Tujuan
Sistem multiuji t API 20 E (tersedia dari bioMérieux, Inc.) merupakan
suatu bahan digunakan secara klinis untuk identifikasi cepat kelompok bakteri
Enterobacteriaceae (lebih dari 5.500 galur) dan kelompok bakteri berbentuk
batang negatif Gram lainnya (lebih dari 2.300 galur).
Prinsip
Sistem API 20 E merupakan suatu strip plastik yang terdiri dari 20
microtubes dan cupules, sebagian diisi dengan substrat/media terdehidrasi
yang berbeda. Suspensi bakteri ditambahkan ke dalam microtubes yang berisi
media terehidrasi dan proses inokulasi dilakukan pada waktu yang
bersamaan. Seperti halnya uji biokimia lainnya, perubahan warna terjadi di
dalam microtube baik selama inkubasi atau setelah penambahan reagen.
Perubahan warna ini menjadi tanda/indikator ada atau tidak adanya reaksi
kimia sehingga nantinya dapat dinilai bahwa uji biokimia tersebut
mendapatkan hasil positif atau negatif (Gambar 7-1).
Setelah inkubasi, reaksi spontan akan terjadi, yaitu reaksi yang tidak
memerlukan penambahan reagen dapat dievaluasi terlebih dahulu, setelah itu
baru uji yang membutuhkan penambahan reagen dilakukan dan dievaluasi.
Akhirnya, hasil pengujian baik positif maupun negative dimasukkan pada
Lembar Hasil pengujian (Gambar 7-2). Khusus untuk uji oksidase dilakukan
secara terpisah dan ini merupakan uji ke-21.
Seperti ditunjukkan pada Gambar 7-2, Lembar Hasil pengujian
membagi uji menjadi tiga kelompok, dengan masing-masing kelompok diberi
nilai numerik 1, 2, atau 4. Angka-angka ini diberikan hanya untuk hasil
positif (+) saja, sedangkan hasil negatif (-) tidak dihitung. Nilai untuk hasil
positif dalam setiap kelompok ditambahkan bersama-sama untuk
menghasilkan angka dari 0 hingga 7, yang dimasukkan/dituliskan ke dalam
lingkaran oval di bagian bawah tiga kelompok uji. Total dari masing-masing
kelompok kemudian digabungkan secara berurutan untuk menghasilkan tujuh
kode digit yang kemudian dapat ditafsirkan pada Indeks Profil Analitik*.
Dalam kasus yang jarang terjadi, informasi dari ke-21 uji (dan kode 7
digit) tidak cukup diskriminatif untuk mengidentifikasi suatu organisme.
Ketika hal ini terjadi, organisme akan ditumbuhkan dan diperiksa pada Agar
MacConkey dan uji tambahan akan dilakukan untuk uji reduksi nitrat,
oksidasi/pengurangan glukosa, dan motilitas. Hasilnya dimasukkan secara
terpisah di ruang tambahan pada Lembar Hasil pengujian dan digunakan
untuk identifikasi akhir.
2. Empedu Esculin Uji
Tujuan
Uji Bile Esculin merupakan uji yang paling umum digunakan untuk
identifikasi pendugaan bakteri enterococci dan anggota kelompok
Streptococcus bovis, yang semuanya menunjukkan hasil positif.
2
Prinsip
Bile Esculin Agar merupakan media yang tidak terdefinisi (diketahui
secara pasti kandungannya), media selektif, dan juga media diferensial yang
mengandung ekstrak daging sapi, gelatin pencernaan, esculin oxgall
(empedu), dan besi sitrat. Esculin, diekstrak dari kulit pohon Chestnut Kuda,
adalah glikosida yang terdiri dari glukosa dan esculetin ekstrak daging sapi
dan gelatin yang menyediakan nutrisi dan energi; empedu adalah agen
selektif yang ditambahkan untuk memisahkan kelompok Streptococcus bovis
dan enterococci dari streptokokus lainnya (lihat Tabel 2-3, halaman 6). Besi
sitrat ditambahkan sebagai sumber zat besi teroksidasi untuk menunjukkan uji
positif.
Banyak kelompok bakteri yang dapat menghidrolisis esculin dalam
kondisi asam (Gambar 7-7), dan banyak bakteri, terutama bakteri enterik
Gram negatif, menunjukkan toleransi terhadap empedu. Namun, di antara
streptokokus, biasanya hanya enterokokus dan anggota kelompok
Streptococcus bovis (S. equinus, S. gallolyticus, S. infantarius, dan S.
alactolyticus) yang mentolerir empedu dan mampu menghidrolisis esculin.
