Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA


Disusun untuk Memenuhi Tugas Profesi Keperawatan Medikal Bedah

Oleh:
Siti Rahmah : 2141312013
Kelompok V

Dosen Pembimbing:
Ns.Devia Putri Lenggogeni, M.Kep.,Sp.Kep,MB
Ns. Mulyanti Roberto,M.Kep
Ns. Boby Krisdianto,M.Kep

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2021
A. Landasan Teoritis Penyakit
1. Defenisi

Pneumonia adalah salah satu penyakit peradangan akut parenkim paru


yang biasanya dari suatu infeksi saluran pernafasan bawah akut (ISNBA).
Dengan gejala batuk dan disertai dengan sesak nafas yang disebabkan
agen infeksius seperti virus, bakteri, mycoplasma (fungi) dan aspirasi
substansi asing, berupa radang paru-paru yang disertai eksudasi dan
konsolidasi dan dapat dilihat melalui gambaran radiologis (Nursalam,
2015).

Pneumonia adalah infeksi akut parenkim paru yang meliputi alveolus


dan jaringan dan jaringan intersittel. Pneumonia merupakan penyakit yang
menjadi masalah di berbagai negara terutama di negara berkembang
termasuk Indonesia dan merupakan penyebab kematian utama pada balita.
Berbagai mikroorganisme dapat menyebabkan pneuomonia antara lain
virus dan bakteri. Beberapa faktor yang dapat meningkatkan resiko untuk
terjadinya dan beratnya pneumonia antara lain adalah defek anatomi
bawaan, defisit imunologi, polusi, GER, dan aspirasi (Daud Dasril, 2013).

Pneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang biasanya


terjadi apada anak-anak tetapi terjadi lebih sering pada bayi dan awal masa
kanak-kanak dan secara klinis penumonia dapat terjadi sebagai penyakit
primer atau komplikasi dari penyakit lain (Hockenberry dan Wilson, 2009
dalam Seyawati Ari, 2018).

2. Etiologi
Penyebaran infeksi terjadi melalui droplet atau sering disebabkan
oleh streptoccus pneumonia, melalui slang infuse oleh staphylococcus
aureus sedangkan pada pemakaian ventilator oleh p. Aeruginosa dan
enterobacter. Dan masa kini terjadi karena perubahan keadaan pasien
seperti kekebalan tubuh dan penyakit kronis, polusi lingkungan,
penggunaan antibiotik yang tidak tepat.
Setelah masuk ke paru paru organism bermultiplikasi dan, jika
telah berhasil mengalahkan mekanisme pertahanan paru, terjadi
pneumonia. Selain di atas penyebab terjadinya pneumonia sesuai
penggolongannya yaitu (Nursalam, 2015):
a. Bacteria: diploccus pneumonia, pneumocaccus, streptokokus
hemolyticus, streptokoccus aureus, hemophilus influenzae,
mycobacterium tuberkulosis, bacillus friedlander.
b. Virus: respiratory syncytial virus, adeno virus, V.Ssitomegalitik,
V.Influenza.
c. Mycoplasma pneumonia
d. Jamur: histoplasma capsulatum, cryptococcus neuroformans,
blastomyces dermatitides, coccidodies immtis, aspergillus, species,
candida albicans.
e. Aspirasi: makanan, kerosene (bensin, minyak tanah), cairan
amnion, benda asing
f. Pneumonia hipostatik
g. Sindrom loeffler.
3. Manifestasi Klinis

Menurut (Asih, Niluh., 2003) tanda gejala pneumonia terdiri atas:


