Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN


PNEUMONIA

SLAMET EVVENDI
NIM.SN191144

P R O G R A M S T U D I P RO F E S I N E R S

STIKES KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

2020
LAPORAN PENDAHULUAN PNEUMONIA

A. KONSEP DASAR PENYAKIT


1. DEFINISI
Pnemonia adalah salah satu penyakit peradangan akut parenkim paru yang biasanya
dari suatu infeksi saluran pernafasan bawah akut (ISNBA) (Silvia A. Prince).
Dengan gejala batuk dan disertai dengan sesak nafas yang disebabkan agen infeksius
seperti virus, bakteri, mycoplasma (fungi), dan aspiri substansi asing, berupa radang
paru-paru yang disertai eksudasi dan konsilidasi dan dapat dilihat melalui gambaran
radiologis (NANDA NIC-NOC, 2015)
Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari bronkiolus
terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli, serta menimbulkan
konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat. (Dahlan, Zuh
2012).
2. ETIOLOGI

Menurut Nanda Nic-Noc (2015) peenyebaran infeksi terjadi melalui droplet dan
sering disebabkan oleh streptoccus pnemonia, melalui slang infus oleh
staphylococcus aureus sedangkan pada oemakaian ventilatr oleh P. Aeruginosa dan
enterobacter. Dan masa kini terjadi karena perubahan keadan pasien seperti
kekebalan tubuh dan penyakit kronis, polusi ligkungan, penggunaan antibiotic yang
tidak tepat. Setelah masuk paru-paru organism bermultiplikasi dan jika telah berhasil
mengahlahkan mekanisme pertahanan paru, terjadi pnemonia. Selan di atas penyebab
terjadinya pnemonia sesuai penggolongannya yaitu:

a. Bacteria: diplococcus pnemonia, pnemococcus, streptokokus hemolyticus,


streptokoccus aureus, hemophilus influinzae, mycobacterium tuberkolusis,
bacillus friedlander.
b. Virus: repiratory syncytial virus, adeno virus, V. Sitomegalik, V. Influenza.
c. Mycoplasma pnemonia
d. Jamur: histoplasma capsulatum cryptococcus neuroformans, blastomyces
dermatitides, coccidodies immitis, aspergilus species, candida albicans.
e. Aspirasi: makanan, kerosene (bensin, minyak tanah), cairan amnion, benda
asing
f. Pnemonia hipostatik
g. Sindrom loefflet