Dalam uji ini, ketika molekul esculin terbelah, esculetin akan
bereaksi dengan Fe3+ dari besi sitrat untuk membentuk endapan berwarna
4. Uji CAMP
Tujuan
Uji CAMP (singkatan dari nama penemu uji ini yaitu Christie,
Atkins, dan Munch-Peterson) digunakan untuk membedakan bakteri Grup B
Streptococcus agalactiae (+) dari spesies Streptococcus lainnya (-).
Prinsip
Grup B Streptococcus agalactiae menghasilkan CAMP factor, suatu
protein hemolitik yang bekerja secara sinergis dengan_β-hemolysin dari
bakteri Staphylococcus aureus subsp. aureus. Ketika bakteri S. aureus subsp.
aureus digoreskan tegak lurus di atas permukaan medium Agar Darah
(Gambar 7-14), akan terbentuk suatu zona/daerah hemolisis yang berbentuk
seperti kepala anak panah yang menunjukkan hasil uji positif (Gambar 7-15).
5. Uji Hidrolisis Kasein
Tujuan
Uji Hidrolisis kasein digunakan untuk mengidentifikasi bakteri yang
mampu menghidrolisis kasein dengan menggunakan enzim casease.
Prinsip
Banyak bakteri memerlukan protein sebagai sumber asam amino dan
komponen lain untuk proses sintetik. Beberapa bakteri memiliki kemampuan
untuk memproduksi dan mengeluarkan enzim (exoenzymes) ke dalam
lingkungan yang mengkatalisis hidrolisis (pemecahan) protein besar menjadi
peptida yang lebih kecil atau individu asam amino sehingga memungkinkan
penyerapannya melalui membran. Casease adalah enzim yang dimiliki oleh
beberapa bakteri yang berfungsi untuk menghidrolisis protein pada susu yang
disebut kasein (Gambar 7-16), suatu molekul yang memberi susu berwarna
putih. Ketika dipecah menjadi fragmen yang lebih kecil, kasein putih
biasanya akan kehilangan opacity (kekeruhannya) dan menjadi jernih.
Kehadiran enzim casease dapat dideteksi dengan mudah
menggunakan media uji Milk Agar (Gambar 7-17). Milk Agar adalah media
yang tidak didefinisikan (tidak diketahui secara pasti kandungannya) yang
mengandung kasein dari pancreas pencernaan, ekstrak ragi, dekstrosa, dan
susu bubuk. Saat medium ini diinokulasi dengan bakteri casease positif,
enzim casease yang disekresikan akan berdifusi ke dalam media di sekitar
koloni dan akan terbentuk zona jernih di mana kasein telah dihidrolisis.
4
Prinsip
Pada kebanyakan bakteri, sitrat (asam sitrat) diproduksi sebagai asetil
koenzim A (produk dari oksidasi piruvat atau oksidasi asam lemak) yang
akan bereaksi dengan oksaloasetat di ketika akan masuk ke siklus Krebs.
Sitrat kemudian akan dikonversi melalui serangkaian reaksi kompleks
menjadi oksaloasetat kembali yang akan memulai siklus baru. Lihat Lampiran
(Gambar A-1 dan A-4) dan Gambar 7-51 untuk informasi lebih lanjut tentang
siklus Krebs dan metabolisme asam lemak.
Dalam medium yang mengandung sitrat sebagai sumber karbon yang
tersedia, bakteri yang memiliki enzim citrate-permease dapat mengangkut
molekul ke dalam sel dan secara enzimatis akan mengubahnya menjadi
piruvat. Piruvat kemudian dapat dikonversi ke berbagai produk, tergantung
pada pH lingkungan (Gambar 7-22).
Simmons Citrate Agar merupakan medium terdefinisi (telah diketahui
secara pasti kandungannya) yang mengandung sodium sitrat sebagai satu-
satunya sumber karbon dan ammonium fosfat sebagai satu-satunya sumber
nitrogen. Bromthymol Blue dye, yang berwarna hijau pada pH 6,9 dan biru
pada pH 7,6 berperan sebagai indikator. Bakteri yang dapat bertahan hidup
pada medium ini akan memanfaatkan sitrat dan mengubah amonium fosfat
menjadi amonia (NH3) dan amonium hidroksida (NH4OH) sehingga medium
cenderung bersifat basa (alkali). Seiring dengan naiknya pH, maka medium
akan berubah dari warna hijau menjadi biru (Gambar 7-23) dan hasil ini
disebut dengan uji sitrat positif.
