Anda di halaman 1dari 21

KATA PENGANTAR

puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan yang maha esa, karena berkat rahmat-Nya
kami dapat menyelesaikan makalah kami yang berjudul “Tubercolosis”.
Makalah ini dapat dijadikan bahan sumber bacaan yang membahas mengenai definisi,
anatomi fisiologi, etiologi, patofisiologi, potoflowdiagram, tanda dan gejala, pemeriksaan
penunjang, penatalaksanaan, komplikasi, dan konsep dasar keperawatan yang meliputi
pengkajian, diagnosa, dan intervensi, serta merupakan sarana untuk kami sebagai
menambah syarat untuk melengkapi tugas dalam mata kuliah keperawatan medikal bedah 1
yang telah ditugaskan.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi yang membaca maupun bagi kami, saran serta
kritik yang bersifat membangun demi penyempurnaan makalah ini kami harapkan.

Purwakarta, 02 Sepetember 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .......................................................................... Error! Bookmark not defined.

Daftar Isi ...................................................................................................................................ii

BAB I ........................................................................................... Error! Bookmark not defined.

PENDAHULUAN ...................................................................... Error! Bookmark not defined.

A. Latar Belakang .......................................................... Error! Bookmark not defined.


B. Tujuan........................................................................ Error! Bookmark not defined.
C. Sistematika Penulisan................................................ Error! Bookmark not defined.
BAB IITINJAUAN TEORI....................................................... Error! Bookmark not defined.

A. Pengertian .................................................................................................................... 3
B. Anatomi Fisiologi ........................................................................................................ 3
C. Etiologi ........................................................................................................................ 5
D. Manifestasi Klinis ....................................................................................................... 6
E. Patofisiologi ................................................................................................................ 6
F. Patoflowdiagram ......................................................................................................... 7
G. Tanda dan Gejala ....................................................... Error! Bookmark not defined.
H. Pemeriksaan penunjang ............................................................................................... 9
I. Penatalaksanaan Medis ............................................................................................. 11
K Konsep Dasar Keperawatan.......................................................................................12
BAB IIIKESIMPULAN......................................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 19

ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Penyakit tuberkulosis (TB) masih menjadi masalah kesehatan dunia di mana
WHO melaporkan bahwa setengah persen dari penduduk dunia terserang penyakit
ini, sebagian besar berada dinegara berkembang di antara tahun 2009-2011 hampir
89% penduduk dunia menderita TB. Menurut laporan WHO tahun 2011 penderita
TB di dunia sekitar 12 juta atau 178 per 100.000 dan setiap tahunnya ditemukan 8,5
juta dengan kematian sekitar 1,1 juta. Kondisi ini lebih baik dibandingkan dengan
tahun 2009 secara global dilaporkan sekitar 39% penyakit ini menyerang di Asia
terutama di 22 negara beban tinggi TB setiap tahunnya ditemukan kasus TB baru
sekitar 9,4 juta dan kematian sebesar 3,8 juta. Di mana diperkirakan semua kasus TB
yang ada di dunia sebanyak 14 juta lebih, pada umumnya menyerang kelompok usia
produktif.
Gambaran di atas menunjukan keberhasilan program tb dunia, namun di asia
terutama China menurut laporan WHO dalam kurun 1990-2011 hampir 80%
penduduknya menderita TB dan setiap tahunya dilaporkan sebesar 34% ditemukan
kasus baru.lain lagi diindonesia menurut laporan WHO menunjukan fenomena tren
naik turun, pada tahun 2007 indonesia berada pada posisi ke3 setelah india dan china.
Keberhasilan program DOTS dilaporkan tahun 2009 sehingga menduduki peringkat
ke5 setelah india, china,afrika selatan dan nigeria tetapi tahum 2010 kembali melorot
menduduki peringkat keempat setelah india,china, dan afrika selatan.
Fenomena TB diindonesia menurut RISKESDAS,2007 TB adalah penyebab
kematian nomor 2 setelah stoke.ironisnya menurut hasil riset tersebut,TB merupakan
pembunuh bayi yang ke9 dan pada anak balita yang ke8.namun pada anak usia diatas
5tahun diperkotaan penyebab kematian ke4 dan ke2 bagi anak perdesaan.besarnya
bebab TB terutama sarana infrastruktur yang masih menjadi persoalan
mendasar.misalnya lingkungan pemukiman dan sanitasi umum sebagai faktor kunci
meningkatnyapenyebaran TB setiap tahun.selain itu,faktor kemiskinan,menyebabkan
rendahnya akses masyarakat kependidikan dan pelayanan kesehatan.berdasarkan
fakta ,memang cakupan penemuan masih dibawah target yang ditetapkan yaitu 57%
dari 70% pada tahun 2005.Meskipun kemajuan tren peningkatan penemuan kasus TB
dibeberapa negara namun capaiannya masih dibawah target global.
Beberapa penelitian kesehatan masyarakat didunia maupun dindonesia
menunjukan bahwa lingkungan sangat dominan mempengaruhi kejadian TB, seperti
penelitian di Afrika dan baru baru ini penelitian di yogyakarta bahwa lingkungan
fisik perumahan berhubungan dengan kejadian TB yang disampaikan dalam tesisnya
Marwadi,2011 bahkan beberapa penelitian lainnya.

