Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

A. LatarBelakang
Hernia Nucleus Pulposus (HNP) adalah kondisi dimana terjadi
protrusi pada discus intervertebralis yang disebabkan karena injury dan
beban mekanik yang salah dalam waktu yang lama. Selain itu fyang
menyebabkan HNP adalah degeneratif dimana elastisitas dari annulus
fibrosus menurun sehingga menyebabkan robeknya annulus fibrosus.
Menurut Pooler (2009) lokasi pada lumbal spine 90% hingga 95% yang
paling sering terjadi injury yaitu pada L4-L5 dan L5-S1. Hal ini
disebabkan karena pada L4-L5 dan L5-S1 merupakan pusat penopang
beban tubuh terberat.
Kamori (2009) dalam Ciaccio, dkk (2012) mengatakan HNP
adalah kondisi patologis yang sering ditemui di rehabilitasi medis dimana
ditandai dengan kompresi dari satu atau lebih nerve roots. Gluteal dan
unilateral leg pain merupakan keadaan yang dirasakan oleh penderita
HNP, tergantung dengan nerve roots yang terkompresi. Penurunan
Lingkup Gerak Sendi (LGS) dan kehilangan kekuatan otot tungkai juga
merupakan keadaan yang dialami penderita HNP. Pada lokasi terkait juga
mengalami nyeri dan spasme. Peran Fisioterapi pada kondisi HNP pada
L5-S1 dengan modalitas Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation
(TENS), Activation Deep Muscle Exercise, dan Isotonic Resistive
Exercise adalah untuk mengurangi nyeri, meningkatkan nilai kekuatan
otot, dan meningkatkan aktivitas fungsional.

1
B. Tujuan
1. Tujuan Khusus
Mahasiswa dapat memahami penyakit dan asuhan keprawatan tentang
HNP (Hernia Nukleus Pulposus)
2. Tujuan Umum
a. Mahasiswa dapat mengetahui definisi HNP.
b. Mahasiswa dapat mengetahui patofisilogi dan pathway HNP
c. Mahasiswa dapat mengetahui eiologi dan tanda gejala HNP.
d. Mahasiswa dapat mengetahui komplikasi HNP.
e. Mahasiswa dapat mengetahui pemeriksaan penunjang dan
penatalaksanaan.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Hernia diskus ( disebut juga dengan hernia nukleus pulposus atau
diskus yang meleset/slipped disk). Hernia Nucleus Pulposus (HNP) adalah
turunnya kandungan annulus fibrosus dari diskus intervertebralislumbal
pada spinal canal atau rupture annulus fibrosus dengan tekanan dari
nucleus pulposus yang menyebabkan kompresi pada element saraf. Pada
umumnya HNP pada lumbal sering terjadi pada L4-L5 dan L5-
S1.Kompresi saraf pada level ini melibatkan root nerve L4, L5, dan S1.
Hal ini akan menyebabkan nyeri dari pantat dan menjalar ketungkai.
Kebas dan nyeri menjalar yang tajam merupakan hal yang sering dirasakan
penderita HNP. Weakness pada grup otot tertentu namun jarang terjadi
pada banyak grup otot (Lotkedkk, 2008).
B. Patofisiologi
Daerah lumbal adalah daerah yang paling sering mengalami
hernisasi pulposus, kandungan air diskus berkurang bersamaan dengan
bertambahnya usia. Selain itu, serabut menjadi kotor dan mengalami
hialisasi yang membantu perubahan yang mengakibatkan herniasi nukleus
purpolus melalui anulus dengan menekan akar-akar syaraf spinal.
Sebagian besar dari HNP terjadi pada lumbal antara VL 4 sampai
L5, atau L5 sampai S1. Arah herniasi yang paling sering adalah
posterolateral. Karena radiks saraf pada daerah lumbal miring ke bawah
sewaktu berjalan keluar melalui foramena neuralis, maka herniasi discus
antara L5 dan S1.
Perubahan degeneratif pada nukleus pulpolus disebabkan oleh
pengurangan kadar protein yang berdampak pada peningkatan kadar cairan
sehingga tekanan intra distal meningkat, menyebabkan ruptur pada anulus
dengan stres yang relatif kecil (Bararah, 2013)

3
C. Pathway

Proses Degeratif

Kehilangan protein polisakarida

Kandungan air menurun

Trauma Stress Okupasi

HNP

Nukleus pulposus terdorong

Ujung saraf spinal tertekan

Perubahan sensasi Nyeri Penurunan kerja


refleks

Gangguan Mobilitas Fisik

Sumber: Mardiyah, I (2017).

