Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH BAKTERI

“Streptococcus sp.”

Dosen Pengampu : Sugito, AMD, AK S,Pd, SKM,M.Kes

Disusun Oleh:
Kelompok 2
1. Cia Aulia (191071007)
2. Dhea Apriliani (191071009)
3. Dinda Aridha Fitri H. (191071010)
4. Dwi Murti Zaputri (191071011)
5. Elisabeth Lusitania (191071012)
6. Eriyandi Subhi Akbar (191071013)

SARJANA TERAPAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN
PONTIANAK
2021/2022
ii

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
limpahan rahmat dan karunianya kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul ” Streptococcus sp.” . Atas berkat Rahmat Tuhan Yang Maha Esa, saya
dapat menyusun dan menyelesaikan makalah ini dengan baik dan dalam waktu
yang relatif singkat. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah
Bakteri yang pada umumnya untuk menambah wawasan tentang bakteri
Streptococcus sp.

Kami juga mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak


Sugito AMD, AK, S.Pd, SKM, M.Kes selaku dosen mata kuliah Bakteri jurusan
Teknologi Laboratorium Medik Poltekkes Kemenkes Pontianak yang sudah
memberikan kepercayaan kepada kami untuk menyelesaikan tugas ini.

Kami sangat berharap makalah ini dapat bermanfaat dalam rangka


menambah pengetahuan juga wawasan menyangkut moroflogi, sifat, klasifikasi,
faktor serta gejala, cara penularan dan lainnya dari bakteri Streptococcus sp.

Kami pun menyadari bahwa di dalam makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami mengharapkan
adanya kritik dan saran demi perbaikan makalah yang akan kami buat di masa
yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun.

Mudah-mudahan makalah sederhana ini dapat dipahami oleh semua orang


khususnya bagi para pembaca. Kami mohon maaf yang sebesar-besarnya jika
terdapat kata-kata yang kurang berkenan.

Pontianak , 5 Maret 2021

Penyusun
iii

Kelompok 2

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................................iii
BAB I.................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................2
1.3 Tujuan................................................................................................................2
1.4 Manfaat..............................................................................................................3
BAB II...............................................................................................................................4
PEMBAHASAN................................................................................................................4
2.1 Morfologi dan sifat atau ciri khas Streptococcus sp...........................................4
2.1.1 Morfologi Bakteri Streptococcus Sp...........................................................5
2.1.2 Sifat............................................................................................................7
2.2 Klasifikasi dari bakteri Streptococcus sp............................................................7
2.3 Faktor dan Gejala.............................................................................................12
2.4 Diagnosis Lab...................................................................................................13
2.5 Cara Penularan.................................................................................................15
2.6 Patogenitas dari Streptococcus sp.....................................................................16
2.7 Penyakit............................................................................................................17
BAB III............................................................................................................................20
PENUTUP.......................................................................................................................20
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................20
3.2 Saran................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................22
iv
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bakteri adalah organisme yang paling banyak jumlahnya dan lebih tersebar
luas dibandingkan makhluk hidup yang lain. Bakteri memiliki ratusan ribu spesies
yang hidup di darat hingga lautan dan pada tempat-tempat yang ekstrim. Bakteri
ada yang menguntungkan tetapi ada pula yang merugikan. Bakteri memiliki ciri-
ciri yang membedakannya dengan mahluk hidup yang lain. Bakteri adalah
organisme uniselluler dan prokariot serta umumnya tidak memiliki klorofil dan
berukuran renik atau mikroskopik.

Mikroorganisme dapat menyebabkan banyak bahaya kerusakan. Hal itu


terlihat dari kemampuannya menginfeksi manusia, hewan, tumbuhan, dan
menimbulkan penyakit yang berkisar dari infeksi ringan sampai kepada kematian.
Mikroorganisme juga dapat mencemari makanan, dan menimbulkan perubahan-
perubahan kimiawi didalamnya, membuat makanan tersebut tidak dapat
dikomsumsi atau bahkan beracun.