1
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, adapun rumusan masalahnya yaitu:
1. Apakah yang dimaksud dengan tuberkulosis?
2. Bagaimana epidemologi tuberkulosis?
3. Apakah etiologi dari tuberkulosis?
4. Apa sajakah faktor predisposisi dari tuberkulosis?
5. Bagaimana patofisiologi dari tuberkulosis?
6. Apa sajakah klasifikasi dari tuberkulosis?
7. Bagaimana manifestasi klinis dari tuberkulosis?
8. Bagaimanakah pemeriksaan fisik pada tuberkulosis?
9. Apa saja pemeriksaan diagnostik ruberkulosis?
10. Bagaimana prognosis dari tuberkulosis ?
11. Bagaimana penatalaksanaan tuberkulosis?
12. Bagaimana konsep dasar asuahn keperawatan pada klien dengan
tuberkulosis?

3. Tujuan Penulisan
Tujuan Umum :
Mendapatkan gambaran secara umum tentang asuhan keperawatan pada
pasien tuberkolosis
Tujuan Khusus:
Secara khusus penulisan ini bertujun agar mahasiswa :
1. Mampu memahami pengertian tuberkolosis
2. Mampu mengetahui anatomi fisiologi tuberkolosis
3. Mampu mengetahui etiologi tuberkolosis
4. Mampu mengetahui patofisiologi tuberkolosis
5. Mampu mengetahui asuhan keperawatan pada pasien tuberkolosis

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Tuberculosis paru adalah suatu penyakit menular langsung yang disebabkan
oleh kuman Mycrobacterium Tuberculosis.Sebagian bersar kuman tuberculosis
menyerang paru tetapi juga dapat menyerang organ tubuh lainnya (Depkes, 2008).
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri
Mycobacterium Tuberculosis atau kuman TB. Sebagian bakteri ini menyerang paru,
tetapi dapat juga menyerang organ tubuh lainnya (Depkes RI, 2011). Tuberculosis
(TB) adalah penyakit infeksius yang terutama menyerang parenkim paru.
Tuberculosis dapat juga ditularkan ke bagian tubuh lainnya, terutama meningens,
ginjal, tulang, dan nodus limfe (Suddarth, 2003). Tuberkulosis paru adalah penyakit
infeksi yang menyerang pada saluran pernafasan yang disebabkan oleh bakteri yaitu
Mycobacterium Tuberculosis, (Smeltzer, 2002). Dapat disimpulkan bahwa, TB Paru
adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh kuman mycobakterium tuberculosis
yang menyerang saluran pernafasan terutama parenkim paru.

B. Anatomi Fisiologi
1. Anatomi
Saluran penghantar udara hingga mencapai paru-paru adalah hidung, faring,
laring, trakhea, bronkus, dan bronkiolus. Hidung; Nares anterior adalah saluran-
saluran didalam rongga hidung. Saluran-saluran itu bermuara kedalam bagian yang
dikenal sebagai vestibulum (rongga hidung). Rongga hidung dilapisi sebagai selaput
lendir yang sangat kaya akan pembuluh darah, dan bersambung dengan lapisan
faring dan dengan selaput lendir sinus yang mempunyai lubang masuk kedalam
rongga hidung. Faring (tekak) adalah pipa berotot yang berjalan dari dasar tengkorak
sampai persambungannya dengan esophagus pada ketinggian tulang rawan krikoid.
Maka letaknya di belakang laring (laring-faringeal). Laring (tenggorokan) terletak di
depan bagian terendah faring yang memisahkan dari columna vertebrata, berjalan
dari faring sampai ketinggian vertebrata servikalis dan masuk ke dalam trakhea di
bawahnya.
Laring terdiri atas kepingan tulang rawan yang diikat bersama oleh ligamen
dan membran. Trakhea atau batang tenggorok kira-kira 9 cm panjangnya trachea
berjalan dari laring sampai kira-kira ketinggian vertebrata torakalis kelima dan di

