Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

I. Konsep Pneumonia
A. Pengertian pneumonia

Pneumonia adalah proses inflamatori parenkim paru yang


umumnya disebabkan oleh agens infeksius. Pneumonia merupakan
infeksi akut parenkim paru yang biasanya menyembabkan
gangguan pertukaran udara (Puspa,2018). Pneumonia adalah
peradangan parenkim paru yang disebabkan oleh mikroorganisme
seperti bakteri, virus jamur, parasite. Pneumonia juga disebabkan
oleh bahan kimia dan paparan fisik seperti suhu atau radiasi.
Pneumonia adalah peradangan paru dimana asinus paru
terisi cairan radang dengan atau tanpa disertai infiltrasi dari sel
radang kedalam dinding alveoli dan rongga interstisium.
pneumonia adalah proses inflamasi, yang melibatkan parenkim
paru (Jaypee, 2006).Pneumonia adalah suatu penyakit peradangan
akut pada parenkim paru yang disebabkan oleh bakteri, virus, atau
parasit (Standar Profesi Ilmu Kesehatan Anak FK Unsri
Palembang, 2000). Pneumonia disebabkan oleh virus pathogen
yang masuk ke dalam tubuh melalui aspirasi, inhalasi/penyebab
sirkulasi : pneumonia paling banyak disebabkan oleh bakteri
(Brunner & Suddarth, 2001).

