Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH SISTEM PERSYARAFAN DAN IMUNITAS

HNP

Disusun Oleh :

Cristine Kesti Arina ( 201711013)

Fernando Anjas P (201711019)

Gracelia Perdana Dewi (201711023)

Hana Debora Boru H ( 201711024)

Mariati Thanti S (201711028)

Carolin Krismia A H (201711046)

Cindy Nonia Widjiyono (201711047)

Ignatius Prabayu M ( 201711056)

Klara Destri E (201711058)

Program Diploma III

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Panti Rapih

Yogyakarta
BAB 1

A. Konsep Dasar Penyakit


1. Pengertian

Hernia Nukleus Pulposus ,yang disebut juga rupture diskus


intervertebralis ,terjadi ketika seluruh tubuh atau sebagian nukleus pulposus
(bagian tengah diskus intervertebralis yang lunak dan mirip gelatin)
terdorong melalui cincin luar (anulus fibrosus) yang melemah atau robek
sehingga disus menjadi disfungsional dan menciptakan tekanan pada satu
sara spinal atau lebih.

Diskus intervertebralis adalah lempengan kartilago yang berbentuk


sebuah bantalan di antara dua tulang belakang . Material yang keras dari
fibrosa digabungkan dalam satu kapsul. Bantalan seperti bola di bagian
tengah diskus dinamakan nukleus pulposus. Pada herniasi diskus
intervertebralis (ruptur diskus), nukleus pada diskus menonjol ke dalam
anulus (cincin fibrosa) sekitar discus dengan akibat kompresi saraf. (Arif
Muttaqin, 2008)

Herniasi nukleus pulposus (HNP) terjadi kebanyakan oleh karena


adanya suatu trauma derajat sedang yang berulang mengenai diskus
intervertebralis sehingga menimbulkan sobeknya anulus fibrosus. (Arif
Muttaqin, 2008)
2. Klasifikasi
Hernia Nukleus Pulposus terbagi dalam 4 grade berdasarkan keadaan
herniasinya, dimana ekstrusi dan sequestrasi merupakan hernia yang
sesungguhnya, yaitu:
a. Protrusi diskus intervertebralis : nukleus terlihat menonjol ke satu
arah tanpa kerusakan annulus fibrosus.
b. Prolaps diskus intervertebral : nukleus berpindah, tetapi masih dalam
lingkaran anulus fibrosus.
c. Extrusi diskus intervertebral : nukleus keluar dan anulus fibrosus dan
berada di bawah ligamentum, longitudinalis posterior.
d. Sequestrasi diskus intervertebral : nukleus telah menembus
ligamentum longitudinalis posterior

Nukleus pulposus yang mengalami herniasi ini dapat menekan


nervus di dalam medulla spinalis jika menembus dinding diskus (annulus
fibrosus); hal ini dapat menyebabkan nyeri, rasa tebal, rasa keram, atau
kelemahan. Rasa nyeri dari herniasi ini dapat berupa nyeri mekanik,
yang berasal dari diskus dan ligamen; inflamasi, nyeri yang berasal dari
nucleus pulposus yang ekstrusi menembus annulus dan kontak dengan
suplai darah; dan nyeri neurogenik, yang berasal dari penekanan pada
nervus.

3. Etiologi
HNP biasanya disebabkan oleh kerusakan akibat penggunaan selama
bertahun-tahun dengan sedikit retakan di annulus yang melemahkan cincin
kartilago suportif. Kemudian pada suatu hari ketika indivdu tersebut bersin,
tiba-tiba terjadi herniasi. Trauma akut akibat jatuh atau pukulan ke
punggung atau leher juga dapat menyebabkan herniasi mendadak.
Penyebab HNP antaralain karena trauma atau regangan (strain) yang
berat dan degenerasi sendi intervertebralis. Pada kebanyakan klien gejala
trauma bersifat singkat.Gejala ini disebabkan oleh cedera pada diskus yang
tidak terlihat selama beberapa bulan atau tahun. Kemudian pada generasi
diskus, kapsulnya terdorong ke arah medula spinalis, atau mungkin ruptur
dan memungkinkan nukleus pulposus terdorong terhadap sakus dural
atauterhadap saraf spinal saat muncul dari columna spinal. (Arif Muttaqin,
2008, 349)

Faktor resiko yang meningkatkan seseorang mengalami HNP :

a. Usia
Usia merupakan faktor utama terjadinya HNP karena annulus fibrosus lama
kelamaan akan hilang elastisitasnya sehingga menjadi kering dan keras,
menyebabkan annulusfibrosus mudah berubah bentuk dan ruptur..

b. Trauma
Terutama trauma yang memberikan stress terhadap columna vertebralis,
seperti jatuh.
c. Pekerjaan
Pekerjaan terutama yang sering mengangkat barang berat dan cara
mengangkat barang yang salah, meningkatkan risiko terjadinya HNP
d. Gender
Pria lebih sering terkena HNP dibandingkan wanita (2:1), hal ini terkait
pekerjaan dan aktivitas yang dilakukan pada pria cenderung ke aktifitas
fisik yang melibatkan columna vertebralis
4. Pathway

Trauma Stress Fisik

Cincin konsentrik Nukleus Pulposus


Protrusio Disus (intake
Anulus Fibrosus Robek mengalami herniasi
menonjol)
(HNP)

Materi Nukleus
Rencana Tindakan Menjepit akar saraf menyusup keluar dari
pembedahan ipsilateral diskus kedalam kanalis
spinalis

Kurangnya Nyeri
Informasi

Ansietas -Perubahan Sensasi Gangguan rasa


-Penurunan kerja reflek nyaman
Defisit Pengetahuan

Hambatan mobilitas fiisk


5. Tanda dan Gejala
Menurut Nurarif,dkk (2015) :

a. HNP Lumbal biasanya terjadi di daerah didaerah L5-S1 dan L4-L5


Nyeri pinggang bawah yang intermiten (dalam periode beberapa minggu
hingga beberapa tahun), rasa nyeri menjalar sesuai dengan distribusi saraf
skhiatik (saraf iskhiaikkus)
b. Nyeri hebat bisa timbul karena faktor-faktor pencetus seperti gerakan
pinggang,batuk,mengejan,berdiri atau duduk untuk jangka waktu yang lama.
Nyeri dapat berkurang bila istirahat serta berbaring ditempat tidur yang keras.
c. Rasa kesemutan (parastesia),baal, atau kekuatan otot menurun sesuai dengan
distribusi persyarafan yang terlibat.
d. Terdapat spasme otot(kaku otot) paravertebra lumbal & terbatasnya gerakan
pinggang.
e. Tes laseque (mengangkat tungkai lurus ke atas) & tes kompresi poplotea
umumnya akan positif.
f. Defisit neurologis, penurunan / hilangnya reflek akhiles & lutut, menurunnya
sensasi tusuk pada distribusi dermatom,penurunan /hilangnya kekuatan
motorik kelompok otot-otot tertentu.