3
tempat ini bercabang menjadi dua bronkus (bronchi). Trakhea tersusun atas 16 – 20
lingkaran tak tetap yang berupa cincin tulang rawan yang diikat bersama oleh
jaringan fibrosa dan yang melengkapi lingkaran di sebelah belakang trakhea, selain
itu juga membuat beberapa jaringan otot.
Bronchus yang terbentuk dari belahan dua trakea pada ketinggian kirakira
vertebra torakalis kelima, mempunyai struktur serupa dengan trachea dan dilapisi
oleh jenis sel yang sama. Bronkus-bronkus itu berjalan ke bawah dan ke samping ke
arah tampuk paru. Bronkus kanan lebih pendek dan lebih lebar daripada yang kiri,
sedikit lebih tinggi dari arteri pulmonalis dan mengeluarkan sebuah cabang utama
lewat di bawah arteri, disebut bronkus lobus bawah. Bronkus kiri lebih panjang dan
lebih langsing dari yang kanan, dan berjalan di bawah arteri pulmonalis sebelum
dibelah menjadi beberapa cabang yang berjalan ke lobus atas dan bawah.
Cabang utama bronkus kanan dan kiri bercabang lagi menjadi bronkus lobaris
dan kemudian menjadi lobus segmentalis. Percabangan ini berjalan terus menjadi
bronchus. Yang ukurannya semakin kecil, sampai akhirnya menjadi bronchiolus
terminalis, yaitu saluran udara terkecil yang tidak mengandung alveoli (kantong
udara). Bronkiolus terminalis memiliki garis tengah kurang lebih 1 mm. bronkiolus
tidak diperkuat oleh cincin tulang rawan. Tetapi dikelilingi oleh otot polos sehingga
ukurannya dapat berubah. Saluran-saluran udara ke bawah sampai tingkat bronkiolus
terminalis disebut saluran penghantar udara karena fungsi utamanya adalah sebagai
penghantar udara ke tempat pertukaran gas paru-paru.
Alveolus yaitu tempat pertukaran gas assinus terdiri dari bronkiolus dan
respiratorius yang terkadang memiliki kantong udara kecil atau alveoli pada
dindingnya. Ductus alveolaris seluruhnya dibatasi oleh alveolis dan sakus alveolaris
terminalis merupakan akhir paru-paru, assinus atau kadang disebut lobulus primer
memiliki tangan kira-kira 0,5-1,0 cm. terdapat sekitar 20 kali percabangan mulai dari
trachea sampai sakus alveolaris. Alveolus dipisahkan oleh dinding yang dinamakan
pori-pori kohn.
Paru-paru terdapat dalam rongga toraks pada bagian kiri dan kanan. Dilapisi
oleh pleura yaitu parietal pleura dan visceral pleura. Di dalam rongga pleura terdapat
cairan surfaktan yang berfungsi untuk lubrikai. Paru kanan dibagi atas tiga lobus
yaitu lobus superior, medius dan inferior sedangkan paru kiri dibagi dua lobus yaitu
lobus superior dan inferior.

4
Tiap lobus dibungkus oleh jaringan elastik yang mengandung pembuluh limfe,
arteriola, venula, bronchial venula, ductus alveolar, sakkus alveolar dan alveoli.
Diperkirakan bahwa setiap paru-paru mengandung 150 juta alveoli, sehingga
mempunyai permukaan yang cukup luas untuk tempat permukaan/pertukaran gas.
(Pearce,2002).
2. Fisiologi
Pernafasan paru merupakan pertukaran oksigen dan karbondioksida yang
terjadi pada paru-paru. Pernafasan melalui paru-paru atau pernafasan ekternal,
oksigen diambil melalui mulut dan hidung pada waktu bernafas, dan oksigen masuk
melalui trakea sampai ke alveoli berhubungan dalam darah dalam kapiler pulmonal.
Alveoli memisahkan oksigen dari darah, oksigen menembus membran, diambil oleh
sel darah merah di bawa ke jantung dan dari jantung dipompakan ke seluruh tubuh.
Proses pertukaran oksigen dan karbon dioksida terjadi ketika konsentrasi dalam
darah mempengaruhi dan merangsang pusat pernafasan terdapat dalam otak untuk
memperbesar kecepatan dalam pernafasan sehingga terjadi pengambilan O2 dan
pengeluaran CO2 lebih banyak. Darah merah (hemoglobin) yang banyak mengandun
oksigen dari seluruh tubuh masuk kedalam jaringan mengambil karbon dioksida
dibawa ke paru-paru dan di paru-paru terjadi pernafasan eksterna. Besarnya daya
muat udara dalam paru-paru 4500-5000 ml (4,5-5 liter).
Udara yang diproses dalam paru-paru (inspirasi dan ekspirasi) hanya 10 %,
kurang lebih 500ml, disebut juga udara pasang surut (tidal air) yaitu yang dihirup dan
yang dihembuskan pada pernafasan biasa. Kecepatan pernafasan pada wanita lebih
tinggi dari pada pria. Pernafasan secara normal, ekspirasi akan menyusul inspirasi
dan kemudian istirahat. Pada bayi ada kalanya terbalik inspirasi-istirahat-ekspirasi,
disebut juga penafasan terbalik. (Syaifuddin, 2006).

