Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN DIAGNOSA MEDIS


HERNIA NUCLEUS PULPOSUS (HNP)

OLEH:

ACHMAD SYARIFUL RIZAL

NIM.2030002

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH SURABAYA

TA. 2020/2021
LEMBAR PENGESAHAN

PEMBIBING INSTITUSI CI LAHAN

Nur Muji Astuti, S.Kep., Ns., M.Kep Muharini S Kep Ns


A. Konsep Teori
1. Definisi
Hernia Nucleus Pulposus (HNP) adalah turunnya kandungan annulus
fibrosus dari diskus intervertebralis lumbal pada spinal canal atau rupture
annulus fibrosus dengan tekanan dari nucleus pulposus yang menyebabkan
kompresi pada element saraf. Pada umumnya HNP pada lumbal sering
terjadi pada L4-L5 dan L5-S1. Kompresi saraf pada level ini melibatkan
root nerve L4, L5, dan S1. Hal ini akan menyebabkan nyeri dari pantat dan
menjalar ketungkai. Kebas dan nyeri menjalar yang tajam merupakan hal
yang sering dirasakan penderita HNP (Nanda, 2015).
2. Etiologi
HNP disebabkan oleh adanya cairan yang berbentuk seperti gell
(nucleus pulposus) dari bantalan sendi tulang belakang (diskus
invertebralis) yang keluar dan disebabkan oleh lemahnya dinding bantalan
sendi tulang belakang tersebut (Herliana, Yudhiono dan Fitriyani, 2017).
Lemahnya dinding bantalan sendi tersebut dipengaruhi oleh meningkatnya
usia sehingga mengakibatkan kurang lentur dan tipisnya nucleus pulposus.
Annulus fibrosus mengalami perubahan karena digunakan terus menerus.
Akibatnya, annulus fibrosus biasanya di daerah lumbal dapat menyembul
atau pecah (Moore dan Agur, 2013). Sedangkan menurut Helmi (2012)
kebanyakan penyebab lain dari Hernia nucleus pulposus (HNP) yaitu
disebabkan oleh karena adanya suatu trauma derajat sedang yang berulang
mengenai discus intervertebralis sehingga menimbulkan sobeknya
annulus fibrosus.
3. Web Of Caution
Perubahan degeneratif&Trauma

Rupture diskus

Aliran darah ke diskus berkurang

Serabut anulus robek

Jepitan saraf spinal

B1 B3 B6

Blok saraf parasimpatis Reaksi peradangan Kerusakan jalur simpatetik


desending

Kelumpuhan otot Syok spinal Jar. Saraf medulla spinal


pernapasan putus

Nyeri Akut
hipoksemia Paralis dan paralpegia

Pola napas Gangguan mobilitas fisik


tidak efektif

4. Manifestasi Klinis
Menurut Nanda (2015)
a. HNP Lumbal
1) Terjadi pada area L5-S1 dan L4-L5 dan yang jarang terjadi pada
L3-L4
2) Nyeri pinggang bawah yang intermitten
3) Nyeri menjalar sesuai dengan distribusi saraf skhiatik
4) Sifat nyeri menghebat karena faktor pencetus (batuk, mengejan,
dll)
5) Nyeri berkurang bila istirahat berbaring
6) Sering mengeluh kesemutan dan kekuatan otot menurun
7) Tes laseque dan tes kompresi poplites umumnya akan positif
8) Defisit neurologis

b. HNP Servikal
1) umumnya terjadi pada usia dekade 3 dan 4
2) lokasi di area parasentral unilateral karena pada area tersebut
annulul fibrosus adalah yang terlemah serta ligamennya tipis
3) pada C6 akan menimbulkaan parestesia serta baal pada daerah
distribusi persarafan juga dapat kelemahan otot bisep dan
penurunan refleks bisep
4) penurunan refleks trisep
5. Komplikasi
Kebanyakan komplikasi HNP berupa kompliksasi pasca operasi
a. Komplikasi potensial untuk pendekatan anterior
1) Cedera arteri karotid atau a vertebral
2) Disfungsi saraf laringeus berulang
3) Perforasi esofagus
4) Obstruksi jalan nafas
b. Komplikasi pendekatan posterior
1) Retraksi/kontusio salah satu struktur
2) Kelemahan otot-otot yang dipersyarafi radiks saraf atau medula
c. Komplikasi bedah diskus
1) Terjadi pengulangan herniasi pada tempat yang sama atau tempat
lain
2) Radang pada mebran arachnoid
3) Rasa nyeri seperti terbakar pada derah belakang bagian bawah yang
menyebar ke daerah bokon
4) Sayatan dapat meninggalkan perlekatan dan jaringan parut di
sekitar saraf spinal dan dura, yang akibat radang dapat
menyebabkabn neurotik kronik atau neurofibrosi
5) Cedera syaraf dan jaringan
6) Sindrom diskus gagal (pegal berulang pada pinggul setelah
disektomi lumbal) dapat menetap dan biasanya menyebabkan
ketidakmampuan

6. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Nanda (2015) pemeriksaan yang dilakukan pada pasien HNP
yaitu meliputi :
a. Pemeriksaan klinik, pada punggung, tungkai dan abdomen.
Pemeriksaan rektal dan vaginal untuk menyingkirkan kelainan pada
pelvis
b. Pemeriksaan radiologis
1) Foto polos
2) Pemakaian kontras
3) MRI
4) Scanning tulang
c. Pemeriksaan laboratorium
1) Pemeriksaan urin untuk menyingkirkan kelainan pada saluran
kencing
2) Pemeriksaan darah
7. Penatalaksanaan Medis
Menurut Nanda (2015), pengobatan HNP dapat dibagi menjadi :
a. Pembedahan
Tujuan : Mengurangi tekanan pada radiks saraf untuk mengurangi
nyeri dan mengubah defisit neurologik.
Macam :
1) Disektomi : Mengangkat fragmen herniasi atau yang keluar dari
diskus intervertebral
2) Laminektomi : Mengangkat lamina untuk memajankan elemen
neural pada kanalis spinalis, memungkinkan ahli bedah untuk
menginspeksi kanalis spinalis, mengidentifikasi dan mengangkat
patologi dan menghilangkan kompresi medula dan radiks.
3) Laminotomi : Pembagian lamina vertebra.
4) Disektomi dengan peleburan
b. Terapi Konservatif
1) Tirah baring, berguna untuk mengurangi rasa nyeri mekanik dan
tekanan intradiskal.
2) Medikamentosa :
a) Analgetik dan NSAID
b) Muscle relaxant
c) Kortikosteroid oral
d) Analgetik adjuvant
3) Rehabilitasi medik:
a) Traksi pelvis
b) Termoterapi (terapi panas)
c) Transcutaneous electrical nerve stimulation (TENS)
d) Korset lumbal
e) Latihan dan modifikasi gaya hidup dengan menurunkan berat
badan yang berlebihan

B. Asuhan Keperawatan Penyakit


1. Pengkajian
Pengkajian asuhan keperawatan pada HNP menurut Muttaqin (2014)
adalah sebagai berikut :
a. Pengumpulan Data
Pengkajian mengenai nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, tempat
tinggal, adanya riwayat alergi pada keluarga, adanya riwayat asma
pada saat anak-anak. Hal ini yang perlu dikaji dari identitas klien
adalah tanggal masuk rumah sakit (MRS), nomor rekam medis,
asuransi kesehatan, dan diagnosa medis perlu dilakukan pada klien
dengan HNP.
1) Keluhan utama
Sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan kesehatan
adalah nyeri pada punggung bawah. Untuk lebih lengkap
pengkajian nyeri dengan pendekatan PQRST.
a) Provocking Accident. Adanya riwayat trauma (mengangkat
atau mendorong benda berat)
b) Quality and Quantity. Sifat nyari seperti ditusuk-tusuk atau
seperti disayat, mendenyut, seperti kena api, nyeri tumpul atau
kemang yang terus-menerus.
c) Region, Radiating, and Relief. Letak atau lokasi nyeri
menunjukkan nyeri dengan tepat sehingga letak nyeri dapat
diketahui dengan cermat.
d) Scale of Pain. Pengaruh posisi tubuh atau anggota tubuh
berkaitan dengan aktivitas tubuh, posisi yang dapat meredakan
rasa nyeri dan memperberat nyeri.
e) Time. Sifatnya akut, subakut, perlahan-lahan atau bertahap,
bersifat menetap, hilang timbul, makin lama makin nyeri.
2) Riwayat penyakit sekarang
Adanya riwayat trauma akibat mengangkat atau mendorong benda
yang berat. Pengkajian yang didapat, meliputi keluhan paraparesis
falasid, parestesia, dan retensi urin. Keluhan nyeri pada punggung
bawah, di tengah-tengah abtra bokong dan betis, belakang tumit
dan telapak kaki. Klien sering mengeluh kesemutan (parastesia)
atau bual bahkan kekuatan otot menurun sesuai dengan distribusi
persyaratan yang terlibat. Pengkajian riwayat menstruasi, adneksitis
dupleks kronik, yang juga dapat menimbulkan nyeri punggung
bawah yang keluhan hampir mirip dengan keluhan nyeri HNP
sangat diperlukan agar penegakan masalah klien lebih
komprehensif dan memberikan dampak terhadap intervensi
keperawatan selanjutnya
3) Riwayat penyakit dahulu
Pengkajian yang perlu ditanyakan meliputi apakah klien pernah
menderita TB tulang, osteomalitis, keganasan (mieloma
multipleks), metabolik (osteoporosis) yang sering berhubungan
dengan peningkatan resiko terjadinya herniasi nukleus
pulposus(HNP).
4) Riwayat penyakit keluarga
5) Mengkaji adanya anggota generasi terdahulu yang mengalami
hipertensi dan diabetes melitus.
6) Pengkajian psikososiospiritual
Pengkajian mekanisme koping yang digunakan klien berguna untuk
menilai respons emosi klien terhadap penyakit yang di deritanya
dan perubahan peran klien dalam keluarga dan masyarakat serta
respons atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari-harinya, baik
dalam keluarga maupun masyarakat. Apakah dampak yang timbul
pada klien yaitu timbul seperti ketakutan akan kecatatan, rasa
cemas, rasa ketidak mampuan untuk melakukan aktivitas secara
optimal, dan pandangan terhadap dirinya yang salah (gangguan
citra tubuh). Adanya perubahan berupa paralisis anggota gerak
bawah memberikan manifestasi yang berbeda pada setiap klien
mengalami gangguan tulang belakang dan HNP. Semakin lama
klien menderita paraparese bermanifestasi pada koping yang tidak
efektif.
b. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum
Pada keadaan HNP umumnya tidak mengalami penurunan kesadaran.
Adanya perubahan pada tanda-tanda vital, contohnya bradikardi yang
menyebabkan hipotensi yang berhubungan dengan penurunan
aktivitas karena adanya paraparese.
1) B1 (Breathing)
Jika tidak mengganggu sistem pernapasan biasanya didapatkan:
pada inspeksi, ditemukan tidak ada batuk, tidak ada sesak napas,
dan frekuensi pernapasan normal. Palpasi, taktil fremitus seimbang
kanan dan kiri. Pada perkusi, terdapat suara resonan pada seluruh
lapang paru. Auskultasi tidak terdengar bunyi napas tambahan.
2) B2 (Blood)
Jika tidak ada gangguan pada sistem kardiovaskular, biasanya nadi
kualitas dan frekuensi nadi normal, dan ada auskultasi tidak di
temukan bunyi jantung tambahan.
3) B3 (Brain)
Pengkajian B3 (brain) merupakan pemeriksaan fokus dan lebih
lengkap di bandingkan pengkajian pada sistem lainnya
4) B4 (bladder)
Kaji keadaan urine meliputi warna, jumlah, dan karekteristik urine,
termasuk berat jenis urine. Penurunan jumlah urine dan
peningkatan retensi cairan dapat terjadi akibat menurunnya perfusi
pada ginjal
5) B5 (bowel)
Pemenuhan nutrisi berkurang karena adannya mual dan asupan
nutrisi yang kurang. Pemeriksaan rongga mulut dengan melakukan
penilaian ada tidaknya lesi pada mulut atau perubahan pada lidah
dapat menunjukkan adanya dehidrasi.
6) B6 (bone)
Adanya kesulitan untuk beraktivitas dan menggerakkan badan
karena adanya nyeri, kelemahan, kehilangan sensori, serta mudah
lelah menyebabkan masalah pada pola aktivitas dan istirahat.
a) Look. Kurvatura yang berlebihan, pendataran arkus lumbal,
adanya angulus, pelvis yang miring/asimetris, muskulatur
paravertebral atau pantat yang asimetris, dan postur tungkai
yang abnormal.
b) Feel. Ketika meraba kolumna vertebralis dicari kemungkinan
adanya deviasi kelateral atau antero-posterior. Palpasi dari area
dengan rasa nyeri ringan kearah yang paling terasa nyeri.
c) Move. Adanya kesulitan atau hambatan dalam melakukan
pergerakan punggung, pelvis, dan tungkai selama bergerak.

