Anda di halaman 1dari 9

RESUME

PENYAKIT MALARIA

Dosen :
Ns. Devi Susanti, M.Kep., Sp.Kep.M.B

Disusun Oleh :
Diva Intan Syalsabila
22084

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


AKADEMI KEPERAWATAN BERKALA WIDYA HUSADA
2023
MALARIA

Abstrak
Malaria masih menjadi masalah kesehatan global terutama di kawasan tropis dan subtropis
negara berkembang sampai saat ini. World Malaria Report 2015 menyatakan bahwa penyakit
malaria telah menyerang 106 negara di dunia. 7 Tahun 2016 ditemukan 216 juta kasus baru
malaria dan 445.000 kematian. Wilayah Afrika menyumbang sebagian besar kasus malaria
global (90%), diikuti oleh wilayah Asia Tenggara (7%), dan Mediterania Timur (2%). Angka
kematian akibat malaria tahun 2015 di wilayah Asia paling tinggi berada di India dengan
jumlah 384 jiwa, sedangkan Indonesia berada pada posisi kedua dengan jumlah 157 jiwa.8
Menurut WHO, angka morbiditas dan mortalitas akibat malaria cenderung menurun pada
periode 2005 2015. Meskipun demikian, masih ada lebih kurang 3,2 milyar jiwa atau hampir
separuh penduduk dunia berisiko tertular penyakit malaria.
Kata Kunci: Malaria; Plasmodium; Nyamuk Anopheles Betina

Absract
Malaria is still a global health problem, especially in the tropics and subtropics of developing
countries to this day. The 2015 World Malaria Report states that malaria has affected 106
countries in the world. 7 of 2016 found 216 million new cases of malaria and 445,000 deaths.
The African region accounts for the majority of global malaria cases (90%), followed by the
Southeast Asian region (7%), and the Eastern Mediterranean (2%). The death rate from
malaria in 2015 in the Asian region was the highest in India with 384 people, while Indonesia
was in second place with 157 people.8 According to WHO, the morbidity and mortality rates
from malaria tend to decrease in the 2005 2015 period. However, there are still
approximately 3.2 billion people or almost half of the world's population is at risk of
contracting malaria.
Key words: Malaria; Plasmodium; Female Anopheles Mosquitoes

1
PENDAHULUAN
Malaria adalah penyakit infeksi disebabkan oleh parasit dari genus Plasmodium yang
menyerang sel eritrosit ditandai dengan gejala berupa demam, menggigil, anemia, dan
splenomegali dalam kondisi akut ataupun kronis yang ditularkan ke manusia melalui gigitan
nyamuk Anopheles betina yang terinfeksi. Ada lima spesies Plasmodium yang dapat
menyebabkan malaria pada manusia diantaranya P. falciparum dan P. vivax yang umumnya
dijumpai pada semua negara dengan malaria. Dua spesies ini paling sering dijumpai di
Indonesia. Spesies lainnya yaitu P. ovale dan P. malariae banyak dijumpai di Indonesia Timur.
Perkembangan terbaru ditemukan satu spesies lain yang dapat menyebabkan malaria yaitu P.
knowlesi di Malaysia yang sebelumnya hanya menyerang primata. P. knowlesi juga
ditemukan menyebabkan malaria di Indonesia tepatnya di Kalimantan Tengah dan
Kalimantan Selatan. Permasalahan malaria masih menjadi salah satu masalah yang serius di
Indonesia karena sering menimbulkan kematian apabila tidak diobati secara benar. Walaupun
telah terjadi penurunan yang cukup signifikan dari 465.764 kasus positif malaria pada tahun
2010 menjadi 209.413 kasus pada tahun 2015, tetapi dari data Kemenkes tahun 2011 2015
didapatkan hasil persentase kabupaten/kota endemis tinggi mengalami sedikit penurunan
kasus malaria, sedangkan kabupaten/kota endemis sedang dan rendah mengalami
peningkatan.

ETIOLOGI
Etiologi malaria adalah parasit protozoa Plasmodium. Ada 5 spesies Plasmodium
yang dapat menginfeksi manusia.

Plasmodium Falciparum

Pada malaria berat yang disebabkan oleh infeksi Plasmodium falciparum,


patogenesis berkaitan dengan kemampuan parasit mengubah struktur dan
biomolekul sel eritrosit untuk mempertahankan hidup parasit. Perubahan tersebut
meliputi mekanisme transpor membran sel, sitoadherensi, sekuestrasi, dan rosetting.