C. Etiologi
Tuberkulosis disebabkan oleh bakteri Mycrobacterium Tuberculosis, sejenis
kuman yang berbentuk batang dengan ukuran panjang 1 – 4 µm dan tebal 0,3 – 0,6
µm dan digolongkan dalam basil tahan asam (BTA). (Suyono, 2001).
Ada dua macam Mycrobacterium Tuberculosis yaitu tipe human dan tipe
bovin. Basil tipe bovin berada dalam susu sapi yang menderita mastitis tuberkulosis
usus. Basil tipe human bisa berada di bercak ludah (droplet) di udara yang berasal
dari penderita TBC terbuka dan orang yang rentan terinfeksi TBC ini bila menghirup

5
bercak ini. Perjalanan TBC setelah terinfeksi melalui udara. Bakteri juga dapat
masuk ke sistem pencernaan manusia melalui benda/bahan makanan yang
terkontaminasi oleh bakteri. Sehingga dapat menimbulkan asam lambung meningkat
dan dapat menjadikan infeksi lambung. (Wim de Jong, 2005).
D. Manifestasi Klinis
1. Demam 40-41 C, serta ada batuk/batuk darah
2. Sesak napas dan nyeri dada
3. Malaise, keringat malam
4. Suara khas pada perkusi dada, bunyi dada
5. Peningkatan sel darah putih dengan dominasi limfosit
6. Pada anak
 Berkurangnya BB dua bulan berturut-turut tanpa sebab yang
jelas atau gagal tumbuh
 Demam tanpa sebab jelas, terutama jika berlanjut sampai dua
minggu
 Batuk kronik >3 minggu, dengan atau tanpa wheeze
 Riwayat kontak dengan pasien TB paru dewasa
 Pasien usia balita yang mendapat skor 5, dirujuk ke rumah
sakit untuk evaluasi lebih lanjut

E. Patofisiologi
Menurut Somantri (2008), infeksi diawali karena seseorang menghirup basil
Mycobacterium tuberculosis. Bakteri menyebar melalui jalan napas menuju alveoli
lalu berkembang biak dan terlihat bertumpuk. Perkembangan Mycobacterium
tuberculosis juga dapat menjangkau sampai ke area lain dari paru (lobus atas). Basil
juga menyebar melalui sistem limfe dan aliran darah ke bagian tubuh lain (ginjal,
tulang dan korteks serebri) dan area lain dari paru (lobus atas). Selanjutnya sistem
kekebalan tubuh memberikan respons dengan melakukan reaksi inflamasi. Neutrofil
dan makrofag melakukan aksi fagositosis (menelan bakteri), sementara limfosit
spesifik-tuberkulosis menghancurkan (melisiskan) basil dan jaringan normal. Infeksi
awal biasanya timbul dalam waktu 2-10 minggu setelah terpapar bakteri. Interaksi
antara Mycobacterium tuberculosis dan sistem kekebalan tubuh pada masa awal
infeksi membentuk sebuah massa jaringan baru yang disebut granuloma. Granuloma
terdiri atas gumpalan basil hidup dan mati yang dikelilingi oleh makrofag seperti
dinding. Granuloma selanjutnya berubah bentuk menjadi massa jaringan fibrosa.
Bagian tengah dari massa tersebut disebut ghon tubercle. Materi yang terdiri atas

6
makrofag dan bakteri yang menjadi nekrotik yang selanjutnya membentuk materi
yang berbentuk seperti keju (necrotizing caseosa). Hal ini akan menjadi klasifikasi
dan akhirnya membentuk jaringan kolagen, kemudian bakteri menjadi nonaktif.

