Anda di halaman 1dari 9

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II

“Askep Amputasi”
Dosen Pengampu : Ns. Reski ika Sah Putri., S. Kep

Disusun Oleh :
1. Intan Juliana (1800001016)
2. Nia Amelia (1800001021)
3. Oki Trianto (1800001024)
4. Putri Fatimatuzahro (1800001025)
5. Sena Ageng T.M (1800001031)

AKADEMI KEPERAWATAN RS. EFARINA


PURWAKARTA
TAHUN 2019/2020
Jl. Bungursari No.1 Cibening Purwakarta Jawa Barat
Konsep Asuhan Keperawatan Amputasi
A. Pengkajian
1. Identitas
Meliputi nama, jenis kelamin,umur, alamat, agama, bahasa yang di pakai,
status perkawinan, pendidikan,pekerjaan,asuransi, golongan darah, nomer
register, tanggal mrs, diagnosa medis.
2. Keluhan Utama
Pada klien dengan pasca bedah amputasi biasanya mengalami nyeri, selain itu
spasme otot yang dapat menambah ketidaknyamanan selama masa pemulihan.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Perawat memfokuskan pada riwayat penyakit terdahulu yang mungkin dapat
mempengaruhi resiko pembedahan seperti adanya penyakit diabetes mellitus,
penyakit jantung, penyakit ginjal dan penyakit paru. Perawat juga mengkaji
riwayat penggunaan rokok dan obat-obatan.

4. Riwayat Penyakit Sekarang


Amputasi dilakukan pada klien dengan kondisi mengalami iskemia (kematian
jaringan) atau akibat penyakit vascular perifer progresif (sering sebagai gejala
sisa diabetes militus), gangren, trauma, (cedera,remuk dan luka bakar) dan tumor
gamas. Dari semua penyebab tadi penyakit vascular parifer merupakan penyebab
yang tertinggi amputasi pada ekstremitas bawah.
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien dengan amputasi yang disebabkan karena penyakit vaskuler perifer
umumnya memiliki riwayat kesehatan keluarga dengan penyakit yang serupa
(misalnya, diabetes mellitus).
6. Pemeriksaan Fisik
a. Sistem respirasi
1) Penurunan kapasitas paru. Pada klien immobilisasi dalam posisi baring
terlentang, maka kontraksi otot intercosta relatif kecil, diafragma
otot perut dalam rangka mencapai inspirasi maksimal dan
ekspirasi paksa.
2) Perubahan perfusi setempat. Dalam posisi tidur terlentang, pada sirkulasi
pulmonal terjadi perbedaan rasio ventilasi dengan perfusi
setempat, jika secara mendadak maka akan terjadi
peningkatan metabolisme (karena latihan atau infeksi) terjadi
hipoksia.
3) Mekanisme batuk tidak efektif. Akibat immobilisasi terjadi
penurunan kerja siliaris saluran pernafasan sehingga sekresi
mukus cenderung menumpuk dan menjadi lebih kental dan mengganggu
gerakan siliaris normal.
b. Sistem Kardiovaskuler
1) Peningkatan denyut nadi. Terjadi sebagai manifestasi klinik pengaruh
faktor metabolik, endokrin dan mekanisme pada keadaan yang
menghasilkan adrenergik sering dijumpai pada pasien dengan
immobilisasi.
2) Penurunan cardiac reserve. Dibawah pengaruh adrenergik denyut jantung
meningkat, hal ini mengakibatkan waktu pengisian diastolik memendek
dan penurunan isi sekuncup.
3) Orthostatik Hipotensi. Pada keadaan immobilisasi terjadi perubahan
sirkulasi perifer, dimana anterior dan venula tungkai
berkontraksi tidak adekuat, vasodilatasi lebih panjang
dari pada vasokontriksi sehingga darah banyak berkumpul di
ekstremitas bawah, volume darah yang bersirkulasi menurun, jumlah
darah ke ventrikel saat diastolik tidak cukup untuk memenuhi perfusi
ke otak dan tekanan darah menurun, akibatnya klien merasakan
pusing pada saat bangun tidur serta dapat juga merasakan pingsan.
c. Sistem Persarafan
1) Atropi otot. Karena adanya penurunan stabilitas dari anggota gerak dan
adanya penurunan fungsi persarafan. Hal ini menyebabkan terjadinya
atropi dan paralisis otot.
2) Kontraktur sendi. Kombinasi dari adanya atropi dan penurunan kekuatan
3) otot serta adanya keterbatasan gerak.
d. Sistem Pencernaan.
1) Anoreksia Akibat penurunan dari sekresi kelenjar
2) pencernaan dan mempengaruhi sekresi kelenjar pencernaan dan
mempengaruhi perubahan sekresi serta penurunan kebutuhan kalori yang
menyebabkan menurunnya nafsu makan.
3) Konstipasi. Meningkatnya jumlah adrenergik akan menghambat pristaltik
usus dan spincter anus menjadi kontriksi sehingga reabsorbsi
cairan meningkat dalam colon, menjadikan faeces lebih keras dan
orang sulit buang air besar.
e. Sistem perkemihan
1) Dalam kondisi tidur terlentang, renal pelvis ureter dan kandung kencing
berada dalam keadaan sejajar, sehingga aliran urine harus melawan gaya
gravitasi, pelvis renal banyak menahan urine sehingga dapat menyebabkan :-
Akumulasi endapan urine di renal pelvis akan mudah membentuk batu
ginjal. Tertahannya urine pada ginjal akan menyebabkan berkembang
biaknya kuman.
f. Sistem integument
1) Tirah baring yang lama, maka tubuh bagian bawah seperti punggung dan
bokong akan tertekan sehingga akan menyebabkan penurunan suplai darah
dan nutrisi ke jaringan. Jika hal ini dibiarkan akan terjadi ischemia,
hyperemis dan akan normal kembali jika tekanan dihilangkan dan kulit
dimasase untuk meningkatkan suplai darah.
7. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawwatan yang sering muncul pada klien amputasi kaki sebelum
dan setelah intervensi medis, meliputi:
a. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kegiatan
perioperatif.
b. Risiko tinggi syok hipovolemik berhungan dengan perdarahan sekunder akibat
kondisi hipotrombositopenia atau kerusakan pembuluh darah.
c. Nyeri berhubungan dengan kompresi saraf, kerusakan neuromuskuluskeletal.
d. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan port de entrée luka pasca bedah.
e. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan kerusakan jaringan lunak
sekunder akibat luka pasca bedah.
f. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuro-
muskuloskeletal, penurunan kemampuan gerak pasca amputasi.
g. Gangguan konsep diri berhubungan dengan kehilangan organ ekstremitas.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. nyeri b.d kompresi saraf
2. Resti shok hipovolemik b.b kehilangan darah
3. Resti infeksi b.d kerusakan jaringan
4. gangguan body image b.d rasaa malu
5. ansietas b.d terlepasnya ekstermitas