B. Anatomi fisiologi

Paru- paru berada pada rongga dada bagian atas dibagian samping
di batasi oleh otot dan rusak dan dibagian bawah dibatasi oleh
diafragma yang berotot kuat. Paru-paru terbagi atas dua bagian
yaitu paru-paru kanan yang terdiri atas 3 lobus yaitu lobus atas,
tengah dan bawah. Paru-paru kiri yang terdiri atas 2 lobus yaitu
lobus atas dan lobus bawah yang dibatasi oleh fisura oblig. Bagian
tasa atau puncak paru disebut apeks yang menjorok keatas arah
leher dan pada bagian bawah disebut basal. Paru-paru di bungkus
oleh dua selaput yang tipis yang disebut pleura ( Aryani, 2009).
C. Etiologi
Menurut padila (2013) Penyebab dari prenumonia yaitu:
1) Bakteri
Bakteri biasanya didapatkan pada usia lanjut. Organisme
gram posistif seperti : stretocopus pneumonia, aerous, dan
strepcoccus pyognesis.
2) Virus
Virus influenza yang menyebab melalui transmisi droplet
citomegalo virus ini dikenal sebagai penyebab utama
kejadian pneumonia virus
3) Jamur
Jamur disebabkan oleh infeksi yang menyebar melalui
penghirupan udara yang mengandung spora biasanya di
temukan pada kotoran burung.
4) Protozoa
Menimbulkan terjadinya pneumoctys carini pneumoni
(PCP) biasanya menjangkiti pasien yang mengalami
immunosupresi
D. Klasfikasi
Pneumonia dapat digolongkan menjadi:
1) Pneumonia bakterial
Mikroorganisme masuk kedalam paru melalui inhalasi
udara dari atmosfer juga dapat melalui aspirasi dari
nasofaring atau orofering.
Pneumonia bakterial terdiri dari tiga jenis yaitu:
a. Comunity – Acquired pneumonia (CAP) 7
Penyakit ini sering diderita oleh anggota masyarakat
umumnya disebabkan oleh streptococcus
pneumonia dan biasanya menimbulkan pneumonia
lobar. Pneumonia yang disebabkan oleh
pneumokokus yang menyebabkan penderita
mengalami gejala menggigil dan diikuti demam
yang tinggi
b. Hospital – Acquired pneumonia (HAP)
Pneumonia nosocomial yaitu pneumonia yang
kejadiannya bermula di rumah sakit. Penyakit ini
adalah penyebab kematian yang terbanyak pada
pasien dirumah sakit. Mikroorganisme penyebabnya
biasanya bakteri gram negatif dan stafilococus.
c. Pneumonia aspirasi (aspiration pneumonia)
Pneumonia aspirasi dapat menyebabakan obstruksi
atau tersumbatnya saluran pernapasan pneumonitis
oleh bahan kimiawi ( asam Lambung, enzim, dan
pnecernaan) dan pneumonitis oleh infeksi.
2) Pneumonia pneumositis
Penyakit akut yang opertunistik yang dosebabkan oleh
suatu protozoa bernama pneumosytis jirovecii sebelumnya
di namai pneumovysitis carini.
3) Pneumonia atipik ( pneumonia non bakterial)
Pneumonia ini yang disebabkan oleh mycroplasma
pneumoniae chamydea psittaci, legionella pneumophia,dan
coxiella burneti.
E. Patofisiologi
Pneumonia merupakan inflamasi paru yang ditandai dengan
konsulidasi kerena eksudat yang mengisi alveoli dan bronkiolus
saat saluran nafas bagian bawah terinfeksi. Respon inflamasi
normal terjadi di sertai dengan obstruksi jalan nafas, sebgaian besar
pneumonia didapat melalui aspirasi partikel inefektif seperti
menghirup bibit penyakit di udara. Ada beberapa mekanisme yang
pada keadaan normal melindungi paru dari infeksi. Partikel
infeksius di filtrasi di hidung atau terperangkap atau dibersihkan
oleh mukus dan epitel bersilia di saluran nafas. Bila suatu partikel
dapat mencapai paru-paru partikel tersebut akan berhadapan
dengan makrofag alveoler dan juga dengan mekanisme imun
sistemik dan humoral. Infeksi plumonal bisa terjadi karena
terganggunya salah satu mekanisme pertahanan dan organisme
dapat mencapai trakturs respiratorius terbawah melalui aspiratore
hematolog ketika mencapai akhir brokiolus maka terjadi
penumpahan dari cairan edema ke alveoli diikuti alveoli diikuti
leukosit dalam jumlah besar.
Kemudian makrofag bergerak mematikan sel dan bakterial
debris. Sistem limpatik dapat mencapai bakteri sampai darah atau
pleura viceral. Jaringan paru menjadi terkonsolidasi. Kapasitas
vital dan pemenuhan paru menurun dan aliran darah menjadi
terkonsilidasi area yang tidak terventilasi menjadi fisiologis right-
to-left shurt dengan ventilasi perfusi yang tidak pas dan
menghasilkan hipoksia kerja jantung menjadi meningkat karena
penurunan saturaksi oksigen dan hiperkapnia.
F. Patoflodiagram

Virus, bakteri, jamur,protozoa dan mikroba

Invasi saluran napas atas

Kuman berlebih di brokus Kuman terbawa ke Infeksi saluran nafas bawah


saluran cerna

Akumulasi secret di bronkus Dilatasi peradangan


Infeksi saluran cerna pembuluh
darah

Bersihan Suhu tubuh


Mucus di Peristaltik usus
jalan nafas bronkus
tidak efektif
Eksudat
masuk ke
alveoli
hipertermi
Frekuensi BAB 3X/hari
anoreksia
Nutrisi
kurang dari
kebuthan Risiko kekurangan Gangguan disfungsi gas
tubuuh intake
volume cairan

Edema alvioli

Teknan dinding paru

Ketidak efektifan pola napas Pemenuhan paru


Sumber : NANDA 2015, nurarif & kusuma 2015

G. Manifestasi klinis
Tanda dan gejala berupa :
- Batuk nonproduktif
- Suara napas lemah
- Retraksi intercostal
- Penggunaan otot bantu napas
- Demam
- Ronchii
- Cyanosis
- Thorak photo menunjukkan infiltrasi melebar
- Batuk
- Sakit kepala
- Sesak nafas
- Menggigil
- Berkeringat
- Lelah.