6. Pemeriksaan penunjang
Menurut Nurarif,dkk(2015)
a. Pemeriksaan MRI , Pemeriksaan ini tergolong non-invasif, dan dapat
memberikan gambaran secara seksional pada lapisan melintang dan
longitudinal. MRI dapat memperlihatkan perubahan tulang dan jaringan
lunak divertebra serta herniasi
b. Pemeriksaan Radiologis
Foto Polos, posisi AP dan lateral dari vertebra lumbal dan panggul
(sendi sacroilliaka) bertujuan untuk melihat adanya penyempitan discus serta
penyakit degeneratif kelainan bawaan dan vertebra yang tidak stabil
(spondililistesis).

Menurut Arif Muttaqin, (2008),


c. Laboratorium
1) Darah rutin
2) Cairan cerebrospimal
d. Foto polos lumbosakral dapat memperlihatkan penyempitan pada keping
sendi
e. CT Scan lumbosakral dapat memperlihatkan letak disk protusion
f. Mylogram dapat menunjukan lokasi lesi untuk menegaskan pemeriksaan
fisik sebelum pembedahan
g. Elektromygrafi dapat menunjukan lokasi lesi meliputi bagian akar syraf
spinal
h. Epidural venofram menunjukan lokasi herniasi

7. Penatalaksanaan
a. Medikamentosa
1) Analgesik dan NSAID ( non steroid anti inflamation drug )
Obat ini diberikan dengan tujuan untuk mengurangi nyeri
dan inflamasi sehingga mempercepat kesembuhan. Contoh :
ibuprofen, natrium diklofenak, etodolak, selekoksib.
2) Obat pelemas otot ( muscle relavant )
Bermanfaat bisa penyebab HNP adalah spasme otot. Efek
terapinya tidak sekuat NSAID, seringkali di kombinasikan dengan
NSAID. Sekita 30% memberikan efek samping mengantuk.
Contoh : Tinazadin, esperidone dan carisprodol.
3) Opioid
Obat ini terbukti tidak lebih efektif dari pada analgetik
biasa yang jauh lebih aman. Pemakaian jangka panjang bisa
menimbulkan toleransi dan ketergantungan obat.
4) Kortikosteroid oral
Pemakaian kortikosteroid oral masih kontroversi. Dipakai
pada kasus HNP yang berat dan mengurangi inflamasi jaringan.
5) Analgetik ajuvan
Terutama dipakai pada HNP kronis karena ada anggapan
mekanisme nyeri pada HNP sesuai dengan neuropatik. Contoh :
amitriptilin, karbamasepin. Gabapentin.
6) Suntikan pada titik picu
Cara pengobatan ini dengan memberikan suntikan
campuran anastesi lokal dan kortikosteroid ke dalamjaringan
lunak/otot pada titik picu disekitar tulang punggung. Cara
inimasih kontroversi. Obat yang dipakai antara lain lidokain,
lognokain, deksametason, metilprednisolon dan triamsinolon.
7) AINS ( anti inflamasi non steroid ) seperti : poroksikan
8) Anti depresan trisiklik ( amitriptilin )
9) Obat penenang minor

b. Penatalaksanaan kepeerawatan HNP :


1) Terapi Konservatif
a) Tirah baring
Penderita harus tetap berbaring di tempat tidur selama
beberapa hari dengan sikap yang baik. Sikap yang baik adalah sikap
dalam posisi setengah duduk, tungkai dalam sikap fleksi pada sendi
panggul dan lutut tertentu. Tempat tidur tidak oleh memakai
pegas/per, dengan demikiran tempat tidur harus diberi papan yang
lurus dan ditutup dengan lembar busa tipis. Tirah baring bermanfaat
untuk nyeri punggung bawah mekanik akut. Lama tirah baring
bergantung pada berat ringnnya gangguan yang dirasakan penderita.
Pada HNP, klien melakukan latihan atau dipasang korset untuk
mencegah terjadinya kontraktur dan mengembalikan lagi fungsi-
fungsi otot.
b) Kompres hangat / dingin
Kompres hangat/dingin ini merupakan modalitas yang mudah
dilakukan. Untuk mengurangi spasme otot dan inflamasi.
c) Fisioterapi
Fisioterapi biasanya dalam bentuk diatermi ( pemanasan
dengan jangkauan permukaan yang lebih dalam ) untuk merelaksasi
otot dan mengurangi lordosis.

2) Terapi Operatif
Terapi operatif dilakukan apabila dengan tindakan konservatif
tidak memberikan hasil yang nyata, kambuh berulang, atau terjadi
defisit neurologis. Terapi operatif pada pasien dilakukan jika :
a) Pesien mengalami HNP grade 3 dan 4
b) Tidak ada perbaikan lebih baik, masih ada gejala nyeri yang
tersisa, atau ada gangguan fungsional setelah konservatif di
berkan selama 6 sampai 12 minggu
c) Terjadinya frekuensi yang sering dari gejala yang dialami pasien
menyebabkan keterbatasan fungsional kepada pasien, meskipus
terapi konservatif yang diberikan tiap terjadinya frekuensi dapat
menurunkan gejala dan memperbaiki fungsi dari pasien.
d) Terapi yang diberikan kurang terarah dan berjalan dalam waktu
lama

Intervensi bedah dapat beragam bergantung pada sifat masalah, usia,


dan disabilitas pasien :

a) Distectomy : pengambilan sebagian diskus intervertebralis.


b) Laminektomi atau hemi-leminektomi : eksisi semua atau
sebagian lengkung posterior kompresi dan meredakan nyeri
3) Rehabilitasi
a) Mengupayakan penderita segera bekerja seperti semula
b) Agar tidak menggantungkan diri pada orang lain dalam
melakukan kegiatan sehari-hari ( the activity of daily living )

