PENDAHULUAN
I. Konsep Pneumonia
A. Pengertian pneumonia
B. Anatomi fisiologi
Paru- paru berada pada rongga dada bagian atas dibagian samping
di batasi oleh otot dan rusak dan dibagian bawah dibatasi oleh
diafragma yang berotot kuat. Paru-paru terbagi atas dua bagian
yaitu paru-paru kanan yang terdiri atas 3 lobus yaitu lobus atas,
tengah dan bawah. Paru-paru kiri yang terdiri atas 2 lobus yaitu
lobus atas dan lobus bawah yang dibatasi oleh fisura oblig. Bagian
tasa atau puncak paru disebut apeks yang menjorok keatas arah
leher dan pada bagian bawah disebut basal. Paru-paru di bungkus
oleh dua selaput yang tipis yang disebut pleura ( Aryani, 2009).
C. Etiologi
Menurut padila (2013) Penyebab dari prenumonia yaitu:
1) Bakteri
Bakteri biasanya didapatkan pada usia lanjut. Organisme
gram posistif seperti : stretocopus pneumonia, aerous, dan
strepcoccus pyognesis.
2) Virus
Virus influenza yang menyebab melalui transmisi droplet
citomegalo virus ini dikenal sebagai penyebab utama
kejadian pneumonia virus
3) Jamur
Jamur disebabkan oleh infeksi yang menyebar melalui
penghirupan udara yang mengandung spora biasanya di
temukan pada kotoran burung.
4) Protozoa
Menimbulkan terjadinya pneumoctys carini pneumoni
(PCP) biasanya menjangkiti pasien yang mengalami
immunosupresi
D. Klasfikasi
Pneumonia dapat digolongkan menjadi:
1) Pneumonia bakterial
Mikroorganisme masuk kedalam paru melalui inhalasi
udara dari atmosfer juga dapat melalui aspirasi dari
nasofaring atau orofering.
Pneumonia bakterial terdiri dari tiga jenis yaitu:
a. Comunity – Acquired pneumonia (CAP) 7
Penyakit ini sering diderita oleh anggota masyarakat
umumnya disebabkan oleh streptococcus
pneumonia dan biasanya menimbulkan pneumonia
lobar. Pneumonia yang disebabkan oleh
pneumokokus yang menyebabkan penderita
mengalami gejala menggigil dan diikuti demam
yang tinggi
b. Hospital – Acquired pneumonia (HAP)
Pneumonia nosocomial yaitu pneumonia yang
kejadiannya bermula di rumah sakit. Penyakit ini
adalah penyebab kematian yang terbanyak pada
pasien dirumah sakit. Mikroorganisme penyebabnya
biasanya bakteri gram negatif dan stafilococus.
c. Pneumonia aspirasi (aspiration pneumonia)
Pneumonia aspirasi dapat menyebabakan obstruksi
atau tersumbatnya saluran pernapasan pneumonitis
oleh bahan kimiawi ( asam Lambung, enzim, dan
pnecernaan) dan pneumonitis oleh infeksi.
2) Pneumonia pneumositis
Penyakit akut yang opertunistik yang dosebabkan oleh
suatu protozoa bernama pneumosytis jirovecii sebelumnya
di namai pneumovysitis carini.
3) Pneumonia atipik ( pneumonia non bakterial)
Pneumonia ini yang disebabkan oleh mycroplasma
pneumoniae chamydea psittaci, legionella pneumophia,dan
coxiella burneti.
E. Patofisiologi
Pneumonia merupakan inflamasi paru yang ditandai dengan
konsulidasi kerena eksudat yang mengisi alveoli dan bronkiolus
saat saluran nafas bagian bawah terinfeksi. Respon inflamasi
normal terjadi di sertai dengan obstruksi jalan nafas, sebgaian besar
pneumonia didapat melalui aspirasi partikel inefektif seperti
menghirup bibit penyakit di udara. Ada beberapa mekanisme yang
pada keadaan normal melindungi paru dari infeksi. Partikel
infeksius di filtrasi di hidung atau terperangkap atau dibersihkan
oleh mukus dan epitel bersilia di saluran nafas. Bila suatu partikel
dapat mencapai paru-paru partikel tersebut akan berhadapan
dengan makrofag alveoler dan juga dengan mekanisme imun
sistemik dan humoral. Infeksi plumonal bisa terjadi karena
terganggunya salah satu mekanisme pertahanan dan organisme
dapat mencapai trakturs respiratorius terbawah melalui aspiratore
hematolog ketika mencapai akhir brokiolus maka terjadi
penumpahan dari cairan edema ke alveoli diikuti alveoli diikuti
leukosit dalam jumlah besar.