H. Pemeriksaan diagnostik
Menurut Elizabeth, (2009)
1) Sinar X
Mengidentifikasikan distribusi struktural dapat juga
menyatakan abses luas/infiltrate, empiema, infiltrasi
menyebar atau terlokalisasi, atau penyebaran/perluasan
infiltrate nodul. Pada pneumonia mikoplasma, sinar X dada
mungkin bersih.
2) GDA
Tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru
yang terlihat dan penyakit paru yang ada.
3) JDL
Veukositosis biasanya ada, meskipun sel darah putih rendah
terjadi pada infeksi virus, kondisi tekanan imun seperti
AIDS, memungkinkan berkembangnya pneumonia
bakterial.
4) Pemeriksaan gram/kultur sputum dan darah
Untuk dapat mengidentifikasi semua organisme yang ada.
Dapat diambil dengan biopsi jarum, aspirasi trakeal,
bronkoskopi fiberoptik, atau biopsi pembukaan paru untuk
mengatasi organisme penyebab. Lebih dari 1 tipe organisme
ada, bakteri yang umum Diplococcus pneumonia,
stapilococcus aureus, A-hemolitik streptococcus,
Haemophilus, CMV.
5) Pemeriksaan serologi
Membantu dalam membedakan diagnosis organisme khusus
6) LED
Meningkat
7) Pemeriksaan fungsi paru Untuk mengetahui paru-paru,
menetapkan luas berat penyakit dan membantu diagnosis
keadaan.Volume mungkin menurun, tekanan jalan napas
mungkin meningkat dan komplain menurun, mungkin
terjadi perembesan.
8) Elektrolit ; Natrium dan klorida mungkin rendah.
9) Bilirubin ; Mungkin meningkat
10) Aspirasi perkuatan/biopsi jaringan paru terbuka Dapat
menyatakan intraniklear tipikal dan keterlibatan sitoplastik,
karakteristik sel raksasa.
I. Komplikasi
1) Pleuritis : perdangan pada selaput pembungkusan paru-paru
atau pleura.
2) Atelektasis: keadaan dimana paru-paru tidak dapat
mengembang dengan sempurna akibat kurangnya
mobilisasi atau reflek batuk hilang
3) Empiema : adanya pus pada rongga pleura
4) Edema pulmonary : suatu keadaan dimana cairan merembes
keluar dari pembuluh darah kecil paru kedalam kantong
udara dan daerah sekitarnya.
5) Infeksi super perikarditis : peradangan yang terjadi pada
selaput pembungkus jantung.
6) Meningitis : infeksi yang menyerang selaput otak
7) Artritis : suatu penyakit dimana persendian mengalami
perdangan biasanya terjadi pada tangan dan kaki.
J. Penatalaksanaan
Pasien menjalani tirah baring sampai infeksi menunjukkan tanda-
tanda penyembuhan. Kebanyakan penderita akan memberikan
respon terhadap pengobatan dan keadaannya membaik dalam
waktu 2 minggu. Penatalaksanaan untuk pneumonia bergantung
pada penyebab, sesuai yang ditentukan oleh pemeriksaan sputum
mencakup :
a. Oksigen 1-2 l/menit
b. IVFD dekstrose 10% : NaCl 0,9% = 3:1, +KCl 10 mEq/500 ml
cairan sesuai berat badan, kenaikan suhu dan status dehidrasi.
c. Jika sesak tidak terlalu hebat, dapat dimulai makanan enteral
bertahap melalui selang nasogastirk dengan feeding drip.
d. Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin
normal dan beta agois untuk memperbaiki transport mukosiler.
e. Koreksi gangguan keseimbangan asam dan basa elektrolit.
f. Antibiotik sesuai hasil biakan atau berikan :
1) Untuk kasus pneumonia communiti base :
a) Ampisilin 100 mg/kg BB/hari dalam 4 kali pemberian
b) Kloramfenikol 75 mg/kg BB/hari dalam 4 kali pemberian
2) Untuk kasus pneumonia hospital base :
a) Sefotaksim 100 mg/kg BB/hari dalam 2 kali pemberian
b) Amikasin 10-15 mg/kg BB/hari dalam 2 kali pemberian.
3) Penicillin G: untuk infeksi pneumonia staphylococcus.
4) Amantadine, rimantadine: untuk infeksi pneumonia virus
5) Eritromisin, tetrasiklin, derivat tetrasiklin: untuk infeksi
pneumonia mikroplasma. (Roudelph, 2007).
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN TEORI