2. Diagnosa keperawatan
Menurut (SDKI, 2016)
a. Pola napas tidak efektif
D.0005 kategori (fisiologis) subkategori (respirasi)
b. Nyeri akut
D.0077 Kategori (psikologis) subkategori (nyeri dan kenyamanan)
c. Gangguan mobilitas fisik
D.0054 kategori (fisiologis) subkategori (aktivitas/istirahat)
3. Intervensi Keperawatan
Menurut (SIKI, 2016)
1) Pola napas tidak efektif
Tujuan
Menjaga ventilasi agar tetap adekuat
Kriteria Hasil
a. Frekuensi napas membaik
b. Kedalaman napas membaik
c. Penggunaan otot bantu napas menurun
Intervensi
a. Monitor pola napas
b. Monitor bunyi napas tambahan
c. Monitor sputum
d. Pertahankan kepatenan jalan napas
e. Posisikan semi fowler/fowler
f. Berikan minum hangat
g. Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
h. Lakukan penghisapan lendir <15 detik
i. Berikan oksigen, jika perlu
j. Anjurkan asupan cairan 2L/hari
k. Anjurkan batukefektif
l. Kolaborasi pemberian bronkodilator,ekspektoran, mukolitik, jika
perlu
2) Nyeri akut
Tujuan
Tingkat nyeri menurun
Kriteria Hasil
a. Keluhan nyeri menurun
b. Meringis menurun
c. Gelisah menurun
Intervensi
a. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri
b. Identifikasi skala nyeri
c. Identifikasi respon nyeri non verbal
d. Monitor keberhasilan terapi komplementer
e. Berikan teknik nonfarmakologis
f. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
g. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
h. Jelaskan strategi meredakan nyeri
i. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
3) Gangguan mobilitas fisik
Tujuan
Meningkatkan mobilitas fisik
Kriteria hasil
a. Pergeraakan ekstermitas meningkat
b. Nyeri menurun
c. Kecemasan menurun
Intervensi
a. Identifikasi adanya nyeri tau keluhan fisik lainnya
b. Identifikasi toleranssi fisik melakukan ambulasi
c. Fasilitasi aktivitas ambulasi dengan alat bantu
d. Fasilitasi melakukan mobilitas fisik, jika perlu
e. Jelaskan tujuan dan prosedur ambulasi
f. Anjurkan melakukan ambulasi dini
g. Anjurkan ambulasi sederhana yang harus dilakukan
4. Implementasi Keperawatan
Tindakan untuk menjalankan rencana yang telah dibuat. Dengan demikian,
implementasi hanya dapat dilakukan jika terdapat sebuah rencana.
5. Evaluasi
Kegiatan dalam menilai tindakan keperawatan yang telah ditentukan,
untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan klien secara optimal dan
mengukur hasil dari proses keperawatan.

DAFTAR PUSTAKA

Helmi, Z. N. (2012) “Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal,” in. Jakarta:


Salemba Medika.

Herliana, A., Yudhiono, N. F. dan Fitriyani (2017) “Sistem pakar diagnosis


penyakit hernia nukleus pulposus menggunakan forward chainning
berbasis web,” Jurnal Kajian Ilmiah, 17(3), hal. 86.

Moore, K. L. dan Agur (2013) “Clinically Oriented Anatomy,” in. Philladhelpia:


Lippincott Williams & Wilkins.

Muttaqin, A. (2014) Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan


Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika.

Nanda (2015) Nursing diagnoses: definitions and classification, 2015-2017,


Choice Reviews Online. doi: 10.5860/choice.188207.

SDKI, T. P. (2016) Standart Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan


Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

SIKI (2016) Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. 1 ed. Jakarta Selatan:


PPNI.

Anda mungkin juga menyukai