F. Patoflowdiagram

Udara Tercemar
Mycrobacterium Dihirup individu rentan Kurang informasi

tuberculose

Masuk paru Kurang Pengetahuan

Reaksi
Hipertermia
inflamasi/peradangan

Penumpukan eksudat dalam


alveoli

tuberkel Produksi sekret berlebih

Meluas Mengalami perkejuan Sekret susah dikeluarkan Bersin

Penyebaran Klasifikasi
hematogen
limfogen Ketidakefektifan
Bersihan Jalan
Nafas

Peritoneum Resti Penyabaran


Mengganggu Infeksi pada Orang
perfusi Lain

As. Lambung  Gangguan


Pertukaran Gas

Mual, Aneroksia Resti Penyebaran


Infeksi pada Diri
Sendiri
Perubahan Nutrisi 7
Kurang dari Kebutuhan
Tubuh
G. Tanda Dan Gejala
1. Tanda
a. Penurunan berat badan
b. Anoreksia
c. Dispneu
d. Sputum purulen/hijau, mukoid/kuning
2. Gejala
a. Demam
Biasanya menyerupai demam influenza. Keadaan ini sangat dipengaruhi oleh daya
tahan tubuh penderita dengan berat-ringannya infeksi kuman TBC yang masuk.
b. Batuk
Terjadi karena adanya infeksi pada bronkus. Sifat batuk dimulai dari batuk kering
kemudian setelah timbul peradangan menjadi batuk produktif (menghasilkan
sputum). Pada keadaan lanjut berupa batuk darah karena terdapat pembuluh darah
yang pecah. Kebanyakan batuk darah pada ulkus dinding bronkus.
c. Sesak nafas
Sesak nafas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut dimana infiltrasinya
sudah setengah bagian paru.
d. Nyeri dada
Timbul bila infiltrasi radang sudah sampai ke pleura (menimbulkan pleuritis)
e. Malaise
Dapat berupa anoreksia, tidak ada nafsu makan, berat badan turun, sakit kepala,
meriang, nyeri otot, keringat malam
H. Pemeriksaan penunjang

Menurut Mansjoer,dkk (1999 : hal 472), pemeriksaan diagnostik yang dilakukan


pada klien Tubercolosis paru yaitu :
1. Laboratorium darah rutin : LED normal/ meningkat, limfosis
2. Pemeriksaan sputum BTA : untuk memastikan diagnostik TB paru, namun
pemeriksaan ini tidak spesifik karena hanya 30-70% pasien yang dapat di
diagnosis berdasarkan pemeriksaan ini
3. Tes PAP ( Peroksidase Anti Peroksidase )
Merupakan uji serologi imunoperoksidase memakai alat histogen staining
untuk menentukan adanya lgG spesifik terhadap hasil TB
4. Tes Mantoux/ Tuberkulin

8
Merupakan uji serologi imunoperoksidase memakai alat histogen staining
untuk menentukan adanya lgG spesifik terhadap hasil TB
5. Tehnik Polymerase Chain Reaction
Deteksi DNA kuman secara spesifik melalui amplifikasi dalam meskipun
hanya satu mikroorganisme dalam spesimen juga dapat mendeteksi adanya
resistensi
6. Becton Dickinson Diagnostic Instrument Sistem (BACTEC)
Deteksi growth indeks berdasarkan CO2 yang dihasilkan dari metabolisme
asam lemak oleh mikobakterium tubercolosis
7. MYCODOT
Deteksi antibody memakai antigen liporabinomannan yang direkatkan pada
suatu alat berbentuk seperti sisir plastic, kemudian dicelupkan dalam jumlah
memadai memakai warna sisir akan berubah
8. Pemeriksaan radiology : Rontgen thorax PA dan lateral Gambaran foto thorax
yang menunjang diagnosis TB,yaitu :
-Bayangan lesi terletak dilapangan paru atas atau segment apikallobus bawah
-Bayangan berwarna (patchy) atau bercaknodular
-Adanya kapitas tunggal atau ganda
-Adanya klasifikasi
-Bayangan menetap pada poto ulang beberapa minggu kemudian
-Bayangan millie

I. Penatalaksanaan Medis
1. Pengobatan

Tujuan terpenting dari tata laksana pengobatan tuberkulosis adalah eradikasi


cepat M. tuberculosis, mencegah resistensi, dan mencegah terjadinya
komplikasi.