Klien tidak mengalami komplikasi pneumonia, infeksi saluran


kemih, dan sebagainya ( Arif Muttaqin, 2008

8. Komplikasi
Walau jarang, HNP dapat menekan cauda equine yang terletak di
punggung bawah dan mengakibatkan komplikasi yang serius, seperti:

a. Disfungsi pengeluaran cairan dari kandung kemih, dimana penderita akan


kesulitan mengeluarkan urine atau tinja, hingga kemandulan secara
seksual.
b. Menurunnya kemampuan beraktivitas, dikarenakan kondisi ini dapat
memperburuk gejala, seperti nyeri hebat, otot melemah, atau kaku.
c. Anestesi sadel, dimana penderita kehilangan kemampuan merasa atau
sensasi di titik seperti paha bagian dalam, tungkai belakang, dan sekitar
dubur.
d. Kelumpuhan pada ekstermitas bawah.
e. Cedera medulla spinalis.
f. Radiklitis (iritasi akar saraf).
g. Parestese.
h. Disfungsi seksual.
i. Hilangnya fungsi pengosongan VU dan sisa pencernaan
j. RU
k. Infeksi luka
l. Kerusakan penanaman tulang setelah fusi spinal.

B. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian

a. Anamnesis
Identitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan,
alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam masuk rumah sakit,
nomor register, diagnosis medis. HNP terjadi pada umur pertengahan,
kebanyakan pada jenis kelamin pria dan pekerjaan atau aktivitas berat
(mengangkat benda berat atau mendorong benda berat)
Keluhan utama yang sering menjadi alasan klien untuk meminta
pertolongan kesehatan adalah nyeri pada punggung bawah
P : adanya riwayat trauma (mengangkat atau mendorong benda berat)
Q : sifat nyeri seperti ditusuk-tusuk atau seperti disayat, mendenyut,
seperti kena api, nyeri tumpul yang terus-menerus. Kaji penyebaran
nyeri, apakah bersifat nyeri radikular atau nyeri acuan (referred pain).
Nyeri bersifat menetap, atau hilang timbul, semakin lama semakin
nyeri. Nyeri bertambah hebat karena adanya faktor pencetus seperti
gerakan gerakan pinggang batuk atau mengedan, berdiri atau duduk
untuk jangka waktu yang lama dan nyeri berkurang bila di buat
istirahat berbaring. Sifat nyeri khas dari posisi berbaring keduduk,
nyeri mulai dari pantat dan terus menjalar ke bagian belakang lutut,
kemudian ke tungkai bawah. Nyeri bertambah bila ditekan daerah
L5 − S1 (garis antara dua Kkrista iliaka)
R : letak atau lokasi nyeri. Minta klien menunjukkan nyari dengan
setepat-tepatnya sehingga letak nyeri dapat diketahui dengan cermat.
S : pengaruh posisi tubuh atau anggota tubuh berkaitan dengan aktivitas
tubuh, posisi yang bagaimana yang dapat meredakan rasa nyeri dan
memperberat nyeri. Aktivitas yang menimbulkan rasa nyeri seperti
berjalan, menuruni tangga, menyapu, dan gerakan yang mendesak.
Obat-obatan yang sedang diminum seperti analgesik, berapa lama
klien menggunakan obat tersebut
T : sifatnya akut, sub-akut, perlahan-lahan atau bertahap, bersifat
menetap, hilang timbul, semakin lama semakin nyeri. Nyeri pinggang
bawah yang intermiten (dalam beberapa minggu sampai beberapa
tahun)

b. Riwayat penyakit saat ini


Kaji adanya riwayat trauma akibat mengangkat atau mendorong benda
yang berat. Pengkajian yang didapat meliputi keluhan paraparesis flasid,
parestesia, dan retensi urine. Keluhan nyeri pada punggung bawah, di tengah-
tengah area pantat dan betis, belakang tumit, dan telapak kaki. Klien sering
mengeluh kesemutan (parastesia) atau baal bahkan kekuatan otot menurun
sesuai dengan distribusi persarafan yang terlibat.
Pengkajian riwayat menstruasi, adneksitis dupleks kronis, yang juga
bisa menimbulkan nyeri punggung bawah yang keluhannya hampir mirip
dengan keluhan nyeri HNP sangat diperlukan untuk penegakan masalah klien
lebih komprehensif dan memberikan dampak terhadap intervensi
keperawatan selanjutnya

c. Riwayat penyakit dahulu


Pengkajian yang perlu ditanyakan meliputi apakah klien pernah
menderita tuberkulosis tulang, osteomielitis, keganasan (mieloma multipleks)
dan metabolik (osteoporosis) yang semua penyakit ini sering berhubungan
dengan kejadian dan meningkatkan risiko terjadinya herniasi nukleus
pulposus (HNP).
Pengkajian lainnya adalah menanyakan adanya riwayat hipertensi,
riwayat cedera tulang belakang, diabetes melitus, dan penyakit jantung.
Pengkajian ini berguna sebagai data untuk melakukan tindakan lainnya dan
menghindari komplikasi

d. Riwayat penyakit keluarga


Mengkaji adanya anggota generasi terdahulu yang menderita
hipertensi dan diabetes melitus

e. Pengkajian psikososial spiritual


Pengertian mekanisme koping yang digunakan klien perlu dilakukan
untuk menilai respon emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya,
perubahan peran klien dalam keluarga dan masyarakat, dan respon atau
pengaruhnya dalam kehidupan sehari-harinya baik dalam keluarga ataupun
dalam masyarakat.
Apakah klien mengalami dampak yang timbul akibat penyakit seperti
ketakutan akan kecacatan, rasa cemas, rasa ketidakmampuan untuk
melakukan aktivitas secara optimal, dan pandangan terhadap dirinya yang
salah (gangguan kita tubuh)
Adanya perubahan berupa paralisis anggota gerak bawah memberikan
manifestasi yang berbeda pada setiap klien yang mengalami gangguan pada
tulang belakang. Semakin lama klien menderita paraparese tersebut, maka
mungkin akan bermanifestasi pada koping yang tidak efektif.
Adanya perubahan hubungan dan peran disebabkan oleh karena klien
mengalami kesulitan dalam beraktivitas mengakibatkan ketidakmampuan
dalam status ekonomi. Pola persepsi dan konsep diri yang ditemukan adalah
klien merasa tidak berdaya, tidak ada harapan, mudah marah, dan tidak
kooperatif
Karena klien harus menjalani rawat inap maka perawat harus
mengkaji apakah keadaan ini akan memberi dampak pada status ekonomi
klien, karena biaya perawatan dan pengobatan memerlukan dana yang tidak
sedikit. Pengobatan HNP yang memerlukan biaya untuk pemeriksaan,
pengobatan, dan perawatan dapat mengacaukan keuangan keluarga. Hal ini
dapat memengaruhi stabilitas emosi dan pikiran klien dan keluarga. Perawat
juga melakukan pengkajian terhadap fungsi neurologis dan dampak gangguan
neurologis yang akan terjadi pada gaya hidup individu. Perspektif
Keperawatan dalam mengkaji terdiri atas dua masalah yaitu keterbatasan yang
diakibatkan oleh defisit neurologis dalam hubungannya dengan peran sosial
klien dan rencana pelayanan yang akan mendukung adaptasi klien dengan
gangguan neurologis di dalam sistem dukungan individu