Manusia dan binatang memiliki flora normal yang melimpah dalam


tubuhnya yang penyakit melimpah dalam tubuhnya yang biasanya tidak
menyebabkan tetapi mencapai keseimbangan yang menjamin bakteri dan inang
untuk tetap bertahan, tumbuh dan berpropagasi. Beberapa bakteri penting yang
menyebabkan penyakit pada perbenihan biasanya tumbuh bersama dengan flora
normal (misalnya Streptococcus pneumoniae, Staphylococcus aureus).
Ada  beberapa bakteria yang sudah jelas patogen (misalnya Salmonella typhi),
tapi infeksi tetap belum kelihatan atau subklinis dan inang merupakan “pembawa”
bakteri (Brooks, dkk 2005).

Salah satu jenis bakteri yang penting dalam klinis adalah Streptococcus.
Bakteri ini merupakan gram-positif kokus yang biasanya menjadi penyebab dari
2

sakit tenggorokan, infeksi-infeksi pada luka, dan banyak penyakit lain yang tak
kalah penting yang juga disebabkan olehnya.

Sebagai seorang analis kesehatan yang bertugas untuk menentukan


diagnosis dari berbagai penyakit yang mungkin itu bisa disebabkan oleh
Streptococcus, sudah seharusnya tenaga analis kesehatan memiliki pengetahuan
yang cukup mengenai bakteri ini sendiri, mulai dari ciri khas atau
karakteristiknya, bagaimana patogenesisnya, hingga bagaimana cara diagnosis
laboratorium yang tepat untuk jenis bakteri ini.Maka dari itu, dalam makalah ini
akan dibahas lebih lanjut mengenai bakteri Streptococcus sp.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana morfologi dan sifat atau ciri khas dari bakteri Streptococcus
sp. secara umum?
2. Bagaimana klasifikasi dari bakteri Streptococcus sp. ?
3. Bagaimana faktor dan gejala yang disebabkan Streptococcus sp.?
4. Bagaimana diagnosis laboratorium untuk bakteri Streptococcus sp. ?
5. Bagaimana cara penularan Streptococcus sp. ?
6. Bagaimana patogenitas dari bakteri Streptococcus sp dan apa saja
penyakit yang ditimbulkannya ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui morfologi dan sifat atau ciri khas dari bakteri
Streptococcus sp. secara umum
2. Untuk mengetahui klasifikasi dari bakteri Streptococcus sp.
3. Untuk mengetahui faktor dan gejala yang disebabkan Streptococcus sp.
4. Untuk mengetahui diagnosis laboratorium untuk bakteri Streptococcus
sp.
5. Untuk mengetahui cara penularan Streptococcus sp.
6. Untuk mengetahui patogenitas dari bakteri Streptococcus sp dan apa saja
penyakit yang ditimbulkannya.
3

1.4 Manfaat
1. Dapat mengetahui morfologi dan sifat atau ciri khas dari bakteri
Streptococcus sp. secara umum
2. Dapat mengetahui klasifikasi dari bakteri Streptococcus sp.
3. Dapat mengetahui faktor dan gejala yang disebabkan Streptococcus sp.
4. Dapat mengetahui diagnosis laboratorium untuk bakteri Streptococcus
sp.
5. Dapat mengetahui cara penularan Streptococcus sp.
6. Dapat mengetahui patogenitas dari bakteri Streptococcus sp dan apa saja
penyakit yang ditimbulkannya
4

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Morfologi dan sifat atau ciri khas Streptococcus sp

Streptococcus adalah suatu bakteri yang memiliki bentuk seperti rangkaian


rantai. Streptococcus berasal dari kata “strepto” yang berarti rantai dan “coccus”
yang berarti bulat. Sebagian besar bakteri yang masuk dalam kelompok
streptococcus dapat hidup di lingkungan beroksigen ataupun tanpa oksigen.
Streptococcus merupakan bakteri gram-positif yang berbentuk coccus dan
tersusun seperti rantai. Bakteri ini memfermentasi karbohidrat, nonmotil, tidak
membentuk spora, dan bersifat katalase-negatif. Pada umumnya Streptococcus
merupakan bakteri fakultatif anaerob yang membutuhkan medium agar darah
untuk berkembang biak (Patterson, 1996).