Jenis dan dosis OAT :

a. Isoniazid (H)

Isoniazid (dikenal dengan INH) bersifat bakterisid, efektif terhadap kuman


dalam keadaan metabolik aktif, yaitu kuman yang sedang berkembang. Efek
samping yang mungkin timbul berupa neuritis perifer, hepatitis rash, demam
Bila terjadi ikterus, pengobatan dapat dikurangi dosisnya atau dihentikan sampai
ikterus membaik. Efek samping ringan dapat berupa kesemutan, nyeri otot,
gatal-gatal. Pada keadaan ini pemberian INH dapat diteruskan sesuai dosis.

Dosis 5 mg/kg BB, maksimal 300 mg, 10 mg/kg BB 3 kali seminggu,15 mg/kg
BB 2 kali seminggu atau 300 mg/kali

9
Untuk dewasa intermiten : 600 mg/kali

b. Rifampisin (R)

Bersifat bakterisid, dapat membunuh kuman semi-dorman (persisten). Efek


samping rifampisin adalah hepatitis, mual, reaksi demam, trombositopenia.
Rifampisin dapat menyebabkan warnam merah atau jingga pada air seni dan
keringat, dan itu harus diberitahukan pada keluarga atau penderita agar tidak
menjadi cemas. Warna merah tersebut terjadi karena proses metabolism obat dan
tidak berbahaya.

Dosis 10 mg/kg BB, maksimal 600 mg 2-3X/ minggu atau

BB > 60 kg : 600 mg

BB 40-60 kg : 450 mg

BB < 40 kg : 300 mg

Dosis intermiten 600 mg/ kali

c. Pirazinamid (P)

Bersifat bakterisid, dapat membunuh kuman yang berada dalam sel dengan
suasana asam. Efek samping pirazinamid adalah hiperurikemia, hepatitis,
atralgia.

Dosis fase intensif 25 mg/kg BB, 35 mg/kg BB 3 kali seminggu, 50 mg/kg BB 2


kali seminggu atau

BB > 60 kg : 1500 mg

BB 40-60 kg : 1000 mg

BB < 40 kg : 750 mg

d. Streptomisin (S)

Bersifat bakterisid, efek samping dari streptomisin adalah nefrotoksik dan


kerusakan nervus kranialis VIII yang berkaitan dengan keseimbangan dan
pendengaran.

10
Dosis 15 mg/kg BB atau

BB > 60 kg : 1000 mg

BB 40-60 kg : 750 mg

BB < 40 kg : sesuai BB

e. Ethambutol (E)

Bersifat bakteriostatik, ethambutol dapat menyebabkan gangguan penglihatan


berupa berkurangnya ketajaman penglihatan, buta warna merah dan hijau,
maupun optic neuritis.

Dosis fase intensif 20 mg/kg BB, fase lanjutan 15 mg/kg BB, 30 mg/kg BB 3X
seminggu, 45 mh/kg BB 2X seminggu atau

BB > 60 kg : 1500 mg

BB 40-60 kg : 1000 mg

BB < 40 kg : 750 mg

Dosis intermiten 40 mg/kg BB/kali

2. Pembedahan

Dilakukan jika pengobatan tidak berhasil, yaitu dengan mengangkat jaringan


paru yang rusak, tindakan ortopedi untuk memperbaiki kelainan tulang,
bronkoskopi untuk mengangkat polip granulomatosa tuberculosis atau untuk
reseksi bagian paru yang rusak.

3. Pencegahan

Menghindari kontak dengan orang yang terinfeksi basil tuberkulosis,


mempertahankan status kesehatan dengan asupan nutrisi adekuat, minum susu
yang telah dilakukan pasteurisasi, isolasi jika pada analisa sputum terdapat
bakteri hingga dilakukan pengobatan, pemberian imunisasi BCG untuk
meningkatkan daya tahan tubuh terhadap infeksi oleh basil tuberkulosis virulen.

J. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin muncul akibat TBC antara lain:
1. Hemoptisis

11
2. Kolaps dari lobus kibat retraksi bronchial
3. Bronkiestasis
4. Infusiensi cardio pulmoner
5. Gagal napas
6. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti tulang dan otak
7. Pleuritis
8. Efusi pleura
9. Emfisema
10. Laringitis tuberculosis
11. Amiloidosis
12. SOPT (Sindrom Obstruksi Pasca Tuberkulosis)

K. Konsep Dasar Keperawatan

A. Pengkajian
Menurut Soemantri (2008), pengkajian keperawatan pada tuberkulosis
adalah:
a) Data pasien: Penyakit tuberkulosis (TB) dapat menyerang manusia mulai dari usia
anak sampai dewasa dengan perbandingan yang hampir sama antara laki-laki dan
perempuan. Penyakit ini biasanya banyak ditemukan pada pasien yang tinggal di
daerah dengan tingkat kepadatan tinggi sehingga masuknya cahaya matahari ke
dalam rumah sangat minim.Tuberkulosis pada anak dapat terjadi di usia berapa
pun, namun usia paling umum adalah 1– 4 tahun. Anak-anak lebih sering
mengalami TB luar paru-paru (extrapulmonary) dibanding TB paru-paru dengan
perbandingan 3 : 1. Tuberkulosis luar paru-paru adalah TB berat yang terutama
ditemukan pada usia < 3 tahun. Angka kejadian (prevalensi) TB paru-paru pada
usia 5-12 tahun cukup rendah, kemudian meningkat setelah usia remaja di mana
TB paru-paru menyerupai kasus pada pasien dewasa (sering disertai
lubang/kavitas pada paru-paru).
b) Riwayat kesehatan
Keluhan yang sering muncul antara lain:
1) Demam: subfebris, febris (40-41℃) hilang timbul.
2) Batuk: terjadi karena adanya iritasi pada bronkhus.
3) Sesak napas: bila sudah lanjut dimana infiltrasi radang sampai setengah paru-paru.

12
4) Nyeri dada: jarang ditemukan, nyeri akan akan timbul bila infiltrasi radang sampai
ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis.
5) Malaise: ditemukan berupa anoreksia, nafsu makan menurun, berat badan
menurun, sakit kepala, nyeri otot dan keringat malam.
6) Sianosis, sesak napas, dan kolaps: merupakan gejalaatelektasis.
7) Perlu ditanyakan dengan siapa pasien tinggal, karena biasanyapenyakit ini muncul
bukan karena sebagai penyakit keturunantetapi merupakan penyakit infeksi
menular.
c) Pemeriksaan Fisik
Pada tahapan dini sulit diketahui, ronchi basah kasar dannyaring,
hipersonor/timpani bila terdapat kavitas yang cukup dan pada auskultasi
memberikan suara umforik, pada keadaan lanjut terjadi atropi, retraksi interkostal
dan fibrosa.
d) Pemeriksaan Penunjang
1) Sputum Kultur: Yaitu untuk memastikan apakah keberadaan
MycrobacteriumTuberculossepada stadium aktif.
2) Skin test: mantoux, tine, and vollmer patch yaitu reaksi positifmengindikasi
infeksi lama dan adanya antibody, tetapi tidakmengindikasikan infeksi lam dan
adanya antibody, tetapi tidakmengindikasikan penyakit yang sedang aktif.
3) Darah: leukositosis, LED meningkat.

B. Diagnosa dan Intervensi


a. Diagnosa
1) Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi.
2) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan ketidakmampuan
untuk mengeluarkan sekresi pada jalan napas.
3) Resiko penyebaran infeksipada orang lain berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan untuk mencegah paparan dari kuman pathogen.

13
b. Intervensi
1) Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi
Tujuan :Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan
defisiensi pengetahuan teratasi.
Kriteria hasil :
a) Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi,
prognosis, dan program pengobatan
b) Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yangdijelaskan secara benar
c) Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yangdijelaskan perawat

Intervensi ( NIC ):
a) Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tentangproses penyakit yang
spesifik
Rasional: mengetahui tingkat pengetahuan pasien dan keluarga
b) Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal iniberhubungan dengan
anatomi fisiologi, dengan cara yang tepat
Rasional: agar keluarga mengetahui jalan terjadinya penyakit
c) Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit
Rasional: keluarga mampu mengetahui tanda gejala penyakitnya
d) Gambarkan proses penyakit
Rasional: keluarga mampu mengetahui proses penyakitnya
e) Identifikasi kemungkinan penyebab
Rasional: keluarga mengetahui penyebab penyakitnya
f) Sediakan informasi pada pasien tentang kondisinya
Raional: agar pasien mengetahui kodisinya saat ini

2) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan ketidakmampuan


untuk mengeluarkan sekresi pada jalan napas.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, bersihan
jalan napas kembali normal.
Kriteria hasil:

