Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM PARASITOLOGI I

PEMERIKSAAN SPESIMEN DARAH UNTUK DIAGNOSIS MALARIA

Disusun oleh :

Nama : Kartika Sari Dewi


NIM : 1811050005
Kelompok :4
Rombongan : 2

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI D4 TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK
PURWOKERTO

2019
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Penyakit malaria masih menjadi salah satu masalah kesehatan
masyarakat di Indonesia yang penyebarannya cukup luas di Indonesia
terutama di daerah Indonesia bagian timur. Angka prevalensi malaria di
Indonesia tahun 2013 sebesar 6,0%. Prevalensi malaria di atas angka
nasional sebagian besar berada di Indonesia Timur. Proporsi penduduk
dengan malaria positif mencapai 1,3 persen, atau sekitar dua kali lipat dari
angka yang diperoleh Riskesdas 2010 (0,6%). Sedangkan proporsi
penduduk perdesaan yang positif ditemukan sekitar dua kali lipat lebih
banyak (1,7%) dibandingkan dengan penduduk perkotaan yakni sebesar
0,8%. Pada tahun 2014 sebanyak 200 kabupaten dan kota di Indonesia
mendapatkan sertifi kat eliminasi malaria. Diantaranya, 34 kabupaten dan
kota di Jawa Timur telah mendapatkan sertifi kat eliminasi malaria pada
tahun 2014. (Djakari, 2008).
Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu daerah yang tidak luput
dari kasus malaria. Angka kesakitan malaria di Provinsi Jawa Tengah pada
tahun 2014 mencapai 0,05‰ penduduk. Angka ini sudah mencapai target
nasional karena < 1 ‰. Akan tetapi masih terdapat kasus indigenous di 5
kabupaten yaitu Purworejo, Banjarnegara, Purbalingga, Banyumas dan
Kebumen (Dinkes Jateng, 2014). Pada tahun 2015, angka kesakitan malaria
atau yang lebih dikenal dengan istilah Annual Paracite Incidence (API) di
Provinsi Jawa Tengah meningkat menjadi 0,06‰ dengan jumlah kasus
sebanyak 2.190 kasus. Pada tahun 2015 juga masih terdapat kasus
indigenous di 4 kabupaten yaitu, Kabupaten Purworejo (API 1,96‰),
Kabupaten Banjarnegara (API 0,35‰), Kabupaten Magelang (API 0,13‰)
dan Kabupaten Purbalingga (API 0,04‰) (Solikhah, 2012).
Penyakit malaria adalah suatu penyakit menular yang banyak diderita
oleh penduduk di daerah tropis dan subtropics. Malaria merupakan
penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa dari genus plasmodium
yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles betina. Malaria pada
manusia dapat disebabkan oleh plasmodium falciparum ( P. Falciparum).
Plasmodium vivax ( P. Vivax), plasmodium ovale (P. Ovale), plasmodium
Malariae ( P. Malariae) dan Palsmodium Knowlesi ( P. Knowlesi ). Parasit
yang terakhir disebutkan ini belum banyak dilaporkan di Indonesia (Mau,
F. 2015).
Diagnosis malaria yang digunakan yaitu pemeriksaan mikroskopik.
Terdapat dua bentuk sediaan yang digunakan yakni hapusan darah tebal
dan hapusan darah tipis. Hapusan darah tipis digunakan untuk identifikasi
jenis plasmodium, bila dengan preparat darah tebal sulit ditentukan.
Kepadatan parasit dinyatakan sebagai hitung parasit (parasit count), dapat
dilakukan berdasar jumlah eritrosit yang mengandung parasit per 1000 sel
darah merah. Bila jumlah parasit >100.000/ul darah menandakan infeksi
yang berat. Hitung parasit penting untuk menentukan prognosis penderita
malaria, walaupun komplikasinya juga dapat timbul dengan jumlah parasit
yang minimal. Selain pemeriksaan mikroskopis menggunakan sediaan
darah penelitian terbaru telah mengembangkan metode diagnostik yang
dapat diperbandingkan dengan metode yang lazim (konvensional). WHO
bersama para ilmuwan, ahli laboratorik, serta peklinik mengembangkan alat
uji diagnostik cepat (Rapid Diagnostic Test/RDTs) yang mudah dilakukan,
tepat, sensitif, dan sesuai biaya (cost-effective).1,6–8 Sebagian besar RDTs
malaria menggunakan asas imunokromatografi yang menggunakan antibodi
monoklonal yaitu HRP-2 (Histidine Rich Protein) untuk Plasmodium
falciparum dan pLDH (parasite Lactate Dehydrogenase) untuk mengetahui
Plasmodium vivax sebagai indikator infeksi (Siahan, 2011).
Kepentingan untuk mendapatkan diagnosis yang cepat pada penderita
yang di duga menderita malaria merupakan tantangan untuk mendapatkan
uji metode laboratorik yang tepat, cepat, sensitif, mudah dilakukan, serta
ekonomis. Berdasarkan hal di atas sehingga dilakukannya pemeriksaan
laboratorium dengan spesimen darah untuk diagnosa malaria.
1.2. Tujuan
Tujuan praktikum ini adalah memahami pemeriksaan spesimen darah