4
D. Etiologi
Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya HNP adalah sebagai
berikut :
1. Riwayat trauma
2. Riwayatpekerjaan yang perlumengangkatbebanberat, duduk,
mengemudidalamwaktu lama.
3. Sering membungkuk.
4. Posisi tubuh saat berjalan.
5. Proses degeneratif (usia 30-50 tahun).
6. Struktur tulang belakang.
7. Kelemahan otot-otot perut, tulang belakang. (Mardjono, 2009)
Penyebab dari Hernia Nucleus Pulposus (HNP) biasanya dengan
meningkatnya usia terjadi perubahan degeneratif yang mengakibatkan
kurang lentur dan tipisnya nucleus pulposus (Moore dan Agur, 2013).
Selain itu Hernia nucleus pulposus (HNP) kebanyakan juga disebabkan
karena adanya suatu trauma derajat sedang yang berulang mengenai discus
intervertebralis sehingga menimbulkan sobeknya annulus fibrosus. Pada
kebanyakan pasien gejala trauma bersifat singkat, dan gejala ini
disebabkan oleh cidera pada diskus yang tidak terlihat selama beberapa
bulan atau bahkan dalam beberapa tahun (Helmi, 2012)
E. Tanda dan Gejala
Bervariasi tergantung lokasi dan tingkat keparahan hernia.
1. Nyeri punggung bawah pada bokong, tungkai, dan telapak kaki,
biasanya unilateral
2. Nyeri mendadak setelah trauma, mereda dalam beberapa hari dan
kambuh dalam interval yang lebih pendek dengan intensitas nyeri
yang bertambah
3. Nyeri iskiadikus yang diawali dengan nyeri tumpul pada bokong

5
4. Gangguan sensorik dan motorik pada area yang dipersarafi radiks
saraf spinal yang mengalami kompresi dan pada stadium yang
lebih lanjut, akan terjadi kelemahan dan otrofi otot tungkai
F. Komplikasi
1. RU
2. Infeksi luka
3. Kerusakan penanaman tulang setelah fusi spinal ( Bararah, 2013 )
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
a. Daerah rutin
b. Cairan serebrospinal
2. Foto polos lumbosakral dapat memperlihatkan penyempitan pada
keeping sendi
3. CT Scan lumbosakral : dapat memperlihatkan letak disk protusion
4. MRI : dapat memperlihatkan perubahan tulang dan jaringan lunak
divertebra serta herniasi
5. Myelogram : dapat menunjukkan lokasi lesi untuk menegaskan
pemeriksaan fisik sebelum pembedahan
6. Elektromyografi : dapat menunjukkan lokasi lesi meliputi bagian akar
saraf spinal
7. Epidural venogram : menunjukkan lokasi herniasi
8. Lumbal functur : untuk mengetahui kondisi infeksi dan kondisi cairan
serebro spinal. (Bararah , 2013)
H. Penatalaksanaan
1. Terapi konservatif dini kecuali jika terjadi gangguan neurologik
yang berkembang cepat, mencakup tirah baring (dapat dilakukan
traksi pelvis) untuk beberapa hari, alat bantu (seperti penjepit/
penahan), kompres panas atau dingin, serta olahraga dan
fisioterapi.

6
2. Obat anti-inflamasi non-steroid seperti deksa-metason (Decadron)
atau pelemas otot seperti diazepam (Valium) atau metokarbamol
(Robaxin).
3. Pembedahan Laminectomyhanya dilakukan pada penderita yang
mengalami nyeri menetap dan tidak dapat diatasi (Bararah, 2013).
Penatalaksanaan menurutPinzon, 2012 :
1. Terapi fisik pasif
Terapi fisik pasif biasanya digunakan untuk mengurangi nyeri
punggung bawah akut, misalnya:
a) Kompres hangat/dingin
Kompres hangat/dingin ini merupakan modalitas yang
mudah dilakukan. Untuk mengurangi spasme otot dan
inflamasi. Beberapa pasien merasakan nyeri hilang pada
pengkompresan hangat, sedangkan yang lain pada
pengkompresan dingin.
b) Iontophoresis
Merupakan metode pemberian steroid melalui kulit. Steroid
tersebut menimbulkan efek anti inflamasi pada daerah yang
menyebabkan nyeri. Modalitas ini terutama efektif dalam
mengurangi serangan nyeri akut.
c) Unit TENS (Transcutaneous Electrical Nerve Stimulator)
Sebuah unit transcutaneous electrical nerve stimulator
(TENS) menggunakan stimulasi listrik untuk mengurangi
sensasi nyeri punggung bawah dengan mengganggu impuls
nyeri yang dikirimkan ke otak
d) Ultrasound
Ultrasound merupakan suatu bentuk penghangatan di
lapisan dalam dengan menggunakan gelombang suara pada
kulit yang menembus sampai jaringan lunak dibawahnya.
Ultrasound terutama berguna dalam menghilangkan