Kemudian makrofag bergerak mematikan sel dan bakterial
debris. Sistem limpatik dapat mencapai bakteri sampai darah atau
pleura viceral. Jaringan paru menjadi terkonsolidasi. Kapasitas
vital dan pemenuhan paru menurun dan aliran darah menjadi
terkonsilidasi area yang tidak terventilasi menjadi fisiologis right-
to-left shurt dengan ventilasi perfusi yang tidak pas dan
menghasilkan hipoksia kerja jantung menjadi meningkat karena
penurunan saturaksi oksigen dan hiperkapnia.
F. Patoflodiagram
Edema alvioli
G. Manifestasi klinis
Tanda dan gejala berupa :
- Batuk nonproduktif
- Suara napas lemah
- Retraksi intercostal
- Penggunaan otot bantu napas
- Demam
- Ronchii
- Cyanosis
- Thorak photo menunjukkan infiltrasi melebar
- Batuk
- Sakit kepala
- Sesak nafas
- Menggigil
- Berkeringat
- Lelah.
H. Pemeriksaan diagnostik
Menurut Elizabeth, (2009)
1) Sinar X
Mengidentifikasikan distribusi struktural dapat juga
menyatakan abses luas/infiltrate, empiema, infiltrasi
menyebar atau terlokalisasi, atau penyebaran/perluasan
infiltrate nodul. Pada pneumonia mikoplasma, sinar X dada
mungkin bersih.
2) GDA
Tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru
yang terlihat dan penyakit paru yang ada.
3) JDL
Veukositosis biasanya ada, meskipun sel darah putih rendah
terjadi pada infeksi virus, kondisi tekanan imun seperti
AIDS, memungkinkan berkembangnya pneumonia
bakterial.
4) Pemeriksaan gram/kultur sputum dan darah
Untuk dapat mengidentifikasi semua organisme yang ada.
Dapat diambil dengan biopsi jarum, aspirasi trakeal,
bronkoskopi fiberoptik, atau biopsi pembukaan paru untuk
mengatasi organisme penyebab. Lebih dari 1 tipe organisme
ada, bakteri yang umum Diplococcus pneumonia,
stapilococcus aureus, A-hemolitik streptococcus,
Haemophilus, CMV.
5) Pemeriksaan serologi
Membantu dalam membedakan diagnosis organisme khusus
6) LED
Meningkat
7) Pemeriksaan fungsi paru Untuk mengetahui paru-paru,
menetapkan luas berat penyakit dan membantu diagnosis
keadaan.Volume mungkin menurun, tekanan jalan napas
mungkin meningkat dan komplain menurun, mungkin
terjadi perembesan.
8) Elektrolit ; Natrium dan klorida mungkin rendah.
9) Bilirubin ; Mungkin meningkat
10) Aspirasi perkuatan/biopsi jaringan paru terbuka Dapat
menyatakan intraniklear tipikal dan keterlibatan sitoplastik,
karakteristik sel raksasa.
I. Komplikasi
1) Pleuritis : perdangan pada selaput pembungkusan paru-paru
atau pleura.
2) Atelektasis: keadaan dimana paru-paru tidak dapat
mengembang dengan sempurna akibat kurangnya
mobilisasi atau reflek batuk hilang
3) Empiema : adanya pus pada rongga pleura
4) Edema pulmonary : suatu keadaan dimana cairan merembes
keluar dari pembuluh darah kecil paru kedalam kantong
udara dan daerah sekitarnya.
5) Infeksi super perikarditis : peradangan yang terjadi pada
selaput pembungkus jantung.
6) Meningitis : infeksi yang menyerang selaput otak
7) Artritis : suatu penyakit dimana persendian mengalami
perdangan biasanya terjadi pada tangan dan kaki.
J. Penatalaksanaan
Pasien menjalani tirah baring sampai infeksi menunjukkan tanda-
tanda penyembuhan. Kebanyakan penderita akan memberikan
respon terhadap pengobatan dan keadaannya membaik dalam
waktu 2 minggu. Penatalaksanaan untuk pneumonia bergantung
pada penyebab, sesuai yang ditentukan oleh pemeriksaan sputum
mencakup :
a. Oksigen 1-2 l/menit
b. IVFD dekstrose 10% : NaCl 0,9% = 3:1, +KCl 10 mEq/500 ml
cairan sesuai berat badan, kenaikan suhu dan status dehidrasi.
c. Jika sesak tidak terlalu hebat, dapat dimulai makanan enteral
bertahap melalui selang nasogastirk dengan feeding drip.
d. Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin
normal dan beta agois untuk memperbaiki transport mukosiler.
e. Koreksi gangguan keseimbangan asam dan basa elektrolit.
f. Antibiotik sesuai hasil biakan atau berikan :
1) Untuk kasus pneumonia communiti base :
a) Ampisilin 100 mg/kg BB/hari dalam 4 kali pemberian
b) Kloramfenikol 75 mg/kg BB/hari dalam 4 kali pemberian
2) Untuk kasus pneumonia hospital base :
a) Sefotaksim 100 mg/kg BB/hari dalam 2 kali pemberian
b) Amikasin 10-15 mg/kg BB/hari dalam 2 kali pemberian.