Plasmodium Vivax

Infeksi Plasmodium vivax adalah sel darah merah yang dominan dengan retikulosit
dan antigen Duffy untuk invasi parasit. Akibatnya, parasitemia relatif rendah pada
malaria vivax. Ukuran retikulosit lebih besar daripada sel darah merah matur,

2
sehingga pada apusan darah tepi akan tampak sel yang terinfeksi lebih besar
daripada sel darah merah di sekitarnya. Demam pada plasmodium vivax dapat
muncul kembali saat hipnozoit melepaskan merozoit. Plasmodium vivax dapat relaps
dan pada pasien dengan penyakit kronis, spesies ini dapat menimbulkan anemia
berat, malnutrisi, dan respons imun yang buruk.

Plasmodium Ovale

Terdapat 2 spesies Plasmodium ovale, yakni Plasmodium ovale curtisi dan


Plasmodium ovale wallikeri. Plasmodium ovale mirip dengan Plasmodium vivax,
tetapi tidak membutuhkan antigen Duffy untuk menginvasi sel darah merah. Pada
pemeriksaan apusan darah tepi, Plasmodium ovale tampak trofozoit seperti komet
dan sel darah merah akan tampak oval dengan fimbria (seperti jari) pada membran
sel. Bentuk cincin, skizon, dan gametosit Plasmodium ovale sama dengan
Plasmodium vivax.

Plasmodium Malariae

Jumlah merozoit yang dikeluarkan saat skizon ruptur jauh lebih sedikit, sehingga
parasitemia pun lebih rendah dibandingkan malaria jenis lainnya. Plasmodium
malariae juga sering disebut sebagai malaria kronis karena dapat bertahan hingga
puluhan tahun. Plasmodium malariae memiliki ciri khas, yakni deposit kompleks
imun di ginjal yang bisa menyebabkan nefritis. Pada apusan darah tepi, parasit
ditemukan dalam bentuk band, skizon dengan beberapa merozoit, dan globul
dengan pigmen di bagian sentral berwarna keemasan.

Plasmodium Knowlesi

Manifestasi berat pada Plasmodium knowlesi berupa hipotensi, distres pernapasan,


gagal ginjal akut, hiperbilirubinemia, dan syok. Koma tidak selalu terjadi pada infeksi
Plasmodium knowlesi. Manifestasi berat terjadi akibat respons imun tubuh
berlebihan yang muncul saat penanganan terlambat. Plasmodium knowlesi
memberikan gambaran patologi mirip Plasmodium falciparum pada jaringan otak,
tetapi dengan ICAM-1 yang lebih sedikit. Mekanisme Plasmodium knowlesi

3
berinteraksi dengan endotel untuk menciptakan sekuestrasi masih belum diketahui
pasti.

Transmisi Malaria

Mekanisme transmisi malaria ke manusia adalah melalui gigitan nyamuk, yaitu


Anopheles sp. betina yang bertindak sebagai vektor yang berhabitat di daerah tropis
dan subtropis. Vektor ini jarang ditemukan pada ketinggian di atas 2.000 meter.
Anopheles sp. terutama menggigit saat senja dan fajar. Ada lebih dari 60 spesies
nyamuk Anopheles yang dapat menularkan malaria ke manusia. Walaupun jarang
terjadi, malaria juga dapat ditularkan melalui transfusi darah, tusukan jarum bekas
penderita malaria, atau dari ibu hamil ke janin (malaria kongenital).

Plasmodium knowlesi memiliki host spesifik, yakni kera Macaca fascicularis dan
Macaca nemestrina yang di Indonesia dapat ditemukan di Kalimantan. Plasmodium
knowlesi merupakan infeksi zoonotik dan belum ada bukti kuat bahwa malaria jenis
ini dapat bertransmisi antarmanusia.

4
TANDA DAN GEJALA

Gejala malaria muncul setidaknya dalam kurun waktu 10 hingga 15 hari setelah
tergigit nyamuk Anopheles ataupun terpapar. Berikut beberapa gejala malaria:

1. Demam
2. Menggigil
3. Sakit kepala
4. Berkeringat banyak
5. Lemas
6. Pegal linu
7. Gejala anemia atau kurang darah
8. Mual atau muntah