untuk diagnosis malaria

II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Malaria
Malaria adalah penyakit menular yang disebabkan oleh Plasmodium dan
ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles betina. Penyakit malaria ini dapat
menyerang siapa saja terutama penduduk yang tinggal di daerah di mana tempat
tersebut merupakan tempat yang sesuai dengan kebutuhan nyamuk untuk
berkembang biak. Malaria sudah diketahui sejak zaman Yunani. Kata malaria
tersusun dari dua kata yaitu mal = busuk dan aria = udara. Nama diambil dari
kondisi yang terjadi yaitu suatu penyakit yang banyak diderita masyarakat yang
tinggal disekitar rawa-rawa yang mengeluarkan bau busuk. Pada awalnya
penyakit malaria diduga sebagai akibat hukuman yang dijatuhkan oleh para dewa
untuk masyarakat kota Roma. Misteri mulai terbuka dengan ditemukan adanya
bentuk seperti pisang dalam darah penderita malaria oleh Laveran pada tahun
1880. Kemudian diketahui bahwa penularan malaria dilakukan oleh nyamuk
yang banyak terdapat di sekitar rawa-rawa. Masa inkubasi pada penularan secara
alamiah bagi masing-masing spesies parasit berbeda-beda. Plasmodium
falcifarum memiliki masa inkubasi selama 12 hari. Plasmodium vivax dan
Plasmodium ovale selama 13 – 17 hari dan Plasmodium malariae selama 28 – 30
hari (Mau.F, 2015).

2.2. Gejala Penyakit Malaria


Menurut berat-ringannya gejala malaria dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu :
a. Gejala malaria ringan (malaria tanpa komplikasi)
Meskipun disebut malaria ringan, sebenarnya gejala yang dirasakan
penderitanya cukup menyiksa (alias cukup berat). Gejala malaria yang utama
yaitu: demam, dan menggigil, juga dapat disertai sakit kepala, mual, muntah,
diare, nyeri otot atau pegal-pegal. Gejala-gejala yang timbul dapat bervariasi
tergantung daya tahan tubuh penderita dan gejala spesifik dari mana parasit
berasal. Malaria sebagai penyebab infeksi yang disebabkan oleh Plasmodium
mempunyai gejala utama yaitu demam. Demam yang terjadi diduga
berhubungan dengan proses skizogoni (pecahnya merozoit atau skizon),
pengaruh GPI (glycosyl phosphatidylinositol) atau terbentuknya sitokin atau
toksin lainnya. Pada beberapa penderita, demam tidak terjadi (misalnya pada
daerah hiperendemik) banyak orang dengan parasitemia tanpa gejala.
Gambaran karakteristik dari malaria ialah demam periodic, anemia dan
splenomegali.
b. Gejala malaria berat (malaria dengan komplikasi)
Penderita dikatakan menderita malaria berat bila di dalam darahnya
ditemukan parasit malaria melalui pemeriksaan laboratorium Sediaan Darah
Tepi atau Rapid Diagnostic Test (RDT) dan disertai memiliki satu atau
beberapa gejala/komplikasi berikut ini:
1. Gangguan kesadaran dalam berbagai derajat (mulai dari koma sampai
penurunan kesadaran lebih ringan dengan manifestasi seperti: mengigau,
bicara salah, tidur terus, diam saja, tingkah laku berubah)
2. Keadaan umum yang sangat lemah (tidak bisa duduk/berdiri)
3. Kejang-kejang
4. Panas sangat tinggi
5. Mata atau tubuh kuning
6. Tanda-tanda dehidrasi (mata cekung, turgor dan elastisitas kulit
berkurang, bibir kering, produksi air seni berkurang)
7. Perdarahan hidung, gusi atau saluran pencernaan
8. Nafas cepat atau sesak nafas
9. Muntah terus menerus dan tidak dapat makan minum
10. Warna air seni seperti teh tua dan dapat sampai kehitaman
11. Jumlah air seni kurang sampai tidak ada air seni
12. Telapak tangan sangat pucat (anemia dengan kadar Hb kurang dari 5 g%)