3) Penicillin G: untuk infeksi pneumonia staphylococcus.
4) Amantadine, rimantadine: untuk infeksi pneumonia virus
5) Eritromisin, tetrasiklin, derivat tetrasiklin: untuk infeksi
pneumonia mikroplasma. (Roudelph, 2007).
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN TEORI
Proses keperawatan adalah suatu metode yang sistematis dan ilmiah yang
digunakan perawat untuk memenuhi kebutuhan klien dalam mencapai atau
mempertahankan keadaan biologis, psikologis, sosial dan spiritual yang optimal,
melalui tahap pengkajian, identifikasi diagnosis keperawatan, penentuan rencana
keperawatan, serta evaluasi tindakan keperawatan (Suarli & Bahtiar, 2012).
A. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dan dasar dalam proses keperawatan.
Pengkajian merupakan tahap yang paling menentukan bagi tahap
berikutnya (Rohmah & Walid, 2014). Pengkajian meliputi:
1) Identitas pasien/biodata Meliputi nama lengkap, tempat tinggal,
jenis kelamin, tanggal lahir, umur, asal suku bangsa.
a. Pneumonia sering ditemukan pada orang dewasa. Pada orang
dewasa yang terkena pneumonia biasanya disebabkan oleh
bakteri, kurangnya pengetahuan tentang imunisasi pada orang
dewasa (Misnadiarly, 2012).
b. Tempat tinggal merupakan salah satu faktor yang
berhubungan dengan kejadian pneumonia. Jenis keadaan
lantai, pencahayaan yang masuk, kelembaban ruang kamar,
jumlah angggota penghuni rumah yang tidak memenuhi syarat
merupakan faktor penyebab terjadinya penyakit penumonia
(Muttaqin,2012).
2) Keluhan utama
Keluhan utama yang sering menjadi alasan klien dengan
pneumonia untuk meminta pertolongan kesehatan adalah
sesak napas ketika melakukan aktivitas berlebih, batuk, dan
peningkatan suhu tubuh/demam (Muttaqin,2012)
C. Intervensi keperawatan
Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan
oleh perawat didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk
mencapi luaran (outcome) yang diharapkan. Intervensi keperawatan
terdiri dari tiga komponen, antara lain label yang merupakan nama dari
intervensi keperawatan yang merupakan kata kunci untuk memperoleh
informasi terkait intervensi keperawatan tersebut, definisi yang
menjelaskan tentang makna dari label intervensi keperawatan dan
komponen terakhir, yaitu tindakan keperawatan merupakan perilaku atau
aktivitas spesifik yang dikerjakan oleh perawat untuk
mengimplementasikan intervensi keperawatan (Tim Pokja SLKI DPP
PPNI, 2018).
D. Implementasi
Serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk
membantu pasien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus
kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil yang
diharapkan disebut dengan implementasi keperawatan. Implementasi
dalam pelaksanaannya harus berpusat kepada kebutuhan klien, faktor-
faktor lain yang memengaruhi kebutuhan keperawatan, strategi
implementasi keperawatan, dan kegiatan komunikasi (Dinarti dan
Mulyanti, 2017). Perawat melaksanakan tindakan keperawatan untuk
intervensi yang telah disusun pada tahap perencanaan dan mengakhiri
tahap implementasi dengan mendokumentasikan tindakan keperawatan
serta respon klien terhadap tindakan yang telah diberikan. Tindakan
keperawatan merupakan perilaku atau aktivitas spesifik yang dikerjakan
oleh perawat untuk mengimplementasikan intervensi keperawatan.
Tindakan – tindakan pada intervensi keparawatan terdiri atas observasi,
terapeutik, edukasi, dan kolaborasi (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018).
E. Evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah tahap akhir dari rangkaian proses
keperawatan yang telah dilakukan untuk mengetahui apakah tujuan dari
tindakan keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau perlu
pendekatan lain. Dokumentasi pada tahap ini adalah dengan
membandingkan secara sistematik dan terencana tentang kesehatan klien
dengan tujuan yang telah ditetapkan dengan hasil yang didapat dari
klien, dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan melibatkan
klien dan tenaga kesehatan lainnya (Dinarti dan Mulyanti, 2017).