Kadang-kadang bakteri sitrat-positif akan tumbuh pada medium
miring Simmons Citrate tanpa menghasilkan perubahan warna. Pada
kebanyakan kasus, hal ini dapat disebabkan oleh proses inkubasi yang tidak
lengkap. Ketika tidak ada perubahan warna, pertumbuhan bakteri pada
medium miring dapat digunakan untuk menunjukkan bahwa sitrat sedang
digunakan dan dapat digunakan sebagai bukti dari reaksi positif. Untuk
menghindari kebingungan/keraguan antara pertumbuhan yang sebenarnya
dengan inokulum yang banyak yang mungkin muncul seperti pertumbuhan,
maka pada uji ini, proses inokulasi dilakukan menggunakan jarum lurus
(needle) dan bukan menggunakan jarum ose (loop).
8. Uji Koagulase
Tujuan
Uji koagulase merupakan uji yang biasanya digunakan untuk
membedakan bakteri Staphylococcus aureus dari kelompok bakteri berbentuk
cocco Gram-positif lainnya.
Prinsip
Bakteri S. aureus adalah bakteri patogen oportunistik yang sangat
resisten terhadap respon imun normal dan agen antimikroba. Daya tahannya
sebagian disebabkan oleh produksi enzim koagulase. Enzim ini akan bekerja
bersama dengan komponen plasma normal untuk membentuk pelindung
fibrin di sekitar sel bakteri atau kelompok sel sehingga mampu melindungi sel
dari mekanisme fagositosis dan jenis serangan lainnya.
Enzim koagulase dapat dibedakan menjadi dua bentuk yaitu enzim
koagulase terikat dan koagulase bebas. Bentuk pertama dikenal sebagai
6
faktor penggumpalan yang mampu melekat pada dinding sel bakteri dan
bereaksi langsung dengan fibrinogen dalam plasma sehingga fibrinogen
menjadi mengendap dan menyebabkan sel-sel akan menggumpal. Bentuk
kedua koagulase termasuk enzim ekstraseluler (dilepaskan dari sel) yang
mampu bereaksi dengan komponen plasma yang disebut coagulase reacting-
factor (CRF). Reaksi yang dihasilkan mirip dengan konversi protrombin dan
fibrinogen dalam mekanisme pembekuan normal.
Dua bentuk uji koagulase telah dirancang untuk mendeteksi enzim ini
yaitu uji tabung dan uji slide. Uji tabung mampu mendeteksi keberadaan
kedua enzim koagulase baik koagulase terikat atau koagulase bebas,
sedangkan Uji slide hanya mampu mendeteksi enzim koagulase terikat saja.
Kedua uji ini menggunakan plasma kelinci yang diobati dengan antikoagulan
untuk mengganggu mekanisme pembekuan normal.
Uji tabung dilakukan dengan menambahkan bakteri uji ke plasma
kelinci di dalam tabung reaksi. Koagulasi plasma (termasuk penebalan atau
pembentukan benang fibrin) dalam waktu 24 jam menunjukkan reaksi positif
(Gambar 7-24). Plasma biasanya diperiksa untuk pembekuan (tanpa
guncangan) setelah sekitar 4 jam karena mungkin untuk koagulasi terjadi
lebih awal dan kembali menjadi cair dalam waktu 24 jam.
Dalam uji slide, bakteri dipindahkan ke slide yang mengandung
sejumlah kecil plasma. Aglutinasi sel pada slide dalam satu hingga dua menit
menunjukkan adanya koagulase terikat (Gambar 7-25). Hasil uji slide negatif
biasanya akan dikonfirmasi menggunakan uji tabung.
9. Uji Dekarboksilasi
Tujuan
Media dekarboksilase dapat memasukkan salah satu dari beberapa
asam amino dan masing-masing mendeteksi keberadaan enzim
dekarboksilase yang berbeda. Biasanya, media ini digunakan untuk
membedakan bakteri dalam family Enterobacteriaceae dan untuk
membedakannya dari bakteri bentuk batang Gram negatif lainnya.
Prinsip
Decarboxylase Base Medium dari Møller mengandung pepton,
glukosa, indikator pH bromcresol ungu, dan co-enzym pyridoxal phosphate.
Bromcresol ungu berwarna ungu pada pH 6,8 ke atas, dan kuning di bawah
pH 5,2. Medium basa dapat digunakan dengan salah satu dari sejumlah
substrat asam amino spesifik, tergantung pada enzim dekarboksilase
yang akan diidentifikasi.
