A. DEFINISI
Pneumonia paling umum digunakan untuk menunjukkan infeksi saluran napas
bawah yang bisa disebabkan oleh virus, bakteri, jamur protozoa, atau parasit dan
yang bisa didapat dari komunitas, perawatan di rumah atau di rumah sakit
(nosokomial) (Brashers, 2007: 101).
Pneumonia merupakan infeksi akut pada jaringan paru oleh mikroorganisme,
merupakan infeksi saluran napas bagian bawah yang sebagian besar disebabkan
oleh bakteri yang terjadi secara primer atau sekunder setelah infeksi virus
(Corwin, 2009: 541).
Pneumonia adalah suatu proses peradangan dimana terdapat konsolidasiyang
disebabkan pengisian rongga alveoli oleh eksudat (Somantri, 2007: 67).
.
B. ANATOMI FISIOLOGI
1
Paru-paru adalah organ elastik yang berbentuk piramid seperti spons dan berisi
udara, terletak di dalam rongga toraks. Setiap paru dibagi menjadi lobus-lobus. Paru
kiri dibagi menjadi 2 lobus, sementara paru kanan mempunyai 3 lobus.
Bagian terluar paru dikelilingi oleh membran halus, licin yaitu pleura, yang juga
meluas untuk membungkus dinding interior toraks dan permukaan superior diafragma.
Pleura perietalis melapisi toraks dan pleura viseralis melapisi paru-paru. Antara kedua
pleura ini terdapat ruang yang disebut spasium pleura, yang mengandung sejumlah kecil
cairan yang melicinkan permukaan dan memungkinkan keduanya bergeser dengan bebas
selama ventilasi.
Bronkus dan bronkiolus, terdapat beberapa deviasi bronkus di dalam setiap lobus
paru. Pertama adalah bronkus lobaris (tiga pada paru kanan dan dua pada paru kiri).
Bronkus lobaris dibagi menjadi bronkus sigmental yang merupakan struktur yang dicari
ketika memilih posisi drainase postural yang paling efektif untuk pasien tertentu.
Bronkus segmental kemudian dibagi lagi menjadi bronkus subsigmental, bronkus ini
dikelilingi oleh jaringan ikat yang memiliki arteri, limfatik dan saraf. Bronkus segmental
kemudian membentuk percabangan menjadi bronkiolus, selanjutnya terus bercabang
membentuk bronkiolus terminal, bronkiolus respiratori, duktus alveolar dan alveoli.
Tidak ada kartilago dalam bronkiolus, silia masih ada sampai bronkiolus respiratorik
terkecil.
Alveoli, paru terbentuk oleh sekitar 300 juta alveoli, yang tersusun dalam kluster
antara 15 sampai 20 alveoli. Terdapat tiga jenis sel-sel alveolar, sel-sel alveolar tipe I
2
adalah sel epitel yang membentuk dinding alveolar. Sel-sel alveolar tipe II, sel-sel yang
aktif secara metabolik, mensekresi surfaktan (suatu fosfolipid) yang melapisi permukaan
dalam dan mencegah alveolar agar tidak kolaps. Sel alveolar III adalah makrofag yang
merupakan sel-sel fagositis yang besar yang memakan benda asing (misal: lendir, bakteri)
dan bekerja sebagai mekanisme pertahanan yang penting).
C. ETIOLOGI
Pneumonia bisa dikatakan sebagai komplikasi dari penyakit yang lain ataupun
sebagai penyakit yang terjadi karena etiologi di bawah ini:
a. Bakteri
Organisme gram positif yang menyebabkan pneumonia bakteri adalah
steprokokus pneumonia, streptococcus aureus dan streptococcus pyogenis.