Temuan Subjektif Temuan Objektif
a. Dispnea a. Demam
b. Takipnea (laju pernafasan >60 b. Membebat hemotoraks yang sakit
kali/menit). c. Hipoksemia
c. Nyeri dada pleuritik d. Bunyi pekak saat perkusi
d. Demam tinggi (suhu 39-40’C) e. Krakles
e. Menggigil f. Tidak ada bunyi napas pada
f. Hemoptisis bidang paru yang dakit
g. Batuk produktif dengan sputum g. Rongent dada mungkin
berbusa atau purulen menunjukkan infiltrat,
konsolidasi, atau opasifikasi
Tanda & Gejala Berdasarkan Jenis Pneumonia (Somantri, 2007)
JENIS PNEUMONIA FAKTOR RESIKO TANDA & GEJALA
Sindroma Tipikal  Sickle cell disease  Onset mendadak dingin,
 Hipogammaglobuline menggigil, demam (39-400C)
mia  Nyeri dada pleuritis
 Multiple myeloma  Batuk produktif, sputum hijau,
purulen, dan mungkin
mengandung bercak darah,
serta hidung kemerahan
 Retraksi interkostal,
penggunaan otot aksesorius,
dan bisa timbul sianosis
Sindrom Atipikal  Usia tua  Onset bertahap dalam 3-5 hari
 COPD  Malaise, nyeri kepala, nyeri
 Flu tenggorokan
 Anak-anak  Nyeri dada karena batuk
 Dewasa muda
Aspirasi  Kondisi lemah karena  Anaerobic campuran, mulanya
konsumsi alkohol onset perlahan
 Perawatan (misalnya  Demam rendah dan batuk
infeksi nosokomial)  Produksi sputum; bau busuk
 Gangguan kesadaran  Foto dada jaringan interstitial
yang terkena tergantung
bagian yang terkena di paru-
parunya
 Infeksi gram negative atau
positif
 Gambaran klinik mungkin
sama dengan pneumonia
klasik
 Distress respirasi mendadak,
dispnea berat, sianosis, batuk,
dan diikuti tanda infeksi
sekunder
Hematogen  Kateter IV yang  Gejala pulmonal timbul
terinfeksi minimal disbanding gejala
 Endokarditis sepilkemia
 Drug abuse  Batuk non produktif dan nyeri
 Abses intra abdomen pleuritik sama dengan yang
 Pyelonefritis terjadi pada emboli paru-paru
 Empiema kandung
kemih

4. Pemeriksaan Penunjang
a. Radiologi
Pemeriksaan menggunakan foto thoraks (PA/lateral) merupakan
pemeriksaan penunjang utama (gold standard) untuk menegakkan
diagnosis pneumonia. Gambaran radiologis dapat berupa infiltrat sampai
konsoludasi dengan air bronchogram, penyebaran bronkogenik dan
intertisial serta gambaran kavitas.3
b. Laboratorium
Peningkatan jumlah leukosit berkisar antara 10.000 - 40.000 /ul,
Leukosit polimorfonuklear dengan banyak bentuk. Meskipun dapat pula
ditemukanleukopenia. Hitung jenis menunjukkan shift to the left, dan
LED meningkat.
c. Mikrobiologi
Pemeriksaan mikrobiologi diantaranya biakan sputum dan kultur
darah untuk mengetahui adanya S. pneumonia dengan pemeriksaan
koagulasi antigen polisakarida pneumokokkus.
d. Analisa Gas Darah
Ditemukan hipoksemia sedang atau berat. Pada beberapa kasus,
tekanan parsial karbondioksida (PCO2) menurun dan pada stadium lanjut
menunjukkan asidosis respiratorik.
5. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan
a) Penatalaksanaan Medis
Kepada penderita yang penyakitnya tidak terlalu berat, bisa diberikan
antibiotik per oral dan tetap tinggal di rumah. Penderita yang lebih tua dan
penderita dengan sesak napas atau dengan penyakit jantung atau penyakit
paru lainnya, harus dirawat dan antibiotik diberikan melalui infus. Mungkin
perlu diberikan oksigen tambahan, cairan intravena dan alat bantu nafas
mekanik. Kebanyakan penderita akan memberikan respon terhadap
pengobatan dan keadaanya membaik dalam waktu 2 minggu.
Penatalaksanaan umum yang diberikan antara lain (Nursalam, 2015) :
a. Oksigen 1-2 L/menit
b. IVFD dekstrosa 10% NaCl 0,9% = 3:1, + KCL 10 mEq/500 ml cairan.
Jumlah cairan sesuai berat badan, kenaikan suhu, dan status dehidrasi.
c. Jika sesak tidak terlalu berat berat, dapat dimulai makanan enteral
bertahap melalui selang nasogatrik dengan feeding drip.
d. Jika sekresi lendir berlebihan dapar diberikan inhalasi dengan salin
normal dan beta agonis untuk memperbaiki transport mukosillier.
b) Penatalaksanaan Keperawatan

