DISUSUN OLEH
2B
2018/2019
BAB I
PE N DAH U LUAN
A. LATAR BELAKANG
Malaria adalah penyakit infeksi parasit yang masih menjadi masalah kesehatan
masyarakat, terutama di daerah endemis, yang sangat mempengaruhi angka kesakitan dan
kematian pada bayi, anak balita dan ibu melahirkan serta dapat menimbulkan Kejadian Luar
Biasa (KLB). Umumnya, penderita malaria ditemukan pada daerah-daerah terpencil dan
mengancam status kesehatan masyarakat golongan ekonomi lemah. Oleh karena itu, malaria
masih dipandang sebagai penyakit “rakyat”.
Kejadian Malaria akan meningkat seiring dengan tingginya curah hujan, karena akan
terbentuk banyak genangan air disekitar lingkungan yang merupakan tempat ideal untuk
perindukan nyamuk Anopheles. Dengan bertambahnya tempat perindukan nyamuk Anopheles,
maka populasi nyamuk tersebut juga bertambah sehingga jumlah penularannya akan bertambah
pula.
3. Bagaimanakah daur hidup Plasmodium falciparum itu hingga dapat menimbulkan penyakit
Malaria Tropika (Malaria Falciparum) ?
4. Berapa prevalensi penyakit Malaria Falciparum pada usia produktif di Puskesmas Hedam
Kec. Heram Abepura?
C. RUANG LINGKUP
D.PERUMUSAN MASALAH
1. Bagaimanakah daur hidup Plasmodium falciparum itu hingga dapat menimbulkan penyakit
Malaria Tropika (Malaria Falciparum) ?
2. Berapa prevalensi penyakit Malaria Falciparum pada usia produktif di Puskesmas Hedam
Kec. Heram Abepura?
E.TUJUAN PENELITIAN
TUJUAN UMUM
Untuk memperoleh gambaran penyakit Malaria Tropika (Malaria Falciparum) pada usia
produktif di Puskesmas Hedam Kec. Heram Abepura.
TUJUAN KHUSUS
1. Untuk mengetahui bagaimana daur hidup Plasmodium falciparum hingga dapat menyebabkan
penyakit Malaria Tropika pada manusia.
2. Untuk mengetahui prevalensi penyakit Malaria Tropika pada usia produktif di Puskesmas
Hedam Kec. Heram Abepura.
E.KEGUNAAN PENELITIAN
Agar pihak puskesmas tidak hanya sekedar memberikan pelayanan kesehatan saja tetapi
juga memberikan pembekalan pengetahuan kepada pasien tentang penyakit malaria terlebih
penyakit Malaria Tropika karena merupakan jenis penyakit malaria yang berbahaya
Untuk Masyarakat
Agar masyarakat Abepura dan sekitarnya lebih menjaga kebersihan lingkungan karena jika
lingkungan dibiarkan kotor begitu saja dapat menjadi tempat perkembangbiakkan nyamuk
malaria. Dengan menjaga kebersihan lingkungan diharapkan dapat menekan angka kesakitan dan
kematian yang diakibatkan oleh penyakit Malaria Tropika.
BAB II
TIMJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Malaria
Istilah malaria diambil dari dua kata Bahasa Italia, yaitu mal (buruk) dan area (udara)
atau udara buruk. Karena dahulu banyak terdapat di daerah rawa-rawa yang mengeluarkan bau
busuk. Berikut ini adalah beberapa difinisi penyakit malaria dan Malaria Falciparum :
Malaria adalah penyakit infeksi parasite yang disebabkan oleh Plasmodium yang
menyerang eritrosit dan ditandai dengan ditemukannya bentuk aseksual di dalam darah. Infeksi
malaria ini memberikan gejala berupa demam, menggigil, anemia dan splenomegaly. Dapat
berlangsung akut ataupun kronik (Paul N. Harijanto, 2006).
Malaria adalah penyakit menular endemik di banyak daerah hangat di dunia, disebabkan
oleh protozoa obligat seluler genus Plasmodium, biasanya ditularkan melalui gigitan nyamuk
Anopheles yang terinfeksi. Penyakit ini ditandai dengan keadaan ta berdaya dengan demam
tinggi paroksismal, serangan menggigil, berkeringat, anemia dan splenomegaly yang dapat
menyebabkan kematian, sering menyebabkan komplikasi berat, malaria selebral dan anemia.