Proses keperawatan adalah suatu metode yang sistematis dan ilmiah yang
digunakan perawat untuk memenuhi kebutuhan klien dalam mencapai atau
mempertahankan keadaan biologis, psikologis, sosial dan spiritual yang optimal,
melalui tahap pengkajian, identifikasi diagnosis keperawatan, penentuan rencana
keperawatan, serta evaluasi tindakan keperawatan (Suarli & Bahtiar, 2012).
A. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dan dasar dalam proses keperawatan.
Pengkajian merupakan tahap yang paling menentukan bagi tahap
berikutnya (Rohmah & Walid, 2014). Pengkajian meliputi:
1) Identitas pasien/biodata Meliputi nama lengkap, tempat tinggal,
jenis kelamin, tanggal lahir, umur, asal suku bangsa.
a. Pneumonia sering ditemukan pada orang dewasa. Pada orang
dewasa yang terkena pneumonia biasanya disebabkan oleh
bakteri, kurangnya pengetahuan tentang imunisasi pada orang
dewasa (Misnadiarly, 2012).
b. Tempat tinggal merupakan salah satu faktor yang
berhubungan dengan kejadian pneumonia. Jenis keadaan
lantai, pencahayaan yang masuk, kelembaban ruang kamar,
jumlah angggota penghuni rumah yang tidak memenuhi syarat
merupakan faktor penyebab terjadinya penyakit penumonia
(Muttaqin,2012).
2) Keluhan utama
Keluhan utama yang sering menjadi alasan klien dengan
pneumonia untuk meminta pertolongan kesehatan adalah
sesak napas ketika melakukan aktivitas berlebih, batuk, dan
peningkatan suhu tubuh/demam (Muttaqin,2012)

