DENGAN PNEUMONIA
Disusun oleh :
JURUSAN KEPERAWATAN
2019
LEMBAR PENGESAHAN
DENGAN PNEUMONIA
Disusun untuk Memenuhi Tugas Praktik Klinik Keperawatan Mata Kuliah Keperawatan
Anak
Disusun oleh:
Mengetahui,
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan asuhan keperawatan
dengan judul “Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan An. DPneumonia Di
bangsal CempakaRSUD Wates”.Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas praktik klinik
Anak.
Kami berharap semoga laporan ini dapat membantu pembaca untuk lebih mengetahui
tentang asuhan keperawatan pada An. D dengan diagnosa Pneumonia di bangsal
CEMPAKA RSUD Wates.Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih
jauh dari kata sempurna.Oleh karena itu, penulis mengharap saran dari berbagai pihak
agar laporan ini lebih sempurna.
Penulis
LAPORAN PENDAHULUAN
PNEUMONIA
A. Pengertian
Pneumonia adalah suatu proses peradangan dimana terdapat konsolidasi yang
disebabkan pengisian rongga alveoli oleh eksudat. Pertukaran gas berlangsung pada
daerah yang mengalami konsolidasi dan darah dialirkan kesekitar alveoli yang tidak
berfungsi. Hipoksemia dapat terjadi tergantung banyaknya jaringan paru-paru yang
sakit ( Doenges & Moorhouse, 2010 : 67 ).
Definisi Pneumonia adalah suatu infeksi dari satu atau dua paru-paru yang
biasanya disebabkan oleh bakteri-bakteri, virus-virus, atau jamur. Pneumonia adalah
infeksi yang menyebabkan paru-paru meradang. Kantung-kantung udara dalam paru
yang disebut alveoli dipenuhi nanah dan cairan sehingga kemampuan menyerap
oksigen menjadi kurang. Di dalam buku Pedoman Pemberantasan Penyakit ISPA
untuk Penanggulangan Pneumonia pada Balita, disebutkan bahwa pneumonia
merupakan salah satu penyakit infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) yang mengenai
bagian paru (jaringan alveoli) (Depkes RI, 2014:4)
B. Klasifikasi
Klasifikasi menurut Misnadiarly (2009) :
1. Berdasarkan ciri radiologis dan gejala klinis, dibagi atas :
a. Pneumonia tipikal, bercirikan tanda-tanda pneumonia lobaris dengan opasitas
lobus atau lobularis.
b. Pneumonia atipikal, ditandai gangguan respirasi yang meningkat lambat
dengan gambaran infiltrat paru bilateral yang difus.
2. Berdasarkan faktor lingkungan :
a. Pneumonia komunitas
b. Pneumonia nosokomial
c. Pneumonia rekurens
d. Pneumonia aspirasi
e. Pneumonia pada gangguan imun
f. Pneumonia hipostatik
3. Berdasarkan sindrom klinis :
a. Pneumonia bakterial berupa : pneumonia bakterial tipe tipikal yang
terutama mengenai parenkim paru dalam bentuk bronkopneumonia dan
pneumonia lobar serta pneumonia bakterial tipe campuran atipikal yaitu
perjalanan penyakit ringan dan jarang disertai konsolidasi paru.
b. Pneumonia non bakterial, dikenal pneumonia atipikal yang disebabkan
Mycoplasma, Chlamydia pneumoniae atau Legionella.
1. Klasifikasi berdasarkan Reeves (2009) :
a. Community Acquired Pneunomia dimulai sebagai penyakit pernafasan
umum dan bisa berkembang menjadi pneumonia. Pneumonia Streptococal
merupakan organisme penyebab umum. Tipe pneumonia ini biasanya
menimpa kalangan anak-anak atau kalangan orang tua.
b. Hospital Acquired Pneumonia dikenal sebagai pneumonia nosokomial.
Organisme seperti ini aeruginisa pseudomonas. Klibseilla atau aureus
stapilococcus, merupakan bakteri umum penyebab hospital acquired
pneumonia.
c. Lobar dan Bronkopneumonia dikategorikan berdasarkan lokasi anatomi
infeksi. Sekarang ini pneumonia diklasifikasikan menurut organisme,
bukan hanya menurut lokasi anatominya saja.
d. Pneumonia viral, bakterial dan fungi dikategorikan berdasarkan pada agen
penyebabnya, kultur sensifitas dilakukan untuk mengidentifikasikan
organisme perusak.