3. PATOFISIOLOGI
Pneumonia yang dipicu oleh bakteri bisa menyerang siapa saja, dari anak sampai
usia lanjut. Pecandu alcohol, pasien pasca operasi, orang-orang dengan gangguan
penyakit pernapasan, sedang terinfeksi virus atau menurun kekebalan tubuhnya , adalah
yang paling berisiko. Sebenarnya bakteri pneumonia itu ada dan hidup normal pada
tenggorokan yang sehat. Pada saat pertahanan tubuh menurun, misalnya karena penyakit,
usia lanjut, dan malnutrisi, bakteri pneumonia akan dengan cepat berkembang biak dan
merusak organ paru-paru. Kerusakan jaringan paru setelah kolonisasi suatu
mikroorganisme paru banyak disebabkan oleh reaksi imun dan peradangan yang
dilakukan oleh pejamu. Selain itu, toksin-toksin yang dikeluarkan oleh bakteri pada
pneumonia bakterialis dapat secara langsung merusak sel-sel system pernapasan bawah.
Pneumonia bakterialis menimbulkan respon imun dan peradangan yang paling mencolok.
Jika terjadi infeksi, sebagian jaringan dari lobus paru-paru, ataupun seluruh lobus,
bahkan sebagian besar dari lima lobus paru-paru (tiga di paru-paru kanan, dan dua di
paru-paru kiri) menjadi terisi cairan. Dari jaringan paru-paru, infeksi dengan cepat
menyebar ke seluruh tubuh melalui peredaran darah. Bakteri pneumokokus adalah
kuman yang paling umum sebagai penyebab pneumonia (Sipahutar, 2007).
Proses pneumonia mempengaruhi ventilasi. Setelah agen penyebab mencapai
alveoli, reaksi inflamasi akan terjadi dan mengakibatkan ektravasasi cairan serosa ke
dalam alveoli. Adanya eksudat tersebut memberikan media bagi pertumbuhan bakteri.
Membran kapiler alveoli menjadi tersumbat sehingga menghambat aliran oksigen ke
dalam perialveolar kapiler di bagian paru yang terkena dan akhirnya terjadi hipoksemia
(Engram 1998).
Setelah mencapai alveoli, maka pneumokokus menimbulkan respon yang khas
terdiri dari empat tahap yang berurutan (Price, 1995 : 711) :
1. Kongesti (24 jam pertama) : Merupakan stadium pertama, eksudat yang kaya protein
keluar masuk ke dalam alveolar melalui pembuluh darah yang berdilatasi dan bocor,
disertai kongesti vena. Paru menjadi berat, edematosa dan berwarna merah.
2. Hepatisasi merah (48 jam berikutnya) : Terjadi pada stadium kedua, yang berakhir
setelah beberapa hari. Ditemukan akumulasi yang masif dalam ruang alveolar,
bersama-sama dengan limfosit dan magkrofag. Banyak sel darah merah juga
dikeluarkan dari kapiler yang meregang. Pleura yang menutupi diselimuti eksudat
fibrinosa, paru-paru tampak berwarna kemerahan, padat tanpa mengandung udara,
disertai konsistensi mirip hati yang masih segar dan bergranula (hepatisasi = seperti
hepar).
3. Hepatisasi kelabu (3-8 hari) : Pada stadium ketiga menunjukkan akumulasi fibrin
yang berlanjut disertai penghancuran sel darah putih dan sel darah merah. Paru-paru
tampak kelabu coklat dan padat karena leukosit dan fibrin mengalami konsolidasi di
dalam alveoli yang terserang.
4. Resolusi (8-11 hari) : Pada stadium keempat ini, eksudat mengalami lisis dan
direabsorbsi oleh makrofag dan pencernaan kotoran inflamasi, dengan
mempertahankan arsitektur dinding alveolus di bawahnya, sehingga jaringan kembali
pada strukturnya semula. (Dahlan, 2012).
Normal (sistem Sel nafas bagian bawah stapilokokus
pertahanan) terganggu pneumokokus

Trombus
Virus Eksudat masuk ke
alveoli

Toksin, coagulase
Kuman patogen Alveoli
mencapai bronkioli
terminalis merusak
sel epitel bersilis, sel Sel darah merah, Permukaan lapisan pleura
goblet leukosit, pneumokokus tertutup tebal eksudat trombus
mengisi alveoli vena pulmonalis

Cairan edema+leukosit
ke alveoli
Leukosit + fibrin Nekrosis
mengalami konsolidasi hemoragik

Konsilidasi
paru
Leukositosis

Suhu tubuh meningkat


Kapasitasital,
compliance menurun,
hemorogik
Risiko kekuragan volume cairan
hipertermi
Intoleransi aktivitas
Defisiensi pengetahuan

Produksi sputum Abses pneumatocele


meningkat (kerusakan jaringan
paurt)

Ketidakefektifan Ketidakefektifan
bersihan jalan pola nafas
nafas
4. KLASIFIKASI
Dalam buku NANDA NIC NOC 2015 klasifikasi pneumonia dapat dibagi menjadi :
a. Klasifikasi berdasarkan antaomi. (IKA FKUI)
1) Pneumonia Lobaris, melibatkan seluruh atau satu bagian besar dari satu atau lebih
lobus paru. Bila kedua paru terkena, maka dikenal sebagai pneumonia bilateral atau
“ganda”.
2) Penumonia Lobularis (Bronkopneumonia) terjadi pada ujung akhir bronkiolus, yang
tersumbat oleh eksudat mukopurulen untuk membentuk bercak konsolidasi dalam
lobus yang berada didekatnya, disebut juga pneumonia loburalis.
3) Pneumonia Interstitial (Bronkiolitis) proses iflamasi yang terjadi di dalam dinding
alveolar (interstisium) dan jaringan peribronkial serta interlobural.
b. Klasifikasi Pneumonia berdasarkaninang dan lingkungan:
1) Pneumonia Komunitas
Dijumpai pada H. Influenza pada pasien perokok, pathogen atipikal pada lansia, gram
negative pada pasien dari rumah jompo, dengan adanya PPOK, penyakit penyerta
kardiopolmonal/jamak, atau paska terapi antibiotika spectrum luas.
2) Pneumonia Nosokomial
Tergantung pada 3 faktor yaitu: tingkat bert sakit, adanya resiko untukjenis pathogen
tertentu, dan masa menjelang timbul onset pneumonia.
3) Pneumonia Aspirasi
Disebabkan oleh infeksi kuman, pneumonitis kimia akibat aspirasi bahan tosik, akibat
aspirasi cairan inert misalnya cairan makanan atau lambung edema paru, dan
obstruksi mekanik simple oleh bahan padat.

