap
klorokuin, maka obat ini sudah jarang dipakai untuk pengobatan malaria berat.
Kona merupakan obat anti-malaria yang sangat efektif untuk semua jenis
plasmodium dan dipilih sebagai obat utama untuk menangani malaria berat
karena masih berefek kuat terhadap P.falciparum yang resisten terhadap
klorokuin. Meskipun kona dapat digunakan pada masa kehamilan, tetapi dapat
menyebabkan kontraksi uterus dan memberikan kontribusi untuk hipoglikemia
(Wilson,2001).
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Surveilans Malaria
Surveilans merupakan kluster yang fokus pada pengembangan teknologi
kesehatan digital untuk pengamatan dan pemetaan secara sistematis untuk
mendapatkan informasi dan data terkait dengan kejadian atau kasus yang berkenaan
dengan penyebaran malaria. Surveilans malaria adalah kegiatan pengamatan pada
manusia dan faktor risiko yang sistematis dan terus menerus terhadap data dan
informasi tentang kejadian penyakit malaria dan kondisi yang mempengaruhi
terjadinya peningkatan dan penularan penyakit malaria untuk memperoleh dan
memberikan informasi guna mengarahkan tindakan penanggulangan secara efektif
dan efisien.
Sistem surveilans malaria yang efektif memungkinkan pengelola program
malaria untuk:
1. mengidentifikasi dan menargetkan wilayah dan kelompok populasi
yang paling terdampak terkena malaria, yang selanjutnya, berdasarkan
informasi tersebut, untuk memberikan intervensi yang diperlukan
secara efektif dan untuk mengadvokasi sumber daya;
2. memantau secara teratur dampak dari langkah-langkah intervensi dan
kemajuan yang dicapai untuk menurunkan beban penyakit dan
membantu pengelola program malaria, baik di tingkat daerah maupun
pusat, dalam memutuskan apakah diperlukan penyesuaian atau
perpaduan intervensi agar mengurangi penularan lebih lanjut;
3. mendeteksi dan menangani wabah secara tepat waktu;
4. memberikan informasi yang relevan untuk sertifikasi eliminasi; dan
5. memantau apakah penularan kembali telah terjadi dan, jika ada,
meresponnya secara cepat dan efektif
 Kebijakan surveilans Malaria di Indonesia, meliputi:
1. Surveilans dan sistem informasi malaria merupakan bagian integral dari
sistem surveilans epidemiologi nasional untuk mendukung tersedianya data
dan informasi yang cepat dan akurat, sebagai dasar pengambilan keputusan
dalam rangka perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi program
pengendalian malaria, termasuk SKD-KLB.
2. Penyelenggaraan surveilans malaria sesuai dengan tahapan eliminasi
masing-masing wilayah.
3. Seluruh suspek malaria harus diperiksa secara laboratorium dengan
menggunakan mikroskop atau Rapid Diagnostic Test (RDT). Penemuan
kasus dilakukan secara pasif maupun aktif untuk menjamin cakupan
penemuan yang tinggi sehingga data yang didapatkan menggambarkan
keadaan yang sesungguhnya.
4. Surveilans kasus malaria berdasarkan kepada hasil diagnostik yang akurat
dengan memantau mutu diagnostik baik mikroskopis maupun Rapid
Diagnostic Test (RDT).
5. Seluruh layanan kesehatan baik pemerintah maupun swasta yang
melakukan pemeriksaan malaria harus melaporkan secara rutin kepada
dinas kesehatan setempat.
6. Pusat dan Dinas Kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota/Puskesmas
melakukan analisis data secara rutin untuk menghasilkan informasi
strategis malaria, antara lain mengenai endemisitas, kasus, fokus, faktor
risiko termasuk pemetaannya; analisis tren dan kewaspadaan KLB di
wilayah kerja masing-masing.
7. Setiap daerah yang telah masuk tahap pembebasan dan tahap pemeliharaan
harus melakukan penyelidikan epidemiologi untuk setiap kasus dan
