Pengertian
Staphylococcus aureus merupakan bakteri Gram positif berbentuk bulat berdiameter
0,7-1,2 m, tersusun dalam kelompok-kelompok yang tidak teratur seperti buah anggur,
fakultatif anaerob, tidak membentuk spora, dan tidak bergerak. Bakteri ini tumbuh pada suhu
optimum 37 C, tetapi membentuk pigmen paling baik pada suhu kamar (20-25 C).
Staphylococcus aureus tumbuh pada media cair dan padat seperti NA (Nutrien Agar)
dan BAP (Blood Agar Plate) dan dengan aktif melakukan metabolisme, mampu fermentasi
karbohidrat dan menghasilkan bermacam-macam pigmen dari putih hingga kuning.
Klasifikasi bakteri Staphylococcus aureus
1) Berdasarkan Morfologi
Bakteri Staphylococcus berbentuk bulat menyerupai bentuk buah anggur yang
tersusun rapi dan tidak teratur satu sama lain. Sifat dari bakteri ini umumnya sama
dengan bakteri coccus yang lain yaitu :
1. Berbentuk bulat dengan diameter kira-kira 0,5 1,5 m.
2. Warna koloni putih susu atau agak krem
3. Tersusun dalam kelompok secara tidak beraturan.
4. Bersifat fakultatif anaerobic
5. Pada umumnya tidak memiliki kapsul
6. Bakteri ini juga termasuk juga bakteri nonsporogenous (tidak berspora)
7. Sel-selnya bersifat positif-Gram, dan tidak aktif melakukan pergerakan (non motile)
8. Bersifat pathogen dan menyebabkan lesi local yang oportunistik
9. Menghasilkan katalase
10. Tahan terhadap pengeringan, panas dan Sodium Khlorida (NaCl) 9 %
11. Pertumbuhannya
kimiatertentu
dapat
dihambat
dengan
cepat
oleh
bahan
12. Sebagian besar adalah saprofit yang hidup di alam bebas, namun habibat
alamiahnya
adalah
pada
permukaan
epitel
golongan
primate/mamalia.
Bentuk koloni bulat, tepian timbul, sel bentuk bola, diameter 0,5 1,5 m, terjadi
satu demi satu, berpasangan, dan kelompok tidak teratur
2) Berdasarkan filogenik (garis keturunan)
Kingdom
: Monera
Divisio
: Firmicutes
Class
: Basilli
Order
: Bacillales
Family
: Staphylococcaceae
Genus
: Staphilococcus
Species
: Staphilococcus aureus
Patogenisitas
Sebagian bakteri Stafilokokus merupakan flora normal pada kulit, saluran pernafasan,
dan saluran pencernaan makanan pada manusia. Bakteri ini juga ditemukan di udara dan
lingkungan sekitar. S. aureus yang patogen bersifat invasif, menyebabkan hemolisis,
membentuk koagulase, dan mampu meragikan manitol
Infeksi oleh S. aureus ditandai dengan kerusakan jaringan yang disertai abses
bernanah. Beberapa penyakit infeksi yang disebabkan oleh S. aureus adalah bisul, jerawat,
impetigo, dan infeksi luka. Infeksi yang lebih berat diantaranya pneumonia, mastitis, plebitis,
meningitis, infeksi saluran kemih, osteomielitis, dan endokarditis. S. aureus juga merupakan
penyebab utama infeksi nosokomial, keracunan makanan, dan sindroma syok toksik
S. aureus dapat menimbulkan penyakit melalui kemampuannya tersebar luas dalam
jaringan dan melalui pembentukan berbagai zat ekstraseluler. Berbagai zat yang berperan
sebagai faktor virulensi dapat berupa protein, termasuk enzim dan toksin, contohnya :
1. Katalase
Katalase adalah enzim yang berperan pada daya tahan bakteri terhadap proses fagositosis.
Tes adanya aktivtias katalase menjadi pembeda genus Staphylococcus dari Streptococcus
(Ryan et al., 1994; Brooks et al., 1995).