2.3. Plasmodium spp.


Malaria adalah suatu penyakit protozoa dari genus plasmodium yang
ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles betina. Malaria dapat juga
ditularkan secara langsung melalui transfusi darah, jarum suntik serta dari ibu
hamil kepada bayinya. Pada manusia terdapat 4 spesies Plasmodium spp. yaitu
P.falciparum, P.vivax, P.malariae dan P.ovale (Lasena, 2016).
a. Plasmodium falcifarum penyebab malaria tropika yang sering menyebabkan
malaria berat.
b. Plasmodium vivax penyebab malaria Tertiana.
c. Plasmodium malariae penyebab malaria Quartana
d. Plasmodium ovale jenis ini jarang sekali di jumpai di Indonesia, karena
umumnya banyak kasusnya terjadi di Afrika dan Pasifik barat.

2.4.Metode Deteksi Malaria


Diagnosis malaria yang digunakan yaitu pemeriksaan mikroskopik karena
Pemeriksaan mikroskopis merupakan Gold Standart untuk identifikasi malaria.
Cara pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan yang dianjurkan oleh World
Health Organization (WHO) dan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Terdapat dua bentuk sediaan yang digunakan yakni hapusan darah tebal dan
hapusan darah tipis. Hapusan darah tipis digunakan untuk identifikasi jenis
plasmodium, bila dengan preparat darah tebal sulit ditentukan. Kepadatan parasit
dinyatakan sebagai hitung parasit (parasit count), dapat dilakukan berdasar
jumlah eritrosit yang mengandung parasit per 1000 sel darah merah. Bila jumlah
parasit >100.000/ul darah menandakan infeksi yang berat. Hitung parasit penting
untuk menentukan prognosis penderita malaria, walaupun komplikasinya juga
dapat timbul dengan jumlah parasit yang minimal. Selain pemeriksaan
mikroskopis menggunakan sediaan darah penelitian terbaru telah
mengembangkan metode diagnostik yang dapat diperbandingkan dengan metode
yang lazim (konvensional). WHO bersama para ilmuwan, ahli laboratorik, serta
peklinik mengembangkan alat uji diagnostik cepat (Rapid Diagnostic
Test/RDTs) yang mudah dilakukan, tepat, sensitif, dan sesuai biaya (cost-
effective).1,6–8 Sebagian besar RDTs malaria menggunakan asas
imunokromatografi yang menggunakan antibodi monoklonal yaitu HRP-2
(Histidine Rich Protein) untuk Plasmodium falciparum dan pLDH (parasite
Lactate Dehydrogenase) untuk mengetahui Plasmodium vivax sebagai indikator
infeksi (Siahan, 2011).
III. MATERI DAN METODE

3.1. Materi
Alat yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu, pipet tetes, object
glass, cover glass, pensil, kertas tisu, blood lancet, lancet pen, gelas ukur
10 ml, 50 ml dan 100 ml, botol pencuci, rak object glass, timer/ stopwatch,
mikroskop cahaya.
Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu, sampel darah
kapiler, kapas, alkohol 70%, larutan giemsa, aquadest, sarung tangan,
minyak imersi.