Interval antara tiap serangan kadangkala periodik, ditentukan oleh waktu yang diperlukan untuk
berkembangnya satu generasi baru parasit di dalam tubuh. Setelah permulaan penyakit ini, dapat
diikuti perjalanan penyakit yang kronik atau baik. Disebut jugaplaudism. Nama lamanya
mencakup ague dan jungle, malarial (Kamus Kedokteran DORLAND, edisi 29, hal. 1279).
Malaria Falciparum adalah jenis malaria paling berbahaya dan disebabkan oleh
parasitPlasmodium falciparum. Malaria Falciparum berkaitan dengan kadar tinggi parasit dalam
darah dan mempunyai tingkat kematian dan komplikasi paling tinggi diantara semua jenis
malaria. Sel darah merah yang terinfeksi dengan parasit cenderung akan kotor dan menyebabkan
mikroinfarksi (daerah kecil jaringan mati karena kekurangan oksigen) dalam kapiler otak, liver,
kelenjar adrenal, sistem usus, ginjal, paru-paru dan organ lainnya. Pasien sebaiknya dirawat di
rumah sakit menggunakan medikasi intravena (Kamus Kedokteran Webster’s New World, edisi
ketiga, hal. 322).
Ada empat spesies dari genus Plasmodium yang dapat menimbulkan infeksi pada manusia.
Keempat spesies ini adalah :
1. Plasmodium falciparum
2. Plasmodium vivax
Plasmodium vivax penyebab penyakit Malaria Tertiana. Plasmodium vivax diberi nama
oleh Grassi dan Fletti pada tahun 1890. Masa sporulasinya setiap 2 x 24 jam. Warna eritrosit
yang dihinggapi oleh Plasmodium vivax menjadi pucat, karena kekurangan hemoglobin dan
membesar. Oleh karena Plasmodium vivax mempunyai afinitas untuk retikulosit besar, maka
pembesarannya pun tampak lebih nyata daripada sebenarnya. Tropozoit muda tampak sebagai
cakram dengan inti pada satu sisi, sehingga merupakan cincin stempel. Bila tropozoit tumbuh,
maka bentuknya menjadi tidak teratur, berpigmen halus dan menunjukkan gerakan emeboid yang
jelas. Setelah 36 jam ia mengisi lebih dari setengah sel darah merah yang membesar itu. Intinya
membelah dan menjadi sizon. Gerakannya menjadi kurang, mengisi hampir seluruh sel yang
membengkak, dan mengandung pigmen yang tertimbun di dalam sitoplasma. Setelah hampir 48
jam sizon mencapai ukuran maksimum, yaitu 8-10 mikron dan mengalami segmentasi. Pigmen
berkumpul dipinggir, inti yang membelah dengan bagian-bagian sitoplasma membentuk 16-18
sel, berbentuk bulat atau lonjong, berdiameter 1,5-2 mikron yang disebut merozoit.
Mikrogametosit mempunyai inti yang berwarna merah muda pucat dan sitoplasma
berwarna biru pucat. Mikrogametosit mempunyai sitoplasma yang berwarna biru dengan inti
yang padat dan letaknya biasanya di bagian pinggir dari parasit. Dengan pewarnaan, butir-butir
halus, bulat, uniform, merah muda atau kemerah-merahan (titik schuffner) sering tampak di
dalam sel yang diinfeksi oleh Plasmodium vivax.
3. Plasmodium malariae
Tropozoit yang sedang tumbuh mempunyai butir-butir kasar berwarna tengguli tua atau
hitam. Parasit ini dapat berbentuk seperti pita yang melintang pada sel, mengandung kromatin
seperti benang dan kadang-kadang ada vakuolanya. Pigmen kasar berkumpul di pinggirnya.
Dalam 72 jam sizon menjadi matang dan bersegmentasi, hampir mengisi seluruh sel darah merah
yang tidak membesar. Parasit menyerupai bunga serunai atau roset dengan pigen hijau tengguli
yang padat, dikelilingi oleh 8-10 merozoit lonjong, masing-masing dengan kromatin berwarna
merah dan sitoplasma biru. Di dalam sel yang mengandung Plasmodium malariaebutir-butir kecil
merah muda (titik zemann) kadang-kadang dapat diperlihatkan. Gametositnya mirip dengan
gametosit Plasmodium vivax, tetapi lebih kecil dan pigmennya kurang.