5. MANIFESTASI KLINIS
a. Demam, sering tampak sebagai tanda infeksi yang pertama. Paling sering terjadi pada
usia 6 bulan – 3 tahun dengan suhu mencapai 39,5-40,5 bahkan dengan infeksi ringan.
Mungkin malas dan peka rangsang atau terkadang euphoria dan lebih aktif dari
normal, beberapa anak bicara dengan kecepatan yang tidak biasa.
b. Meningismus, yaitu tanda-tanda mengingeal tanpa infeksi meninges. Terjadi dengan
awitan demam yang tiba-tiba dengan disertai sakit kepala, nyeri dan kekakuan pada
punggung dan leher, adanya tanda kernig dan brudzinski, dan akan berkurang saat
suhu turun,
c. Anoreksia, merupakan hal yang umum disertai dengan penyakit masa kanak-kanak.
Seringkali merupakan bukti awal dari penyakit. Menetap sampai derajat yang lebioh
besar atau lebih sedikit melalui tahap demam dari penyakit, seringkali memanjang
sampai tahap pemulihan.
d. Muntah, anak kecil mudah muntah bersamaan dengan penyakit yang merupakan
petunjuk untuk awitan infeksi. Biasanya berlangsung singkat, tetapi dpat mementap
selama sakit.
e. Diare, biasanya ringan, diare sementara tetapi dapat menjadi berat. Sering menyertai
infeksi pernafasan. Khususnya karena virus.
f. Nyeri abdomen, merupakan keluhan umum. Kadang tidak bisa dibedakan dari nyeri
apendiksitis.
g. Sumbatan nasal, pasase nasal kecil dari bayi mudah tersumbat oleh pembengklakan
mukosa dan eksudasi, dapat mempengaruhi pernafasan dan menyusu pada bayi.
h. Keluhan nasal, sering menyertai infeksi pernafasan. Mungkin encer dan sedikit
(rinorea) atau kental dan purulen, bergantung pada tipe dan atau tahap infeksi.
i. Batuk, merupakan gambaran umum dari penyakit pernafasan. Dapat menjadi bukti
hanya selama fase akut.
j. Bunyi pernafasan, seperti batuk, mengi, mengorok. Auskultasi terdengar mengi,
krekels.

6. PEMERIKSAAN FISIK
Pemerikasaan Fisik pada anak
a. Inspeksi
Perlu diperhatikan adanya takipnea dispne, sianosis sirkumoral, pernapasan cuping
hidung, distensi abdomen, batuk semula nonproduktif menjadi produktif, serta nyeri
dada pada waktu menarik napas. Batasan takipnea pada anak berusia 12 bulan – 5
tahun adalah 40 kali / menit atau lebih. Perlu diperhatikan adanya tarikan dinding
dada ke dalam pada fase inspirasi. Pada pneumonia berat, tarikan dinding dada
kedalam akan tampak jelas.
b. Palpasi
Suara redup pada sisi yang sakit, hati mungkin membesar, fremitus raba mungkin
meningkat pada sisi yang sakit, dan nadi mungkin mengalami peningkatan atau
tachycardia.
c. Perkusi
Suara redup pada sisi yang sakit.
d. Auskultasi
Auskultasi sederhana dapat dilakukan dengan cara mendekatkan telinga ke hidung /
mulut anak. Pada anak yang pneumonia akan terdengar stridor. Sementara dengan
stetoskop, akan terdengar suara napas berkurang, ronkhi halus pada sisi yang sakit,
dan ronkhi basah pada masa resolusi. Pernapasan bronchial, egotomi, bronkofoni,
kadang terdengar bising gesek pleura (Mansjoer,2000).

7. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan penunjang menurut Nanda Nic – Noc (2015) antara lain :
a. Sinar X: mengidentifikasi distributor struktural (misal: lobar, bronchail); dapat juga
menyatakan abses)
b. Biopsi paru: untuk menetapkan diagnosis
c. Pemeriksaan serologi: membantu dalam membedakan diagnosis organisme khusus
d. Pemeriksaan gram/kultur, sputum darah: untuk dapat mengidentifikasi semua
orgaisme yang ada
e. Pemeriksaan fungsi paru: untuk mengetahui paru-pru, menetapkan luas berat
penyakit dan membantu diagnosis keadaan
f. Spimetrik static untuk mengkaji jumlah udara yang diaspirasi

8. PENATALAKSANAAN
Menurut Nanda Nic Noc (2015) kepada penderita yang penyakitnya tidak terlalu
berat, bisa diberikan antibiotic per-oral dan tetap tinggal di rumah. Penderita yang lebih
tua dan penderita dengan sesak nafas atau dengan penyakit jantung atau penyakit paru
lainnya, harus dirawat dan antibiotic diberikan melalui infus. Mungkin perlu diberikan
oksigen tambahan, cairan intervena dan alat bantu nafas mekanik. Kebanyakan penderita
akan memberikan respon terhadap pengobatan dan keadaannya membaik dalam waktu 2
minggu. Penatalaksanaan umum yang dapat diberikan antara lain:
a. Oksigen 1-2L/menit.
b. IVFD dekstrose 10%:NACl 0,9% = 3:1, + KCl 10 mEq/500 ml cairan. Jumlah cairan
sesuai berat badan, kenaikan suhu, dan status hidrasi.
c. Jika sesak tidak terlalu berat, dapat dimulai makanan eternal bertahap melalui selang
nasogastrik dengan feeding drip.
d. Jika sekresi lender berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal dan beta
agonis untuk memperbaiki transport mukosilier. Koreksi gangguan kesimbangan
asam basa dan elektrolit.
Penatalaksanaan untuk pneumonia bergantung pada penyebab, antibiotic diberikan sesuai
hasil kultur.
Untuk kasus pneumonia community based:
a. Ampasilin 100mg/kg BB/hari dalam 4 kali pemberian.
b. Kloramfenikol 75mg/kg BB/hari dalam 4 kali pemberian.
Untuk kasus pneumonia hospital based:
a. Sefatoksim 100mg/kg BB/hari dalam 2 kali pemberian.
b. Amikasin 10-15mg/kg BB/hari dalam 2 kali pemberian.
9. KOMPLIKASI
a. Demam menetap / kambuhan akibat alergi obat
b. Atelektasis (pengembangan paru yang tidak sempurna) terjadi karena obstruksi
bronkus oleh penumukan sekresi
c. Efusi pleura (terjadi pengumpulan cairan di rongga pleura)
d. Empiema (efusi pleura yang berisi nanah)
e. Delirium terjadi karena hipoksia
f. Super infeksi terjadi karena pemberian dosis antibiotic yang besar. Ex: penisilin
g. Abses paru adalah pengumpulan pus dalam jaringan paru yang meradang.
h. Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial.
i. Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak.

A. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Primary survey
Airway
Langkah pertama adalah pastikan jalan nafas patent karena apapun masalah klinis
pasien, jika jalan nafas terganggu maka pasien berada dalam keadaan yang mengancam
jiwa. Pasien dengan penurunan kesadaran (GCS < 8 atau tidak berespon terhadap
rangsangan nyeri) tidak akan dapat mempertahankan jalan nafas yang paten. Karena itu
penting untuk mengkaji tingkat kesadaran pasiej secara cepat dengan APVU (apakah
pasien Alert, responsive to verbal, responsive to pain atau unresponsive)
1) Kaji apakah ada tanda-tanda obstruksi jalan nafas dengan look, listen dan feel
2) Apakah pasien dapat berbicara dengan jelas?
3) Buka mulut pasien dan kaji apakah ada sumbatan dijalan nafas seperti darah, benda
asing
4) Kaji apakah ada edema di bibir, lidah dan leher
Tanda-tanda sumbatan jalan nafas partial:

1) Suara nafas stridor


2) Penggunaan otot-otot pernafasan tambahan
3) Pergerakan dada dan perut paradoxical

Breathing

1) look
a) kaji apakah pasien bernafas spontan
b) kaji frekuensi nafas dan irama
c) kaji apakah pergerakan dada simetris
d) apakah ada retraksi otot pernafasan tambahan yaitu otot sternokloidomastoid,
nasal faring retraction
2) Listen
a) Dengarkan suara paru
b) Apakah ada suara nafas yang tidak normal
3) Feel
palpasi apakah ada krepitus, deformitas

Circulation

1) Warna kulit: pucat?, sianosis?


2) Apakah akral hangat?, dingin?
3) Cek capillary refill time (normal < 2 detik)
4) Apakah ada perdarahan/trauma ?
5) Kaji nadi perifer untuk frekuensi dan irama >> jika tidak ada nadi lakukan resusitasi
6) Pasang cardiac monitor
7) Pasang IV canula
Disability

1) 2 komponen utama yaitu Tingkat kesadaran dan pupil


2) Cek tingkat kesadaran dengan AVPU atau GCS

Exposure

1) Jaga privasi dan cegah hipotermi


2) Kaji seluruh bagian tubuh pasien, kaji apakah ada memar, laserasi, deformitas, warna
kulit

b. Secondary survey

F: full set of vital signs

1) Suhu tubuh
2) Nadi
3) RR
4) Blood pressure
5) Saturasi oksigen
6) Berat badan wajib untuk bayi dan pasien anak

G: Give Comfort Measure

Pain assessment

P: provoked : apa yang meningkatkan nyeri dan yang mengurangi

Q: quality: seperti apa nyeri yang dirasakan apakah tajam, terbakar dll

R: radiation: apakah nyeri menjalar kebagian tubuh yang lain

S: scale: tanyakan skala nyeri dengan menggunakan skala nyeri

T: time: kapan nyeri tersebut mulai timbul


H: History

Gunakan singkatan “AMPLE” untuk mengingat hal-hal yang harus ditanyakan

A: Alergy: apakah pasien mempunyai alergi obat atau makanan?. Dokumentasikan reaksi
alergi yang dialami.

M: medication: tanyakan obat-obatan yang dikonsumsi oleh pasien secara rutin

P: past medical history: riwayat penyakit yang diderita oleh pasien

L: last meal eaten

E: events leading to illness/injury: apa yang sedang dikerjakan pasien ketika gejala
penyakit itu timbul.

1. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul


a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d inflamasi dan obstruksi jalan nafas
b. Ketidakefektifan pola nafas
c. Kekurangan volume cairan b.d intake oral tidak adekuat, takipnea, demam
d. Intoleransi aktivitas b.d isolasi respiratory
e. Defisiensi pengetahuan
3. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