7
serangan nyeri akut dan dapat mendorong terjadinya
penyembuhan jaringan.
2. Latihan dan modifikasi gaya hidup
Berat badan yang berlebihan harus diturunkan karena akan
memperberat tekanan ke punggung bawah. Program diet dan
latihan penting untuk mengurangi NPB pada pasein yang
mempunyai berat badan berlebihan.Direkomendasikan untuk
memulai latihan ringan tanpa stres secepat mungkin. Endurance
exercisilatihan aerobit yang memberi stres minimal pada
punggung seperti jalan, naik sepeda atau berenang dimulai
pada minggu kedua setelah awaitan NPB.Conditional
execiseyang bertujuan memperkuat otot punggung dimulai
sesudah dua minggu karena bila dimulai pada awal mungkin
akan memperberat keluhan pasien.Latihan memperkuat otot
punggung dengan memakai alat tidak terbukti lebih efektif
daripada latihan tanpa alat.
3. Terapi Farmakologis
a. Analgetik dan NSAID (Non Steroid Anti Inflamation Drug)
Obat ini diberikan dengan tujuan untuk mengurangi nyeri
dan inflamasi sehingga mempercepat kesembuhan. Contoh
analgetik : paracetamol, Aspirin Tramadol. NSAID :
Ibuprofen, Natrium diklofenak, Etodolak, Selekoksib.
b. Obat pelemas otot (muscle relaxant) bermanfaat bila
penyebab NPB adalah spasme otot. Efek terapinya tidak
sekuat NSAID, seringkali di kombinasi denganNSAID.
Sekitar 30% memberikan efek samping mengantuk. Contoh
Tinazidin, Esperidone dan Carisoprodol.

8
c. Opioid
Obat ini terbukti tidak lebih efektif daripada analgetik biasa
yang jauh lebih aman. Pemakaian jangka panjang bisa
menimbulkan toleransi dan ketergantungan obat.
d. Kortikosteroid oral
Pemakaian kortikosteroid oral masih kontroversi. Dipakai
pada kasus HNP yang berat dan mengurangi inflamasi
jaringan.
e. Anelgetikajuvan
Terutama dipakai pada HNP kronis karena ada anggapan
mekanisme nyeri pada HNP sesuai dengan neuropatik.
Contohnya : amitriptilin, Karbamasepin, Gabapentin.
f. Suntikan pada titik picu
Cara pengobatan ini dengan memberikan suntikan
campuran anastesi lokal dan kortikosteroid ke dalam
jaringan lunak/otot pada titik picu disekitar tulang
punggung. Cara ini masih kontroversi. Obat yang dipakai
antara lain lidokain, lignokain, deksametason,
metilprednisolon dan triamsinolon.
4. Terapi operatif pada pasien dilakukan jika:
a. Pasien mengalami HNP grade 3 atau 4.
b. Tidak ada perbaikan lebih baik, masih ada gejala nyeri yang
tersisa, atau ada gangguan fungsional setelah terapi
konservatif diberikan selama 6 sampai 12 minggu.
c. Terjadinya rekurensi yang sering dari gejala yang dialami
pasien menyebabkan keterbatasan fungsional kepada
pasien, meskipun terapi konservatif yang diberikan tiap
terjadinya rekurensi dapat menurunkan gejala dan
memperbaiki fungsi dari pasien.
d. Terapi yang diberikan kurang terarah dan berjalan dalam
waktu lama.

9
Pilihan terapi operatif yang dapat diberikan adalah:
a. Distectomy
Pengambilan sebagian diskus intervertabralis.
b. Percutaneous distectomy
Pengambilan sebagian diskus intervertabralis dengan
menggunakan jarum secara aspirasi.
c. Laminotomy/laminectomy/foraminotomy/facetectomy
Melakukan dekompresi neuronal dengan mengambil
beberapa bagian dari vertebra baik parsial maupun total.
d. Spinal fusion dan sacroiliac joint fusion:
Penggunaan graft pada vertebra sehingga terbentuk
koneksi yang rigid diantara vertebra sehingga terjadi
stabilitas.

10
BAB III
KASUS

A. Pre-operatif
Pada tanggal 15 september 2018 pasien Tn.M datang ke rumah
sakit diantar oleh anak laki-lakinya yang bernama Tn.H. Tn.M berusia 56
tahun, beragama islam dan bekerja sebagai buruh tani. Pendidikan terakhir
Tn.M yaitu SD dan dirawat diruang melati dengan No RM (000987). Saat
dikaji pada tanggal 15 September 2018 didapatkan hasil TD: 120/90
mmHg, S: 37,3˚C, N: 86 x/menit, RR: 20 x/menit. Pasien mengatakan
sejak 5 hari yang lalu mengeluhkan sakit pada pinggang kiri bawah. Sakit
itu timbul tiba-tiba, sebelumnya pasien membungkuk untuk mengambil
buah-buah mangga yang jatuh didepan rumahnya. Saat ditanya skala nyeri
(0-10) tentang sakit pinggang, pasien mengatakan tingkat nyeri yang
dirasakan berada diangka 5-6. Nyeri itu dirasakan sepanjang hari, terutama
saat duduk. Nyeri juga bertambah saat pasien bersin dan mengejan. Nyeri
juga timbul saat pasien berjalan, namun nyeri berkurang saat pasien tidur
tengkurap, pasien merasa sakit pinggangnya mengganggu aktivitas sehari-
harinya. Namun pasien mengatakan masih bisa tertidur dimalam hari.
2 hari yang lalu SMRS pasien mengatakan mengonsumsi jamu
pegal linu sehari 1x, keluhan yang dirasakan berkurang. 1 hari SMRS
pasien mengatakan nyerinya bertambah hingga Tn.M memeriksakan diri
ke rumah sakit. Pasien telah melakukan pemeriksaan Laboratorium dan
Rontgen Vertebro-Lumbo-Sakral AP/Lateral. Menurut dokter harus
dilakukan operasi pada tanggal 16 September 2018. Setelah mengetahui
bahwa pasien akan dioperasi, pasien tampak cemas, bingung.