3) Riwayat penyakit sekarang


Pengkajian ini dilakukan untuk mendukung keluhan
utama. Pada klien dengan pneumonia keluhan batuk
biasanya timbul mendadak dan tidak berkurang setelah
meminum obat batuk yang biasanya ada di pasaran. Pada
awalnya keluhan batuk tidak produktif, tapi selanjutnya
akan berkembang menjadi batuk produktif dengan mukus
purulen kekuning-kuningan, kehijau-hijauan, kecokelatan,
atau kemerahan, dan sering kali berbau busuk. Klien
biasanya mengeluh mengalami demam tinggi dan
menggigil (onset mungkin tiba-tiba dan berbahaya).
Adanya keluhan nyeri dada pleuritis, sesak napas,
peningkatan frekuensi pernapasan, lemas, dan nyeri kepala
(Muttaqin, 2012).
4) Riwayat penyakit dahulu
Pengkajian diarahkan pada waktu sebelumnya, apakah klien
pernah mengalami infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) dengan
gejala seperti luka tenggorokan, kongesti nasal, bersin, dan demam
ringan (Muttaqin, 2012).
5) Pengkajian Psikososial-spiritual Pengkajian psikologis
klien memiliki beberapa dimensi yang memungkinkan perawat
untuk memperoleh persepsi yang jelas mengenai status emosi,
kognitif, dan perilaku klien. Perawat mengumpulkan data hasil
pemeriksaan awal klien tentang kapasitas fisik dan intelektual saat
ini. Data ini penting untuk menentukan tingkat perlunya
pengkajian psiko-sosio-spiritual yang saksama. Pada kondisi
klinis, klien dengan pneumonia sering mengalami kecemasan
bertingkat sesuai dengan keluhan yang dialaminya. Hal lain yang
perlu ditanyakan adalah kondisi pemukiman dimana klien
bertempat tinggal, klien dengan pneumonia sering dijumpai bila
bertempat tinggal di lingkungan dengan sanitasi buruk (Muttaqin,
2012)
6) Pemeriksaan fisik menurut (Muttaqin, 2012).
a. Keadaan umum Keadaan umum pada klien dengan
pneumonia dapat dilakukan secara selintas pandang dengan
menilai keadaan fisik pada tubuh.
b. Kesadaran Perlu dinilai secara umum tentang kesadaran
klien yang terdiri atas composmentis, apatis, somnolen,
sopor, soporokoma, atau koma. Seorang perawat perlu
mempunyai pengetahuan dan pengalaman tentang konsep
anatomi dan fisiologi umum sehingga dengan cepat dapat
menilai keadaan umum, kesadaran, dan pengukuran GCS
bila kesadaran klien menurun yang memerlukan kecepatan
dan ketepatan penilaian.
c. Tanda-tanda vital Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital pada
klien dengan pneumonia biasanya didapatkan peningkatan
suhu tubuh lebih dari 40ºC, frekuensi napas meningkat dari
frekuensi normal, denyut nadi biasanya meningkat seirama
dengan peningkatan suhu tubuh dan frekuensi pernapasan,
dan apabila tidak melibatkan infeksi sistemis yang
berpengaruh pada hemodinamika kardiovaskular tekanan
darah biasanya tidak ada masalah.
d. Pemerikasaan kepala Kepela bersih, rambut hitam, tidak
ada kelainan bentuk kepala, tidak ada benjolan pada
kepala, tidak ada nyeri tekan pada kepala.
e. Pemeriksaan hidung Terdapat pernafasan cuping hidung,
terdapat sekret di dalam hidung, tidak terpasang NGT,
tidak nyeri tekan pada hidung, jumlah RR > 20 x / menit.
f. Pemeriksaan mulut Mukosa bibir terlihat kering karena
terjadi penurunan nafsu makan dan kurang minum air
putih. Sedangkan pada kemampuan menelan tidak ada
gangguan.
g. Pemeriksaan telinga Bentuk telinga simetris, tidak ada
serumen pada telinga, tidak ada nyeri tekan pada telinga.
h. Pemeiksaan leher Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid,
tidak ada nyeri tekan pada leher.
5) Pemeriksaan thorak :
a. Paru
- Inspeksi: Bentuk dada dan pergerakan pernapasan.
Gerakan pernapasan simetris. Pada klien dengan
pneumonia sering ditemukan peningkatan frekuensi napas
cepat dan dangkal, serta adanya retraksi sternum dan
intercostal space (ICS). Saat dilakukan pengkajian batuk
pada klien dengan pneumonia, biasanya didapatkan batuk
produktif disertai dengan adanya peningkatan sekret dan
sekresi sputum yang purulen.
- Palpasi : Gerakan dinding thoraks anterior/ekskrusi
pernapasan. Pada palpasi klien dengan pneumonia,
gerakan dada saat bernapas biasanya normal dan
seimbang antara bagian kanan dan kiri. Getaran suara
(fremitus vocal). Taktil fremitus pada klien dengan
pneumonia biasanya normal.
- Perkusi: Klien dengan pneumonia tanpa disertai
komplikasi, biasanya didapatkan bunyi resonan atau
sonor pada seluruh lapang paru. Bunyi redup perkusi pada
klien dengan pneumonia didapatkan apabila
bronkhopneumonia menjadi suatu sarang (kunfluens).
- Auskultasi : Pada klien dengan pneumonia, didapatkan
bunyi napas melemah dan bunyi napas tambahan ronkhi
basah pada sisi yang sakit. Penting bagi perawat
pemeriksa untuk 21 mendokumentasikan hasil auskultasi
di daerah mana didapatkan adanya ronkhi.
b. Jantung
- Inspeksi :ictus cordis tidak terlihat.
- Palpasi :ictus cordis teraba di ICS 5 midklavikula sinistra.
- Perkusi : terdengar bunyi pekak..
- Auskultasi : tidak ada bunyi jantung tambahan, bunyi
jantung 1 dan 2 terdengar tunggal.
6) Pemeriksaan abomen
a. Inspeksi : dinding periut terlihat cekun dari dada,
tidak ada luka maupun lesi.
b. Auskultasi : terdengar bising usus dan peristaltic
usus 10-15 x/menit.
c. Palpasi : terdengar suara tympani.
d. Perkusi : tidak ada nyeri tekan dan penumpukan
cairan.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan penilaian klinis tentang respon
individu, keluarga, atau komunitas terhadap masalah kesehatan atau
proses kehidupan aktual ataupun potensial sebagai dasar pemilihan
intervensi keperawatan untuk mencapai hasil tempat perawat
bertanggung jawab (Nurarif & Kusuma 2015)
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul (SDKI, 2015) :
a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan
inflamasi dan obstruksi jalan nafas.
b. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan keletihan otot
pernafasan dan deformitas dinding dada.
c. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan intake oral
tidak adekuat, takipneu, demam.
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan isolasi respiratory.
e. Defisit nutrisi berhubungan dengan faktor psikogis (stress).