Streptococcus dapat memfermentasi karbohidrat, nonmotil, tidak


membentuk spora, dan bersifat katalasenegatif. Streptococcus merupakan bakteri
fakultatif anaerob yang dapat tumbuh dan berkembang biak pada medium agar
darah. Streptococcus merupakan salah satu bakteri yang paling sering menginfeksi
manusia, sebab manusia tidak memiliki kekebalan terhadap Streptococcus.
Bakteri Streptococcus dapat menyebabkan beberapa penyakit epidemik antara lain
faringitis, rheumatic fever, impetigo, erisipelas, scarlet fever, dan bermacam-
macam penyakit lainnya.

Klasifikasi Ilmiah

Ordo                : Eubacteriales

Family             : Streptococcaceae

Genus             : Streptococcus

Spesies           : Streptococcus pyogenes 
5

Streptococcus agalactiae

                    Streptococcus equisimitis

                    Streptococcus faecalis ( S.bovis, S.equinus )

                    Streptococcus pneumonia

                    Streptococcus viridans ( S. mitis, S. sanguis, S. milleri, S. mutans)

2.1.1 Morfologi Bakteri Streptococcus Sp.

Streptococcus equisimitis

Streptococcus agalactiae
6

Streptococcus adalah bakteri Gram positif dengan bentuk coccus


atau bulat, memiliki karakteristik yaitu membentuk untaian seperti rantai.
Membelah diri dengan cara memanjang pada rangkaian rantai tersebut.
Rantai memiliki panjang yang beragam dan dapat disebabkan oleh faktor
lingkungan. Sebagian dari Streptococcus merupakan flora normal pada
manusia, sedang beberapa diantaranya merupakan bakteri yang dapat
menyebabkan sensitisasi pada manusia. Streptococcus termasuk kelompok
bakteri yang heterogen. Ada sekitar dua puluh jenis dan dapat dicirikan
dengan berbagai variasinya seperti karakteristik koloni, pola zona
hemolisis pada media agar darah, komposisi antigen hingga reaksi
biokimia (Brooks, 2005).
Streptococcus merupakan bakteri gram-positif yang berdiameter
0,5 – 1 µ, panjangnya tergantung dari lingkungan dimana media cair akan
lebih tumbuh panjang dari pada media padat, panjangnya terdiri dari 8
buah kokus atau lebih. Beberapa pembentuk kapsul polisakarida. Pada
perbenihan yang baru bakteri ini tergolong gram-positif, bila perbenihan
telah berumur beberapa hari dapat berubah menjadi gram-negatif hal ini di
sebabkan karena nutrisi yang ada pada sel bakteri telah berkurang
sehingga lapisan peptidoglikan pada dinding sel bakteri menipis, kecuali
beberapa strain yng hidupnya saprofitik.
Beberapa Streptococcus memiliki kapsul berupa polisakarida yang
dapat dibedakan dengan Pneumococcus. Sebagian besar dari grup A, B,
dan C memiliki kapsul yang terdiri dari asam hyaluronat. Kapsul ini dapat
menghalangi proses fagositosis. Dinding sel Streptococcus terdiri dari
protein (antigen M, T, R), karbohidrat (kelompok spesifik) dan
peptidoglikan. Pili seperti rambut terdapat dalam kapsul pada
Streptococcus grup A.
7

2.1.2 Sifat
Streptococcus tumbuh secara aerob dan fakultatif anaerob,
tumbuh baik pada pH 7,4 – 7,6 dimana suhu optimum untuk
pertumbuhannya 37°C, dan tumbuh subur pada media yang ditambah
protein, CO2 10% dan Eritrosit (hemolisis), dan pada umumnya O2
harus dikurangi dan di inkubasi selama 18 -24 jam. Media isolasi
primer adalah agar darah dengan oksigen yang rendah karena oksidasi
intraseluler dapat menghasilkan hidrogen peroksida yang bersifat toksik
bagi bakteri.Streptococcus sp bersifat Homofermentatif Lactic acid dan
tidak mampu sintesis beberapa asam amino.