C. Etiologi
Jenis Etiologi Faktor Resiko Tanda & Gejala
pneumonia
Sindroma Streptococcus Sicklo cell diseases Onset
tipikal pneumonia tanpa Hipogammaglobulinemia mendadak dingin,
penyulit Multipel mieloma menggigil, demam
Streptococcus (39-400C), Nyeri
pneumonia dada pleuritis
dengan penyulit Batuk
produktif, sputum
hijau dan puluren
serta mungkin
mengandung
bercak darah.
Terkadang
hidung kemerahan.
Reaksi
interkostal,
penggunaan otot
aksesorius, dan
bisa timbul
sianosis.
Sindroma Haemophilus Usia tua Onset berharap
atipik influenzae COPD dalam 3 hari
Stapihilococcu Flu malaise, nyeri
s aureus § Anak- anak kepala, nyeri
§ Mycoplasma § Dewasa muda tenggorokan, dan
pneumonia batuk kering.
§ Virus pathogen Nyeri dada
karena batuk
Aspirasi Aspirasi basil Alkoholismedebilitas Pada anaerob
gram negatif, Perawatan (misalnya campuran,
klebsiela, infeksi nosokimial) mulanya onset
pseudomonas, Gangguan kesadaran perlahan
enterobacter, Demam rendah,
echerchia proteus, batuk
basil gram positif Foto dada
starfilococcus terlihat jaringan
Aspirasi asam intersitial
lambung tergantung bagian
yang parunya yang
terkena
Infeksi gram
negatif atau positif
Gambaran
klinik mungkin
sama dengan
pneumonia klasik
Disters respirasi
mendadak,
dipsnea, sianosis,
batuk, hipoksemia
dan diikuti tanda
infeksi sekunder
Hematogen Terjadi bila Kateter IV yang Gejala
kuman patogen terinfeksi pulmonal timbul
menyebar ke Endokarditis minimal di
paru-paru melalui Drug abuse banding gejala
aliran darah, Abses intraabdomen septikemi
seperti pada Pielonefritis Batuk
kuman Empiema kandung nonproduktif dan
stafilococcus, E. kemih nyeri pleuritik
Colli, anaerob sama seperti yang
enteritik terjadi pada
emboli paru
Menurut Misnadiarly (2009), tanda dan gejala pneumonia secara umum dapat
dibagi menjadi:
1. Manifestasi non spesifik infeksi dan toksisitas berupa demam,sakit kepala,
iritabel, gelisah, malaise, nafsu makan kurang, keluhan gastrointestinal.
2. Gejala umum: demam, sesak nafas, nadi berdenyut lebih cepat, dan dahak
berwarna kehijauan seperti karet.
3. Tanda pneumonia berupa retraksi ( penarikan dinding dada bagian bawah ke
dalam saat bernafas bersama dengan peningkatan frekuensi nafas), perkusi pekak,
fremitus melemah, suara nafas melemah, dan ronki
4. Tanda efusi pleura atau empiema berupa gerak ekskursi dada tertinggal di daerah
efusi, perkusi pekak, fremitus melemah, suara nafas melemah, suara nafas tubuler
tepat di atas batas cairan, friction rub, nyeri dada karena iritasi pleura (nyeri
berkurang apabila efusi bertambah dan berubah menjadi nyeri tumpul), kuku
kuduk / meningismus( iritasi meningen tanpa inflamasi) bila terdapat iritasi pleura
atas, nyeri abdomen( kadang terjadi bila iritasi mengenai difragma pada
pneumonia lobus kanan bawah).
5. Tanda infeksi intrapulmonal
D. Manifastasi Klinis
Tanda-tanda klinis utama termasuk hal-hal berikut ini
1 Batuk
2 Dispnea
3 Takipnea
4 Sianosis
5 Melemahnya suara napas
6 Retraksi dinding toraks
7 Napas cuping hidung
8 Nyeri abdomen (disebabkan oleh iritasi diafragma oleh paru terinfeksi di
dekatnya)
9 Batuk paroksismal mirip pertusis (umumnya terjadi pada anak yang lebih
kecil)
10 Anak-anak yang lebih besar tidak tampak sakit (Joyke M. Black. 2014)
E. Patofisiolgi
Paru merupakan struktur kompleks yang terdiri atas kumpulan unit yang
di bentuk melalui percabangan progresif jalan nafas. Saluran nafas bawah yang
normal adalah steril, walaupun bersebelahan dengan sejumlah besar
mikroorganisme yang menempati orofaring dan terpajan oleh mikroorganisme
dari lingkungan udara yang di hirup. Sterilisasi saluran nafas bagian bawah
adalah hasil mekanisme penyaring dan pembersihan yang efektif.
