Dosen Pengampu :
Ns. Mareta Dea Rosaline, M.Kep
Kelas D
Disusun Oleh :
Kelompok 5
Assalamualaikum.wr.wb
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat Rahmat dan Nikmat-
Nya kami bisa menyelesaikan tugas makalah Keperawatan Medikal Bedah I.
Tidak lupa kita haturkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW, berkat
perjuangan-Nya dapat membawa kita dari zaman kegelapan menuju zaman
terang-benderang.
Namun, kami menyadari masih banyak kekurangan dalam makalah yang kami
buat. Mungkin dari segi bahasa, susunan kalimat atau hal lain yang tidak kami
sadari. Oleh karena itu kami sebagai penulis sangat mengharapkan kritik dan
saran sebagai sarana perbaikan makalah yang lebih baik
Wassalamualaikum.wr.wb
Salam Hormat
Penulis
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................4
2.1.1 Definisi..................................................................................4
2.1.2 Klasifikasi.............................................................................4
2.2 Prevalensi.............................................................................................6
2.3.1 Etiologi...................................................................................7
2.4 Patofisiologi..........................................................................................9
2.6 Komplikasi..........................................................................................10
2.9.1 Pengkajian...........................................................................14
2
2.9.3 Rencana Keperawatan........................................................18
A. Deskripsi Jurnal...................................................................../25
B. Resume Jurnal.........................................................................25
BAB 3 PENUTUP.................................................................................................28
3.1 Kesimpulan.........................................................................................28
3.2 Saran....................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................29
3
BAB I
PENDAHULUAN
1
lanjut usia, dan pasien yang pernah terserang TBC pada masa kanak kanaknya.
Penyebab penyakit TBC adalah infeksi yang diakibatkan dari kuman
Mycobaterium tuberkulosis yang sangat mudah menular melalui udara dengan
sarana cairan yang keluar saat penderita bersin dan batuk, yang terhirup oleh
orang sekitarnya.
1.3 Tujuan
1. Mengetahui definisi dari Tuberkulosis Paru.
2. Mengetahui klasifikasi dari Tuberkulosis Paru.
2
3. Mengetahui prevalensi Tuberkulosis Paru di Indonesia.
4. Mengetahui etiologi dan faktor resiko dari Tuberkulosis Paru.
5. Mengetahui patofisiologi dari Tuberkulosis Paru.
6. Mengetahui tanda dan gejala dari Tuberkulosis Paru.
7. Mengetahui komplikasi dari Tuberkulosis Paru.
8. Mengetahui pemeriksaan penunjang pada Tuberkulosis Paru.
9. Mengetahui penatalaksanaan medis pada Tuberkulosis Paru.
10. Mengetahui asuhan keperawatan pada Tuberkulosis Paru.
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.2 Klasifikasi
Penentuan klasifikasi penyakit dan tipe penderita penting dilakukan untuk
menetapkan paduan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) yang sesuai dan dilakukan
4
sebelum pengobatan dimulai. Klasifikasi penyakit Tuberkulosis paru di antara
lain:
a. Tuberculosis Paru
Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak, TBC Paru dibagi dalam :
1) Tuberkulosis Paru BTA (+) Kriteria hasil dari tuberkulosis paru BTA positif
adalah Sekurang-kurangnya 2 pemeriksaan dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya
BTA (+) atau 1 spesimen dahak SPS hasilnya (+) dan foto rontgen dada
menunjukan gambaran tuberculosis aktif.
2) Tuberkulosis Paru BTA (-) Pemeriksaan 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA
(-) dan foto rontgen dada menunjukan gambaran Tuberculosis aktif. TBC Paru
BTA (-), rontgen (+) dibagi berdasarkan tingkat keparahan penyakitnya, yaitu
bentuk berat dan ringan. Bentuk berat bila gambaran foto rontgen dada
memperlihatkan gambaran kerusakan paru yang luas.
1) Kasus Baru Adalah penderita yang belum pernah diobati dengan OAT atau
sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan (30 dosis harian).
5
3) Pindahan (Transfer In) Adalah penderita yang sedang mendapat pengobatan di
suatu kabupaten lain dan kemudian pindah berobat ke kabupaten ini. Penderita
pindahan tersebut harus membawa surat rujukan/pindah (Form TB.09).