2.2 Klasifikasi dari bakteri Streptococcus sp.


1. Klasifikasi bakteri Streptococcus berdasarkan kemampuan bakteri dalam
melisiskan darah terbagi dalam :
 Streptococcus alpha hemolytic
Memiliki ciri-ciri yaitu dapat membuat zona berwarna kehijauan di
sekeliling koloni. Zona hemolisis ini memiliki lebar 1 - 2 milimeter
dengan tepian yang tidak rata (Gupte, 1990). Hemolisa tidak
sempurna, perubahan warna kehijauan (methemoglobin), Koloni
Streptococcus ini pada BAP (Blood Agar Plate) memberikan zona
hemolisis yang sempit, artinya sel darah merah pada inner zone
dari BAP tidak mengalami hemolisis secara komplit. Pada sekitar
koloni sering didapatkan warna kehijauan (disebabkan oleh
pembentukan reductans of haemoglobin) (Dzen dkk., 2003).
8

Contohnya Streptococcus pneumoniae, Streptococcus mutans


 Streptococcus beta hemolytic
Ciri-ciri dari Streptococcus jenis ini adalah dapat membuat zona
hemolisis yang jernih tanpa warna, memiliki batas yang tegas dan
diameter zona hemolisisnya 2 – 4 milimeter (Gupte, 1990).
Hemolis darah sempurna, terbentuk zona jernih di sekitar koloni.
Pada BAP bakteri ini dapat menyebabkan zona hemolisis yang luas
pada sekitar koloni. Contohnya Streptococcus pyogenes.
 Streptococcus gama non-hemolytic
Pada BAP bakteri ini tidak mengadakan hemolisis sama sekali
(Dzen dkk., 2003). Contohnya Streptococcus agalactiae

Hemodigesti Hemolisis Unhemolisis


(Melisiskan darah sebagian) (Melisiskan darah (Tidak melisiskan
Cth. Streptococcus  seluruhnya) darah)
Cth. Streptococcus β Cth. Streptococcus
ϒ

S. mutans mikroskopis
Koloni Streptococcus pada
9

media agar darah (α- (Yulia, 2006)


hemolysis) (Way et al.,
2007)

Hemodigest Hemolisi
i s

Unhemolisis

2. Streptococcus penyebab penyakit pada manusia dikelompokkan menjadi 4


diantaranya
 Streptococcus grup A
Paling mematikan meskipun manusia adalah tuan rumah alaminya.
Streptococcus ini bisa menyebabkan infeksi pada tenggorokan,
tonsilitis (infeksi amandel), infeksi kulit, septikemia (infeksi dalam
darah), demam Scarlet, pneumonia, demam rematik, korea
Sydenham (kelainan saraf yang ditandai oleh kekakuan otot atau
St. Vitu’s dance) dan peradangan ginjal (glomerulonefritis).
10

Faringitis

Glomerulonefritis

 Streptococcus grup B
Lebih sering menyebabkan infeksi yang berbahaya pada bayi baru
lahir (sepsis neonatorum), infeksi pada sendi (artritis septik) dan
pada jantung (endokarditis).

Endokarditis
11

Sepsis Neonatorum

 Streptococcus grup C dan G


Sering terdapat pada binatang, tetapi bisa juga hidup di dalam
tubuh manusia, yaitu di tenggorokan, usus, vagina dan kulit.
Streptococcus ini bisa menyebabkan infeksi yang berat seperti
infeksi tenggorokan, pneumonia, infeksi kulit, sepsis post-partum
(setelah melahirkan) dan sepsis neonatorum, endokarditis dan
artritis septik. Setelah terinfeksi oleh bakteri ini bisa juga terjadi
peradangan ginjal.

Pneumonia
12

Artritis Septik

 Streptococcus grup D dan Enterococcus


Dalam keadaan normal hidup di saluran pencernaan bagian bawah,
vagina dan kulit. Bakteri ini juga dapat menyebabkan infeksi pada
luka dan katup jantung, kandung kemih, perut dan darah.