f. Pemeriksaan fisik
Setelah dilakukan anamnesis yang mengarah pada keluhan-keluhan
klien, pemeriksaan fisik sangat berguna untuk mendukung data dari
pengkajian anamnesis. Pemeriksaan fisik sebaiknya dilakukan pada sistem
dan terarah (B1-B6) dengan fokus pemeriksaan fisik pada pemeriksaan B3
(Brain) dan B6 (Bone) dan dihubungkan dengan keluhan klien
g. Keadaan umum
Pada HNP keadaan umum biasanya tidak mengalami penurunan
kesadaran. Adanya perubahan pada tanda vital meliputi bradikardi, hipotensi
yang berhubungan dengan penurunan aktivitas karena adanya paraparese.
- B1 (Breathing)
Jika tidak mengganggu sistem pernafasan biasanya pada
pemeriksaan :
Inspeksi, ditemukan klien tidak mengalami batuk, tidak sesak nafas,
dan frekuensi pernafasan normal
Palpasi, ditemukan taktil fremitus seimbang kanan dan kiri
Perkusi, ditemukan adanya suara resonan pada seluruh lapangan paru
Auskultasi, ditemukan tidak terdengar bunyi nafas tambahan
- B2 (Blood)
Bila tidak ada gangguan pada sistem kardiovaskuler, biasanya
kualitas dan frekuensi nadi normal, tekanan darah normal. Pada
auskultasi, tidak ditemukan bunyi jantung tambahan
- B3 (Brain)
Pengkajian B3 brain merupakan pemeriksaan fokus dan lebih
lengkap dibandingkan pengkajian pada sistem lainnya.
Inspeksi umum. Kurvatura yang berlebihan, pendaftaran arkus
lumbal, adanya angulus, pelvis yang miring/asimetris, muskulatur
paravertebral atau pantat yang asimetris, postur tungkai yang abnormal.
Hambatan pada pergerakan punggung, pelvis, dan tungkai selama bergerak.

h. Tingkat Kesadaran
Tingkat kesadaran klien biasanya compos mentis
i. Pemeriksaan fungsi serebri
Status mental : observasi penampilan klien dan tingkah lakunya, nilai
gaya bicara klien dan observasi ekspresi wajah dan aktivitas motorik. Status
mental klien yang telah lama menderita HNP biasanya mengalami perubahan

j. Pemeriksaan saraf kranial


Saraf I. Biasanya pada klien HNP tidak ada kelainan dan fungsi penciuman
tidak ada kelainan
Saraf II. Hasil tes ketajaman penglihatan biasanya normal
III, IV, dan VI. Klien biasanya tidak mengalami gangguan mengangkat
kelopak mata, pupil isokor
Saraf V. Pada klien HNP umumnya tidak ditemukan paralisis pada otot wajah
dan refleks kornea biasanya tidak ada kelainan
Saraf VII. Persepsi pengucapan dalam batas normal, wajah simetris.
Saraf VIII. Tidak ditemukan adanya tuli konduktif dan tuli persepsi
Saraf IX dan X. Kemampuan menelan baik
Saraf XI. Tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapezius
Saraf XII. Lidah simetris, tidak ada deviasi pada satu sisi dan tidak ada
fasikulasi. Indra pengecapan normal

k. Sistem motoric
- Kaji kekuatan fleksi dan ekstensi tungkai atas, tungkai bawah, kaki, ibu
jari, dan jari lainnya dengan meminta klien melakukan gerak fleksi dan
ekstensi lalu menahan gerakan tersebut
- Ditemukan atropi otot pada maleolus atau kaput fibula dengan
membandingkan kanan dan kiri
- Fakulasi (kontraksi involunter yang bersifat halus) pada otot-otot
tertentu
l. Pemeriksaan reflex
- Refleks achilles pada HNP L4 − L5 negatif
- Refleks lutut/patella pana HNP L4 − L5 negatif
m. Sistem sensorik
Lakukan pemeriksaan rasa raba, rasa sakit, rasa suhu, rasa dalam, dan
rasa getar (vibrasi) untuk menentukan dermatom yang terganggu sehingga
dapat ditentukan pula radiks yang terganggu. Palpasi dan perkusi harus
dikerjakan dengan hati-hati atau halus sehingga tidak membingungkan klien.
Palpasi dilakukan pada daerah yang ringan rasa nyerinya ke arah yang paling
terasa nyeri
- B4 (Bladder)
Kaji keadaan urine meliputi warna, jumlah, dan karakteristik,
termasuk berat jenis urine. Penurunan jumlah urine dan peningkatan retensi
cairan dapat terjadi akibat menurunnya perfusi pada ginjal
- B5 (Bowel)
Pemenuhan nutrisi berkurang karena adanya mual dan asupan nutrisi
yang kurang. Lakukan pemeriksaan rongga mulut dengan melakukan
penilaian ada tidaknya lesi pada mulut atau perubahan pada lidah. Hal ini
dapat menunjukkan adanya dehidrasi
- B6 (Bone)
Adanya kesulitan dalam beraktivitas dan menggerakkan badan karena
adanya nyeri, kelemahan, kehilangan sensorik, dan mudah lelah
menyebabkan masalah pada pola aktivitas dan istirahat.
Inspeksi kurvatura yang berlebihan, pendaftaran arkus lumbal, adanya
angulus, pelvis yang miring/asimetris muskulatur paravertebral atau bokong
yang asimetris, postur tubuh yang abnormal. Adanya kesulitan atau hambatan
dalam melakukan pergerakan punggung, pelvis, dan tungkai selama bergerak.
Palpasi ketika meraba kolumna vertebralis cari kemungkinan adanya deviasi ke
lateral atau anteroposterior. Palpasi pada daerah yang ringan rasa nyerinya ke arah
yang paling terasa nyeri. (Arif Muttaqin, 2008
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan dan intervensi pada pasien Herniasi Nukleus Pulposus
menurut (Arif Muttaqin, 2008, 360), antara lain:
1. Nyeri b.d penjepitan saraf pada diskus intervertebralis, tekanan di daerah distribusi
ujung saraf
2. Risiko tinggi trauma b.d hambatan mobilitas fisik, kesulitan atau hambatan dalam
melakukan pergerakan punggung, pelvis, dan tungkai
3. Defisit perawatan diri b.d kelemahan neuromuskular menurunnya kekuatan dan
kesadaran, kehilangan kontrol/koordinasi otot
4. Resiko gangguan integritas kulit b.d imobilisasi, tidak adekuatnya sirkulasi perifer,
tirah baring lama
5. Koping individu tidak efektif b.d ketidakberdayaan dan merasa tidak ada harapan,
kehilangan/perubahan dalam pekerjaan
6. Cemas b.d ancaman kondisi sakit dan perubahan kesehatan