No Dx. Tujuan dan kreteria hasil Intervensi

1. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ..x .. jam diharapkan jalan nafas NIC label
pasien bersih Respiratory Monitoring
NOC 1. Monitor vital sign (suhu, RR, Nadi)
1. Respiratory status: ventilation 2. Monitor respirasi dan oksigenasi
2. Respiratory status: airway patency 3. Auskultasi bunyi napas
Kriteria hasil: 4. Anjurkan keluarga pasien memberikan
1. Mendomonstrasikan batuk efektif dan suara nafas bersih, tidak ada sianosis dan minuman hangat atau susu hangat
dyspneu 5. Kolaborasi dalam pemberian terapi
2. Menunjukkan jalan nafas yang paten nebulizer sesuai indikasi
3. Mampu mengidentifikasi dan mencegah faktor yang dapat menghambat jalan 6. Berikan O2 dengan menggunakan nasal
nafas 7. Penghisapan (suction) sesuai indikasi
2. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ..x .. jam diharapkan pola nafas NIC
pasien normal 1. Buka jalan nafas
NOC: 2. Pastikan posisi untuk memaksimalkan
1. Respiratory status: ventilasi ventilasi
2. Respiratory status: airway patency 3. Auskultasi suara nafas, catat adanya
3. Vital sign status suara tambahan
Kriteria hasil: 4. Monitor vital sign (pernafasan) dan
1. Mendemonstrasikan batuk efektif, suara nafas yang bersih, tidak ada status O2
cyanosis, dyspneu
2. Menunjukkan jalan nafas yang paten (irama nafas, tidak tercekik, tidak ada 5. Keluarkan secret dengan batuk atau
nsuara nafas abnormal) suction
3. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ..x.. jam diharapkan kebutuhan NIC
volume cairan pasien terpenuhi. 1. Monitoring status hidrasi (kelembaban
NOC membrane mukosa, nadi yang adekuat)
1. Fluid balance secara tepat
2. Hydration 2. Atur catatan intake dan output cairan
3. Nutritional status: food and fluid intake secara akurat
Kriteria hasil: 3. Beri cairan yang sesuai
1. Mempertahankan urine output sesuai dengan usia, dn BB, BJ, urien normal, Fluid monitoring:
HT normal 4. Identifikasi factor risiko
2. Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal ketidakseimbangan cairan (hipertermi,
3. Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, elestisitas turgor kulit baik, membran infeksi, muntah dan diare)
mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan 5. Monitoring tekanan darah, nadi dan
RR
4. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ..x.. jam diharapkan energi NIC Activity Therapy
psikologis maupun fisiologi pasien terpenuhi 1. Kaloborasikan dengan tenaga rehabilitasi
NOC medik dalam merencanakan program
1. Energy conervation terapi yang tepat
2. Activity tolerrance 2. Bantu pasien mengidentifikasikan
3. Self care: Adls aktivitas yang mampu dilakukan
3. Bantu untuk mendapatkan alat bantuan
Kriteria hasil: aktivitas seperti kursi roda
1. Berpartisipasi dalam aktifitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan darah, 4. Bantu pasien dan keluarga untuk
nadi, RR mengidentifikasi kekurangan dalam
2. Mempu melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri aktivitas
3. Tanda tanda vital normal 5. Bantu pasien mengembangkan motivasi
4. Level kelemahan dan peguatan
5. Mampu berpindah: dengan atau tanpa bantuan 6. Monitor respon fisik, emosi, sosial, dan
6. Status respirasi: pertukaran gas dan ventilasi adekuat spiritual
5. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ..x.. jam diharapkan pengetahuan 1. Berikan penilaian tentang tingkat 1.
keluarga pasien bertambah. pengetahuan pasien tentang proses
NOC penyakit yang spesifik
1. Knowlwdge: disease process 2. Gambarkan tanda dan gejala yang
Kriteria Hasil: biasa muncul pada penyakit, dengan
 Keluarga pasien menyatakan paham tentang penyakit, kondisi, prognosis, cara yang tepat
dan program pengobatan 3. Identifikasi kemungkinan penyebab
 Keluarga pasien mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan dengan cara yang tepat
perawat/tim kesehatan lainnya 4. Diskusikan pilihan terapi atau
penanganan
DAFTAR PUSTAKA

Smeltzer,Suzanne C.2010.Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner &Suddarth


volume 1.Jakarta:EGC
Nurarif, Amin Huda. 2015. Nanda. Nic Noc Jakarta: penerbit buku kedokteran EGC
Dochterman, Joanne McCloskey et al.2004.Nursing Interventions Classification
(NIC).Missouri : Mosby
Moorhead, Sue et al. 2008.Nursing Outcome Classification (NOC).Missouri : Mosby
Dahlan, Zul. 2012. Buku Ajar Ilmu Pernyakit Dalam. Jakarta: balai penerbit FKUI

Anda mungkin juga menyukai