EPIDEMIOLOGI
Secara alamiah, penularan malaria terjadi karena adanya interaksi antara agent (parasit
Plasmodium spp), host definitive (nyamuk Anopheles spp) dan host intermediate (manusia).
Karena itu, penularan malaria dipengaruhi oleh keberadaan dan fluktuasi populasi vektor
(penular yaitu nyamuk Anopheles spp), yang salah satunya dipengaruhi oleh in tensitas curah
hujan, serta sumber parasit Plasmodium spp. atau penderita di samping adanya host yang
rentan. Sumber parasit Plasmodium spp. adalah host yang menjadi penderita positif malaria
Tapi di daerah endemis malaria tinggi, seringkali gejala klinis pada penderita tidak muncul
(tidak ada gejala klinis) meskipun parasit terus hidup di dalam tubuhnya. Ini disebabkan
adanya perubahan tingkat resistensi manusia terhadap parasit malaria sebagai akibat
tingginya frekuensi kontak dengan parasit, bahkan di beberapa negara terjadinya kekebalan
ada yang diturunkan melalui mutasi genetik. Komponen epidemiologi malaria terdiri dari (1).
agent malaria adalah parasit Plasmodium spp, (2). host malaria, ada dua jenis yaitu manusia
sebagai host intermediate atau sementara karena tidak terjadi pembiakan seksual dan nya-
muk sebagai host definitive atau tetap karena terjadi pembiakan seksual dan (3). lingkungan
yaitu yang berpengaruh terhadap kehidupan manusia dan nyamuk vektor malaria.

1. Agent atau parasit


Parasit adalah suatu istilah yang diberikan kepada mahluk hidup baik tumbuhan atau
bi-natang yang menumpang pada mahluk hidup lain (induk semang) dan dalam kehidupannya

5
meru-gikan induk semangnya tersebut. Untuk hidup dan berkembang biak parasit ini
mengambil makanan dari dalam tubuh induk semangnya, sehingga induk s-mangnya
mengalami gangguan bahkan bisa menimbulkan kematian. Parasit malaria adalah
Plasmodium spp. yaitu binatang bersel sa-tu (protozoa) yang termasuk genus Plasmodia,
famili Plasmodiidae dari ordo Coccidiidae.

2. Vektor malaria
Adalah serangga atau nyamuk yang termasuk Anopheles spp yang menularkan malaria, ilmu
yang mempelajarinya adalah entomologi malaria. Tidak semua spesies Anopheles menjadi
vektor penyakit malaria, karena dipengaruhi oleh lamanya berkembang parasit Plasmodium
dalam tubuh nyamuk (inkubasi ekstrinsik) yaitu periode mulai nyamuk mengisap gamet pada
darah manusia, kemudian berkembang menjadi sporozoit yang berkumpul dalam kelenjar
ludah nyamuk untuk ditularkan kepadalam tubuh manusia.

3. Perkembangan parasit palam tubuh nyamuk dan manusia


Penderita malaria yang digigit oleh nyamuk (vektor), di samping darahnya yang terhisap ke
dalam tubul vektor, juga terbawa Plasmodium dari berbagai stadium asek-sual yang ada
dalam sel darah yai-tu stadium tropozoit, stadium sizon, dan stadium gametosit. Stadium
tropozoit dan schizon bersama darah dicerna oleh vektor kemudian ma-ti, sedangkan stadium
gametosit ter-us hidup dan masuk ke dalam lam-bung nyamuk vektor.

PENATALAKSANAAN
Pengobatan malaria dilakukan sesuai dengan jenis malaria, tingkat keparahan
gejala, dan kondisi pasien. Untuk pengobatan jenis malaria yang disebabkan oleh
Plasmodium vivax yang tergolong ringan, penderita akan diberikan obat rawat jalan
berupa ACT atau obat chloroquine. Selain itu untuk mencegah kambuhnya malaria
jenis ini, ditambahkan juga obat primaquine. Sedangkan untuk jenis malaria yang
disebabkan oleh Plasmodium falciparum dengan derajat gejala sedang, penderita
akan dirawat di ruang non ICU rumah sakit. Bagi penderita dengan derajat gejala
berat, penderita akan dirawat di ICU (Intensive Care Unit) dan diberikan obat melalui
suntikan selama 24 jam pertama. Apabila sahabat sehat hendak berkunjung ke
daerah endemi penyakit ini seperti di Maluku, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi
Papua, Papua Barat, serta di sebagian wilayah Kalimantan dan Sumatra dianjurkan
untuk mengonsumsi obat pencegah malaria. Obat tersebut harus diminum selama 4

6
hingga 8 minggu. Diminum seminggu sebelum pergi ke daerah tersebut sampai 4
minggu setelah pulang. Obat diminum setiap hari dan pada jam yang sama.