3. Rencana Keperawatan
Diagnosa keperawatan dan intervensi pada pasien Herniasi Nukleus Pulposus
menurut (Arif Muttaqin, 2008, 360), antara lain:

1. Nyeri b.d penjepitan saraf pada diskus intervertebralis, tekanan di daerah distribusi
ujung saraf
Dalam waktu 3 kali 24 jam nyeri berkurang atau dapat diadaptasi oleh
TUJUAN
klien

Secara subjektif melaporkan nyeri berkurang atau dapat diadaptasi,


KRITERIA HASIL dapat mengidentifikasi aktivitas yang meningkatkan atau menurunkan
nyeri, klien tidak gelisah, skala nyeri 0-1 atau teradaptasi
NO Intervensi Rasional

Nyeri merupakan respon subjektif yang bisa


Kaji terhadap nyeri dengan skala 0-4 dikaji dengan menggunakan skala nyeri. Klien
1
rasionalisasi melaporkan skala nyeri biasanya di atas tingkat
cedera

Bantu klien dalam identifikasi faktor Nyeri dipengaruhi oleh kecemasan, ketegangan,
2
pencetus suhu, distensi kandung kemih, dan berbaring lama

Jelaskan dan bantu klien dengan Pendekatan dengan menggunakan relaksasi dan
3 tindakan pereda nyeri non nonfarmakologi lainnya telah menunjukkan
farmakologi dan non invasif keefektifan dalam mengurangi nyeri

Ajarkan relaksasi teknik-teknik


untuk menurunkan ketegangan otot Akan melancarkan peredaran darah, Sehingga
4 rangka, yang dapat menurunkan kebutuhan oksigen oleh jaringan akan terpenuhi,
intensitas nyeri dan juga tingkatkan sehingga akan mengurangi nyeri nya
relaksasi masese

Ajarkan metode distraksi selama Mengalihkan perhatian nyerinya ke hal-hal yang


5
nyeri akut menyenangkan

Berikan kesempatan waktu istirahat


bila terasa nyeri & berikan posisi yg Istirahat akan merelaksasi semua jaringan
6
nyaman mis. saat klien tidur sanggah sehingga akan meningkatkan kenyamanan
punggung klien dg bantal kecil

Pengetahuan akan dirasakan membantu


Tingkatkan pengetahuan tentang
mengurangi nyerinya dan dapat membantu
7 penyebab nyeri dan menghubungkan
mengembangkan kepatuhan klien terhadap
Berapa lama nyeri akan berlangsung
rencana terapeutik

Observasi tingkat nyeri dan respon


Pengkajian yang optimal akan memberikan
8 motorik klien 30 menit setelah
perawat data yang objektif untuk mencegah
pemberian obat analgesik untuk
mengkaji efektivitasnya. Setiap 1-2 kemungkinan komplikasi dan melakukan
jam setelah tindakan perawatan intervensi yang tepat
selama 1-2 hari

Kolaborasi dengan dokter, Analgesik menblok lintasan nyeri sehingga nyeri


9
pemberian analgesic akan berkurang

2. Resiko tinggi trauma b.d hambatan mobilitas fisik, kesulitan atau hambatan
dalam melakukan pergerakan punggung, pelvis dan tungkai
Dalam waktu 3 x 24 jam klien mampu melaksanakan aktivitas
TUJUAN
fisik sesuai dengan kemampuannya
Klien dapat ikut serta dalam program latihan, tidak terjadi
KRITERIA
kontraktur sendi, bertambahnya kekuatan otot, klien
HASIL
menunjukkan tindakan untuk Meningkatkan mobilitas
NO INTERVENSI RASIONAL
Kaji mobilitas yang ada dan
Mengetahui Tingkat kemampuan klien dalam
1 observasi peningkatan kerusakan.
melakukan aktivitas
Kaji secara teratur fungsi motorik
Menurunkan risiko terjadinya iskemia
2 Ubah posisi klien tiap 2 jam jaringan akibat sirkulasi darah yang jelek
pada daerah yang tertekan
Ajarkan klien untuk melakukan Gerakan aktif memberikan massa, tonus, dan
3 latihan gerakan aktif pada kekuatan otot, serta memperbaiki fungsi
ekstremitas yang tidak sakit jantung dan pernafasan
Otot volunter akan kehilangan tonus dan
Melakukan gerakan pasif pada
4 kekuatannya bila tidak dilatih untuk
ekstremitas yang sakit
digerakkan
Inspeksi kulit bagian distal setiap Deteksi dini adanya gangguan sirkulasi dan
hari. Pantau adanya iritasi, hilangnya sensasi resiko tinggi kerusakan
5
kemerahan, atau luka pada kulit integritas kulit kemungkinan komplikasi
dan membran mukosa imobilisasi
Bantu klien melakukan latihan
Untuk memelihara fleksibilitas sendi sesuai
6 ROM, perawatan diri sesuai
kemampuan
toleransi
Meningkatan kemampuan dalam mobilisasi
Kolaborasi dengan ahli fisioterapi
7 ekstremitas dapat ditingkatkan dengan latihan
untuk latihan fisik klien
fisik dari tim fisioterapis

3. Resiko gangguan integritas kulit b.d imobilisasi, tidak adekuatnya sirkulasi


perifer, tirah baring lama
Dalam waktu 3 x 24 jam klien mampu mempertahankan
TUJUAN
keutuhan kulit
Klien mau berpartisipasi terhadap pencegahan luka, mengetahui
KRITERIA
penyebab dan cara pencegahan luka, tidak ada tanda-tanda
HASIL
kemerahan atau luka, kulit kering
NO INTERVENSI RASIONAL
Anjurkan untuk melakukan latihan
1 Meningkatkan aliran darah ke semua daerah
ROM dan mobilisasi jika mungkin
Menghindari tekanan dan meningkatkan
2 Ubah posisi klien tiap 2 jam
aliran darah
Gunakan bantal air atau pengganjal
Menghindari tekanan yang berlebih pada
3 yang lunak di bawah daerah-daerah
daerah yang menonjol
yang menonjol
Lakukan masase pada daerah yang
Menghindari kerusakan kerusakan kapiler-
4 menonjol yang baru mengalami
kapiler
tekanan pada waktu berubah posisi
Bersihkan dan keringkan kulit. Meningkatkan integritas kulit dan
5
Jagalah linen tetap kering mengurangi risiko kelembaban kulit
Observasi adanya eritema dan
kepucatan dan palpasi adanya Hangat dan pelunakan adalah tanda
6
kehangatan dan pelunakan jaringan kerusakan jaringan
tiap mengubah posisi
Jaga kebersihan kulit dan hindari
7 Mempertahankan keutuhan kulit
trauma dari panas terhadap kulit

4. Defisit perawatan diri b.d kelemahan neuromuskular, menurunnya kekuatan


dan kesadaran, kehilangan kontrol/koordinasi otot
Dalam waktu 2 x 24 jam terdapat perilaku peningkatan dalam
TUJUAN
perawatan diri
Klien dapat menunjukkan perubahan gaya hidup untuk kebutuhan
KRITERIA merawat diri, klien mampu melakukan aktivitas perawatan diri
HASIL sesuai dengan tingkat kemampuan, mengidentifikasi
personal/masyarakat yang dapat membantu
NO INTERVENSI RASIONAL
Kaji kemampuan dan tingkat
Membantu dalam mengantisipasi dan
1 penurunan klien dalam melakukan
memenuhi kebutuhan individual
ADL dalam skala 0-
Hindari hal yang tidak dapat Klien dalam keadaan cemas dan bergantung.
2 dilakukan klien dan bantu bila Hal ini dilakukan untuk mencegah frustasi
perlu dan harga diri klien.
Sadarkan tingkah laku/sugesti
Klien memerlukan empati, tetapi perlu
tindakan pada perlindungan
mengetahui perawatan yang konsisten dalam
kelemahan. Pertahankan dukungan
3 menangani klien. Sekaligus meningkatkan
pola pikir, izinkan klien melakukan
harga diri, memandirikan klien dan
tugas, beri saran yang positif untuk
menganjurkan klien untuk terus mencoba
usahanya
Rencanakan tindakan untuk
mengatasi keterbatasan
Klien akan mampu melihat dan memakan
penglihatan seperti tempatkan
4 makanan, akan mampu melihat keluar
makanan dan peralatan dalam
masuknya orang ke ruangan
suatu tempat, dekatkan tempat
tidur ke dinding
Menjaga keamanan klien bergerak di sekitar
Tempatkan perabotan kedinding,
5 tempat tidur dan menurunkan risiko tertimpa
jauhkan dari jalan
perabotan
Beri kesempatan untuk menolong
diri seperti menggunakan
kombinasi pisau dan garpu, sikat
6 Mengurangi ketergantungan
dengan pegangan yang panjang,
ekstensi untuk berpijak pada lantai
atau ke toilet, kursi untuk mandi
Kaji kemampuan Komunikasi
Ketidakmampuan berkomunikasi dengan
untuk buang air kecil, kemampuan
perawat dapat menimbulkan masalah
7 menggunakan urinal, pispot.
pengosongan kandung kemih oleh karena
Antarkan klien ke kamar mandi
masalah neurogenic
bila kondisi memungkinkan
Identifikasi kebiasaan buang air
Meningkatkan latihan dan menolong
8 besar. Anjurkan minum dan
mencegah konstipasi
meningkatkan aktivitas
Kolaborasi pemberian suppositoria Pertolongan utama terhadap fungsi bowel
9
dan pelumas feses/pencahar atau buang air besar
Konsul ke dokter untuk terapi Untuk mengembangkan terapi dan
10
okupasi melengkapi kebutuhan khusus

5. Koping individu tidak efektif b.d ketidakberdayaan dan merasa tidak ada
harapan, kehilangan/perubahan dalam pekerjaan
TUJUAN Dalam waktu 2 x 24 jam koping individu menjadi efektif
Mampu menyatakan atau mengomunikasikan dengan orang
terdekat tentang situasi dan perubahan yang sedang terjadi,
KRITERIA
mampu menyatakan penerimaan diri terhadap situasi, mengakui
HASIL
dan menggabungkan perubahan ke dalam konsep diri dengan cara
yang akurat tanpa harga diri yang negatif
NO INTERVENSI RASIONAL
Kaji Perubahan akibat gangguan Menentukan bantuan yang diperlukan
1 persepsi dan hubungan dengan individual dalam menyusun rencana
derajat ketidakmampuan perawatan atau pemilihan intervensi
Anjurkan klien untuk
Menunjukkan penerimaan, membantu klien
mengekspresikan perasaan
2 untuk mengenal dan mulai menyesuaikan
termasuk perasaan bersalah pada
dengan perasaan tersebut
diri sendiri dan kemarahan
Mendukung penolakan terhadap bagian tubuh
Catat ketika klien menyatakan
atau perasaan negatif terhadap gambaran
terpengaruh seperti sekarat atau
3 tubuh dan kemampuan yang menunjukkan
mengingkari dan menyatakan
kebutuhan dan intervensi serta dukungan
inilah kematian
emosional
Pernyataan pengakuan terhadap
Membantu klien untuk melihat bahwa
penolakan tubuh, mengingatkan
perawat menerima kedua bagian sebagai
kembali fakta kejadian tentang
4 bagian dari seluruh tubuh. Mengizinkan klien
realitas bahwa masih dapat
untuk merasakan adanya harapan dan mulai
menggunakan sisi yang sakit dan
menerima situasi baru
belajar mengontrol sisi yang sehat
Bantu dan aja anjurkan perawatan
Membantu meningkatkan perasaan harga diri
5 yang baik dan memperbaiki dan mengontrol lebih dari satu area
kebiasaan kehidupan
Anjurkan orang yang terdekat Menghidupkan kembali perasaan
untuk mengizinkan klien kemandirian dan membantu meningkatkan
6
melakukan sebanyak-banyaknya harga diri serta mempengaruhi proses
hal-hal untuk dirinya rehabilitasi
Dukung perilaku atau usaha seperti Klien dapat beradaptasi terhadap perubahan
7 peningkatan minat atau partisipasi dan pengertian tentang peran individu masa
dalam aktivitas rehabilitasi mendatang
Dapat mengindikasikan terjadinya depresi
Monitor gangguan tidur,
umumnya terjadi sebagai pengaruh dari
8 peningkatan kesulitan konsentrasi,
stroke yang memerlukan intervensi dan
letargi dan penolakan
evaluasi lebih lanjut
Kolaborasi rujuk pada ahli
Dapat memfasilitasi perubahan peran yang
9 neuropsikologi dan konseling bila
penting untuk perkembangan perasaan
ada indikasi

6. Cemas b.d ancaman kondisi sakit dan perubahan kesehatan


TUJUAN Dalam waktu 2 x 24 jam kecemasan klien hilang atau berkurang
Mengenal perasaannya, dapat mengidentifikasi penyebab atau
KRITERIA
faktor yang mempengaruhinya dan menyatakan ansietas
HASIL
berkurang/hilang
NO INTERVENSI RASIONAL
Bantu klien mengekspresikan
Cemas yang berkelanjutan memberikan
1 perasaan marah, kehilangan dan
dampak serangan jantung selanjutnya
takut
Kaji tanda verbal dan nonverbal
kecemasan, dampingi klien dan Reaksi verbal/non verbal dapat menunjukkan
2
lakukan tindakan bila rasa agitasi, marah, dan gelisah
menunjukkan perilaku merusak
Konfrontasi dapat meningkatkan rasa marah,
3 Hindari konfrontasi menurunkan kerjasama, dan mungkin
memperlambat penyembuhan
Mulai melakukan tindakan untuk Mengurangi rangsangan eksternal yang tidak
4
mengurangi kecemasan. Beri perlu
lingkungan yang tenang dan
suasana penuh istirahat
Kontrol sensasi klien (dan dalam
menurunkan ketakutan) dengan cara
memberikan informasi tentang keadaan klien,
Tingkatkan kontrol sensasi klien menekankan pada penghargaan terhadap
5
sumber-sumber koping (pertahanan diri)
yang positif, membantu latihan relaksasi dan
teknik-teknik pengalihan, dan memberikan
respon Balik yang positif
Orientasikan klien terhadap
6 prosedur rutin dan aktivitas yang Orientasi dapat menurunkan kecemasan
diharapkan
Beri kesempatan kepada klien Dapat menghilangkan ketegangan terhadap
7
untuk mengungkapkan ansietasnya kekhawatiran yang tidak diekspresikan
C. Analisa Kasus

Seorang laki-laki 45 tahun berprofesi sebagai pekerja panggul. Pasien


mengeluh kedua kakinya terasa baal (mati rasa), hal ini terjadi sejak 2 hari yang lalu.
Selain itu, pasien juga mengeluhkan nyeri yang hebat pada daerah pinggul, skala
nyeri 6-7. Nyeri semakin meningkat bila digunakan untuk bergerak/beraktivitas.
Pasien datang ke RS dan didiagnosis oleh dokter menderita HNP. Hasil pemeriksaan
Radiologi menunjukkan adanya penyempitan pada discus intervertebralis daerah L 1
sampai L3.
A. Pengkajian

1. Identitas

a. Nama : Bp.x

b. Umur : 45 tahun

c. Jenis Kelamin : laki-laki

2. Keluhan utama

Pasien mengeluhkan nyeri yang hebat pada daerah pinggul, skala nyeri
6-7. Nyeri semakin meningkat bila digunakan untuk bergerak/beraktivitas.
3. Riwayat penyakit saat ini
Pasien mengeluh kedua kakinya terasa baal (mati rasa), hal ini terjadi
sejak 2 hari yang lalu. Selain itu, pasien juga mengeluhkan nyeri yang hebat
pada daerah pinggul, skala nyeri 6-7. Nyeri semakin meningkat bila
digunakan untuk bergerak/beraktivitas. Pasien datang ke RS dan didiagnosis
oleh dokter menderita HNP. Hasil pemeriksaan Radiologi menunjukkan
adanya penyempitan pada discus intervertebralis daerah L 1 sampai L3
4. Riwatar penyakit dahulu

Tidak dikaji
5. Riwayat penyakit keluarga

Tidak dikaji
6. Pemeriksaan Fisik

Tidak terkaji

7. Pemeriksaan Saraf Kranial

penyempitan pada discus intervertebralis daerah L 1 sampai L3

8. Pemeriksaan Diagnostik

Hasil pemeriksaan Radiologi menunjukkan adanya penyempitan pada


discus intervertebralis daerah L 1 sampai L3.

B. Pengelompokan Data
Data Subjektif Data Objektif

1. Pasien mengeluh kedua kakinya 1. Hasil pemeriksaan Radiologi


terasa baal (mati rasa), hal ini terjadi menunjukkan adanya penyempitan
sejak 2 hari yang lalu. pada discus intervertebralis daerah L
1 sampai L3.
2. Selain itu, pasien juga mengeluhkan
nyeri yang hebat pada daerah
pinggul, skala nyeri 6-7. Nyeri
semakin meningkat bila digunakan
untuk bergerak/beraktivitas
C. Analisa Data
No Data Penyebab Masalah
1. DS: pasien mengeluhkan nyeri yang Penjepitan saraf Nyeri Akut
hebat pada daerah pinggul, skala pada diskus
nyeri 6-7. Nyeri semakin meningkat intervertebralis
bila digunakan untuk
bergerak/beraktivitas.
DO: didiagnosis oleh dokter
menderita HNP. Hasil pemeriksaan
Radiologi menunjukkan adanya
penyempitan pada discus
intervertebralis daerah L 1 sampai L3.