Endokarditis

2.3 Faktor dan Gejala

Beberapa faktor risiko yang meningkatkan kemungkinan terjadinya infeksi


streptococcus antara lain:
 Usia dibawah 6 bulan, atau usia diatas 75 tahun
 Pasien dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah, seperti HIV,
kanker, dan kencing manis
 Wanita hamil
 Pengguna obat-obat terlarang atau narkoba dan alkohol
13

 Pasien yang mendapat pengobatan yang melemahkan sistem


kekebalan tubuh, misal kemoterapi, obat kortikosteroid

Gejala pada infeksi bakteri streptococcus bergantung pada organ yang


diserang oleh bakteri tersebut.
 Infeksi tenggorokan, menimbulkan demam, rasa tidak nyaman di
tenggorokan atau gatal, dan sakit bila menelan
 Infeksi kulit, berupa kemerahan yang dapat disertai rasa gatal dan
adanya nanah
 Infeksi pada telinga, menyebabkan demam, nyeri pada telinga,
hingga gangguan pendengaran
 Infeksi rongga sinus di wajah, menyebabkan nyeri pada wajah,
pilek berulang, sakit kepala
 Radang paru-paru (pneumonia), menimbulkan batuk, sesak nafas,
nyeri dada, demam
 Sepsis, merupakan infeksi yang telah menyebar di seluruh tubuh
melalui pembuluh darah, berupa gejala demam, denyut jantung dan
pernafasan yang cepat, hingga kerusakan organ dalam
 Radang selaput otak, menimbulkan sakit kepala, demam, muntah,
bahkan penurunan kesadaran.

2.4 Diagnosis Lab


 Cara langsung, cara ini merupakan cara yang paling sederhana,
cepat, dan murah. pemeriksaan langsung bersifat pengujian
pendahuluan dengan melakukan pemeriksaan mikrosopis dengan
pengecatan gram. kelemahan pemeriksaan langsung yaitu karena
hanya dapat menentukan bentuk koloni, susunan bakteri dan sifat
pengecatan. Bentuk khas dari Streptococcus gama non-hemolytic
adalah berbentuk bulat telur, tampak sebagai diplokokus, dan
kadang-kadang enyerupai batang.
14

 Cara isolasi dan kutur ( dengan mengamati pertumbuhan pada


media/kultur )
 Identfikasi ( dengan pengecatan, tes katalase, tes tehadap antigen
pada dinding sel, dll).

Kebanyakan streptococcus tumbuh  dalam  media padat sebagai  koloni


discoid, biasanya berdiameter 1-2 mm. Strain yang menghasilkan bahan
sampai kering membentuk koloni mukoid. Bahan Pemeriksaan : nanah (pus),
darah, secret(apus) idung, hapus tenggorokan, dll

Pemeriksaan :

1. Mikroskopis
Pewarnaan Gram
a. Bentuk : Bulat
b. Warna : Ungu
c. Susunan : Berderet seperti rantai
d. Sifat : Gram (+)

2. Subkultur
Ditanam pada media Agar Darah diinkubasi 37°C selama 24 jam
Hasil :
Koloni Streptococcus yang tumbuh pada media ini berukuran kecil-kecil,
bulat halus, berdiameter kurang dari 1 mm, pinggiran rata dan disekeliling
koloni tampak zone :
 Bening : hemolisis total (Beta streptococcus)
 Jernih kehijauan : hemodigesti (Alpa Streptococcus)
 Tidak berubah sama sekali : Gamma Streptococcus

3. Uji Katalase
1 tetes H2O2 + 1 ose koloni, adanya glembung menandakan positif

Persamaan reaksi dan hasil :


15

4. Uji Phadebacto

1 tetes anti sera + 1 ose koloni , terjadi Aglutinasi (Streptococcus


viridan/hemodigesti)