PENANGGULANGAN
Kementerian Kesehatan RI memiliki target eliminasi malaria sepenuhnya pada tahun 2030.
Pencapaian eliminasi malaria dilakukan secara bertahap. Tahapan-tahapan untuk mencapai
target tersebut yaitu: kasus terakhir penularan setempat pada tahun 2025, semua provinsi
mencapai eliminasi malaria pada tahun 2028, dan Indonesia mencapai eliminasi pada 2030.
Pencapaian eliminasi malaria tahun 2030 dilakukan secara bertahap. Tahapan eliminasi
malaria yaitu tingkat kabupaten/kota, provinsi, regional dan nasional. Secara historis,
pemerintah masih dalam jalur yang sesuai dalam mencapai target tersebut. Capaian eliminasi
tingkat kabupaten/kota pada tahun 2016 sebanyak 247 atau melebihi target capaian dari tahun
tersebut, yaitu 245. Sementara pada 2017, pemerintah memperluas capaian eliminasi malaria
menjadi 266 kabupaten/kota dari target 265 kabupaten/kota. Target eliminasi ini meningkat
tiap tahunnya dan hingga masa sebelum pandemi, target tersebut masih tercapai, yakni 285
kabupaten/kota di tahun 2018 dan 300 kabupaten/kota di tahun 2019.

Eliminasi malaria adalah upaya untuk menghentikan penularan malaria di suatu wilayah
tertentu seperti kabupaten/kota atau provinsi. Hal ini merupakan kesepakatan global yang
dihasilkan dalam pertemuan WHA ke 60 di Geneva tahun 2007 tentang eliminasi malaria
bagi tiap negara dan komitmen regional (Asia Pacific Malaria Elimination Network/APMEN)
tahun 2014 tentang eliminasi malaria diseluruh kawasan Asia Pasifik pada tahun 2030. Untuk
mencapai eliminasi malaria, pemerintah telah menerbitkan keputusan Menteri Kesehatan
Nomor 293/Menkes/SK/ V/2009 tentang eliminasi malaria di Indonesia yang akan dicapai
secara bertahap selambat-lambatnya pada tahun 2030 dan SK Menkes No.
131/Menkes/SK/Ill/2012 tentang Forum Nasional Gerakan Berantas Kembali Malaria
(Gebrak Malaria) yang salah satu komisinya adalah Komisi Penilaian Eliminasi.
Adapun Strategi pemerintah untuk mencapai tujuan mengendalikan penyakit malaria, sebagai
berikut:
1. Penguatan komitmen pemangku kepentingan untuk mendukung upaya pemeliharaan bebas
malaria.
2. Penguatan surveilans:
a. Surveilans malaria berbasis kasus dan laboratorium.

7
b. Surveilans migrasi.
c. Surveilans faktor risiko (vektor, tempat perindukan vektor dan perilaku masyarakat).
d. Kegiatan surveilans lainnya.
3. Penguatan jejaring tatalaksana untuk menjamin kemampuan mendiagnosa malaria secara
dini dan mengobati dengan tepat.
4. Penguatan kemandirian masyarakat dalam mencegah munculnya kasus baru malaria.
5. Penguatan jejaring kemitraan dalam rangka pencegahan malaria dengan memfungsikan tim
monitoring evaluasi malaria.
Strategi pemerintah di atas juga dilandasi oleh hukum yang berlaku di negara Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA
Kusriastuti, Rita, dkk 2012. Pedoman Pembentukan Pusat Pengendalian Malaria (Malaria
Center) di Daerah Endemis Malaria. Jakarta: Bakti Husada.
https://p2pm.kemkes.go.id/storage/publikasi/media/file_1619451520.pdf
Subuh, Mohamad, dkk 2017. Panduan Pemeliharaan Eliminasi Malaria. Jakarta: Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia.
https://ppid.dinkesjatengprov.go.id/ppid/wp-content/uploads/2022/05/Buku-Panduan-Pemelih
araan-Eliminasi-Maria-2017.pdf
Mawuntu, Arthur 2018. Malaria Serebral. Jurnal Sinaps, Vol. 1 No. 3 (2018), hlm.1-21.
http://jurnalsinaps.com/index.php/sinaps/article/view/32/21
Palumpun, Wilson 2020. Implementasi Kebijakan Pengendalian Penyakit Malaria Oleh Dinas
Kesehatan di Kabupaten Nabire Provinsi Papua (Studi Kasus Pada Distrik Nabire). Nabire:
Fakultas Politik Pemerintahan.
http://eprints.ipdn.ac.id/8431/1/Wilson%20Nonium%20Palumpun_291845_IMPLEMENTAS
I%20KEBIJA_220610_145635.pdf
Sadikin, Budi, dkk 2022. Berita Negara Republik Indonesia. No.978, 2022 KEMENKES.
Malaria. Penanggulangan. https://peraturan.go.id/files/bn978-2022.pdf
Hakim, Lukman 2011. Malaria : Epidemiologi dan Diagnosis. Aspirator Vol. 3 No. 2 Tahun
2011 : 107-116.
http://ejournal2.litbang.kemkes.go.id/index.php/aspirator/article/download/4605/2216

Anda mungkin juga menyukai