11
B. Intra-operatif
Pada tanggal 16 September 2018 pukul 12.00 WIB, Tn. M akan dilakukan
tindakan operasi laminektomi. Pasien telah melaksanakan persiapan
operasi. Pasien diberikan anastesi spinal. Pasien tampak pucat dan tertidur
karena tindakan anastesi. Kemudian dilakukan pembedahan pada area
lumbal (tulang belakang bagian bawah). TD 100/80 mmHg, N 72x /menit,
Rr 20x /menit, S 36,5 oC.

C. Post-operatif
Pada tanggal 16 September 2018 pukul 13.00 Tn. M telah selesai
di lakukan prosedur operasi laminektomi. Setelah sadar penuh klien
mengeluhkan nyeri pada luka sekitara operasi, klien mengatakan nyerinya
terasa senut senut, saat di tanya nilai nyeri 1-10 klien mengatakan nyerinya
bernilai 6. Nyeri yang di rasa klien menurutnya terus menerus, walaupun
hanya diam saja nyerinya tetap terasa. Klien masih dengan posisi yang
sama seperti saat dari ruang operasi(supinasi). Klien mengatakan masih
takut bergerak gerak karena takut nyerinya bertambah dan menghambat
penyembuhan. Klien tampak menggunakan korset.

12
BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pre-Operasi
Pada tanggal 15 september 2018 pasien Tn.M datang ke rumah
sakit diantar oleh anak laki-lakinya yang bernama Tn.H. Tn.M berusia 56
tahun, beragama islam dan bekerja sebagai buruh tani. Pendidikan terakhir
Tn.M yaitu SD dan dirawat diruang melati dengan No RM (000987). Saat
dikaji pada tanggal 15 September 2018 didapatkan hasil TD: 120/90
mmHg, S: 37,3˚C, N: 86 x/menit, RR: 20 x/menit. Pasien mengatakan
sejak 5 hari yang lalu mengeluhkan sakit pada pinggang kiri bawah. Sakit
itu timbul tiba-tiba, sebelumnya pasien membungkuk untuk mengambil
buah-buah mangga yang jatuh didepan rumahnya. Saat ditanya skala nyeri
(0-10) tentang sakit pinggang, pasien mengatakan tingkat nyeri yang
dirasakan berada diangka 5-6. Nyeri itu dirasakan sepanjang hari, terutama
saat duduk. Nyeri juga bertambah saat pasien bersin dan mengejan. Nyeri
juga timbul saat pasien berjalan, namun nyeri berkurang saat pasien tidur
tengkurap, pasien merasa sakit pinggangnya mengganggu aktivitas sehari-
harinya. Namun pasien mengatakan masih bisa tertidur dimalam hari.
2 hari yang lalu SMRS pasien mengatakan mengonsumsi jamu
pegal linu sehari 1x, keluhan yang dirasakan berkurang. 1 hari SMRS
pasien mengatakan nyerinya bertambah hingga Tn.M memeriksakan diri
ke rumah sakit. Pasien telah melakukan pemeriksaan Laboratorium dan
Rontgen Vertebro-Lumbo-Sakral AP/Lateral. Menurut dokter harus
dilakukan operasi pada tanggal 16 September 2018. Setelah mengetahui
bahwa pasien akan dioperasi, pasien tampak cemas, bingung.