a. Kaji adanya distres pernafasan dengan memantau tanda-tanda vital dan


status pernafasan
b. Beri obat sesuai indikasi :
i. Antibiotik diindikasikan untuk pengobatan pneumonia bakteri.
ii. Antibiotik tidak digunakan untuk mengobati pneumonia virus,
tetapi mungkin dianjurkan untuk mengurangi resiko infeksi bakteri
sekunder.
c. Tingkatkan oksigenasi yang adekuat dan pola nafas normal
d. Rekomendasikan vaksin pneumokokus untuk anak-anak usia 2 tahun
dan anak yang lebih besar yang berisiko terhadap pneumonia.
e. Berikan penyuluhan pada anak dan keluarga.
6. Komplikasi
Dalam Buku Saku Dasar Patologis Penyakit ( Corwin, 2009), komplikasi
pneumonia terdiri atas:
 Pembentukan abses
 Empiema (penyebaran infeksi ke dalam rongga pleura)
 Pneumotoraks
 Gagal napas
 Pengorganisasian eksudat menjadi jaringan parut fibrotic
 Efusi pleura
 Hipoksemia
 Pneumonia kronik
 Bronkaltasis
 Atelektasis (pengembangan paru yang tidak sempurna/bagian paru-paru
yang diserang tidak mengandung udara dan kolaps)
 Komplikasi sistemik (meningitis)
 Endokarditis
 Osteomielitis
 Hipotensi
 Delirium
 Asidosis metabolic
 Dehidrasi
 Bakterimia :merupakan komplikasi dari pneumonia pneumokokus yang
paling serius. Kejadian ini meningkatkan kemungkinan kematian secara
bermakna. Supurasi yang terkait dengan nekrosis likuefaktif alveolus
menyebabkan daerah paru yang rusak digantikan oleh nanah.
 Pneumonia bakteri nekrotikan: kelainan ini merupakan komplikasi yang
jarang terjadi, dicirikan oleh nekrosis paru sangat berat yang berkaitan
dengan penyakit progresif cepat dan angka kematian yang tinggi.
7. WOC Pneumonia
B. Landasan Teoritis Asuhan Kperawatan
a. Pengkajian
1. Riwayat keperawatan
a) Riwayat penyakit sekarang
1) Keluhan yang dirasakan klien
2) Usaha yang dilakukan klien untuk mengatasi keluhan
b) Riwayat oenyakit dahulu
1) Pernah menderita ISPA
2) Riwayat terjadi aspirasi
3) Sistem imun anak yang mengalami penurunan
c) Riwayat penyakit keluarga
1) Ada anggota keluarga yang sakit ISPA
2) Ada anggota keluarga yang sakit Pneumonia
2. Pemeriksaan fisik keperawatan

Pada penderita pneumonia hasil pemeriksaan fisik yang


biasanya muncul, yaitu:

a) Keadaan umum : tampak lemah dan sesak nafas


b) Kesadaran :tergantung tingkat keparahan bisa
somnolent
c) Tanda-tanda vital
1) TD : hipertensi
2) Nadi : takikardi
3) RR : takipnea, dispnea, nafas dangkal
4) Suhu : hipertermi
d) Kepala : tidak ada kelainan
e) Mata : konjungtiva bisa anemis
f) Hidung : jika sesak akan terdengar nafas cuping hidung
g) Paru
- Inspeksi : pengembangan paru berat, tidak simetris kiri dan
kanan, ada penggunaan otot bantu nafas
- Palpasi : adanya nyeri tekan, peningkatan vocal fremitus
pada daerah yang terkena.
- Perkusi: pekak terjadi bila terisi cairan, normalnya timpani.
- Auskultasi : bisa terdengar ronki
h) Jantung : jika tidak ada kelainan jantung, pemeriksaan
jantung tidak ada kelemahan.
i) Ekstremitas : sianosis, turgor berkurang jika dehidrasi.

3. Pola Pengkajian Gordon


a. Pola persepsi sehat-penatalaksanaan sehat
Keluarga sering menganggap seperti batuk biasa, dan
menganggap benar-benar sakit apabila sudah mengalami sesak
napas.
b. Pola metabolik nutrisi
Sering muncul anoreksia (akibat respon sistematik melalui
control saraf pusat), mual muntah karena terjadi peningkatan
rangsangan gaster dari dampak peningkatan toksik
mikroorganisme.
c. Pola eliminasi
Penderita mengalami penurunan produksi urin akibat
perpindahan cairan karena demam.
d. Pola tidur-istirahat
Data yang muncul adalah pasien kesulitan tidur karena sesak
napas. Penampilan lemah, sering menguap, dan tidak bisa tidur
di malam hari karena tidak kenyamanan tersebut.
e. Pola aktivitas-latihan
Aktivitas menurun dan terjadi kelemahan fisik.
f. Pola kognitif-persepsi
Penurunan kognitif untuk mengingat apa yang pernsh
disampaikan biasanya sesaat akibat penurunan asupan nutrisi
dan oksigenasi pada otak.
g. Pola persepsi diri-konsep diri
Tampak gambaran keluarga terhadap pasien, karena pasien
diam.
h. Pola peran hubungan
Pasien terlihat malas jika diajak bicara dengan keluarga, pasien
lebih banyak diam.
i. Pola toleransi stress-koping
Aktivitas yang sering tampak saat menghadapi stress adalah
pasien selalu diam dan mudah marah.
j. Pola nilai-kepercayaan
Nilai keyakinan mungkin meningkat seiring dengan kebutuhan
untuk mendapat sumber kesembuhan dari Allah SWT.