Saat terjadi inhalasi-bakteri mikroorganisme penyebaba pneumonia
ataupun akibat dari penyebaran secara hematogen dari tubuh dan aspirasi melalui
orofaring-tubuh pertama kali akan melakukan mekanisme pertahanan primer
dengan meningkatkan respon radang.
Timbulnya hepatisasi merah dikarenakan pembesaran eritrosit dan
beberapa leukosit dari kapiler paru-paru. Pada tingkat lanjut aliran darah
menurun, alveoli penuh dengan leukosit dan relatif sedeikit eritrosit. Kuman
pneumococcus difagosit oleh leukosit beserta kuman. Paru masuk ke dalam tahap
hepatisasi abu-abu dan tampak berwarna abu-abu kekuningan. Secara perlahan sel
darah merah yang mati dan eksudat fibrin di buang dari alveoli. Terjadi resolusi
sempurna paru kembali menjadi normal tanpa kehilangan kemampuan dalam
pertukaran gas ( Misnadiarly, 2009)
F. PATHWAY
G. Komplikasi
1. Pneumonia interstisial menahun
2. Atelektasis segmental atau lobar kronik
3. Rusaknya jalan napas
4. Efusi pleura
5. Kalsifikasi paru
6. Fibrosis paru
7. Bronkitis obliteratif dan bronkiolitis
8. Atelektasis persisten (Joyke M. Black. 2014)
H. Pemeriksaan penunjang
1. Sinar X
Mengidentifikasikan distribusi struktural (misal: lobar, bronchial); dapat juga
menyatakan abses) luas /infiltrasi, empiema (stapilococcos), infiltrasi menyebar
atau terlokalisasi (bakterial), atau penyebaran/perluasan infiltrasi nodul (lebih
sering virus). Pada pneumonia mikoplasma, sinar x dada mungkin bersih.
2. GDA/nadi oksimetris : tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru
yang terlibat dan penyakit paru yang ada.
3. Pemeriksaan gram/kultur, sputum dan darah: untuk dapat diambil biosi jarum,
aspirasi transtrakea, bronkoskofi fiberobtik atau biosi pembukaan paru untuk
mengatasi organisme penyebeb. Lebih dari satu organise ada : bekteri yang umum
meliputi diplococcos pneumonia, stapilococcos, aures A.-hemolik strepcoccos,
hemophlus influenza : CMV. Catatan : keluar sekutum tak dapat di
identifikasikan semua organisme yang ada. Kultur darah dapat menunjukan
bakteremia semtara
4. JDL : leokositosis biasanya ada, meskipun sel darah putih rendah terjadi pada
infeksi virus, kondisi tekanan imun seperti AIDS, memungkinkan berkembangnya
pneumonia bakterial.
5. Pemeriksaan serologi: mis, titer virus atau legionella,aglutinin dingin. membantu
dalam membedakan diagnosis organisme khusus.
6. Pemeriksaan fungsi paru: volume mungkin menurun (kongesti dan kolaps
alveolar); tekanan jalan nafas mungkin meningkat dan komplain. Mungkin terjadi
perembesan (hipoksemia)
7. Aspirasi perkutan atau biopsi jaringan paru terbuka: dapat menyatakan jaringan
intra nuklear tipikal dan keterlibatan sitoplasmik (CMP; kareteristik)
(Maritin,2010).
I. Penatalaksanaan
a. Pemberian antibiotic
Kepada penderita yang penyakitnya tidak terlalu berat, biasanya diberikan
antibiotik peroral (lewat mulut) dan tetap tinggal dirumah. Seperti: penicillin,
chepalosporin.
b. Penderita yang lebih tua dan penderita dengan sesak nafas atau dengan penyakit
jantung atau paru-paru lainnya, harus dirawat dan antiiotik diberikan melalui
infus. Mungkin perlu diberika oksigen tambahan, cairan intravena dan alat bantu
nafas mekanik.
c. Pemberian antipiretik, analgetik, bronchodilator
d. Pemberian oksigen
e. Pemberian cairan parenteral sesuai indikasi (Maritin,2010).