13
Pengkajian
Nama : Tn.M
Usia : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Buruh Tani
Diagnosa Masuk : HNP
Tanggal Masuk : 15 September 2018
Tanggal Pengkajian : 15 September 2018
1. Keluhan Utama
Pasien mengatakan sakit pada pinggangnya, saat ditanya skala
nyeri 0-10 pasien mengatakan nyeri berada pada skala 5-6. Nyeri juga
bertambah saat pasien bersin dan mengejan, namun nyeri berkurang
saat pasien tidur tengkurab. Pasien mengatakan nyeri mengganggu
aktivitasnya.
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengatakan sejak 5 hari yang lalu mengeluhkan sakit pada
pinggang kiri bawah. Sakit itu timbul tiba-tiba, sebelumnya pasien
membungkuk untuk mengambil buah-buah mangga yang jatuh didepan
rumahnya, tingkat nyeri yang dirasakan berada diangka 5-6. Nyeri itu
dirasakan sepanjang hari, terutama saat duduk. Nyeri juga bertambah
saat pasien bersin dan mengejan. Nyeri juga timbul saat pasien
berjalan, namun nyeri berkurang saat pasien tidur tengkurap, pasien
merasa sakit pinggangnya mengganggu aktivitas sehari-harinya.
Namun pasien mengatakan masih bisa tertidur dimalam hari.
3. Riwayat Penyakit Terdahulu
Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit dan alergi obat.
4. Masalah/Diagnosa Medik
HNP

14
5. Pemeriksaan
a. Keadaan Umum
Compos Mentis, GCS: E4M5V6
TD: 120/90 mmHg P: 20x/m N: 86x/m S: 37,3˚C
b. Pemeriksaan Fisik
Ekstermitas
Pasien mengatakan sakit pada pinggang tengah saat kaki diangkat.
Tidak ada luka pada ekstermitas atas kanan dan kiri. Tidak ada
luka pada ekstermitas bawah kanan dan kiri. Kekuatan otot
masing-masing bagian memiliki score 5.
4. Tes Diagnostik
a. Pemeriksaan Laboratorium pada tanggal 15 September pukul
11.00 WIB.
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
Hematologi
Hemoglobin 12,3 g/dl 13,5-17,5
Leukosit 7.6 ribu 4-10
Eritrosit 3,87 juta 4,5-5,8
Hematokrit 36,3 % 40-50
Trombosit 280 ribu 150-400
Kimia Klinik
Glukosa puasa 85 mg/dl 82-115
Glukosa 2 jam pp 71 mg/dl <120
SGOT 17 U/L 0-50
SGPT 18 IU/L 0-50
Ureum 24.5 mg/dl 10-50
Kreatinin 0,66 mg/dl 0.62-1.1
Asam urat 5.06 mg/dl 2-7
Kolesterol 222 mg/dl 200-239 resiko
sedang

15
HDL-Kolesterol 48 mg/dl 26-63
LDL-Kolesterol 136,4 mg/dl <150
Trigliserida 193 mg/dl 70-140
b. Pemeriksaan Rontgen Vertebro-Lumbo-Sakral AP/Lateral pada
tanggal 15 September 2018 pukul 15.30 WIB.
Kesan:
-Alignment kurang lordotik
-Spondilosis lumbalis
-Penyempitan pada diskus intervertebralis L3-L4.
Pengelompokan Data
Data Subjektif Data Objektif
1. Pasien mengatakan nyeri 1. Nyeri saat ditekan pada bagian
P: mengambil buah (berat) pinggang tengah.
Q: ditusuk-tusuk Pasien terlihat meringis.
R: pinggang tengah (lumbal)
S: 5-6 (sedang)
T: terus menerus.
2. Pesien mengatakan nyeri 2. Pasien tampak meringis saat
bertambah saat duduk, berjalan, akan duduk dan saat melakukan
bersin dan mengejan. aktivitas yang lain.
Pasien mengatakan nyerinya
mengganggu aktivitasnya.
3. Pasien mengatakan cemas karena 3. Wajah pasien tampak cemas,
akan dilakukan operasi. tidak fokus.
Pasien tampak gelisah.

16
Analisa Data

Data Etiologi Problem


Senin, 15 September 2018 Senin, 15 September Senin, 15 September
2018 2018

Do: Pasien mengatakan Agens Cedera Biologi Nyeri Akut


nyeri.
P: mengambil buah
(berat)
Q: ditusuk-tusuk
R: pinggang tengah
(lumbal)
S: 5-6 (sedang)
T: terus menerus.
Ds: Nyeri saat ditekan
pada bagian pinggang
tengah.
Pasien terlihat
meringis.

Ds: Pasien mengatakan Ancaman pada status Ansietas


cemas karena akan terkini
dilakukan operasi.

Do: Wajah pasien tampak


cemas, tidak fokus.
Pasien tampak gelisah.