penanggulangan fokus sesuai hasil penyelidikan epidemiologi.
Kasus malaria positif yang terkonfirmasi laboratorium di Kota Lubuk Linggau
pada tahun 2009 sampai 2013 sebanyak 3152 kasus dengan jumlah kasus malaria
klinis sebesar 12724 kasus. Pada tahun 2012, tercatat kelompok jenis kelamin
perempuan memiliki persentase kasus malaria positif tertinggi yaitu sebesar 56.32%
dengan insiden rate sebesar 3.1 per 1000 penduduk. Selain itu anak yang berusia pada
rentang 10-14 tahun adalah kelompok yang paling sering terinfeksi malaria dengan
insiden tertinggi tercatat pada tahun 2011 sebesar 11.3 per 1000 penduduk
dibandingkan dengan kelompok umur lainnya (Tabel 1). Pada tahun 2009 sampai
2013, Kota Lubuk Linggau masih menjadi daerah endemis malaria (Grafik1a) dengan
kasus malaria cenderung stabil di rentang 100 sampai 250 kasus perbulan. Akan tetapi
berdasarkan indikator AMI dan API, kasus malaria mengalami kecenderungan
penurunan pada rentang tahun penelitian (grafik 1b). Banyaknya jumlah kasus malaria
positif yang terekam oleh surveilans malaria di Puskesmas mencatat bahwa terjadi
peningkatan jumlah kasus di tahun 2011. Peningkatan ini terjadi pada semua
kelompok umur dan jenis kelamin dan cenderung menunjukkan pola yang sama pada
tahun selanjutnya (Grafik 1c dan 1d). Pada tahun 2009-2013 kasus malaria
berdasarkan jenis kelamin mengalami kecenderungan penurunan jumlah kasus pada
laki-laki dan perempuan. Kasus malaria pada kedua kelompok tersebut memiliki
risiko yang sama sebagai kelompok yang rentan untuk terinfeksi malaria. Rasio
perbandingan kasus malaria pada laki-laki dan perempuan cenderung sama. Hal ini
dikarenakan tidak ada perbedaan yang sangat signifikan antara jumlah penduduk yang
berjenis kelamin laki-laki dan perempuan serta jumlah kasus malaria pada laki-laki
dan perempuan.
Jenis parasit malaria yang tercatat dalam laporan bulanan penemuan dan
pengobatan malaria adalah P. falcifarum, P. vivax, P. malariae, P. ovale dan
mix.Distribusi kasus malaria berdasarkan jenis Plasmodium lebih banyak pada
Plasmodium vivax dan Plasmodium falcifarum. Selama 5 tahun terakhir, tidak pernah
ditemukan P. malariae, P. ovale dan gabungan Plasmodium yang menginfeksi
manusia di Kota Lubuk Linggau. Penentuan jenis Plasmodium didalam darah kasus
berdasarkan hasil laboratorium secara mikroskopis dan RDT.
3.2 Pengaruh Lingkungan Pada Penyakit Malaria
Lingkungan mempunyai pengaruh yang besar terhadap parasit malaria, disuatu
daerah. Faktor lingkungan terbagi menjadi lima bagian:
1. Lingkungan fisik
Lingkungan fisik mempengaruhi perkembangan vektor nyamuk
Anophelesmerupakan kondisi suhu, kelembaban, cuaca hujan, angin,
sinar matahari, arus air dan tinggi kondisi geografis
a. Suhu,
Mempengaruhi perkembangan parasit dalam nyamuk. Suhu
optimal berkisar antara 20-30ºC. Semakin tinggi suhu semakin
pendek masa inkubasi ekstrinsik, sebaiknya semakin rendah
suhu semakin panjang masa inkubasi ekstrinik
b. Kelembaban
Kelembaban yang rendah memper pendek umur nyamuk,
mesikpun tidak berpengaruhi pada parasit. Tingkat kelembaban
60% meruapakan batas paling rendah untuk memungkinkan
hidup nyamuk. Pada kelembaban yang lebih tinggi, nyamuk
jadi lebih aktif dan lebih sering menggigit sehingga
meningkatkan penularan malaria
c. Hujan
Hujan akan memudahkan perkembangan nyamuk dan
terjadinya epidemi malaria. Besar kecilnya pengaruh
bergantung pada jenis dan derasnya hujan, jenis vektor, dan
jenis tempat perindukan. Hujan diselingi panas akan
memperbesar kemungkinan berkembang biaknya nyamuk
Anopheles.