Setelah inokulasi bakteri pada medium ini, lapisan minyak digunakan
untuk menutup media dari paparan oksigen eksternal dan akan meningkatkan
proses fermentasi. Fermentasi glukosa (semua anggota Enterobacteriaceae
mampu memfermentasi glukosa) pada media anaerob awalnya akan berubah
menjadi kuning karena akumulasi produk akhir yang bersifat asam. pH yang
rendah dan adanya asam amino spesifik akan menginduksi bakteri
dekarboksilase positif untuk menghasilkan enzim ini (pada hal ini, gen
dekarboksilase spesifik akan diaktifkan).
Dekarboksilasi asam amino akan menghasilkan akumulasi produk
akhir yang bersifat basa sehingga akan mengubah media menjadi berwarna
7
ungu (lihat Gambar 7-28 hingga 7-31). Jika bakteri tersebut mampu
memfermentasi glukosa tetapi tidak menghasilkan enzim dekarboksilase yang
sesuai, maka medianya akan menguning dan tetap demikian (tidak berubah).
Jika bakteri tidak mampu memfermentasi glukosa, media tidak akan
menunjukkan perubahan warna. Warna ungu adalah satu-satunya hasil yang
dianggap positif, sedangkan warna lainnya akan dianggap sebagai hasil
negatif (Gambar 7-32).
Keuntungan dari media ini adalah tidak ada penambahan larutan HCl 1 N
dan cocok untuk digunakan untuk kelompok bakteri cocci Gram positif dan
Enterobacteriaceae.
berwarna merah muda pada pH 4,5 dan biru pada pH 8,3. Di antara kedua
nilai pH tersebut akan berwarna ungu.
Terdapat empat reaksi dasar pada uji litmus susu yaitu uji fermentasi
laktosa, reduksi litmus, koagulasi kasein, dan hidrolisis kasein. Apabila
dikombinasikan menjadi satu, reaksi-reaksi ini akan menghasilkan berbagai
hasil uji, yang masing-masing dapat digunakan untuk membedakan dan
identifikasi bakteri. Beberapa kemungkinan kombinasi tersebut dapat
dijelaskan pada Tabel 7-2.
Fermentasi laktosa akan menyebabkan media menjadi asam dan
mengubah litmus menjadi berwarna merah muda (Gambar 7-54, tabung
kedua dari kanan). Reaksi asam ini biasanya dimulai dengan pemecahan
disakarida menjadi monosakarida berupa glukosa dan galaktosa dengan
bantuan enzim galaktosidase (Gambar 7-40). Asam yang terakumulasi dapat
menyebabkan kandungan kasein menjadi mengendap dan membentuk
bekuan (gumpalan) asam (Gambar 7-56 dan 7-57). Gumpalan asam akan
memicu medium menjadi mengeras dengan tampilan merah muda atau putih
dengan pita merah muda di bagian atas (Gambar 7-54, tabung di paling
kanan) tergantung pada reaksi reduksi-oksidasi dari litmus. Reaksi resuksi
litmus akan berwarna putih, sedangkan oksidasi litmus akan berwarna ungu.
Gumpalan asam dapat dilarutkan dalam kondisi alkali. Celah atau retakan
pada gumpalan asam menunjukkan adanya produksi gas (Gambar 7-54,
tabung ketiga dari kanan). Produksi gas yang tinggi dapat memecah gumpalan
asam tersebut dan disebut fermentasi badai.
Selain menjadi indikator pH, litmus juga berperan sebagai indikator
reduksi-oksidasi (Eh). Seperti telah disebutkan di atas, litmus yang tereduksi
akan berwarna putih. Jika litmus berkurang selama fermentasi laktosa, maka
akan berubah menjadi putih di bagian paling bawah dari tabung di mana
reaksi reduksi terbesar terjadi.
Beberapa bakteri menghasilkan enzim proteolitik (kasease) seperti
rennin, pepsin, atau chymotrypsin yang dapat mengkoagulasi kasein
menghasilkan dadih (Gambar 7-58). Dadih berbeda dari bekuan (gumpalan)
asam dimana dadih tidak akan larut dalam kondisi basa (alkali) dan
cenderung menarik diri dari sisi tabung yang memperlihatkan cairan berwarna
seperti warna jerami yang disebut whey.
Kasease tertentu dapat mencerna bekuan (gumpalan) asam dan dadih.
Suatu reaksi pencernaan hanya menyisakan cairan jernih hingga kecoklatan
(Gambar 7-54, pusat tabung). Bakteri yang hanya mampu mencerna sebagian
kasein biasanya akan menghasilkan amonia (NH3) yang dapat meningkatkan
pH medium dan mengubah litmus menjadi biru. Pembentukan cincin biru
atau ungu di bagian atas cairan bening atau kebiruan dari seluruh media
menunjukkan sebuah reaksi basa (alkali) (Gambar 7-54, tabung di paling
kiri dan ketiga dari kiri).