Bakteri yang dapat menyebabkan pneumonia adalah : Diplococus Pneumonia,
Pneumococcus, Stretococcus Hemoliticus Aureus, Haemophilus Influenza,
Basilus Friendlander (Klebsial Pneumoni), Mycobacterium Tuberculosis.
b. Virus
Pneumonia virus merupakan tipe pneumonia yang paling umum ini disebabkan
oleh virus influenza yang menyebar melalui transmisi droplet. Cytomegalovirus
yang merupakan sebagai penyebab utama pneumonia virus. Virus lain yang dapat
menyababkan pneumonia adalah Respiratory syntical virus dan virus
stinomegalik.
c. Jamur
Infeksi yang disebabkan oleh jamur seperti histoplasmosis menyebar melalui
penghirupan udara yang mengandung spora dan biasanya ditemukan pada kotoran
burung. Jamur yang dapat menyebabkan pneumonia adalah : Citoplasma
Capsulatum, Criptococcus Nepromas, Blastomices Dermatides, Cocedirides
Immitis, Aspergillus Sp, Candinda Albicans, Mycoplasma Pneumonia.
d. Protozoa
3
Ini biasanya terjadi pada pasien yang mengalami imunosupresi seperti pada pasien
yang mengalami imunosupresi seperti pada penderita AIDS.
e. Faktor lain yang mempengaruhi
Faktor lain yang mempengaruhi timbulnya Bronchopnemonia adalah daya tahan
tubuh yang menurun misalnya akibat malnutrisi energi protein (MEP), penyakit
menahun, pengobatan antibiotik yang tidak sempurna.
D. MANIFESTASI KLINIS
E. PATOFISIOLOGI
F. PATWAY
ISPA
Intoleran aktivitas
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Sinar X
Mengidentifikasikan distribusi strukstural (mis. Lobar, bronchial); dapat
juga menyatakan abses luas/infiltrate, empiema (stapilococcus); infiltrasi
menyebar atau terlokalisasi (bacterial); atau penyebaran/perluasan infiltrate
nodul (lebih sering virus). Pada pneumonia mikroplasma, sinar x dada
mungkin bersih.
b. GDA (Gas Darah Arteri)
Tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang terlibat dan
penyakit paru yang ada
c. Pemeriksaan Darah
Pada kasus bronchopneumonia oleh bakteri akan terjadi leukositosis
(meningkatnya jumlah netrofil) (Sandra M. Nettina, 2001 : 684)
Secara laboratorik ditemukan leukositosis biasa 15.000-40.000/m dengan
pergeseran LED meninggi
d. LED meningkat
Fungsi paru hipoksemia, volume menurun, tekanan jalan nafas meningkat
dan komplain menurun, elektrolit Na dan Cl mungkin rendah, bilirubin
meningkat, aspirasi biopsy jaringan paru
e. Rontgen dada
6
Ketidak normalan mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang terlibat
dan penyakit paru yang ada. Foto thorax bronkopeumoni terdapat bercak-
bercak infiltrat pada satu atau beberapa lobus, jika pada pneumonia lobaris
terlihat adanya konsolidasi pada satu atau beberapa lobus.
f. Pemeriksaan gram/kultur sputum dan darah
Dapat diambil dengan biopsi jarum, aspirasi transtrakeal,bronskoskopi
fiberoptik, atau biopsi pembukaan paru untuk mengatasi organisme
penyebab, seperti bakteri dan virus.
Pengambilan sekret secara broncoscopy dan fungsi paru untuk preparasi
langsung, biakan dan test resistensi dapat menemukan atau mencari
etiologinya, tetapi cara ini tidak rutin dilakukan karena sukar.
H. PENATALAKSANAAN
Pemberian antibiotik per-oral/melalui infus.
Pemberian oksigen tambahan
Pemberian cairan intravena dan alat bantu nafas mekanik.
Antibiotik sesuai dengan program
Pemeriksaan sensitivitas untuk pemberian antibiotik
Cairan, kalori dan elektrolit glukosa 10 % : NaCl 0,9 % = 3 : 1 ditambah
larutan KCl 10 mEq/500 ml cairan infuse.