3.2. Metode
Prosedur kerja pembuatan apusan darah untuk diagnosa malaria
adalah sebagai berikut:
 Cara pengambilan sediaan darah
1. Menulis kode penderita, nama, tanggal pembuatan pada object glass
dengan menggunakan pensil bukan bolpoin karena akan luntur bila
terkena larutan fiksasi atau minyak imersi
2. Memegang jari manis atau jari tengah tangan kiri pasien (ibu jari,
jari telunjuk, dan kelingking tidak dianjurkan pada orang dewasa
karena apabila terjadi infeksi akan mudah menjalar). Bayi berusia 6-
12 bulan dapat digunakan ibu jari kaki sedangkan bayi berusia di
bawah 6 bulan pada tumit kaki
3. Menggosok ujung jari dengan kapas beralkohol sambil memijat
untuk menstimulasi sirkulasi darah kemudian mengeringkan
menggunakan kapas kering
4. Menusuk ujung jari menggunakan lancet steril dengan gerakan
cepat pada bagian pinggir (kulit tipis) dan menyilang garis sidik
jari. Lancet bekas harus dibuang dan tidak boleh digunakan lagi
untuk penderita lain

 Cara pembuatan sediaan darah tipis


1. Mengambil object glass yang bersih dan sudah dikode dengan
menggunakan pensil
2. Menekan ujung jari sampai tetesan darah kedua keluar dan
dikumpulkan satu tetes darah dengan ukuran (●) pada salah satu
permukaan bagian tengah object glass
3. Membuat hapusan tipis dengan menggunakan object glass lain
(spreader). Ujung spreader diletakkan pada tetesan darah dengan
posisi datar sampai darah rata dari ujung ke ujung. Spreader di
gesekan sepanjang object glass dengan sudut kemiringan sebesar
45°
4. Meletakkan sediaan di tempat datar sampai darah mengering oleh
udara sediaan dihindarkan dari gangguan lalat dan debu. Sediaan
darah yang telah mengering dimasukkan ke dalam kotak slide dan
segera diwarnai paling lambat dalam waktu 24 jam

 Cara pembuatan sediaan darah tipis


1. mengambil objek kelas yang bersih dan sudah dikode dengan
menggunakan pensil
2. Menekan kembali ujung jari untuk mendapatkan darah dan
dikumpulkan sebanyak 2-3 tetes sebesar (●) pada object glass di
dekat etiket atau (kode)
3. Membuat sediaan darah tebal menggunakan sudut spreader dengan
gerakan melingkar dari luar ke dalam (3-6 putaran) sehingga
membentuk bulatan berdiameter 1 cm
4. Meletakkan sediaan di tempat datar sampai darah mengering oleh
udara. Sediaan dihindarkan dari gangguan alat dan debu. Sediaan
darah yang telah mengering dimasukkan ke dalam kotak slide dan
segera diwarnai paling lambat dalam waktu 24 jam

 Pengecatan sediaan darah tipis


1. Menfiksasi sediaan darah tipis dengan metanol absolut selama 30
detik. Fiksasi dapat dilakukan dengan cara meneteskan metanol
pada object glass atau mencelupkannya pada staining jar berisi
metanol absolut
2. Mengeringkan sediaan pada suhu ruangan
3. Mengecat sediaan dengan giemsa 5% (pengenceran 1:20) selama 30
menit. Tambahkan 1 mL stok giemsa dalam 20 mL aquades atau
dengan pengenceran 1:50 selama 50 menit
4. Mencuci slide dengan air mengalir
5. Mengeringkan slide pada suhu ruangan
6. Mengamati sediaan darah tipis dibawah mikroskop dengan lensa
objektif sebesar 100 x menggunakan minyak imersi

 Pengecatan sediaan darah tebal


1. Sediaan darah tebal mengering dalam waktu beberapa jam atau
semalam. Penggunaan kipas angin dapat mempercepat pengeringan
2. Tidak dilakukan fiksasi
3. Pengecatan dengan Giemsa 5% (pengencernan 1:20) selama 30
menit atau pengenceran 1:50 selama 50 menit
4. Pencucian slide dengan cara dimasukkan ke dalam aquadest selama
3-5 menit
5. Mengeringkan slide pada suhu ruangan
6. Mengamati sediaan darah tipis dibawah mikroskop dengan lensa
objektif sebesar 100 x menggunakan minyak imersi