2.2 Prevalensi
Saat ini, Indonesia berada pada peringkat ketiga negara yang memiliki
beban tuberkulosis tertinggi di dunia dengan estimasi jumlah kasus sebesar
845.000. Kasus TB anak di Indonesia memiliki prevalensi yang beragam. Tahun
2010 kasus TB anak dengan BTA positif tercatat sebesar 5,4% dari semua kasus
TB anak. Tahun 2011, data naik menjadi 6,3% dan tahun 2012 angka tersebut
turun menjadi 6%. Pada tahun 2013, angka penemuan kasus baru dan
kekambuhan tuberkulosis pada anak usia 0-14 tahun di Indonesia tercatat sebesar
26.054 kasus.
6
memperlihatkan bahwa terjadi suatu masalah kesehatan terbaru terkait kejadian
TB paru yang sudah menyerang kelompok umur anak-anak dan balita
7
oksigen tinggi yaitu apikal/apeks paru. Daerah ini menjadi predileksi pada
penyakit tuberkulosis (Somatri, 2012).
1. Umur
2. Jenis Kelamin
3. Pekerjaan
8
dengan kebutuhan sehingga status gizi yang kurang memudahkan terkena
penyakit infeksi diantaranya Tuberkulosis Paru.
4. Kebiasaan merokok
5. Tingkat pendidikan
2.4 Patofisiologi
Tempat masuk kuman Mycobacterium Tuberculosis adalah saluran
pernafasan, saluran pencernaan dan luka terbuka pada kulit. Kebanyakan infeksi
tuberkulosis (TBC) terjadi melalui udara, yaitu melalui inhalasi droplet yang
mengandung kuman-kuman basil tuberkel yang berasal dari orang yang terinfeksi.
9
Keluhan yang dirasakan pasien Tuberkulosis Paru dapat bermacam
macam. Banyak juga pasien yang ditemukan TB Paru tanpa adanya keluhan.
Gejala yang biasa dirasakan yaitu gejala umum dan gejala respiratorik. Gejala
umum berupa demam, demam ini mirip dengan demam yang disebabkan oleh
influenza. Gejala respiratorik berupa batuk kering merupakan gejala yang sering
terjadi dan merupakan indikator yang sensitif untuk penyakit Tuberkulosis Paru.
Tanda gejala lain diantaranya adalah yaitu:
2.6 Komplikasi
Komplikasi dari TB paru adalah :
a. Pleuritis tuberkulosa
Pleuritis TB atau pleurisy tuberculosis adalah bentuk lanjutan atau salah
satu jenis penyakit TB luar paru yang dapat menyebabkan efusi pleura (pleuritis).
Seperti penyakit TB, status kekebalan tubuh seseorang dapat mempengaruhi
infeksi yang terjadi.
c. Tuberkulosa milier
10
TB milier merupakan komplikasi dari suatu fokus infeksi tuberkulosis
yang disebarkan secara hematogen. Gambaran berupa bercak-bercak halus yang
umumnya tersebar merata pada seluruh lapangan paru.a
d. Meningitis tuberkulosa
Meningitis TB atau meningitis tuberkulosis adalah suatu penyakit di mana
bakteri Mycobacterium tuberculosis menyerang selaput meninges yang melapisi
otak serta sistem saraf tulang belakang. Infeksi bakteri TB ini menyebabkan
peradangan di selaput otak (meningitis).
11
yang menunjukkan perkembangan Tuberkulosis meliputi adanya kavitas
dan area fibrosa.
8. Pemeriksaan elektrolit
Mungkin abnormal tergantung lokasi dan beratnya infeksi.
12
2. Tahap lanjutan (continuation phase), dengan hanya memberikan 2
macam obat per hari atau secara intermitten dengan tujuan
menghilangkan bakteri yang tersisa (efek sterilisasi), mencegah
kekambuhan pemberian dosis diatur berdasarkan berat badan yakni
kurang dari 33 kg, 33 – 50 kg dan lebih dari 50 kg.