Obat-obatan :
- Antibiotika berdasarkan etiologi.
- Kortikosteroid bila banyak lender.
7
Kemotherapi untuk mycoplasma pneumonia, dapat diberikan Eritromicin `
4 X 500 mg sehari atau Tetrassiklin 3-4 hari mg sehari. Obat-
obatan ini meringankan dan mempercepat penyembuhan terutama pada kasus
yang berat. Obat-obat penghambat sintesis SNA (Sintosin Antapinosin dan
Indoksi Urudin) dan interperon inducer seperti polinosimle, poliudikocid
pengobatan simptomatik seperti :
1. Istirahat, umumnya penderita tidak perlu dirawat, cukup istirahat di rumah.
2. Simptomatik terhadap batuk.
3. Batuk yang produktif jangan di tekan dengan antitusif
4. Bila terdapat obstruksi jalan napas, dan lendir serta ada febris, diberikan
broncodilator.
5. Pemberian oksigen umumnya tidak diperlukan, kecuali untuk kasus berat.
Antibiotik yang paling baik adalah antibiotik yang sesuai dengan penyebab
yang mempunyai spektrum sempit.
8
ASUHAN KEPERAWATAN SECARA TEORITIS
A. PENGKAJIAN
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa diperoleh dari penganalisaan dari data-data dan informasi yang diperoleh pada saat
pengkajian. Dari diagnosa ini dapat disusun suatu perencanaan, implementasi, serta evaluasi.
Pada klien dengan pneumonia/bronchopneumonia dapat ditentukan diagnosa sebagai
berikut:
1. Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan sekresi berlebihan
sekunder terhadap infeksi ditandai dengan pasien mengeluh batuk
bercampur sputum, tampak batuk produktif berupa sputum, Px.Perkusi :
perkusi pekak, inspirasi rales, ronchi nyaring.
10
2. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi parenkim paru ditandai dengan
pasien mengeluh nyeri dada, tampak meringis, px.tanda vital : nadi
meningkat ( takikardi )
3. Pola nafas tak efektif berhubungan dengan sekresi berlebihan sekunder
terhadap infeksi ditandai dengan pasien mengeluh sulit bernafas, tampak
sesak, px.tanda vital : penggunaa otot aksesori, suara pernafasan bronchial.
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
menurunnya nafsu makan sekunder terhadap mual dan muntah ditandai
dengan pasien mengeluh mual, nafsu makan menurun dan muntah.
5. Intoleran aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen ditandai dengan pasien mengeluh lemas, sulit
bernafas, tampak lemah, sesak, px.tanda vital : respirasi meningkat.
6. Hipertermia berhubungan dengan inflamasi parenkim paru ditandai dengan
pasien mengatakan badan panas, tampak menggigil, suhu meningkat.
7. Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan berlebihan
akibat muntah.
11
12
C. INTERVENSI
13
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi
14
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi
□ Suhu tubuh normal 36-37 derajat □ Anjurkan pasien untuk minum sedikit tapi
celcius sering
□ Delegatif dalam pemberian antipiretik
15
□ Keluhan batuk berkurang □ Auskultasi bunyi nafas
□ Frekuensi nafas dalam batas □ Berikan posisi nyaman
normal □Anjurkan tehnik nafas dalam
□ Suara nafas normal □Delegatif dalam pemberian O2
16
□ Anjurkan klien untuk mengungkapkan
perasaan terhadap keterbatasan
□Delegatif dalam pemberian nutrisi
17
D. EVALUASI
2
Nyeri akut berhubungan dengan imflamasi □ Keluhan nyeri berkurang
18
6 Intoleren aktivitas berhubungan dengan
□ Klien tidak lemas
ketidakseimbangan antara suplai dengan
□ Klien tidak sesak
kebutuhan oksigen
□ Respirasi dalam batas normal
19