2. Koagulase
Enzim ini dapat menggumpalkan plasma oksalat atau plasma sitrat, karena adanya faktor
koagulase reaktif dalam serum yang bereaksi dengan enzim tersebut. Esterase yang
dihasilkan dapat meningkatkan aktivitas penggumpalan, sehingga terbentuk deposit fibrin
pada permukaan sel bakteri yang dapat menghambat fagositosis (Warsa, 1994).
3. Hemolisin
Hemolisin merupakan toksin yang dapat membentuk suatu zona hemolisis di sekitar
koloni bakteri. Hemolisin pada S. aureus terdiri dari alfa hemolisin, beta hemolisisn, dan
delta hemolisisn. Alfa hemolisin adalah toksin yang bertanggung jawab terhadap
pembentukan zona hemolisis di sekitar koloni.
S. aureus pada medium agar darah. Toksin ini dapat menyebabkan nekrosis pada kulit
hewan dan manusia. Beta hemolisin adalah toksin yang terutama dihasilkan Stafilokokus
yang diisolasi dari hewan, yang menyebabkan lisis pada sel darah merah domba dan sapi.
Sedangkan delta hemolisin adalah toksin yang dapat melisiskan sel darah merah manusia
dan kelinci, tetapi efek lisisnya kurang terhadap sel darah merah domba (Warsa, 1994).
4. Leukosidin
Toksin ini dapat mematikan sel darah putih pada beberapa hewan. Tetapi perannya dalam
patogenesis pada manusia tidak jelas, karena Stafilokokus patogen tidak dapat mematikan
sel-sel darah putih manusia dan dapat difagositosis (Jawetz et al., 1995).
5. Toksin eksfoliatif
Toksin
ini
mempunyai
aktivitas
proteolitik
dan
dapat
melarutkan
matriks
Alat
1. Ose loop
2. Pembakar spirtus
3. Inkubator
4. Obyek glass
5. Cover glass
6. Mikroskop
Bahan :
1. Biakan murni bakteri
2. Oil imersi
3. Gentian violet
4. Alkohol 96%
5. Lugol
6. Safranin
Langkah Kerja :
a) Menyiapkan alat dan bahan yang akan diperlukan
b) Hari ke- 1
1. Mengambil biakan kuman yang sudah dipupuk pada media NaCl Broth
menggunakan ose loop steril, kemudian menanam bakteri pada media BAP
dengan cara streak
2. Menginkubasi pada inkubator pada suhu 37C selama 24 jam
c) Hari ke- 2
1. Mengambil koloni dari media BAP dan membuat preparat dengan pewarnaan
gram menggunakan ose loop steril, Adapun cara pewarnaan dilakukan sebagai
berikut:
a) Teteskan NaCl fisiologis pada objek glass, selanjutnya diambil koloni yang
terpisah dari media BAP dengan menggunakan ose steril dan campurkan pada
NaCl di atas objek glass. Aduk dan fiksasi di atas api bunsen.
b) Kemudian pada objek glass tersebut tambahkan Kristal Violet selama 3-5
menit, bilas dengan air mengalir.
c) Teteskan larutan lugol selama 1 menit, lalu cuci dengan air mengalir.
d) Lunturkan dengan alkohol 96 % selama 10 detik hingga zat warna
menghilang, cuci dengan air mengalir.
e) Teteskan larutan Fuchsin atau Safranin selama 1 menit, cuci dengan air
mengalir.
f) Keringkan dan mengamati dibawah mikroskop dengan perbesaran 100X
menggunakan oil imersi untuk memastikan bahwa bakteri yang ditanam benar
Staphylococcus
Bakteri gram negatif zat warna kristal violet akan larut oleh
penambahan alkohol 95 % dan mengikat zat warna kedua yaitu
Safranin/fuchsin sehingga dibawah mikroskop akan terlihat berwarna
merah.