13
Kasus
2.9.1 Pengkajian
DATA FOKUS
14
- Klien mengeluh demam Suhu : 38ºC
- Klien mengeluh setiap malam RR : 26 x/menit
berkeringat - BB menurun (sebelumnya 70
- Klien mengatakan tidak nafsu kg, saat ini 55 kg)
makan (Anoreksia)
- Klien merasa kurang sehat Pemeriksaan penunjang :
secara umum (malaise) - Hasil pemeriksaan lab :
- Klien mengeluh nyeri dada - LED meningkat
- Klien mengatakan ada - Leukosit khususnya
keluarga yang mengalami limfosit meningkat
penyakit TBC - Allen Test/AGD : asidosis
- Klien mengatakan ia bekerja respiratori
sebagai buruh pabrik - Foto Rontgen : adanya
pembesaran hilus bilateral dan
bercak awan putih
- Tes Tuberkulin (+)
- Tes BTA I (+)
ANALISA DATA
15
napas)
- Klien mengeluh
nyeri dada
- Klien mengatakan
ada keluarga yang
mengalami penyakit
TBC
DO :
- Observasi TTV :
TD : 130/90 mmHg
HR : 95 x/menit
RR : 26 x/menit
- Foto Rontgen :
adanya pembesaran
hilus bilateral dan
bercak awan putih
- Tes Tuberkulin (+)
- Tes BTA I (+)
2. DS : Ketidakseimbangan Hambatan
- Klien mengeluh ventilasi-perfusi pertukaran gas
dispneu (sesak (NANDA 2018-
napas) 2020 Domain 3
- Klien merasa Kelas 4 Kode
kurang sehat secara Diagnosis 00030
umum (malaise) Hal 207)
DO :
- Observasi TTV :
RR : 26 x/menit
- Allen Test/AGD :
Asidosis respiratori
16
- Klien mengeluh (NANDA Edisi 11.
demam Domain 11. Kelas
- Klien mengeluh 6. Kode diagnosis
setiap malam 00007. Hal. 434)
berkeringat
DO :
- Observasi TTV :
HR : 95 x/menit
Suhu : 38ºC
- Hasil pemeriksaan
lab :
- LED
meningkat
- Leukosit
khususnya
limfosit
meningkat
- Tes Tuberkulin (+)
- Tes BTA I (+)
4. DS : Faktor Biologis Ketidakseimbangan
- Klien mengatakan Nutrisi : Kurang
tidak nafsu makan dari kebutuhan
(Anoreksia) tubuh
(NANDA Edisi 11.
DO : Domain 2. Kelas 1.
- BB menurun Kode diagnosis
(sebelumnya 70 kg, 00002. Hal. 153)
saat ini 55 kg)
17
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d mukus berlebih: eksudat di
dalam alveoli d.d batuk berdarah (haemapto), sesak napas (dispneu), nyeri
dada, dan RR : 26x/menit
2. Hambatan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan ventilasi-perfusi d.d
sesak dapas (dispneu), malaise, dan Allen Test/AGD : Asidosis respiratori
3. Hipertermia b.d proses infeksi d.d suhu 38ºC, hasil Tes Tuberkulin (+) dan
Tes BTA 1 (+) dan limfosit meningkat
4. Ketidakseimbangan Nutrisi : Kurang dari kebutuhan tubuh b.d faktor
biologis d.d tidak nafsu makan (anoreksia) dan berat badan menurun dari
70kg menjadi 55kg
18
Hal. 556) bisa melakukan
1. Irama napas nomal batuk efektif.
2. Sesak napas berkurang 3. Buang sekret
3. Batuk berkurang dengan cara
Status Pernafasan: memotivasi
Pertukaran Gas (Bag. pasien untuk
Tiga. Kode 0402. Hal. 559) melakukan batuk
1. Allen test/AGD : atau menyedot
Normal lendir.
- pH : 7,35-7,45 4. Posisikan untuk
- PaCO2 : 75- meringankan
100mmHg sesak nafas.
- HCO3 : 22-28 5. Monitor status
mEq/L pernapasan dan
2. Foto Rontgen : tidak oksigenasi,
adanya pembesaran sebagaimana
hilus bilateral dan tidak mestinya.
ada bercak awan putih
Kolaboratif
3. Bantu dengan
dorongan
spirometer
Monitor Pernafasan
(Bag. Tiga, kode
3350)
19
1. Monitor sekresi
pernafasan klien
2. Catat perubahan
pada saturasi O2,
volume tidal akhir
CO2, dan
perubahan nilai
analisa gas darah
dengan tepat
3. Monitor hasil foto
Rongent
Monitor Tanda-
tanda Vital (Bag.