17
Nursing Care Plan
No Diagnosa Pererncanaan
Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
1. Senin, 15 Setelah 1. Kaji nyeri 1. Mengetahui
September 2018 dilakukan secara tingkat
tindakan komperhen nyeri.
Nyeri Akut bd keperawatan, sif.
Agens Cedera diharapkan 2. Ajarkan 2. Mengurangi
Biologis nyeri dapat tehnik nyeri dan
Kode: 00132 berkurang relaksasi lebih rileks.
Domain:12 dengan nafas
kenyamanan. kriteria hasil: dalam. 3. Agar pasien
Kelas: 1. 1. Nyeri 3. Edukasi mengetahui
Kenyamanan fisik dapat kepada teknik
berkuran pasien mengontrol
Do: Pasien g menjadi teknik nyeri.
mengatakan nyeri. skala 2 mengontrol 4. Mengurangi
P: mengambil 2. Pasien nyeri. nyeri.
buah (berat) dapat 4. Kolaborasi
Q: ditusuk-tusuk mengontr pemberian
R: pinggang ol nyeri. obat.
tengah (lumbal) 3. Dapat
S: 5-6 (sedang) mengetah
T: terus menerus. ui
Ds: Nyeri saat penyebab
ditekan pada nyeri
bagian pinggang
tengah.
Pasien terlihat
meringis.

18
No Diagnosa Pererncanaan
Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
2. Senin, 15 September Setelah 1. Beri 1. Agar pasie
2018 dilakukan informasi tidak cemas,
tindakan tentang saat akan
Ansietas bd ancaman keperawatan, prosedur melakukan
pada status terkini. diharapkan operasi. operasi dan
Kode: 00146 ansietas dapat telah
Domain: 9 berkurang mengetahui
koping/toleransi dengan prosedure
stres. kriteria hasil: tersebut.
Kelas: 2 respon 1. Perasaan 2. Anjurkan 2. Agar pasien
koping. gelisah keluarga tidak merasa
berkurang. untuk sendiri
Ds: Pasien 2. Wajah selalu (bingung).
mengatakan cemas tidak mendamp
karena akan cemas. ingi.
dilakukan operasi. 3. Dapat 3. Ajarkan 3. Lebih rileks.
mengontr teknik
Do: Wajah pasien ol cemas relaksasi.
tampak cemas, 4. Kaji 4. Untuk
tidak fokus. tanda mengetahui
Pasien tampak verbal tanda verbal
gelisah dan non dan non
verbal. verbal.

19
B. Intra-operatif
Pada tanggal 16 September 2018 pukul 12.00 WIB, Tn. M akan dilakukan
tindakan operasi laminektomi. Pasien telah melaksanakan persiapan
operasi. Pasien diberikan anastesi spinal. Pasien tampak pucat dan tertidur
karena tindakan anastesi. Kemudian dilakukan pembedahan pada area
lumbal (tulang belakang bagian bawah). TD 100/80 mmHg, N 72x /menit,
Rr 20x /menit, S 36,5 oC.
Pengelompokkan Data
Ds Do
- - klien di bius dengan anastesi
spinal
- klien mengalami penurunan
kekuatan ekstremitas bagian
bawahmobilitas terbatas
- Klien menjalani pembedahan
pada area lumbal
- Klien dalam keadaan tidak
sadar karena pengaruh
anastesi

20
Analisa Data
Data Etiologi Problem
Do : Anastesi narkotik Resiko jatuh
a. klien di bius dengan
anastesi spinal
b. klien mengalami
penurunan kekuatan
ekstremitas bagian
bawah
c. mobilitas terbatas
Ds :
-

Do : Proses pembedahan Resiko perdarahan


a. Klien menjalani
pembedahan pada
area lumbal
b. Klien dalam
keadaan tidak
sadar karena
pengaruh anastesi
Ds :
-

21
Nursing Care Plan
No Diagnosa Pererncanaan
Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
3. Selasa, 16 september Setelah 1. Berikan 1. Ketidak
2016 dilakukan petunjuk seimbanga
Resiko jatuh tindakan sederhana n proses
berhubungan dengan keperawatan dan singkat pemikiran
anastesi narkotik selama ± 45 pada pasien akan
ditandai dengan menit resiko tentang membuat
Do : jatuh dapat posisi saat pasien
d. klien di bius diminimalisir operasi merasa
dengan anastesi dengan kriteria kesulitan
spinal klien tidak 2. Siapkan dalam
e. klien mengalami jatuh peralatan memahami
penurunan dan bantalan petunjuk
kekuatan untuk posisi yang
ekstremitas bagian yang panjang
bawah dibutuhkan 2. Bantalan
f. mobilitas terbatas sesuai diperlukan
Ds : - prosedur untuk
operasi dan melindungi
kebutuhan bagian-
spesifik bagian
klien tubuh yang
3. Letakkan menonjol
eletroda untuk
penetral mencegah
(bantalan terjadinya
elektrokaut) penekanan
yang saraf

22
meliputi 3. Mencegah
seluruh terjadinya
massa otot- perlukaan
otot yang akibat alat
paling besar elektronik.
dan
yakinkan
bahwa
bantalan
berada pada
posisi yang
baik.
4. Stabilkan
baik kereta
pasien
maupun
meja operasi
pada waktu
memindahk
an pasien ke
dan dari
meja
operasi.