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1. Hasil

A B

Gambar Preparat Sediaan Darah Untuk Diagnosa Malaria


Keterangan : A (Sediaan darah tipis Nn. Kartika), B (Preparat Plasmodium
Spp), C (Sediaan darah tebal Nn. Kartika))

4.2. Pembahasan
Malaria adalah suatu penyakit protozoa dari genus Plasmodium
sp. yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles betina. Malaria
dapat juga ditularkan secara langsung melalui transfusi darah, jarum
suntik serta dari ibu hamil kepada bayinya. Pada manusia terdapat 4
spesies Plasmodium ps. yaitu P.falciparum, P.vivax, P.malariae dan
P.ovale. Diagnosis malaria yang sering digunakan yaitu pemeriksaan
mikroskopik karena pemeriksaan mikroskopis merupakan Gold Standart
untuk identifikasi malaria. Pada praktikum pemeriksaan diagnosa malaria
kali ini menggunakan pemeriksaan makroskopis yaitu menggunakan
sedian apusan darah. Apusan darah yang digunakan yaitu apusan darah
tebal dan apusan darah tipis. Sampel darah yang digunakan yaitu dari
probandus Nn. Kartika Sari Dewi dan hasil yang didapat yaitu sampel
tidak terinfeksi Plasmodium sp. baik pada preparat sedian darah tipis
maupun preparat sediaan darah tebal (Lasena, 2016).
Sampai saat ini Gold Standard diagnosis malaria adalah
pemeriksaan mikroskopik, yaitu dengan menemukan adanya Plasmodium
sp. di dalam sediaan darah yang diperiksa. Satu kali pemeriksaan
mikroskopik yang memberikan hasil negatif tidaklah langsung
menyingkirkan kemungkinan diagnosis malaria, terutama pada penderita
yang menunjukkan gejala dan tanda umum malaria di daerah endemis
malaria. Untuk itu diperlukan pemeriksaan mikroskopik serial dengan
interval waktu pemeriksaan. Interval waktu pemeriksaan juga bisa saja
beragam, sesuai dengan masa inkubasi dari masing-masing spesies.
Pemeriksaan mikroskopis ini dilakukan untuk menemukan parasit
Plasmodium secara visual dengan melakukan identifikasi langsung pada
sediaan darah penderita. Pemeriksaan mikroskopis ini sangat bergantung
pada keahlian pranata laboratorium (analis kesehatan) yang melakukan
identifikasi. Teknik pemeriksaan inilah yang masih menjadi standar emas
dalam penegakan diagnosis penyakit malaria (Siahan, 2011).
Banyaknya kebiasaan yang kurang baik pada pemeriksaan
mikroskopi mendorong terjadinya kesalahan diagnosis malaria , ada
beberapa faktor yang mempengaruhi pembuatan sediaan apus darah,
diantaranya : (Mau. F, 2015).
1. Gelas obyek tidak bersih, kotor dan berlemak
2. Kaca penggeser tidak rata
3. Darah yang diteteskan terlalu sedikit atau terlalu banyak
4. Waktu pengecatan terlalu lama atau kurang lama
5. Pencucian terlalu lama
Terdapat dua metode yang digunakan untuk menghitung jumlah
Plasmodium dari sediaan darah tipis salah satunya yaitu dengan
menghitung jumlah parasit/μL darah berdasarkan jumlah leukosit pada
sediaan darah tebal (standarnya 8.000/ μL). Rumus yang digunakan yaitu

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑟𝑎𝑠𝑖𝑡 𝑥 8000


= 𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒑𝒂𝒓𝒂𝒔𝒊𝒕/μl 𝒅𝒂𝒓𝒂𝒉
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑙𝑒𝑢𝑘𝑜𝑠𝑡

