Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN HNP

DEFINISI

Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah gangguan yang melibatkan rupture annulus pulposus
(cincin luar diskus) sehingga nucleus pulposus menonjol (mengalami herniasi) dan menekan
akar saraf spinal, menimbulkan nyeri dan mungkin deficit neurologic. Sebagian besar terjado
antara L4 dan L5, menekan akr sara L5 dan S1, menekan akar saraf S1. ( Price, 2000)

ETIOLOGI

Region lumbalis merupakan bagian yang tersering mengalami HNP. Kandungan air diskus
berkurang seiring bertambahnya usia. Selain itu serat-serat menjadi lebih kasar dan
mengalami hialinisasi, yang ikut berperan menimbulkan perubahan yang menyebabkan
herniasi nucleu pulposus melalui annulus disertai penekanan akar saraf spinal. Umumnya
herniasi kemungkinan paling besar didaerahkolumna vertebralis tempat terjadnya transisi dari
segmen yang lebih banyak bergerak ke yang kurang bergerak (hubungan lumbosakral dan
servikotorakalis). (Price,2000)
PATOFISIOLOGI

TRAUMA STRESS FISIK

CINCIN KOSENTRIK NUKLEUS PULPOSUS PROTRUSIO DISKUS


ANULUS FIBROSUS MENGALAMI (INTAKE MENONJOL)
ROBEK HERNISI (HNP)

RENCANA TINDAKAN MENJEPIT AKAR SARAF MATERI NUKLEUS MENYUSUP


PEMBEDAHAN IPSILATERAL KELUAR DARI DISKUS
KEDALAM KANALIS SPINALIS

KURANGNYA
INFORMASI
NYERI

ANSIETAS DEFISIT
PENGETAHUAN
PERUBAHAN SENSAI, GANGGUAN RASA
PENURUNAN KERJA
REFLEK
NYAMAN

HAMBATAN MOBILTAS
FISIK

MANISFESTASI KLINIS

1. HNP Lumbal
a. Terjadi pada area L5-S1 dan L4-L5 yang jarang terjadi pada L3-L4.
b. Nyeri pinggang bawah yang intermiten (dalam periode beberapa minggu sampai
beberapa tahun)
c. Nyeri menjalar sesuai dengan distribusi saraf skhiatik (saraf iskhiadikus)
d. Sifat nyeri biasanya menghebat karena faktor-faktor pencetus seperti gerakan
pinggang, batuk, mengedan, berdiri, atau duduk untuk jangka waktu yang lama.
e. Nyeri berkurang bila istirahat berbaring
f. Sering mengeluh kesemutan (parestesia), baal, atau bahkan kekuatan otot
menurun sesuai dengan distribusi persrafan terlibat.
g. Pada pemeriksaan fisik terdapat tanda-tanda : spasme otot paravertebra lumbal
dan terbatasnya gerakan pinggang.
h. Tes laseque (mengangkat tungkai lurus keatas) dan tes kompresi poplitea
umumnya akan positif.
i. Defisit neurologis : penurunan atau hilangnya reflek akhiles dan lutut,
menurunnya sensasi raba atau tusuk pada distribusi dermatom, penurunan atau
hilangnya kekuatan otot motorik kelompok otot-otot tertentu.
2. HNP Servikal
a. Umumnya terjadi pada usia decade 3 dan 4.
b. Lokasi diarea parasentral unilateral karena pada area tersebut annulus fibrosus
adalah yang terlemah serta ligamennya tipis.
c. Pada C6 akan menimbulkan parestesia serta baal pada daerah distribusi persarafan
juga dapat kelemahan otot biseos dan penurunan flex bisebs.
d. Pada C6-C7 menyebabkan iritasi radiks C7 dan menampilkan gejala hiperalgesia
serta parestesia jari tengah.
e. Penurunan reflextriseps.
f. Central cord sindrom ditandai kelumpuhan akut atau tidak nyeri terutama pada
ekstermitas atas dimana bagian distal lebih berat daripada bagian proksimal.
g. Brown sequard syndrome yang menampilkan hemiseksi medual spinalis, dimana
terjadi kelemahan otot motorik serta sensorik (proprioseptif) ipsilateraldengan
gangguan sensorik (protopasi) kontralateral.
h. Anterior cord syndrome yang menampilkan gejala gangguan 2/3 bagian anterior
medulla spinalis. (Satyanegara)

PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Spinal X-Ray : Adanya kerusakan pada kolumna vertebralis


2. Myelografi : Menentukan adanya herniasi diskus atau derajat herniasi

3. Cairan Serebrospinalis : Protein mungkin meningkat


4. Elektromyografi : Menentukan kerusakan saraf dan otot
5. CT Scan : Adanya hernia diskus
6. MRI : Adanya hernia diskus

PENATALAKSANAAN

1. Penatalaksanaan umun
a. Bedrest dengan tempat tidur datar dan alas keras untuk mengurangi rasa nyeri dan
kerusakan saraf.
b. Fisioterapi : Mengurangi resiko gangguan immobilisasi, melancarkan peredaran
darah.
c. Traksi : Menstabilkan / memfiksasi lokasi kerusakan diskus.
d. Perubahan posisi : Mengurangi rasa nyeri dan resiko dekubitus.
e. Kebutuhan nutrisi

2. Pengobatan
a. Analgetik untuk mengurangi nyeri.
b. Relaksan otot : Metaxalone, Metthacarbamol, Chlorzazone.
c. Antiinflamasi : Phanyibutazone.
d. Antianxietas : Diazepam
3. Operasi
a. Laminektomi : Pengangkatan lamina vertebral dan degenerasi diskus, untuk
membebaskan tekanan pada akar saraf.
b. Lumbal / Cervikal mikrodisrektomi : Pengangkatan diskus yang mengalami
degenerasi dengan menggunakan teknik pembedaham mikro.
c. Spinal fusi : Menempatkan tulang baru pada kedua vertebra (bone graf) untuk
memfiksasi vertebra.