23
No Diagnosa Pererncanaan
Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
4. Selasa, 16 September Setelah a. Lindungi 1.Cegah
2018 dilakukan sekitar kulit kerusakan
Resiko perdarahan tindakan dan anatomi integritas kulit.
berhubungan dengan perawatan yang sesuai 2.Kemungkinan
proses pembedahan selama ± seperti terjadinya
ditandai dengan 45 menit penggunaan kekurangann
Do : resiko kassa untuk cairan, yang
c. Klien menjalani perdarahan menghentik mempengaruhi
pembedahan dapat an keselamatan
pada area lumbal dicegah perdarahan pemakai obat
d. Klien dalam dengan b. Pantau anestesi,fungsi
keadaan tidak kriteria pemasukan organ dan
sadar karena tidak dan kondisi pasien
pengaruh terjadi pengeluaran 3.Kegagalan
anastesi perdarahan cairan fungsi alat dapat
Ds : - . selama terjadi selama
prosedur prosedur operasi.
operasi
dilakukan.
Pastikan
keamanan
elektrikal
dan alat-alat
yang
digunakan
selama
prosedur
operasi.

24
Misalnya
kabel coter
pada
keadaan
utuh.

25
C. Post-Operatif
Pada tanggal 16 September 2018 pukul 13.00 Tn. M telah selesai di
lakukan prosedur operasi laminektomi. Setelah sadar penuh klien
mengeluhkan nyeri pada luka sekitara operasi, klien mengatakan nyerinya
terasa senut senut, saat di tanya nilai nyeri 1-10 klien mengatakan nyerinya
bernilai 6. Nyeri yang di rasa klien menurutnya terus menerus, walaupun
hanya diam saja nyerinya tetap terasa. Klien masih dengan posisi yang
sama seperti saat dari ruang operasi(supinasi). Klien mengatakan masih
takut bergerak gerak karena takut nyerinya bertambah dan menghambat
penyembuhan. Klien tampak menggunakan korset.

Pengelompokan Data
Data Subjektif Data Objektif
Pasien mengatakan nyeri pada luka Pasien tampak meringis kesakitan.
operasi.
P: Post Operasi
Q: terasa senut-senut
R: tulang belakang (punggung)
S: skala 6 (0-10)
T: terus-menerus

Pasien mengatakan takut bergerak Pasien tampak membatasi


karena takut nyerinya bertambah pergerakan tubuhnya.
dan menghambat penyembuhan.

26
Analisa Data
Data Etiologi Problem
Ds: Agens cedera fisik Nyeri akut
Pasien mengatakan
nyeri pada luka operasi.
P: Post Operasi
Q: terasa senut-senut
R: tulang belakang
(punggung)
S: skala 6 (0-10)
T: terus-menerus
Do:
Pasien tampak meringis
kesakitan.
Ds: Intoleran aktivitas Hambatan mobilitas
Pasien mengatakan fisik
takut bergerak karena
takut nyerinya
bertambah dan
menghambat
penyembuhan.
Do:
Pasien tampak
membatasi pergerakan
tubuhnya.

27
Nursing Care Plan
Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
Selasa, Setelah di 1. Monitor 1. Melalui
September 2018 lakukan tindakan Tanda Tanda TTV dapat
1. Nyeri akut 3x24 jam di Vital(TD, menggamba
berhubungan harapkan nyeri Nadi, rkan sakit
dengan agen akut klien dapat Pernafasan, yang di rasa
cidera fisik teratasi dengan suhu) klien
(domain 12, kelas kriteria hasil: Kode 6680 2. Dengan di
1, kode Dx 1. Tanda tanda 2. Lakukan lakukan
00132). vital dalam pengkajian pengkajian
batas normal nyeri nyeri dapat
(TD: 120/80 Kode 1400 mengetahui
mmHg, N: 3. Tunjukan keparahan
60- atau nyeri yang
100x/menit, praktekan di rasa klien
pernafasan teknik dan dapat
16-20x/menit, relaksasi menentukan
suhu 36-37,5) pada klien intervensi
Domain Kode 6040 selanjutnya
kesehatan 4. Berikan dan 3. Relaksasi
Fisiologis(II), dokumentasi dapat
Kelas Metabolik kan mengurangi
(I) pemberian sensasi rasa
2. Nyeri dapat obat nyeri
Turun dari Kode 2300 4. Dapat
skala 6 memberikan
menjadi 4 terapi
Domain Kondisi farmakologi
kesehatan yang yang dapat
di rasa (V), mengurangi

