Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Stase Kegawat Daruratan dan Kritis
Program Profesi Ners Reguler
Oleh :
JNR0220003
1. Definisi Pnemounia
Pneumonia adalah infeksi yang menyebabkan paru-paru meradang.
Kantung-kantung kemampuan menyerap oksigen menjadi kurang.
Kekurangan oksigen membuat sel-sel tubuh tidak bisa bekerja. Gara-gara
inilah, selain penyebaran infeksi ke seluruh tubuh, penderita pneumonia bisa
meninggal (Misnadiarly, 2018).
Pneumonia adalah keradangan parenkim paru dimana asinus terisi
dengan cairan radang, dengan atau tanpa disertai infiltrasi dari sel radang ke
dalam interstitium, menyebabkan sekumpulan gejala dan tanda khas biasanya
dengan gambaran infiltrat sampai konsolidasi pada foto rontgen dada.
Gejala/tanda tersebut antara lain, demam, sesak napas, batuk dengan dahak
purulen kadang disertai darah dan nyeri dada (Syahrir, 2018).
2. Etiologi
a. Bakteri
Pneumonia yang dipicu bakteri bisa menyerang siapa saja, dari
bayi sampai usia lanjut. Agen penyebab pneumonia di bagi menjadi
organisme gram-positif atau gramnegatif seperti : Steptococcus
pneumoniae (pneumokokus), Streptococcus piogenes, Staphylococcus
aureus, Klebsiela pneumoniae, Legionella dan lain-lain. Sebenarnya
bakteri penyebab pneumonia yang paling umum adalah Streptococcus
pneumoniae sudah ada di kerongkongan manusia sehat. Begitu pertahanan
tubuh menurun oleh sakit, usia tua atau malnutrisi, bakteri segera
memperbanyak diri dan menyebabkan kerusakan. Balita yang terinfeksi
pneumonia akan panas tinggi, berkeringat, napas terengah-engah dan
denyut jantungnya meningkat cepat (Misnadiarly, 2008).
b. Virus
Setengah dari kejadian pneumonia diperkirakan disebabkan oleh
virus. Influenzae virus, Parainfluenzae virus, Respiratory, Syncytial
adenovirus, chicken-pox (cacar air), Rhinovirus, Sitomegalovirus, Virus
herpes simpleks, Virus insial pernapasan, hanta virus dan lain-lain. Virus
yang tersering menyebabkan pneumonia adalah Respiratory Syncial Virus
(RSV).Meskipun virus-virus ini kebanyakan menyerang saluran
pernapasan bagian atas, pada balita gangguan ini bisa memicu
pneumonia.Tetapi pada umumnya sebagian besar pneumonia jenis ini
tidak berat dan sembuh dalam waktu singkat.Namun bila infeksi terjadi
bersamaan dengan virus influenza, gangguan bisa berat dan kadang
menyebabkan kematian (Misnadiarly, 2008).
c. Mikoplasma
Mikoplasma adalah agen terkecil di alam bebas yang menyebabkan
penyakit pada manusia.Mikoplasma tidak bisa diklasifikasikan sebagai
virus maupun bakteri, meski memiliki karakteristik keduanya.Pneumonia
yang dihasilkan biasanya berderajat ringan dan tersebar luas. Mikoplasma
menyerang segala jenis usia, tetapi paling sering pada anak pria remaja
dan usia muda. Angka kematian sangat rendah, bahkan juga pada yang
tidak diobati (Misnadiarly, 2008).
d. Protozoa
Pneumonia yang disebabkan oleh protozoa sering disebut
pneumonia pneumosistis.Termasuk golongan ini adalah Pneumocystitis
Carinii Pneumonia (PCP).Pneumonia pneumosistis sering ditemukan pada
bayi yang prematur.Perjalanan penyakitnya dapat lambat dalam beberapa
minggu sampai beberapa bulan, tetapi juga dapat cepat dalam hitungan
hari.Diagnosis pasti ditegakkan jika ditemukan P. Carinii pada jaringan
paru atau spesimen yang berasal dari paru (Djojodibroto, 2009).
e. Fungi
Pneumonia fungi yang terjadi sering diakibatkan oleh adanya
jamur Aspergilus, Fikomisetes, Blastomises dermatitidis, histoplasma
kapsulatum dan lain-lain.
f. Bahan Lain Non Infeksi
Selain disebabkan oleh infeksi, pneumonia juga dapat diakibatkan
oleh adanya agen non infeksi seperti aspirasi lipid, zat-zat kimia, polutan,
allergen dan radiasi.Selain itu juga dapat diakibatkan oleh konsumsi obat
seperti nitofurantoin, busulfan dan metotreksat.
3. Manifestasi Klinis
Temuan Subjektif Temuan Objektif
a. Dispnea a. Demam
b. Takipnea (laju pernafasan >60 b. Membebat hemotoraks yang sakit
kali/menit). c. Hipoksemia
c. Nyeri dada pleuritik d. Bunyi pekak saat perkusi
d. Demam tinggi (suhu 39-40’C) e. Krakles
e. Menggigil f. Tidak ada bunyi napas pada
f. Hemoptisis bidang paru yang dakit
g. Batuk produktif dengan sputum g. Rongent dada mungkin
berbusa atau purulen menunjukkan infiltrat,
konsolidasi, atau opasifikasi
(Asih, Niluh., 2013)
1 DO: dispnea, nafas cepat Bakteri, virus, jamur Bersihan Jalan Nafas
dan dangkal, pernafasan (inhalasi) alveolus Tidak Efektif
cuping hidung, peradangan ekstrapasasi
bronkofoni, ronki basah cairan sirosa ke dalam
halus. RR: 35x/menit. alveoli terbentuk eksudat
Gambaran multiple produksi sputum
infiltrate paru sebelah meningkat batuk tidak
kanan. efektif ketidakefektifan
DS: pilek dan batuk jalan nafas
produktif dengan secret
tidak bisa dikeluarkan.