d. Angin
Kecepatan dan arah angin mempengaruhi jarak terbang nyamuk
dan ikut menentukan jumlah kontak antara nyamuk dan
manusia. Kecepatan angin saat matahari terbit dan terbenar
merupakan saat terbangnya nyamuk kedalam atau keluar
rumah.
e. Ketinggian
Ketinggian semakin meningkat, angka kejaidan malaria secara
umum berkurang. Ketinggian ini berhubungan dengan
menurunnya suhu rata- rata mulai ketinggian 2.000 m diatas
permukaan laut, transmisi malaria jarang terjadi.
f. Sinar matahari
Pengaruh sinar matahari terhadap pertumbuhan larva nyamuk
berbeda-beda Anopheles Sundaicus lebih suka ditempat yang
teduh Anopheles hyrcanus dan Anopheles punctulatus lebih
menyukai tempat yang terbuka. Anopheles barbirostris dapat
hidupa baik ditempat yang teduh mau pun yang terang.
g. Arus air
Anopheles Barbirostris menyukai tempat perindukan yang
airnya statis atau mengalir lambat, sedangkan Anopheles
minimus menyukai aliran air yang deras dan Anopheles letifer
menyukai air tergenang
2. Lingkungan Biologis
Lingkungan biologis terdiri dari atas ikan pemakan jentik nyamuk atau
tumbuh-tumbuhan yang berfungsi sebagai biokontrol. Ikan pemakan jentik
nyamuk seperti kepala timah, ikan mujair, ikan mas, ikan nila, dan ikan air
tawar lainnya digunakan sebagai biokontrol larva atau jentik nyamuk. Adanya
ternak seperti sapi, babi, dan kerbau dapat mengurai jumlah gigitanya nyamuk
pada manjsia apabila ternak tersebut dikandakan tidak jauh dari rumah.
Bebrbagai akitivitas pembangunan dapat menyebabkan terjadinya man made
breeding places untuk vektor nyamuk, sehingga keadaan dapat memburuk
dengan adanya pembangunan.
3. Lingkungan Sosial, ekonomi meliputi kepadatan penduduk, starifikasi sosial
(tingkat pendidikan, pekerjaan dan lain-lain). Nilai-nilai sosial, dan kemiskinan dapat
mempengaruhi perkembangan parasit malaria.
4. Lingkungan Sosial Budaya, sosial budaya berhubungan dengan kebiasaan hidup
diluar rumah pada malam hari, individu yang memilki kebiasaan hidup diluar rumah
pada malam hari berpeluang digigit nyamuk lebih tinggi dibandingkan mereka yang
tinggal didalam rumah. Tingkat pengetahuan dan kesadaran masyarakat untuk
memberantas malaria seperti, menyehatkan lingkungan, menggunakan kelambu,
memasangkan kawat kasa pada rumah, dan menggunakan anti nyamuk.
5. Lingkungan kimia, aliran yang diberi insektisida seperti abate memang pada
awalnya membunuh jentik nyamuk, akan tetapi jentik yang mampu bertahan dapat
berkembang menjadi spesies nyamuk Anopheles atau Aedes yang kebal terhadap
senyawa insektisida suhu, udara, kelembaban dan curah hujan merupakan faktor
penting untuk transmisi penyakit malaria. (Sorontou 2014& Tosepu2016).
3.3 . Cara Penularan Penyakit
Penularan penyakit malaria terjadi secara alamiah dan tidak alamiah:
1. Penularan secara alamih
Malaria ditularkan oleh nyamuk Anopheles betina. Jumlah nyamuk
Anopeheles sebanyak 80 spesies dan kurang lebih 16 spesies menjadi vektor
penyebar malaria di Indonesia, nyamuk Anopeheles betina yang terinfeksi
malaria yang mengandung sprozoid menggigit manusia sehat, orang tersebut
menderita malaria.
2. Penularan yang tidak alamih
Malaria bawaan (kongenital) terjadi pada bayi yang baru dilahirkan
karena ibunya menderita malaria dan penularanya melalui plasenta atau tali
pusat, secara mekanik penularan terjadi pada para morfinis. Penularan peroral
atau melalui mulut merupakan cara penularan yang pernah dibuktikan pada
burung dan ayam. Pada umunya penularan pada manusia juga berasal dari
manusia lain yang sakit malaria, baik asimtomatik maupun simtomatik.
(Sorontou,2014)