5. Uji kepekaan
yaitu uji Bacitracin apabila diameter yang terbentuk< 10mm = Resisten

2.5 Cara Penularan


Melalui droplet atau kontak langsung dengan penderita atau carrier, jarang
melalui kontak tidak langsung. Penyebaran lewat carrier hidung merupakan cara
utama dalam penularan penyakit ini. Kontak secara kebetulan jarang
menyebabkan infeksi. Pada populasi dimana impetigo banyak dijumpai,
streptokokus grup A ditemukan pada kulit normal 1 – 2 minggu sebelum lesi kulit
timbul. Strain yang sama ditemukan pada tenggorokan (tanpa menimbulkan gejala
klinis pada tenggorokan) biasanya ditemukan belakangan saat terjadi infeksi kulit.
Untuk menemukan carrier memerlukan penyelidikan epidemiologis yang intensif
16

ditunjang dengan dukungan laboratorium dan pemeriksaan mikrobiologis yang


memadai. Menghilangkan status carrier pada seseorang memerlukan upaya khusus
dengan memberikan berbagai jenis antibiotika yang berbeda dan biasanya sakit.

Partikel yang mengandung streptokokus lepas ke udara melalui barang-barang


yang terkontaminasi seperti debu lantai, sprei, saputangan, namun partikel ini
tidak infeksius untuk kulit dan selaput lendir yang intak (utuh). Radang
ternggorokan yang disebabkan oleh streptokokus disebabkan oleh makanan yang
terkontaminasi, yang paling sering terkontaminasi oleh streptokokus adalah susu
dan produk olahannya, salad telur dan telur rebus juga sering dilaporkan menjadi
sumber penularan sterptokokus grup A. Dari manusia dapat menular kepada sapi
dan menularkan kepada orang lain melalui susu sapi ini; sedangkan streptokokus
Grup B yang menimbulkan penyakit pada manusia dan yang menyebabkan
penyakit pada sapi secara biokimiawi berbeda satu sama lain. Terjadinya
kontaminasi pada susu dan makanan yang mengandung telur merupakan cara
penularan yang paling sering. Pernah juga ditemukan KLB streptokokus Grup C
yang ditularkan oleh sapi.

2.6 Patogenitas dari Streptococcus sp.


 Streptokinase (Fibrinolisisn)
Enzim ini dapat mengubah Plasminogen pada plasma menjadi
plasmin, suatu enzim proteolitik aktif yang mencerna fibrin dan protein
lain.
 Streptodornase
Enzim yang digunakan oleh Streptococcus untuk depolimerasi DNA
 Hialuronidase
Untuk memecah asam hialuronidase, sebuah komponen penting bahan
dasar jaringan ikat
 Eksotoksin Pirogenik
17

Merupakan sebuah superantigen yang dapat menimbulkan sindrom


syok toksik Streptococcus dan demam scarlet
 Difosfopiridin Nukleotidase
Zat ini berkaitan dengan kemampuan organisme dalam membunuh
leukosit
 Hemolisin
Streptococcus mampu melakukan hemolisis sel darah merah secara in
vitro dalam berbagai tingkatan dengan menggunakan hemolisin

2.7 Penyakit
Nama Substa Hemolisis Habitat Kriteria Penyakit
Kelompok Laboratorium yang
Spesifik Penting Sering dan
Penting
Streptococcus A Beta Kerongkonga PYR3 tes Faringitis,
pyogenes n, kulit positif, impetigo,
dihambat oleh demam
basitrasin rematik,
Glomerulon
efritis
Streptococcus B Beta Saluran Hidrolisis Sepsis
aglactiae organ genital hipurat neonatal
wanita CAMP-positif4 dan
meningitis
Enterococcus D Tidak ada, Usus besar Tumbuh Abses
faecalis (dan alfa dengan adanya abdomen,
enterococci empedu, ISK,
yang lain) hidrolisis endokarditis
eskulin
pertumbuhan
pada 6,5%
18