Tiga, Kode 6680)
1. Monitor tekanan
darah, nadi , suhu,
dan status
pernafasan
dengan tepat
2. Monitor pola
pernapasan
abnormal
3. Monitor suara
paru paru
20
b.d ketidakseimbangan Tiga, kode. 3350,
ventilasi-perfusi d.d sesak hal. 236)
dapas (dispneu), malaise,
1. Monitor
dan Allen Test/AGD :
kecepatan, irama,
Asidosis respiratori, dapat
kedalaman dan
teratasi dengan kriteria :
kesulitan
bernafas.
Status Pernapasan :
2. Monitor suara
Pertukaran Gas (Bag.
nafas tambahan
Tiga, kode 0402, hal. 559)
seperti ngorok
1. Keseimbangan
atau mengi.
ventilasi dan perfusi
3. Monitor pola
2. Hasil rontgen dada
napas (misalnya,
normal
bradipneu,
3. Tidak ada sesak
takipneu,
napas (dispnea)
hiperventilasi,
pernapasam
kusmaul,
pernapasam 1:1,
apneustik,
respirasi biot, dan
pola ataxic)
4. Auskultasi suara
nafas, catat area
dimana terjadi
penurunan atau
tidak adanya
ventilasi dan
keberadaan suara
nafas tambahan.
5. Monitor
kemampuan batuk
21
efektif pasien
6. Monitor sekresi
pernafasan pasien.
7. Monitor keluhan
sesak napas
pasien, termasuk
kegiatan 30 yang
meningkatkan
atau
memperburuk
sesak napas
tersebut.
Kolaboratif
1. Berikan bantuan
terapi nafas
(misalnya masker
NRB)
2. Catat perubahan
pada saturasi O2,
volume tidal akhir
CO2 dan nilai
AGD dengan
tepat
3. Pantau hasil foto
thoraks
22
Hipertermia b.d proses (Bag. Tiga. Kode
infeksi d.d suhu 38ºC, hasil 3740. Hal. 355)
Tes Tuberkulin (+) dan Tes
1. Pantau suhu dan
BTA 1 (+) dan limfosit
tanda – tanda
meningkat
vital lainnya
23
kebutuhan pasien
4. Nutrisi: Nutrisi:
Ketidakseimbangan, Ketidakseimbangan,
Kurang dari Kebutuhan Kurang dari
Tubuh Kebutuhan Tubuh
(Bag. Empat, hal 644) (Bag. Enam, hal
Setelah dilakukan tindakan 558)
keperawatan selama 3x24
jam pasien dengan masalah
Ketidakseimbangan Manajemen
Nutrisi : Kurang dari Gangguan Makan
kebutuhan tubuh b.d asupan (Bag. tiga, kode
diet kurang d.d tidak nafsu 1030. Hal 179)
makan (anoreksia) dan berat
1. Kolaborasi
badan menurun dari 70kg
dengan tim
menjadi 55kg
kesehatan lain
dapat teratasi dengan
untuk
kriteria hasil:
mengembangkan
Nafsu Makan (Bag. Tiga, rencana
kode 1014. Hal. 319) perawatan dengan
melibatkan klien
1. Hasrat / keinginan untuk
dan orang-orang
makan meningkat
terdekatnya
2. Rangsangan untuk
dengan tepat
makan dipertahankan
2. Ajarkan dan
tidak terganggu
dukung konsep
3. Intake makanan dan
nutrisi yang baik
nutrisi meningkat
dengan klien dan
orang terdekat
klien dengan
tepat
24
3. Monitor
intake/asupan
kalori dan cairan
secara tepat
A. Deskripsi Jurnal
Jurnal 1
Jurnal 2
25
B. Resume Jurnal
Jurnal 1
1. Prosedur Intervensi :Pengaruh batuk efektif terhadap
pengeluaran sputum.
2. Subjek : Pasien TB di wilayah puskesmas
Kabupaten Lebong
3. Hasil intervensi :
Hasil penelitian didapatkan: (1) 11 orang (55%) jumlah (ml)
pengeluaran sputum sebelum teknik batuk efektif baik, dan 9 orang
(45%) jumlah (ml) pengeluaran sputum tidak baik; (2) 20 orang
(100%) jumlah (ml) pengeluaran sputum sesudah teknik batuk efektif
baik dengan hasil sputum >3 ml; (3) Ada pengaruh batuk efektif
terhadap pengeluaran sputum pada pasien TBC paru.Hasil Uji
Wilcoxon Signed Ranks Test didapat nilai Z = -3,669 dengan p-
value=0,000.