4. Plasmodium ovale
Plasmodium ovale penyebab penyakit Malaria Ovale. Plasmodium ovale ditemukan oleh
Stephens pada tahun 1922. Masa sporulasinya setiap 48 jam dan tidak terdapat di Indonesia. Sel
darah merah yang dihinggapi sedikit membesar, berbentuk lonjong, mempunyai titik-titik
schuffner yang besar pada stadium dini. Sel darah merah dengan bentuknya yang tidak teratur
dan bergigi adalah khas guna membuat diagnosis spesies Plasmodium ovale. Pigmen tersebar di
seluruh parasit yang sedang tumbuh sebagai butir-butir tengguli kehijauan dan mempunyai corak
jelas. Pada sizonmatang yang hampir mengisi seluruh eritrosit, pigmen ini terletak di tengah-
tengah.Plasmodium ovale menyerupai Plasmodium malariae dalam bentuk sizon muda
dantropozoit yang sedang tumbuh, walaupun ia tidak membentuk pita. Sizon matang mempunyai
pigmen padat dan biasanya mengandung 8 merozoit. Pada sediaan darah tebal, sangat sukar
untuk membedakan Plasmodium ovale dengan Plasmodium malariae kecuali bila titik
schuffnernya kelihatan.
Plasmodium falciparum, salah satu organisme penyebab malaria, merupakan jenis yang
paling berbahaya dibandingkan dengan jenis Plasmodium lain yang menginfeksi manusia
(Plasmodium vivax, Plasmodium malariae, Plasmodium ovale). Plasmodium falciparum adalah
penyebab penyakit Malaria Tropika atau Malaria Falciparum, yaitu jenis penyakit malaria yang
paling banyak menyebabkan kesakitan dan kematian diantara jenis penyakit malaria lainnya.
Gejalanya biasanya timbul 10-16 hari setelah terinfksi oleh nyamuk. Gejala yang nampak adalah
rasa menggigil, demam, pusing, berkeringat dan gejala ini biasanya lebih tahan lama. Juga terjadi
edema (adanya cairan berlebih) pada otak dan paru-paru serta terhambatnya kegiatan ginjal. Bila
tidak diobati, dapat mengakibatkan kematian karena Plasmodium falciparum mempunyai laju
kematian yang tinggi.
Dalam siklus hidupnya, Plasmodium falciparum mempunyai dua hospes, yaitu vertebrata
dan nyamuk. Siklus aseksual dalam hospes vertebrata (manusia) disebut skizogoni, dan siklus
seksual membentuk sporozoit di dalam tubuh nyamuk disebut sporogoni.
b. Skizogoni
Pada siklus aseksual ini, sporozoit yang infektif dari kelenjar ludah nyamuk Anopheles,
ditusukkan ke dalam aliran darah hospes vertebrata (manusia). Dalam waktu 30 menit, sporozoit
memasuki sel parenkim hati dan memulai stadium eksoeritrositik karena belum masuk ke dalam
sel darah merah (eritrosit). Dalam sel hati, parasit tumbuh menjadi skizon dan berkembang
menjadi merozoit. Sel hati yang mengandung parasit pecah dan merozoit keluar dengan bebas
masuk ke sel darah merah. Masuknya merozoit ke sel darah merah disebut stadium eritrositik.
Sebagian besar difagositosis tetapi sebagian kecil berhasil memasuki sel hati yang baru untuk
mengulangi daur eksoeritrositik.
Dalam sel darah merah mulai tampak adanya kromatin kecil yang dikelilingi oleh
sitoplasma tipis Plasmodium yang membentuk cincin. Bentuk cincin ini kemudian berkembang
menjadi bentuk ameboid. Bentuk cincin dan ameboid adalah tropozoitdalam sel darah merah
(eritrosit), tumbuh menjadi sizon merozoit. Sel darah merah yang penuh dengan merozoit akan
pecah sehingga merozoit, pigmen dan sisa sel keluar memasuki plasma darah. Sebagian merozoit
yang dapat menghindari fagositosis memasuki sel darah merah untuk mengulangi daur
skizogoni. Sedangkan merozoit yang lainnya kemudian membentuk gametosit untuk memasuki
stadium seksual (Kus Irianto, 2009).
c. Sporogoni
Sporogoni merupakan stadium seksual yang terjadi di dalam tubuh nyamuk. Pada saat
nyamuk menghisap darah, gametosit tidak dicerna bersama sel-sel darah. Pada gamet betina
(makrogamet) titik kromatin membagi diri menjadi 6-8 inti yang bergerak ke pinggir parasit.