I. Pengkajian
1. Pemeriksaan kesehatan fungsional
a. Aktifitas/istirahat
Gejala : kelemahan, kelelahan, insomnia
Tanda : letargi, penurunan toleransi terhadap aktivitas
b. Sirkulasi
Tanda : takikardi, penampilan kemerahan atau pucat
c. Makanan/cairan
Gejala : kehilangan nafsu makan, mual, muntah
Tanda : kulit kering dengan turgor buruk, penampilan
kakeksia(malnutrisi)
d. Nyeri/kenyamanan
Gejala: sakit kepala, nyeri kepala
2. Pemeriksaan fisik
a. Sistem integumen: kulit pucat, sianosis, turgor menurun, banyak
keringat, suhu kulit meningkat, kemerahan
b. Sistem pulmonal : pernafasan cuping hidung, hiperventilasi, batuk,
sputum banyak, penggunaan otot bantu pernafasan, pernafasan
diafragma dan perut meningkat, laju pernafasan meningkat, terdengar
stridor, rongkhi pada lapang paru
c. Sistem kardiovaskuler : denyut nadi meningkat, pembuluh darah
vasokonstruksi, kualitas darah menurun
d. Sistem neurosensori : GCS menurun, reflek menurun, letargi
e. Sistem muskoloskeletal :tonus otot menurun, nyeri otot, retraksi paru
f. Sistem genitourinaria : produksi urine menurun
g. Sistem degestif : konsistensi feses normal/diare
J. Diagnosa
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan terdapatnya sekret diparu
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan kapasitas pembawa
oksigen darah
3. Resiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan sekunder
4. Toleransi aktivitas berhubungan dengan keidakseimbangan suplai dan kebutuhan
oksigen
5. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan peningkatan kebutuhan
metabolik sekunder
6. Ansietas berhubungan dengan kondisi kedaruratan hospitalisasi bayi (NANDA,
2018)
DAFTAR PUSTAKA
I. IDENTITAS DATA
A. Identitas Bayi
Nama : An. D
Tanggal lahir : 5 Mei 2019
Jam lahir :
Jenis kelamin : laki-laki
Diagnosa medis : pneumonia
B. Identitas Orang tua
a. Identitas ayah
Nama :W
Umur : 24 tahun
Agama : Islam
Alamat : Pancas Karangwuni
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Buruh
b. Identitas ibu
Nama :N
Umur : 30 tahun
Agama : Islam
Alamat : Turi Sleman
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Buruh
c. Mata
Simetris, tidak ada kelainan pada sklera, konjungtivatidak anemis,
dan tidak ada perdarahan pada mata
d. Telinga
Simetris, tidak ada kelainan, dan tidak ada cairan yang keluar dari
telinga
e. Mulut
Simetris, tidak ada kelainan, tidak ada kelainan
f. Hidung
Simetris, tidak ada benjolan dan kotoran,
g. Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
h. Dada
Simetris, ada retraksi dinding dada , auskultasi dada terdengar suara
ronki
i. Abdomen
Tidak ada perbesaran perut
j. Punggung
Tidak ada benjolan
k. Genetalia
Tidak ada kelainan aresia ani, terdapat lubang vagina dan lubang
uretra
l. Ekstermitas
Simetris, tidak ada kelainan polidaktili maupun sindaktili
3. Pola kesehatan
a. Nutrisi
Bayi minum ASI lewat ogt pada ibu setiap 2jam sekali
b. Eliminasi
BAB teratur setiap harinya
BAK teratur setiap harinya
c. Personal hygiene
Selama di RS bayi setiap hari dilap oleh orangtua dengan
menggunakan waslap basah
d. Istirahat-tidur
Pasien tidak ada gangguan tidur, tidur kurang lebih 12 jam sehari
V. ANALISA DATA
No Data Masalah Penyebab
1. DO: Bersihan jalan Terdapat sekret
a. Terdengar suara ronki basah nafas tidak pada paru
dan suara grok-grok saat efektif
dilakukan auskultasi
DS:
a. Ibu mengatakan setelah 5 hari
dirumah bayi mengalami batuk
berdahak lalu dibawa kerumah
sakit dan diminta untuk rawat
inap
2. DO: Ansietas Kondisi
a. Ibu terlihat keluar masuk ruang kedaruratan
perawatan anak untuk hospitalisasi
menenggok bayinya bayinya
DS:
a. Ibu mengtaakan khawatir dan
takut dengan kondisi bayinya
VI. DIAGNOSA
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan terdapatnya sekret
diparu
2. Ansietas berhubungan dengan kondisi kedaruratan hospitalisasi bayi
VII. INTERVENSI
PENUTUP