4. Keefektifan intervensi :
Pada penderita dengan tuberculosis paru, sekret yang dikeluarkan
terus menerus menyebabkan batuk menjadi lebih dalam dan sangat
mengganggu penderita pada waktu siang maupun malam hari. Hal ini
akan menimbulkan reaksi rangsang batuk yang terus menerus.
Tekanan di paru-paru meninggi sekali sehingga dapat menimbulkan
cedera pada struktur paru-paru yang halus, tenggorokan dan pita
suara bengkak, suaranya menjadi serak, gatal serta muka menjadi
merah. Sekret ini dapat dikeluarkan dengan maksimal melalui cara
batuk efektif. Dari hasil review ini menunjukan bahwa penerapan
batuk efektif dapat mempermudah pengeluaran sputum pada pasien
TB Paru, pasien yang telah di lakukan batuk efektif juga mengalami
kebaikan irama napas, kebaikan mengeluarkan sputum,
menghilangkan suara napas tambahan dan memperbaiki frekuensi
napas.
Jurnal 2
26
1. Prosedur Intervensi : Pengaruh Latihan Nafas Dalam Terhadap
Konsentrasi Oksigen Darah
2. Subjek : Pasien TB Paru RSAU dr. M.
Salamundengan
3. Hasil intervensi :
Dari hasil analisis didapatkan rata-rata konsentrasi oksigen darah di
perifer setelah latihan nafas dalam 93,50 %. Hal tersebut
menunjukkan adanya peningkatan konsentrasi oksigen darah di
perifer pada penderita tuberkulosis paru di RSAU dr. Salamun. Pada
saat latihan nafas dalam, memungkinkan abdomen terangkat perlahan
dan dada mengembang penuh dengan tujuan untuk mencapai
ventilasi yang lebih terkontrol dan efisien serta untuk mengurangi
kerja bernafas, meningkatkan inflasi alveolar maksimal,
meningkatkan relaksasi otot, menghilangkan ansietas, menyingkirkan
pola aktifitas otot-otot pernafasan yang tidak berguna, tidak
terkoordinasi, melambatkan frekuensi pernafasan, mengurangi udara
yang terperangkap
4. Keefektifan intervensi :
27
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Tuberkulosis paru (TB paru) adalah penyakit infeksius, yang terutama
menyerang penyakit parenkim paru. Kata Tuberkulosis berasal dari tuberkel yang
berarti tonjolan kecil dan keras yang terbentuk waktu sistem kekebalan
membangun tembok mengelilingi bakteri dalam paru.
28
yaitu pembersihan langsung dari bakteri tuberkulosis, infeksi laten, atau infeksi
aktif.
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/1362/4/BAB%20II.pdf
Dewi, N. L. P. T., Wati, N. M. N., & Juanamasta, I. G. J. (2019). Dukungan
Caregiver Berdampak Terhadap Penerimaan Diri Pasien TBC.
PROMOTIF: Jurnal Kesehatan Masyarakat, 9(2), 192-198.
Kementerian Kesehatan RI. 2018. Infodatin Tuberkulosis. Jakarta
World Health Organization (WHO). 2003. Global tuberculosis control
summary. WHO / CDCS/TB.316. (http://www.who. int/ gtb.html diakses 23
Agustus 2021)
World Health Organization. Global tuberculosis programme: Global
tuberculosis control, WHO Report 1999.
Mario, C.R.& Richard, J.O., (2012). Tuberculosis. Dalam: Kasper, D., L., et
al. Harrison Principles of Internal Medikine. Ed 16. Mc Graw-Hill.
Listiana, Devi., Keraman, Buyung., Yanto, Andri., (2020).Pengaruh Batuk
Efektif Terhadap Pengeluaran Sputum Pada Pasien Tbc Di Wilayah Kerja
Puskesmas Tes Kabupaten Lebong.CHMK Nursing Scientific Journal, 4(2),
Hal. 220-227
29
Danusantoso, H. (2016). Tuberkulosis Paru. Dalam: Buku Saku Ilmu
Penyakit Paru, Edisi 2.Jakarta: EGC.
30