C. Rencana Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan kompresi saraf
a. Tujuan: Dalam waktu 1x24jam, nyeri berkurang atau beradaptasi.
b. Kriteria hasil:
1) klien melaporkan nyeri berkurang atau dapat diadaptasi
2) dapat mengidentifikasi aktivitas yang meningkatkan atau menurunkan
nyeri
3) klien tidak gelisan
4) skala nyeri berkurang
Intervensi Rasional
Observasi nyeri nyeri merupan respon subjektif
yang dapat diobservasi dengan
mmenggunakan skala nyeri. Klien
melaporkan nyeri biasanya diatas
tingkat cidera.
Pantau keluhan nyeri lokal, apakah deteksi dini untuk mengetahui
disertai pembengkakan. adanya tanda sindrom
kompartemen.
lakukan manajemen nyeri imobilisasi yang adekuat dapat
keperawatan: mengurangi pergerakan fragmen
- Atur posisi imobilisasi pada tulang yang menjadi unsure utama
tungkai bawah dan jika perlu penyebab nyeri pada kaki.
pasang gips.
- Manajemen lingkungan tenang, lingkungan yang tenang akan
batasi pengunjung, dan menurunkan stimulus nyeri
istirahatkan klien. eksternal dan pembatasan
pengunjung akan membantu
meningkatkan kondisi O2 ruangan
yang akan berkurang apabila
banyak pengunjung.
- Ajarkan teknik relaksasi meningkatkan asupan O2 sehinggan
pernapasan dalam ketika nyeri akan menurunkan nyeri sekunder
muncul. akibat iskemia.
- Ajarkan teknik distraksi pada distraksi (pengalihan perhatian)
saat nyeri. dapat menurunkan stimulus internal
dengan mekanisme peningkatan
produksi endofrin danenkefalin
yang dapat memblok reseptor nyeri
agar tidak dikirimkan ke korteks
serebri sehingga menurunkan
persepasi nyeri.
- Pertahankan system drainase evakuasi hematoma atau cairan
pasca bedah untuk evakuasi yang terkumpul di dalam luka pasca
hematoma. bedah merupakan stimulus yang
dapat menimbulkan respon nyeri.
Kolaborasi: analgesic memblok lintasan nyeri
Pemberian analgesik sehingga nyeri akan berkurang.

2. Risiko syok hipovolemik berhubungan dengan kehilangan darah


a. Tujuan: dalam waktu 1x24jam risiko syok hipovolemik tidak terjadi.
b. Kriteria hasil:
1) klien tidak mengeluh pusing, fungsi kulit normal
2) TTV dalam batas normal
3) CRT <3 detik
4) urine >600 ml/hari
5) kadar trombosit dalam batas normal.
Intervensi Rasional
Pantau status cairan (turgor kulit, Jumlah dan tipe cairan pengganti
membrane mukosa, haluaran urine) ditentukan oleh keadaan status
caiaran.
Observasi sumber kehilangan cairan Kehilangan cairan dapat berasal dai
factor ginjal dan diluar ginjal.
Perdarahan harus dikendalikan
Observasi warna kulit, suhu, sianosis, Mengetahui adanya pengaruh
nadi perifer, dan diaphoresis secara peningkatan tahanan perifer
teratur
Pantau frekuensi dan irama jantung Perubahan frekuensi dan irama
jantung enunjikkan komplikasi
disritmia
Kolaborasi
- pertahankan pemberian cairan - jalur yang paten penting untuk
melalui intravena. pemberian cairan cepat dan
- pemberian trombosit secara memudahkan perawat dalam
parenteral melakukan control asupan dan
haluaran cairan
- Pemenuhan kadar trombosit
agar dapat secepatnya dalam
batas normal

3. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan kerusakan jaringan


a. Tujuan: Dalam waktu 12 x 24 jam tidak terjadi infeksi, terjadi perbaikan pada
integritas jaringan lunak.
b. Kriteria hasil:
1) Jahitan dilepas pada hari ke 12 tanpa adanya tanda-tanda infeksi dan
peradangan pada area luka pembedahan.
2) TTV dalam batas normal.

Intervensi Rasional
Minimalkan resiko infeksi pasien
dengan:
- mencuci tangan sebelum dan - Mencuci tangan adalah satu-
setelah memberikan perawatan satuinya cara terbaik untuik
- menggunakan sarung tangan mencegah penularan patogen.
untuk mempertahankan asepsis - Sarung tangan dapat
pada saat memberikan melindungi melindungi tangan
perawatan langsung pada saat memegang luka yang
dibalut atau melakukan
berbagai tindakan.
Pantau suhu minimal setiap 4jam Suhu yang terus meningkat setelah
dan catat pembedahan dapat merupakan
tanda awitan komplikasi pulmonal,
atau infeksi luka
Lakukan kultur urine, sekresi Tindakan ini dapat mengidentifikasi
pernapasan, drainase luka, atau patogen dan menjadi pedoman terapi
darah sesuai dengan kebijakan dari anti biotik.
dokter

4. Gangguan body image berhubungan dengan rasa malu


a. Tujuan: dalam waktu 1x24jam, citra tubun klien meningkat.
b. Kriteria hasil:
1) klien mampu mengkomunikasikan atau menyatakan dengan orang
terdekat tentang situasi dan perubahan yang sedang terjadi
2) mampu menyatakan penerimaan diri tehadap situasi
3) mengakui dan menggabungkan perubahan ke dalam konsep diri
dengan cara yang akurat tanpa harga diri negative.
Intervensi Rasional
Observasi perubahan dari gangguan Menentukan bantuan individual
persepsi dalam menyusun rencana perawatan
atau pemilihan intervensi.
Anjurkan klien untuk Menunjukkan penerimaan,
mengekspresikan perasaan, membantu klien untuk mengenal dan
termasuk bermusuhan dan mulai menyesuaikan dengan
kemarahan. perasaan tersebut
Bantu dan anjurkan perawatan yang Membantu meningkatkan perasaan
baik dan memperbaiki kebiasaan. harga diri serta dan mengontrol lebih
dari satu area kehidipan,
Anjurkan orang yang terdekat untuk Menghidupkan kembali perasaan
mengizinkan klien melakukan kemandirian dan membantu
sebanyak-banyaknya hal untuk perkembangan harga diri serta
dirinya. memengaruhi proses rehabilitasi
Dukung perilaku atau usaha seperti Klien dapat beradaptasi terhadap
peningkatan minat atau partisipasi perubahan dan pengertian tentang
dalam aktivitas rehabilitasi. peran individu di masa mendatang.
Pantau gangguan tidur, peningkatan Dapat mengindikasikan terjadinya
kesulitan konsentrasi, letargi. depresi, umumnya terjadi sebagai
pengaruh dari amputasi yang
memerlukan intervensi dan evaluasi
lebih lanjut.
Kolaborasi: Dapat memfasilitasi
Rujuk ke ahli perubahan peran yang
neuropsikologi dan penting untuk
konseling jika ada perkembangan perasaan.
indikasi.

5. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kegiatan


perioperatif.
a. Tujuan: Kecemasan pada klien berkurang.
b. Kriteria hasil:
1) Sedikit melaporkan tentang gugup atau cemas.
2) Mengungkapkan pemahaman tentang operasi.
Intervensi Rasional
Memberikan bantuan secara fisik dan Secara psikologis meningkatkan
psikologis, memberikan dukungan rasa aman dan meningkatkan rasa
moral. saling percaya.
Menerangkan prosedur operasi Meningkatkan /memperbaiki
dengan sebaik-baiknya. pengetahuan/ persepsi klien.

Mengatur waktu khusus dengan klien Meningkatkan rasa aman dan


untuk berdiskusi tentang kecemasan memungkinkan klien melakukan
klien. komunikasi secara lebih terbuka
dan lebih akurat.
Beri kesempatan kepada klien untuk Dapat menghilangkan ketegangan
mengungkapkan ansietasnya. terhadap kekhawatiran yang tidak
diekspresikan.
Berikan privasi klien dengan orang Memberi waktu untuk
terdekatnya. mengekspresikan perasaan,
menghilangkan ansietas dan
perilaku adaptasi.

Daftar Pustaka

Helmi, Zirin Noor. 2013. Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta : Salemba
Medika
Lukman, Nurna Ningsih , 2009, Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan
Muskuloskeletal. Salemba Medika, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai