HNP
Disusun Oleh :
Yogyakarta
BAB 1
3. Etiologi
HNP biasanya disebabkan oleh kerusakan akibat penggunaan selama
bertahun-tahun dengan sedikit retakan di annulus yang melemahkan cincin
kartilago suportif. Kemudian pada suatu hari ketika indivdu tersebut bersin,
tiba-tiba terjadi herniasi. Trauma akut akibat jatuh atau pukulan ke
punggung atau leher juga dapat menyebabkan herniasi mendadak.
Penyebab HNP antaralain karena trauma atau regangan (strain) yang
berat dan degenerasi sendi intervertebralis. Pada kebanyakan klien gejala
trauma bersifat singkat.Gejala ini disebabkan oleh cedera pada diskus yang
tidak terlihat selama beberapa bulan atau tahun. Kemudian pada generasi
diskus, kapsulnya terdorong ke arah medula spinalis, atau mungkin ruptur
dan memungkinkan nukleus pulposus terdorong terhadap sakus dural
atauterhadap saraf spinal saat muncul dari columna spinal. (Arif Muttaqin,
2008, 349)
a. Usia
Usia merupakan faktor utama terjadinya HNP karena annulus fibrosus lama
kelamaan akan hilang elastisitasnya sehingga menjadi kering dan keras,
menyebabkan annulusfibrosus mudah berubah bentuk dan ruptur..
b. Trauma
Terutama trauma yang memberikan stress terhadap columna vertebralis,
seperti jatuh.
c. Pekerjaan
Pekerjaan terutama yang sering mengangkat barang berat dan cara
mengangkat barang yang salah, meningkatkan risiko terjadinya HNP
d. Gender
Pria lebih sering terkena HNP dibandingkan wanita (2:1), hal ini terkait
pekerjaan dan aktivitas yang dilakukan pada pria cenderung ke aktifitas
fisik yang melibatkan columna vertebralis
4. Pathway
Materi Nukleus
Rencana Tindakan Menjepit akar saraf menyusup keluar dari
pembedahan ipsilateral diskus kedalam kanalis
spinalis
Kurangnya Nyeri
Informasi
6. Pemeriksaan penunjang
Menurut Nurarif,dkk(2015)
a. Pemeriksaan MRI , Pemeriksaan ini tergolong non-invasif, dan dapat
memberikan gambaran secara seksional pada lapisan melintang dan
longitudinal. MRI dapat memperlihatkan perubahan tulang dan jaringan
lunak divertebra serta herniasi
b. Pemeriksaan Radiologis
Foto Polos, posisi AP dan lateral dari vertebra lumbal dan panggul
(sendi sacroilliaka) bertujuan untuk melihat adanya penyempitan discus serta
penyakit degeneratif kelainan bawaan dan vertebra yang tidak stabil
(spondililistesis).
7. Penatalaksanaan
a. Medikamentosa
1) Analgesik dan NSAID ( non steroid anti inflamation drug )
Obat ini diberikan dengan tujuan untuk mengurangi nyeri
dan inflamasi sehingga mempercepat kesembuhan. Contoh :
ibuprofen, natrium diklofenak, etodolak, selekoksib.
2) Obat pelemas otot ( muscle relavant )
Bermanfaat bisa penyebab HNP adalah spasme otot. Efek
terapinya tidak sekuat NSAID, seringkali di kombinasikan dengan
NSAID. Sekita 30% memberikan efek samping mengantuk.
Contoh : Tinazadin, esperidone dan carisprodol.
3) Opioid
Obat ini terbukti tidak lebih efektif dari pada analgetik
biasa yang jauh lebih aman. Pemakaian jangka panjang bisa
menimbulkan toleransi dan ketergantungan obat.
4) Kortikosteroid oral
Pemakaian kortikosteroid oral masih kontroversi. Dipakai
pada kasus HNP yang berat dan mengurangi inflamasi jaringan.
5) Analgetik ajuvan
Terutama dipakai pada HNP kronis karena ada anggapan
mekanisme nyeri pada HNP sesuai dengan neuropatik. Contoh :
amitriptilin, karbamasepin. Gabapentin.
6) Suntikan pada titik picu
Cara pengobatan ini dengan memberikan suntikan
campuran anastesi lokal dan kortikosteroid ke dalamjaringan
lunak/otot pada titik picu disekitar tulang punggung. Cara
inimasih kontroversi. Obat yang dipakai antara lain lidokain,
lognokain, deksametason, metilprednisolon dan triamsinolon.
7) AINS ( anti inflamasi non steroid ) seperti : poroksikan
8) Anti depresan trisiklik ( amitriptilin )
9) Obat penenang minor
2) Terapi Operatif
Terapi operatif dilakukan apabila dengan tindakan konservatif
tidak memberikan hasil yang nyata, kambuh berulang, atau terjadi
defisit neurologis. Terapi operatif pada pasien dilakukan jika :
a) Pesien mengalami HNP grade 3 dan 4
b) Tidak ada perbaikan lebih baik, masih ada gejala nyeri yang
tersisa, atau ada gangguan fungsional setelah konservatif di
berkan selama 6 sampai 12 minggu
c) Terjadinya frekuensi yang sering dari gejala yang dialami pasien
menyebabkan keterbatasan fungsional kepada pasien, meskipus
terapi konservatif yang diberikan tiap terjadinya frekuensi dapat
menurunkan gejala dan memperbaiki fungsi dari pasien.
d) Terapi yang diberikan kurang terarah dan berjalan dalam waktu
lama
8. Komplikasi
Walau jarang, HNP dapat menekan cauda equine yang terletak di
punggung bawah dan mengakibatkan komplikasi yang serius, seperti:
a. Anamnesis
Identitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan,
alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam masuk rumah sakit,
nomor register, diagnosis medis. HNP terjadi pada umur pertengahan,
kebanyakan pada jenis kelamin pria dan pekerjaan atau aktivitas berat
(mengangkat benda berat atau mendorong benda berat)
Keluhan utama yang sering menjadi alasan klien untuk meminta
pertolongan kesehatan adalah nyeri pada punggung bawah
P : adanya riwayat trauma (mengangkat atau mendorong benda berat)
Q : sifat nyeri seperti ditusuk-tusuk atau seperti disayat, mendenyut,
seperti kena api, nyeri tumpul yang terus-menerus. Kaji penyebaran
nyeri, apakah bersifat nyeri radikular atau nyeri acuan (referred pain).
Nyeri bersifat menetap, atau hilang timbul, semakin lama semakin
nyeri. Nyeri bertambah hebat karena adanya faktor pencetus seperti
gerakan gerakan pinggang batuk atau mengedan, berdiri atau duduk
untuk jangka waktu yang lama dan nyeri berkurang bila di buat
istirahat berbaring. Sifat nyeri khas dari posisi berbaring keduduk,
nyeri mulai dari pantat dan terus menjalar ke bagian belakang lutut,
kemudian ke tungkai bawah. Nyeri bertambah bila ditekan daerah
L5 − S1 (garis antara dua Kkrista iliaka)
R : letak atau lokasi nyeri. Minta klien menunjukkan nyari dengan
setepat-tepatnya sehingga letak nyeri dapat diketahui dengan cermat.
S : pengaruh posisi tubuh atau anggota tubuh berkaitan dengan aktivitas
tubuh, posisi yang bagaimana yang dapat meredakan rasa nyeri dan
memperberat nyeri. Aktivitas yang menimbulkan rasa nyeri seperti
berjalan, menuruni tangga, menyapu, dan gerakan yang mendesak.
Obat-obatan yang sedang diminum seperti analgesik, berapa lama
klien menggunakan obat tersebut
T : sifatnya akut, sub-akut, perlahan-lahan atau bertahap, bersifat
menetap, hilang timbul, semakin lama semakin nyeri. Nyeri pinggang
bawah yang intermiten (dalam beberapa minggu sampai beberapa
tahun)
f. Pemeriksaan fisik
Setelah dilakukan anamnesis yang mengarah pada keluhan-keluhan
klien, pemeriksaan fisik sangat berguna untuk mendukung data dari
pengkajian anamnesis. Pemeriksaan fisik sebaiknya dilakukan pada sistem
dan terarah (B1-B6) dengan fokus pemeriksaan fisik pada pemeriksaan B3
(Brain) dan B6 (Bone) dan dihubungkan dengan keluhan klien
g. Keadaan umum
Pada HNP keadaan umum biasanya tidak mengalami penurunan
kesadaran. Adanya perubahan pada tanda vital meliputi bradikardi, hipotensi
yang berhubungan dengan penurunan aktivitas karena adanya paraparese.
- B1 (Breathing)
Jika tidak mengganggu sistem pernafasan biasanya pada
pemeriksaan :
Inspeksi, ditemukan klien tidak mengalami batuk, tidak sesak nafas,
dan frekuensi pernafasan normal
Palpasi, ditemukan taktil fremitus seimbang kanan dan kiri
Perkusi, ditemukan adanya suara resonan pada seluruh lapangan paru
Auskultasi, ditemukan tidak terdengar bunyi nafas tambahan
- B2 (Blood)
Bila tidak ada gangguan pada sistem kardiovaskuler, biasanya
kualitas dan frekuensi nadi normal, tekanan darah normal. Pada
auskultasi, tidak ditemukan bunyi jantung tambahan
- B3 (Brain)
Pengkajian B3 brain merupakan pemeriksaan fokus dan lebih
lengkap dibandingkan pengkajian pada sistem lainnya.
Inspeksi umum. Kurvatura yang berlebihan, pendaftaran arkus
lumbal, adanya angulus, pelvis yang miring/asimetris, muskulatur
paravertebral atau pantat yang asimetris, postur tungkai yang abnormal.
Hambatan pada pergerakan punggung, pelvis, dan tungkai selama bergerak.
h. Tingkat Kesadaran
Tingkat kesadaran klien biasanya compos mentis
i. Pemeriksaan fungsi serebri
Status mental : observasi penampilan klien dan tingkah lakunya, nilai
gaya bicara klien dan observasi ekspresi wajah dan aktivitas motorik. Status
mental klien yang telah lama menderita HNP biasanya mengalami perubahan
k. Sistem motoric
- Kaji kekuatan fleksi dan ekstensi tungkai atas, tungkai bawah, kaki, ibu
jari, dan jari lainnya dengan meminta klien melakukan gerak fleksi dan
ekstensi lalu menahan gerakan tersebut
- Ditemukan atropi otot pada maleolus atau kaput fibula dengan
membandingkan kanan dan kiri
- Fakulasi (kontraksi involunter yang bersifat halus) pada otot-otot
tertentu
l. Pemeriksaan reflex
- Refleks achilles pada HNP L4 − L5 negatif
- Refleks lutut/patella pana HNP L4 − L5 negatif
m. Sistem sensorik
Lakukan pemeriksaan rasa raba, rasa sakit, rasa suhu, rasa dalam, dan
rasa getar (vibrasi) untuk menentukan dermatom yang terganggu sehingga
dapat ditentukan pula radiks yang terganggu. Palpasi dan perkusi harus
dikerjakan dengan hati-hati atau halus sehingga tidak membingungkan klien.
Palpasi dilakukan pada daerah yang ringan rasa nyerinya ke arah yang paling
terasa nyeri
- B4 (Bladder)
Kaji keadaan urine meliputi warna, jumlah, dan karakteristik,
termasuk berat jenis urine. Penurunan jumlah urine dan peningkatan retensi
cairan dapat terjadi akibat menurunnya perfusi pada ginjal
- B5 (Bowel)
Pemenuhan nutrisi berkurang karena adanya mual dan asupan nutrisi
yang kurang. Lakukan pemeriksaan rongga mulut dengan melakukan
penilaian ada tidaknya lesi pada mulut atau perubahan pada lidah. Hal ini
dapat menunjukkan adanya dehidrasi
- B6 (Bone)
Adanya kesulitan dalam beraktivitas dan menggerakkan badan karena
adanya nyeri, kelemahan, kehilangan sensorik, dan mudah lelah
menyebabkan masalah pada pola aktivitas dan istirahat.
Inspeksi kurvatura yang berlebihan, pendaftaran arkus lumbal, adanya
angulus, pelvis yang miring/asimetris muskulatur paravertebral atau bokong
yang asimetris, postur tubuh yang abnormal. Adanya kesulitan atau hambatan
dalam melakukan pergerakan punggung, pelvis, dan tungkai selama bergerak.
Palpasi ketika meraba kolumna vertebralis cari kemungkinan adanya deviasi ke
lateral atau anteroposterior. Palpasi pada daerah yang ringan rasa nyerinya ke arah
yang paling terasa nyeri. (Arif Muttaqin, 2008
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan dan intervensi pada pasien Herniasi Nukleus Pulposus
menurut (Arif Muttaqin, 2008, 360), antara lain:
1. Nyeri b.d penjepitan saraf pada diskus intervertebralis, tekanan di daerah distribusi
ujung saraf
2. Risiko tinggi trauma b.d hambatan mobilitas fisik, kesulitan atau hambatan dalam
melakukan pergerakan punggung, pelvis, dan tungkai
3. Defisit perawatan diri b.d kelemahan neuromuskular menurunnya kekuatan dan
kesadaran, kehilangan kontrol/koordinasi otot
4. Resiko gangguan integritas kulit b.d imobilisasi, tidak adekuatnya sirkulasi perifer,
tirah baring lama
5. Koping individu tidak efektif b.d ketidakberdayaan dan merasa tidak ada harapan,
kehilangan/perubahan dalam pekerjaan
6. Cemas b.d ancaman kondisi sakit dan perubahan kesehatan
3. Rencana Keperawatan
Diagnosa keperawatan dan intervensi pada pasien Herniasi Nukleus Pulposus
menurut (Arif Muttaqin, 2008, 360), antara lain:
1. Nyeri b.d penjepitan saraf pada diskus intervertebralis, tekanan di daerah distribusi
ujung saraf
Dalam waktu 3 kali 24 jam nyeri berkurang atau dapat diadaptasi oleh
TUJUAN
klien
Bantu klien dalam identifikasi faktor Nyeri dipengaruhi oleh kecemasan, ketegangan,
2
pencetus suhu, distensi kandung kemih, dan berbaring lama
Jelaskan dan bantu klien dengan Pendekatan dengan menggunakan relaksasi dan
3 tindakan pereda nyeri non nonfarmakologi lainnya telah menunjukkan
farmakologi dan non invasif keefektifan dalam mengurangi nyeri
2. Resiko tinggi trauma b.d hambatan mobilitas fisik, kesulitan atau hambatan
dalam melakukan pergerakan punggung, pelvis dan tungkai
Dalam waktu 3 x 24 jam klien mampu melaksanakan aktivitas
TUJUAN
fisik sesuai dengan kemampuannya
Klien dapat ikut serta dalam program latihan, tidak terjadi
KRITERIA
kontraktur sendi, bertambahnya kekuatan otot, klien
HASIL
menunjukkan tindakan untuk Meningkatkan mobilitas
NO INTERVENSI RASIONAL
Kaji mobilitas yang ada dan
Mengetahui Tingkat kemampuan klien dalam
1 observasi peningkatan kerusakan.
melakukan aktivitas
Kaji secara teratur fungsi motorik
Menurunkan risiko terjadinya iskemia
2 Ubah posisi klien tiap 2 jam jaringan akibat sirkulasi darah yang jelek
pada daerah yang tertekan
Ajarkan klien untuk melakukan Gerakan aktif memberikan massa, tonus, dan
3 latihan gerakan aktif pada kekuatan otot, serta memperbaiki fungsi
ekstremitas yang tidak sakit jantung dan pernafasan
Otot volunter akan kehilangan tonus dan
Melakukan gerakan pasif pada
4 kekuatannya bila tidak dilatih untuk
ekstremitas yang sakit
digerakkan
Inspeksi kulit bagian distal setiap Deteksi dini adanya gangguan sirkulasi dan
hari. Pantau adanya iritasi, hilangnya sensasi resiko tinggi kerusakan
5
kemerahan, atau luka pada kulit integritas kulit kemungkinan komplikasi
dan membran mukosa imobilisasi
Bantu klien melakukan latihan
Untuk memelihara fleksibilitas sendi sesuai
6 ROM, perawatan diri sesuai
kemampuan
toleransi
Meningkatan kemampuan dalam mobilisasi
Kolaborasi dengan ahli fisioterapi
7 ekstremitas dapat ditingkatkan dengan latihan
untuk latihan fisik klien
fisik dari tim fisioterapis
5. Koping individu tidak efektif b.d ketidakberdayaan dan merasa tidak ada
harapan, kehilangan/perubahan dalam pekerjaan
TUJUAN Dalam waktu 2 x 24 jam koping individu menjadi efektif
Mampu menyatakan atau mengomunikasikan dengan orang
terdekat tentang situasi dan perubahan yang sedang terjadi,
KRITERIA
mampu menyatakan penerimaan diri terhadap situasi, mengakui
HASIL
dan menggabungkan perubahan ke dalam konsep diri dengan cara
yang akurat tanpa harga diri yang negatif
NO INTERVENSI RASIONAL
Kaji Perubahan akibat gangguan Menentukan bantuan yang diperlukan
1 persepsi dan hubungan dengan individual dalam menyusun rencana
derajat ketidakmampuan perawatan atau pemilihan intervensi
Anjurkan klien untuk
Menunjukkan penerimaan, membantu klien
mengekspresikan perasaan
2 untuk mengenal dan mulai menyesuaikan
termasuk perasaan bersalah pada
dengan perasaan tersebut
diri sendiri dan kemarahan
Mendukung penolakan terhadap bagian tubuh
Catat ketika klien menyatakan
atau perasaan negatif terhadap gambaran
terpengaruh seperti sekarat atau
3 tubuh dan kemampuan yang menunjukkan
mengingkari dan menyatakan
kebutuhan dan intervensi serta dukungan
inilah kematian
emosional
Pernyataan pengakuan terhadap
Membantu klien untuk melihat bahwa
penolakan tubuh, mengingatkan
perawat menerima kedua bagian sebagai
kembali fakta kejadian tentang
4 bagian dari seluruh tubuh. Mengizinkan klien
realitas bahwa masih dapat
untuk merasakan adanya harapan dan mulai
menggunakan sisi yang sakit dan
menerima situasi baru
belajar mengontrol sisi yang sehat
Bantu dan aja anjurkan perawatan
Membantu meningkatkan perasaan harga diri
5 yang baik dan memperbaiki dan mengontrol lebih dari satu area
kebiasaan kehidupan
Anjurkan orang yang terdekat Menghidupkan kembali perasaan
untuk mengizinkan klien kemandirian dan membantu meningkatkan
6
melakukan sebanyak-banyaknya harga diri serta mempengaruhi proses
hal-hal untuk dirinya rehabilitasi
Dukung perilaku atau usaha seperti Klien dapat beradaptasi terhadap perubahan
7 peningkatan minat atau partisipasi dan pengertian tentang peran individu masa
dalam aktivitas rehabilitasi mendatang
Dapat mengindikasikan terjadinya depresi
Monitor gangguan tidur,
umumnya terjadi sebagai pengaruh dari
8 peningkatan kesulitan konsentrasi,
stroke yang memerlukan intervensi dan
letargi dan penolakan
evaluasi lebih lanjut
Kolaborasi rujuk pada ahli
Dapat memfasilitasi perubahan peran yang
9 neuropsikologi dan konseling bila
penting untuk perkembangan perasaan
ada indikasi
1. Identitas
a. Nama : Bp.x
b. Umur : 45 tahun
2. Keluhan utama
Pasien mengeluhkan nyeri yang hebat pada daerah pinggul, skala nyeri
6-7. Nyeri semakin meningkat bila digunakan untuk bergerak/beraktivitas.
3. Riwayat penyakit saat ini
Pasien mengeluh kedua kakinya terasa baal (mati rasa), hal ini terjadi
sejak 2 hari yang lalu. Selain itu, pasien juga mengeluhkan nyeri yang hebat
pada daerah pinggul, skala nyeri 6-7. Nyeri semakin meningkat bila
digunakan untuk bergerak/beraktivitas. Pasien datang ke RS dan didiagnosis
oleh dokter menderita HNP. Hasil pemeriksaan Radiologi menunjukkan
adanya penyempitan pada discus intervertebralis daerah L 1 sampai L3
4. Riwatar penyakit dahulu
Tidak dikaji
5. Riwayat penyakit keluarga
Tidak dikaji
6. Pemeriksaan Fisik
Tidak terkaji
8. Pemeriksaan Diagnostik
B. Pengelompokan Data
Data Subjektif Data Objektif
D. Rencana Keperawatan
7. Nyeri b.d penjepitan saraf pada diskus intervertebralis, tekanan di daerah distribusi
ujung saraf
Dalam waktu 3 kali 24 jam nyeri berkurang atau dapat diadaptasi oleh
TUJUAN
klien
NO Intervensi Rasional
Jelaskan dan bantu klien dengan Pendekatan dengan menggunakan relaksasi dan
3 tindakan pereda nyeri non nonfarmakologi lainnya telah menunjukkan
farmakologi dan non invasif keefektifan dalam mengurangi nyeri
9
Kolaborasi dengan dokter, Analgesik menblok lintasan nyeri sehingga nyeri
pemberian analgesic akan berkurang
8. Resiko tinggi trauma b.d hambatan mobilitas fisik, kesulitan atau hambatan
dalam melakukan pergerakan punggung, pelvis dan tungkai
Dalam waktu 3 x 24 jam klien mampu melaksanakan aktivitas
TUJUAN
fisik sesuai dengan kemampuannya
Klien dapat ikut serta dalam program latihan, tidak terjadi
KRITERIA
kontraktur sendi, bertambahnya kekuatan otot, klien
HASIL
menunjukkan tindakan untuk Meningkatkan mobilitas
NO INTERVENSI RASIONAL
Kaji mobilitas yang ada dan
Mengetahui Tingkat kemampuan klien dalam
1 observasi peningkatan kerusakan.
melakukan aktivitas
Kaji secara teratur fungsi motorik
Menurunkan risiko terjadinya iskemia
2 Ubah posisi klien tiap 2 jam jaringan akibat sirkulasi darah yang jelek
pada daerah yang tertekan
Ajarkan klien untuk melakukan Gerakan aktif memberikan massa, tonus, dan
3 latihan gerakan aktif pada kekuatan otot, serta memperbaiki fungsi
ekstremitas yang tidak sakit jantung dan pernafasan
Otot volunter akan kehilangan tonus dan
Melakukan gerakan pasif pada
4 kekuatannya bila tidak dilatih untuk
ekstremitas yang sakit
digerakkan
Inspeksi kulit bagian distal setiap Deteksi dini adanya gangguan sirkulasi dan
hari. Pantau adanya iritasi, hilangnya sensasi resiko tinggi kerusakan
5
kemerahan, atau luka pada kulit integritas kulit kemungkinan komplikasi
dan membran mukosa imobilisasi
Bantu klien melakukan latihan
Untuk memelihara fleksibilitas sendi sesuai
6 ROM, perawatan diri sesuai
kemampuan
toleransi
Meningkatan kemampuan dalam mobilisasi
Kolaborasi dengan ahli fisioterapi
7 ekstremitas dapat ditingkatkan dengan latihan
untuk latihan fisik klien
fisik dari tim fisioterapis
Identifikasi kebiasaan buang air
Meningkatkan latihan dan menolong
8 besar. Anjurkan minum dan
mencegah konstipasi
meningkatkan aktivitas
Kolaborasi pemberian suppositoria Pertolongan utama terhadap fungsi bowel
9
dan pelumas feses/pencahar atau buang air besar
Konsul ke dokter untuk terapi Untuk mengembangkan terapi dan
10
okupasi melengkapi kebutuhan khusus
DAFTAR PUSTAKA
Mutaqqin,A.2008.Buku Ajar Asuhan Keperawatan dengan Gangguan
Sistem Persarafan.Jakarta:Salemba Medika
Nurarid,dkk.(2015). Aplikasi Asuhan keperawatan berdasarkan diagnose
medis dan nanda nic noc jilid 2. Yogyakarta :MediAction.
Alivia,F.2014,LP Hernia Nucleus Pulposus, Academia Edu,diakses pada
tanggal 6 Mei 2019 ,https://www.academia.edu/11896736/LP_Hernia_Pulposus.