14
a) Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara napas yang bersih, tidak ada sianosis
dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernapas dengan mudah,
tidak ada pursed lips).
b) Menunjukkan jalan napas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama dan
frekuensi napas dalam rentang normal, tidak ada suara napas abnormal).
c) Mampu mengidentifikasi dan mencegah faktor yang dapat menghambat jalan
napas.
Intervensi (NIC) :
a) Buka jalan napas, gunakan teknik chin lift atau jaw trust bila
perlu
Rasional: pasien bisa bernapas dengan lega
b) Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
Rasional: memudahkan pasien untuk bernapas
c) Identifikasi perlunya pemasangan alat jalan napas buatan
Rasional: dilakukan pemasangan alat jika pasien kesulitan
bernapas
d) Lakukan fisioterapi dada jika perlu
Rasional: mengencerkan dan mengeluarkan sekret di jalan
napas
e) Keluarkan secret dengan batuk efektif atau suction
Rasional: mengeluarkan sekret agar jalan napas bersih
f) Auskultasi suara napas, catat adanya suara tambahan
Rasional: mengetahui tipe pernapasan pasien

g) Monitor repirasi status O2


Rasional: memantau kebutuhan oksigen pasien

3) Resiko penyebaran infeksi orang lainberhubungan dengankurangnya pengetahuan


untuk mencegah paparan dari kumanpathogen.
Tujuan:Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jandiharapkan
tidak terjadi penyebaran infeksi.
Kriteria hasil :
a) Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi

15
b) Mendeskripsikan proses penularan infeksi, factor yangmempengaruhi penularan
serta penatalaksanaannya
c) Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulmya infeksi
d) Jumlah leukosit dalam batas normal
Intervensi ( NIC ) :
a) Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
Rasional: mengetahui tindakan yang akan dilakukan
b) Monitor kerentanan terhadap infeksi
Rasional: mencegah terjadinya penyebaran infeksi
c) Pertahankan teknik asepsis pada pasien yang beresiko
Rasional: menghindari kuman yang menyebar lewat udara
d) Pertahankan teknik isolasi
Rasional: mencegah penyebaran bakteri oleh penderita
e) Dorong masukan nutrisi yang cukup
Rasional: menurunkan risiko infeksi akibat mal nutrisi
f) Instruksikan pasien untuk meminum antibiotik sesuai resep
Rasional: dengan minum antibiotik rutin, membuat TB menjadi tidak menular
dalam waktu > 2 bulan
g) Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi
Rasional: keluarga mengetahui tanda dan gejala infeksi

4) Resiko penyebaran infeksi pada diri sendiri berhubungan dengankurangnya


pengetahuan untuk mencegah paparan dari kumanpathogen
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24jam, diharapkan
risiko penyebaran infeksi terhadap diri sendiri tidak terjadi
Kriteria hasil: Pasien mampu mengidentifikasi intervensi untuk mencegah atau
menurunkan risiko penularan
Intervensi:
a) Kaji patologi penyakit
Rasional: membantu pasien menyadari pentingnya mematuhi
pengobatan untuk mencegah terjadinya penyebaran infeksi
b) Tekanan pentingnya tidak mengehentikan terapi obat

16
Rasional: periode singkat berakhir setelah 2-3 hari setelah terapi awal, tetapi risiko
penyebaran infeksi dapat berlanjut sampai 3 bulan
c) Anjurkan pasien untuk makan sedikit tetapi sering dengan nutrisi yang seimbang
Rasional: mencegah mal nutrisi, karenaa mal nutrisi dapatmeningkatkan risiko
penyebaran infeksi

17
BAB III

PENUTUPAN

A. Kesimpulan

Tuberkulosis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh kuman


mycobakterium tuberculosis yang menyerang saluran pernafasan terutama parenkim
paru yang mana jenis ini kuman yang berbentuk batang dengan ukuran panjang 1 – 4
µm dan tebal 0,3 – 0,6 µm dan digolongkan dalam basil tahan asam (BTA).

Adapun tnda dan gejala dari tuberkulosis yaitu: tanda (penurunan berat
badan, anoreksia, dispneu, dan sputum purulen/hijau, mukoid/kuning), gejala
(demam, batuk, sesak nafas, nyeri dada dan malaise).

18
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1998, Kamus Saku Kedokteran Dorland, Edisi 25, ECG, Jakarta
Anonim, 2000, Informatorium Obat Nasional Indonesia, 431, 432, Direktorat
Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta.
Simon, Harvey E., 2002, Infections due to Mycobacteria, in Infectious Disease: The
Clinician’s Guide to Diagnosis, Treatment, and Prevention, WebMD Profesional
Publishing

19

Anda mungkin juga menyukai