28
Kelas status rasa nyeri
gejala(V) Kode
2102
3. Hambatan Setelah di 1. Monitor 1. Sebagai
mobilitas lakukan tindakan kemampua panduan
fisik 3x24 jam di n gerak latihan
berhubun harapkan klien klien gerak klien
gan mampu Kode 0221 2. Posisi yang
dengan mengatasi 2. Tempatkan sesuai akan
intoleran hambatan klien dalam mendukung
aktivitas mobilitas posisi proses
(Domain fisiknya dengan terapeutik penyembuh
4, kleas 2, kriteria hasil: yang sudah an
kode dx. 1. Klien mampu di rancang 3. Dapat
00085) berpindah Kode melatih
dari tempat 0840 kembali
tidur ke kursi 3. Dorong otot yang
Domain fungsi klien untuk sakit
kesehatan kelas melakukan
mobilitas (C) ROM 4. Kebutuhan
2. Kemudahan pasif/aktiv dasar klien
dalam Kode 0840 terpenuhi
melakukan 4. Bantu dan
Activity Daily perawatan mengurangi
Living (ADL) diri klien cidera
Domain fungsi Kode 1800
kesehatan, kelas
pemeliharaan
energi(A)
3. Mampu
melakukan

29
fleksi 90
drajat(duduk)
Domain Fungsi
kesehatan, kelas
mobilitas C

30
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah dilakukan terapi sebanyak 6 kali pada pasien dengan
kondisi Hernia Nucleuss Pulposus (HNP) L5-S1 dengan pemberian TENS,
Activation Deep Muscle Exercise, dan isotonic resistive exercise
didapatkan hasil sebagai berikut:
1. Penurunan tingkat nyeri.
2. Peningkatan nilai kekuatan otot tungkai kiri.
3. Aktifitas fungsional meningkat.

B. Saran
1. Kepada Pasien
Pasien disarankan untuk mengulangi latihan yang diberikan
fisioterapis karena semua program yang telah diberikan juga akan
lebih maksimal hasilnya apabila pasien juga melakukannya di rumah
secara rutin. Latihan dengan bersungguh-sungguh dan semangat
sehingga diharapkan akan tercapai keberhasilan. Khusus penderita
Hernia Nucleus Pulposus (HNP) L5-S1 dengan permasalahan yang
ada, disarankan untuk mengurangi aktifitas mengangkat beban berat
yang berlebihan, menggunakan korset lumbal saat beraktivitas, dsb.
2. Kepada Fisioterapis
Dalam memberikan terapi hendaknya fisioterapis melakukan tindakan
Sesuai dengan prosedur yang ada. Selain itu fisioterapis perlu
meningkatkan kemampuan diri baik secara teori maupun praktek.
3. Kepada Instasi Kesehatan atau Rumah Sakit
Hendaknya selalu mengutamakan kepentingan pasien dalam
melakukan pelayanan kesehatan dan selalu meningkatkan mutu baik
pelayanan, alat-alat kesehatan, maupun tenaga medis yang ahli
dibidangnya masing-masing.

31
4. Kepada Masyarakat
Kepada masyarakat umum diharapkan untuk berhati-hati dalam
melakukan aktivitas yang dapat menyebabkan Hernia Nucleus
Pulposus (HNP). Apabila mendapat tanda dan gejala seperti pada
Hernia Nucleus Pulposus (HNP) diharapkan untuk segera
memeriksakan kepada institusi kesehatan yang ada, untuk
mendapatkan penanganan yang tepat sehingga diharapkan dapat
mempercepat proses penyembuhan.

32
DAFTAR PUSTAKA

Bararah Taqiyyah. 2013. Asuhan Keperawatan Panduan Lengkap Menjadi


Perawat Profesional Jilid 2. Jakarta : Prestasi Pustaka Karya
Ciaccio, E. Di, dkk. 2012. “Herniated Lumbar Disc Treated With Global Postural
Reeducation.A Middle-term Evaluation”. European Review For Medical
andPharmalogical Sciences, 16:1072-1077.
HelmiZairin, N, 2012. Buku Ajar GangguanMuskuloskeletal. Jakarta: Salemba
Medika.
Lily l. Rilantono. 2012. Penyakit Kardiovaskular (PKV). Jakarta : FKUI
Mardiyah, I. 2017. Asuhan Keperawatan Hernia Nukleus Pulposus. Jember:
Universitas Jember.
https://www.academia.edu/33252177/Asuhan_keperawatan_Hernia_Nukle
us_pulpous_fix.docx diakses tanggal 18 september 2018 pukul 14.00 WIB.
MardjonoMahar dan SidhartaPriguna. 2009. Neurologi Klinis Dasar. Dian
Rakyat: Jakarta.
Moore, Keith L dan A. M. R. Agur. 2013. Clinically Oriented Anatomy.
Philladhelpia: Lippincott Williams & Wilkins.
Pinzon, Rizaldy. 2012.Profil Klinis Pasien Nyeri Punggung Akibat Hernia
Nukelus Pulposus. Vol 39. SMF Saraf RS Bethesda Yogyakarta.
Indonesia. Hal 749-751
Pooler, Charlotte. 2009. Porth Pathophysiology: Concepts of Altered Health
States.Wolters Kluwer Health: Lippincott Williams & Wilkins.

33

Anda mungkin juga menyukai