4. Terapi lain
Kemonukleolisis : yaitu menyuntikan 2000-4000 unit kimopapain (enzim dari lateks
papaya) kedalam diskus hernia yang sakit. Kimopapain menyebabkan hidrolisis
protein, menurunkan kemampuan mengikat air dalam nukleus polpusus sehingga
dapat membebaskan rasa nyeri radiks saraf.

KOMPLIKASI

1. Kelemahan motorik
2. Hilangnya sensori
3. Gangguan fungsi sensual
4. Inkontinensia bowel dan bladder

ASUHAN KEPERAWATAN PADA HNP

1. PENGKAJIAN
a. Identitas : usia, jenis kelamin, suku
b. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kejadian, tanda dan gejala.
2) Riwayat trauma, pembedahan, infeksi pada tulang belakang.
3) Riwayat pekerjaan seperti sering mengangkat beban berat.
c. Pemeriksaan fisik
1) Perubahan postur tubuh, cara berjalan.
2) Nyeri pada bagian belakang.
3) Nyeri pada saat digerakkan, bersin, batuk.
4) Kelemahan otot, kekuatan otot, spasme otot.
5) Hilangnya sensasi sensorik.
6) Refleks tendon trisep, achiles berkurang.
7) Kehilangan fungsi sensual, eliminasi bowel dan bladder.
8) Tanda Kernimg’s positif.
9) Test Lasegue terbatas, kurang dari 70°

d. Psikososial
1) Gangguan pola tidur.
2) Cepat tersinggung.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI


1. Nyeri berhubungan dengan kompresi saraf, spinal cord.
a. Data pendukung
1) Pasien mengatakan nyeri pada pinggang, punggung, tangan, leher yang
menjalar.
2) Pasien mengatakan nyeri pada bagian belakang saat membungkuk, bersin atau
batuk.
3) Ekspresi wajah kesakitan nampak kesakitan.
4) Spasme otot.
5) Gerakan pasien lambat.

b. Kriteria hasil
1) Pasien mengatakan dapat nyeri hilang atau terkontrol.
2) Pasien dapat mendemonstrasikan metode untuk mengontol atau
menghilangkan nyeri.
3) Meningkat aktivitas fisik
Rencana tindakan Rasional
1) Kaji rasa nyeri, lokasi, lamaya, 1) Menentukankeefektifan intervensi
faktor yang mencetus nyeri. mengatasi nyeri.
2) Pertahankan tirah baring dengan 2) Mengurangi rasa nyeri dengan
matras keras dibawahnya. mengurangi pergerakan dan posisi
3) Pertahankan traksi, korset, collar yang tepat.
servikal. 3) Traksi menurunkan rasa nyeri
4) Ajarkan teknik relaksasi dengan karena kompresi saraf spinal.
napas dalam dan alih posisi yang 4) Relaksasi otot, mengurangi
tepat. ketegangan, menurunkan stres
5) Lakukan kompres hangat pada pada otot.
lokasi nyeri tekan. 5) Relaksasi otot dan meningkat
6) Berikan obat analgetik, narkotik sirkulasi darah.
sesuai program. 6) Mengurangi rasa nyeri.
7) Kolaborasi dengan fisioterapi. 7) Menentukan intervensi lebih
lanjut

2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri, terapi pembatasan gerak.


a. Data pendukung
1) Pasien menyatakan kesulitan melakukan pergerakan.
2) Menurunnya aktivitas fisik.
3) Terbatasnya ROM.
4) Kelemahan otot ekstermitas, kekuatan otot berkurang.
5) Hilangnya sensori.
6) Spasme otot.
7) Refleks tendon menurun.

b. Kriteria hasil
1) Tidak ada kelemahan otot.
2) ROM maksimal.
3) Atropi tidak terjadi.
4) Meningkatnya aktivitas fisik.

Rencana tindakan Rasional


1) Kaji keadaan motorik, sensorik, 1) Untuk mengetahui adanya
refleks. ketidaknormalan pada motorik,
2) Pertahankan bedrest dan posisi sensorik, dan refleks.
yang tepat. 2) Untuk mengurangi pergerakan
3) Lakukan ROM pasif dan aktif. yang membuat keadaan semakin
4) Hindari hal-hal yang dapat parah.
meningkatkan nyeri seperti batuk, 3) Dilakukan ROM pasif dan aktif
bersin, gerakan-gerakan bertujan agar otot maupun sendi
peregangan. agar tidak kaku selama bedrest.
5) Monitor tanda dan gejala 4) Untuk tidak membuat tekanan
komplikasi imobilisasi. nyeri semakin besar.
6) Lakukan persiapan operasi sesuai 5) Komplikasi imobilisasi dapat
program. menimbulkan berbagai masalah
seperti : ISK, atrofi otot karena
desused, konstipasi, infeksi paru,
gangguan aliran darah, &
dekubitus.
6) Bertujuan agar persiapan siap dan
tidak ada kekurangan apapun.

DAFTAR PUSTAKA

Muscari, E. Mary. (2001). Panduan Belajar Keperawatan Pediatrik. Lippincott’s


review series : pediatric nursing, 3/e. ISBN 979-448-688-4.
Amin Huda, Hardhi Kusuma. 2016. Asuhan Keperawatan Praktis Jilid 1. Nazwar
Hamdani, Edtor. Bantul (ID): MediAction

Anda mungkin juga menyukai