4. Pemeriksaan Diagnostik:
a. Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah menunjukkan leukosistosis dengan
predominan PMN atau dapat ditemukan leucopenia yang
menandakan prognosis buruk. Dapat ditemukan anemia ringan
atau sedang.
b. Pemeriksaan radiologis
1) Bercak konsolidasi merata pada bronkopneumonia
2) Bercak konsolidasi satu lobus pada pneumonia lobaris
3) Gambaran bronkopneumonia difus infiltrat intertisialis pada
pneumonia stafilokok.
5. SDKI, SLKI, SIKI

NO SDKI SLKI SIKI


1 Bersihan jalan napas Bersihan jalan napas Manajemen Jalan
tidak efektif Kriteria hasil: Napas
1. Produksi sputum Observasi:
2. Mengi  Monitor pola napas
3. Wheezing  Monitor bunyi napas
4. Dipsnea tambahan
5. Frekuensi napas  Monitor sputum
(jumlah,warna,aroma)
Terapeutik
 Pertahankan
kepatenan jalan napas
 Posisikan semi fowler
atau fowler
 Lakukan fisioterapi
dada, jika perlu
 Lakukan penghisapan
lendir kurang dari 15
detik
 Berikan oksigen, jika
perlu
Edukasi
 Anjurkan asupan
cairan 2000ml/hari,
jika tidak
kontraindikasi
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
bronkodilator,
ekspektoran,
mukolitik, jika perlu
2 Pola nafas tidak Pola napas Pemantauan Respirasi
efektif Kriteria hasil: Observasi:
1. Dipsnea  Monitor pola
2. Penggunaan otot nafas, monitor saturasi
bantu napas oksigen
3. Frekuensi napas  Monitor
4. Kedalaman napas frekuensi, irama,
kedalaman dan upaya
napas
 Monitor adanya
sumbatan jalan nafas
Terapeutik
 Atur Interval
pemantauan respirasi
sesuai kondisi pasien
Edukasi
 Jelaskan tujuan
dan prosedur
pemantauan
 Informasikan
hasil pemantauan, jika
perlu
Terapi Oksigen
Observasi:
 Monitor
kecepatan aliran
oksigen
 Monitor posisi
alat terapi oksigen
 Monitor tanda-
tanda hipoventilasi
 Monitor integritas
mukosa hidung akibat
pemasangan oksigen
Terapeutik:
 Bersihkan sekret
pada mulut, hidung
dan trakea, jika perlu
 Pertahankan
kepatenan jalan napas
 Berikan oksigen
jika perlu
Edukasi
 Ajarkan keluarga
cara menggunakan O2
di rumah
Kolaborasi
 Kolaborasi penentuan
dosis oksigen
3 Hipertermi Termogulasi Manajemen
Kriteria hasil: Hipertermia
1. Kulit merah. Observasi:
2. Akrosianosis  Identifikasi penyebab
3. Suhu tubuh hipertermia (mis.
4. Suhu kulit dehidrasi, terpapar
lingkungan panas,
penggunaan
inkubator)
 Monitor suhu tubuh
 Monitor kadar
elektrolit
 Monitor haluaran
urine
 Monitor komplikasi
akibat hipertermia
Terapeutik:
 Sediakan lingkungan
yang dingin
 Longgarkan atau
lepaskan pakaian
 Basahi dan kipasi
permukaan tubuh
 Berikan cairan oral
 Hindari pemberian
antipiretik atau asprin
 Berikan oksigen, jika
perlu
Edukasi
 Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian
cairan dan elektrolit
intravena, jika perlu
DAFTAR PUSTAKA

Asih, Niluh Gede Yasmin. 2003. Keperawatan Medikal Bedah: Klien dengan
Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta: EGC.
Daud, D.2013.Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak.Dept.Ilmu Kesehatan
Anak FK-UNHAS: Makassar.

Setyawati, A.2018. Tata Laksana Kasus Batuk dan atau Kesulitan Bernafas:
Literature Review.Jurnal Ilmiah Kesehatan.

Somantri, Irman. 2007. Keperawatan Medikal Bedah: Asuhan Keperawatan pada


Pasien dengan Gangguan Sistem Pernafasan. Jakarta: Salemba Medika
Syahrir, Muhammad, dkk., 2008. Guideline Ilmu Penyakit Paru.Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Edisi 1. Jakarta : PPNI

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Edisi 1. Jakarta : PPNI

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Edisi
1. Jakarta : PPNI

Anda mungkin juga menyukai