3.4 Cara Pencegahan Malaria


Pencegahan penyakit malaria dilakukan terhadap percorangan maupun
masyarakat, dengan cara sebagai berikut:
1. Mengobati penderita dan penduduk yang peka dan berdiam didaerah
endemik
2. Mengobati karier malaria menggunakan primakuin, karena agens tersebut
mampu memberantas bentuk gametosit malaria. Akan tetapi hindari 22
penggunaan obat tersebut secara masal karena efek samping nya.
3. Memberi pengobatan profilaksis pada individu yang akan memasuki
daerah endemis malaria.
4. Memberantas nyamuk Anopheles yang menjadi vektor penularanya
menggunakan insektisida yang sesuai, dengan cara memusnahkan sarang
nyamuk Anopheles.
5. Menghindarkan diri dari gigitan nyamuk dengan menggunakan kelambu
jika tidur, atau menggunakan repellent yang diusapkan pada kulit, jika
berada diluar rumah pada malam hari. (Sorontou,2014
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Surveilans malaria adalah kegiatan pengamatan yang sistematis dan terus menerus
terhadap data dan informasi tentang kejadian penyakit malaria dan kondisi yang
mempengaruhi terjadinya peningkatan dan penularan penyakit malaria.

 Tujuan surveilans malaria:


1. Memperoleh dan memberikan informasi guna mengarahkan tindakan
penanggulangan secara efektif dan efisien.
2. Mendeteksi dini dan merespon cepat kejadian luar biasa (KLB) malaria.
3. Memantau dan mengevaluasi program pengendalian malaria.
4. Mendukung penelitian dan pengembangan program pengendalian
malaria.
DAFTAR PUSTAKA
https://emalaria.wg.ugm.ac.id/surveillancemalaria/#:~:text=Surveilans
%20malaria%20adalah%20kegiatan%20pengamatan,dan%20memberikan
%20informasi%20guna%20mengarahkan

https://repository.poltekkes-tjk.ac.id/id/eprint/841/6/6.%20BAB%20II.pdf

Widoyono, Penyakit Tropis Epid. Penularan, Pencegahan dan


Pemberantasannya, Penerbit Erlangga, Semarang. 2005

Supartini,N,T,Ilmu Penyakit Untuk Siswa Sekolah Pengatur Rawat Gigi,


Depkes RI, Tasikmalaya. 1996

Sutawanir. D., Metode Survei Sampel. Penerbit Karunika, UT, Jakarta. 1986

Depkes RI. Malaria Direktorat Jenderal Pencegahan dan pemberantasan


Penyakit Menular dan Lingkungan Pemukiman, Jakarta. 1995

Tersedia : http://id.wikipedia.org/wiki/Malaria

Tersedia : http://www.infopenyakit.com/2008/04/penyakit-malaria.html

Tersedia : http://en.wikipedia.org/wiki/anopheles

Tersedia : http://diajengsurendeng.blogspot.com/2011/10/penyebab-malaria-
tanda-tanda-dan-gejala.html

Tersedia : http://www.infodokterku.com/index.php?
option=com_content&view=article&id=23:pengenalan-penyakit-
malaria&catid=25:penyakit-menular&Itemid=18

Epidemiologi Kasus Malaria di Kota Lubuk Linggau, Sumatera Selatan Tri Bayu
Purnama1, Ratri Ciptaningtyas2, Riastuti Kusuma Wardani3 1,2,3 Program Studi
Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Jl. Kertamukti Pisangan-Ciputat 15419

Anda mungkin juga menyukai