2. DS:Pasien mengatakan nyeri semakin hambatan mobilitas Resiko tinggi trauma


meningkat bila digunakan untuk fisik
bergerak/beraktivitas.
DO : Hasil pemeriksaan Radiologi
menunjukkan adanya penyempitan
pada discus intervertebralis daerah
L 1 sampai L3.

D. Rencana Keperawatan

7. Nyeri b.d penjepitan saraf pada diskus intervertebralis, tekanan di daerah distribusi
ujung saraf
Dalam waktu 3 kali 24 jam nyeri berkurang atau dapat diadaptasi oleh
TUJUAN
klien

Secara subjektif melaporkan nyeri berkurang atau dapat diadaptasi,


KRITERIA HASIL dapat mengidentifikasi aktivitas yang meningkatkan atau menurunkan
nyeri, klien tidak gelisah, skala nyeri 0-1 atau teradaptasi

NO Intervensi Rasional

Nyeri merupakan respon subjektif yang bisa


Kaji terhadap nyeri dengan skala 0-4 dikaji dengan menggunakan skala nyeri. Klien
1
rasionalisasi melaporkan skala nyeri biasanya di atas tingkat
cedera
Bantu klien dalam identifikasi faktor Nyeri dipengaruhi oleh kecemasan, ketegangan,
2
pencetus suhu, distensi kandung kemih, dan berbaring lama

Jelaskan dan bantu klien dengan Pendekatan dengan menggunakan relaksasi dan
3 tindakan pereda nyeri non nonfarmakologi lainnya telah menunjukkan
farmakologi dan non invasif keefektifan dalam mengurangi nyeri

Ajarkan relaksasi teknik-teknik


untuk menurunkan ketegangan otot Akan melancarkan peredaran darah, Sehingga
4 rangka, yang dapat menurunkan kebutuhan oksigen oleh jaringan akan terpenuhi,
intensitas nyeri dan juga tingkatkan sehingga akan mengurangi nyeri nya
relaksasi masese

Ajarkan metode distraksi selama Mengalihkan perhatian nyerinya ke hal-hal yang


5
nyeri akut menyenangkan

Berikan kesempatan waktu istirahat


bila terasa nyeri & berikan posisi yg Istirahat akan merelaksasi semua jaringan
6
nyaman mis. saat klien tidur sanggah sehingga akan meningkatkan kenyamanan
punggung klien dg bantal kecil

Pengetahuan akan dirasakan membantu


Tingkatkan pengetahuan tentang
mengurangi nyerinya dan dapat membantu
7 penyebab nyeri dan menghubungkan
mengembangkan kepatuhan klien terhadap
Berapa lama nyeri akan berlangsung
rencana terapeutik

Observasi tingkat nyeri dan respon


motorik klien 30 menit setelah Pengkajian yang optimal akan memberikan
pemberian obat analgesik untuk perawat data yang objektif untuk mencegah
8
mengkaji efektivitasnya. Setiap 1-2 kemungkinan komplikasi dan melakukan
jam setelah tindakan perawatan intervensi yang tepat
selama 1-2 hari

9
Kolaborasi dengan dokter, Analgesik menblok lintasan nyeri sehingga nyeri
pemberian analgesic akan berkurang
8. Resiko tinggi trauma b.d hambatan mobilitas fisik, kesulitan atau hambatan
dalam melakukan pergerakan punggung, pelvis dan tungkai
Dalam waktu 3 x 24 jam klien mampu melaksanakan aktivitas
TUJUAN
fisik sesuai dengan kemampuannya
Klien dapat ikut serta dalam program latihan, tidak terjadi
KRITERIA
kontraktur sendi, bertambahnya kekuatan otot, klien
HASIL
menunjukkan tindakan untuk Meningkatkan mobilitas
NO INTERVENSI RASIONAL
Kaji mobilitas yang ada dan
Mengetahui Tingkat kemampuan klien dalam
1 observasi peningkatan kerusakan.
melakukan aktivitas
Kaji secara teratur fungsi motorik
Menurunkan risiko terjadinya iskemia
2 Ubah posisi klien tiap 2 jam jaringan akibat sirkulasi darah yang jelek
pada daerah yang tertekan
Ajarkan klien untuk melakukan Gerakan aktif memberikan massa, tonus, dan
3 latihan gerakan aktif pada kekuatan otot, serta memperbaiki fungsi
ekstremitas yang tidak sakit jantung dan pernafasan
Otot volunter akan kehilangan tonus dan
Melakukan gerakan pasif pada
4 kekuatannya bila tidak dilatih untuk
ekstremitas yang sakit
digerakkan
Inspeksi kulit bagian distal setiap Deteksi dini adanya gangguan sirkulasi dan
hari. Pantau adanya iritasi, hilangnya sensasi resiko tinggi kerusakan
5
kemerahan, atau luka pada kulit integritas kulit kemungkinan komplikasi
dan membran mukosa imobilisasi
Bantu klien melakukan latihan
Untuk memelihara fleksibilitas sendi sesuai
6 ROM, perawatan diri sesuai
kemampuan
toleransi
Meningkatan kemampuan dalam mobilisasi
Kolaborasi dengan ahli fisioterapi
7 ekstremitas dapat ditingkatkan dengan latihan
untuk latihan fisik klien
fisik dari tim fisioterapis
Identifikasi kebiasaan buang air
Meningkatkan latihan dan menolong
8 besar. Anjurkan minum dan
mencegah konstipasi
meningkatkan aktivitas
Kolaborasi pemberian suppositoria Pertolongan utama terhadap fungsi bowel
9
dan pelumas feses/pencahar atau buang air besar
Konsul ke dokter untuk terapi Untuk mengembangkan terapi dan
10
okupasi melengkapi kebutuhan khusus
DAFTAR PUSTAKA
Mutaqqin,A.2008.Buku Ajar Asuhan Keperawatan dengan Gangguan
Sistem Persarafan.Jakarta:Salemba Medika
Nurarid,dkk.(2015). Aplikasi Asuhan keperawatan berdasarkan diagnose
medis dan nanda nic noc jilid 2. Yogyakarta :MediAction.
Alivia,F.2014,LP Hernia Nucleus Pulposus, Academia Edu,diakses pada
tanggal 6 Mei 2019 ,https://www.academia.edu/11896736/LP_Hernia_Pulposus.

Anda mungkin juga menyukai