b) Mengambil PZ steril dengan ose steril dan meletakkannya pada salah satu area
obyek glass. Kemudian menambahkan koloni kuman dari media MSA sebagai
kontrol
c) Memfiksasi ose loop dan mendinginkannya
d) Mengambil PZ dengan ose steril dan meletakkannya pada area obyek glass
yang lain, menambahkan 1-2 tetes plasma (dengan ose) dan menambahkan
kuman dari media MSA sebagai test
e) Mengamati perbedaan dan prubaha antara kontrol dan test
e) Hari ke-4
Mengamati bentuk, tepi, permukaan, warna, diameter dan aspek koloni pada media
NAS yang sudah ditanam
Merupakan
media
cair
yang digunakan
untuk
memperbanyak
bakteri
Staphylococcus
Terlihat media Blood Agar jernih artinya terjadi hemolisis sel-sel darah secara
lengkap disebut juga hemolisis beta. Media Blood Agar merupakan media untuk
pertumbuhan mikroorganisme yang sulit untuk dibiakkan dan juga untuk
membedakan kelompok mikroorganisme yang melisis atau tidak melisiskan sel darah
merah. Beberapa bakteri menghasilkan sitolisin yang dapat melarutkan sel darah
merah.
Media ini perlu ditambahkan darah, karena bakteri Staphylococcus merupakan
bakteri gram positif (+) yang membutuhkan protein lebih agar dapat hidup. Darah
yang digunakan adalah darah domba yang sudah dikarantina atau darah manusia
golongan darah O, karena golongan darah O tidak mempunyai antigen dan
aglutinogen. Sedangkan kuman mempunyai antigen. Sebenarnya penggunaan darah
manusia tidak dianjurkan, karena dalam darah manusia terdapat zat antibody. Macammacam antigen pada bakteri :
a. Antigen O (ohne) terdapat pada dinding sel
b. Antigen H (hough) terdapat pada flagela
c. Antigen K/V (kapsul/virulen) terdapat pada kapsul
3. Pewarnaan Gram
Metode pewarnaan gram ini ditemukan oleh Christian Gram pada tahun 1883 yang
merupakan ahli bakteriologi Denmark. Pada uji pewarnaan Gram didapatkan bakteri
Gram positif, berbentuk kokus bergerombol membentuk untaian seperti buah anggur.
Hasil pewarnaan Gram dapat dilihat pada gambar di bawah ini
Ada tiga tujuan pewarnaan gram bakteri, yaitu untuk mengamati penampakan
morfologi bakteri lebih baik karena telah memiliki warna, mengidentifikasi organelorganel sel bakteri yang bisa diamati, serta mempermudah proses identifikasi dan
membedakan organisme yang memiliki ciri-ciri serupa.
4. Pengamatan pada media MSA
Berfungsi untuk menyeleksi kuman yang tahan terhadap kadar garam tinggi,
membedakan antara bakteri yang memecah manitol dan yang tidak memecah manitol
Indikator phenol red (pH 7,2 0,2)
Terlihat gelembung udara ( katalase positif), karena H2O2 bersifat toksik bagi bakteri,
sehingga bakteri akan menghasilkan enzim katalase untuk menetralisirkan
H2O2 menjadi O2 dan H2O. Terbentuklah gelembung O2 pada permukaan objek glass.
6. Uji koagulase
Uji
koagulase
positif
sangat
penting
untuk
membedakan S.
aureus dengan Staphylococcus yang lain serta berfungsi untuk mengetahui bakteri
tersebut patogen atau tidak. S. aureus mampu menghasilkan koagulase, yaitu berupa
protein yang menyerupai enzim yang apabila ditambahkan dengan oksalat atau sitrat
mampu menggumpalkan plasma akibat adanya suatu faktor yang terdapat di dalam
serum. Faktor serum bereaksi dengan koagulase untuk membentuk esterase dan
aktivitas penggumpalan, serta untuk mengaktivasi protrombin menjadi trombin.
Trombin akan membentuk fibrin yang akan berpengaruh terhadap terjadinya
penggumpalan plasma.
Prinsip :
Interpretasi :
untuk
melihat
pigmen
yang
dihasilkan
oleh
Staphylococcus