C. Intervensi keperawatan
Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan
oleh perawat didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk
mencapi luaran (outcome) yang diharapkan. Intervensi keperawatan
terdiri dari tiga komponen, antara lain label yang merupakan nama dari
intervensi keperawatan yang merupakan kata kunci untuk memperoleh
informasi terkait intervensi keperawatan tersebut, definisi yang
menjelaskan tentang makna dari label intervensi keperawatan dan
komponen terakhir, yaitu tindakan keperawatan merupakan perilaku atau
aktivitas spesifik yang dikerjakan oleh perawat untuk
mengimplementasikan intervensi keperawatan (Tim Pokja SLKI DPP
PPNI, 2018).
D. Implementasi
Serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk
membantu pasien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus
kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil yang
diharapkan disebut dengan implementasi keperawatan. Implementasi
dalam pelaksanaannya harus berpusat kepada kebutuhan klien, faktor-
faktor lain yang memengaruhi kebutuhan keperawatan, strategi
implementasi keperawatan, dan kegiatan komunikasi (Dinarti dan
Mulyanti, 2017). Perawat melaksanakan tindakan keperawatan untuk
intervensi yang telah disusun pada tahap perencanaan dan mengakhiri
tahap implementasi dengan mendokumentasikan tindakan keperawatan
serta respon klien terhadap tindakan yang telah diberikan. Tindakan
keperawatan merupakan perilaku atau aktivitas spesifik yang dikerjakan
oleh perawat untuk mengimplementasikan intervensi keperawatan.
Tindakan – tindakan pada intervensi keparawatan terdiri atas observasi,
terapeutik, edukasi, dan kolaborasi (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018).

E. Evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah tahap akhir dari rangkaian proses
keperawatan yang telah dilakukan untuk mengetahui apakah tujuan dari
tindakan keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau perlu
pendekatan lain. Dokumentasi pada tahap ini adalah dengan
membandingkan secara sistematik dan terencana tentang kesehatan klien
dengan tujuan yang telah ditetapkan dengan hasil yang didapat dari
klien, dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan melibatkan
klien dan tenaga kesehatan lainnya (Dinarti dan Mulyanti, 2017).

Anda mungkin juga menyukai