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa
SLKI SIKI
Keperawatan
1. Bersihan jalan Setelah dilakukan Manajemen jalan nafas
nafas tidak efektif intervensi selama ..x.. (I.01011)
berhubungan jam, diharapkan bersihan Observasi:
dengan benda asing jalan nafas meningkat 1. Monitor pola nafas
dalam jalan nafas dengan (frekuensi,
ditandai dengan Kriteria hasil: kedalaman, usaha
sputum yang (L.01001) nafas)
berlebihan. 1. Batuk efektif 2. Monitor bunyi nafas
(D.0001) meningkat Produksi tambahan (mis.
sputum menurun Gurgling, mengi
2. Mengi, wheezing wheezing, ronkhi
menurun kering)
3. Meconium meurun 3. Monitor sputum
4. Dispneaa meurun (jumlah warna
5. Ortopnea menurun aroma)
6. Sulit bicara menurun Terapeutik:
1. Pertahankan
kepatenan jalan nafas
dengan head tilt chin
lift (jawthrust jika
curiga trauma
servical)
2. Posisikan
semifowler/fowlee
3. Berikan minum
hangat
4. Lakukan fisioterapi
dada, jika perlu
5. Lakukan penghisapan
lender kurang dari 15
detik
6. Lakukan
hiperoksigenasi
sebelum penghisapan
endotrakeal
7. Keluarkan sumbatan
benda padat dengan
forsep mcgill
8. Berikan oksigen bila
perlu
Edukasi:
1. Anjurkan asupan
2000 ml perhari, jika
tidak kontraindikasi
2. Ajarkan teknik batuk
efektif
Kolaborasi:
Kolaborasi pemberian
bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik,
jika perlu
2. Pola nafas tidak Setelah dilakukan Manajemen jalan nafas
efektif intervensi selama ..x.. (I.01011)
berhubungan jam, diharapkan pola Observasi:
dengan hambatan napas membaik dengan 1. Monitor pola nafas
upaya napas yang Kriteria hasil: (frekuensi,
ditandai dengan (L.01004)
penggunaan otot 1. Ventilasi semenit kedalaman, usaha
bantu pernapasan. meningakat nafas)
(D.0005) 2. Kapasitas vital 2. Monitor bunyi nafas
meningkat tambahan (mis.
3. Dispnea menurun Gurgling, mengi
4. Penggunakan otot wheezing, ronkhi
bantu nafas menurun kering)
5. Pemanjangan fase 3. Monitor sputum
ekspirasi menurun (jumlah warna aroma)
6. Pernapasan cuping Terapeutik:
hidung menurun 1. Pertahankan
kepatenan jalan nafas
dengan head tilt chin
lift (jawthrust jika
curiga trauma
servical)
2. Posisikan
semifowler/fowlee
3. Berikan minum
hangat
4. Lakukan fisioterapi
dada, jika perlu
5. Lakukan penghisapan
lender kurang dari 15
detik
6. Lakukan
hiperoksigenasi
sebelum penghisapan
endotrakeal
7. Keluarkan sumbatan
benda padat dengan
forsep mcgill
8. Berikan oksigen bila
perlu
Edukasi:
1. Anjurkan asupan
2000 ml perhari, jika
tidak kontraindikasi
2. Ajarkan teknik batuk
efektif
Kolaborasi:
Kolaborasi pemberian
bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik,
jika perlu
3. Defisit nutrisi Setelah dilakukan Manajemen nutrisi
berhubungan intervensi selama ..x.. (I.0319)
dengan ketidak jam, diharapkan status Observasi:
mampuan nutrisi membaik dengan 1. Identifikasi status
menelan makanan Kriteria hasil: (L.03030) nutrisi
(D.0019) 1. Porsi makanan yang 2. Identifikasi alergi dan
dihabiskan meningkat intoleransi makanan
2. Kekuatan otot 3. Identifikasi makanan
menelan meningkat yang disukai
3. Kekuatan otot 4. Monitor asupan
pengunyah meningkat makanan
4. Verbalisasi keinginan 5. Identifikasi kebutuhan
untuk meningkatkan kalori dan jenis
nutrisi meningkat nutrient
6. Monitor berat badan
5. Frekuensi makan 7. Monitor hasil
membaik pemeriksaan
6. Nafsu makan laboratorium
membaik Terapeutik:
1. Lakukan oral hygiene
sebelum makan jika
perlu
2. Vasilitasi menentukan
pedoman diet
(misalnya piramida
makanan)
3. Berikan makanan
tinggi serat mencegah
konstipasi
4. Berikan makanan
tinggi kalori dan
tinggi protein
5. Berikan suplemen
makanan jika perlu
Edukasi:
1. Anjurkan posisi
duduk jika mampu
2. Ajarkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi:
1. Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum
makan (mis peredam
nyeri, antiemetic jika
perlu)
Daftar Pustaka