Sedangkan gamet jantan (mikrogamet) terbentuk beberapa filamen seperti cambuk, sehingga
dapat bergerak aktif, didesak keluar dan lepas dari sel induk, proses ini disebut eksflagelasi.
Sementara itu, makrogamet menjadi matang sebagai makrogametosit. Perkembangan gametosit
berlangsung dalam rongga perut nyamuk.
B. HIPOTESIS
1. Parasit Malaria
Penyakit Malaria Tropika disebabkan oleh parasit Plasmodium falciparum. Ciri utamanya,
memiliki 2 siklus hidup, yaitu :
Faktor yang mempengaruhi antara lain : jenis kelamin (pada ibu hamil akan menyebabkan
anemia yang lebih berat), imunitas, penghasilan, perumahan, pemakaian kelambu dan obat anti
nyamuk.
Nyamuk Anopheles sebagai vector penyebab menularnya penyakit malaria. Nyamuk ini
membutuhkan genangan air yang tidak mengalir atau genangan air yang mengalir perlahan untuk
meletakkan telur-telurnya, atau sebagai tempat untuk berkembang biak. Biasanya nyamuk
Anopheles ini, aktif mencari darah mulai senja hari hingga tengah malam.
a. Secara alamiah
Penularan secara alamiah adalah melalui gigitan nyamuk Anopheles yang mengandung parasit
malaria (Prabowo, 2004). Pada saat menghisap darah manusia, sporozoit dan air liur nyamuk
yang mengandung Plasmodium falciparum masuk ke peredaran darah tubuh manusia selama
kurang lebih ½ jam. Setelah itu sporozoit akan masuk ke dalam sel hati. Setelah 1-2 minggu
digigit, parasite kembali masuk ke dalam darah dan menyerang sel darah merah lalu memakan
hemoglobin yang membawa oksigen di dalam darah. Pecahnya sel darah merah yang terinfeksi
Plasmodium falciparum ini, menyebabkan timbulnya gejala demam disertai menggigil dan juga
menyebabkan anemia (Depkes, 2003). Nyamuk Anopheles yang menggigit orang sehat, maka
parasit itu akan dipindahkan ke tubuh orang sehat sehingga menjadi sakit
b. Secara Non-Alamiah
Penularan secara non-alamiah terjadi jika tidak melalui gigitan nyamuk Anopheles. Beberapa
contoh penularan Malaria Tropika secara non-alamiah antara lain :
Malaria bawaan (kongenital) adalah malaria pada bayi baru lahir yang ibunya menderita malaria.
Penularannya terjadi karena adanya kelainan pada sawar plasenta (selaput yang melindungi
plasenta) sehingga tidak ada penghalang infeksi dari ibu kepada janinnya. Selain melalui
plasenta, penularan malaria tropika dari ibu kepada bayinya juga dapat melalui tali pusat.
Gejalanya berupa demam, iritabilitas (mudah terangsang sehingga sering menangis dan rewel),
pembesaran hati dan limpa, anemia, tidak mau makan ataupun minum, serta kulit dan selaput
lendir berwarna kuning. Keadaan ini harus dibedakan dengan infeksi kongenital lainnya, seperti
toxoplasmosis, rubella, sifillis kongenital dan anemia hemolitik.
Transfusion malaria adalah infeksi malaria yang ditularkan melalui transfuse darah (donor darah)
dari pendonor yang terinfeksi malaria. Parasit malaria dapat hidup selama tujuh hari dalam darah
donor.
B. KERANGKA TEORI
Lingkungan
Pelayanan Kesehatan
C. KERANGKA KONSEP
Faktor Intera
Karakteristik individu
1. Pekerjaan
2. Pendidikan
3. Pendapatan
3. Penggunaan kelambu
METODOLOGI PENELITIAN
B.METODE PENELITIAN
Chandra, Budiman Dr. 2006. Ilmu Kedokteran Pencegahan dan Komunitas. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Entjang, Indan dr. 2000. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Bandung : PT. Citra Aditya Bakti.
Harijanto,P,N., Nugroho, Agung., Gunawan, A, Carta (ed). 2010. Malaria dari Molekuler ke
Klinis. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Saryono, SKp, M. Kes. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jogjakarta : Mitra Cendekia
Press.
Sudoyo, Aru., Setioyohadi, Bambang., Alwi, Idrus., Simadibrata, Marcellus., Setiati, Siti (ed).
2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi IV. Jakarta : Departement Ilmu Penyakit
Dalam Fakultas Kedokteran UI.