Soal:
Diketahui jumlah Plasmodium sediaan darah tebal sebanyak 520/200
leukosit. Hitunglah jumlah parasit/μL darah.
Jawab :
Jumlah leukosit = 8000/μl
Jumlah parasit terhitung = 520
520 𝑥 8000
= 20.800 𝑝𝑎𝑟𝑎𝑠𝑖𝑡/μL
200

Perhitungan jumlah Plasmodium dari sediaan darah tipis


digunakan untuk menilai respon terapi pada penderita melalui
perhitungan persentase eritrosit terinfeksi jika ditemukan malaria
falciparum dengan parasitemia tinggi. Rumus yang digunakan yaitu:

𝑵
𝐏𝐞𝐫𝐬𝐞𝐧𝐭𝐚𝐬𝐞 𝐞𝐫𝐢𝐭𝐫𝐨𝐬𝐢𝐭 𝐭𝐞𝐫𝐢𝐧𝐟𝐞𝐤𝐬𝐢 = 𝒙 𝟏𝟎𝟎%
𝟏𝟎. 𝟎𝟎𝟎

Soal:
Diketahui terdapat 72 parasit dalam 10.000. Hitunglah presentase
eritrosit terinfeksi.
Jawab:
72
persentase eritrosit terinfeksi = x100%
10.000
V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan kesimpulan didapatkan kesimpulan sebagai
berikut:
Malaria merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa dari
genus plasmodium yang ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles
betina. Malaria pada manusia dapat disebabkan oleh plasmodium
falciparum (P. Falciparum). Plasmodium vivax (P. Vivax), plasmodium
ovale (P. Ovale), plasmodium Malariae ( P. Malariae) dan Palsmodium
Knowlesi ( P. Knowlesi ). Metode yang digunakan yaitu pemeriksaan
mikroskopis dengan pembuatan preparat sediaan darah tipis dan sediaan
darah tebal. Berdasarkan hasil praktikum prepat sediaan darah tipis dan
darah tebal dari probandus Nn. Kartika Sari Dewi tidak terinfeksi malaria
karena tidak ditemukan parasit genus Plasmodium sp. pada preparat
sampel.

5.2. Saran
Saran yang dapat diberikan dalam praktikum ini adalah sebaiknya
penyampaian materi praktikum tidak terlalu cepat, sebaiknya bahan untuk
fiksasi dan pewarnaan diberikan perkelompok agar praktikan tidak
menumpuk didepan dan prakikum tidak kondusif.

DAFTAR PUSTAKA

Chiodini.P.L, Moody A.H, Manser.D.W. 2003. Medical Helminthology and


Protozoology. Churchill Livingstone : London.
Djakaria, Sungkar. 2008. Buku Ajar Parasitologi Kedokteran Edisi Keempat.
EGC : Jakarta.

Lasena, N. Pijoh, D. et al. 2016. Perbandingan Deteksi Plasmosium Sp. Dengan


Cara Pemeriksaan Rapid Diagnostic Test Dan Pemeriksaan
Mikroskopis. Jurnal e-Biomedik. Volume 4 (2) : 1-3.

Mau, F. Murhandarwati, E . 2015. Faktor-Faktor Yang Mempengarui Ketetapan


Diagnosis Malaria Di Puskesmas Kabupaten Belu NTT. Jurnal Media
Litbangkes. Vol 25 (2) : 1-8.

Puasa, R. 2015. Studi Perbandingan Jumlah Parasit Malaria Menggunakan


Variasi Waktu Pewarnaan Pada Konsentrasi Giemsa 3% Di
Laboratorium RSUD Dr. H. Chasan Boesoirie Ternate. Jurnal Riset
Kesehatan. Vol 6 (2) : 23-27.

Siahan, L. 2011. Perbandingan Rapid Diagnostic Test Dan Pemeriksaan


Mikroskopis Pada Diagnosa Malaria. Jurnal Kesehatan Masyarakat
Nasional. Vol 5 (6) : 250-253.

Solikhah. 2012. Pola Penyebaran Penyakit Malaria Di Kecamatan Kokap


Kabupaten Kulon Progo DIY Tahun 2009. Buletin Penelitian Sistem
Kesehatan. Vol 15 (3) : 213-222.

Anda mungkin juga menyukai