NaCl, PYR
positif
Streptococcus D Tidak ada Usus besar Tumbuh Endokarditi
bovis (non- dengan adanya s, yang
enterococcus) empedu, umum
hidrolisis diisolasi
eskulin, tidak dalam darah
tumbuh pada pada kanker
6,5% NaCl usus
Streptococcus F (A,C,G) Beta Kerongkonga Koloni kecil Infeksi
anginosus n, usus varian spesies pyogenik
(S.Inter besar,saluran beta hemolitik termasuk
medius,S. organ genital Kelompok A abses otak
constellatus, S. wanita adalah resisten
melleri) terhadap
basitrasin dan
PYR negatif

Streptococcus Tidak Alfa Mulut, Resisten Karies gigi


viridans (banyak kerongkonga optochin (S. mutans).
spesies) n, usus besar, koloni tidak Endokarditi
saluran organ larut dalam s, abses
genital empedu, pola (dengan
wanita fermentasi spesies
karbohidrat bakteri
lainnya)
Streptococcus Tidak Alfa Kerongkonga Sensitif Pneuminia,
pneumoniae n optochin, meningitis,
koloni larut endokarditis
dalam empedu,
reaksi
Quellung
19

positif
Peptostreptococ Tidak Alfa Mulut, usus Obligat Abses
cus (banyak besar, saluran anaerob (dengan
spesies) organ genital spesies
wanita bakteri
lainnya)
20

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Streptococcus adalah bakteri Gram positif dengan bentuk coccus atau bulat,
memiliki karakteristik yaitu membentuk untaian seperti rantai. Membelah diri
dengan cara memanjang pada rangkaian rantai tersebut. Rantai memiliki panjang
yang beragam dan dapat disebabkan oleh faktor lingkungan. Streptococcus
tumbuh secara aerob dan fakultatif anaerob, tumbuh baik pada pH 7,4 – 7,6
dimana suhu optimum untuk pertumbuhannya 37°C. Klasifikasi bakteri
Streptococcus berdasarkan kemampuan bakteri dalam melisiskan darah terbagi
dalam Streptococcus alpha hemolytic, Streptococcus beta hemolytic,
Streptococcus gama non-hemolytic.

Sedangkan Streptococcus penyebab penyakit pada manusia dikelompokkan


menjadi 4 diantaranya yaitu Streptococcus grup A, Streptococcus grup B ,
Streptococcus grup C dan G , Streptococcus grup D dan Enterococcus. Diagnosis
dapat dilakukan dengan cara Cara langsung, Cara isolasi dan kutur ( dengan
mengamati pertumbuhan pada media/kultur ) dan Identfikasi ( dengan pengecatan,
tes katalase, tes tehadap antigen pada dinding sel, dll). Dengan bahan pemeriksaan
yaitu nanah (pus), darah, secret(apus) idung, hapus tenggorokan, dll.

3.2 Saran
Setelah mengetahui bagaimana morfologi,sifat, faktor penyakit yang
disebabkan oleh Streptococcus sp., gejala yang ditimbulkan, cara penularan
penyakit dan patogenitas yang ditimbulkan dari Streptococcus sp. Kita harus lebih
berhati - hati dengan adanya bakteri Streptococcus sp. ini. Segera periksakan
apabila terjadi gejala dengan melakukan diagnosa lab dan perawatan lebih lanjut.
Sebagai tenaga analis kesehatan kita sudah seharusnya memiliki pengetahuan
yang cukup mengenai bakteri ini sendiri, mulai dari ciri khas atau
21

karakteristiknya, bagaimana patogenesisnya, hingga bagaimana cara diagnosis


laboratorium yang tepat untuk jenis bakteri ini.
22

DAFTAR PUSTAKA
 Panjaitan,Altira. (2018). Streptococcus sp. Makalah. Diakses pada
laman website
https://www.scribd.com/document/388042025/324846056-Makalah-
Streptococcus-Sp-docx
 Priyanto,Agus, (2016). Perbandingan tingkat resistensi produk
handsanitizer dengan sabun cuci tangan terhadap bakteri yang
terdapat di tangan. FKIP UNPAS.
 Nadia. (2012). Streptococcus. Diakses pada laman website
http://nadianalizt.blogspot.co.id/2012/05/bakteri-streptococcus-sp-
streptokokus.html.

Anda mungkin juga menyukai